• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Informasi Obat - Sri Yani BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Informasi Obat - Sri Yani BAB II"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Informasi Obat

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan

(2)

komprehensif, terkini, oleh apoteker kepada pasien, masyarakat, profesional kesehatan lain, dan pihak-pihak yang memerlukan (Menkes, 20฀4). Pelayanan ini meliputi penyediaan, pengolahan, penyajian, dan pengawasan mutu data/informasi obat dan keputusan profesional.

Tujuan dari PIO antara lain (Kurniawan dan Chabib, 20฀0) adalah : ฀. Menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, berorientasi

kepada pasien, tenaga kesehatan dan pihak lain.

2. Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain.

3. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat.

PIO bagi profesional kesehatan akan meningkatkan peran apoteker dalam perawatan kesehatan, antara lain :

a. Pengetahuan apoteker tentang obat terpakai.

b. Apoteker menjadi lebih aktif dalam pelayanan kesehatan.

c. Peran apoteker dapat membuka fungsi klinis lain, misal kunjungan pasien. d. Peningkatan terapi rasional dapat tercapai.

Terdapat dua metode yang digunakan dalam informasi obat, yaitu metode tertulis dan metode tidak tertulis. Informasi tertulis yang sudah biasa diberikan adalah penulisan etiket pada kemasan obat. Informasi ini biasanya diikuti dengan informasi lisan yang disampaikan pada saat penyerahan obat kepada pasien.

(3)

Komunikasi yang tidak baik dapat menyebabkan ketidakpatuhan pasien. Apabila komunikasi yang telah diberikan belum dapat memberikan hasil yang diharapkan yaitu kepatuhan, maka apoteker perlu mencari upaya lain untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Misalnya dengan menggunakan media yang lebih menarik agar dapat meningkatkan pengetahuan pasien, sehingga pasien dapat meningkatkan kepatuhannya dan tujuan terapi tercapai dengan baik.

Informasi obat yang baik sangat diperlukan pada terapi jangka panjang, antara lain pada pasien epilepsi, DM, TBC dan penyakit kronis lainnya. Informasi obat ini biasanya dilakukan pada saat penyerahan obat kepada pasien. Informasi obat yang diberikan pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Pada terapi jangka panjang perlu juga disampaikan untuk kontrol ke dokter sebelum obatnya habis karena terapi harus dilakukan terus-menerus secara rutin untuk jangka waktu lama agar terapinya berhasil baik. Konseling bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien atau agar yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau alat kesehatan lain. Edukasi dilakukan oleh apoteker untuk meningkatkan pengetahuan pasien, informasi yang diberikan dapat berupa lisan, leaflet/brosur, atau media lain yang cocok sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatannya.

Leaflet atau brosur adalah media tertulis yang berisi berbagai informasi obat, antara lain informasi tentang jadwal pengobatan, cara pemakaian obat, cara pengukuran obat untuk obat cair, dosis obat yang harus dikonsumsi dan cara penyimpanan obat. Komik adalah media bergambar yang berisikan gambar-gambar yang berisi cerita tentang informasi obat seperti yang tertulis dalam leaflet.

(4)

Kepatuhan merupakan tingkat ketepatan perilaku individu/pasien dengan nasihat medis/kesehatan. Ketidakpatuhan dapat diartikan sebagai kesalahan pasien dalam menerima informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan.

Pada kasus pengobatan anak, anak perlu dilibatkan dalam proses penyuluhan/edukasi. Hal ini sebaiknya dimulai waktu anak berumur 8 sampai ฀0 tahun (Aslam ฀t al, 2003). Kepatuhan anak terhadap pengobatan tergantung pada orang tua/pengasuhnya. Kepatuhan meningkat beriringan dengan meningkatnya pemahaman tingkat keparahan kondisi penyakit anak oleh orang tua. Peran farmasis dalam hal ini sangat diperlukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kerjasama anak dan orang tua dalam pengobatan adalah formulasi, penampilan obat, cara penggunaan obat. Waktu dalam pemberian obat pada anak juga dapat jadi masalah karena anak waktu tidurnya lebih lama dan ada waktu anak di sekolah. Penyebab ketidakpatuhan penggunaan obat juga dapat disebabkan penyakit, terapi dan komunikasi antara pasien dan apoteker/tenaga kesehatan (Menkes, 2007). Kepatuhan penderita epilepsi dalam mengkonsumsi obat sangat diperlukan karena ketidakpatuhan dapat memperparah penyakit (RSDK, 20฀3).

C. Epilepsi

Epilepsi adalah suatu kondisi yang diakibatkan lepasnya muatan listrik yang berlebihan pada sel-sel otak yang menyebabkan timbulnya kejang berulang (Retnaningsih, 20฀3). Manifestasi kejang meliputi pandangan kosong, otot kaku, pergerakan tidak terkontrol, penurunan kesadaran, perasaan ganjil atau kejang seluruh badan. Terjadinya kejang biasanya dipicu oleh kelalaian minum obat, kurang tidur, makan tidak tepat waktu, stres, kegembiraan dan kesedihan berlebih, perubahan hormonal, sakit/demam, konsumsi obat selain obat epilepsi, mengkonsumsi alkohol atau narkoba. Epilepsi pada anak sulit dideteksi karena anak belum bisa mengungkapkan sesuatu yang dirasakan.

(5)

otot yang mengakibatkan pasien mendadak jatuh atau melemparkan benda yang dipegangnya. Epilepsi parsial biasanya disertai rasa kesemutan, atau tidak kenal pada satu tempat yang berlangsung beberapa menit atau jam, rasa seperti bermimpi, daya ingat terganggu, halusinasi, atau pikiran kosong, diikuti mengulang-ulang ucapan dan berlari tanpa tujuan. Epilepsi biasanya terjadi karena keturunan, kelainan bentukan otak, infeksi penyakit yang menyebabkan radang otak, tumor otak, step berulang, gangguan metabolisme dan ada juga yang tidak diketahui penyebabnya.

Obat yang diberikan pada pasien epilepsi tidak langsung menyembuhkan tetapi hanya mengendalikan serangan, menjarangkan atau bahkan menghilangkan serangan. Tujuan dari pengobatan epilepsi adalah bebas kejang. Setelah dua tahun pengobatan biasanya akan dievaluasi, bila sudah baik dosis obatnya diturunkan secara perlahan karena apabila mendadak dapat menyebabkan fatal terutama pada anak bisa menyebabkan kejang yang hebat. Ketidakpatuhan dalam pengobatan pada pasien epilepsi dapat menyebabkan status epileptikus, yaitu keadaan terjadi serangan beruntun lebih dari 30 menit yang berdampak kematian (RSDK, 20฀3).

Epilepsi pada anak sulit dideteksi karena gejala yang muncul bervariasi dan tergantung jenis epilepsi yang diderita, beberapa gejala epilepsi yang biasanya muncul pada anak, yaitu :

฀. Tatapan mata kosong.

Tatapan mata kosong seperti orang melamun, kejang ini disebut kejang petit mal (p฀tit mal s฀izur฀). Lengan atau kepala anak kelihatan lunglai, kejang ini biasanya berlangsung 30 detik sampai ฀ menit.

2. Kejang total (total convulsions).

(6)

bola mata memutar ke belakang. Setelah kejang berakhir, anak akan bingung beberapa menit, otot sakit dan akan tertidur dalam waktu lama. 3. Kedutan (twitching).

Kedutan dapat muncul pada berbagai jenis epilepsi, namun lebih jelas terlihat pada epilepsi fokal. Kedutan sifatnya lokal, dimulai pada satu jari atau telapak tangan, kemudian semakin memburuk dan akan menjalar ke lengan dan menyebar sampai sebagian atau seluruh tubuh. Sebagian anak tetap sadar, sebagian lagi kehilangan kesadaran.

4. Aura.

Aura terjadi sesaat sebelum kejang berlangsung. Aura dapat menyebabkan anak tiba-tiba sakit tanpa sebab, mendengar suara yang tidak nyata atau mencium bau yang tidak ada sumbernya. Anak juga mengalami masalah pandangan atau perasaan aneh pada satu bagian tubuhnya.

Jenis epilepsi pada anak beragam, diantaranya disebabkan oleh gangguan otak karena kelainan bawaan, trauma otak, infeksi, hingga kekurangan oksigen saat persalinan. Seorang anak dikatakan epilepsi bila mengalami kejang spontan dua kali atau lebih tanpa sebab. Pada dasarnya epilepsi tidak menular dan tidak mengganggu kecerdasan anak, namun bila kejang lebih dari ฀5 menit bisa merusak otak.

Epilepsi pada anak 70% sampai 80% bisa disembuhkan dengan obat (RSDK, 20฀3). Beberapa faktor yang memicu kejang antara lain perubahan konsentrasi listrik, ir฀gular int฀rn฀uron koneksi, eksitatori asam amino (aspartat) dan asam glutamat, inhibitori GABA (gamma amino butiric acid). Selain itu ada faktor luar sebagai pencetusnya antara lain kelelahan, kurang tidur, terlalu panas/dingin, stres. Diagnosis epilepsi selain gejala juga menggunakan alat diagnostik antara lain EEG (El฀ctro Enc฀phalo Grafi), CT Scan (Comput฀d Tomography), dan MRI (Magn฀tic R฀sonanc฀ Imaging).

(7)

Prinsip umum terapi epilepsi adalah

฀. Menetapkan tujuan terapi, menilai tipe dan frekuensi bangkitan. 2. Menetapkan tipe bangkitan dan sindroma epilepsi.

3. Menetapkan faktor resiko dari bangkitan yang berikutnya.

4. Menetapkan penggunaan Obat Anti Epilepsi (OAE), harus dimulai dengan monoterapi.

5. Bila tidak berhasil dengan monoterapi pikirkan terapi kombinasi. 6. Merencanakan waktu penghentian obat.

(Depkes, 2009).

Terapi non farmakologi adalah dengan mengamati faktor pemicu, dan menghindarinya bila ada, misal stres, olah raga, konsumsi kopi/alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dan lain-lain. Pemilihan obat antiepilepsi tergantung dari jenis epilepsinya.

Tabel 1. Pemilihan obat antiepilepsi menurut farmakologi terapi (Depkes, 2009)

Jenis ฀angkitan Obat Pilihan Utama Obat Alternatif ฀. Bangkitan Parsial

a. Parsial sederhana

b. Parsial kompleks

c. Parsial yang menjadi umum

Jenis Bangkitan Obat Pilihan Utama Obat Alternatif

(8)

tidak khas

3. Obat-obat untuk keadaan konvulsi khusus a. Kejang demam pada

Klasifikasi pasien anak/pediatri menurut Th฀ British Pa฀diatric Association (BPA) berdasarkan saat terjadinya perubahan biologis adalah :

Tabel 2. Klasifikasi pediatri berdasarkan saat terjadinya perubahan biologis (Depkes, 2009)

Kelompok Usia

Neonatus Awal kelahiran – ฀ bulan

Bayi ฀ bulan – 2 tahun

Anak 2 tahun – ฀2 tahun

Remaja ฀2 tahun – ฀8 tahun

E. Hipotesis

Media informasi obat berpengaruh terhadap keterlibatan pasien anak epilepsi dalam kepatuhan minum obat di RSUD Banyumas.

฀A฀ III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Gambar

Tabel 1. Pemilihan obat antiepilepsi menurut farmakologi terapi (Depkes, 2009)
Tabel 2. Klasifikasi pediatri berdasarkan saat terjadinya perubahan biologis (Depkes,

Referensi

Dokumen terkait

display. 3) Pencetakan informasi tentang perpustakaan yang dapat dikemas berupa : brosur, leaflet, poster, standing banner, atau buku katalog berisi daftar

perlu diberi informasi tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya. d) Cara pemakaian: cara

PDT adalah pengobatan yang menggunakan obat-obatan khusus, yang disebut agen fotosensitizer, bersama dengan cahaya untuk membunuh sel kanker.. Obat-obatan hanya bekerja

Masyarakat yang melakukan perilaku pengobatan sendiri menggunakan obat modern sebaiknya menggunakan obat sesuai dosis obat dan cara penggunaan obat. Dosis merupakan aturan

Pengobatan yang diberikan pada pasien dengan kemoterapi untuk pasien dengan kanker payudara merupakan kombinasi antar berbagai obat yang memiliki fungsi masing –

Laporan keuangan merupakan suatu dokumen atau catatan tertulis yang berisi informasi mengenai keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu dan dapat

Terapi Intravena adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untukmemasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien (Darmawan, 2008).Sementara itu menurut

Adapun pemakaian obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan 13 Pelayanan informasi obat terkait waktu penggunaan obat pagi/siang/malam berdasarkan hasil penelitian