PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG VOKASIONAL
MELALUI PENGEMBANGAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
KEJURUAN STRATA DUA
I Gede Sudirtha1, Risa Panti Ariani2, Made Diah Anggendari3, Luh Masdarini4 1,2,3,4Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha
Email: gede.sudirtha@undiksha.ac.id
ABSTRAK
Pendidikan Kejuruan memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan sumber daya manusia utamanya di bidang ketenagakerjaan yang mempersiapkan para peserta didiknya untuk bekerja pada bidang tertentu. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, pendidikan kejuruan memiliki sejumlah persoalan yang sedang dihadapi saat ini. Dari visi misi fakultas Teknik dan Kejuruan serta renstra Fakultas Teknik dan Kejuruan 2016-2021 sebagai fakultas dan yang mengemban visi misi tersebut sangat memungkinkan mengembangkan program studi baru berbasis kependidikan dan kejuruan yang selaras dengan pengembangan bidang teknologi secara bersinergi dalam memberikan sumbangan terhadap pembangunan bidang pendidikan kejuruan dan ketenagakerjaan. Hal ini memberi ruang dan kesempatan luas bagi pengembangan program studi baru. Program studi baru yang akan dikembangkan melalui studi kelayakan ini adalah Program Studi Pendidikan Guru Vokasional Strata Dua. Penyelenggaraan program studi tersebut saat ini dirasakan adanya kebutuhan yang cukup mendesak untuk terbukanya akses untuk mendapatkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi bagi para guru SMK maupun dosen di bidang vokasi dan pendidikan vokasional dalam rangka meningkatkan kompetensi kependidikan maupun keahliannya melalui inovasi yang dikolaborasikan dengan keilmuan pendidikan kejuruan yang berkembang saat ini.
Kata Kunci: pendidikan kejuruan, sumber daya manusia bidang vokasional
PENDAHULUAN
Pendidikan Kejuruan merupakan salah satu jalur pendidikan formal yang memiliki peran yang sangat besar dalam
pembangunan sumber daya manusia
utamanya dalam bidang ketenagakerjaan, sesuai dengan hakikat pendidikan kejuruan yang mempersiapkan para peserta didiknya untuk bekerja pada bidang tertentu. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, pendidikan kejuruan memiliki sejumlah persoalan yang sedang dihadapi saat ini. Berbagai persoalan tersebut antara lain: (1) ketersediaan guru produktif masih sangat kurang dan tidak merata, sementara akses pendidikan yang menyiapkan guru masih sangat terbatas, (2) kompetensi lulusan belum optimal dan belum sesuai
dengan kebutuhan tenaga kerja, (3) tidak
adanya hubungan yang erat antara
pendidikan formal kejuruan dengan
masyarakat dan industri, (4) keterbatasan program pendidikan (keahlian) yang ada di
pendidikan tinggi kejuruan (LPTK)
dibandingkan dengan bidang-bidang
kejuruan di sekolah masih terbatas, (5) belum dipahaminya hakikat, visi, misi, dan tujuan pendidikan kejuruan oleh para
pemangku kepentingan pendidikan
kejuruan di Indonesia, (6) belum terjadi sinergi yang baik antara industri/dunia usaha dan industry, lembaga pendidikan
formal, dan masyarakat dalam hal
pendidikan kejuruan, (7) keterbatasan
sarana dan prasarana pendukung
pembelajaran di pendidikan kejuruan, dan (8) keterbatasan jumlah SDM yang
membidangi pendidikan kejuruan di level pendidik dan tenaga kependidikan (di bidang manajemen pendidikan kejuruan dan pengelola pembelajaran kejuruan yang benar-benar memahami esensi pendidikan kejuruan).
Reorientasi pendidikan kejuruan di Indonesia menuntut pengkajian yang mendasar dan tuntas, sehingga mampu memberikan rumusan asas dan prinsip dasar pengembangan pendidikan kejuruan yang relevan. Diperlukan rumusan yang
mendorong peningkatan kualitas
pembelajaran dan pengembangan
manajemen sekolah kejuruan dalam
mendukung pelaksanaan peran strategis pendidikan kejuruan. Tuntutan perubahan di atas mengandung implikasi pada
perubahan pendekatan pembelajaran,
reformulasi peran guru dan siswa sekolah
kejuruan, pendekatan pengembangan
media pendidikan kejuruan, evaluasi
pembelajaran, yang semuanya memerlukan pengkajian dan penelitian yang mendasar, sistematis, serta berkesinambungan untuk
dapat mencapai tujuan pendidikan
kejuruan yang diharapkan.
Dengan berlakunya UU No 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah,
maka pemecahan berbagai masalah,
termasuk bidang ketenagaan dan
pendidikan kejuruan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Oleh karenanya, kebutuhan sumberdaya manusia yang berlatar kejuruan sangat dibutuhkan pada setiap jajaran di pemerintah daerah, mulai daerah tingkat I, daerah tingkat II, kecamatan sampai ke pedesaan. Dalam era
otonomi daerah, tugas-tugas yang
sebelumnya dilaksanakan oleh pemerintah
pusat kini dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Jabatan-jabatan tertentu yang semula berada di pusat yang dipegang oleh tenaga berkualifikasi master dan doktor saat ini dilaksanakan di daerah dan diisi tenaga yang berasal dari daerah. Dengan demikian struktur ketenagakerjaan dan kebutuhan ahli dalam bidang pendidikan kejuruan yang berkualifikasi master dan doktor akan meningkat karena setiap
daerah memerlukan tenaga kerja
berkualifikasi setingkat itu. Perubahan struktur kelembagaan oleh adanya otonomi
daerah mendorong pengembangan
paradigma baru bidang pendidikan
kejuruan, yang selain berimplikasi pada
perlunya pengembangan keilmuan
kejuruan juga upaya pemenuhan kebutuhan tenaga ahli pendidikan kejuruan.
Sejalan dengan visi misi fakultas Teknik dan Kejuruan serta renstra Fakultas Teknik dan Kejuruan 2016-2021 sebagai fakultas dan yang mengemban visi misi
tersebut sangat memungkinkan
mengembangkan program studi baru
berbasis kependidikan dan kejuruan yang selaras dengan pengembangan bidang
teknologi secara bersinergi dalam
memberikan sumbangan terhadap
pembangunan bidang pendidikan kejuruan dan ketenagakerjaan. Hal ini memberi
ruang dan kesempatan luas bagi
pengembangan program studi baru.
Program studi baru yang dikembangkan melalui studi kelayakan ini adalah Program Studi Pendidikan Kejuruan (Vokasional) Strata Dua.
Penyelenggaraan program studi
tersebut saat ini dirasakan adanya
kebutuhan yang cukup mendesak untuk terbukanya akses untuk mendapatkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi bagi para guru SMK maupun dosen di bidang vokasi dan pendidikan vokasional dalam rangka meningkatkan kompetensi kependidikan maupun keahlianny melalui inovasi yang dikolaborasikan dengan
keilmuan pendidikan kejuruan yang
berkembang saat ini. Dibandingkan dengan institusi lain yang di Bali, NTB, dan NTT, belum ada perguruan tinggi yang memiliki
Program Studi Pendidikan Guru
Vokasional Strata Dua. Berdasarkan uraian tersebut sangat diperlukan suatu kajian dalam rangka pengembangan program studi yang dimaksud.
Dilihat dari keterserapan lulusan Fakultas Teknik dan Kejuruan di berbagai tempat dan bidang pekerjaan menunjukkan tingkat keterserapan yang cukup tinggi.
Data ini dikuatkan oleh hasil tracer study
yang dilakukan Sudirtha, dkk., 2014, h.30.
Hasil kajian tersebut menunjukkan
keterserapan lulusan Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha di masyarakat/ dunia
usaha dan industri ditinjau dari
ketersebarannya di wilayah Bali dan sekitarnya tergolong baik yang dibuktikan dengan diterimanya alumni di berbagai bidang pekerjaan yang rerlevan dengan kompetensinya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, sangat mendesak untuk dilakukan
studi kelayakan dalam rangka
pengembangan Program Studi Pendidikan Guru Vokasional Strata Dua sebagai bentuk perluasan dan peningkatan akses masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi sesuai kebutuhan bidang pekerjaan dan pembangunan pendidikan kejuruan di Indonesia.
Pendidikan kejuruan (vokasional)
merupakan pendidikan yang menyiapkan para peserta didiknya untuk menguasai keterampilan atau skill tertentu dan mampu mempersiapkan mereka untuk bekerja dalam satu bidang tertentu. Bennet (2003)
mendefinisikan pendidikan vokasi
termasuk semua bentuk pendidikan yang bersipat keteknikan dan vokasional dan diselenggarakan oleh berbagai bentuk institusi pendidikan, baik oleh pemerintah
maupun oleh masyarakat, berbentuk
formal maupun non formal, dengan tujuan
membantu masyarakat memperoleh
pendidikan dan pelatihan berdasarkan prinsip belajar sepanjang hayat, (dalam Ivan, 2014:4). Istanto, dkk., (2013: 16) menyebutkan dalam perspektif social ekonomi, pendidikan kejuruan/ vokasi
adalah pendidikan ekonomi, sebab
diturunkan dari kebutuhan pasar kerja,
memberi urunan terhadap kekuatan
ekonomi. Pendidikan kejuruan/ vokasi adalah pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja. Lebih lanjut dalam pandangan
Wardiman (1998:32) menyebutkan
pendidikan kejuruan dikembangkan
melihat adanyakebutuhan masyarakat akan pekerjaan. Peserta didik membutuhkan
program yang dapat memberikan
keterampilan, pengetahuan, sikap kerja, pengalaman, wawasan, dan jaringan yang dapat membantu mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pilihan kariernya.
Berdsarkan pandangan-pandangan
tersebut dapat dijelaskan pendidikan
kejuruan dalam perspektif ekonomi
merupakan tulang punggung pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Dalam system pendidikan nasional, sebagai bagian sub system pendidika, pendidikan kejuruan
dapat dikembangkan mulai dari pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Terkait
dengan pengembangan pendidikan
kejuruan di level pendidikan tinggi, sangat dibutuhkan pemahaman terhadap hakikat serta permasalahan pendidikan kejuruan sebagai bagian dari pendidikan kedunia kerjaan. Pendidikan kejuruan di level pendidikan tinggi seperti yang ada di LPTK (lembaga Pendidikan Tenraga Kependidikan) seperti pada level Diploma dan Sarjana, harus berkontribusi terhadap pembangunan pendidikan kejuruan yang
berfungsi sebagai bagian dari
pembangunan bidang penyedian tenaga terampil di bidang tertentu yang siap untuk bekerja dengan berbagai persoalan yang dihadapi.
Berdasrkan uraian di atas, terkait dengan hakikat dan berbagai persoalan
yang dihadapi dunia pendidikan,
khususnya pendidikan kejuruan, salah satu solusi dalam pengembangan pendidikan kejuruanyang dapat dilakukan oleh LPTK, khususnya Fakultas Teknik dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Ganesha
(Undiksha) berupa pengembangan
pendidikan kejuruan di level Strata dua (S2). Pengebangan pendidikan kejuruan di level strata dua dimaksudkan sebagai bagian dari system pendidikan nasional yang dapat mengatasi segala persoalan
pendidikan kejuruan dalam konteks
nasional maupun internasional. Hal ini sejalan dengan rumusan kompetensi pada
level delapan KKNI (Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia) yang
menyebutkan: (1) mengembangkan
pengetahuan,teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya atau praktek
profesionalnya melalui riset, hingga
menghasilkan karya inovatif dan teruji, (2)
memecahkan permasalahans ains,
teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau
multidisipliner, (3) mengelola riset dan
pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan, serta mampu
mendapat pengakuan nasional dan
internasional, (Megawati Santosa, 2012).
Saat ini, di tengah-tengah
berkembangnya pendidikan vokasi/
kejuruan di Indonesia, khususnya di Bali masih sangat kurang adanya lembaga pendidikan vokasi di level strata dua (S2). Pendidikan kejuruan. vokasi pada level strata dua (S2) yang dimaksud adalah untuk penyediaan akses pendidikan yang lebih tinggi bagi guru pendidikan kejuruan maupun dosen di bidang vokasi agar mampu melaksanakan, mengembangkan, dan berinovasi dalam bidang vokasi (sebagai pengajar/ pendidik) maupun sebagai peneliti di bidang vokasi, yang pada akhirnya dpat dimanfaatkan sebagai bagian dari inovasi dalam mengatasi segala persoalan pendidikan kejuruan dan kedunia kerjaan.
METODE
Data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan
melalui kuisioner yang disusun bersama oleh tim peneliti dan melalui proses validasi fakar. Kuisioner yang digunakan bersifat terbuka sehingga diharapkan penelitian dapat memberikan informasi secara utuh. Untuk lebih meyakinkan
keutuhan informasi yang diperoleh,
pengumpulan data primer juga dilakukan
melalui wawancara dengan sumber
informasi. Pengumpulan data skunder
peraturan dan perundang-undangan yang terkait dengan ketentuan penyelenggaraan Program Studi Pendidikan Kejuruan. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriftif. Berdasarkan data yang terkumpul, terlebih dahulu diklasifikasi
bidang-bidang yang dibutuhkan oleh
instansi/sekolah disertai dengan pendataan kuantitas kebutuhan pada bidang tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Penyiapan SDM bidang
Pendidikan Kejuruan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Provinsi Bali terhadap staf guru dan kepala sekolah diperoleh bahwa: sekolah, dalam hal ini Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) sangat
membutuhkan staf guru dengan berbagai bidang keahlian sesuai dengan spectrum bidang keahlian dan program keahliah di SMK. Secara kuantitas hal ini dapat terpenuhi melalui rekrutmen guru berstatus honorer atau guru kontrak, dan dalam kaitannya dengan peningkatan kualifikasi
akademik dan kompetensi, SMK
membutuhkan peningkatan kualifikasi
yang memadai di bidang pendidikan
kejuruan. Setiap sekolah memeiliki
proyeksi peningkatan kualifikasi guru mereka rata-rata 2 sampai 4 orang guru per
tahun, dan memandang peningkatan
kualifikasi ke jenjang S2 di bidang kejuruan sangat penting dilakukan.
Berdasarkan hasil temuan
penelitian di atas, sangat penting dilakukan kajian penyiapan SDM kejuruan yang mampu mengatasi segala persoalan di
bidang pendidikan kejuruan dan
ketenagakerjaan di Indonesia. Berbagai persoalan yang ada di bidang kejuruan dan
ketenagakerjaan seperti yang diungkap antara lain, seperti yang dijelaskan melalui hasil kajian Widarto, dkk. (2007:86-90) menyebutkan bahwa terdapat beberapa kelemahan lulusan SMK dalam memasuki dunia kerja adalah terkait dengan beberapa aspek soft skills seperti rasa percaya diri, kemampuan adaptasi, komunikasi, disiplin, etos kerja, hingga kemampuan kerjasama. Selanjutnya Wagiran, 2009 menyebutkan,
salah satu faktor mendasar yang
menentukan ketercapaian tujuan
pendidikan kejuruan adalah guru. Peran
guru amat signifikan bagi setiap
keberhasilan proses pembelajaran. Guru dituntut mampu memfasilitasi proses
pembelajaran aktif yang mampu
membangkitkan minat dan kemauan siswa
dalam mengoptimalkan potensi yang
dimiliki. Dalam konteks ini menjadi penting bagi seorang guru untuk memiliki kompetensi dan bertindak efektif sebagai salahsatu kunci keberhasilan pembelajaran.
Di samping itu, sesuai kenyataan,
pendidikan kejuruan memiliki peran besar dalam merencanakan dan menciptakan SDM tingkat menengah yang profesional dan produktif. Hal ini telah dibuktikan oleh negara Jerman yang sangat berhasil dalam
mengembangkan pendidikan kejuruan.
Kunci utama berkembangnya Jerman
dalam penyelenggaraan pendidikan
vokasional adalah secara efektif dan efisien menjalin kerjasama produktif antara pendidikan dengan dunia kerja, bidang jasa, dunia usaha dan industri (DUDI) dapat terjamin secara berkelanjutan, yang
merupakan bentuk Joint
Government-Industry Program, yaitu program
pemerintah bersama-sama dengan industri. Pemerintah Federal Jerman dan pihak industri berbagi pembiayaan untuk Sekolah
Kejuruan Negeri. Hal ini merupakan
persyaratan bagi penyelengaraan
pendidikan kejuruan.
Dari kajian dan pendapat tersebut sangat diperlukan penanganan masalah pendidikan kejuruan dan ketenagakerjaan.
Salah satunya dengan penguatan
pendidikan kejuruan melalui jalur
pendidikan tinggi yang di dalamnya memuat bagaimana mengkaji
persoalan-persoalan pendidikan kejuruan dan
keduniakerjaan dilakukan. Untuk itu
penguatan pendidikan kejuruan melalui pengembangan program pascasarna perlu dilakukan. Pengkajian kearah itu dilakukan melalui studi kelayakan. Kelayakan yang
diperoleh, memberikan rekomendasi
bahwa penyiapan sumber daya manusia di
bidang vokasional melalui program
pascasarjana perlu melakukan tindakan-tindakan seperti: pendidikan kejuruan yang mampu mengembangkan potensi manusia
dengan mengakomodasi tuntutuan
perkembangan masyarakat, khususnya
perkembangan dunia kerja, sehingga tujuan dan materi yang diajarkan nantinya berdasarkan tuntutan perkembangan yang terjadi. Isi kurikulum pendidikan yang
dikembangkan menyangkut pada hal-hal
yang mengkaji komponen pendidikan kejuruan yang mampu mengembangkan potensi manusia secara optimal. Seperti yang digambarkan melalui hubungan antara pendidikan kejuruan dan kebijakan
ketenagakerjaan yang didasari oleh
kepentingan ekonomis. Pada ranah
pengembangan kompetensi di bidang pembelajaran, pendidikan kejuruan yang dikembangkan di level pascasarjana ini harus mampu mengakomodasi kepentingan
pendidikan yang mampu mengatasi
permasalahan-permasalamah di bidang
pembelajaran kejuruan dengan berbagai model, pendekatan, strategi, maupun teknik pembelajaran.
2. Profile dan Kesiapan
Penyelenggaraan
Pengembangan Program Studi S2 Pendidikan Kejuruan tidak terlepas dari kebutuhan akan tenaga professional yang mampu mengelola pendidikan, khususnya Pendidikan Kejuruan (SMK, politeknik, balai latihan kerja atau diklat, dan sejenisnya). Dengan demikian program
studi ini dirancang untuk mampu
mengatasi permasalahan yang ada di bidang pendidikan kejuruan atau bidang vokasinal. Berpedoman pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
dan berdasarkan analisis kebutuhan,
pengembangan profile dan kurikulkum, serta kesiapan penyelenggaraan maka profile luliusan yang dikembangkan antara
lain: 1) Sebagai peneliti. Peneliti bidang
pendidikan kejuruan yang mampu
melaksanakan penelitian tingkat madya dengan menggunakan logika berpikir
ilmiah untuk memberikan alternatif
pemecahan masalah. 2) Sebagai tenaga
ahli di bidang pendidikan kejuruan dan keduniakerjaan. Menguasai konsep dasar dan aplikasi bidang pendidikan kejuruan
secara mendalam, serta mampu
memformulasi penyelesaian masalah
prosedural dalam bidang pendidikan
kejuruan dan keduniakerjaan, dan mampu mengkomunikasikan secara lisan maupun
tertulis, serta mampu membangun
hubungan interpersonal yang produktif. 3) Sebagai pengembang dan perencana pendidikan dan pelatihan kejuruan.
Menerapkan konsep dasar bidang
pengembangan dan perencanaan pendidikan maupun pelatihan keahlian tertentu atau bidang kejuruan berbasis kebutuhan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang handal di bidang tertentu.
Melalui gambaran umum mengenai profile lulusan yang telah dikembangkan di atas maka kesiapan penyelenggaraan program pendidikan kejuruan di level
pascasarjana ini maka kesiapan
penyelenggaraannya harus memperhatikan bahwa isi pendidikan harus mampu merespon persoalan di bidang ekonomi,
ketenagakerjaan, dan penumbuhan
entrepreneurship dalam merencanakan dan mengembangkan kurikulum pendidikan kejuruan. Penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran harus berkolaborasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan seperti sekolah dan dunia industry.
SIMPULAN
Penyiapan sumber daya manusia di
bidang vokasional melalui program
pascasarjana perlu mengakomodasi hal-hal seperti: pendidikan kejuruan yang mampu mengembangkan potensi manusia dengan mengakomodasi tuntutuan perkembangan
masyarakat, khususnya perkembangan
dunia kerja, sehingga tujuan dan materi yang diajarkan nantinya berdasarkan
tuntutan perkembangan yang terjadi.
Penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran sebisa mungkin melibatkan dan berkolaborasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan seperti sekolah dan dunia industry.
Sebagai bentuk kesiapan
penyelenggaraan pendidikan kejuruan di level pascasarjana, telah disusun profile
dalam tiga profile yaitu: sebagai peneliti, sebagai tenaga ahli di bidang pendidikan
kejuruan dan ketenagakerjaan, serta
sebagai pengembang dan perencana
pendidikan dan pelatihan kejuruan.
Sebagai saran, diharapkan terbentuk forum komunikasi Program Studi Penyelenggara Pendidikan Kejuruan sebagai wadah untuk mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan dan kebijakan di bidang vokasi dan ketenagakerjaan, serta mampu melahirkan keputusan yang dapat
direkomendasikan kepada pemangku
kebijakan dan para stakeholders lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
Djatmiko, Istanto Wayu, Budi Tri Siswanto, Putu Sudira, Hamidah, Widarto. 2013. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Endang Dharmayekti. (1983) Evaluasi
Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Hanafi, Ivan., 2014. Pendidikan Teknik
dan Vokasional. Menggali Pengalaman Sukses Institusi Bi- National di Negeri Jiran, dari Konsep Hingga Implementasi. Bandung: Refika Haditama
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIPN SingarajaISSN 0215-8250 Volume
39 No.2 April 2006Artikel.
Partisipasi Dunia Usaha dan Dunia
Industri Dalam Pendidikan
Kejuruan Studi Pada Pelaksanaan Praktik Industri Siswa SMK Negeri
Di Provinsi Bali Bidang Keahlian Tata Busana. IKIP N Singaraja 2006.
Megawati Santoso. 2012. Materi
Sosialisasi Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia. Jakarta: Tim Sosialisasi Program Penyelarasan Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja.
Supri Wiganda,2008, Tuntutan
Perkembangan Pendidikan
Kejuruan, artikel, Jurnal Ilmiah Aptekindo
Wardiman Djoyo Negoro, 1998.
Pendidikan Sistem Ganda. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Wagiran, 2009. Peran LPTK Dalam
Mengembangkan Pendidikan
Kejuruan Secara Holistik dan Implikasinya Bagi Penyiapan Guru
Kejuruan Profesional, Makalah.
Disampaikan dalam Seminar
Nasional Revitalisasi Peran UNY
dalam Mewujudkan Tenaga
Kependidikan Profesional. ISBN: 979820428, hal 27-40. Diterbitkan oleh DPP IKA UNY, 18 Mei 2009. Widarto, Sukir, Losina Purnastuti, &
Wagiran. (2007). Peranan SMK
kelompok teknologi terhadap
pertumbuhan manufaktur. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah