ANALISIS PENGARUH
NON PERFORMING
FINANCING
(NPF), BIAYA OPERASIONAL
PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
PROFITABILITAS DENGAN
CAPITAL ADEQUACY
RATIO
(CAR) SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING
(Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode 2013-2017)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi ( S.E )
Disusun Oleh :
Reni Nur Arifah
NIM 21314165
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
i
ANALISIS PENGARUH
NON PERFORMING
FINANCING
(NPF), BIAYA OPERASIONAL
PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
PROFITABILITAS DENGAN
CAPITAL ADEQUACY
RATIO
(CAR) SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING
(Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode 2013-2017)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi ( S.E )
Disusun Oleh :
Reni Nur Arifah
NIM 21314165
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Khoirunnas anfauhum linnas
“ sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
manusia lainnya”
Man jadda wa jadda
“ Barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan
hasil”
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tuaku Bapak Muhroni dan Ibu Sumarni
tercinta, terima kasih atas limpahan doa dan kasih sayangmu
sepenuh hati, telah mendidik dan membimbing sejak kecil
dengan penuh kesabaran.
Untuk adik-adikku ( Erma, Anton, Alan, Roni, Rajif, Dinda,
Zahra dan Dira) yang selalu mengisi hari-hari dengan penuh
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat yang tak ternilai serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judul: ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF),
BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS DENGAN
CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2013-2017). Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program Strata Satu
(S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari tanpa adanya doa,
dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan dapat
terwujud. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga.
3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku Ketua Progdi S1 Perbankan Syariah
ix
4. Bapak Taufikur Rahman, SE, M.Si selaku pembimbing, yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan dorongan, bimbingan dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Muhroni dan Ibu Sumarni yang telah
membimbing dan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih atas kasih sayang, doa, nasehat, kesabaran dan
semangat yang luar biasa.
6. Adik- adikku tersayang ( Erma, Anton, Alan, Roni, Rajif, Dinda, Zahra
dan Dira) yang telah memberikan motivasi dan semangat tanpa bosan.
7. Teman-teman mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam jurusan S1 Perbankan Syariah.
8. Keluarga Cemara KKN Posko 121 Dusun Mliwang, Kelurahan Kalimaro.
9. Teman- teman magang di BNI Syariah Kantor Cabang Surakarta.
10.Tim MDMA ( Majlis Doa Mawar Allah) Biro Konsultasi Tazkia.
11.Keluarga Besar LDK Fathir Ar-Rasyid IAIN Salatiga
12.Terima kasih buat sahabat-sahabat tercinta Limbok, Ningdom, Desi,
Hikmah, Maftukhah, Mbak Wiwit, Isnaning, Leni, Erni dan semua
teman-teman yang tidak dapat disebutkan terima kasih telah menjadi bagian dari
hidupku, sukses selalu buat kita.
13.Dan semua pihak yang sudah membantu penulis, yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna,
x
Dan akhirnya tiada untaian kata yang pantas dan berharga kecuali ucapan
Alahamdulillahirobbil alamin atas rahmat dan karunia serta ridho Allah SWT.
Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada
umumnya.
Jazaa kumullah khairan katsiraan.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v
PERNYATAAN KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 13
A. Telaah Pustaka ... 13
B. KerangkaTeori ... 19
1. Teori Keagenan ( agency theory) ... 19
2. Profitabilitas ... 21
3. ROA ... 24
4. CAR ... 28
xii
6. BOPO ... 36
7. Ukuran Perusahaan ... 37
C. Kerangka Penelitian ... 41
D. Hipotesis ... 43
BAB III METODE PENELITIAN... 50
A. Jenis Penelitian ... 50
B. Populasi dan Sampel ... 50
1. Populasi ... 50
2. Sampel... 51
C. Teknik pengumpulan data ... 53
1. Jenis Dan sumber Data ... 53
2. Metode Pengumpulan Data ... 53
D. Skala Pengukuran ... 54
E. Definisi konsep dan operasional ... 54
F. Instumen Penelitian ... 57
G. Uji Asumsi Klasik ... 58
H. Uji Path Analysis ... 62
I. Alat analisis ... 65
BAB IV ANALISIS DATA ... 66
A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 66
B. Analisis Data ... 66
1. Uji Statistik Deskriptif ... 66
2. Uji Asumsi Klasik ... 68
3. Uji Path Analysis ... 73
BAB V PENUTUP ... 87
A. Kesimpulan ... 87
B. Saran... 89
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Penelitian ... 42
Gambar 3.1 Model Analisis Jalur ... 63
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Rasio Keuangan Bank Umum Syariah...6
Tabel 2.1 Research Gap ...13
Tabel 2.2 Skala Predikat Kesehatan Bank ...29
Tabel 3.1 Daftar Sampel Bank Umum Syariah ...52
Tabel 3.2 Definisi Konsep dan Operasional ...56
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif...67
Tabel 4.2 Hasil Multikolinieritass...68
Tabel 4.3 Hasil Autokorelasi ...70
Tabel 4.4 Hasil Uji Heterokedastistas ...71
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ...72
Tabel 4.6 Persamaan Regresi Pertama ...73
xv
xv
ABSTRAK
Arifah, Reni Nur. 2018. Analisis pengaruh Non Performing Financing
(NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Ukuran Perusahaan terhadap profitabilitas dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai variabel intervening (Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2013-2017). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Progdi Perbankan Syariah S1, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Taufikur Rahman, SE. M.Si.
Kinerja dari bank syariah dapat dilihat dari berbagai aspek seperti terlihat dari laporan keuangan. Pada laporan keuangan terdapat analisis rasio yang berguna untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan diantaranya rasio profitabilitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh NPF, BOPO, dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas (ROA) dengan CAR sebagai variabel intervening.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah yang berjumlah 13 bank syariah. Sampel yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini sejumlah 9 bank syariah. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengeksplorasi laporan-laporan keuangan dari bank berupa laporan-laporan tahunan yang bersumber dari OJK. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji
analysis path. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu IBM SPSS Statistics 25.
Berdasarkan hasil dari analisis jalur menunjukan bahwa variabel NPF dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, variabel BOPO mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas, variabel NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhada ROA, variabel BOPO dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap CAR, CAR tidak mampu memediasi hubungan NPF, BOPO dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin modern, begitu pula
perkembangan perbankan syariah di Indonesia dituntut untuk tetap eksis.
Melihat umur Bank Syariah yang tergolong muda, maka masih banyak
tantangan yang perlu dihadapi. Tantangan ke depan yang dihadapi Bank
Syariah salah satunya kemampuan bersaing Bank Syariah dengan Bank
Konvensional. Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia masih kecil
dibandingkan dengan negara lain meskipun mayoritas warga negara di
Indonesia adalah seorang muslim, tetapi pertumbuhannya tidak signifikan.
Pangsa pasar di negara Indonesia pada tahun ini mencapai 5 % saja. Hal
ini dapat memperlambat daya saing Bank Syariah dan lembaga keuangan
Syariah. Padahal Bank Syariah dan lembaga keuangan Syariah harus
berperan dalam masyarakat luas demi terwujudnya masyarakat yang
sejahtera (www.okezone.com).
Peningkatan daya saing Bank Syariah di Indonesia dapat dilakukan
dari berbagai macam hal seperti Bank Indonesia (BI) mendorong
pengembangan layanan keuangan digital (fintech) berbasis syariah di Indonesia karena dianggap bisa meningkatkan daya saing lembaga
keuangan syariah melalui peningkatan efisiensi dan kecepatan layanan
Kemampuan bersaing bank syariah dapat dilihat dari kinerjanya.
Data dari OJK menunjukan bahwa pertumbuhan aset perbankan syariah
pada akhir tahun 2017 terjadi kenaikan sebesar 15,95% menjadi 424.181
milyar dibandingkan dengan periode tahun 2016 sebesar 356.504 milyar.
(www.ojk.co.id). Kinerja dari bank syariah dapat dilihat dari berbagai
aspek seperti terlihat dari laporan keuangan. Aspek tersebut di antaranya
posisi keuangan (aset, neraca, dan modal), hasil usaha perusahaaan (hasil
dan biaya), likuiditas, solvabilitas, aktivitas, rentabilitas, dan lainnya.
Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya. Solvabilitas menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka panjangnya.
Rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba,
sedangkan aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan
dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian
maupun kegiatan lainnya (Harahap, 2013:196).
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang
penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan ini akan lebih menjadi bermanfaat
apabila informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dapat
digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang. Menganalisis laporan keuangan berarti menilai kinerja perusahaan,
baik secara internal maupun untuk dibandingkan dengan perusahaan lain
3
Pada laporan keuangan terdapat analisis rasio yang berguna untuk
mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan diantaranya rasio
profitabilitas. Rasio ini merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, salah satunya ialah
Return On Assets (ROA) yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Dengan kata lain digunakan untuk mengukur seberapa besar
jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang
tertanam dalam total aset (Hery, 2015:164).
Kondisi keuangan dan kinerja bank juga mencerminkan kesehatan
bank tersebut.Kesehatan bank berdasarkan Surat Edaran BI
No.9/24/DPbs tahun 2004dipengaruhi oleh faktor CAMELS (Capital, Asset, Quality, Management, Earnings, Liquidity, Sensitivity to Market Risk). Aspek Capital meliputi CAR (Capital Adequacy Ratio), aspek
Asset Quality meliputi NPF (Non Performing Financing), aspek
Earnigs meliputi ROE (Return On Equity), ROA (Return On Asset), dan
Operational Efficiency Ratio (BOPO).
Faktor pertama CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan risiko bank (Dendawijaya,
2005:121).Modal merupakansalah satufaktor penting dalamrangka
pengembanganusahabisnis danmenampung resiko kerugian.Sesuai dengan
diharapkan bank mampu mengatasi kerugian-kerugian yang tidak dapat
dihindari sehingga bank dapat mengelola kegiatan operasionalnya dengan
efisien dan menghasilkan earnings yang semakin tinggi, semakin kecil resiko suatu bank semakin besar keuntungan yang diperoleh (Kuncoro,
dkk dalam Nurul, dkk (2013)). Hal tersebut didukung dengan penelitian
yang dilakukan Nurul, dkk (2013) dan Melawati, dkk (2015) yang
menunjukan hasil bahwa CAR berpengaruh positif terhadap ROA. Namun,
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuhanah (2016) yang
menunjukan hasil bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA.
Faktor ke dua adalah Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan-pembiayaan yang kategori kolektabilitasnya masuk dalam
kriteria pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan
pembiayaan macet (Dendawijaya, 2005:82). Sesuai dengan ketentuan dari
Bank Indonesia yaitu 5%. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian
oleh Nurul, dkk (2013) dan Ramadhan (2013) yang menunjukan hasil
bahwa NPF berpengaruh negatif terhadap ROA. Namun, berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ubaidillah (2016) yang menunjukan hasil
bahwa NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Berbeda lagi
dengan Parisi (2017) yang hasil penelitiannya menunjukan bahwa NPF
berpengaruh positif terhadap ROA.
Faktor yang ke tiga adalah BOPOatau sering juga disebut rasio
efisiensi operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan
5
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasi (Dendawijaya, 2005:119). Kemampuan bank
yaitu ketika bank menghasilkan pendapatan dan dibandingkan dengan
biaya operasional, sehingga dapat diketahui seberapa efisiensinya bank
tersebut. Hal tersebut didukung dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Nurul, dkk (2013) dan Yuhanah (2016) yang menunjukan
hasil penelitian bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA
Faktor lain yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan yaitu
ukuran perusahaan, semakin besar perusahaan akan semakin baik. Besar
kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan.
Penentuan skala besar kecilnya perusahaan biasanya ditentukan
berdasarkan total penjualan, penjualan, atau jumlah karyawan (Jame,
dkk, 1994:257). Semua perusahaan mengalokasikan dana ke dalam aktiva.
Perbedaan perusahaan menimbulkan risiko yang berbeda secara signifikan
antar perusahaan besar dan perusahaan kecil, mereka juga merumuskan
perusahaan yang besar dianggap mempunyai resiko yang lebih kecil,
karena perusahaan yang lebih besar mempunyai akses ke pasar modal
sehingga lebih mudah mendapatkan tambahan dana yang kemudian dapat
meningkatakan profitabilitas. Hal tersebut didukung dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Akbar (2013) dan Zubaida (2016) yang
menunjukan hasil penelitian bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
Jannah (2012) yang menunjukan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap ROA.
Di bawah ini terdapat tabel yang menunjukan perubahan
perkembangan rasio keuangan bank umum syariah yang terjadi antara satu
rasio dengan rasio lain pada tahun 2013-2017:
Tabel 1.1
Perkembangan Rasio Keuangan Bank Umum Syariah
Rasio 2013 2014 2015 2016 2017 CAR 14.4 15.74 15.02 16.63 17.91 ROA 2 0.41 0.49 0.63 0.63 NPF 2.62 4.95 4.84 4.42 4.77 BOPO 78.21 96.97 97.01 96.22 94.91
Sumber: www.bi.go.id
Berdasarkan tabel di atas ada beberapa perubahan yang terjadi
antara satu rasio dengan rasio yang lain diantaranya tahun 2016 ke 2017
CAR mengalami kenaikan sedangkan ROA tidak mengalami kenaikan,
menurut Ruslim (2012) hubungan ROA dan CAR adalah positif, semakin
tinggi CAR maka semakin tinggi pula ROA. Pada tahun 2016 ke 2017
NPF mengalami kenaikan dan ROA tidak mengalami penurunan ataupun
kenaikan, sementara itu untuk BOPO dari tahun 2016ke 2017 BOPO
mengalami kenaikan sedangkan ROA tidak mengalami kenaikan dan
penurunan.
Dalam penelitian ini penulis mengembangkan model CAR sebagai
variabel intervening antara variabel dependen dengan independen. CAR sebagai variabel intervening dari NPF, BOPO dan ukuran perusahaan
7
kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha dan menanggung kemungkinan resiko yang
diakibatkan dalam operasional bank ( Dendawijaya, 2005:121). Dalam
mencapai profitabilitas yang optimal bank dihadapkan risiko, salah
satunya risiko pembiayayaan, karena sebagian besar aktivitas perusahaan
dari pembiyayaan yang dapat berpengaruh menurunkan atau meningkatkan
pembiyayaan, selain itu juga berpengaruh terhadap kesehatan salah
satunya capital. Besar kecilnya perusahaan akan mempengarui
kemampuan menanggung risiko yang mungkin timbul dari berbagai situasi
yang dihadapi perusahaan. Ketika pendapatan besar, biaya yang
dikeluarkansedikit, maka dengan pendapatan yang semakin besar tersebut
akan meningkatkan modal (Dendawijaya, 2005). Ukuran perusahaan turut
menentukan tingkat kepercayaan investor. Semakin besar perusahaan,
maka semakin dikenal oleh masyarakat yang artinya semakin mudah untuk
mendapatkan informasi yang akan meningkatkan nilai perusahaan.
Bahkan, perusahaan besar yang memiliki total aktiva dengan nilai aktiva
yang cukup besar dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya
pada perusahaan tersebut, dengan mengingat investor yang banyak
menanamkan saham di suatu perusahaan maka akan meningkatkan modal,
semakin besar modal suatu perusahaan maka akan meningkatkan laba
diteliti tetapi tidak dapat dilihat, diukur, dan dimanipulasi (Sarwono,
2009:19).
Berdasarkan uraian di atas dan hasil penelitian terdahulu yang
berbeda-beda, maka penulis ingin meneliti kembali terkait dengan
mengambil judul Analisis Pengaruh Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Profitabilitas Dengan Capital Adequacy Ratio
(CAR) Sebagai Variabel Intervening ( Studi Kasus Bank Umum Syariah Periode 2013-2017).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas
dapat diambil rumusan masalah yang menjadi pokok permasalahan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana pengaruh NPF terhadap profitabilitas bank umum syariah
di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh BOPO terhadap profitabilitas bank umum
syariah di Indonesia ?
3. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap profitabilitas bank
umum syariah di Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh CAR terhadap profitabilitas bank umum syariah
di Indonesia?
5. Bagaimana pengaruh NPF terhadap CARbank umum syariah di
9
6. Bagaimana pengaruh BOPO terhadap CARbank umum syariah di
Indonesia?
7. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap CAR bank umum
syariah di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan
1. Menganalisis pengaruh NPF terhadap profitabilitas bank umum
syariah di Indonesia
2. Menganalisis pengaruh BOPO terhadap profitabilitas bank umum
syariah di Indonesia
3. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap profitabilitas bank
umum syariah di Indonesia
4. Menganalisis pengaruhCAR terhadap profitabilitas bank umum
syariah di Indonesia
5. Menganalisis pengaruh NPF terhadap CARbank umum syariah di
Indonesia
6. Menganalisis pengaruh BOPO terhadap CARbank umum syariah di
Indonesia
7. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap CARbank umum
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
baik, diantaranya:
1. BagiPerbankan
Bankyang berkepentingandapat digunakan sebagai alat untuk
memprediksi tingkat profitabilitas perusahaan perbankan serta dapat
memberikan informasi kepadamanajemen untuk memperbaiki kinerja
keuangan perbankan.
2. BagiPeneliti
Hasil penelitianini merupakan penerapan ilmu yang diperoleh
selama kuliah dan menambah pengetahuan serta wawasan
khususnya
yangberkaitandenganmanajemenkeuangandalamperbankan.
3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan menambah
rujukan bagi pembaca yang ingin meneliti tentang keuangan dalam
perbankan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan bertujuan untuk membuat sistematika
laporan penelitian dengan menggambarkan alur pemikiran dari awal
hingga akhir secara ringkas. Sistematika penulisan penelitian ini sebagai
11
BAB I Pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang latar belakang
masalah yang mendasari diadakannya penelitian. Rumusan masalah
merupakan pertanyaan mengenai keadaan yang memerlukan jawaban
penelitian. Tujuan penelitian berisi tentang hal yang ingin dilakukan.
Kegunaanpenelitian merupakan hal yang diharapkan dapat dicapai dalam
penelitian. Sistematika penulisan mencakup uraian singkat pembahasan
materi tiap bab.
BAB II Landasan Teori. Bab ini menguraikan tentang teori yang
digunakan dan penjelasan dari Teori Keagenan, pengertian profitabilitas,
ROA (Return On Asset), CAR (Capital Adequacy Ratio), NPF (Net Permorming Financing), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional), Ukuran Perusahaan, dan berisi tentang perbedaan beberapa
penelitian terdahulu, telaah pustaka serta kerangka teori.
BAB III Metode Penelitian. Bab ini menguraikan mengenai objek
yang akan dibahas, jenis dan sumber data yang merupakan penguraian
jenis data dari variabel variabel penelitian serta dari mana sumber data
berasal, penelitian sampel berisi tentang jumlah populasi dan sampel yang
digunakan berserta metode yang dipakai dalam pengambilan
sampel, variabel penelitian dan defenisi operasional berupa variabel yang
dipakai dalam penelitian berserta penjabaran secara operasional, teknik
pengumpulan data merupakan teknik yang digunakan untuk megambil
data. Metode analisis data berupa alat analisis yang digunakan dalam
BAB IV Analisis Data. Bab ini berisi tentang deskripsi penelitian
yang membahas mengenaigambaran penelitian. Analisis data berupa
penyebaran data agar lebih mudah dibaca.Pembahasan bertujuan untuk
mencari makna yang lebih mendalam dan penerapan dari hasil analisis.
BAB V Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang
diharapkan agar dapat dijadikan pertimbangan bagi perusahaan perbankan
syariah untuk meningkatkan kinerja profitabilitasnya. Kesimpulan
merupakan sajian singkat dari analisis yang dilakukan.Saran berupa
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
variabel-variabel dalam penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
teringkas dalam bagan diantaranya:
Tabel 2.1
Research Gap
Peneliti/Judul/ Tahun
Variabel Hasil Perbedaan Dengan Penulis
Ket
15
Non Performing Financing (NPF) 1 Ubaidillah/ variabel intervening
4 Asriyati/Pengar variabel FDR tetapi menggunakan
17
BOPO dan Dana Pihak Ketiga berpengaruh negative terhadap ROA
Syariah Di variabel LDR tetapi menggunakan CAR sebagai variabel
19 Nasional Devisa dan Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa, CAR dan LDR tidak berpengaruh terhadap BUSN Devisa dan BUS Non Devisa, NPL berpengaruh terhadap
Sumber : Kumpulan jurnal
Pada penelitian ini, penulis lebih berfokus untuk mengetahui
bagaimana pengaruh NPF (Non Performing Financing), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan ukuran perusahaan terhadap
profitabilitas bank umum syariah periode 2013-2017 dengan
menambahkan CAR (Capital Adequacy Ratio) sebagai variabel
intervening. B. Kerangka Teori
1. Teori Keagenan ( agency theory)
Menurut Eisenhardt ( 1989), teori keagenan dapat menjelaskan
kesenjangan antara manajemen sebagai agent dan para pemegang saham sebagai principal atau pendelegator. Dalam hal ini, principal yang mendelegasi pekerjaan kepada pihak lain sebagai agen untuk
kondisi informasi yang tidak lengkap dan penuh ketidakpastian akan
memunculkan masalah keagenan, yaitu adverse selection dan moral hazard. Adverse selection adalah kondisi yang menujukan posisi
principal tidak mendapatkan informasi secara cermat mengenai kinerja manjemen yang yang telah menetapkan pembayaran gaji bagi
agen (manajemen) atau program kompensasi lain. Moral Hazard
berkaitan dengan kondisi principal tidak mendapatkan kepastian bahwa agen telah berupaya bekerja maksimal untuk kepentingan
pemilik.
Hubungan antara principal dan agen membutuhkan adanya penengah untuk mendapatkan informasi simetris guna memndukung
pengambilan kebijakan secara fair, dalam konteks ini adalah auditor
independen yang menegakan format pelaporan keuangan standar
berbasis nilai akuntansi. Berdasarkan kecermatan data informasi
akuntansi maka munculnya perbedaan wawasan informasi, moral hazard dan kesalahpahaman kesepakatan kontrak utang akan teratasi. Scott (1997) memberikan penjelasan bahwa informasi laba bersih dan
penentuan harga jual output merupakan informasi penting bagi
stakeholder guna mendeteksi tindakan-tindakan manajemen dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan kepentingan dengan dirinya
degan kepentingan principal. Oleh karena itu, dibutuhkan kecermatan pelaporan data keuangan yang dapat memberikan wawasan informasi
21
Laporan data keuangan dapat diberikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dalam betuk pencataan akuntansi yang menjadi
alat powerfull untuk memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya kepada pihak yang memiliki modal, di sisi lain juga dapat memberikan
manfaat injeksi modal dan investasi yang makin besar kepada agen
dari pemilik modal, yaitu manajemen perusahaan dalam mengelola
perusahaan.
2. Profitabilitas
a. Pengertian Profitabilitas
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang
terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang
maksimal, disamping hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba
yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat
berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta
meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru. Oleh
karena itu, manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus
mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Artinya
besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai yang diharapkan dan
bukan berarti asal untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan
suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio
profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio rentabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba
dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukan
dari laba yang dihasilkan penjualan atau pendapatan investasi
(Kasmir, 2014:114). Committee on terminologymendefinisikan profitabilitas adalah jumlah yang berasal dari pengurangan harga
pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau
penghasilan operasi (www.efryday.blogspot.com).
Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja
suatu perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan menunjukan
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham
tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui
berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang
akan diperbandingkan satu dengan lainya (Hery, 2015:227).
Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang
ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
jumlah cabang dan sebagainya (Harahap,2013:304). Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah
23
b. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas tidak hanya berguna bagi perusahaan
saja akan tetapi berguna bagi pihak luar perusahaan. Berikut adalah
tujuan dan manfaat rasio profitabilitas secara keseluruhan menurut
Hery (2015:227) :
1) Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba selama periode tertentu .
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya
dengan tahun sekarang.
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4) Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dari total aset.
5) Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total
ekuitas.
6) Untuk mengukur margin laba kotor atas penjualan bersih.
7) Untuk mengukur margin laba operasional atau penjualan
bersih.
8) Untuk mengukur margin laba bersih atas penjualan bersih.
c. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat
beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan.
mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu
atau untuk beberapa periode.
Penggunaan seluruh atau sebagian rasio profitabilitas
tergantung dari kebijakan manajemen. Dalam praktiknya jenis-jenis
rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah: profit margin, return on investmentt, return on equity, laba perlembar saham (Kasmir, 2014:199).
Menurut Hery (2015:168) biasanya penggunaan rasio
profitabilitas disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan.
Perusahaan dapat menggunakan rasio profitabilitas secara
keseluruhan atau hanya sebagian saja dari jenis rasio profitabilitas
yang ada. Berikut ini rasio profitabilitas yang lazim digunakan
yaitu :
1) Hasil pengembalian atas aset
2) Hasil pengembalian atas ekuitas
3) Margin laba kotor
4) Margin laba operasional
5) Margin laba bersih.
3. ROA (Return On Asset)
a. Pengertian ROA (Return On Asset)
Menurut Endraswati, Suhardjanto, & Krismiaji (2014)
25
pengelolaan aset yang dimiliki bank. ROA sebagai ukuran
profitabilitas dapat melihat pencapaian laba suata bank
(Endraswati, 2018).
Menurut Dendawijaya (2005:118) Return On Asset diukur dengan pertimbangan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba
secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin
baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
Dendawijaya (2005) menyatakan bahwa ukuran dasar dalam
menilai profitabilitas bank adalah dengan ROA yaitu laba bersih
dengan membandingkan laba bersih dengan total aktiva per
tahunnya.
Menurut Hery (2015:228) hasil pengembalian atas aset
(Return On Assets) merupakan rasio yang menunjukan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata
lain rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah
laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang
tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung dengan membagi laba
bersih dengan total aset.
Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin
tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah
hasil pengembalian atas aset berarti semakin rendah pula jumlah
laba bersih yang dihasilkan dari setiaprupiah dana yang tertanam
dalam total aset. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung
ROA:
ROA 100%
b. Fungsi ROA (Return On Asset)
Menurut Munawir (2007) kegunaan dari analisa ROA
dikemukakan sebagai berikut :
1) Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipil sifatnya yang
menyeluruh.
2) Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri
sehinggadapat diperoleh rasio, maka dengan rasio industri,
maka dengan analisa ROA dapat dibandingkan dengan
efisiensi penggunaan modal pada perusahaannya berada di
bawah, sama, atau di atas rata-ratanya.
3) Analisa ROA digunakan untuk mengukur efisensi
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh devisi yaitu mengalokasikan
semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan.
4) Analisa ROA juga digunakan untuk mengukur profitabilitas
dari masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan
dengan menggunakan product cost system yang baik, modal dan biaya dapat dialokasikan kepada berbagai produk yang
27
dengan demikian akan dapat dihitung profitabilitas dari
masing-masing produk.
5) ROA selain berguna untuk keperluan kontrol, juga berguna
untuk keperluan perencanaan, misalnya digunakan sebagai
dasar untuk pengembalian keputusan kalau perusahaan akan
mengadakan ekspansi.
c. Unsur-unsur pembentuk ROA (Return On Asset)
Indikator atau alat ukur yang digunakan di dalam ROA
(Return On Asset) melibatkan unsur laba bersih dibagi dengan total aktiva perusahaan dikalikan 100% (Dendawijaya, 2005:118). Dari
definisi tersebut, maka komponen-komponen pembentuk ROA
(Retun On Asset) menurut Kieso dkk dalam Salim (2002)adalah sebagai berikut:
1) Pedapatan, adalah arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya
dalam aktiva entitas atau pelunasan kewajibannya selama satu
periode yang ditimbulkan oleh pengiriman atau produksi
barang, jasa, atau lainnya yang merupakan bagian dari operasi
utama perusahaan.
2) Beban, adalah arus keluar atau penurunan lainnya dalam aktiva
sebuah entitas atau penambahan kewajibannya selama satu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman atau produksi
barang, penyedia jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan
3) Keuntungan, adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih)
perusahaan dari transaksi sampingan atau insindentil kecuali
yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik
4) Kerugian, penurunan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari
transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang berasal dari
beban atau distribusi kepada pemilk.
4. CAR (Capital Adequacy Ratio)
a. Pengertian CAR
Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank, biasanya
menggunakan alat ukur. Salah satu alat ukur yang utama yang
digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan
analisis CAMEL. Analisis ini terdiri dari berbagai aspek capital, asset, management, earnnig, dan liquidity. Hasil masing masing aspek ini akan menghasilkan kondisi keuangan. Penilaian pertama
adalah aspek permodalan (capital) suatu bank. Dalam aspek ini yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh bank yang
didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank.
Penelitian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan oleh BI perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
(Kasmir, 2005:49).
29
1) Ukuran kemampuan bank untuk menyerap kerugian-kerugian
yang tidak dapat dihindarkan
2) Alat ukur besar kecilnya kekayaan bank atau kekayaan yang
dimiliki oleh para pemegang saham
3) Untuk memungkinkan manajemen bank bekerja dengan efisien
sesuai dengan yang dikehendaki pemilik modal
Dalam menilai capital suatu bank dapat digunakan CAR dengan rumus:
CAR 100%
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan
sehat harus memiliki CAR paling sediki 8%. Hal ini didasarkan
pada ketentuan yang ditetapkan oleh Bank for Internasional Seetlement (BIS).
Tabel 2.2
Skala Predikat Kesehatan Bank
No Predikat Rasio CAR
1 Sehat 8,00-9,99%
2 Cukup sehat 7,90- 8,00%
Sumber: Buku manjemen keuangan (Harmono, 2009:116)
Menurut Dendawijaya (2005:121) CAR adalah rasio kinerja
bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki untuk
menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko
bank. Menurut Djumingan (2006) Capital Adequacy Ratio adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal
Menurut Kasmir (2014:46), CAR adalah perbandingan
rasio tersebut antara rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang
Menurut Resiko dan sesuai ketentuan pemerintah. Menurut Bank
Indonesia (Nomor 9/13/PBI/2007), CAR adalah penyediaan modal
minimum bagi bank didasarkan pada risiko aktiva dalam arti
luas, baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva
yang bersifat administratif sebagaimana tercermin pada
kewajiban yang masih bersifat kontijen dan/atau komitmen
yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga maupun risiko
pasar.
Berdasarkan definisi dari uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa CAR adalah rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko,
seperti kredit yang diberikan kepada nasabah. Karena CAR
berhubungan langsung dengan profitabiliats perusahaan sehingga
menjadi variabel penting yang mana semakin tinggi CAR maka
akan semakin baik modal yang dihasilkan bank untuk menutupi
resiko.
b. Aktiva Terimbang Menurut Resiko (ATMR) Bank Syariah
Resiko modal atas modal berkaitan dengan dana yang
diinvestasikan pada aktiva beresiko, baik yang beresiko rendah
31
(denominator) dari CAR, sedangkan modal adalah faktor yang dibagi (numerator) untuk mengukur kemampuan modal menanggung resiko aktiva tersebut. Dalam menelaah ATMR pada
bank syariah harus terlebih dahulu dipertimbangkan bahwa aktiva
bank syariah dapat dibagi atas:
1) Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan/ atau kewajiban
atau utang (wadiah atau qord dan sejenisnya) dan
2) Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil ( profit and loss sharing investment account ) yaitu mudharabah ( baik general investment account/ mudharabh mutlaqah yang tercatat pada neraca/ on balance sheet maupun restricted investsment accaount/ mudharabah muqayyadah yang dicatat pada rekening administratif/ off balance sheet.
Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan kewajiban atau
utang, resikonya ditanggung oleh modal sendiri, sedangkan aktiva
yang didanai oleh bagi hasil, resikonya ditanggung oleh dana
rekening bagi hasil dana itu sendiri. Namun demikian,
sebagaimana telah diuraikan pemilik rekening bagi hasil dapat
menolak atau menanggung resiko atas aktiva yang dibiayainya,
apabila terbukti bahwa resiko tersebut timbul akibat salah urus
potensi resiko yang harus ditanggung modal sendiri (Arifin,
2002:170).
5. NPF ( Non Performing Financing )
a. Pengertian NPF ( Non Performing Financing )
Menurut Suhardjono dalam Nikensari (2012) setiap
perusahaan pasti menghadapi resiko keuangan, salah satu resiko
yang dihadapi oleh perbankan adalah adanya default nasabah atau ketidakmampuan nasabah untuk memenuhi perjanjian dengan bank
syariah. Default nasabah ini akan mengakibatkan adanya pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah merupakan
bagian dari financing portofolio dari sebuah bank syariah, akan tetapi pembiayan yang baik adalah bank yang mampu mengelola
pembiayaan bermasalah pada suatu tingkat wajar yang tidak
menimbulkan kerugian bank yang bersangkutan. Kredit bermasalah
adalah kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak
dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai
dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah
(Trisnawati,2013:110).
Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan-pembiayaan yang kategori kolektabilitasnya masuk dalam kriteria
pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan
pembiayaan macet (Dendawijaya, 2005:82). Menurut Ikatan Bankir
33
pihak ketiga bukan bank yang memiliki kualitas kurang lancar,
diragukan, dan macet. Menurut Prastanto dalam Indah, dkk (2017)
Non Performing Financing adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank untuk mengelola
pembiayaan yang bermasalah yang ada, yang dapat dipenuhi
dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank.Semakin
kecil NPF semakinkecil pula risiko pinjaman (pembiayaan) yang
ditanggung pihak bank.Bank dalammemberikan Pinjaman
(pembiayaan) harus melakukan analisis terhadap kemampuan
debitur (penerima pembiayaan) untuk membayar kembali
kewajibannya. Setelah pinjaman (pembiayaan) diberikan bank
wajib melakukan pemantauan terhadappenggunaan pinjaman (dana
pembiayaan) serta kemampuan dan kepatuhan debiturdalam
memenuhi kewajibannya.
Berdasarkan uraian pengertian NPF di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa NPF adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank untuk mengelola
pembiayaan yang bermasalah yang ada pada suatu perusahaan.
Semakin kecil NPF maka semakin kecil juga resiko yang akan
ditanggung perusahaan.
b. Kategori kolektibilitas kredit bermasalah
Menurut Dendawijaya (2005:82) adapun kategori
1) Kurang lancar (substandard)
Kredit kurang lancar adalah kredit yang pengembalian pokok
pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami
penundaan selama 3 (tiga) bulan dari waktu yang diprjanjikan.
2) Diragukan (doubtful)
Kredit diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok
pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami
penundaan selama 6 (enam) bulan atau dua kali lipat dari
jadwal yang telah diperjanjikan.
3) Macet (loss)
Kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok
pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami
penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut
jadwal yang telah diperjanjikan.
Dendawijaya (2005) mengemukakan dampak dari
keberadaan Non Performing Financing (NPF) yang tidak wajar salah satunya adalah hilangnya kesempatan memperoleh
income (pendapatan) dari kredit yang diberikan, sehingga
mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi
35
c. Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah karena
kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam
perusahaan sendiri, dan faktor utama yang paling dominan
adalah faktor manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan
keuangan yamg disebabkan faktor manajerial dapat dilihat dari
beberapa hal, seperti kelemahan dalam kebijakan pembelian
dan penjualan, lemahnya pengawasan biaya dan pengeluaran,
kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang
berlebihan pada aktiva tetap, permodalan yang tidak cukup.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di
luar kekuasaan manjemen perusahaan, seperti bencana alam,
peperangan, perubahan dalam kondisi perekonomian dan
perdagangan, perubahan-perubahan tekhnologi, dan lain-lain.
Untuk menentukan langkah yang perlu diambil dalam
menghadapi kredit macet terlebih dahulu perlu diteliti sebab-sebab
terjadinya kemacetan. Bila kemacetan disebabkan oleh faktor
eksternal seperti bencana alam, bank tidak perlu lagi melakukan
nasabah untuk segera memperoleh penggantian dari perusahaan
asuransi. Yang perlu diteliti adalah faktor internal, yaitu yang
terjadi karena sebab sebab manjerial. Bila bank telah melakukan
pengawasan secara seksama dari bulan ke bulan, dari tahun ke
tahun lalu timbul kemacetan, sedikit banyak terkait pula dengan
kelemahan pengawasan itu sendiri (Arifin, 2002:244).
6. BOPO (Belanja Operasional Pendapatan Operasional)
Menurut Kasmir (2005) dalam aspek earning untuk mengukur kemampuan bank menggunakan rasio laba terhadap total aset (ROA)
dan perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO).
Kemampuan ini dilakukan dalam satu periode. Kegunaan aspek
tersebut juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas
yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank
yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat di atas standar
yang telah ditetapkan. Berdasarkan Bank Indonesia, besarnya BOPO
yang normal berkisar antara 94%-96%.
Menurut Dendawijaya (2005:119) BOPO adalah perbandingan
antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya. Rasio BOPO (biaya operasional terhadap
pendapatan operasional), rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
37
(Hariyani, 2010:54). Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin
efisiensi biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank yang
bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu kondisi bank yang
bermasalah semakin kecil. Secara matematis BOPO dapat dirumuskan
sebagai berikut (Dendawijaya, 2005:119):
BOPO 100%
7. Ukuran Perusahaan
a. Pengertian ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan sangat berpengaruh terhadap
profitabilitas perusahaan, semakin besar perusahaan akan semakin
baik sedangkan semakin kecil perusahaan juga semakin tidak baik,
ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan.
Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha
yang dijalankan. Penentuan skala besar kecilnya perusahaan
biasanya ditentukan berdasarkan total penjualan, penjualan, atau
jumlah karyawan (Jame, dkk, 1994:257). Perusahaan kecil, sebagai
salah satu landasan perekonomian yang bersaing, jauh melebihi
jumlah perusahaan besar dan seringkali memberikan dasar yang
lebih subur bagi kreativitas dan kewiraswastaan. Karena terdapat
kemungkinan untuk memasuki pasar, meskipun sangat terbatas.
Menurut Jame, dkk (1994) semua perusahaan
mengalokasikan dananya ke dalam aktiva. Perusahaan yang
perusahaan berukuran kecil. Kelebihan tersebut adalah ukuran
perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan
memperoleh dana dari pasar modal, ukuran perusahaan
menentukan batas untuk memasuki pasar modal, ukuran
perusahaan juga menentukan kekuatan tawar-menawar terhadap
masyarakat umum.
Menurut Prasetyorini dalam Arif (2017), ukuran perusahaan
adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya
perusahaan menurut berbagai cara antara lain dengan total aktiva,
log size, nilai pasar saham dan lain lain. Besar kecilnya perusahaan akan mempengarui kemampuan menanggung risiko yang mungkin
timbul dari berbagai situasi yang dihadapi perusahaan. Ukuran
perusahaan turut menentukan tingkat kepercayaan investor.
Semakin besar perusahaan, maka semakin dikenal oleh masyarakat
yang artinya semakin mudah untuk mendapatkan informasi yang
akan meningkatkan nilai perusahaan. Bahkan, perusahaan besar
yang memiliki total aktiva dengan nilai aktiva yang cukup besar
dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut. Menurut Hartono dalam Marberya, dkk
(2009) besar kecilnya perusahaan diukur dengan total aktiva/besar
harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan nilai logaritma
total aktiva.
39
b. Klasifikasi Ukuran Perusahaan
Klasifikasi ukuran perusaahaan menurut UU NO. 20 tahun
2008 terbagi menjadi empat kelompok yaitu:
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan saha kecil atau
usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang
ini.
4) Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang
atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah,
yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha
patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi
di Indonesia.
c. Kriteria usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah
MenurutUU NO. 20 tahun 2008 kriteria usaha mikro, usaha
kecil dan usaha menengah adalah sebagai berikut:
1) Kriteria usaha mikro: memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
2) Kriteria usaha kecil: memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3) Kriteria usaha menengah: memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)
41
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Menurut keputusan BAPEPAM No. 9 tahun 1995 pada
dasarnya ukuran perusahaan dapat digolongkan dalam dua
kelompok, yaitu sebagai berikut:
1) Perusahaan menengah/kecil
Perusahaan menengah/kecil merupakan badan hukum
yang didirikan di Indonesia yang memiliki sejumlah kekayaan
(total aset)tidak lebih dari Rp 20 milyar, bukanmerupakan
afiliasi atau dikendalikan oleh suatu perusahaan yang bukan
perusahaan menengah/kecil dan reksadana.
2) Perusahaan menengah/besar
Perusahaan menengah/besar merupakan kegiatan ekonomi yang
mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
usaha.Usaha ini meliputi usaha nasional (milik negara atau swasta)
dan usaha asing yang melakukan kegiatan di Indonesia.
C. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini akan menjelaskan pengaruh variabel NPF,
BOPO, dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas Bank Umum syariah
dimediasi dengan CAR.
(p2) H2
(p1) H1
(p5) H5
(p6) H6 H6 (p4) H4
H6
(p7) H7
(p3) H3
Gambar 2.1
Model Penelitian
Sumber: konsep yang dikembangkan untuk penelitian ini, 2018
CAR sebagai variabel intervening didasarkan pada penelitian
Africano (2016) yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh negative dan
signifikan terhadap CAR.Hal ini didukung oleh penelitian Asriyati (2017)
yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh negative dan signifikan
terhadap CAR.Penelitian yang dilakukan oleh Nurul dan Ratna (2013)
menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ROA.Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Parisi
(2017) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA. NPF (X1)
BOPO (X2)
Ukuran Perusahaan (X3)
43
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan
penelitian yang diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat
(Sujarweni, 2015:68). Berdasarkan analisisdanpenelitian terdahulu,
makahipotesispenelitian dinyatakan sebagai berikut :
1. Pengaruh NPF terhadap ROA
Menurut Dendawijaya (2005:82), Non Performing Financing
adalah pembiayaan-pembiayaan yang kategori kolektabilitasnya
masuk dalam kriteria pembiayaan kurang lancar, pembiayaan
diragukan, dan pembiayaan macet. Dendawijaya (2005) pun
mengemukakan dampak dari keberadaan Non Performing Financing (NPF) yang tidak wajar salah satunya adalah hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan
berpengaruh buruk bagi profitabilitas.
NPF yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga
berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini, maka
akan semakin buruk kualitas pinjaman bank yang menyebabkan
jumlah pinjaman bermasalah semakin besar, oleh karena itu bank
harus menanggung kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh
terhadap penurunan laba yang diperoleh bank (Kasmir, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Sholikha dan Zubaidah (2016)
syariah. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis pertama (H1)
yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas
(ROA) Bank Syariah
2. Pengaruh BOPO terhadap ROA
BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin
kecil rasio BOPO berarti semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan, dan setiap peningkatan
pendapatan operasi akan berakibat pada laba atau profitabilitas
(ROA) bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005:119-120).
Menurut Riyadi dalam Nurul, dkk (2013) semakin rendah
tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank
tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang
ada di perusahaan. Pernyataan tersebut mengindikasikan adanya
hubunganberbanding terbalik antara BOPO denganROA. Nilai
BOPO yang kecildidapatkan apabila peningkatanpendapatan
operasional jauh lebih tinggidaripada biaya
operasional.Apabilapendapatan besar, biaya yang dikeluarkansedikit,
maka menghasilkan laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Ningsukma, dkk (2016)
45
terhadap ROA dan juga penelitian yang dilakukan oleh Era, dkk
(2011). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis ke dua (H2) yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H2 : BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas
(ROA) Bank Syariah
3. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap ROA
Menurut Jame, dkk (1994) semua perusahaan mengalokasikan
dananya ke dalam aktiva dan mereka mencari serta memperoleh
dana. Perusahaan yang berukuran besar mempunyai berbagai
kelebihan dibanding perusahaan berukuran kecil. Kelebihan
tersebut adalah ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat
kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal, ukuran
perusahaan menentukan batas untuk memasuki pasar modal, ukuran
perusahaan juga menentukan kekuatan tawar-menawar terhadap
masyarakat umum
Penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2013) menunjukkan
bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
ROA. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis ke tiga (H3) yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H3: Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
4. Pengaruh CAR terhadap ROA
Menurut Dendawijaya (2005:121) CAR adalah rasio kinerja
bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki untuk
menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko bank.
CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukan kemampuan
bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha
dan menanggung kemungkinan resiko yang diakibatkan dalam
operasional bank (Dendawijaya, 2005:121). Bank yang memiliki
modal yang besar akan memperoleh laba yang lebih besar, karena
modal tersebut digunakan untuk menarik kepercayaan dari nasabah
dan ketika dana yang disediakan digunakan untuk pengembangan
usaha yang diberikan kepada nasabah, usaha tersebut berkembang
pesat maka akan menghasilkan laba sehingga semakin besar modal
yang disediakan maka semakin besar profitabilitas yang diperoleh
oleh bank.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurul, dkk (2013) dan Parisi
(2017) menunjukkan bahwa variabel CAR berpengaruh positif
terhadap ROA. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis ke empat
(H4) yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H4:CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas
47
5. Pengaruh NPF terhadap CAR
Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan-pembiayaan yang kategori kolektabilitasnya masuk dalam kriteria
pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan
pembiayaan macet (Dendawijaya, 2005:82). Ketika pembiayaan yang
bermasalah tinggi/besar maka akan berpengaruh terhadap modal dari
suatu perusahaan atau modal suatu perusahaan menjadi turun. Modal
menurut Dendawijaya (2000) dan Muljono (1999) merupakan ukuran
kemampuan bank untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat
dihindarkan, alat ukur besar kecilnya kekayaan bank atau kekayaan
yang dimiliki oleh para pemegang saham, untuk memungkinkan
manajemen bank bekerja dengan efisien sesuai dengan yang
dikehendaki pemilik modal.
Penelitian yang dilakukan oleh Africano (2016), Oktaviana dan
Syaichu (2016) menunjukkan bahwa variabel NPF berpengaruh
negatif terhadap CAR.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis ke
lima (H5) yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H5:NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR
6. Pengaruh BOPO terhadap CAR
Menurut Ponco dalam Ramadhan (2013) Rasio Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional.
Menurut Dendawijaya (2005) CAR merupakan permodalan
yang menunjukan kemampuan dalam menyediakan dana untuk
keperluan pengembangan usaha dan menampung kemungkinan resiko
kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Ketika biaya
operasional yang dikeluarkan tinggi, maka modal bank umum syariah
akan menurun karena digunakan untuk menutup biaya yang
dikeluarkan.
Penelitian yang dilakukan Nugroho (2015) menunjukan hasil
bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap CAR. Berdasarkan uraian
di atas, maka hipotesis ke enam (H6) yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H6: BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR
7. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap CAR
Menurut Prasetyorini dalam Arif (2017), ukuran perusahaan
adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya
perusahaan menurut berbagai cara antara lain dengan total aktiva, log size, nilai pasar saham dan lain lain. Besar kecilnya perusahaan akan mempengarui kemampuan menanggung risiko yang mungkin timbul
dari berbagai situasi yang dihadapi perusahaan. Ukuran perusahaan
turut menentukan tingkat kepercayaan investor. Semakin besar