• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1480391301BAB 7 Keterpadauan Strategis Pengembangan Kabupaten gowa ok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1480391301BAB 7 Keterpadauan Strategis Pengembangan Kabupaten gowa ok"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII

Keterpadauan Strategi

Pengembangan KabupatenGowa

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menetapkan kawasan Perkotaan

Metropolitan Mamminasata sebagai Pusat Kegiatan Nasional, dalam hal ini

wilayah-wilayah Kabupaten Gowa yang termasuk dalam kawasan Metropolitan

Mamminasata merupakan pusat perkotaan yang memiliki kepentingan dalam

skala nasional. Disamping itu, Perda Nomor 09 Tahun 2009 tentang RTRW

Provinsi Sulawesi Selatan menetapkan Mamminasata termasuk Kota

Sungguminasa, Kawasan Taman Wisata Alam Malino,seluruh kawasan hutan

lindung, dan Taman Miniatur Sulawesi Selatan di Situs Kerajaan Gowa Benteng

Sombaopu serta Kawasan Lumbung Beras dan Jagung di Sulsel sebagai salah

satu kawasan strategis di Provinsi Sulawesi Selatan. Walaupun demikian, dalam

konteks wilayah Kabupaten Gowa tetap dilakukan kajian secara spesifik

kawasan-kawasan strategis wilayah Kabupaten Gowa.

Kawasan Strategis Kabupaten Gowa yang dimaksud adalah wilayah yang

penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting

dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

7.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa.

a. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka rencana

kawasan strategis kabupaten yang layak ditetapkan dalam RTRW Kabupaten

(2)

1. Kawasan Perdagangan Pasar Regional Gowa

Kawasan perdagangan regional yang berada di Kabupaten Gowa memiliki nilai strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa. Kawasan ini direncanakan akan melayani aktifitas perdagangan di Kabupaten Gowa dan wilayah sekitarnya dalam konteks Kawasan Metropolitan Mamminasata.

2. Kawasan Baru Gowa-Maros

Kota Baru Gowa-Maros merupakan salah satu kota satelit Metropolitan Mamminasata. Secara administrasi kawasan perkotaan tersebut secara administrasi berada pada dua wilayah administrasi (perbatasan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros). Namun demikian, secara spasial, rencana system landuse kawasan perkotaan tersebut menempatkan fungsi-fungsi perkotaan strategis seperti terminal tipe A dan kawasan perdagangan Mamminasata berada di wilayah Kabupaten Gowa. Disamping itu, rencana kota baru Gowa-Maros tersebut akan berfungsi sebagai penyangga migrasi penduduk yang masuk ke Kota Makassar, serta menjadi alternative pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat Kota Makassar. Berdasarkan hal tersebut, maka Kota Baru Gowa-Maros diarahkan sebagai salah satu kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Gowa.

3. Kota Satelit Pattallassang dan Parangloe

Fungsi satelit Pattallassang-Parangloe adalah sebagai alternatif upaya untuk memecahkan dan mengatasi masalah pertumbuhan permukiman tersebar yang tak terkendali dan kemacetan Kabupaten Gowa dan Metropolitan Mamminasata. Kota Satelit Pattallassang Parangloe direncanakan dibangun dan dikembangkan menjadi suatu kota yang lengkap dan ditingkatkan kemampuannya berhubung peningkatan fungsinya menjadi suatu kota fungsional tertentu. Termasuk permukiman yang asri yang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai termasuk lapangan golf bertaraf internasional.

(3)

4. Kawasan Industri Gowa (KIWA)

Pengembangan Kawasan Industri Gowa (KIWA) yang berlokasi di

Kecamatan Pattallassang merupakan bagian dari subsistem pengembangan

landuse Kawasan Perkotaan Mamminasata.

Kawasan industri ini terutama diarahkan untuk mengolah barang-barang

setengah jadi dan barang jadi yang berbasis pada industri pengolahan hasil

pertanian tanaman pangan dan holtikultura terutama disebar ke

sentra-sentra produksi komoditas pertanian di Kabupaten Gowa dan wilayah

sekitarnya. Pada KIWA ini juga dikembangkan kawasan Industri daur ulang

(industri persampahan Mamminasata), pengepakan dan industri inovasi

yang akan dikembangkan UNHAS.

Berdasarkan jenis industri yang akan berkembang di KITA tersebut serta

kemungkinan berkembang industri-industri lainnya, maka KIWA akan

diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan

ekonomi di Kabupaten Gowa.

5. Terminal Tipe A Kota Baru Mamminasata

Kawasan terminal regional (Tipe A) yang berlokasi di Kota Baru Gowa-Maros

Kecamatan Pattallassang memiliki nilai strategis dalam mendukung system

transportasi regional dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa. Kawasan

ini direncanakan akan melayani aktifitas trasportasi konteks Kawasan

Metropolitan Mamminasata dan Provinsi Sulawesi Selatan.

6. Pusat Kegiatan Lingkungan promosi (PKLp)

Pusat Kegiatan Lingkungan yang dipromosikan Pemerintah Kabupaten

Gowa meliputi Kawasan Borimatangkasa Ibukota Kecamatan Bajeng

Barat.Kedua PKLp ini memiliki potensi dan prospek untuk dikembangkan

sebagai pusat kegiatan lingkungan yang dapat melayani beberapa wilayah

dalam skala kabupaten.

Untuk mendorong percepatan pembangunan pada kawasan-kawasan yang

dipromosikan sebagai PKL tersebut, maka kawasan ini akan diarahkan

menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi di

(4)

7. Sektor Perkebunan dan Palawija

Untuk pertumbuhan ekonomidalam sektor perkebunan, berdasarkan potensi

dan kesesuaian lahan dan teknokultur masyarakat lokal maka diarahkan

pengembangan beberapa alternatif kawasan budidaya komoditas seperti:

perkebunan kopi, kakao, dan markisa.Kesesuaian untuk varitas sektor

perkebunan ini tersebar di seluruh wilayah kecamatan Kabupaten Gowa

kecuali di kawasan perkotaan. Disamping itu, tanaman palawija

(sayur-sayuran) seperti kentang, wortel, buncis, kol, sawi, sayur-sayuran

b. Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya

Kawasan strategis untuk pengembangan kepentingan sosial budaya di

Kabupaten Gowa meliputi; Balla Lompoa, Kuburan syeh Yusuf, Mesjid Tua

Katanggka, Kuburan Sultan Hasanuddin dan Kawasan Pendidikan PKG

sedangkan untuk kawasan Benteng Somba Opu termasuk dalam kawasan

strategis provinsi. Revitalisasi berbagai macam system peninggalan budaya di

Kabupaten Gowa diarahkan untuk menjadi stimulan untuk

menumbuh-kembangkan kembali budaya dan kearifan lokal di Kabupaten Gowa.

Saat ini di Kabupaten Gowa masih tumbuh berkembang tatanan sosial

budaya tradisional yang juga terkenal secara nasional bahkan internasional. Oleh

karena itu, berbagai peninggalan-peninggalan budaya di Kabupaten Gowa akan

tetap dijaga kelestariannya melalui upaya revitalisasi objek-objek peninggalan serta melestarikan budaya lokal seperti Accera’ Kalompoang, Appalili, Maudu’ Kalompoang, Pa’dekko, Paraga, Pamanca, Pakkarena dan Songka Bala.

c. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Pendayagunaan

Sumberdaya Alam Dan Teknologi Tinggi

Untuk kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi di

Kabupaten Gowa, akan diarahkan pada rencana pengembangan listrik tenaga air

(PLTA) Bili-Bili. Pengembangan PLTA ini diharapkan dapat meminimalisasi

persoalan listrik di Kabupaten Gowa, Mamminasata dan Provinsi Sulawesi

Selatan.

d. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi Dan Daya

(5)

Kawasan strategis untuk kepentingan lingkungan hidup di wilayah Kabupaten

Gowa yang termasuk dalam kepentingan provinsi antara lain seluruh hutan

lindung dan Taman Wisata Alam Malino. Sedangkan KSK Kabupaten Gowa untuk

kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan meliputi; Waduk Bili-Bili, Danau

Mawang, Air Terjun Parangloe, Industri Pengelolaan Sampah Regional

Mamminasata, Taman Buruh Biringbulu, Suaka Margasatwa Bungaya dan

Gunung Bawakaraeng.

7.1.

Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Gowa (KSK) berdasarkan RTRW

Kawasan Baru Gowa-Maros kota satelit Metropolitan Mamminasata

Kota Satelit Pattallassang dan Parangloe

Pattallassang Parangloe Kawasan Industri Gowa (KIWA) Kecamatan Pattallassang Terminal Tipe A Kota Baru

Mamminasata

Sosial Budaya Balla Lompoa, Kuburan

(6)

e. Arahan pengembangan struktur ruang yang meliputi;

Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan rencana kerangka tata

ruang wilayah kabupaten yang dibangun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan

yang berhirarki satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana

wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi.

Pusat-pusat kegiatan pada wilayah kabupaten merupakan pusat

pertumbuhan wilayah kabupaten, yang dapat terdiri atas; PKN, PKW, PKSN, PKL,

PPK dan PPL yang didukung oleh sistem Sistem jaringan prasarana wilayah

provinsi meliputi sistem jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber

daya air yang mengintegrasikan dan memberikan layanan bagi pusat-pusat

(7)

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten Gowa harus menggambarkan

arahan struktur ruang wilayah nasional dan wilayah provinsi yang ada di wilayah

Kabupaten Gowa. Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Gowa merupakan simpul

pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah

kabupaten, yang terdiri atas:

1. PKN yang berada di wilayah kabupaten;

2. PKL yang berada di wilayah kabupaten;

3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang

berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa;

dan

4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang

berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

Demikian pula dengan sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten

Gowa meliputi sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber

daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan

yang ada di wilayah kabupaten Gowa.

f. Arahan pengembangan Pola ruang yang meliputi;

Berdasarkan pendekatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis maka

ditentukan rencana pola ruang Kabupaten Gowa yang meliputi rencana kawasan

lindung dan kawasan budidaya yang mempunyai nilai strategis kabupaten dan

atau lintas distrik dan atau kota. Kebijakan pengembangan pola ruang ditujukan

untuk mewujudkan pola penggunaan ruang yang seimbang antara daya lindung

kawasan lindung dengan kapasitas produksi dan pemanfaatan kawasan budidaya

secara asri dan lestari. Kawasan lindung yang baik yang bersifat: (i) preservasi

berupa hutan lindung baik di daerah ketinggian pedalaman yang merupakan

Daerah Hulu (upstream) Daerah Aliran Sungai (DAS), (ii) konservasi berupa suaka margasatwa. Selain daripada itu, untuk kepentingan pelestarian warisan

sejarah dan budaya dapat ditetapkan suatu kawasan konservasi seperti cagar

budaya bangunan buatan manusia yang ditetapkan sebagai benda purbakala.

Dalam kawasan budi daya juga diusahakan sebisa mungkin

(8)

darat, maupun udara untuk menjaga keasrian dan kelestarian ragam hayati, yang

juga merupakan mata rantai sistem ekologi wilayah, seperti ruang terbuka hijau,

baik berupa hutan kota, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan danau, dan

sempadan jalan .Dalam skala lingkungan mikro terutama di daerah perdesaan

diarahkan tumbuh berkembangnya tatanan desa mandiri pangan dan energi yang

didukung alam yang asri dan lestari. Pola pemanfaatan daerah perkotaan

diarahkan juga dapat terwujud tatanan lingkungan yang swatata dalam

memproduksi dan mengolah daya penentralisiran limbah. Lihat Tabel 7.2.berikut;

Tabel 7.2.

Luas Penggunaan Lahan berdasarkan Rencana Pola Ruang Kabupaten Gowa

N0. RINCIAN KAWASAN LUAS (HA) %

1 Kaw. Budidaya Agroforestry 13419,43 7,44

2 Kaw. Budidaya Hortikultura 12073,23 6,69

3 Kaw. Budidaya Perikanan 5,89 0,00

4 Kaw. Budidaya Perkebunan 14363,01 7,96

5 Kaw. B..P. Lahan Basah 39357,17 21,81

6 Kaw. B.P. Lahan Kering 17756,36 9,84

7 Kaw. Hutan Lindung 23668,56 13,12

8 Kaw. Hutan Produksi 23102,04 12,80

9 Kaw. H. Produksi Konversi 309,76 0,17

10 Kaw. H. Produksi Terbatas 20543,62 11,38

11 Kaw. Konservasi 3983,77 2,21

12 Kaw. Lindung lainnya 1783,23 0,99

13 Kaw. Perairan 4046,54 2,24

14 Kaw. Permukiman 6054,69 3,36

Total 180467,30 100,00

(9)

g. Arahan Pengembangan Struktur Ruang Keciptakaryaan.

Rencana Pengembangan Sistem Drainase dan Limbah

1. Drainase

Prasarana drainase memegang peranan penting di dalam penanggulangan

permasalahan genangan dan banjir di Kabupaten Gowa. Permasalahan genangan

dan banjir berada pada kawasan kota yang mempunyai intensitas kawasan

terbangun cukup tinggi, yang umumnya berada pada jalur jalan utama kota.

Disamping itu juga pada beberapa kawasan pinggiran dan kawasan perdesaan

juga mengalami permasalahan banjir terutama yang memiliki sistem drainase

yang masih buruk dan kondisi topografi yang relatif fluktuatif.Kondisi topografi

yang sangat heterogen merupakan kendala mendasar pengembangan sistem

(10)

Saluran drainase berjenjang mulai dari saluran primer berupa saluran alam

yaitu sungai kemudian sekunder sebagai saluran pengumpul sebelum menuju

sungai dan terakhir tersier yang langsung terkait dengan daerah tangkapan

(Cathment Area). Misi pengembangan drainase tidak hanya membuang air larian secepat-cepatnya tetapi lebih penting dari itu adalah membuang air dalam waktu

yang tepat sesuai dengan kapasitas saluran.

Selain faktor-faktor alam sebagaimana disebutkan sebelumnya, permasalahn

drainase di Kabupaten Gowa adalah dalam penyediaan prasarana yang telah ada.

Saluran-saluran drainase yang ada saat ini sebagian besar fungsi hidrolisnya tidak

memenuhi syarat teknis. Hal ini terlihat dari banyak terjadinya sedimentasi pada

saluran, terjadinya aliran yang diam yang menjadikan munculnya beberapa

genangan. Kondisi saluran drainase sebagian besar kurang terawat, sehingga

terlihat pendangkalan saluran oleh erosi dinding saluran, banyak tumbuhan dan

dijumpainya sampah di saluran drainase.

Program pengembangan saluran juga masih tidak terintegrasi sehingga

penanggulangan daerah genangan di satu tempat hanya mengalihkan genangan

di tempat lain. Pengembangan saluran tersier tidak terkoneksi dengan saluran

sekunder dan primer.

Untuk mencegah terjadinya genangan maka pengembangan sistem drainase

diarahkan secara terintegrasi. Langkah-langkah pengembangan prasarana dapat

dilakukan melalui:

o Penetapan satuan-satuan pembuangan, didasarkan pada daerah tangkapan

masing-masing sungai. DAS tersebut menjadi satuan pembuangan air limpahan berdasarkan batas DASnya dengan saluran primer masing-masing sungai.

o Saluran sekunder dibangun melintang terhadap sungai dengan

memperhatikan sub daerah tangkapan. Dimensi masing-masing saluran mempertimbangkan sub daerah tangkapan air maksimal.

o Saluran tersier dibangun mempertimbangkan penggunaan lahan setempat

Selain pengembangan jaringan prasarana, masih terdapat faktor-faktor lain

di luar sistem drainase yang sangat mempengaruhi kinerja drainase di Kabupaten

Gowa. Beberapa faktor tersebut adalah sedimentasi dan besarnya debit air larian

(11)

pembuangan dimana pencampuran antara air tawar dan air payau menyebabkan

sedimentasi terangkut menjadi mengendap. Sedangkan tingginya air larian

disebabkan rendahnya daya serap terutama daerah-daerah yang memiliki tutupan

vegetasi yang kurang.

Dari dua permasalahan tersebut jika ditarik kebelakang maka hanya terdapat

satu sumber masalah yaitu kerusakan di daerah tangkapan air. Kerusakan daerah

tangkapan disebabkan perusakan hutan sehingga air hujan langsung mengalir

tanpa adanya pelindung. Tingginya air larian akan membawa sedimentasi terlarut

semakin besar. Akibatnya air sungai menjadi sangat keruh pada saat terjadi hujan.

Dari beberapa identifikasi baik langsung terhadap kondisi hutan di daerah

tangkapan maupun tidak langsung melalui pengamatan kekeruhan air dapat

diketahui bahwa telah terjadi kerusakan DAS.

Melihat kondisi saat ini maka perlu dilakukan program-program penunjang

dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Program tersebut antara lain:

o Pengerukan sedimentasi saluran,

o Pengembangan hutan rakyat,

o Konservasi lahan kritis, dan

o Reboisasi hutan

2. Air Limbah

Berdasarkan sumbernya, air limbah di Kabupaten Gowa dibedakan menjadi

air limbah industri dan air limbah domestik. Volume buangan air limbah yang

berasal dari kegiatan domestik masih lebih besar dari kegiatan industri namun

demikian air limbah hasil kegiatan industri walaupun volumenya kecil tetapi pada

umumnya mempunyai tingkat pencemaran yang tinggi. Termasuk didalamnya

kegiatan-kegiatan hotel dan rumah sakit sehingga membutuhkan penanganan

khusus.

Untuk produksi limbah domestik perlu dibedakan perlakuan khusus antara

limbah cair dari kegiatan sehari-hari dengan limbah tinja. Limbah tinja memiliki

karakteristik yang berbeda sehingga perlu dilakukan sistem pembuangan

tersendiri.

Adapun prasarana dan sarana air limbah yang ada di Kabupaten Gowa saat

ini masih terbatas pada on side system. Pelayanan air limbah di Kabupaten Gowa

(12)

yang berada ditempat-tempat pelayanan umum seperti pasar, terminal dan

tempat-tempat umum lainnya. Pembuangan limbah cair dari hasil kegiatan

sehari-hari seperti mandi dan cuci dibuang secara langsung pada saluran drainase.

Mengingat tidak ada jaringan khusus untuk pembuangan limbah cair maka pada

hari-hari biasa jaringan drainase berfungsi sebagai saluran pembuangan limbah

sedangkan pada saat hari hujan berfungsi sebagai drainase.

Pada pembuangan limbah cair untuk industri mengingat sifatnya yang lebih

berbahaya diwajibkan membuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di

masing-masing industri (On Site). Limbah yang berasal dari proses produksi

dilanjutkan ke IPAL kemudian setelah melalui pengolahan baru dibuang ke saluran

pembuangan biasa. Hasil keluaran limbah cair harus memenuhi standar baku

mutu yang telah ditetapkan.

Sistem pembuangan limbah tinja di Kabupaten Gowa dilakukan secara

individual pada masing-masing rumah tangga. Sistem yang digunakan secara on

site (di tempat), yaitu buangan tinja dialirkan ke cubluk atau tangki septik (Septic

Tank). Kendala dan permasalahan yang terjadi adalah masih adanya sebagian

kecil masyarakat yang membuang tinja di tempat terbuka seperti sungai, dan

masih rendahnya kualitas sarana ini pada masing-masing rumah tangga yaitu

masih digunakannya cubluk yang rentan menimbulkan bau tidak sedap yang

mengganggu kesehatan lingkungan.

Peningkatan kondisi pengelolaan limbah manusia perlu diarahkan untuk

menghilangkan atau mengurangi jumlah penduduk yang masih membuang tinja di

tempat-tempat terbuka. Peningkatkan kualitas sarana pembuangan limbah, harus

ditunjang dengan ketersediaan prasarana Jamban Keluarga (JAGA) dengan

sistem tangki septik secara mandiri oleh masyarakat, dan penyediaan dan

peningkatan kualitas fasilitas kakus umum (MCK) pada lokasi-lokasi dengan

intensitas kegiatan tinggi, seperti pusat perdagangan dan pusat pendidikan.

Dalam pengembangannya ke depan perlu diupayakan unit pengelolaan

limbah manusia untuk mengolah limbah tinja. Instalasi pengolah tinja ini

disediakan dalam satu lokasi untuk melayani skala Kota Sungguminasa.

Kebutuhan ruang untuk penyediaan fasilitas pengolah tinja diperkirakan seluas

satu hektar yang didukung penyediaan truk tinja (Vacuum Truck) untuk

(13)

3. Rencana Jaringan Air Bersih

Untuk kebutuhan cadangan air, tersedia Waduk Bili-Bili dan beberapa

bangunan embung yang tersedia di Kabupaten Gowa sebagai sumber air bersih.

Sementara itu, bagi masyarakat Kabupaten Gowa yang tidak memanfaatkan dari

Waduk Bili-Bili sebagai sumber air bersih. Untuk wilayah di dataran tinggi

Kabupaten Gowa menggunakan potensi air tanah/sumur artesis dari pengunungan

dan beberapa anak sungai serta sumur-sumur dangkal. Kondisi tersebut memiliki

filtrasi air tanah yang rendah sampai sedang, sehingga untuk kebutuhan konsumsi

diperlukan pengolahan sesuai dengan standar kesehatan untuk memperoleh air

bersih yang higienis.

Potensi air baku yang ada berupa air sumur, sungai, dan air pegunungan

yang merupakan air bersih utama bagi masyarakat perdesaan, sedangkan pada

kawasan perkotaan sebagian besar memanfaatkan air yang bersumber dari

PDAM.

Dalam upaya peningkatan pelayanan akan air bersih maka direncanakan:

 Perlunya identifikasi potensi air baku dan peningkatan proses pengolahan

menjadi air bersih yang memiliki sanitasi tinggi yang sesuai dengan standar

kesehatan.

 Kebutuhan air bersih di Kabupaten Gowa dapat dikategorikan dalam 2 (dua)

jenis pemakaian yaitu domestik (rumah tangga) dan non-domestik seperti

industri, perkantoran pemerintahan, hotel dan restoran, perdagangan, dan

lain-lain,

 Sistem pelayanan air bersih perkotaan dengan penduduk minimal 10.000

jiwa, dilayani melalui sistem penyediaan air bersih perpipaan dengan

Instalasi Pengolahan Air Lengkap oleh PDAM.

 Sistem pelayanan air bersih perdesaan dilayani melalui Sistem Instalasi

Pengolahan Air Sederhana (IPAS). Sambungan langsung dari PDAM di

perdesaan, dengan sumber air baku dari mata air di pegunungan atau air

tanah. Kemudian, masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhannya melalui

sumber air lainnya atau membuat sistem penampungan air hujan (PAH) yang

(14)

Tabel 7.3.

Arahan RTRW Kabupaten Gowa untuk Bidang Cipta Karya Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

(1) (2)

 Rencana Kaw. Permukiman  Rencana Pengembangan Dan Kriteria Sistem Perkotaan

 pengembangan sistem jaringan drainase

 Rencana Pengembangan Sistem Drainase dan Limbah

 kawasan terbuka hijau kota  Rencana Jaringan Air Bersih

 Kawasan Permukiman Perkotaan dan Pedesaan

 pengembangan sistem jaringan sumberdaya air.

H. Ketentuan Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung Dan Kawasan

Budidaya

1. Peraturanzonasiuntuk kawasanhutanlindungdisusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;

b. ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi

luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan

c. pemanfaatanruangkawasanuntukkegiatanbudidaya

hanyadiizinkanbagipendudukaslidenganluasantetap,

tidakmengurangifungsilindungkawasan,dandibawah pengawasan

ketat.

2. Peraturanzonasiuntukkawasanbergambutdisusundengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;

dan

b. ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi merubah

tata air dan ekosistem unik.

3. Peraturanzonasiuntukkawasanresapanairdisusundengan

memperhatikan:

a. pemanfaatanruangsecaraterbatasuntukkegiatanbudi daya tidak

terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan

(15)

b. penyediaansumurresapandan/atauwadukpadalahan

terbangunyangsudahada;dan

c. penerapanprinsipzero deltaQ policyterhadapsetiap kegiatan budi

daya terbangun yang diajukan izinnya.

4. Peraturan zonasi untuk sempadan sungai dan kawasansekitar waduk

disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

b. ketentuanpelaranganpendirianbangunankecuali

bangunanyangdimaksudkanuntukpengelolaanbadanair dan/atau

pemanfaatan air;

c. pendirianbangunandibatasi hanyauntuk menunjang fungsi taman

rekreasi; dan

d. penetapanlebar

sempadansesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangan.

5. Peraturanzonasiuntukruangterbukahijaukotadisusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;

b. pendirianbangunandibatasihanyauntukbangunan

penunjangkegiatanrekreasidanfasilitasumumlainnya; dan

c. ketentuanpelaranganpendirianbangunanpermanen selain yang

dimaksud pada huruf b di atas.

6. Peraturanzonasiuntukkawasansuakaalamdisusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata alam;

b. pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam;

c. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi

dayadukungdandayatampunglingkungan;dan

d. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat merubah ekosistem.

7. Peraturanzonasiuntuktamanhutanrayadisusundengan memperhatikan:

a. pemanfaatanruanguntukpenelitian,pendidikan,dan wisata alam;

b. ketentuanpelarangankegiatanselainyangdimaksudpada huruf a;

c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan

(16)

d. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud

pada huruf c.

8. Peraturanz o n a s i untuktamanwisataalamdisusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatanruanguntukwisataalamtanpamengubah bentang alam;

b. ketentuanpelarangankegiatanselainyangdimaksudpada huruf

c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan

sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan

d. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud

pada huruf c.

9. Peraturan zonasi untukkawasancagar budayadan ilmu

pengetahuandisusundenganmemperhatikan:

a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan

b. ketentuanpelarangankegiatandanpendirianbangunan yang tidak

sesuai dengan fungsi kawasan.

10. Peraturanzonasiuntukkawasanrawantanahlongsordan kawasanrawan

gelombangpasangdisusundengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik,

jenis, dan ancaman bencana;

b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;dan

c. pembatasanpendirianbangunankecualiuntuk

kepentinganpemantauanancamanbencanadan kepentingan umum.

11. Untukkawasanrawanbanjir,selainsebagaimanadimaksud di atas,

peraturan zonasidisusundengan memperhatikan:

a. penetapan batas dataran banjir;

b. pemanfaatandataranbanjirbagiruangterbukahijaudan

pembangunanfasilitasumumdengankepadatanrendah; dan

c. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman

dan fasilitas umum penting lainnya.

12. Peraturanzonasiuntukkawasankeunikanbentangalam

disusundenganmemperhatikanpemanfaatannya bagi

pelindunganbentangalamyangmemilikicirilangkadan/atau

(17)

pariwisata.

13. Peraturanzonasiuntukkawasanrawanbencanaalamgeologi disusun

denganmemperhatikan:

a. pemanfaatanruangdenganmempertimbangkankarakteristik, jenis, dan

ancaman bencana;

b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman

penduduk;dan

c. pembatasanpendirianbangunankecualiuntukkepentingan

pemantauanancamanbencanadankepentinganumum.

14. Peraturanzonasiuntukkawasanimbuhanairtanahdisusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatanruangsecaraterbatasuntukkegiatanbudi daya tidak

terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan

limpasan air hujan;

b. penyediaansumurresapandan/atauwadukpadalahan

terbangunyangsudahada;dan

c. penerapanprinsipzero delta Q policyterhadapsetiap kegiatan budi

daya terbangun yang diajukan izinnya.

15. Peraturanzonasiuntukkawasansempadanmataairdisusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan

b. pelarangankegiatanyangdapatmenimbulkanpencemaran terhadap

mata air.

Arahan zonasi untuk kawasan budidaya ini dimaksudkan untuk mendapatkan

kesesuaian lahan untuk berbagai fungsi/kegiatan pada kawasan yang bukan

merupakan kawasan lindung. Arahan kesesuaian lahan untuk kegiatan budidaya

ini meliputi kesesuaian lahan untuk budidaya pertanian dan budidaya non

pertanian.

i. Indikasi Program Utama Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Gowa

Berdasarkan UURI No. 25 Tahun 2004 yang berisi tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dan UURI No. 26 Tahun 2007 tentang

(18)

merupakan matra ruang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) Kabupaten Gowa. Selanjutnya, Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Gowa, Rencana Kerja Pembangunan

Daerah (RKPD) Pemkab Gowa, Rencana Strategis (Renstra) SKPD maupun

Rencana Kerja (Renja) Tahunan SKPD di lingkungan Pemkab secara matra ruang

mengacu pada RTRWK Gowa.

Berdasarkan hal tersebut di atas, indikasi program yang disusun dalam

RTRWK Gowa ini perlu dijadikan acuan lokasi program dan kegiatan dalam

penyusunan rencana-rencana pembangunan tahunan seperti RKPD Pemkab

Gowa maupun Renja SKPD.

Secara sistematis program penataan ruang Kabupaten Gowadisusun dengan

tabel yang berisi usulan program utama, lokasi pelaksanaan program, sumber

pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan yang disesuaikan dengan

waktu rencana RTRWK Gowa dari Tahun 2011 hingga akhir Tahun Perencanaan

2030. Lebih jelasnya lihat tabel berikut:

Tabel 7.4.

Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten GowaTerkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya.

(19)

No Usulan Program

Pusat PKLp, PPK TIDAK APBD-N/P/K/Masy.

Kec. Pattallassang YA APBN/APBD-P/K/Swasta

Kec. Bajeng TIDAK APBN/APBD Kantor LH Kab. Gowa

7.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD)

Visi Kabupaten Gowa

Berdasarkan permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh Kabupaten

Gowa sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya, maka dirumuskan visi

pembangunan KabupatenGowa tahun 2005 – 2010, yaitu:

“Terwujudnya Gowa yang Handal dalam Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat”

Secara filosofi, visi tersebut diatas megandung makna bahwa Kabupaten

Gowa dengansegala potensi dan keunggulannya bercita–cita menempatkan diri sebagai daerah yanghandal dalam peningkatan kualiatas hidup masyarakatnya.

Kondisi tersebut akan didukungoleh upaya mewujudkan masyarakat yang

bermoral, beretika dan berbudaya dalamsuasana bermasyarakat, membangun

prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dalammengelola sumberdaya yang

(20)

masyarakat, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadaplingkungan

hidup.

Misi Kabupaten Gowa

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi

yang telahditetapkan agar tujuan pembagunan dapat terlaksanakan dan

berhasil dengan baik,sehingga seluruh masyarakat dan pihak yang

berkepentingan (stakeholder) mengetahuiprogram-programnya dan hasil yang

akan diperoleh di masa yang akan datang.

Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, mengamanatkan bahwa setiap

daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis,

terarah, terpadu, dan tanggap terhadap perubahan (Pasal 2 Ayat 2), dengan

jenjang perencanaan jangka panjang (25 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan

jangka pendek atau tahunan (1 tahun). Selain itu, Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Bab VII Pasal 150 bahwa daerah

wajib memiliki dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Dengan melihat perkembangan lingkungan strategis dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), maka issu-issu yang sangat

mendasar untuk dijadikan landasan dalam perumusan program untuk mendukung

keberadaan agenda utama pembangunan lima tahun yang akan datang adalah :

- Program pembangunan jalan dan jembatan;

- Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;

- Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;

- Program tanggap darurat jalan dan jembatan;

- Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan;

- Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;

- Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air;

- Program normalisasi saluran;

- Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan

normalisasi saluran;

(21)

- Program pemberdayaan petani pemakai air;

- Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang;

- Program pembangunan sumur-sumur air tanah;

- Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan

distribusi air baku;

- Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat

berpenghasilan rendah;

- Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;

- Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air

limbah;

- Program pengembangan sistem distribusi air minum;

- Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan

air limbah;

- Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;

- Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;

- Program pembangunan infrastruktur pedesaan;

- Program pengembangan perumahan;

- Program lingkungan sehat perumahan;

- Program pemberdayaan komunitas perumahan;

- Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;

- Program perencanaan tata ruang;

- Program pemanfaatan ruang;

- Program pengendalian pemanfaatan ruang;

- Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah;

- Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).

Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana

tata ruang agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan

berkelanjutan dengan program-program sebagai berikut :

- Program perencanaan tata ruang;

- Program pemanfaatan ruang;

- Program pengendalian pemanfaatan ruang;

(22)

Pembangunan infrastruktur lebih difokuskan pada pembangunan dan

peningkatan kualitas serta kuantitas infrastruktur jalan dan jembatan,

perumahan dan pemukiman serta sumberdaya air.

Adapun program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

- Program pembangunan jalan dan jembatan;

- Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;

- Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;

- Program tanggap darurat jalan dan jembatan;

- Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan;

- Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;

- Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air;

- Program normalisasi saluran;

- Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan

normalisasi saluran;

- Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun;

- Program pemberdyaan petani pemakai air;

- Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang;

- Program pembangunan sumur-sumur air tanah;

- Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan

distribusi air baku;

- Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat

berpenghasilan rendah;

- Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;

- Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air

limbah;

- Program pengembangan sistem distribusi air minum;

- Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan

air limbah;

- Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;

- Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;

- Program pembangunan infrastruktur pedesaan;

(23)

- Program lingkungan sehat perumahan;

- Program pemberdayaan komunitas perumahan;

- Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;

- Program perencanaan tata ruang;

- Program pemanfaatan ruang;

- Program pengendalian pemanfaatan ruang;

- Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah;

- Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).

Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana

tata ruang agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan

berkelanjutan dengan program-program sebagai berikut:

- Program perencanaan tata ruang;

- Program pemanfaatan ruang;

- Program pengendalian pemanfaatan ruang;

- Program kerjasama pemanfaatan ruang.

7.3 Arahan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung

Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan

persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Dimana persyaratan

teknis itu ditetapkan dengan Peraturan Bupati yakni Status hak atas tanah,

dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; Status kepemilikan

bangunan gedung; dan Izin menrdirikan bangunan gedung.

Setiap bangunan gedung harus didirikan pada tanah yang status

kepemilikannya jelas, baik milik sendiri maupun milik pihak lain, namun bangunan

gedung dengan status milik pihak lain hanya dapat didirikan dengan izin

pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dalam

bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah

dengan pemilik bangunan gedung.

Status kepemilikan gedung dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan

bangunan gedung yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten, berdasarkan

hasil kegiatan pendataan bangunan gedung. Kegiatan pendataan tersebut

dilakukan bersamaan dengan proses mendirikan bangunan gedung untuk

(24)

dalam mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan gedung wajib

melengkapi dengan : tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda

bukti perjanjian pemanfaatan tanah; data pemilik bangunan gedung; rencana

teknis bangunan gedung; dan hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi

bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

Setiap mendirikan bangunan gedung, fungsinya harus sesuai dengan

peruntukan lokasi yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten, RDTRKP, dan/atau

RTBL serta tidak boleh melebihi ketentuan maksimal kepadatan dan ketinggian

yang ditetapkan didalamnya dimana kepadatan tersebut ditetapkan dalam bentuk

Kooefisien Dasar bangunan (KDB) Maksimal yang didasarkan pada luas

kaveling/persil, peruntukan atau fungsi lahan, dan daya dukung lingkungan.

Sedangkan ketinggian maksimal ditatapkan dalam bentuk Kooefisien Lantai

Bangunan (KLB) dan/atau jumlah lantai maksimal.

Setiap bangunan gedung yang didirikan tidak boleh melanggar ketentuan

minimal jarak bebas bangunan gedung yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten,

RDTRKP, dan/atau RTBL. Ketentuan jarak bangunan gedung ditetapkan dalam

bentuk : garis sempadan banguan gedung denga as jalan, tepi sungai, irigasi, tepi

danau, dan/atau jaringan tegangan tinggi; jarak antara bangunan gedung dengan

batas-bnatas persil, jarak antar bangunan gedung, dan jarak antara as jalan

dengan pagar halaman yang diizinkan pada lokasi yang bersangkutan, yang

diberlakukan per kaveling, per persil, dan/atau per kawasan.

Penampilan bangunan gedung harus dirancang dengan mempertimbangkan

kaidah-kaidah estetikabentuk, karakteristik arsitektur, dan lingkungan yang ada di

sekitarnya. Penampilan bangunan harus menyesuaikan dengan bangunan gedung

yang ada disekitarnya, dikawasan cagar budaya harus dirancang dengan

mempertimbangkan kaidah pelestarian sedangkan bila berdampingan dengan

bangunan gedung yang dilestarikan harus dirancang dengan mempertimbangkan

kaidah estetika bentuk dan karekteristik dari arsitektur bangunan yang dilestarikan.

Persyaratan keselamatan meliputi : persyaratan kemempuan bangunan

gedung untuk mendukung beban muatan; dan kemampuan bangunan gedung

dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.

(25)

penghawaan; persyaratan sistem pencahayaan; persyaratan sistem sanitasi; dan

penggunaan bahan bangunan gedung. Persyaratan kenyamanan bangunan

gedung meliputi : kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang;

kenyamanan kondisi udara dalam ruang; kenyamanan pandangan; kenyamanan

tingkat getaran dan tingkat kebisingan. Persyaratan kemudahan meliputi :

kemudahan hubngan ke, dari, dan di dalam gedung; dan kelengkapan prasarana

dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung.

Pembangunan bangunan gedung diselenggarakan melalui tahapan :

perencanaan teknis; pelaksanaan konstruksi; dan pengawasan konstruksi.

Pemanfaatan bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan dilakukan oleh

pemilik dan/atau pengguna sesuai dengan kaidah pelestarian dan klasifikasi

bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Pemugaran bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan merupakan

kegiatan memperbaiki dan memulihkan kembali bangunan gedung ke bentuk

aslinya.Pembongkaran bangunan gedung harus dilaksanakan secara tertib dan

mempertimbangkan keamanan, keselamatan masyarakat dan lingkungannya.

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung

mempunyai hak :

a. mendapatkan pengesahan dari Pemerintah Kabupaten atas rencana

teknis bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan;

b. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan

perizinan yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten;

c. mendapatkan surat ketetapan bangunan gedung dan/atau lingkungan

yang dilindungi dan dilestarikan dari Pemerintah Kabupaten;

d. mendapatkan insentif sesuai dengan peraturan perundang-undangan

dari Pemerintah Kabupaten karena bangunannya dutetapkan sebagai

bangunan yang harus dilindungi dan dilestarikan;

e. mengubah fungsi bangunan setelah mendapat izin tertulis dari

(26)

f. mendapatkan ganti rugi sesuai dengan peraturan perundang-undangan

apabila bangunannya dibongkar oleh Pemerintah Kabupaten atau pihak

lain yang bukan diakibatkan oleh kesalahannya.

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung

mempunyai kewajiban :

a. menyediakan rencana teknis bangunan gedung yang memenuhi

persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan fungsinya;

b. memiliki Izin Mendirikan Banguna (IMB);

c. melaksanakan pembangunan gedung sesuai dengan rencana teknis

yang telah disahkan dan dilakukan dalam batas waktu berlakunya izin

mendirikan bangunan;

d. meminta pengesahan dari Pemerintah Kabupaten atas perubahan

rencana teknis bangunan gedung yang terjadi pada tahap pelaksanaan

bangunan.

7.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana

IndukPengembangan Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka

panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan

air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan

proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa

tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya.

RI-SPAM dapat berupa RI- RI-SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas

kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM

memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak

dari sumber air hingga unit pelayanan dalamrangka perlindungan dan

pelestarian air.

Dengan demikian, Kabupaten Gowa dokumen RI-SPAMnya masih dalam

proses penyusunan.

(27)

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka

menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi

suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana

strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK

disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah

pusat dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi

Kabupaten/Kota berpedoman pada prinsip:

a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);

b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase,

persampahan);

c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan

d. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’.

Dengan demikian, Kabupaten Gowa dokumen strategi sanitasi kota

(SSK) masih dalam proses penyusunan.

7.6 Arahan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)

Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan

rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk

mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta

memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana

umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian

rencana, dan pedomanpengendalian pelaksanaan

pengembanganlingkungan/kawasan.

Dengan demikian, Kabupaten Gowa dokumen Rencana Tata Bangunan

Dan Lingkungan (RTBL) masih dalam proses penyusunan.

7.7 Arahan Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Kawasan

Permukiman (RP2KP).

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman

merupakan suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunanpermukiman

dan infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota,

(28)

pembangunan infrastruktur Cipta Karya. RP2KP memuat arahan kebijakan dan

strategi pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota

yang berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan

(RPJMD). RP2KP memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a. sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan

permukiman dan infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan

program-program pembangunan lainnya yang telah ada;

b. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program

sektoral bidang Cipta Karya di daerah;

c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPI2-JM;

d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan, strategi, rencana

pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang tertuang di

berbagai dokumen; dan

e. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkaitdengan

pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

Dengan demikian, Kabupaten Gowa dokumen Rencana Pembangunan

Dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP) masih dalam proses

penyusunan.

7.8 Arahan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan Di Kawasan Strategis

Kabupaten Gowa (RTBL KSK)

Dari RP2KP yang telah disusun kemudian diturunkan ke dalam suatu

rencana operasional berupa Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di

Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK), dimana keduanyatetap mengacu

pada strategi pengembangan kota yang sudah ada. RTBL KSK merupakan

rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman

dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di

perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RTBL KSK merupakan rencana

terpadu bidang permukiman dan infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup

wilayah perencanaan berupa kawasan dengan kedalaman rencana teknis yang

dituangkan dalam peta 1:5000 atau 1:1000. RTBL KSK disamping berfungsi

(29)

juga berfungsi sebagai masukan dalam penyusunan RPI2-JM. Oleh karena itu,

dalam hal ini RPI2-JM perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta

pengembangan kawasan dalam RTBL KSK yang didetailkan pada program

tahunan.

Dengan demikian, Kabupaten Gowa dokumen Rencana Tata Bangunan

Dan Lingkungan Di Kawasan Strategis Kabupaten Gowa (RTBL KSK) masih

dalam proses penyusunan.

Tabel 7.5.

Matriks Strategi Pembangunan Kawasan Prioritas Berdasarkan RTBL KSK

Dokumen Rencana Kawasan

Deleniasi Kawasan Prioritas

Strategi Pembangunan

Kawasan Prioritas Indikasi Program

Gambar

Tabel 7.2.
Tabel 7.3.

Referensi

Dokumen terkait

Target yang diharapkan dari kegiatan pengabdian Amikom Mitra Masyarakat ini adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan anak-anak di TPQ Masjid Baitul Muhsinin Sumbang

X dapat digunakan untuk menentukan struktur kristal memiliki harga d (jarak kisi) dengan intensitas yang karakteristik. Difraktogram padatan hasil sintesis pada penelitian

Pada penelitian deskriptif kualitatif ini ditelusuri level berpikir geometri Van Hiele pada bangun datar segitiga dari seorang mahasiswa program studi pendidikan matematika

Također veliku ulogu ima izgled sadržaja unutar multimedijskog e-udžbenika. Bitno je da učenike privlači vizualno te ujednačiti veličinu teksta i broj fotografija. Ako

Judul Penelitian :Hubungan Pola Asuh Gizi dan Kesehatan dengan Status Gizi pada Baduta di Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta.. Nama Mahasiswa :Septa Aji Cahyana Nomor

Dari pemahaman para pemuka desa dapat dikolaborasikan dengan pengetahuan sarjana desa untuk dapat menghasilkan sebuah dokumen historical Desa Panji bermuatan nilai-nilai

Persamaan dari penelitian Harun dan penelitian ini adalah variabel yang digunakan adalah sama yaitu Kualitas Layanan, Pemanfaatan Teknologi Informasi,

Sayangnya aturan yang ada ini hanya dapat diterapkan bagi wajib pajak badan dalam transaksi perdagangan online dan tidak dapat diterapkan bagi wajib pajak orang