• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KARAKTER RELIGIUS DALAM DOKUMEN HISTORIKAL DESA PANJI SEBAGAI DAERAH WISATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KARAKTER RELIGIUS DALAM DOKUMEN HISTORIKAL DESA PANJI SEBAGAI DAERAH WISATA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1702 Ni Ketut Suarni1, I Wayan Mudana2, Gede Nugraha Sudarsana3

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Melestarikan sebuah kebudayaan merupakan keharusan bagi setiap masyarakat yang tinggal di dalam daerah tersebut. Suatu daerah yang masih mengutamakan kebudayaan daerahnya cenderung ditempati oleh masyarakat yang dapat menghargai nilai-nilai sejarah yang ada di dalamnya. Seperti halnya kebudayaan bangsa Indonesia yang beraneka ragam sukunya, melestarikan budaya milik daerah asal merupakan kebanggaan bagi seluruh masyarakatnya. Menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan

kemerdekaan bangsa Indonesia, dan ikut melestarikan budaya dan ikut serta berpartisipasi dalam membangun dan mengembangkan kebudayaan bangsa Indonesia. Dengan memperhatikan dan mempertahankan keragaman budaya, suku, dan agama yang ada menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang indah dan kaya akan keragaman di dalamnya. Melestarikan budaya tersebut haruslah ditanamkan sejak dini, sehingga nantinya dapat membentuk sebuah nilai karakter cinta tanah air dengan budi pekerti yang luhur (Lutfania, 2017). Nilai-nilai karakter tersebut haruslah menjadi kebiasaan dan bukan hanya menjadi

PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KARAKTER RELIGIUS DALAM

DOKUMEN HISTORIKAL DESA PANJI SEBAGAI DAERAH WISATA

1,3Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNDIKSHA; 2Program Studi Pendidikan Sejarah FHIS UNDIKSHA Email: niketut.suarni@undiksha.ac.id

The purpose of this community service is to increase the potential of Panji Village as an educational and religious tourism village. This community service is carried out through providing training in writing historical documents that contain religious character values. The subjects of this community service are village leaders and scholars. From the understanding of the village leaders, it can be collaborated with the science of village scholars to be able to produce historical documents of Panji Village that contain religious character values in order to increase the village potential as a tourist village and the community can understand the value of religious character that is contained and justified for a long time. Buildings that have historical and religious value in the Panji area are the Bhuwana Kertha, Giant Cave, and Puja Pajenengan which exist today and become historical tourist visits that illustrate the traditions, customs and uniqueness of Panji Village.

Keywords: historical documents, religious character

Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah meningkatkan potensi Desa Panji sebagai desa wisata edukasi dan religius. Pengabdian ini dilakukan melalui pemberian pelatihan penulisan dokumen historical bermuatan nilai-nilai karakter religius. Subjek dari pengabdian kepada masyarakat ini adalah para pemuka dan sarjana desa. Dari pemahaman para pemuka desa dapat dikolaborasikan dengan pengetahuan sarjana desa untuk dapat menghasilkan sebuah dokumen historical Desa Panji bermuatan nilai-nilai karakter religius guna meningkatkan potensi desa sebagai desa wisata serta masyarakat dapat memahami nilai-nilai karakter religius apa yang terkandung dan dibenarkan sejak dahulu. Bangunan yang memiliki nilai sejarah dan religius di daerah Panji adalah Bhuwana Kerta, Goa Raksasa, dan Pura Pajenengan sebagai bukti sejarah yang ada hingga saat ini sekaligus menjadi tempat kunjungan wisata bersejarah yang menggambarkan tradisi, adat istiadat, dan keunikan yang dimiliki Desa Panji.

(2)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1703 pengetahuan atau pemahaman saja (Baginda,

2018). Menurut White (Marlis, 2010) mengemukakan bahwa pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia.

Salah satu provinsi yang memiliki daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia adalah Bali. Keragaman yang ada di daerah Bali sangatlah banyak dan kaya. Keragaman tersebut mulai dari budaya atau adat istiadat masyarakat Bali, kesenian yang dimiliki, agama yang diyakini, makanan khas yang ada di daerah Bali, rumah adat dan baju adatnya, serta tempat ibadah yang ada di daerah Bali. Di dunia, Bali terkenal dengan sebutan Pulau Dewata atau juga pulau seribu pura yang terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan hasil seni dan budayanya.

Masyarakat Bali percaya adanya satu Tuhan dalam bentuk Trimurti yang Esa yaitu Brahma

(yang menciptakan), Wisnu (yang melindungi dan memelihara) dan Siwa (yang merusak) (Sukayasa & Suryana, 2008). Kemudian percaya pada para dewa yang memiliki kedudukan yang lebih rendah dari Trimurti

yaitu dewa Wahyu (dewa angin), dewa Indra

(dewa perang). Mempercayai semua ajaran-ajaran yang ada di kitab Wedha. Sebagian besar masyarakat Bali menganut Agama Hindu dan dalam kesehariannya diatur berdasarkan hukum adat Bali. Hukum adat Bali merupakan hukum yang tumbuh dalam lingkungan masyarakat yang dilandaskan pada ajaran agama (Hindu) dan tumbuh berkembang mengikuti kebiasaan serta rasa kepatutan dalam masyarakat hukum adat Bali itu sendiri (Astana, 2018). Oleh karenanya dalam masyarakat hukum adat Bali, antara adat dan agama tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut disebabkan karena adat itu sendiri bersumber dari ajaran agama. Pelaksanaan agama dapat dijalankan melalui etika, susila, dan upacara (Sihotang, 2019). Ketiga hal inilah digunakan sebagai norma yang mengatur kehidupan bersama di dalam masyarakat. Etika, susila, dan upacara yang dicerminkan dalam kehidupannya sehari-hari mencerminkan rasa kepatutan dan keseimbangan (harmoni) dalam

kehidupan bermasyarakat. Oleh karenanya azas hukum yang melingkupi hukum adat Bali adalah kepatutan dan keseimbangan (Mariadi, 2020).

Hasil penelitian (Ardhana & Wijaya, 2017) menyatakan bahwa masyarakat Bali dapat mensinergikan antara tradisi budaya pada masa prasejarah. Mereka sangat menghormati leluhur dan hal itu ditunjukkan dengan kepatuhannya dalam menjalankan ritual dan upacara untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera, damai dan harmoni.

Seperti upacara adat potong gigi atau biasanya orang bali menyebutnya dengan sebutan

metatah merupakan salah satu upacara

keagamaan yang wajib dilakukan oleh masyarakat Hindu di Bali, baik laki-laki maupun perempuan, karena dipercayai oleh masyarakat Bali saat meninggal dunia akan bertemu dengan leluhurnya di Surga. Adapun makna dari upacara adat potong gigi ini adalah menandakan bahwa orang tersebut sudah akil balig atau memasuki usia dewasa, merupakan wujud berbakti kepada orang tua, seseorang yang telah disucikan akan lebih mudah menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi, para dewata, dan leluhur di alam surga. Dalam makna estetika potong gigi dapat menambah kecantikan agar susunan gigi lebih rapi.

Di Bali Utara sangat terkenal dengan potensi alam dan budaya, salah satu daerah yang menjadi pusat perkembangan adalah Desa Panji yang memiliki potensi alam dan tempat-tempat bersejarah yang belum terekspos secara luas. Potensi alam yang dimiliki salah satunya adalah area sawah dengan terasering yang memanjakan mata serta hutan-hutan yang memiliki potensi untuk dijadikan objek wisata. Desa Panji sendiri memiliki potensi alam yang tak kalah indahnya dengan desa wisata lainnya di wilayah Kabupaten Buleleng. Seperti adanya tempat-tempat bersejarah yang dapat dijadikan daerah wisata edukasi dan wisata religi.

Permasalahan yang ditemui di Desa Panji adalah terkait dengan pengelolaan air yang dapat dimanfaatkan untuk mengairi hutan-hutan

(3)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1704 yang semakin lama terlihat tandus dan

cenderung gundul. Kemudian penataan hutan yang nantinya dapat digunakan sebagai tempat wisata. Memberdayakan petani setempat untuk bisa menghasilkan tanaman atau hasil tani yang berdaya jual tinggi. Mayoritas masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dan penggarap kebun seperti tembakau dan bunga gumitir yang banyak digunakan sebagai salah

satu pelengkap pembuatan canang

(persembahyangan).

Gambar 1. Sawah terasering

Gambar 2. Kebun Bunga Gumitir Masalah berikutnya adalah pembentukan Desa Panji menjadi desa wisata baik secara edukasi maupun religius. Wisata sejarah ini belum dikemas dengan baik, tak jarang juga masyarakat acuh tak acuh terhadap perjalanan sejarah dari tempat-tempat yang biasa mereka kunjungi, sebab seringnya masyarakat ingin melihat data otentik dari sejarah tempat tersebut.

Salah satu tempat yang cukup menjadi perhatian masyarakat adalah Monument Bhuwana Kertha. Ini adalah salah satu tempat terkenal di Desa Panji dan sering menjadi kunjungan wisata masyarakat. Monument tersebut memiliki nilai-nilai karakter religius

yang tergambarkan dengan adanya pura. Nilai religius ini merupakan nilai karakter yang erat hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Religius adalah salah satu pendidikan karakter yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku patuh menjalankan ajaran agama yang diyakini yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Glock dan Stark (Lies, 2009), aspek religius terdiri dari aspek keyakinan, peribadatan, penghayatan, pengetahuan, dan pengamalan.

Pura tersebut sering dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan ibadah keagamaan. Jika ada acara keagamaan dan pertemuan formal di tempat tersebut, masyarakat diwajibkan untuk melapor. Namun tak jarang masyarakat di sekitar juga memanfaatkan monument sebagai tempat untuk bersantai sore dan bercengkrama dengan kolega. Selain itu juga tempat tersebut dijadikan sebagai tempat untuk melakukan foto

prewedding. Hal yang cukup menarik perhatian adalah untuk masyarakat yang berkunjung pada Monument Bhuwana Kertha baik dengan tujuan untuk bersantai atau melakukan aktivitas pribadi seperti prewedding, masyarakat tidak dipungut biaya (gratis). Jika dilihat, hal tersebut berdampak pada pemeliharaan yang minim dan kurang maksimal karena rendahnya pemasukan daerah untuk pengembangan dan pemeliharaan tempat bersejarah tersebut. Melihat lalu lalang masyarakat yang cukup sering di daerah monument tersebut, serta akses yang sangat bebas untuk masuk ke dalam monument, perlu rasanya ada perhatian khusus. Hal ini dimaksudkan bahwa untuk menjaga tempat bersejarah sebagai peninggalan para orang-orang terdahulu, perlu adanya pemeliharaan yang baik. Mulai dari tempat hingga lingkungan sekitarnya.

Sedangkan untuk dapat menjaga nilai-nilai bersejarah dan karakter religius yang ada pada monumen tersebut dibutuhkan sebuah pemeliharaan yang baik dari segi penjagaan akses keluar masuk (ijin penggunaan) supaya tempat tersebut tidak disalahgunakan dan secara ekonomis tempat tersebut membutuhkan pengembangan pemanfaatan daya guna seperti

(4)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1705 dibuatnya wisata edukasi. Selain pengunjung

dapat berwisata, mereka juga bisa mendalami tempat-tempat bersejarah melalui historical tempat tersebut. Kemudian bisa dimanfaatkan sebagai daerah wisata religius saat datangnya hari raya agama Hindu.

Tempat lainnya yang memiliki nilai-nilai karakter religius dan bersejarah adalah goa raksasa yang saat ini jauh dari penglihatan masyarakat. Karena aksesnya yang cukup sulit untuk menjangkau tempat tersebut, serta cerita-cerita mistis sering menyebabkan masyarakat hanya sedikit yang mau berkunjung. Jika saja goa raksasa tersebut diperkenalkan sejarahnya dan nilai-nilai apa saja yang bisa diambil dari tempat tersebut, tidak menutup kemungkinan akan menarik kembali perhatian masyarakat untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam sejarahnya. Sehingga tidak hanya menjadi sebuah temuan atau peninggalan terdahulu saja, nantinya tempat-tempat tersebut menjadi saksi bisu bagaimana kehidupan jaman dahulu tergambarkan dengan adanya peninggalan-peninggalan tersebut.

Di satu sisi, di Desa Panji saat ini sudah banyak dibangun warung-warung yang berdesain alam sekitar. Dengan memanfaatkan hijaunya persawahan dan jernihnya air sungai (telabah), mata pengunjung sangat dimanjakan. Akan tetapi jumlah pengunjung saat ini masih sedikit, hal ini mungkin saja disebabkan kurangnya

promosi yang dilakukan untuk

memperkenalkan tempat atau kunjungan yang menarik serta instagramable pada masyarakat luar. Pengunjung saat ini hanya didominasi oleh masyarakat lokal sekitar. Dengan adanya tempat-tempat tersebut pengunjung tidak hanya dimanjakan dengan makanan kuliner khas Bali tetapi mereka juga akan dimanjakan dengan indahnya pemandangan Desa Panji yang jauh dari polusi dan kebisingan. Sehingga tepat rasanya jika Desa Panji dikemas menjadi daerah wisata.

Berdasarkan pemaparan masalah yang muncul dan solusi yang coba diberikan, pengabdian kepada masyarakat ini memiliki target luaran berupa meningkatnya kemampuan

para pemuka dan sarjana desa untuk menulis dokumen historis Desa Panji bermuatan nilai-nilai religius sebagai pengembangan daerah wisata di Kabupaten Buleleng. Kemudian meningkatnya kesadaran masyarakat desa untuk tetap melestarikan budaya, tempat bersejarah dan kearifan lokal Desa Panji sebagai pengembangan daerah wisata. Serta adanya bukti otentik mengenai sejarah desa serta makna adanya tempat-tempat bersejarah yang bisa dimanfaatkan sebagai media promosi untuk menuju pengembangan wilayah wisata edukasi dan religius.

METODE

Khalayak sasaran pengabdian pada masyarakat ini adalah para pemuka (Klian Adat, Klian Desa, Pemuka Agama, Pemuka Masyarakat) dan sarjana desa di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Dalam pelaksanaan pengabdian pada masyarakat ini juga melibatkan beberapa pihak seperti klian adat sebagai pendamping dalam penulisan dokumen historical Desa Panji kemudian peran Kepala Desa yang memfasilitasi keterlaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini. Metode pelaksanaan pengabdian pada masyarakat ini terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. Tahap persiapan, yaitu melakukan studi

lapangan berupa pengamatan atau survey pendahuluan, mengidentifikasi histori Desa Panji secara umum, dan menentukan khalayak sasaran pengabdian kepada masyarakat.

2. Tahap pelaksanaan, yaitu melakukan pemberian pelatihan penulisan dokumen historical dan melakukan pendampingan penulisan.

3. Tahap evaluasi, yaitu penilaian terhadap keberhasilan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang terdiri dari: a) evaluasi proses, saat kegiatan dilaksanakan yang mencakup aspek aktivitas peserta dalam mengikuti pelatihan; b) evaluasi hasil, dilaksanakan setelah berakhirnya kegiatan yaitu hasil penulisan dokumen historical

(5)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1706 dalam bentuk draf yang nanti akan

disempurnakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan penulisan dokumen historical Desa Panji bermuatan nilai-nilai karakter religius dalam pengembangan daerah wisata. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan melalui:

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap studi lapangan sebagai awal pengamatan dan pendalaman terhadap potensi-potensi alam yang ada di Desa Panji. Tahap ini sebagai pendahuluan pelaksanaan pengabdian untuk mengumpulkan informasi awal mengenai keadaan Desa Panji dari Kepala Desa dan masyarakat setempat. Pada bagian ini dilakukan identifikasi terhadap histori Desa Panji secara umum. Berdasarkan hasil studi lapangan di Desa Panji, diperoleh informasi secara umum sebagai berikut: Desa Panji berada di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Masyarakat setempat mayoritas bekerja di bidang pertanian dan perkebunan. Secara sejarah, Desa Panji memiliki sejarah yang sangat panjang. Sejarah tersebut berawal dari munculnya Kerajaan Gendis yang didirikan oleh Agung Gendis. Kemudian kedatangan Ki Barak Panji Sakti membawa pembaharuan dengan berdirinya Kerajaan Panji, yang hingga saat ini dikenal dengan nama Desa Panji. Perjalanan sejarah yang panjang, banyak peninggalan kerajaan yang saat ini masih berdiri kokoh dan dapat disaksikan langsung oleh masyarakat saat ini. Adapun peninggalan tersebut diantaranya adalah Pura Desa Kaping yang identik dengan adanya Goa Raksasa dan kursi batu yang ada di depan mulut goa. Lalu Pura Pajenengan Ki Barak Panji Sakti dengan bangunan perereman dan pusaka berbentuk keris. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh (Adnyana, Atmadja, & Pageh, 2017) Menyatakan bahwa Pura Pajenengan ini memiliki keistimewaan dengan nilai historis

yang sangat penting dalam pengembangan sejarah Desa Panji secara khusus dan Bali secara umum. Dikatakan pula bahwa pura ini sebagai peninggalan Kerajaan Buleleng yang harus dilestarikan sebagai sumber belajar sejarah.

Kemudian ada Puri Kanginan yang disimbolkan dengan patung Singa Ambara Raja yang memegang jagung gembal sebagai simbol pengayoman terhadap masyarakat. Ada peninggalan yang tak kalah luar biasanya dan hingga saat ini menjadi primadona wisatawan saat datang ke Desa Panji serta masyarakat setempat, yaitu bangunan Monumen Bhuwana Kertha. Monument tersebut dibangun oleh para pejuang atau veteran di jaman Kemerdekaan Republik Indonesia yaitu tepatnya tahun 1978. Monument ini memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengunjungnya. Bangunan tua dan bersejarah ini dilengkapi dengan adanya taman dan wantilan di sekitar monumen tersebut. Saat ini Desa Panji sendiri menjadi salah satu desa wisata yang dengan potensi budaya sangat “epic”. Menurut penuturan masyarakat setempat, tak hanya satu atau dua orang saja yang bertanya mengenai sejarah beberapa bangunan peninggalan jaman kerajaan dahulu. Mereka hanya mendapatkan penjelasan secara verbal, yang mungkin saja tidak semua penjelasan terekam dalam memori otaknya. Selain itu juga para penduduk setempat cenderung mewariskan sebuah cerita dalam bentuk cerita yang tidak berdokumen. Sehingga sulit bagi para penduduk pendatang, wisatawan

dan pemuda-pemudi desa setempat

mendapatkan cerita sejarah secara valid mengenai Desa Panji dan bangunan bersejarahnya. Kecuali jika mereka menemui klian adat atau orang yang dituakan di Desa untuk dapat menceritakan sejarah secara lengkap dan valid. Sehingga dirasa penting jika sejarah Desa Panji dibuat dalam bentuk dokumen historikal bermuatan nilai-nilai karakter religius desa tersebut. Sehingga dari sejarah Desa Panji juga masyarakat dapat memahami nilai-nilai karakter religius apa yang terkandung dan dibenarkan sejak dahulu

(6)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1707 sehingga menjadi sebuah tradisi. Adapun

subjek yang digunakan dalam pengabdian ini adalah para pemuka dan sarjana desa. Dari pemahaman yang dimiliki oleh para pemuka desa dapat dikolaborasikan dengan pengetahuan sarjana desa agar dapat menghasilkan sebuah dokumen historical Desa Panji bermuatan nilai-nilai karakter religius guna meningkatkan potensi desa sebagai desa wisata.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan yaitu pelaksanaan pelatihan dan pendampingan.

a. Pelaksanaan pelatihan penulisan dokumen historical Desa Panji yang diberikan dalam bentuk pemberian pengarahan serta pendalaman aspek yang ingin dicari. Di dalam kesempatan ini pula para peserta menyampaikan pemahamannya masing-masing terhadap sejarah Desa Panji. Dalam pelatihan ini juga dilakukan penyamaan persepsi. Kegiatan ini dilaksanakan di Kantor Desa Panji yang dihadiri oleh Kepala Desa, ketua karang taruna, ketua BPD desa, guru-guru, dan sarjana desa. Kegiatan ini menghasilkan pemahaman yang searah untuk mencapai tujuan pelaksanaan pengabdian dengan diuraikannya beberapa hal pokok yang ingin digali dan konsep pelatihan yang akan dilaksanakan. Para pemuka dan sarjana desa yang hadir sangat antusias dan menerima dengan senang hati mengikuti pelaksanaan pengabdian ini. Mereka juga menyampaikan bahwa dengan adanya pengabdian ini sangat membantu

desa untuk membuka peluang

pengembangan potensi desa yang lebih maju dan tidak melupakan nilai-nilai religius yang menjadi saksi perjalanan sejarah Desa Panji. Sehingga diperoleh kisi-kisi pernyataan yang dicari yaitu: (1) Profil Desa Panji (menggambarkan letak geografis dan mayoritas mata pencaharian masyarakat setempat); (2) Gambaran umum, yang terdiri dari: (a) sejarah Desa Panji, (b) potensi wisata, (c) aktivitas kebudayaan, (d) aktivitas keagamaan, (e) tempat-tempat bersejarah di Desa Panji, (f) program atau

kebijakan pemerintah dalam pengembangan wisata; (3) Gambaran khusus, yang terdiri dari: (a) Monumen Bhuwana Kertha, meliputi (i) Latar belakang monument Bhuwana Kertha, (ii) Aspek-aspek sejarah monument Bhuwana Kertha, (iii) Potensi wisata religi di Monument Bhuwana Kertha (aspek keyakinan, peribadatan, pengetahuan, dan pengamalan); (b) Goa Raksasa, meliputi (i) Latar belakang adanya Goa Raksasa, (ii) Aspek-aspek sejarah Goa Raksasa, (iii) Potensi wisata religi di Goa Raksasa (aspek keyakinan, peribadatan, pengetahuan, dan pengamalan)

b. Pendampingan penulisan dokumen historical Desa Panji. Pendampingan ini dilakukan menggunakan aplikasi Zoom. Pertemuan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan yang diperoleh oleh para pemuka dan sarjana desa terkait penulisan historical Desa Panji sesuai dengan pengetahuan masing-masing. Para pemangku dan sarjana

desa menyampaikan dengan baik

perkembangan yang diperoleh dengan menyetorkan bentuk tulisan yang telah dibuat sebelumnya. Diperoleh beberapa informasi berdasarkan pendampingan tersebut yaitu.

1) Monumen Bhuwana Kertha

Tugu Bhuwana Kertha yang menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Bali melawan penjajah. Sekaligus tempat tersebut menjadi bukti janji setia rakyat Bali terhadap Indonesia. Sebagaimana dikutip dari media online kintamani.id bahwasanya ketinggian Tugu Bhuwana Kertha itu sendiri sengaja dibentuk 17 meter sebagai bentuk interpretasi dari angka keramat hari Kemerdekaan Indonesia. Bentuk tugu tersebut juga tetap menggambarkan kekhasan daerah Bali, seperti di bagian puncak tugu berbentuk padmasana dan api. Bentuk tersebut menyimbolkan anugerah Sang Pencipta yang memberikan kemerdekaan kepada masyarakat Indonesia. Selain itu jumlah helai pada padmasana dan api

(7)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1708 tersebut berjumlah 8, yang mengandung

arti bulan kemerdekaan Indonesia. Kemudian di bagian bawah tugu terdapat 45 celah yang diartikan sebagai tahun kemerdekaan Indonesia. Dengan simbol-simbol tersebut tersirat betapa bersejarahnya Tugu Bhuwana Kertha bagi masyarakat Bali. Lokasi Tugu Bhuwana Kertha ini di Jalan Ki Barak Panji Sakti yang memiliki tempat cukup strategis. Untuk bisa masuk ke Tugu tersebut pun tidak dipungut biaya (gratis). Hal tersebut juga didukung dengan hasil wawancara tim pengusul dengan Kepala Desa Panji yaitu Bapak Nyoman Sutama. Beliau menceritakan bahwasanya dahulu banyak pejuang dan leluhur yang berada di Desa Panji. Para pejuang tersebut banyak bersembunyi di pura yang ada disana, mereka sangat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia khususnya Desa Panji dan umumnya Kabupaten Buleleng. Singkat cerita, dalam memperjuangkan bangsa ini, para pejuang berjanji jika kemerdekaan bisa mereka raih, mereka akan membangun pura sebagai bentuk cintanya terhadap tanah air dan rasa terima kasihnya pada desa tersebut. Hingga akhirnya kemerdekaan pun terwujud, mereka membangun pura yang saat ini dikenal sebagai Tugu atau monument Bhuwana Kertha sebagai peninggalan janji pejuang dan leluhur terdahulu.

Gambar 3. Tugu Bhuwana Kertha

Gambar 4. Monumen Bhuwana Kertha Tampak Depan

2) Goa Raksasa

Dahulu ada sebuah kerajaan yang diduduki oleh Raja Bernama Agung Gendis serta ada juga Pura Desa Kaping di dalamnya. Dulu Desa Panji dikenal

dengan nama Gendis yang

mengisyaratkan adanya kerajaan Gendis tersebut. Diceritakan pula bahwa ada pura desa di dalamnya. Saat piodalan, rejang yang ada disana diambil oleh raksasa dan ini adalah sebuah kenyataan yang benar terjadi. Kemudian saat raksasa tersebut ditemukan oleh masyarakat dengan parekan-parekan

Agung Gendis, akhirnya disana ada Goa dan Pura.

3) Pura Pajenangan

Pura Pajenangan adalah bangunan peninggalan Kerajaan Buleleng yang

(8)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1709 sampai saat ini masih berdiri kokoh

dengan nilai sejarah yang kuat. Pura ini memiliki beberapa keistimewaan yaitu terdapat tempat pemujaan (merajan) Panji Sakti, tempat tidur (pamereman) Panji Sakti, dan menjadi salah satu tempat persembahyangan yang banyak didatangi oleh orang-orang penting di Buleleng seperti Bupati, para pejabat, dan calon DPR lainnya. Bangunan Pura Pajenengan memiliki konsep Tri Mandala yaitu Jabe Sisi (bagian depan),

Jabe Tengah (bagian tengah), dan Jeroan

(bagian dalam). Selain itu terdapat nilai-nilai karakter yang terkandung di dalamnya. Secara religius, pura tersebut

dijadikan sebagai tempat

persembahyangan bagi masyarakat sekitar. Secara kawasan wisata, pura tersebut sebagai tempat kunjungan religi yaitu Tirta Yatra. Secara edukasi, pura ini dijadikan sebagai tempat Dharma

Wacana serta tempat ngayah.

Selanjutnya secara social, pura ini menjadi tempat melaksanakan kegiatan gotong royong (ngaturang ngayah) saat akan dilaksanakannya Piodalan.

Selain itu ada pula keyakinan serta warisan budaya warga Desa Panji yang diberikan secara turun-temurun seperti: 1) Upacara Naur Sesaon. Naur Season adalah upacara sembahyang di kuburan (setra) saat Hari Raya Kuningan yang secara turun temurun diwariskan dalam dresta awig-awig Desa Panji. Kekhasan upacara ini adalah dilaksanakan oleh warga Desa Panji baik itu laki-laki maupun perempuan yang sudah menikah ke luar desa atau dengan warga negara asing. Warga meyakini bahwa setiap orang yang melanggar hal seperti belum melakukan

naur season maka keluarganya akan mengalami hal-hal negatif. 2) Tarian Megoak-goakan. Tarian megoak-goakan adalah salah satu kearifan lokal Desa Panji yang biasanya diadakan dalam acara besar seperti perayaan Nyepi atau Ngambak Geni. Tarian ini mengandung nilai karakter berupa persatuan dan kebersamaan dalam membangun (Juniawati

et al., 2019). Kearifan lokal yang menggambarkan hal tersebut yaitu kegiatan

ngayah atau gotong-royong. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan (Ardiawan, 2020), kegiatan megoa-goakan adalah sebuah pementasan ulang sejarah Ki Barak Panji yang dikenal sebagai pahlawan Buleleng. Kegiatan ini memiliki nilai kearifan lokal seperti nilai filosofis, antropologis, sosiologis, dan psikologis yang relevan dengan pariwisata Bali. 3. Tahap Evaluasi

Berdasarkan evaluasi para peserta menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini. Secara kooperatif para peserta menyampaikan pemahaman yang dimiliki terkait dengan sejarah Desa Panji. Penyamaan persepsi dan pemberian pelatihan pun berjalan dengan lancar dan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Kemudian dari aspek kehadiran para peserta mencapai 100%. Selanjutnya evaluasi hasil, dari pelaksanaan pendampingan yang dilakukan beberapa kali secara daring menunjukkan hasil yang sangat baik. Dari setiap pendampingan yang dilakukan, peserta mampu menunjukkan peningkatan yang sangat baik. Selalu ada perbaikan di setiap pertemuannya sehingga penulisan dokumen historical Desa Panji dapat dibentuk drafnya.

Dokumen historical Desa Panji ini sangat bermanfaat untuk menunjukkan data otentik sejarah yang selalu menjadi cerita. Selain dibuktikan dengan adanya bangunan-bangunan tersebut, hal tersebut juga didukung dengan adanya dokumen historical yang bisa dibaca dengan bermuatan nilai-nilai karakter religius masyarakat setempat. Nilai-nilai karakter religius ini mengandung aspek keyakinan yang telah dipegang sejak dahulu, tempat peribadatan yang dimanfaatkan sejak jaman dahulu hingga saat ini, dan diperdalam dengan penghayatan, pengetahuan, serta pengamalannya.

Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian (Pramartha & Davis, 2016), yaitu pewarisan budaya dan tradisi pada masyarakat Bali dan generasi penerus dapat dilakukan melalui portal digital online. Pelestarian warisan budaya

(9)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1710 digital dibuat dengan tujuan mengumpulkan,

memurnikan, memelihara, dan berbagi sumber budaya yang dapat digunakan dan dikembangkan oleh sarjana, anggota masyarakat, serta generasi penerus. Di dalam portal tersebut juga mengaitkan kerangka kerjanya dengan prinsip-prinsip budaya Bali seperti Tri Hita Karana dan Desa Kala Patra).

SIMPULAN

Berdasarkan pelaksanaan pelatihan dan pendampingan yang diberikan para pemuka desa dan sarjana desa dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan kebudayaan, tradisi, adat istiadat, serta kepercayaan yang diwariskan sejak jaman dahulu. Secara khusus diperoleh peningkatan kemampuan menulis dan menata komponen-komponen potensi Desa Panji pada para pemuka dan sarjana desa dalam menghasilkan dokumen historical Desa Panji. Peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di Desa Panji juga menjadi saksi bisu betapa banyak cerita yang bisa diangkat dan menjadi hal yang mencirikhaskan Desa Panji. Perpaduan antara pemahaman para pemuka desa dan pengetahuan para sarjana desa telah dituangkan dalam bentuk dokumen historical. Yang mana dokumen tersebut tidak akan pernah lekang oleh waktu sebab adanya sejarah jaman dahulu yang diadaptasikan dengan pembaharuan jaman sekarang. Pembaharuan tersebut termasuk dalam lingkup implementasi pengetahuan serta pengembangan tempat-tempat bersejarah yang juga membawa keuntungan terhadap kemajuan Desa Panji.

Sehingga dengan adanya dokumen historical tersebut, Desa Panji tidak hanya menyajikan sejarah dalam bentuk cerita. Tetapi menyajikan daerah wisata edukasi dan wisata religi yang mengandung arti. Wisata ini dapat dilakukan dengan melakukan kunjungan ke tempat bersejarah yang ada di Desa Panji seperti Monumen Bhuwana Kertha dan Goa Raksasa. Sedangkan dari segi religi, para pengunjung tempat wisata juga dapat melakukan perjalanan

spiritual seperti berkunjung ke Pura Pajenengan dan Pura Yeh Ketipat untuk melukat dan Tirta Yatra. Lebih lanjut PkM ini diharapkan menghasilkan produk berupa buku historical Desa Panji sebagai daerah wisata.

DAFTAR RUJUKAN

Adnyana, I. M. C., Atmadja, N. B., & Pageh, I. M. (2017). Pura Pajenengan di Desa Pakraman Panji, Buleleng, Bali (Sejarah, Struktur, Fungsi Pura dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Berbentuk Rancangan Buku Suplemen di SMA). Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah, 8(2). Retrieved from https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/ JJPS/article/viewFile/11402/7303

Ardhana, I. K., & Wijaya, I. N. (2017). Indian Influences on Balinese Culture : The Role of Hinduism and Buddhism in Present Day Bali. International Research Journal of Management, IT, and Social Sciences (IRJMIS), 4(1), 76–92.

Retrieved from

http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/8862/1/5 2dff0501a4482817a42d41e7f0709f9.pdf Ardiawan, I. K. N. (2020). Tradisi

Megoak-Goakan di Kabupaten Buleleng dan Relevansinya Terhadap Pariwisata Budaya di Bali (Kajian Etnopedagogi).

Maha Widya Duta, 1(1), 21–27.

Astana, K. (2018). Kedudukan Anak Angkat Dalam Hukum Waris Adat Bali (Studi

Pada Masyarakat Bali di Desa

Balinuraga Kecamatan Way Panji

Kabupaten Lampung Selatan).

Universitas Lampung. Lampung.

Baginda, M. (2018). Nilai-Nilai Pendidikan Berbasis Karakter pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Jurnal Ilmiah Iqra’,

10(2), 1–12.

https://doi.org/10.30984/jii.v10i2.593 Juniawati, L., Armini, K. I., Priani, I. G. . A. P.,

Wahyudi, I., Ardani, N. W. S., & Erawati, N. K. I. (2019). Eksistensi

(10)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1711 Mempengaruhi Akuntansi Khususnya

Pengelolaan Dana Di Desa Panji. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Humanika, 9(1), 80–91.

https://doi.org/10.23887/jinah.v9i1.19942 Lies, A. (2009). Implementasi Pendidikan

IMTAQ di SMP Negeri 2 Bantul. UNY. Lutfania, F. (2017). Pembentukan Karakter

Cinta Tanah Air di Sekolah Dasar Negeri Argosari 01 Jabung Malang. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Mariadi, N. N. (2020). Pandangan Agama

Hindu Tentang Kedudukan Anak Yang Lahir Melalui Proses Bayi Tabung.

Pariksa, 2(2).

Marlis, A. (2010). Manfaat Pendidikan Karakter bagi Guru Untuk Membangun Peradaban Bangsa. Dikutip Dari http://alenmarlissmpn1gresik. Wordpre Ss. com/2010/10/03/manfaatkarakteristi

Pendidikan-Bagi-Guru-Untukmembangunperadabanbangsa. Pramartha, C., & Davis, J. G. (2016). Digital

Preservation of Cultural Heritage: Balinese Kulkul Artefact and Practices.

Euro-Mediterranean Conference, 10058

LNCS, 491–500.

https://doi.org/10.1007/978-3-319-48496-9_38

Sihotang, E. (2019). Sanksi Adat Dan Pidana Yang Berbarengan Dalam Tindak Pidana Pencabulan Anak Kaitannya Dengan Asas Nebis In Idem (Studi Di Desa Adat Tanglad, Kecamatan Nusa Penida,

Kabupaten Klungkung). Mimbar

Keadilan, 12(2), 211.

https://doi.org/10.30996/mk.v12i2.2477 Sukayasa, K. W., & Suryana, W. (2008).

Gambar

Gambar 1. Sawah terasering
Gambar 3. Tugu Bhuwana Kertha

Referensi

Dokumen terkait

ditimbulkannya 19 .Perawat yang bekerja pada shift malam terpaksa harus istirahat pada siang hari, ketika kondisi tubuh mereka biasanya terbangun. Dan begitu juga

Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut, dengan kata lain parasit hidup dari

Tabel diatas menunjukkan hasil analisis regresi linear, bahwa perbedaan lama diare yang terjadi pada kelompok perlakuan dimana subjek penelitian diberikan terapi kombinasi zink

(sesuai usia perkembangannya). Adapun permainan yang direkomendasikan oleh penulis untuk diformulasikan dalam pembelajaran bahasa Arab berupa permainan tradisional

Dari data yang sudah didapatkan untuk merancang konstruksi turbin angin, kemudian dilakukan penggambaran dengan menggunakan Solidwork..

Bakteri (vaksinasi) diberikan pertama kali sebelum hewan disapih, diikuti dengan dosis lain dua atau empat minggu kemudian. Vaksin avirulen diberikan peroral lewat air

Hasil pengamatan aktivitas siswa dari ob- server dapat diketahui nilai tertinggi dalam pembelajaran langsung pertemuan 1 yaitu as- pek pendahuluan sebesar 3,7 artinya

Dari apa yang diungkapkan oleh latalibe sangat jelas bahwa pesta adat Mappadendang bagi masyarakat Desa Pationgi selain bermakna rasa syukur terhadap tuhan atas