• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI DALAM MASA KLIMAKTERIUM PADA NY.S P4 A0 UMUR 48 TAHUN DI PKD BESUKI KECAMATAN LUMBIR - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI DALAM MASA KLIMAKTERIUM PADA NY.S P4 A0 UMUR 48 TAHUN DI PKD BESUKI KECAMATAN LUMBIR - repository perpustakaan"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis

I. Definisi Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan ( Kusmiran, 2011, h. 94 ).

Hak – hak reproduksi merupakan hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap berbagai metode keluarga berencana yang mereka pilih aman, efektif, terjangkau, serta metode–metode pengendalian kelahiran lainnya yang mereka pilih dan

tidak bertentangan dengan hukum serta perundang – undangan yang berlaku.

Hak – hak reproduksi meliputi hal – hal berikut ini :

Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi. a. Hak mendapat pelayanandan perlindungan kesehatan reproduksi. b. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi. c. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.

d. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kehamilan.

e. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.

(2)

perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual.

g. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya.

h. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.

i. Hak unutk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi.

j. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

II. Definisi Menopause

Menopause berasal dari kata menopause, men = bulan; pause = pausa; pause = pauoo = periode atau tanda berhenti. Jadi menopause adalah berhentinya secara definitif menstruasi atau berhentinya menstruais jika ovarium tidak lagi menghasilkan estrogen, yaitu hormon yang membuat wanita benar- benar murni wanita ( Herawati, 2009, h. 164).

Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani, yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Ini merupakan proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium atau indung telur ( Joseph, 2011, h. 41).

(3)

tahun menjelang setelah menopause ( Jan, 2009, h. 165).

Menopause adalah masa berakhirnya siklus menstruasi yang terdiagnosis setelah 12 bulan tanpa periode menstruasi. Rata–rata menopause natural terjadi pada usia 51,4 tahun untuk negara industri, secara umum terjadi pada usia 40–58 tahun. Menopasue dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, merokok, pengangkatan ovarium, dan kemoterapi (Kusmiran, 2012, h. 145 ).

Menopause adalah berhentinya haid secara permanen. Kata men diambil dari kata Yunani men, yang mempunyai arti siklus menstruasi , kata pause berasal dari kata latin yang memilki arti berhentinya proses (varney, 2006, h. 301 ).

Menopause adalah titik dimana menstruasi berhenti. Usia rata- rata menopause ialah 51,4, tetapi 10 % wanita berhenti menstruasi pada usia 40 dan 5 % tidak berhenti menstruasi sampai usia 60 tahun ( Bobak, dkk, 2004, 1015 ).

Berikut adalah beberapa istilah yang ada dalam masa menopause.

a. premenopause, yaitu masa antara usia 40 tahun dan dimulainya siklus hadi yang tidak teratur.

b. Perimenopause, yaitu masa perubahan antara premenopause dan menopause yang ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur dan disertai pula dengan perubahan – perubahan fisiologis termasuk juga masa 12 bulan setelah menopause.

(4)

d. Pascamenopause, yaitu menorhea 12 bulan ( 12 bulan setelah menopause) ditandai dengan kadar FSH dan LH yang tinggi serta kadar estrogen dan progesteron yang rendah.

e. Menopause iatrogenik, yaitu menopause karena pengangkatan kedua ovarium atau kerusakan ovarium akibat radiasi, penggunaan obat sitostika atau penyebab lainnnya.

f. Menopause prekok, yaitu menopause sebelum usia 40 tahun.

g. Sindrom klimakterium, yaitu keluhan – keluhan spesifik yang timbul kaibat kekurangan estrogen yang dapat dimulai pada masa perimenopause dan berlanjut sampai beberapa tahun pascamenopause ( Herawati, 2009, h. 164).

III. Tahapan Dalam Menopause a. Fase premanopause

Pada fase ini seseorang wanita akan mengalami kekacauan pola menstruasi, terjadinya perubahan psikologi atau kejiwaan. Terjadi perubahan fisik yang berlangsung selama 4- 5 tahun, pada usia antara 48- 55 tahun ( Herawati, 2009, h. 164).

Gejala – gejala yang timbul :

1) Siklus hais yang tidak teratur 2) Pendarahan haid yang memanjang 3) Jumlah darah haid yang banyak 4) Nyeri haid

b. Fase Perimenopause

(5)

mengalami gejala menopause ( misalnya hot flushes atau rasa panas, berkeringat dingin di malam hari). Menstruasi biasanya kurang dapat diprediksikan selama tahap ini. Seorang wanita mungkin akan merasa bahwa menstruasinya menjadi semakin jarang atau semakin sering, tidak teratur, lebih banyak atau lebih sedikit. Apabila seorang wanita mengalami setahun penuh ( atau lebih dari dua tahun dan berusia dibawah 50 tahun) tanpa menstruasi, maka hal itu menandai akhir dari masa perimenopause dan awal dimulainya menopause (Rebecca, 2007, h.16).

c. Fase post menopause

Terjadi pada usia diatas 60 tahun, wanita beradaptasi terhadap perubahan psikologis dan fisik, dan keluhan semakin berkurang (Herawati, 2009, h. 165).

4. Etiologi dan Faktor Yang Mempengaruhi Menopause a. Penyebab Dari Menopause

(6)

10.000 folikel. Penyebab berkurangnya folikel terletak pada folikel itu sendiri. Seperti sel- sel tubuh yang lain, oosit juga dipengaruhi oleh stres biologik seperti radikal bebas, kerusakan permanen dari DNA, dan bertumpuknya bahan kimia yang dihasilkan dari proses metabolisme tubuh. Karena oosit selalu mengalami kendali mutu yang ketat, oosit yang telah mengalami kelainan akan dikeluarkan melalui proses apoptosis ( kematian sel yang terprogram ). Bila jumlah primordial folikel mencapai jumlah yang kritis, akan terjadi gangguan sistem pengaturan hormon, yang berakibat terjadinya insufisiensi korpus luteum, siklus haid anovulatorik, dan pada akhirnya terjadi oligomenorea. Bila sudah tidak tersedia folikel lagi, berarti wanita tersebut telah memasuki usia pascamenopause. Setiap wanita yang masih mengalami haid, meskipun sudah tidak teratur, ovariumnya masih memiliki lebih kurang 1000 folikel dan kemungkinan hamil selalu ada ( Baziad, 2003, h. 5-6 ).

b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Menopause

Adapun faktor yang berpengaruh terhadap gejala premenopause antara lain :

1) Faktor psikis

(7)

Perubahan psikis ini berbeda – beda tergantung dari kemampuan untuk menyesuaikan diri.

2) Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor – faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Apabila faktor –faktor tersebut cukup baik, bakan mengurangi beban fisiologis, psikologis. Kesehatan akan fakor klimakterium sebagai faktor fisiologis. 3) Budaya dan lingkungan

Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan fase klimakterium dini.

4) Faktor lain

Wanita yang belum menikah, wanita kerier baik yang sudah atau belum berumah tangga, menarch (menstruais pertama) yang terlambat berpengaruh terhadap keluhan – keluhan

klimakterium yang ringan ( Atikah, 2010, h. 40). 5. Patofisiologi Menopause

(8)

Menopause terjadi ketika kedua ovarium tidak dapat lagi menghasilkan hormon- hormon tersebut dalam jumlah yang cukup untuk bisa mempertahankan siklus menstruasi. Jadi kesimpulannya, ketika seseorang memasuki menopause kadar estrogen dan progesteron turun dengan drastis karena ovarium berhenti merespons FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang ada di otak. Sebagai usaha agar kedua ovarium dapat berfungsi dengan baik, otak sebenarnya telah mengeluarkan FSH dan LH lebih banyak lagi tetapi hal itu tidak akan gunanya karena kedua ovarium sudah tidak dapat berfungsi dengan normal. Akan tetapi, kecenderungan otak untuk memproduksi lebih banyak FSH memberikan satu keuntungan yaitu kadar FSH yang tinggi dapat dideteksi dalam darah atau urine dan dapat digunakan sebagai tes sederhana untuk mendeteksi menopause ( Rebecca, 2007, h. 19 ).

6. Tanda dan Gejala Menopause a. Tanda Menopause

Wanita yang mengalami masa menopause, baik menopause dini, pre- menopause, perimenopause, dan post- menopasue, umumnya mengalami gejala puncak ( klimakterium) dan mempunyai masa transisi atau masa peralihan. Fase ini disebut dengan periode klimakterium ( cimacter = tahun perubahan, pergantian tahun yang berbahaya). Periode klimakterium ini disebut pula sebagai periode kritis yang ditandai dengan rasa terbakar ( hot flush ), haid tidak teratur, jantung berdebar dan nyeri saat berkemih.

(9)

“pengakhiran”, maka munculah tanda – tanda, antara lain :

1) Menstruasi menjadi tidak lancar dan tidak teratur

2) “Kotoran” haid yang keluar banyak sekali ataupun terlalu sedikit 3) Muncul gangguan – gangguan vasomotoris berupa penyempitan

atau pelebaran pada pembuluh – pembuluh darah 4) Merasa pusing disertai sakit kepala

5) Berkeringat tiada henti

6) Neuralgia atau gangguan sakit syaraf b. Gejala Sindrom Premenopause

1) Gangguan vasomotor

Hot flush ( perasaan panas dari dada hingga wajah), wajah

dan leher menjadi berkeringat. Kulit menjadi kemerahan muncul di dada dan lengan terasa panas ( hot flushes). Ini terjadi bebrapa bulan atau beberapa tahun sebelum dan sesudah berhentinya menstruasi.

2) Night Sweat ( berkeringat di malam hari)

Keringat dingi dan gemetaran juga dapat terjadi. Ini biasanya dialami selama 30 detik sampai 5 menit.

3) Dryness Vaginal ( kekeringan pada vagina)

Area genital yang kering dan bisa sebagai bahan perubahan kadar estrogen. Kekeringan ini bisa menyebabkan adanya infeksi vaginal.

4) Penurunan daya ingat dan mudah tersinggung

(10)

diotak antara lain : dopamin, serotonin, dan endorfin. Neurotranmitter – neurotransmitter ini berfungsi dalam menunjang proses kehidupan.

Dopamin mempunyai fungsi untuk mempengaruhi emosi, sistem kekebalan tubuh, dan seksual. Kadar dopamin dipengaruhi oleh estrogen, selain ituendorfin dapat merangsang terbentuknya dopamin. Serotonin berfungsi untuk mempengaruhi suasana hati dan aktivitas. Sedangkan endorfin menjalankan fungsi yang berhubungan dengan ingatan dan perasaan seperti rasa nyeri dan sakit.

Produksi endorfin pada masa pre menopause mengalami penurunan hal ini terjadi karena kadar estrogen dalam darah juga mengalami penurunan. Penurunan kadar endorfin, dopamin dan serotonin tersebut mengakibatkan gangguan yang berupa menurunnya daya ingat dan suasana hati yang sering berubah dan mudah tersinggung.

5) Insomnia ( susah tidur )

Kesulitan tidur dapat disebabkan karena Hot flushes, selain itu dapat disebabkan juga karena rendahnya kadar serotonin pada masa pre menopause. Kadar serotonin dipengaruhi oleh kadar endorfin.

6) Gejala akibat kelainan metabolik

Penurunan kadar estrogen menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol LDL dan menurunnya kadar kolesterol HDL. 7) Depresi ( rasa cemas )

(11)

neurotransmitter di dalam otak, neurotransmitter di dalam otak tersebut mempengaruhi suasana hati sehingga jika neurotransmitter ini kadarnya rendah, maka akan muncul perasaan cemas yang merupakan pencetus terjadinya depresi ataupun stress.

8) Fatigue ( mudah lelah ) 9) Penurunan libido

Beberapa wanita mengalami penurunan gairah seks ketika menjelang pre menopause. Hal ini terjadi karena terjadi perubahan pada vagina, seperti kekeringan yang membuat areal genital sakit dan selain itu terjadi perubahan hormonal sehingga dapat menurunkan gairah seks.

10) Dispareunia ( rasa sakit saat berhubungan seksual )

Hal ini terjadi karena vagina menjadi pendek menyempit, hilang elastisitas, epitelnya tipis dan mudah trauma karena kurang lubrikasi.

11) Inkontinensia urin ( sering buang air kecil )

Gejala yang disebabkan oleh karena atrofi urogenitalis, yang sering dirasakan kering pada vagina, rasa perih, keputihan, rasa pana pada vagina, selalu ingin kencing, dispareunia dan nokturia. Uretra dan vagina yang berasal dari jaringan embriologik yang sama, sehingga defisiensi estrogen menyebabkan atrofi pada keduanya. Dinding vagina akan menipis dan terjadi atrofi kelenjar vagina sehingga lubrikasi berkurang dan menyebabkan dispareuni.

(12)

Adanya gangguan siklus haid seperti polymenorrhoe, olygomenorrhoea, amenorrhoea, dan metrorrargia yang terjadi akibat adanya penurunan kadar estrogen saat masa pre menopause.

13) Gejala kelainan metabolisme mineral

Mudah terjadi fraktur pada tulang, akibat ketidakseimbangan absorpsi dan resorbsi mineral terutama kalsium. Bila hali ini berlangsung lama, maka dapat mengakibatkan osteoporosis ( Atikah,, 2010, h. 32 – 39 ).

7. Kelainan Jadwal Menopause

Menopause bisa terjadi secara alamiah atau sebagai akibat pembedahan atau penyinaran. Berhentinya haid karena operasi terjadi apabila uterus diangkat. Pengangkatan ovarium kadang- kadang dilakukan karena penyakit ovarium, akan tetapi lebih sering dilakukan histerektomi untuk suatu sebab dan ovarium diangkat sebagai tindakan prefentif terhadap karsinoma ovarii.

Tindakan terakhir ini masih kontroversial jika dilakukan pada wanita sebelum menopause, tetapi umumnya dibenarkan pada wanita pasca menopause. Menopause buatan umumnya menimbulkan gejala- gejala seperti pada umumnya, namun lebih sering terjadi gejala – gejalanya dengan menopause alamiah.

a. Menopause Premature

Umumnya batas terendah terjadinya menopause ialah 44 tahun. Menopause yang terjadi sebelum 40 tahun dinamakan menopause premature.

(13)

penghentian haid sebelum waktunya disertai dengan hot flushes serta meningkatnya kadar hormon gonadotropin. Apabila kedua gejala yang terakhir ini tidak ada, perlu dilakukan penyelidikan terhadap sebab- sebab lain dari terganggunya fungsi ovarium.

Faktor – faktor yang dapat menyebabkan menopause premature ialah karena faktor herediter (keturunan), gangguan gizi yang cukup berat, penyakit – penyakit menahun, dan penyakit – penyakit yang merusak jaringan kedua ovarium.

Menopause premature tidak memerlukan terapi, kecuali pemberian penerangan kepada wanita yang bersangkutan.

b. Menopause terlambat

Batas terjadinya menopause umumnya ialah 52 tahun. Apabila seorang wanita masih mendapat haid diatas umur 52 tahun, maka hal itu merupakan indikasi untuk penyelidikan lebih lanjut. Sebab – sebab

yang dapat dihubungkan dengan menopause terlambat ialah konstitusional, fibromioma uteri, dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen. Menurut Novak, wanita dengan karsinoma endometrium sering dalam anamnesis mengemukakan menopausenya terlambat ( Sarwono, 2007, h. 241 ).

8. Diagnosa Menopause

(14)

kadar estrogen. Selain itu kita juga melihat umur dan gejala – gejala yang timbul. Gejala yang timbul pada tahap pre menopause seperti gangguan vasomotor, night sweat, dryness vaginal, penurunan daya ingat dan mudah tersinggung, insomnia, gejala akibat kelainan metabolik, depresi dan rasa cemas, fatigue, drypareunia, penurunan libido, inkontinensia urin, ketidakteraturan siklus haid, dan kelainan metabolisme mineral.

Apabila seorang wanita dengan usia sekitar 40 tahun mengalami gejala – gejala seperti tersebut maka kemungkinan dapat di diagnosis mengalami sindrom pre menopause karena pada usia 40 tahun biasanya wanita sudah memasuki tahapan pre menopause. Maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menangani gejala tersebut dan perlu dilakukan pemeriksaan lain agar dapat mengetahui berbagai gangguan kesehatan yang terjadi.

9. Pemeriksaan menopause

Pada masa pre menopause banyak terjadi perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikis yang terjadi karena menurunnya kadar estrogen. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi kesehatan secara menyeluruh, berikut ini akan dijelaskan beberapa pemeriksaan kesehatan yang perlu dilakukan pada masa pre menopause.

Menurut Varney (2007, h. 321) ada beberapa jenis pemeriksaan yaitu: a. Uji penapisan rutin, pemeriksaan awal atau tahunan

(1) Urinalisis atau dipstik urine.

(2) Papsmear dengan indeks maturasi.

(15)

(4) Feses untuk melihat adanya samar darah.

(5) Kolesterol plasma puasa, trigliserida, dan profil lemak setiap 3 sampai 5 tahun jika normal.

(6) TSH pada usia 45 tahun dan selanjutnya setiap tahun. Terdapat peningkatan insiden hipotiroidisme seiring dengan proses penuaan.

b. Uji lain ( menggunakan variasi berdasarkan profil klinis dan faktor resiko individu )

(1) Gonadotrofin hipofisis

Digunakan untuk menentukan status menopause. Kadar FSH adalah 4-30 mIU/mL dengan lonjakan pada masa praovulasi hingga 50 mIU/mL pada masa reproduktif, > 100 mIU pada pasca menopause. FSH meningkat lebih awal aetelah menopause dan kadarnya lebih tinggi daripada LH. Kadar LH adalah 4-30 mIU/mL dengan lonjakan pada masa praovulasi sampai 100 mIU/mL pada masa reproduktif, > 100 mIU/mL pada pasca menopause.

(2) Estrogen

(16)

diagnostik.

(3) Kadar glukosa puasa dan posprandial dua jam

Berguna jika faktor resiko menunjukan adanya diabetes. (4) Uji fungsi hati

Dilakukan sebelum meresepkan terapi hormon jika penyakit hati ada atau diduga.

(5) Biopsi endometrium

Tepat untuk menyingkirkan dugaan hiperplasia dan kanker endometrium pada wanita pasca menopause yang mengalami perdarahan uterus setelah labih dari setahun mengalami amaenorea. Juga bermanfaat dalam menyingkirkan dugaan patologi akibat kelebihan estrogen eksogenus yang tampak secara klinis dalam perdarahan tidak tterjadwal dengan penggunaan terapi sulih hormon. Biopsi endometrium tidak diperlukan unutk perubahan siklus normal yang menyertai pramenopause, dengan pemeriksaan panggul normal serta tidak ada faktor resiko hieprplasia dan kanker endometrium, atau aebelum permulaan terapi hormon.

(6) Ultrasonografi transvagina

Digunakan untuk mengevaluasi massa pangguk dan perdarahan tidak terjadwal untuk menyingkirkan dugaan patologi endometrium. Penebalan endometrium pascamenopause berhubungan dengan ada atau tidaknya patologi seperti neoplasia, mioma atau polip. Hal ini juga bermanfaat untuk mengevaluasi adanya massa atau neoplasia.

(17)

Berguna jika wanita belum memutuskan rencana terapeutik mana yang harus diikuti ( terapi sulih hormon, biofosfonat, olahraga atau suplemen kalsium ), dan data lain akan membantu membuat keputusan klinis terhadap plilihan ini.

10. Perubahan Organ Pada Masa Menopause a. Perubahan Pada Organ Reproduksi

1) Uterus ( rahim )

Uterus mengecil, selain disebabkan atrofi endometrium juga disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat interstitial. Serabut otot miometrium menebal, pembuluh darah miometrium menebal dan menonjol.

2) Tuba Fallopi ( saluran Telur )

Lipatan – lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis dan mengkerut, endosalpingo menipis mendatar dan silia menghilang. 3) Serviks ( mulut rahim )

Serviks akan mengkerut sampai terselubung oleh dinding vagina, kripta servikal menjadi atropik, kanalis servikalis memendek, sehingga menyerupai ukuran serviks fundus saat masa adolesen.

(18)

menyebabkan uretritis dan pembentukan karankula. 5) Dasar pinggul

Kekuatan dan elastisitas menghilang, karena atrofi dan lemahnya daya sokong disebabkan prolapsus utero vaginal. 6) Perineum dan anus

Lemak dan subkutan menghilang, atrofi, otot sekitarnya menghilang yang menyebabkan tonus spinkter melemah dan menghilang. Sering terjadi inkontinensia alvi vagina.

7) Vesica Urinaria (kandung kencing )

Tampak aktivitas kendali spinkter dan destrusor hilang, sehingga sering kencing tanpa sadar.

8) Kelenjar payudara

Diserapnya lemak subkutan, atrofi jaringan parenkim, lobulus menciut, stroma jaringan ikat fibrosa menebal. Puting susu mengecil, kurang erektil, pigmentasi berkurang, sehingga payudara menjadi datar dan mengendor.

b. Perubahan Diluar Organ Reproduksi 1) Adipositas ( penimbunan lemak )

Penyebaran lemak ditemukan pada tungkai atas, pinggul, perut bawah dan lengan atas. Ditemukan 29 % wanita klimakterium memperlihatkan kenaikan berat badan yang sedikit dan 20 % kenaikan yang menyolok. Diduga ada hubungan dengan turunnya estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak.

(19)

Adanya gejolak panas terjadi suatu peningkatan tekanan darah baik sistol maupun diastol. Diketahui bahwa 2/3 penderita hipertensi esensial primer adalah wanita antara 45 – 70 tahun. Pada permulaan peningkatan tekanan darah paling banyak terjadi selama masa klimakterium. Peningkatan tekanan darah pada usia klimkaterium terjadi secara bertahap, kemudian menetap dna lebih tinggi dari tekanan darah sebelumnya.

3) Hiperkolesterolemia ( kolesterol tinggi )

Penurunan atau hilangnya kadar estrogen menyebabkan peningkatan kolesterol. Peningkatan kadar kolesterol pada wanita terjadi 10 – 15 tahun lebih lambat dari laki – laki. Peningkatan kadar kolesterol merupakan faktor utama dalam penyebab arterosklerosis.

4) Aterosklerosis ( perkapuran dinding pembuluh darah )

Adanya hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol menyebabkan peningkatan faktor resiko terhadap terjadinya aterosklerosis. Sklerosis koroner primer dan infark miocard akan terjadi 1 – 2 Kali lebih sering setelah kadar estrogen menurun. 5) Virilisasi ( pertumbuhan rambut – rambut halus )

Turunnya estrogen dalam darah dan adanya efek androgen menyebabkan tanda – tanda diferensiasi dari defeminisasi dan maskulinisasi. Hal ini berhubungan dengan ovarium sendiri dalam membentuk estron yang bersifat androgen. 6) Osteoporosis ( keropos tulang )

(20)

osteoblast yang berfungsi dalam pembentukan tulang akan terhambat dan fungsi osteoclast dalam merusak tulang akan meningkat. Karena tulang tua diserap dan dirusak oleh osteoclast tetapi tidak dibentuk tulang baru oleh osteoblas, Maka tulang menjadi osteoporosis ( Proverawati, 2010, h. 27 – 30 ).

11. Perubahan Psikologis pada Masa Menopause a. Perubahan peran dalam kehidupan keluarga

Perubahan peran ini menginjak pada saat anak- anak menuju usia dewasa dan mandiri. Menurut Cumming dan Herry, orang yang lebih tua yang mengalami pelepasan itu menjadi bahagia dengan kebebasannya yang lebih banyak, kewajiban- kewajibannya berkurang terhadap lingkungan sosial dan terhadap kehidupan bersama.tf

b. Ibu Merasa Tidak Lagi Dibutuhkan

Dengan bertambah dewasa dan mandirinya, seorang anak terkadang anak tidak mengikutsertakan orang tua kedalam suatu permasalahan –permasalahannya, seorang anak ingin mengatasi berbagai masalahnya sendiri. Disini akan timbul suatu konflik baru, orang tua akan merasa tidak lagi dibutuhkan oleh anak- anak mereka. c. Perubahan Hubungan Sosial dengan Lingkungan

Dalam teori Disengagement dikatakan bahwa manusia yang menjadi tua dan terutama yang sudah sangat tua akan mencari bentuk – bentuk isolasi sosial tertentu dan justru dalam isolasi itu, atau karena isolasi ituia menjadi bahagia dan puas.

d. Kehilangan Anggota Keluarga

(21)

waktunya mereka harus menikah, orang tuatentunya akan merasa senang kerana kewajibannya telah selesai dalam mengasuh anaknya, dan dalam kesenangan itu ada perasaan kehilangan terhadap salh satu anggota keluarganya. Hal ini dapat menjadi konflik ketika semua anggota keluarga hidup mandiri dan tidak menjadi satu ( tidak hidup bersama) dengan orang tuanya ( Mansur, 2009, h. 165 – 166 ). 12. Upaya untuk Mengurangi Gejala Pada Menopause

Melihat berbagai gejala dan dampak yang ditimbulkan akibat sindrom pre menoapause maka diperlukan suatu upaya penanggulangan untuk mengatasi berbagai dampak yang terjadi pada masa pre

menopause, antara lain :

a. Pada umumnya wanita mengalami gejala haid tidak teratur, ketidakteraturan ini disebabkan oleh keadaan hormon yang tidak seimbang yang dapat berupa siklus haid yang lebih pendek, jarak haid yang tidak teratur atau perdarahan yang banyak perlu diwaspadai karena ada kemungkinan merupakan pertanda adanya suatu yang tidak beres pada tubuh, misalnya adanya tumor, kanker, atau jaringan fibroid yang sering muncul menjelang menopause. Segera periksakan diri ke dokter untuk memastikan tidak adanya kelainan.

b. Selalu berdiri, duduk dan berjalan dengan tegak. Mengurangi pemakaian garam untuk menghindari penumpukan air oleh jaringan. c. Edukasi dan dukungan dari pemberi pelayanan kesehatan, edukasi

(22)

masa pre menopause serta cara mengatasi sindrom pre menopause ( baik secara medikal atau pendekatan alternatif )..

d. Minumlah susu non fat atau low fat, jus jeruk, sayur hijau, makan sarden kaleng yang banyak mengandung kalsium. Hindari faktor – faktor yang dapat memicu rasa panas seperti makanan berbumbu banyak, makanan yang pedas dan panas, makanan berlemak, alkohol dan kafein juga dapat memicu hot flush.

e. Berolahraga, mulai dari berjalan jauh atau senam jauh.

f. Mengkonsumsi beberapa jenis vitamin ( A, B, C, E complex, D, Bioflavonoid ) dan kalsium atau jenis makanan yang mengandung keduanya. Vitamin A, pada biji kedelai berasal dari keroten yang merupakan bahan dasar vitamin A, membantu kelancaran fungsi organ penglihatan dan pertumbuhan tulang. Vitamin B1 atau yang sering disebut tianin sangat berperan dalam reaksi – reaksi dalam tubuh yang menghasilkan energi. Vitamin B2 disebut juga flavin, merupakan pigmen yang banyak terdapat pada susu, baik susu sapi atau susu manusia, maupun susu kedelai. Vitamin E melancarkan proses reproduksi dan proses menstruasi, mencegah impotensi, keguguran dan penyakit jantung kardiovaskuler, meningkatkan produksi air susu, membantu memperpanjang umur dan sebagai antioksidan.

g. Jangan merokok, minum alkohol, dan minum banyak air putih.

(23)

i. Memeriksakan kesehatan secara berkala. Dengan melakukan pemeriksaan secara berkala maka diharapkan para wanita dapat mengetahui kondisi kesehatannya dan menjaga kesehatannya pada msa pre menopause sampai seterusnya.

j. Rasa tidak nyaman atau nyeri pada saat berhubungan intim karena kurangnya cairan vagina bisa diatasi dengan pemberian jelly atau lubricant yang banyak dijual di apotek.

k. Senam untuk menguatkan otot panggul (kegel)

senam kegel adalah senam untuk menguatkan otot dasar panggul, dinamakan sesuai dengan penemunya yaitu seorang dokter kebidanan kandungan bernama dr. Arnold kegel pada tahun 1945. Kegel adalah suatu latihan otot dasar panggul pubococygeus (PC) atau pelvic floor muscle yang semula dipergunakan untuk terapi pada wanita maupun pria yang tidak mampu mengontrol keluarnya urine. Senam kegel sangat baik dilakukan untuk mencegah syndrom pre menopause. Pada sindrom pre menopause terjadi inkontensia urine sehingga sangat baik apabila dilakukan senam kegel karena dapat meningkatkan kemampuan dalam mengontrol urinnya.

Cara melakukan senam kegel :

(1) Senam kegel sangat mudah dilakukan di mana saja dan tanpa seorang pun tahu

(24)

mengeras maka anda tidak berlatif dengan otot yang benar.

(3) Kontraksikan otot panggul selama 1 detik, kemudian istirahat selama 10 detik.

(4) Lakukan latihan ini berulang- ulang sampai 10- 15 menit kali per sesi. Lakukan tiga kali sehari.

(5) Latihan kegel efektif bila dilakukan secara teratur dan baru terlihat hasilnya 8- 12 minggu setelah latihan teratur.

Manfaat senam kegel :

(a) Memperkuat otot- otot panggul (b) Mencegah terjadinya beser (c) Mencegah haemoroid

(d) Membantu meningkatkan kepuasan seksual

Menurut Sinclair (2010, h. 713), bisa juga akibat penurunan libido dengan waktu yang diperlukan untuk rangsangan seksual memanjang baik pria atau wanita seiring pertambahan usia.

13. Penyakit Yang Mudah Timbul Akibat Menopause

(25)

a. Risiko kanker payudara

Kanker payudara ( carcinoma mammae ) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari jaringan parenchyma. Transformasi sel – sel kanker dibentuk dari sel – sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi ( penyinaran ) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.

Salah satu faktor terjadinya kanker payudara adalah karena adanya peningkatan konsumsi lemak. Lemak yang tadinya berkonsentrasi di pinggul dan paha akan merayap naik ke atas pinggang dan perut. Banyak wanita yang mengalami penambahan berat badan selama transisi dari masa pre menopause menuju masa menopause. Mengendalikan berat badan amatlah penting karena kenaikan berat badan pada transisi pre menopause sampai masa pasca menopause ternyata terkait erat dengan peningkatan resiko kanker payudara.

b. Kanker Leher Rahim ( serviks )

(26)

terpapar HPV, sistem imun wanita biasanya mencegah virus untuk membahayakan tubuh. Pada beberapa kelompok wanita, virus ini dapat bertahan selama bertahun – tahun sampia pada akhirnya mengkonversi beberapa sel pada permukaan serviks menjadi sel kanker.

Setengah dari kejadian kanker serviks terjadi pada wanita diantara umur 35 dan 55 tahun. Kanker ini biasanya terjadi pada tahapan pre menopause karena terjadi penurunan hormon estrogen yang berfungsi mempertahankan fungsi tubuh, dan jika hormon ini mengalami penurunan maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh. Sehingga tubuh kurang dapat menghalau virus maupun mikroba yang menyebabkan penyakit. Pemeriksaan pap smear untuk skrining dapat menurunkan angka kematian dari kanker serviks.

c. Risiko Kanker Rahim

Kanker rahim adalah tumor ganas pada endometrium ( lapisan rahim ). Kaknker rahim biasanya terjadi setealh masa pre menopause, paling sering menyerang wanita berusia 50 – 60 tahun. Kanker ini bisa

menyebar ( metastase ) secara lokal maupun ke barbagai bagian tubuh ( misalnya : kanalis servikalis, tuba fallopi, ovarium, daerah di sekitar rahim, sistem getah bening atau ke bagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah ).

(27)

rahim diikuti dengan pelepasan dinding rahim pada setiap siklus menstruasi. Berkurangnya kadar pada estrogen pada pre menopasue menyebabkan tidak terjadinya pembentukan lapisan epitel pada rongga rahim. Tetapi hormon androgenik yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal diubah menjadi estrogen dan kadang hal ini menyebabkan perdarahan pasca menopasue. Hal ini tidak perlu di khawatirkan, tetapi karena perdarahan pasca menopause bisa merupakan penunjuk adanya suatu kelainan ( termasuk kanker ). d. Insomnia

Menurut Hoeve ( 1992 ), insomnia merupkan keadaan tidak dapat tidur atau terganggunya pola tidur. Pre menopause merupakan sumber potensial lain pada masalah tidur. Nyeri tiba – tiba atau dikenal dengan hot flush dan perubahan cara bernafas termasuk yang paling banyak di alami kaum wanita di saat pertama kali datang menopause. Separuh wanita pada pre manopause menderita nyeri tiba – tiba, dan rata – rata mengalaminya selama lima tahun pertama.

Kondisi ini cukup mengganggu tidur dan bisa memicu kelelahan di siang hari.

Menurut Hawari ( 1990 ), insomnia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain fisik dan psikis. Faktor fisik misalnya, terserang flu sehingga sulit tidur. Sedangkan gangguan psikis adalah stress, cemas, depresi.

(28)

dalam gejala – gejala psikologis seperti depresi, mudah tersinggung, mudah menjadi marah, mudah curiga, diliputi banyak kecemasan, insomnia atau tidak bisa tidur, karena sangat bingung dan gelisah.

Lebih lanjut Kartono mengungkapkan ketika masa pre menopause berlangsung, terjadilah perubahan fisik maupun psikis. Menurunnya fungsi hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan timbulnya keluhan – keluhan seperti pusing, mual, gerah, berdebar – debar, dan sebagainya. Masalah pre menopause memberikan perubahan psikis karena adanya anggapan bagi sementara wanita bahwa pre menopause adalah tanda – tanda penuaan dan akan berakhirnya semua sifat – sifat kewanitaannya.

Terjadinya kekhawatiran, ketakutan, dan kecemasan pada masa pre menopause dapat menyebabkan terjadinya insomnia. Hal ini didukung oleh pendapat Walsleben ( Handita, 2004 ) bahwa gangguan tidur tidak langsung berhubungan dengan mneurunnya hormon, namun kondisi psikologis dan meningkatnya kecemasan, gelisah dan emosi sering tidak terkontrol akibat menurunnya hormon estrogen yang menjadi salah satu penyebab meningkatnya gangguan tidur pada wanita pre menopause.

e. Risiko Osteoporosis

Osteoporosis merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan menurunnya massa tulang dan mikroarsitektur dari jaringan tulang. Hal tersebut diakibatkan oleh meningkatnya fragilitas serta kecenderungan tulang untuk mengalami fraktur.

(29)

Selama periode ini wanita mengalami percepatan kehilangan folikel yang sangat dramatis bahkan sampai folikel habis. Terjadinya percepatan kehilangan folikel ini berhubungan dengan peningkatan FSH dan penurunan inhibin. Peningkatan FSH akibat dari berkurangnya kualitas dan kapabilitas folikel yang matur dan berkurangnya sekresi inhibin dari sel granulose. Inhibin berperan dalam mekanisme umpan balik negative terhadap sekresi FSH di hipofise. FSH berfungsi dalam proses perkembangan dan pematangan folikel ovarium, tetapi ovarium terjadi kehilangan folikel bahkan pada saat menopause dapat dinyatkan tidak ada yang tersisa, ovarium tidak lagi memproduksi estrogen, akibatnya kadar FSH meningkat. Pada menopasue terjadi peningkatan kadar FSH di atas 30 IU/ml dan penurunan kadar estrogen kurang dari 40 pg/ml. Estrogen akan berikatan dengan reseptor estrogen pada osteoblast yang secara langsung memodulasiaktifitas osteoblastik dan secara tidak langsung mengatur pmebentukan osteoklast yang bertujuan menghambat resorpsi tulang sehingga jika kadar estrogen turun maka tidak ada yang dapat menghambat resoprsi tulang. Hormon estrogen ini sangat berperan dalam pembentukan tulang, remodelling tulang yang mempertahankan keseimbangan kerja osteoblas ( formasi tulang ) dan osteoklast ( penyerapan tulang ). Akibat dari penurunan hormon estrogen ini, maka proses pada tulang tersebut terganggu. Hal ini akan semakin mempermudah terjadinya penyakit osteoporosis.

f. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

(30)

kolesterol LDL ( kolesterol jahat ) dan menurunnya kadar kadar kolesterol HDL ( kolesterol baik ). Ketidak beradaan estrogen membuat produksi membuat produksi NO ( Nitric oxide ) menurun, NO itu sendiri berperan dalam vasodilatasi arterial dan pencegahan adhesi dari makrofag dan trombosit ke dinding arteri ( Proverawati, 2010, h. 80 - 105 ).

14. Penatalaksaan Medis

a. Terapi Hormon Pengganti

Kebanyakan kaum wanita yang mengalami menopause mempunyai kebutuhan terhadap hormon estrogen. Sedangkan, pada tahap pre menopause jika dilakukan penambahan hormon estrogen akan sangat bermanfaat bagi kesehatan kaum wanita. Sebaiknya sebelum menjalani terapi hormon estrogen, seseorang harus menjalani lebih dahulu pemeriksaan terhadap rahim, kelenjar payudara, darah ( air kencing ) secara ruitn, fungsi hati dan ginjal, lemak darah, gula darah, dan disfungsi pengentalan darah, dengan demikian baru dapat memperoleh pengobatan yang aman dan efektif.

Terapi sulih hormon ( TSH ; Hormon Replacement Therapy = HRT ) efektif untuk meringankan gejala yang menyertai sindrom pre menopause, menopause dan mencegah osteoporosis, serta menjaga kestabilan berat badan.

b. Jenis – jenis Hormon Pengganti

(31)

mengatasi gejala menopause.

Adapun jenis HRT antara lain :

1) Combined Hormon Replacement Therapy ( CHRT )

Yaitu hormon dengan estrogen Estradiol Hemyhidrate Drospirenone, yaitu Angelic, produksi schering, sebuah perusahaan farmasi yang juga memproduksi pil KB. Drospirenone merupakan salah satu jenis dari progesteron. Pada CHRT digunakan kombinasi progesteron dan estrogen, sedangkan ERT hanya estrgoen saja. CHRT itu sendiri ada yang bersifat kontinu ( C- CHRT ) dan sequensial ( S- CHRT ).

2) Estrogen Replacement Therapy (ERT) contohnya Estradiol Hemyhidrate memiliki beberapa keunggulan, yaitu merupakan estrogen alami yang lebih ditoleransi oleh tubuh, sehingga lebih efektif dan tidak memberatkan kerja liver. Angeliq juga terbukti efektif untuk mengatasi hot flush ( gejolak panas ), menjaga kestabilan berat badan dan membantu mengontrol tekanan darah. c. Strategi Terapi

Strategi terapi dapat diabgi menjadi :

1) Strategi jangka pendek dilakukan untuk tujuan simptomatik, setelah gejala berkurang maka pemberian obat dikurangi secara gradual untuk mencegah rekuensi. Apabila terjadi rekurensi terapi harus dilanjutkan sampai tanda withdrawal menghilang. Perencanaan terapi dilakukan dalam 2 – 3 tahun sedang terapi jangka panjang.

(32)

Bertujuan preventif yakni mencegah osteoporosis dan penyakit kardiovaskuler. Lama terapi antara 5 – 10 tahun. Pemberian terapi ini bersifat individual, mempertimbangkan berbagai kontraindikasi dan efek samping yang mungkin timbul pada pasien. Terapi sulih hormon dapat diberikan dalam bentuk pil, krim, implan subdermal. Pemilihan bentuk terapi ini dapat ditentukan dengan mengetahui berbagai keuntungan dan resiko yang akan dihadapi bila wanita tersebut mengambil keputusan untuk menggunakan terapi sulih hormon. Selain melakukan terapi sulih hormon, wanita yang sudah menopause juga disarankan untuk tetap aktif olahraga, karena selain menyehatkan juga dapat memperbaiki suasana hati.

d. Keuntungan TSH

1) Mengurangi gejala hot flush serta gangguan pada menopause. 2) Mengurangi gejala – gejala pada vagina dan saluran kencing,

dengan cara melindungi dari penipisan dan kekeringan vagina, memperbaiki fungsi seksual dan menurunkan rekurensi gangguan saluran kencing yang behubungan dengan menopause.

3) Melindungi dari osteoporosis.

4) Menurunkan resiko penyakit jantung.

5) Kemungkinan memiliki efek perlindungan terhadap penurunan fungsi kognitif, dimana pada penggunaan jangka panjang dikatakan dapat menurunkan kejadian penyakit Alzheimer sampai dengan 50 %.

(33)

mneurunkan resiko kanker colon pada wanita menjelang menopause.

7) Kemungkinan perlindungan terhadap gigi keropos, sebagaimana kemampuannya memberikan perlindungan terhadap bone loss. e. Kerugian TSH

1) Meningkatkan kejadian karsinoma endometri, yaitu pada pemberian terapi sulih hormon dengan estrogen saja ( ERT ). 2) Masalah yang berhubungan dengan pembekuan darah.

3) Meningkatkan resiko karsinoma mammae, terutama pada penggunaan terapi sulih hormon yang lamanya lebih dari 5 tahun. 4) Timbulya perdarahan pervaginam serta gejala premenstrual yang

biasanya dapat diatasi dengan pemberian modifikasi dosis meupun jenis estrogen atau progestin ( CHRT ).

5) Kenaikan berat badan. B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

Manajemen pelayanan kebidanan adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider (Simatupang, 2008, hal. 30).

1. Manajemen asuhan kebidanan menurut Helen varney sebagai berikut : Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

(34)

laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi ibu (Varney, 2007; h. 27).

Langkah II : Menginterpretasi Data

Menginterpretasi data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang di identifikasi khusus. Kata masalah dan diagnosis sama – sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai sebuah diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh. Masalah sering kali berkaitan dengan bagaimana ibu menghadapi kenyataan tentang diagnosisnya dan ini sering kali bias diidentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam mengenali masalah seseorang (Varney, 2007, h. 27).

Langkah III : Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial

Berdasarkan masalah diagnosis saat ini, langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberi perawatan kesehatan yang aman.

Langkah IV :Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan prenatal periodik, tetapi juga saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan. Beberapa data mengindikasi situasi kedaruratan, yang mengharuskan bidan mengambil tindakan secara cepat (Varney, 2007, h. 27).

(35)

Merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik saat ini maupun yang dapat di antisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan. Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan setiap informasi tambahan yang hilang atau diperlukan untuk melengkapi data dasar. Rencana perawatan menggambarkan petunjuk antisipasi bagi ibu atau orang tua adalah pihak yang nantinya melaksanakan atau tidak melaksanakan rencana yang telah dibuat bersama. Oleh karena itu, setiap tugas yang dilakukan pada setiap langkah ditetapkan setelah dirumuskan dan didiskusikan bersama orang tua sekaligus sebagai upaya mengonfirmasi persetujuan klien (Varney, 2007; h. 27).

Langkah VI : Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh Langkah ini dapat dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh orang tua, bidan, atau anggota tim kesehatan lain. pada keadaan melakukan kolaborasi dengan dokter dan member kontribusi terhadap penatalaksanaan perawatan klien dan dengan komplikasi, bidan dapat mengambil tanggung jawab mengimplementasirencana perawatan kolaborasi yang menyeluruh. Implementasi yang efisien akan meminimalkan waktu dan biaya serta meningkatkan kualitas perawatan kesehatan. Suatu komponen implementasi yang sangat penting adalah pendokumentasian secara berkala, akurat, dan menyeluruh (Varney, 2007; h. 28).

Langkah VII : Evaluasi

(36)

rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan perawatan kesehatan. Rencana tersebut menjadi efektif bila bidan mengimplementasi semua tindakan dalam rencana dan menjadi tidak efektif bila tidak diimplementasi (Varney, 2007; h. 28).

2. Metode pendokumentasian secara SOAP, meliputi :

Data Subjektif : berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai ke khawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis.

Data Objektif : merupakan pendokumentasian hasil obervasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostic lain. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

Assasment : merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Planning : membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.

Rencana di susun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluation/ evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah di ambil untuk menilai efektifitas asuhan/ hasil pelaksanaan tindakan.

( Mufdlilah, 2009 ; h. 90-91).

(37)

-147).

I. PENGKAJIAN ( pengumpulan data dasar )

Pengkajian atau pengumpulan data dasar dalam memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan pasien untuk mengevaluasi keadaan pasien.pada pengkajian data ini merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien secara subjektif dan objektif.

A. Data Subjektif

1. Identitas Pasien : bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi mengenai keadaan pasien.

Nama : Identitas dimulai dengan nama pasien, harus jelas dan lengkap. Nama depan, nama tengah ( bila ada ), nama keluarga, dan nama panggilan akrabnya ( Matondang, 2009, h. 5 )

Umur : Rata – rata wanita mengalami gejala pre menopause pada usia 40 an dan puncaknya terjadi pada usia 50 tahun yaitu terjadinya masa menopause ( proverawati, 2010, h. 1 ).

Pendidikan : Informasi tentang pendidikan dapat menggambarkan keakuratan data yang akan diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis.

(38)

kunjungan rumah ( Matondang, 2009, h. 6 )

2. Keluhan utama : Keluhan- keluhan yang timbul pada masa menopause antara lain berkeringat pada malam hari, mudah marah, sulit tidur, haid tidak teratur, gangguan fungsi seksual, kekringan vagina,, sering terasa panas, gangguan pada tulang, badan bertambah gemuk, gelisah, rasa khawatir, sulit konsentrasi, mudah lupa, sering tidak dapat menahan kencing, nyeri otot sendi, stress dan depresi (Joseph, 2011, h. 42-43 ). 3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu :

Dikaji untuk mengetahui adanya kemungkinan riwayat penyakit seperti: hipertensi, diabetes mellitus, dan jantung. Pengkajian ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya penyakit jantung koroner yang bisa menyebabkan diabetes mellitus, hipertensi (tekanan darah tinggi).

Riwayat operasi nonginekologik perlu juga diperhatikan, misalnya strumektomi, mammektomi, appendiktomi, dan lain- lain. Karena hal ini bisa mempengaruhi waktu menopause menjadi lebih cepat atau bisa terjadi menopause dini ( Hanifa, 2009, h. 133 ).

b. Riwayat kesehatan sekarang :

(39)

hipertensi ( Proverawati, 2010, h. 33) c. Riwayat kesehatan keluarga :

Menurut Nadine Suryoprajogo (2009, h. 16), beberapa penelitian menunjukan bahwa ibu dan anak perempuannya cenderung mengalami menopause yang sama.

4. Riwayat obstetri a. Riwayat Haid

Menarche : Makin dini menarche terjadi, makin lambat menopause timbul. Sebaliknya, makin lambat menarche terjadi, makin cepat menopause timbul ( Hanifa, 2006,, h. 130 ).

(40)

Siklus : Apabila panjangnya siklus menstruasi melebihi 42 hari, maka menopause dapat diperkirakan 1 atau 2 tahun lagi ( Proverawati, 2010, h. 11 ). Banyaknya : Banyaknya darah yang keluar penting untuk

dikaji karena perdarahan yang teelalu banyak dalam menopause atau post menopasue perlu mendapat perhatian khusus karena gejala ini pengaruh terhadap kesehatan ibu ( Hanifa, 2009, h. 134 ).

b. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Makin sering melahirkan maka semakin lambat memasuki masa menopause. Kenyataan ini lebih sering pada golongan ekonomi berkecukupan dibandingkan pada golongan masyarakat ekonomi kurang mampu ( Blackburn dan Davidson, 2002 ).

5. Riwayat perkawinan : Wanita yang telah menikah umumnya mendapat menopause satu tahun lebih lambat daripada mereka yang tidak menikah ( Emma, 2004, h. 9 ).

6. Riwayat KB : Wanita usia < 50 tahun harus menggunakan kontrasepsi sekurang – kurangnya dua tahun sesudah siklus menstruasi terakhir. Untuk usia > 50 tahun dapat melanjutkan kontrasepsi selama satu tahun ( Eny, 2011, h. 147 ).

7. Pola kebiasaan sehari- hari

(41)
(42)

b. Pola eliminasi : Masalah yang sering muncul yaitu susah untuk menahan kencing atau terlalu sering kencing. Ini disebabkan karena adanya atrofi urogenitalis pada usia lanjut( Atikah, 2010, h. 38 ).

c. Pola aktifitas : Seiring dengan bertambahnya usia kaum wanita antara 40- 59 tahun dan kurangnya tubuh bergerak, perubahan kadar berbagai hormon memungkinkan menurunnya metabolisme tubuh sehingga mengakibatkan penimbunan lemak terutama di bagian pinggang dan panggul ( Proverawati, 2010, h. 23 ).

d. Pola istirahat : Pada umumnya wanita pada masa pre menopause mengalami susah istirahat atau tidur. Itu semua dapat disebabkan karena pengaruh dari hot flushes ( Atikah, 2010, h. 36 ).

(43)

2010, h. 142 ). 8. Data Psikososial

Psikososial : Menopause dipersepsikan sebagai suatu kehilangan dan menimbulkan perasaan tidak berharga. Wanita memiliki keyakinan dalam diri bahwa sebagai wanita sudah merasa tidak sempurna dengan berakhirnya proses menstruasi dan merasa tidak subur lagi ( Kusmiran, 2011, h. 144 ).

9. Data pengetahan ibu : Pengetahuan pasien tentang menopouse masih dirasakan rendah. Meskipun yang banyak datang berobat keklinik menopouse adalah dari golongan sosio ekonomi tinggi, tetap saja pengetahuan tentang menopouse masih rendah. Mereka lebih percaya kepada pengobatan- pengobatan yang belum jelas terbukti secara ilmiah (Baziad, 2003; hal. 189).

B. Data Objektif

1. Keadaan Umum

Keadaan umum dikaji untuk menilai status keadaan pasien. 2. Tingkat Kesadaran

(44)

kesadaran pada wanita menopause adalah compos mentis yaitu sadar penuh, respon cukup terhadap stimulasi yang diberikan ( Muslihatun dkk, 2009 ).

3. Tanda Vital

a) Tekanan Darah : Dikaji untuk mengetahui tekanan darah normal atau tidak.

Umur 40- 49 tahun 126/81 mmHg, umur 50- 59 tahun 138/84 mmHg ( Cunningham,2002 ).

b) Nadi : Dikaji untuk mengetahui nadi pasien dalam keadaan normal atau tidak. Jika nadi lebih dari 100 kali/menit merupakan tanda dari hipotiroidisme ( Wheeler, Linda, 2003, h. 72 ).

c) Pernafasan : berfungsi untuk pernafasan pasien dalam keadaan normal atau tidak. Pernafasan rata- rata normal menurut usia yaitu pada orang dewasa adalah 12- 20 kali/menit ( Potter dan perry, 2005 ).

d) Suhu : Dikaji untuk mengetahui suhu pasien dalam keadaan normal atau tidak. Suhu seseorang dapat menurun 0,1- 0,9 oC beberapa menit setelah hot flush mulai terjadi. Seringkali menggigil pada akhir hot flush ( Nadine Suryoprayogo, 2009, h. 22 ).

(45)

Pada saat menopause, penambahan berat badan disebabkan oleh kurangnya aktifitas sehingga pembakaran kalori tubuh menurun (Eny, 2011, h. 148 ).

f) Tinggi Badan : Banyak wanita yang tidak mengukur tinggi badannya dalam sepuluh tahun dan sering kehilangan satu inci pada saat usia lanjut. Pengukuran tinggi badan memberikan kesempatan untuk membahas postur, mekanik tubuh, olahraga dan osteoporosis ( Varney, 2006, h. 321 ).

g) Status Present

(1) Rambut : Dikaji untuk mengetahui rambut tipis dan kering serta mudah rontok ( DepKes RI, 2003, h. 34 ).

(2) Mata : Menurut (Sarwono, 2003, h. 45) pada pasien menopause biasanya kekurangan estrogen yang dapat menyebabkan atrofi kornea dan konjungtiva, serta turunnya fungsi kelenjar aiir mata.

(46)

22 )

(4) Dada dan axilla : Hormon estrogen dan progesteron membantu dalam pengaturan bentuk payudara, sehingga apabila kekurangan kedua hormon ini menyebabkan kisutnya payudara. Kelenjar yang mengecil terkadang menyebabkan pembentukan seperti kista, atau dapat terjadi perubahan fisik baik jinak atau ganas ( Proverawati, 2010, h. 20 ). (5) Abdomen : Pengkajian abdomen standar harus

dilakukan, terdiri atas tindakan observasi, auskultasi, perkusi dan palpasi. Tujuan dari palpasi bukan hanya untuk menentukan adanya pembesaran atau perpindahan atau untuk mengidentifikasi adanya massa atau pembesaran kelenjar limfe, tetapi juga untuk melihat apakah nyeri dapat ditimbulkan kembali saat di palpasi ( Varney, 2006, h. 358 ).

(47)

berkurang sehingga lubrikasi berkurang yang mengakibatkan hubungan seks menjadi sakit (Sarwono, 2003, h. 32). h) Status Obstetrikus

(1) Inspeksi

Dada : Hormon estrogen dan progesteron membantu dalam pengaturan bentuk payudara, sehingga apabila kekurangan kedua hormon ini menyebabkan kisutnya payudara. Kelenjar yang mengecil terkadang menyebabkan pembentukan seperti kista, atau dapat terjadi perubahan fisik baik jinak atau ganas ( Proverawati, 2010, h. 20)

Abdomen : Pengkajian abdomen standar harus dilakukan, terdiri atas tindakan observasi, auskultasi, perkusi dan palpasi. Tujuan dari palpasi bukan hanya untuk menentukan adanya pembesaran atau perpindahan atau untuk mengidentifikasi adanya massa atau pembesaran kelenjar limfe, tetapi juga untuk melihat apakah nyeri dapat ditimbulkan kembali saat di palpasi ( Varney, 2006, h. 358 ).

(48)

apakah puting susu mengecil, kurang erektil, pigmentasi berkurang sehingga payudara menjadi datar dan mengendor ( Atikah, 2010, h. 28 ).

(2) Pemeriksaan Dalam : Tidak dilakukan. II. INTERPRETASI DATA

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.

a. Diagnosa

Kumpulan dari data subjektif dan obejektif mnunjukan hasil apakah mengarah pada kasus yang ditegakan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.

Diperoleh diagnosa Data dasar

Dasar subjektif : Wanita dengan menopause

Dasar objektif : Data objektif didapat dari gangguan reproduksi karena menopause

Tanda-tanda Vital

(a) Tekanan Darah : Umur 40-49 tahun 126/81 mmHg, umur 50-59 tahun 138/84 mmHg ( Cunninghamm, 2002 ).. (b) Nadi : Jika nadi lebih dari 100 kali/menit merupakan

(49)

(c) Pernafasan : pernafasan rata- rata normal menurut usia yaitu pada orang dewasa adalah 12-20 kali/menit ( Potter dan perry, 2005 ).

(d) Suhu : Suhu seseorang dapat menurun 0,1- 0,90 C beberapa menit setelah Hot flush mulai terjadi. Seringkali menggigil pada akhir hot flush ( Nadine, 2009, h. 22 ).

b. Masalah

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Pada langkah ini bidan melakukan identifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi sebelumnya.

Adapun resiko atau penyakit yang dapat terjadi setelah menopause yaitu antara lain kanker payudara,, kanker leher rahim, dan kanker rahim.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA KOLABORASI ATAU KONSULTASI

Dari diagnosa potensial kebutuhan segera untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat, identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan perlu konsultasi dengan tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.

Kolaborasi dengan dokter Obgyn untuk pemeriksaan laboraturium.

V. PERENCANAAN

(50)

hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan.

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

2. Jelaskan pada ibu tentang pengertian klimakterium serta apa saja gejala- gejalanya

3. Jelaskan tentang bagaimana penanganan untuk mengurangi gejala- gejala pada masa klimakterium.

4. Berikan terapi sesuai dengan gajala VI. PELAKSANAAN

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

2. Menjelaskan pada ibu bahwa masa klimakterium merupakan masa yang terjadi sebelum menopause yang biasanya ditandai dengan gejala- gejala seperti : haid menjadi tidak teratur, adanya gejolak panas dalam tubuh, berkeringat dingin pada malam hari, sering panas dan jantung terasa berdebar- debar, insomnia atau susah tidur, terjadinya kekeringan pada vagina dan penurunan gairah seksual.

3. Menjelaskan pada ibu tentang cara untuk mengurangi gejala- gejala pada masa klimakterium antara lain dengan :

a) Selalu berdiri, duduk dan berjalan dengan tegak, mengurangi pemakaian garam untuk menghindari penumpukan air oleh jaringan. b) Perbanyak minum jus khususnya jus jeruk, konsumsi sayur hijau dan

ikan yang banyak mengandung kalsium. Hindari faktor- faktor yang dapat memicu rasa panas seperti makanan berbumbu banyak, makanan yang pedas dan panas, makanan berlemak, alkohol dan kafein.

(51)

d) Mengkonsumsi beberapa jenis vitamin misalnya, Vitamin A terdapat pada biji kedelai ( dapat membantu kelancaran fungsi organ penglihatan dan pertumbuhan tulang. Vitamin B1 terdapat pada susu baik susu sapi ataupun susu kedelai.

e) Jangan merokok, minum alkohol, dan perbanyak minum air putih f) Rasa tidak nyaman atau nyeri pada saat berhubungan intim karena

kurangnya cairan vagina bisa diatasi dengan pemberian jelly atau lubricant yang banyak dijual di apotek.

g) Melakukan senam kegel untuk menguatkan otot panggul dengan cara :

(1) Langkah pertama, posisi duduk atau berbaring. Cobalah untuk menahan mengontraksikan otot panggul

(2) Ketika menahan kencing harus dapat merasakan otot panggul anda meremas uterus dan anus.

(3) Kontraksikan otot panggul selama 10 detik, kemudian istirahat selama 10 detik.

(4) Lakukan latihan ini secara berulang- ulang sampai 10-15 menit kali per sesi. Lakukan tiga kali sehari.

4. Memberikan terapi yaitu :

a) Asam mefenamat 500 mg 3x1 sehari b) Dexamatasone 3x1 sehari

c) Vitamin B1 500 mg 3x1 sehari

VI. EVALUASI

(52)

oleh soerang bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan. Berdasarkan evaluasi rencana asuhan kebidanan yang telah dilakukan. 1. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaannya.

2. Ibu mengerti tentang masa klimakterium dan apa saja gejalanya.

3. Ibu mengerti tentang bagaimana cara untuk mengurangi gejala gejala pada masa klimakterium.

4. Ibu telah mendapatkan terapi.

B. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1464/MENKES/PER/X/2010

Kewenangan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan wanita dengan gangguan reproduksi (menopause), dalam memberikan asuhan kebidanan pada kepmenkes nomor 1464/MENKES/PER/x/2010.

Pasal 9 : Bidan dalam praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :

a. Pelayanan kesehatan ibu

b. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pasal 12 : Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c, berwenang untuk :

a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dan

(53)

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU/WANITA DENGAN GANGGUAN

REPRODUKSI

Menurut 50 tahun IBI

Kompetensi ke-9 : Melakukan asuhan kebidanan pada ibu/wanita dengan gangguan sistem reproduksi.

a. Pengetahuan dasar

1) Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual ( PMS ), HIV/AIDS.

2) Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang lazim terjadi.

3) Tanda, gejala dan penatalaksanaan pada kelainan genekologi meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

b. Ketrampilan dasar

1) Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan- kelainan sistem reproduksi

2) Melaksanakan pertolongan pertama pada anita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.

3) Melaksanakan kolaborasi dan atau rujuksn secara cepat dan tepat pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi.

4) Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada kelainan ginekologi meliputi : keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

(54)

1) Mempersiapkan wanita menjelang klimakterium dan menopause.

2) Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus spontan ( bila belum sempurna ).

3) Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara cepat dan tepat pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.

4) Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada gangguan sistem reproduksi meliputi : keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

d. Pengetahuan tambahan

1) Mikroskop dan penggunaannya.

2) Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear. e. Ketrampilan tambahan

Referensi

Dokumen terkait

a. Untuk segmen Jawa Tengah karena perusahaan saya beroperasi di Semarang sehingga akan lebih mudah untuk menargetkan pasar di pulau Jawa, yaitu dalam hal

Penghargaan yang diraih oleh Yayasan Al Firdaus tentunya tidak didapatkan secara instan, diperlukan strategi komunikasi yang telah direncanakan dengan matang untuk

Alhamdulillahirabbil’alamin berkah do’a dan usaha sungguh -sungguh penulis dapat menyelesaikan hasil dan pembahasan, kajian dan penelitian hukum (tesis) untuk

certain society the use of taboo words is

Informasi dapat tersampaikan cukup baik, namun masih banyak yang belum mendapatkan informasi yang lengkap tentang Raja Ampat, sehingga pembuatan media utama berupa

Disini dapat saya gambarkan bahwa para remaja penggemar Koren ini biasanya mereka berkumpul dalam Mall (Business Park Gorontalo) atau nongkrong di Gramedia

Hak yang melekat pada kepala desa dan perangkat desa tersebut bukanlah hak milik, melainkan hak pakai seperti yang tertuang dalam ketentuan konversi UUPA Pasal VI

Knowledge management merupakan kegiatan organisasi dalam mengelola pengetahuan sebagai aset, dimana dalam berbagai strateginya ada penyaluran pengetahuan yang tepat