• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Muslihatun (2011) usia kehamilan (usia gestasi) adalah masa sejak terjadinya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Muslihatun (2011) usia kehamilan (usia gestasi) adalah masa sejak terjadinya"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

   

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Penilaian Usia Kehamilan

Menurut Muslihatun (2011) usia kehamilan (usia gestasi) adalah masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid terakhir (mesntrual age of pregnancy). Kehamilan cukup bulan (term/ aterm adalah usia kehamilan 37 – 42

minggu (259 – 294 hari) lengkap. Kehamilan kurang bulan (preterm) adalah masa gestasi kurang dari 37 minggu (259 hari). Dan kehamilan lewat waktu (postterm) adalah masa gestasi

lebih dari 42 minggu (294 hari).

Menurut Mahrens, penilaian adalah suatu pertimbangan professional atau proses yang memungkinkan seseorang untuk membuat suatu pertimbangan mengenai nilai sesuatu (Ellya, Juliane & Nurzannah, 2010).

Berdasarkan pengertian diatas maka penilaian usia kehamilan adalah suatu proses yang dilakukan seseorang dalam menentukan usia kehamilan berdasarkan suatu pertimbangan yang dilakukan.

2.2 Metode Penilaian Usia Kehamilan

Ada berbagai metode dalam penilaian usia kehamilan menurut (gestational age, GA)

(Gomella, 1999; Wolcott & Conry, 2000) dalam Paulette (2008) yaitu :

1. Tanggal menstruasi terakhir : perkiraan tanggal konsepsi (estimated date of conception , EDC) = tanggal menstruasi terakhir ( TMT) – 3 bulan + 7( hukum Nagele).

(2)

2. Ultrasonografi janin dini : pengukuran puncak kepala – bokong yang dilakukan antara usia gestasional 6 minggu 11 minggu akurat dalam 3 hari saja.

3. Tanggal bunyi jantung janin pertama : terdengar antara gestasi 10 dan 12 minggu dengan instrumen Doppler serta antara gestasi 18 dan 20 minggu dengan fetoskop. 4. Tanggal gerakan janin pertama : quickening (gerakan flutter abdomen yang dirasakan

oleh ibu) normalnya terjadi antara gestasi 16 dan 20 minggu.

5. Ukuran uterus : jarak (dalam sentimeter) antara simfisis pubis dan fundus uteri adalah sekitar GA (dalam minggu) bila diukur sebelum pertengahan trimester ketiga.

6. Pemeriksaan maturitas fisik dan maturitas neuromuskular bayi baru lahir. 7. Vaskularisasi lensa.

2.3 Faktor yang mempengaruhi ukuran bayi waktu lahir : 1. Genetik

Menurut Soetjiningsih (1998) dalam Supariasa, Bakri dan Fajar (2002) mengungkapkan bahwa faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil proses pertumbuhan. Melalui genetik yang berada didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Hal ini ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.

Faktor (genetik) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dalam lingkungan yang baik dan optimal maka akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula.

(3)

2. Faktor usia ibu

Menurut Wheeler (2004) bahwa kehamilan, persalinan, dan kelahiran paling aman, pada kebanyakan aspek, bila ibu melahirkan bayi pada usia antara 20 dan 34 tahun. Ibu remaja, baik yang berusia lebih muda (13 sampai 17 tahun) maupun lebih tua (18 atau 19), memiliki peluang tinggi untuk melahirkan bayi prematur atau mengalami mengalami retardasi pertumbuhan. Masalah yang dihadapi wanita hamil berusia lebih tua (35 tahun atau lebih) biasanya merupakan akibat kelainan kromosom atau komplikasi medis akibat penyakit kronis yang lebih sering terjadi pada wanita yang beranjak tua.

3. Gizi ibu hamil pada saat hamil

Menurut Soetjiningsih (1998, dalam Supariasa, 2002) mengatakan bahwa status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR). Disamping itu, akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus dan sebagainya. Kondisi anak yang lahir dari ibu yang kekurangan gizi dan hidup dalam lingkungan yang miskin akan menghasilkan generasi kekurangan gizi dan hidup dalam lingkungan yang miskin akan menghasilkan generasi kekurangan gizi dan mudah terkena penyakit infeksi. Keadaan ini biasanya ditandai dengan berat dan tinggi badan yang kurang optimal.

4. Toksin/ zat kimia

Menurut Soetjiningsih (1998, dalam Supariasa et al, 2002) berbagai jenis obat –

obatan yang bersifat racun seperti Thalidomide, Phenitoin, Methadion, obat – obatan

(4)

bawaan. Bagi ibu hamil yang kecanduan alkohol dan dan perokok berat, dapat melahirkan bayi dengan BBLR, lahir mati, cacat atau retardasi mental.

5. Faktor sosial ekonomi

Menurut Supariasa et al (2002) faktor sosial ekonomi antara lain : pendidikan,

pekerjaan, teknologi, budaya dan pendapatan keluarga. Faktor ini akan berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi masukan zat gizi dan infeksi pada anak. Pada akhirnya ketersediaan zat gizi pada tingkat seluler rendah yang mengakibatkan pertumbuhan terganggu.

6. Faktor penyakit Organik

a. Hipertensi

Menurut Wheeler (2004) bahwa wanita yang mengalami hipertensi kronis berisiko mengalami pre – eklampsia, persalinan prematur, dan melahirkan bayi yang mengalami retardasi pertumbuhan.

b. Diabetes Melitus – Tergantung Insulin ( IDDM).

Wanita IDDM (Insulin – Dependent Diabetes Mellitus) dapat mengalami hipertensi berat, pre eklampsi, ketoasidosis, dan bahkan kebutaan serta gagal ginjal. Cairan amnion berlebih dapat terjadi. Janin beresiko tinggi mengalami

kelainan kongenital dan mungkin memiliki ukuran besar (makrosomia) (Wheeler, 2004).

7. Stres

Menurut Supariasa, Bakri dan Fajar (2002) bahwa sebaiknya ibu hamil menghindari terjadinya stres. Ketenangan kejiwaan yang didukung oleh lingkungan keluarga, akan menghasilkan janin yang baik. Apabila ibu hamil mengalami stres, akan mempengaruhi tumbuh kembang janin yaitu berupa cacat bawaan dan kelainan kejiwaan.

(5)

8. Anoreksia embrio

Menurunkan oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, dapat menyebabkan berat badan lahir rendah (Supariasa, 2002).

9. Infeksi

Menurut Supariasa, et al (2002) bahwa cacat bawaan bisa juga disebabkan oleh

infeksi intrauterin, dan jenis infeksi lain menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, HIV, virus hepatitis dan virus influenza.

10. Lingkungan

Menurut Supariasa, et al (2002) bahwa lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan adalah cuaca, keadaan geografis, sanitasi lingkungan, keadaan rumah dan radiasi. Cuaca dan keadaan geografis berkaitan erat dengan pertanian dan kandungan unsur mineral dalam tanah. Daerah kekeringan atau musim kemarau yang panjang menyebabkan kegagalan panen. Kegagalan panen ini menyebabkan persediaan pangan ditingkat rumah tangga menurun yang berakibat pada asupan gizi keluarga rendah.

11. Pelayanan kesehatan / fasilitas kesehatan

Tidak adanya fasilitas yang memadai untuk pemeriksaan.

2.4 Penatalaksanaan asuhan pada bayi baru lahir diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Perawatan segera bayi baru lahir setelah proses kelahiran dan observasi lanjutan selama 24 jam.

b. Pemeriksaan fisik dan neurologis pada bayi baru lahir segera setelah lahir dan pengkajian kondisi bayi dengan tujuan untuk mendeteksi beberapa abnormalitas atau trauma, untuk menentukan bagaimana mengelola/ menangani bayi dan dengan tujuan mampu melaporkan dan melakukan tindakan pada kondisi abnormal sesegera mungkin setelah lahir.

(6)

c. Pengkajian usia gestasi/ usia kehamilan bayi baru lahir, yang dapat membantu untuk menentukan bagaimana bayi seharusnya dirawat ( Maryunani & Nurhayati, 2008)

2.5 Penilaian Usia Kehamilan

Menurut Wong, et al (2009) bahwa penilaian usia kehamilan merupakan kriteria

penting karena morbiditas dan mortalitas perinatal sangat berhubungan dengan usia gestasional dan berat badan lahir. Pengkajian temuan fisik dan pengkajian neurologis untuk menentukan usia gestasi pertama kali dilakukan berdasarkan metode yang dikemukakan oleh Dubowitz,dkk pada tahun 1970. Tetapi metode yang sering digunakan untuk menentukan usia gestasional adalah Pengkajian Usia Gestasional yang

disederhanakan oleh Ballard, Novack, dan Driver (1979). Skor ini yang merupakan ringkasan dari skor Dubowitz, dapat digunakan untuk mengukur usia gestasional bayi

antara 35 minggu dan 42 minggu. Skor ini mengkaji enam tanda fisik eksternal dan enam tanda neuromuskular. Setiap tanda memiliki skor, dan penjumlahan skornya berkorelasi dengan tingkat maturitas dari 26 sampai 44 minggu gestasi.

Skor Ballard “ baru “, yang merupakan revisi skor asli, dapat digunakan pada bayi

usia gestasi 20 minggu. Alat ini memiliki bagian fisik dan neuromuskular yang sama, namun menambahkan skor -1 dan -2 yang mencerminkan tanda bayi sangat prematur, seperti kelopak mata yang masih menyatu; jaringan payudara yang belum teraba; kulit yang lengket, mudah robek, transparan; tidak ada lanugo; sudut siku-jendela( fleksi pergelangan tangan) lebih dari 90 derajat. Pemeriksaan bayi dengan usia gestasional 26 minggu atau kurang harus dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir. Pada bayi dengan usia gestasional minimal 26 minggu, pemeriksaan dapat dilakukan sampai 96 jam setelah lahir. Agar dijamin keakuratannya, pemeriksaan awal sebaiknya dilakukan dalam 48 jam pertama kehidupan. Penyesuaian neuromuskular setelah lahir pada bayi yang sangat

(7)

imatur menuntut pemeriksaan tindak lanjut untuk menentukan kriteria neuromuskular yang valid.

Berat badan sehubungan dengan usia gestasional. Berat badan bayi saat lahir juga berkorelasi dengan insidensi morbiditas dan mortalitas perinatal. Akan tetapi, berat badan lahir saja merupakan indikator yang buruk untuk usia gestasional dan maturitas janin. Maturitas menunjukkan kapasitas fungsional tingkat kemampuan sistem organ neonatus untuk beradaptasi dengan kebutuhan hidup ekstrauterin. Dengan demikian, usia gestasional lebih berhubungan erat dengan maturitas janin dibandingkan berat badan lahir. Karena herediter mempengaruhi ukuran bayi baru lahir, maka pencatatan ukuran anggota keluarga lainnya merupakan bagian proses pengkajian.

Pengklasifikasian bayi saat lahir baik berdasarkan berat badan lahir maupun usia gestasional lebih merupakan metode yang tepat untuk meramalkan risiko mortalitas dan menjadi panduan penanganan bayi dibandingkan hanya memperkirakan usia gestasional atau berat badan lahir saja. Berat badan lahir, panjang, dan lingkar kepala bayi diplotkan ke grafik standar yang menunjukkan nilai normal usia gestasional. Bayi yang beratnya

cukup untuk usia gestasional (appropriate for gestational age [AGA]) (antara persentil

ke-10 sampai 90) dapat dianggap mengalami pertumbuhan dengan kecepatan normal tanpa memerhatikan saat kelahiran- preterm,term, atau post-term. Bayi yang besar untuk usia gestasional (large for gestational age [LGA]) (di atas persentil ke-90) dapat

dianggap mengalami laju pertumbuhan dengan kecepatan tinggi selama kehidupan janin; bayi kecil untuk usia gestasional (small for gestational age [SGA]) (dibawah persentil

ke-10) dapat dianggap mengalami retardasi atau kelambatan pertumbuhan intrauterin. Berikut ini adalah lembar penilaian usia kehamilan menggunakan Skor Ballard :

(8)
(9)

2.6 Tujuan Penilaian :

Untuk mengindentifikasi usia gestasi bayi baru lahir menggunakan skor ballard, apakah sesuai masa kehamilan, besar masa kehamilan atau kecil masa kehamilan.

2.7 Teknik pemeriksaan untuk menilai usia kehamilan :

1. Perkiraan obstetrik (USG , HPHT dan Tinggi Fundus Uteri). a. Perkiraan obstetrik menggunakan USG :

Menurut Hadlock, Harrist dan Poyer (1992) dalam Prawirohardjo (2009) penentuan usia kehamilan pada trimester II paling akurat dilakukan sebelum kehamilan 20 minggu, misalnya melalui pengukuran kepala dan tulang panjang, dengan tingkat kesalahan ± 1 minggu. Setelah kahamilan 20 minggu variasi pertumbuhan janin semakin melebar, sehingga pengukuran biometri untuk menentukan usia kehamilan menjadi tidak akurat lagi.

b. Perkiraan obstetrik menggunakan HPHT :

Menurut Klaus & Fanaroff (1998) bahwa cara ini selalu digunakan dalam menentukan usia kehamilan. Akan tetapi, untuk menentukan hari menstruasi terakhir biasanya tidak jelas dan sulit di perkirakan jikalau pasien sama sekali tidak menjalani perawatan antenatal. Hari pertama haid terakhir yang tidak jelas dapat terjadi bila kehamilan tersebut terjadi jarak yang dekat dengan kehamilan sebelumnya.

c. Perkiraan obstetri menggunakan teknik Mc. Donald ( Tinggi Fundus Uteri). Menurut Klaus & Fanaroff (1998) bahwa metode ini paling umum digunakan dalam kebidanan yaitu untuk menilai usia kehamilan antenatal dengan metode ukuran McDonald. Akan tetapi teknik ini memiliki keterbatasan, dan masalah utamanya

(10)

adalah teknik ini tidak akurat jika digunakan pada retardasi pertumbuhan intrauteri atau kehamilan multipel.

2. Instrumen yang digunakan untuk menilai usia kehamilan bayi (perkembangan fisis dan neuromuskular). Dengan menggunakan Skor Ballard yang merupakan penyederhanaan dari skor Dubowitz. Penilaian menggunakan skor ballard ini menghasilkan penilaian maturasi postnatal yang valid bagi semua bayi dengan usia kehamilan di atas 20 minggu, sedangkan bagi bayi imatur hasilnya paling akurat jika dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir.

3. Tidak boleh dilakukan secara terburu – buru.

4. Dilakukan secara sistematis ( saat bayi stabil dan keadaan tenang).

5. Pemeriksaan paling akurat untuk maturitas fisik adalah pada saat segera setelah lahir. 6. Untuk maturitas neurologis, bila proses kelahiran sulit dapat diulangi setelah 24 jam. 7. Bila penilaian neurologis tidak dilakukan, dapat digunakan perkiraan usia kehamilan

berdasar skor ganda penilaian fisik.

2.8 Penilaian usia kehamilan menggunakan skor ballard berdasarkan karakteristik fisik.

1. Kulit

Menurut Ladewig, Patricia, London, dan Old (2006) bahwa pada neonatus preterm tanpak tipis dan transparan, dengan vena menonjol diabdomen pada awal masa kehamilan. Saat masa kelahiran semakin dekat, kulit tampak buram karena peningkatan jaringan subkutan. Hilangnya pelindung verniks kaseosa meningkatkan deskuamasi kulit (pengelupasan).

(11)

Menurut Rudolph (2006) bahwa pada usia cukup bulan, sudah terdapat jaringan subkutan yang relatif tebal, kuku tangan dan kaki sudah terbentuk sempurna dan tumbuh sedikit lebih panjang dari ujung jari. Jika keluar ke cairan amnion in utero,mekoneum dapat melapisi dan menjadi tanda gawat janin pada bayi matur. Janin dengan usia gestasi kurang dari 34 minggu jarang mengeluarkan mekonium bila mengalami asfiksia. Mekonium yang telah berada didalam cairan amnion selama beberapa jam akan mewarnai kulit, kuku jari tangan dan kaki, serta tali pusat dengan warna kehijau – hijauan, ini merupakan tanda gawat janin yang lebih dini atau yang telah berlangsung lebih lama. Bayi postmatur (lebih dari 42 minggu) biasanya memiliki penampilan yang siaga dan lemah, dengan kulit kering, terkelupas, jaringan subkutan lebih sedikit dibanding normal, dan kuku jari tangan yang panjang mungkin terdapat pewarnaan mekonium pada kulit, tali pusat, dan kuku.

Abnormalitas kulit yang umum, terlihat seperti lapisan plastik tipis yang retak disebut kulit kolodion. Bayi yang seperti ini sering kali mengalami iktiosis dikemudian hari. Lepuh atau kulit yang mudah mengalami erosi dapat merupakan epidermolisis bulosa, tetapi harus dibedakan dari lesi lepuh akibat infeksi stafilokokus.

Aplasia kutis adalah kondisi kongenital berupa tidak adanya kulit, yang biasanya terjadi meliputi suatu daerah yang kecil dan terlokalisasi. Dan sklerema neonatorum adalah pengerasan jaringan subkutan difus yang ditemukan pada bayi baru lahir berat. Kulit menjadi keras dan dingin dan dapat mengencang di sekitar persendian.

(12)

2. Lanugo

Menurut Ladewig, et al (2006) bahwa lanugo adalah rambut halus pada tubuh

bayi, terutama di punggung, dahi dan pipi. Lanugo lebih terlihat pada bayi prematur dan jumlahnya berkurang seiring peningkatan gestasi. Biasanya tidak terlihat lagi pada bayi lebih bulan. Dan rambut lanugo pada bayi cukup bulan terdapat di punggung bagian atas dan bagian dorsal ekstremitas.

3. Telapak kaki ( lipatan kaki )

Menurut Ladewig, et al (2006) bahwa perlu dikaji pada 12 jam kelahiran

karena setelah itu kulit kaki akan segera mengering, dan lipatan permukaan menghilang. Perkembangan lipatan kaki dimulai pada ujung telapak kaki, dan terus menuju ke bawah sampai tumit.

4. Payudara

Menurut Ladewig, et al (2006) bahwa areola diinspeksi, dan pucuk jaringan

mammae dapat dipalpasi dengan lembut untuk menentukan ukuran. Penting sekali untuk meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pada jaringan ini, dan digulirkan di atas putting untu menentukan ukuran, daripada dengan mencubit jaringan. Metode pengukuran lainnya termasuk meletakkan penggaris, tepat diatas putting mammae untuk pengukuran yang lebih akurat. Kebanyakan pemeriksa yang berpengalaman, seringkali telah merasa cukup melakukan pengkajian hanya dengan memperkirakan ukuran dengan sangat akurat.

(13)

5. Telinga dan kartilago

Menurut Ladewig, et al (2006) bahwa bentuk telinga dan kartilago berubah

sejalan dengan masa gestasi, pada minggu ke -36 beberapa kartilago dan pinna atas yang tidak tertutup, dan pinna yang dapat membuka kembali secara perlahan ketika dilipat. Untuk mengkaji, pantau bentuk telinga, lalu lipat ujung telinga kearah depan, berlawanan arah sisi kepala, lepaskan dan pantau hasilnya.

6. Genitalia

Menurut Ladewig, et al (2006) bahwa genital berubah penampakannya selama

masa gestasi, karena sejumlah lemak subkutan tampak. Genital wanita pada masa minggu ke-30 hingga ke-32 mempunyai klitoris yang menonjol, dan labia mayora bentuknya kecil, serta letak antara ke dua sisinya terpisah jauh. Pada usia minggu ke-36 hingga ke-40, labia hampir menutupi klitoris, dan juga pada masa lebih dari minggu ke-40, labia mayora secara utuh menutupi klitoris. Lakukan pengkajian dengan cara pemantauan. Sedangkan genital pria dievaluasi untuk menilai kantong skrotum dan ada atau tidaknya rugae. Kantong skrotum dapat diraba secara lembut untuk menentukan penurunan testis.

2.9 Penilaian usia kehamilan menggunakan skor ballard berdasarkan karakteristik neuromuskular :

1. Sikap tubuh ( postur )

Biasanya dikaji saat bayi berbaring, sehingga bayi tidak terganggu, dengan melakukan pengkajian tetap diatas permukaan kasur bayi (Ladewig, 2006). Menurut Klaus dan Fanaroff (1998) Pada saat bayi diam dan berbaring terlentang , periksa derajat fleksi meningkat sesuai maturitas. Dengan penilaian sebagai berikut :

(14)

a. Lengan dan kaki ekstensi : 0 b. Fleksi ringan atau sedang pinggul dan lutut : 1 c. Fleksi penuh pinggul dan lutut : 2 d. Kaki fleksi dan abduksi, lengan fleksi ringan : 3 e. Fleksi penuh lengan dan kaki : 4

2. Square window ( pergelangan tangan )

Menurut Ladewig, et al (2006) bahwa square window dapat diketahui dengan cara

memfleksikan tangan bayi ke lengan bawah bagian ventral. Sudut yang dibuat oleh pergelangan tangan diukur, (dengan cara taksiran dan mencocokannya dengan nilai sudut yang ada pada alat penilaian. Caranya adalah:

a. Letakkan bayi terlentang

b. Pegang tangan bayi dan tempelkan lengan melewati leher ke bahu yang berlawanan sejauh mungkin.

c. Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus.

d. Amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar kerja.

3. Rekoil tangan

Menurut Ladewig, et al (2006) bahwa rekoil tangan adalah uji perkembangan fleksi.

Uji ini paling baik dikaji setelah satu jam pertama kehidupan, ketika bayi telah mempunyai waktu penyesuaian dengan situasi stres kelahiran. Caranya :

(15)

b. Pegang kedua tangan bayi, kemudian fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik , lalu kemudian lepaskan. Pada saat melepaskan, siku bayi cukup bulan akan membentuk sudut kurang dari 900, dan secara cepat terjadi rekoil hingga posisinya kembali ke posisi fleksi. Lengan bayi preterm mempunyai waktu rekoil lebih lambat dan membentuk sudut lebih dari 900.

c. Pengkajian rekoil lengan sebaiknya dilakukan bilateral, sehingga dapat mengklarifikasi adanya kelumpuhan brakialis.

Nilai reaksinya sebagai berikut :

a) Tetap dalam keadaan ekstensi atau gerakan random : 0 b) Fleksi tidak penuh atau sebagian : 1 c) Segera kembali ekstensi penuh : 2

4. Sudut popliteal

Ditentukan dengan cara membaringkan bayi dalam posisi telentang. Fleksikan paha sampai ke arah abdomen atau daerah dada pada bayi baru lahir, dan letakkan jari telunjuk anda yang lain di belakang pergelangan kaki bayi untuk melebarkan tungkai bawah, hingga didapati resistensi. Kemudian ukur sudut yang terbetuk. Hasilnya sangat beragam, dari tidak terdapatnya resistensi pada bayi yang sangat matur, hingga didapati sudut sebesar 800 pada bayi term. Dan sudut kurang dari 900 memiliki skor 5 (Ladewig, 2006).

(16)

5.Tanda scarf

Diperoleh dengan cara : a. Letakkan bayi terlentang.

b. Pegang tangan bayi dan tempelkan lengan melewati leher ke bahu yang berlawanan sejauh mungkin.

c. Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus tetap menempel dipermukaan meja dan kepala tetap lurus.

d. Amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar kerja. Menurut Klaus dan Fanaroff (1998) nilai sesuai dengan lokasi siku :

a) Siku mencapai line axillaris anterior yang berlawanan : 0

b) Siku diantara line axillaris anterior yang berlawanan dan garis tengah toraks : 1 c) Siku berada pada garis tengah toraks : 2

d) Siku tidak mencapai garis tengah toraks : 3

6.Tumit ke kuping

Diperoleh dengan cara ;

a. Dilakukan dengan cara meletakkan bayi pada posisi terlentang.

b. Secara lembut tarik kaki menuju ke telinga, tetap pada sisi yang sama, hingga didapati resistensi, baik derajat ekstensi lutut dan kedekatan kaki ketelinga perlu dikaji.

c. Bila usia gestasi yang sangat kurang, memperlihatkan peningkatan resistensi pada gerakan ini. Jika bayi baru lahir sebelumnya dilahirkan dengan posisi sungsang,

(17)

pengkajian ini harus ditunda hingga tungkai posisinya kembali lebih normal (Wong, 2009)

Menurut Ladewig, et al (2006) bahwa setelah melakukan penilaian terhadap

karakteristik fisik dan neuromuskular, maka akan didapatkan penilaian berdasarkan skor ballard, yaitu seluruh penilaian individu dijumlahkan dan jumlah total dibandingkan pada laju kematangan bayi baru lahir dan klasifikasi. Perkiraan usia kehamilan ini kemudian ditandai pada alat ukur yang telah disediakan dan mengklasifikasi bayi baru lahir menurut berat bayi dan usia gestasi. Jika nilai yang dijumlahkan -10 maka usia kehamilan 20 minggu, nilai 5 sama dengan 22 minggu, nilai 0 sama dengan 24 minggu, nilai 5 sama dengan 26 minggu, nilai 10 sama dengan 28 minggu, nilai 15 sama dengan 30 minggu, nilai 20 sama dengan 32 minggu, nilai 25 sama dengan 34 minggu, nilai 30 sama dengan 36 minggu, nilai 35 sama dengan 38 minggu, nilai 40 sama dengan 40 minggu, nilai 45 sama dengan 42 minggu dan nilai 50 sama dengan 44 minggu. Kebanyakan bayi baru lahir sesuai untuk usia kehamilan (AGA). Bayi yang lebih untuk usia kehamilan ( LGA) atau kurang untuk usia kehamilan (SGA) memerlukan pengkajian dan intervensi tambahan.

Menurut Maryunani dan Nurhayati (2008) bahwa dengan cara ini,pemeriksa dapat menentukan apakah bayi berada dalam standar rata – rata untuk usia kehamilannya atau tidak. Kemudian pemeriksa (bidan, perawat dan dokter) dapat menilai apakah bayi kecil, sesuai, atau besar untuk usia kehamilan. Untuk sesuai usia kehamilan berada antara 10 dan 90 persentil, kecil untuk usia kehamilan dibawah 10 persentil dan besar untuk usia kehamilan diatas 90 persentil.

Dibawah ini merupakan klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan berat badan lahir dan usia gestasi. Perawat, bidan dan dokter mencatat berat badan dan usia gestasi bayi baru lahir pada grafik, dan mengklasifikasikan bayi berdasarkan sesuai usia kehamilan, besar usia

(18)

kehamilan dan kecil usia kehamilan. Sumber :Battaglia, F.C., & Lubchencho, L.O. (1967). A practical classification of newborn infants by weight and gestational age. Journal of Pediatrics).

Dibawah ini merupakan karakteristik bayi yang kecil, sesuai dan besar untuk usia kehamilan menurut Ladewig, et al (2006) sebagai berikut :

1. Bayi kecil untuk usia kehamilan :

A. Karakteristik Fisik

a) Kepala tampak melebar dibandingkan dengan proporsi terhadap dada dan perut.

b) Keriput, kulit kering.

c) Lemak subkutan tampak jarang, dengan penampakkan kurus dan lemah. d) Rambut kepala jarang.

(19)

e) Fontanel anterior dapat tertekan.

f) Dapat menangis kuat dan tampak waspada. g) Berat badan lahir di bawah 10 persentil.

B. Masalah klinis yang dapat terjadi pada bayi dengan kecil masa kehamilan:

a) Asfiksia perinatal.

Hipoksia kronik dalam uterus menyebabkan tersedianya sedikit energi untuk dapat memenuhi kebutuhan pada saat persalinan dan kelahiran. Sehingga, asfiksia intrauterine dapat terjadi, dengan masalah sistemik yang mungkin terjadi.

b) Sindrom aspirasi

Ditandai dengan nafas tersengal – sengal, sekunder akibat hipoksia di uterus yang dapat menyebabkan aspirasi cairan amnion ke dalam jalan nafas bagian bawah, atau dapat menyebabkan relaksasi spingter anal disertai dengan keluaran mekonium. Peristiwa ini menyebabkan aspirasi mekonium saat pertama kali bayi bernafas.

c) Kehilangan panas

Penurunan kemampuan untuk penyimpanan panas, sebagai hasil berkurangnya lemak subkutan ( yang digunakan untuk bertahan di uterus).

(20)

d) Hipoglikemia

Laju metabolik tinggi ( sekunder akibat kehilangan panas), cadangan glikogen hati sedikit, dan glukoneogenesis yang dihambat, sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi rendah.

e) Hipokalsemia

Deplesi kalsium sekunder akibat asfiksia kelahiran. f) Polisitemia

Respon fisiologik terhadap stres hipoksik kronik di dalam uterus.

2. Besar untuk usia kehamilan, khususnya bayi dari ibu penderita diabetes.

A. Karakteristik Fisik :

a) Tampak gemuk dan membesar

b) Jika bayi yang berasal dari ibu penderita diabetes, bentuk wajah dn gambaran lehernya seperti cushingnoid (wajah bulat).

c) Seluruh berwarna merah – terang.

d) Memiliki pembesaran di hati, limfa, dan jantung.

e) Pada awalnya letargi kemudian menjadi peka rangsang dan gerakan tersentak – sentak.

B. Masalah klinis yang dapat terjadi pada bayi dengan besar masa kehamilan :

(21)

Setelah kelahiran, masalah yang paling banyak muncul pada ibu penderita diabetes adalah hipoglikemia. Meskipun suplai darah ibu yang sebelumnya banyak menghilang, bayi baru lahir tetap melanjutkan untuk memproduksi kadar insulin tinggi, yang dapat mengurangi jumlah glukosa darah dalam beberapa jam setelah kelahiran. Ibu yang menderita diabetes juga memiliki kemampuan yang sedikit, untuk melepaskan glukagon dan katekolamin, yang secara normal menstimulasi pemecahan glukagon dan pelepasan glukosa.

b) Hiperbilirubinemia

Kondisi ini dapat dilihat pada 48 – 72 jam setelah kelahiran. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh sedikit penurunan volume cairan ekstraseluler, yang menyebabkan peningkatan kadar hematokrit.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan gambaran tentang budaya organisasi yang ada pada divisi marketing communication di PT Global Informasi Bermutu

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan peran petugas

Kesimpulan penelitian adalah pada keluarga miskin perkotaan, status gizi bayi lebih terkait dengan keadaan sanitasi rumah dibandingkan pemberian Makanan Pendamping

Oleh karena itu pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh LSM Kelompok Perempuan dan Sumber-Sumber Kehidupan (KPS2K) adalah memanfaatkan kelompok-kelompok perempuan

Hasil pe- nelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja praktikum maha- siswa dalam mata kuliah Praktik Elek- tronika antara kelompok mahasiswa yang diberi umpan

11/005/DPS tanggal 27 Januari 2009 masing-masing untuk tahun buku 31 Desember 2009 dan 31 Desember 2008, Dewan Pengawas Syariah (DPS) Bank Syariah Mandiri menyatakan bahwa

Water Sampler berfungsi untuk pengambilan sampel air pada kedalaman tertentu dengan sistem pengambilan air Vertical dengan kapasitas botol 2.2 lt, 3.2 lt atau 4.2 lt. Grab

Pada gambar 7 diberikan kondisi sangat terang diluar prototype sehingga sistem merespon dengan memberikan batasan maksimal cahaya didalam ruangan dimana pencahayaan ideal