• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN PEMBELAJARAN PENYELESAIAN PERSAMAAN KUADRAT MELALUI PENDEKATAN GEOMETRIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESAIN PEMBELAJARAN PENYELESAIAN PERSAMAAN KUADRAT MELALUI PENDEKATAN GEOMETRIS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

53

DESAIN PEMBELAJARAN PENYELESAIAN PERSAMAAN

KUADRAT MELALUI PENDEKATAN GEOMETRIS

Oleh

Achmad Dhany Fachrudin

Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Jl. Jenggala Kotak Pos 149, Sidoarjo

dh4nyy@gmail.com

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu desain pembelajaran penyelesaian persamaan kuadrat melalui pendekatan geometris. Makalah ini merupakan bagian dari penelitian design research (desain riset) yang dilakukan melalui tiga tahap utama, yaitu preliminary design (desain pendahuluan), teaching experiment (percobaan mengajar), dan retrospective analysis (analisis retrospektif). Pada makalah ini, hanya khusus dibahas sebagian dari tahap awal dari penelitian (tahap desain pendahuluan). Desain pembelajaran yang dihasilkan terdiri dari lima aktivitas untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu 1) Melakukan manipulasi geometris untuk menyelesaikan masalah, 2) Menggunakan metode Naïve Geometry untuk menyelesaikan masalah, 3) Mengaitkan masalah geometri dengan aljabar, 4) Mengaitkan masalah geometri dengan aljabar (2) dan menemukan rumus umum menyelesaikan persamaan kuadrat.

Kata kunci:Persamaan Kuadrat, Desain Riset, Pedekatan Geometris, Metode Naïve Geometry.

PENDAHULUAN

Terdapat dua persoalan utama yang dapat dijadikan landasan untuk merancang suatu pembelajaran yang dapat mendukung pemahaman siswa terhadap konsep persamaan kuadrat. Pertama adalah aspek sejarah. Berdasarkan perspektif sejarah, konsep penyelesaian persamaan kuadrat dibangun berdasarkan landasan geometri [1][2][3]. Hal kedua adalah berkenaan dengan aspek pembelajaran, bahwa proses belajar hanya akan terjadi ketika pengetahuan yang dipelajari bermakna bagi siswa[4]. Berdasarkan aspek pedagogik tersebut, pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dipilih karena permasalahan realistik atau konteks, yang mengarah pada kebermaknaan suatu pembelajaran, digunakan sebagai langkah awal untuk membangun konsep matematika[5][6].

Berdasarkan dua persoalan yang telah disebutkan sebelumnya, maka pembelajaran persamaan kuadrat dapat dilakukan dengan melibatkan geometri sebagai landasan dalam membangun konsep dan mendukung pemahaman siswa pada materi penyelesaian

persamaan kuadrat. Dengan melibatkan permasalahan sejarah dalam pembelajaran, juga akan memberi beberapa manfaat, antara lain alternatif solusi dari permasalahan yang mungkin muncul dalam pembelajaran dapat dicari terlebih dahulu karena kendala atau masalah yang kerap kali dihadapi oleh siswa seringkali sama dengan orang pada masa lalu[7][8]. Berkaitan dengan itu, beberepa peneliti juga telah menyarankan pengintegrasian pembelajaran matematika dengan sejarah matematika di dalamnya [7][9][10][11].

Radford[12] dan Katz[13] menyebutkan bahwa metode geometris Babilonia kuno merupakan suatu metode yang melibatkan investigasi dan manipulasi geometris yang dapat diaplikasikan untuk menemukan solusi penyelesaian persamaan kuadrat. Hǿyrup[14][15], yang mendalami sejarah dari metode ini, mengenalkan metode tersebut dengan nama Naive Geometry. Radford dan Gurette[11] juga menyebutkan bahwa “Naive Geometry is a method which provides an elegant and visual way toward the quadratic equation problems”.

(2)

54 Oleh karena itu, peneliti merancang melakukan penelitian yang bertujuan untuk megetahui bagaimana metode naïve geometry dapat membantu pemahaman siswa dalam memahami konsep menyelesaikan persamaan kuadrat.

KAJIAN PUSTAKA

Radford[12] menyatakan bahwa konstruksi konsep-konsep matematika berdasarkan sejarah dapat membantu memberikan pengetahuan tentang bagaimana pemikiran siswa dalam membangun pengetahuan mereka tentang matematika. Beberepa peneliti juga meyarankan tentang penggunaan sejarah dalam pembelajaran metematika[9][10][11].

Fauvel[16] menyatakan terdapat tiga dimensi besar pengaruh positif sejarah matematika dalam proses belajar siswa. Diantaranya yaitu membantu dalam proses pemahaman, meningkatkan antusiasme belajar dan membantu meningkatkan keterampilan siswa.

Dalam perspektif sejarah, persamaan kuadrat Al-Khawarizmi dalam penjelasannya mengenai solusi dari permasalahan persamaan kuadrat juga tidak hanya menjelaskan dari aspek aritmatik. Dalam konteks ini, pembuktian dari solusi suatu persamaan kuadrat juga dilakukan secara geometris.

Pada persamaan kuadrat 𝑥2+ 10𝑥 = 39 al-Kahawarizmi menyajikan pembuktian secara geometris dengan cara menggambar sebuah persegi yang sisinya tidak diketahui untuk merepresentasikan 𝑥2. Selanjutnya meletakkan empat persegi panjang yang memiliki lebar 21

2 satuan pada tiap-tiap sisi persegi tersebut untuk merepresentasikan 10𝑥. Jumlah luas dari persegi dan persegipanjang tersebut adalah 39 satuan luas. Untuk membentuk sebuah persegi baru yang lebih besar menjadi utuh (gambar 2.2), harus ditambahkan empat persegi pada

tiap sudut dengan sisi 21

2. Sehingga luas persegi baru adalah 39 + 4 ∙ (21

2) 2

= 64 satuan luas. Karena persegi baru luasnya adalah 64 satuan luas maka didapatkan panjang sisi persegi baru tersebut adalah 8 satuan. Sehingga didapatkan dengan mudah bahwa 𝑥 = 3.

Gambar1. Interpretasi Geometris Al-Khawarizmi pada permasalahan persamaan

kuadrat

Pendekatan Geometris Naïve Geometry”

Hǿyrup[14][15] menyatakan bahwa masyarakat Babilonia pada masa Babilonia kuno (2000 B.C.-1600 B.C.) telah mengenal dan mampu memecahkan persamaan kuadrat (walau masih terbatas). Metedo yang mereka gunakan tersebut dikenalkan oleh J. Hǿyrup dengan nama Naïve geometry.

Metode tersebut terangkum dalam sabuah naskah prasasti yang tersimpan di British Meseum yang dikenal dengan BM 13901 No.1. Masalah dan penyelesaiannya adalah sebagai berikut yang diterjemahkan oleh Hǿyrup [11].

The surface and my confrontation (the square-line) I have accumulated 34. 1 the projection you put down. The half of 1 you break, 1/2 and 1/2 'You make span (a rectangle, here a square), 1/4 to 3/4 you append: 1, make 1 equilateral. 1/2 which you made span you tear out inside 1: 1/2 the square-line.

Permasalahan dan langkah penyelesaian di atas akan terlihat lebih sederhana apabila diinterpretasikan ke dalam geometris permasalahan di atas.

(3)

55 Gambar2. Interpretasi Geometris BM

13901 No.1

Bentuk aljabar dari permasalahan dan langkah penyelesaian di atas adalah sebagai berikut. 1. 𝑥2+ 𝑥 =3 4 2. 1 2∙ 1 = 1 2 (1 2) 2 =1 4 3. 𝑥2+ 2 ∙1 2∙ 𝑥 + ( 1 2) 2 =3 4+ 1 4= 1 𝑥 +1 2= √1 = 1 4. 𝑥 = 1 −1 2= 1 2

Desain pembelajaran yang dibuat oleh peneliti merupakan pembangunan konsep penyelesaian persamaan kuadrat melalui pendekatan geometris. Konteks geometri digunakan sebagai langkah awal untuk siswa dalam membangun konsep dan metode naïve geometry digunakan jembatan bagi siswa untuk memahami dan menemukan rumus umum menyelesaikan persamaan kuadrat.

Berikut adalah rancangan pembelajaran berdasarkan kerangka teoritis yang telah dibahas sebelumnya.

Tabel 1. Gambaran Umum Pembelajaran Persamaan Kuadrat Melalui Metode Naïve

Geometry

Aktivitas Konsep atau keterampilan yang dibangun Mengenal naïve geometry/ Menyelesaikan permasalahan Memahami prosedur

naïve geometry dan membangun

pengetahuan tentang aljabar geometris

Aktivitas Konsep atau keterampilan yang dibangun awal yang diberikan (developing algebraic geometric thinking) Menggunakan metode naïve geometry untuk menyelesaikan masalah. Meningkatkan pemahaman tentang

naïve geometry dan penggunaannya, secara tidak langsung memahami ekuivalensi bentuk persamaan kuadrat dan memahami konsep faktorisasi dengan melengkapkan kuadrat sempurna. Mengkontruksi rumus persamaan kuadrat Memahami keterkaitan antara naïve geometry

dan persamaan kuadrat (linking between geometry and algebra), membangun konsep menyelesaikan

persamaan kuadrat.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian desain riset (design research) yang merupakan suatu cara menjawab rumusan masalah untuk mencapai tujuan penelitian. Gravemeijer & Eerde (2009) menyatakan bahwa desain riset bertujuan untuk mengembangkan Local Instruction Theory (LIT) dengan kerjasama antara peneliti dan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Terdapat tiga tahap proses pendesainan dan pengembangan dalam penelitian desain riset 3 tahap[17], yaitu :

1) Preparing for Experiment and Preliminary Design

2) Teaching Experiment a. Pilot Experiment b. Teaching Experiment 3) Retrospective Analysis

Tetapi pada makalah ini, peneliti hanya menjelaskan proses sampai paha tahap pertama (Preparing for Experiment and Preliminary Design) selesai. Preparing for experiment atau persiapan untuk penelitian dan preliminary desain atau desain

(4)

56 pendahuluan merupakan kegiatan awal yang dilakukan. Ide awal diperoleh melalui kajian literatur. Informasi tersebut digunakan untuk merancang serangkaian kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terdapat berbagai macam dugaan strategi pemikiran siswa (Conjecture of students’ thinking).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tahap yang pertama, peneliti melakukan kajian litaratur dan observasi untuk mengembangkan hypothetical learning trajectory (HLT). HLT yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari empat aktivitas pembelajaran. Aktivitas-aktivitas tersebut yaitu: (a) Melakukan manipulasi geometris untuk menyelesaikan masalah, (b) Menggunakan metode naïve geometry untuk menyelesaikan masalah, (c) Mengaitkan masalah geometri dengan aljabar, (d) Mengaitkan masalah geometri dengan aljabar (2) dan

menemukan rumus umum

menyelesaikan persamaan kuadrat. Berikut adalah penjelasan secara singkat mengenai HLT yang telah dibuat.

1) Melakukan Manipulasi Geometris untuk Menyelesaikan Masalah (Aktivitas I).

Starting point atau titik awal pembelajaran yang digunakan adalah pengetahuan atau keterampilan yang sudah dikenal oleh siswa. Starting point aktivitas pertama pada desain yang dibuat adalah siswa harus mengenal konsep luas dan keliling persegi dan persegipanjang dan pengetahuan dasar mengenai operasi hitung aljabar sederhana yang telah mereka pelajar pada kelas 7 SMP.

Tujuan utama dari aktivitas pertama ini adalah siswa mengenal dan mampu melakukan manipulasi geometris, memahami dan mengeksplorasi permasalahan tersebut

dengan cara mereka sendiri. Berikut adalah permasalahan pertama.

Luas area sebuah perkebunan yang berbentuk persegipanjang adalah 32 ha. Pada perkebunan tersebut terdapat 120 Pohon Palem yang jarak tiap pohon adalah 20 meter dan ditanam mengelilingi area perkebunan. Jika pengelola perkebunan tersebut ingin memasang pagar besi pada sisi depan, tentukan panjang pagar yang harus dipesan pihak pengelola perkebunan (pintu masuk diabaikan karena sudah termasuk dalam pemesanan pagar)!

Kegiatan dilanjutkan dengan menyelesaikan dan mendiskusikan masalah kedua yang terdapat pada LAS. Berikut adalah permasalahannya.

Tentukan panjang dan lebar suatu persegipanjang apabila diketahui diketahui luasnya adalah 52 satuan luas dan kelilingnya adalah 32 satuan?

Pada aktivitas pertama kemungkinan siswa menggunakan metode trial and error karena guru tidak memberi batasan tentang penggunaan metode tertentu. Dari permasalahan ini

mereka memahami bahwa

permasalahan yang diberikan adalah mencari panjang persegi panjang jika diketahui luas dan kelilingnya.

Pada kegiatan 2, berikut adalah contoh dari konjektur pemikiran siswa saat menggunakan metode geometris (dengan mengikuti langkah-langkah kerja pada LAS 1.2) dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

Gambar3. Konjektur Pemikiran Siswa Masalah pada LAS 1

(5)

57 Pada permasalahan kedua pada LAS 1.2 (kegiatan 3), kemungkinan siswa mengalami kesulitan dalam mengambil bagian luas yang harus dibuang. Hal tersebut dikarenakan bagian luas yang harus dibuang tersebut bukan merupakan kuadrat sempurna (persegi).

Gambar4. Konjektur Pemikiran Siswa Masalah kedua

peran guru sangat dibutuhkan dalam memberi arahan atau pertanyaan-pertanyaan hingga siswa dapat mencapai jawaban yang dimaksudkan. Pada permasalahan kedua di LAS 1.2, luas daerah yang harus dibuang bukan berupa bilangan kuadrat, hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mengeksplorasi dan memahami bahwa daerah tersebut harus berupa persegi agar selanjutnya dapat dimanipulasi menjadi persegipanjang., penggunaan masalah sejarah juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa.

2) Menggunakan Metode Naïve Geometry untuk Menyelesaikan Masalah (aktivitas II)

Pada aktivitas kedua ini, siswa mengerjakan LAS secara berkelompok. permasalahan yang diberikan pada aktivitas ini hampir sama dengan permasalahan yang sebelumnya, tetapi yang diketahui adalah selisih panjang dan lebar dari persegipanjang. Berikut adalah permasalahan pada aktivitas II yang merupakan permasalahan sejarah yang terdapat dalam prasasti Babilonia kuno.

Tentukan ukuran panjang dan lebar sebuah persegi panjang apabila diketahui luasnya adalah 117 satuan luas dan

selisih panjang dan lebarnya adalah 4 satuan?

Tentukan ukuran panjang dan lebar sebuah persegi panjang apabila diketahui luasnya adalah 60 dan selisih panjang dan lebarnya adalah 7 satuan? (merupakan permasalahan yang muncul pada Prasasti Babilonia YBC 6967 dengan sedikit redaksi yang diubah) Pada saat menyelesaikan LAS pada permasalahan pertama, siswa kemungkinan dan jawaban siswa yang diharapkan.

Gambar5. Konjektur Pemikiran Siswa pada Aktivitas II

Dengan pemberian permasalahan yang membutuhkan langkah terbalik dari metode yang sebelumnya, diharapkan siswa dapat lebih memahami konsep dan aplikasi lebih lanjut dari metode ini. Sementara itu, pada permasalahan kedua selisih panjang dan lebar dibuat bilangan ganjil dengan maksud agar siswa lebih memahami metode naïve geometry lebih mendalam, yaitu untuk membentuk persegi yang baru, mereka harus membagi sama panjang (yaitu 3,5 dan 3,5 dalam kasus ini), bukannya 4 dan 3.

Menuliskan dan menggeneralisasi kondisi tertentu yang menyebabkan solusi dari permasalahan menemui suatu kendala saat diselesaikan dengan naïve geometry dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam

mengekspresikan gagasannya. Hal tersebut dapat mempermudah transisi pada pemikiran siswa pada bahasa simbol-simbol aljabar (Radford & Gurette, 2000).

(6)

58 3) Mengaitkan Masalah Geometri

dengan Aljabar (Persamaan Kuadrat) (Aktivitas III)

Berdasarkan pembelajaran pada aktivitas sebelumnya, maka berikut adalah kemampuan-kemampuan yang diharapkan telah dimiliki siswa.

 Siswa sudah menguasai penggunaan metode naïve geometry untuk berbagai macam permasalahan.

 Siswa telah mengetahui kondisi yang menyebabkan suatu persegi tidak bisa dimanipulasi menjadi persegipanjang atau sebaliknya dalam metode naïve geometry.

 Diharapkan pada tahap ini siswa sudah mulai membangun

kemampuan dalam

menggeneralisasikan suatu ide atau pernyataan matematika (dalam hal ini bagaimana menggeneralisasikan langkah metode naïve geometry).

Berikut adalah masalah yang diberikan pada aktivitas III.

Sebuah persegi apabila sebagian daerahnya yang berupa persegipanjang yang lebarnya 2 satuan dan panjangnya sama dengan sisi persegi dihilangkan, maka luasnya menjadi 24 satuan luas. Tentukan panjang sisi persegi tersebut! (gunakan metode yang telah kalian pelajari sebelumnya)

Tuliskan langkah-langkah penyelesaian (pada permasalahan di atas) dalam bentuk simbol aljabar!

Karena siswa sudah mempelajari metode naïve geometry pada dua pertemuan sebelumnya, maka sebagian siswa yang benar-benar memahami konsep dasar dari metode ini akan mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

Gambar6. Konjektur Pemikiran Siswa pada Aktivitas 3

Sedangkan bentuk aljabar permasalahan geometri yang akan dituliskan oleh siswa. 𝑥2− 2𝑥 = 24 atau 𝑥(𝑥 − 2) = 24.

Fase ini merupakan pendahuluan sebelum siswa diberikan permasalahan yang mengarahkan siswa pada penemuan dan pemahaman konsep menyelesaikan persamaan kuadrat secara aljabar.

4) Mengaitkan Masalah Geometri dengan Aljabar (2) dan Menemukan Rumus Umum Menyelesaikan Persamaan Kuadrat (Aktivitas IV)

Pada aktivitas keempat kali ini siswa diharapkan sudah mampu memahami dan menggunakan metode naïve geometry pada tipe permasalahan yang diberikan pada aktivitas sebelumnya.

Tujuan utama dari aktivitas keempat kali ini adalah siswa diharapkan mampu menguasai konsep penyelesaian persamaan kuadrat dalam bentuk umum dengan cara melengkapkan kuadrat sempurna melalui pendekatan geometris. Selain itu, mereka juga diharapkan dapat

menemukan rumus umum

menyelesaikan persamaan kuadrat. Pada aktivitas terakhir ini guru meminta siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang serupa dengan permasalahan pada aktivitas sebelumnya. Perbedaannya adalah informasi dari masalah yang diberikan

(7)

59 berupa simbol aljabar. Berikut adalah masalah yang diberikan.

Sebuah persegi yang sisinya x apabila sebagian daerahnya yang berupa persegipanjang yang lebarnya b satuan dan panjangnya sama dengan sisi persegi dihilangkan (perhatikan gambar di bawah), maka luasnya menjadi c satuan luas. Tentukan

a. Bentuk aljabar permasalahan tersebut. b. sebuah rumus (dalam bentuk simbol

aljabar) untuk menentukan panjang sisi persegi tersebut! (gunakan metode naïve geometry)

Setelah mengetahui bentuk aljabar permasalahan di atas, penyelesaian masalah b. yang diharapkan akan ditemukan oleh siswa adalah (𝑥 −1 2𝑏) 2 = 𝑐 +1 4𝑏 2 (𝑥 −𝑏 2) 2 = 𝑐 + (𝑏 2) 2 (𝑥 −𝑏 2) = √𝑐 + (𝑏/2)2 𝑥 = √𝑐 + (𝑏 2) 2 +𝑏 2

Pada fase terahir yaitu memperoleh bentuk akhir rumus

𝑥12=−𝑏 ± √𝑏 2− 4𝑎𝑐 2𝑎

dibutuhkan arahan dan bimbingan dari guru.

KESIMPULAN

Secara teoritis, pemahaman siswa terhadap konsep penyelesaian persamaan kuadrat dapat dibentuk dengan memberikan permasalahan geometri sebagai masalah kontekstual di awal. Pada proses pembelajaran, pemahaman siswa berkembang dari tahap informal, yaitu pemahaman pada permasalahan geometri dan metode

naïve geometry, menuju pada tahap formal yaitu pada bentuk aljabar persamaan kuadrat dan penyelesaiannya berdasarkan konsep melengkapkan bentuk kuadrat.

Lebih lanjut, Fachrudin, Ilma & Darmawijoyo [18 ] Menyebutkan bahwa berdasarkan pembelajaran (penyelesaian persamaan kuadrat) yang dilakukan melalui ide geometris (membentuk kembali menjadi persegi), juga mendukung siswa untuk melakukan operasi simbolik bermakna karena siswa telah mengenal dekat dengan konteks geometri sebelumnya.

PUSTAKA

[1] French, D. (2002). Teaching and Learning Algebra. London: Continuum.

[2] Krantz, S. G. (2006). An Episodic History of Mathematics: Mathematical Culture through Problem Solving. Mathematical Association of America.

[3] Boyer, C. B., & Merzbach, U. C. (2011). A history of mathematics. John Wiley & Sons.

[4] Freudenthal. (1991). Revisiting Mathematics Education: China Lectures. Dordrecht, the Netherlands: Kluwer Academic Publisers.

[5] Gravemeijer, K., & Doorman, M. (1999). Context problems in realistic mathematics education: A calculus course as an example. Educational studies in mathematics, 39(1-3), 111-129. [6] Van Den Heuvel-Panhuizen, M.

(2003). The didactical use of models in realistic mathematics education: An example from a longitudinal trajectory on percentage. Educational Studies in Mathematics, 54(1), 9-35.

[7] Bakker, A. (2004). Design Research in Statistics Education on Symbolizing and Computer Tools. Amersfoort: Wilco Press.

(8)

60 [8] Grugnetti, L.(2000). The History of

Mathematics and its Influence on Pedagogical Problems. In Katz, V. (Ed), Using history to teach mathematics: an international perspective (pp. 29-35). USA: The Mathematical Association of America.

[9] Fauvel, J., & Van Maanen, J. (Eds.). (2000). History in mathematics education. Dordrecht, theNetherlands: Kluwer Academic Publishers.

[10] Katz, V. (2000). Using history to teach mathematics: an international perspective. USA: The Mathematical Association of America.

[11] Radford, L. & Guerette, G. (2000). Second degree equations in the classroom: a Babylonian approach. In Katz, V. (Ed), Using history to teach mathematics: an international perspective (pp. 69-75). USA: The Mathematical Association of America.

[12] Radford, L. (1996). The roles of geometry and arithmetic in the development of algebra: Historical remarks from a didactic perspective. In Approaches to algebra (pp. 39-53). Springer Netherlands.

[13] Katz, V. J. (1997). Algebra and its teaching: An historical survey. The Journal of Mathematical Behavior, 16(1), 25-38.

[14] Hǿyrup, J. (1990a). Algebra and naive geometry. An investigation of some basic aspects of old babylonian mathematical thought. Altorientalische Forschungen, 17, 27-69.

[15] [15] Hǿyrup, J. (1990b). Algebra and naive geometry. An investigation of some basic aspects of old babylonian mathematical thought II. Altorientalische Forschungen, 17, 262-254.

[16] [16]Sumardyono. (2012). “Pemanfaatan Sejarah Matematika

di Sekolah”.

http://p4tkmatematika.org/2012/08

/pemanfaatan-sejarah-matematika-di-sekolah/ (diakses tanggal 15 Juni

2013).

[17] Gravemeijer, K., & Cobb, P. (2006). Design research from a

learning design

perspective. Educational design research, 17-51.

[18] Fachrudin, A. D., Ilma, R., & Darmawijoyo, D. (2014). BUILDING

STUDENTS’UNDERSTANDING OF QUADRATIC EQUATION

CONCEPT USING NAÏVE

GEOMETRY. Journal on Mathematics Education, 5(02).

Gambar

Tabel 1. Gambaran Umum Pembelajaran  Persamaan Kuadrat Melalui Metode Naïve

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan nilai rata-rata yang cukup signifikan dengan selisih nilai 11.70000 menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa anak di TK favorit juga lebih baik daripada

Penerimaan tunai usaha tani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan semua produk usaha, yaitu perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual... 19 Pengeluaran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pekerja pengupasan Karika Dieng diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan kejadian dermatitis kontak sebelum dan sesudah

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa gugus yang berperan terhadap pengikatan ion Cu(II), adalah gugus S-H dan gugus –OH dari silanol, yang ditunjukkan dengan

Upaya apa sajakah yang dilakukan oleh sekolah, dalam hal ini kepala sekolah untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam penerapan nilai toleransi antarumat beragama

MenetapKan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI CIANJUR NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT ORGANISASI DI

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah pada penelitian ini adalah :”Bagaimanakah implementasi pembelajaran matematika

Dari hasil laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawasan tutup buku tahun 2013, ada beberapa point yang dapat disimpulkan yaitu :. Anggota koperasi di beri pinjaman maksimal