• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG VOKASIONAL MELALUI PENGEMBANGAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEJURUAN STRATA DUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG VOKASIONAL MELALUI PENGEMBANGAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEJURUAN STRATA DUA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG VOKASIONAL

MELALUI PENGEMBANGAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

KEJURUAN STRATA DUA

I Gede Sudirtha1, Risa Panti Ariani2, Made Diah Anggendari3, Luh Masdarini4 1,2,3,4Fakultas Teknik dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha

Email: gede.sudirtha@undiksha.ac.id

ABSTRAK

Pendidikan Kejuruan memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan sumber daya manusia utamanya di bidang ketenagakerjaan yang mempersiapkan para peserta didiknya untuk bekerja pada bidang tertentu. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, pendidikan kejuruan memiliki sejumlah persoalan yang sedang dihadapi saat ini. Dari visi misi fakultas Teknik dan Kejuruan serta renstra Fakultas Teknik dan Kejuruan 2016-2021 sebagai fakultas dan yang mengemban visi misi tersebut sangat memungkinkan mengembangkan program studi baru berbasis kependidikan dan kejuruan yang selaras dengan pengembangan bidang teknologi secara bersinergi dalam memberikan sumbangan terhadap pembangunan bidang pendidikan kejuruan dan ketenagakerjaan. Hal ini memberi ruang dan kesempatan luas bagi pengembangan program studi baru. Program studi baru yang akan dikembangkan melalui studi kelayakan ini adalah Program Studi Pendidikan Guru Vokasional Strata Dua. Penyelenggaraan program studi tersebut saat ini dirasakan adanya kebutuhan yang cukup mendesak untuk terbukanya akses untuk mendapatkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi bagi para guru SMK maupun dosen di bidang vokasi dan pendidikan vokasional dalam rangka meningkatkan kompetensi kependidikan maupun keahliannya melalui inovasi yang dikolaborasikan dengan keilmuan pendidikan kejuruan yang berkembang saat ini.

Kata Kunci: pendidikan kejuruan, sumber daya manusia bidang vokasional

PENDAHULUAN

Pendidikan Kejuruan merupakan salah satu jalur pendidikan formal yang memiliki peran yang sangat besar dalam

pembangunan sumber daya manusia

utamanya dalam bidang ketenagakerjaan, sesuai dengan hakikat pendidikan kejuruan yang mempersiapkan para peserta didiknya untuk bekerja pada bidang tertentu. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, pendidikan kejuruan memiliki sejumlah persoalan yang sedang dihadapi saat ini. Berbagai persoalan tersebut antara lain: (1) ketersediaan guru produktif masih sangat kurang dan tidak merata, sementara akses pendidikan yang menyiapkan guru masih sangat terbatas, (2) kompetensi lulusan belum optimal dan belum sesuai

dengan kebutuhan tenaga kerja, (3) tidak

adanya hubungan yang erat antara

pendidikan formal kejuruan dengan

masyarakat dan industri, (4) keterbatasan program pendidikan (keahlian) yang ada di

pendidikan tinggi kejuruan (LPTK)

dibandingkan dengan bidang-bidang

kejuruan di sekolah masih terbatas, (5) belum dipahaminya hakikat, visi, misi, dan tujuan pendidikan kejuruan oleh para

pemangku kepentingan pendidikan

kejuruan di Indonesia, (6) belum terjadi sinergi yang baik antara industri/dunia usaha dan industry, lembaga pendidikan

formal, dan masyarakat dalam hal

pendidikan kejuruan, (7) keterbatasan

sarana dan prasarana pendukung

pembelajaran di pendidikan kejuruan, dan (8) keterbatasan jumlah SDM yang

(2)

membidangi pendidikan kejuruan di level pendidik dan tenaga kependidikan (di bidang manajemen pendidikan kejuruan dan pengelola pembelajaran kejuruan yang benar-benar memahami esensi pendidikan kejuruan).

Reorientasi pendidikan kejuruan di Indonesia menuntut pengkajian yang mendasar dan tuntas, sehingga mampu memberikan rumusan asas dan prinsip dasar pengembangan pendidikan kejuruan yang relevan. Diperlukan rumusan yang

mendorong peningkatan kualitas

pembelajaran dan pengembangan

manajemen sekolah kejuruan dalam

mendukung pelaksanaan peran strategis pendidikan kejuruan. Tuntutan perubahan di atas mengandung implikasi pada

perubahan pendekatan pembelajaran,

reformulasi peran guru dan siswa sekolah

kejuruan, pendekatan pengembangan

media pendidikan kejuruan, evaluasi

pembelajaran, yang semuanya memerlukan pengkajian dan penelitian yang mendasar, sistematis, serta berkesinambungan untuk

dapat mencapai tujuan pendidikan

kejuruan yang diharapkan.

Dengan berlakunya UU No 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah,

maka pemecahan berbagai masalah,

termasuk bidang ketenagaan dan

pendidikan kejuruan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Oleh karenanya, kebutuhan sumberdaya manusia yang berlatar kejuruan sangat dibutuhkan pada setiap jajaran di pemerintah daerah, mulai daerah tingkat I, daerah tingkat II, kecamatan sampai ke pedesaan. Dalam era

otonomi daerah, tugas-tugas yang

sebelumnya dilaksanakan oleh pemerintah

pusat kini dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Jabatan-jabatan tertentu yang semula berada di pusat yang dipegang oleh tenaga berkualifikasi master dan doktor saat ini dilaksanakan di daerah dan diisi tenaga yang berasal dari daerah. Dengan demikian struktur ketenagakerjaan dan kebutuhan ahli dalam bidang pendidikan kejuruan yang berkualifikasi master dan doktor akan meningkat karena setiap

daerah memerlukan tenaga kerja

berkualifikasi setingkat itu. Perubahan struktur kelembagaan oleh adanya otonomi

daerah mendorong pengembangan

paradigma baru bidang pendidikan

kejuruan, yang selain berimplikasi pada

perlunya pengembangan keilmuan

kejuruan juga upaya pemenuhan kebutuhan tenaga ahli pendidikan kejuruan.

Sejalan dengan visi misi fakultas Teknik dan Kejuruan serta renstra Fakultas Teknik dan Kejuruan 2016-2021 sebagai fakultas dan yang mengemban visi misi

tersebut sangat memungkinkan

mengembangkan program studi baru

berbasis kependidikan dan kejuruan yang selaras dengan pengembangan bidang

teknologi secara bersinergi dalam

memberikan sumbangan terhadap

pembangunan bidang pendidikan kejuruan dan ketenagakerjaan. Hal ini memberi

ruang dan kesempatan luas bagi

pengembangan program studi baru.

Program studi baru yang dikembangkan melalui studi kelayakan ini adalah Program Studi Pendidikan Kejuruan (Vokasional) Strata Dua.

Penyelenggaraan program studi

tersebut saat ini dirasakan adanya

kebutuhan yang cukup mendesak untuk terbukanya akses untuk mendapatkan

(3)

pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi bagi para guru SMK maupun dosen di bidang vokasi dan pendidikan vokasional dalam rangka meningkatkan kompetensi kependidikan maupun keahlianny melalui inovasi yang dikolaborasikan dengan

keilmuan pendidikan kejuruan yang

berkembang saat ini. Dibandingkan dengan institusi lain yang di Bali, NTB, dan NTT, belum ada perguruan tinggi yang memiliki

Program Studi Pendidikan Guru

Vokasional Strata Dua. Berdasarkan uraian tersebut sangat diperlukan suatu kajian dalam rangka pengembangan program studi yang dimaksud.

Dilihat dari keterserapan lulusan Fakultas Teknik dan Kejuruan di berbagai tempat dan bidang pekerjaan menunjukkan tingkat keterserapan yang cukup tinggi.

Data ini dikuatkan oleh hasil tracer study

yang dilakukan Sudirtha, dkk., 2014, h.30.

Hasil kajian tersebut menunjukkan

keterserapan lulusan Fakultas Teknik dan Kejuruan Undiksha di masyarakat/ dunia

usaha dan industri ditinjau dari

ketersebarannya di wilayah Bali dan sekitarnya tergolong baik yang dibuktikan dengan diterimanya alumni di berbagai bidang pekerjaan yang rerlevan dengan kompetensinya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, sangat mendesak untuk dilakukan

studi kelayakan dalam rangka

pengembangan Program Studi Pendidikan Guru Vokasional Strata Dua sebagai bentuk perluasan dan peningkatan akses masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi sesuai kebutuhan bidang pekerjaan dan pembangunan pendidikan kejuruan di Indonesia.

Pendidikan kejuruan (vokasional)

merupakan pendidikan yang menyiapkan para peserta didiknya untuk menguasai keterampilan atau skill tertentu dan mampu mempersiapkan mereka untuk bekerja dalam satu bidang tertentu. Bennet (2003)

mendefinisikan pendidikan vokasi

termasuk semua bentuk pendidikan yang bersipat keteknikan dan vokasional dan diselenggarakan oleh berbagai bentuk institusi pendidikan, baik oleh pemerintah

maupun oleh masyarakat, berbentuk

formal maupun non formal, dengan tujuan

membantu masyarakat memperoleh

pendidikan dan pelatihan berdasarkan prinsip belajar sepanjang hayat, (dalam Ivan, 2014:4). Istanto, dkk., (2013: 16) menyebutkan dalam perspektif social ekonomi, pendidikan kejuruan/ vokasi

adalah pendidikan ekonomi, sebab

diturunkan dari kebutuhan pasar kerja,

memberi urunan terhadap kekuatan

ekonomi. Pendidikan kejuruan/ vokasi adalah pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja. Lebih lanjut dalam pandangan

Wardiman (1998:32) menyebutkan

pendidikan kejuruan dikembangkan

melihat adanyakebutuhan masyarakat akan pekerjaan. Peserta didik membutuhkan

program yang dapat memberikan

keterampilan, pengetahuan, sikap kerja, pengalaman, wawasan, dan jaringan yang dapat membantu mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pilihan kariernya.

Berdsarkan pandangan-pandangan

tersebut dapat dijelaskan pendidikan

kejuruan dalam perspektif ekonomi

merupakan tulang punggung pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Dalam system pendidikan nasional, sebagai bagian sub system pendidika, pendidikan kejuruan

(4)

dapat dikembangkan mulai dari pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Terkait

dengan pengembangan pendidikan

kejuruan di level pendidikan tinggi, sangat dibutuhkan pemahaman terhadap hakikat serta permasalahan pendidikan kejuruan sebagai bagian dari pendidikan kedunia kerjaan. Pendidikan kejuruan di level pendidikan tinggi seperti yang ada di LPTK (lembaga Pendidikan Tenraga Kependidikan) seperti pada level Diploma dan Sarjana, harus berkontribusi terhadap pembangunan pendidikan kejuruan yang

berfungsi sebagai bagian dari

pembangunan bidang penyedian tenaga terampil di bidang tertentu yang siap untuk bekerja dengan berbagai persoalan yang dihadapi.

Berdasrkan uraian di atas, terkait dengan hakikat dan berbagai persoalan

yang dihadapi dunia pendidikan,

khususnya pendidikan kejuruan, salah satu solusi dalam pengembangan pendidikan kejuruanyang dapat dilakukan oleh LPTK, khususnya Fakultas Teknik dan Kejuruan

Universitas Pendidikan Ganesha

(Undiksha) berupa pengembangan

pendidikan kejuruan di level Strata dua (S2). Pengebangan pendidikan kejuruan di level strata dua dimaksudkan sebagai bagian dari system pendidikan nasional yang dapat mengatasi segala persoalan

pendidikan kejuruan dalam konteks

nasional maupun internasional. Hal ini sejalan dengan rumusan kompetensi pada

level delapan KKNI (Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia) yang

menyebutkan: (1) mengembangkan

pengetahuan,teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya atau praktek

profesionalnya melalui riset, hingga

menghasilkan karya inovatif dan teruji, (2)

memecahkan permasalahans ains,

teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau

multidisipliner, (3) mengelola riset dan

pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan, serta mampu

mendapat pengakuan nasional dan

internasional, (Megawati Santosa, 2012).

Saat ini, di tengah-tengah

berkembangnya pendidikan vokasi/

kejuruan di Indonesia, khususnya di Bali masih sangat kurang adanya lembaga pendidikan vokasi di level strata dua (S2). Pendidikan kejuruan. vokasi pada level strata dua (S2) yang dimaksud adalah untuk penyediaan akses pendidikan yang lebih tinggi bagi guru pendidikan kejuruan maupun dosen di bidang vokasi agar mampu melaksanakan, mengembangkan, dan berinovasi dalam bidang vokasi (sebagai pengajar/ pendidik) maupun sebagai peneliti di bidang vokasi, yang pada akhirnya dpat dimanfaatkan sebagai bagian dari inovasi dalam mengatasi segala persoalan pendidikan kejuruan dan kedunia kerjaan.

METODE

Data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer dikumpulkan

melalui kuisioner yang disusun bersama oleh tim peneliti dan melalui proses validasi fakar. Kuisioner yang digunakan bersifat terbuka sehingga diharapkan penelitian dapat memberikan informasi secara utuh. Untuk lebih meyakinkan

keutuhan informasi yang diperoleh,

pengumpulan data primer juga dilakukan

melalui wawancara dengan sumber

informasi. Pengumpulan data skunder

(5)

peraturan dan perundang-undangan yang terkait dengan ketentuan penyelenggaraan Program Studi Pendidikan Kejuruan. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriftif. Berdasarkan data yang terkumpul, terlebih dahulu diklasifikasi

bidang-bidang yang dibutuhkan oleh

instansi/sekolah disertai dengan pendataan kuantitas kebutuhan pada bidang tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penyiapan SDM bidang

Pendidikan Kejuruan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Provinsi Bali terhadap staf guru dan kepala sekolah diperoleh bahwa: sekolah, dalam hal ini Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) sangat

membutuhkan staf guru dengan berbagai bidang keahlian sesuai dengan spectrum bidang keahlian dan program keahliah di SMK. Secara kuantitas hal ini dapat terpenuhi melalui rekrutmen guru berstatus honorer atau guru kontrak, dan dalam kaitannya dengan peningkatan kualifikasi

akademik dan kompetensi, SMK

membutuhkan peningkatan kualifikasi

yang memadai di bidang pendidikan

kejuruan. Setiap sekolah memeiliki

proyeksi peningkatan kualifikasi guru mereka rata-rata 2 sampai 4 orang guru per

tahun, dan memandang peningkatan

kualifikasi ke jenjang S2 di bidang kejuruan sangat penting dilakukan.

Berdasarkan hasil temuan

penelitian di atas, sangat penting dilakukan kajian penyiapan SDM kejuruan yang mampu mengatasi segala persoalan di

bidang pendidikan kejuruan dan

ketenagakerjaan di Indonesia. Berbagai persoalan yang ada di bidang kejuruan dan

ketenagakerjaan seperti yang diungkap antara lain, seperti yang dijelaskan melalui hasil kajian Widarto, dkk. (2007:86-90) menyebutkan bahwa terdapat beberapa kelemahan lulusan SMK dalam memasuki dunia kerja adalah terkait dengan beberapa aspek soft skills seperti rasa percaya diri, kemampuan adaptasi, komunikasi, disiplin, etos kerja, hingga kemampuan kerjasama. Selanjutnya Wagiran, 2009 menyebutkan,

salah satu faktor mendasar yang

menentukan ketercapaian tujuan

pendidikan kejuruan adalah guru. Peran

guru amat signifikan bagi setiap

keberhasilan proses pembelajaran. Guru dituntut mampu memfasilitasi proses

pembelajaran aktif yang mampu

membangkitkan minat dan kemauan siswa

dalam mengoptimalkan potensi yang

dimiliki. Dalam konteks ini menjadi penting bagi seorang guru untuk memiliki kompetensi dan bertindak efektif sebagai salahsatu kunci keberhasilan pembelajaran.

Di samping itu, sesuai kenyataan,

pendidikan kejuruan memiliki peran besar dalam merencanakan dan menciptakan SDM tingkat menengah yang profesional dan produktif. Hal ini telah dibuktikan oleh negara Jerman yang sangat berhasil dalam

mengembangkan pendidikan kejuruan.

Kunci utama berkembangnya Jerman

dalam penyelenggaraan pendidikan

vokasional adalah secara efektif dan efisien menjalin kerjasama produktif antara pendidikan dengan dunia kerja, bidang jasa, dunia usaha dan industri (DUDI) dapat terjamin secara berkelanjutan, yang

merupakan bentuk Joint

Government-Industry Program, yaitu program

pemerintah bersama-sama dengan industri. Pemerintah Federal Jerman dan pihak industri berbagi pembiayaan untuk Sekolah

(6)

Kejuruan Negeri. Hal ini merupakan

persyaratan bagi penyelengaraan

pendidikan kejuruan.

Dari kajian dan pendapat tersebut sangat diperlukan penanganan masalah pendidikan kejuruan dan ketenagakerjaan.

Salah satunya dengan penguatan

pendidikan kejuruan melalui jalur

pendidikan tinggi yang di dalamnya memuat bagaimana mengkaji

persoalan-persoalan pendidikan kejuruan dan

keduniakerjaan dilakukan. Untuk itu

penguatan pendidikan kejuruan melalui pengembangan program pascasarna perlu dilakukan. Pengkajian kearah itu dilakukan melalui studi kelayakan. Kelayakan yang

diperoleh, memberikan rekomendasi

bahwa penyiapan sumber daya manusia di

bidang vokasional melalui program

pascasarjana perlu melakukan tindakan-tindakan seperti: pendidikan kejuruan yang mampu mengembangkan potensi manusia

dengan mengakomodasi tuntutuan

perkembangan masyarakat, khususnya

perkembangan dunia kerja, sehingga tujuan dan materi yang diajarkan nantinya berdasarkan tuntutan perkembangan yang terjadi. Isi kurikulum pendidikan yang

dikembangkan menyangkut pada hal-hal

yang mengkaji komponen pendidikan kejuruan yang mampu mengembangkan potensi manusia secara optimal. Seperti yang digambarkan melalui hubungan antara pendidikan kejuruan dan kebijakan

ketenagakerjaan yang didasari oleh

kepentingan ekonomis. Pada ranah

pengembangan kompetensi di bidang pembelajaran, pendidikan kejuruan yang dikembangkan di level pascasarjana ini harus mampu mengakomodasi kepentingan

pendidikan yang mampu mengatasi

permasalahan-permasalamah di bidang

pembelajaran kejuruan dengan berbagai model, pendekatan, strategi, maupun teknik pembelajaran.

2. Profile dan Kesiapan

Penyelenggaraan

Pengembangan Program Studi S2 Pendidikan Kejuruan tidak terlepas dari kebutuhan akan tenaga professional yang mampu mengelola pendidikan, khususnya Pendidikan Kejuruan (SMK, politeknik, balai latihan kerja atau diklat, dan sejenisnya). Dengan demikian program

studi ini dirancang untuk mampu

mengatasi permasalahan yang ada di bidang pendidikan kejuruan atau bidang vokasinal. Berpedoman pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

dan berdasarkan analisis kebutuhan,

pengembangan profile dan kurikulkum, serta kesiapan penyelenggaraan maka profile luliusan yang dikembangkan antara

lain: 1) Sebagai peneliti. Peneliti bidang

pendidikan kejuruan yang mampu

melaksanakan penelitian tingkat madya dengan menggunakan logika berpikir

ilmiah untuk memberikan alternatif

pemecahan masalah. 2) Sebagai tenaga

ahli di bidang pendidikan kejuruan dan keduniakerjaan. Menguasai konsep dasar dan aplikasi bidang pendidikan kejuruan

secara mendalam, serta mampu

memformulasi penyelesaian masalah

prosedural dalam bidang pendidikan

kejuruan dan keduniakerjaan, dan mampu mengkomunikasikan secara lisan maupun

tertulis, serta mampu membangun

hubungan interpersonal yang produktif. 3) Sebagai pengembang dan perencana pendidikan dan pelatihan kejuruan.

Menerapkan konsep dasar bidang

(7)

pengembangan dan perencanaan pendidikan maupun pelatihan keahlian tertentu atau bidang kejuruan berbasis kebutuhan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang handal di bidang tertentu.

Melalui gambaran umum mengenai profile lulusan yang telah dikembangkan di atas maka kesiapan penyelenggaraan program pendidikan kejuruan di level

pascasarjana ini maka kesiapan

penyelenggaraannya harus memperhatikan bahwa isi pendidikan harus mampu merespon persoalan di bidang ekonomi,

ketenagakerjaan, dan penumbuhan

entrepreneurship dalam merencanakan dan mengembangkan kurikulum pendidikan kejuruan. Penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran harus berkolaborasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan seperti sekolah dan dunia industry.

SIMPULAN

Penyiapan sumber daya manusia di

bidang vokasional melalui program

pascasarjana perlu mengakomodasi hal-hal seperti: pendidikan kejuruan yang mampu mengembangkan potensi manusia dengan mengakomodasi tuntutuan perkembangan

masyarakat, khususnya perkembangan

dunia kerja, sehingga tujuan dan materi yang diajarkan nantinya berdasarkan

tuntutan perkembangan yang terjadi.

Penyelenggaraan pendidikan dan

pembelajaran sebisa mungkin melibatkan dan berkolaborasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan seperti sekolah dan dunia industry.

Sebagai bentuk kesiapan

penyelenggaraan pendidikan kejuruan di level pascasarjana, telah disusun profile

dalam tiga profile yaitu: sebagai peneliti, sebagai tenaga ahli di bidang pendidikan

kejuruan dan ketenagakerjaan, serta

sebagai pengembang dan perencana

pendidikan dan pelatihan kejuruan.

Sebagai saran, diharapkan terbentuk forum komunikasi Program Studi Penyelenggara Pendidikan Kejuruan sebagai wadah untuk mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan dan kebijakan di bidang vokasi dan ketenagakerjaan, serta mampu melahirkan keputusan yang dapat

direkomendasikan kepada pemangku

kebijakan dan para stakeholders lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Djatmiko, Istanto Wayu, Budi Tri Siswanto, Putu Sudira, Hamidah, Widarto. 2013. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Endang Dharmayekti. (1983) Evaluasi

Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Hanafi, Ivan., 2014. Pendidikan Teknik

dan Vokasional. Menggali Pengalaman Sukses Institusi Bi- National di Negeri Jiran, dari Konsep Hingga Implementasi. Bandung: Refika Haditama

Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIPN SingarajaISSN 0215-8250 Volume

39 No.2 April 2006Artikel.

Partisipasi Dunia Usaha dan Dunia

Industri Dalam Pendidikan

Kejuruan Studi Pada Pelaksanaan Praktik Industri Siswa SMK Negeri

(8)

Di Provinsi Bali Bidang Keahlian Tata Busana. IKIP N Singaraja 2006.

Megawati Santoso. 2012. Materi

Sosialisasi Kerangka Kualifikasi

Nasional Indonesia. Jakarta: Tim Sosialisasi Program Penyelarasan Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja.

Supri Wiganda,2008, Tuntutan

Perkembangan Pendidikan

Kejuruan, artikel, Jurnal Ilmiah Aptekindo

Wardiman Djoyo Negoro, 1998.

Pendidikan Sistem Ganda. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Wagiran, 2009. Peran LPTK Dalam

Mengembangkan Pendidikan

Kejuruan Secara Holistik dan Implikasinya Bagi Penyiapan Guru

Kejuruan Profesional, Makalah.

Disampaikan dalam Seminar

Nasional Revitalisasi Peran UNY

dalam Mewujudkan Tenaga

Kependidikan Profesional. ISBN: 979820428, hal 27-40. Diterbitkan oleh DPP IKA UNY, 18 Mei 2009. Widarto, Sukir, Losina Purnastuti, &

Wagiran. (2007). Peranan SMK

kelompok teknologi terhadap

pertumbuhan manufaktur. Jakarta:

Direktorat Pembinaan Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui terlaksana atau tidaknya fase-fase pembelajaran pada tiap siklus yang terdapat pada RPP dengan model pembelajaran koperatif tipe TAI, dapat

antioksidan berberat molekul rendah, serta kadar MDA didapatkan hasil peningkatan kadar MDA pada kelompok PJB sianotik. Setelah dilakukan analisis kovariat terhadap

Pada penelitian ini terjadi peningkatan jumlah sel fibroblas dan kolagen pada ligamen periodontal tikus yang mengalami periodontitis dan telah diterapi dengan

Salah Menyimpan Data Pemesanan Benar Sudah Informasi Pemesanan Perangkat Komputer Pelanggan Menghitug Total Harga Informasi Pembayaran DP/ Pelunasan yang Harus

Saat ini sebagian masyarakat di Kota Singkawang terutama masyarakat adat Dayak Salako Garantukng Sakawokng Kelurahan Bagak Sahwa Kecamatan Singkawang Timur telah mengetahui

Kesimpulan yang dapat diambil dari “Desain Basis Data Sistem Informasi Akademik SMP XYZ dengan Menggunakan Oracle SQL Developer Data Modeler” adalah menghasilkan

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas semua kebaikan yang telah dicurahkannya pada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Dari analisis data yang diperoleh oleh peneliti di puskesmas Kediri Lombok Barat, pasien terbanyak yaitu pasien TB dengan satu penyakit penyerta kronik sebesar 37,66% sedangkan