• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III SOLUSI BISNIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III SOLUSI BISNIS"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

SOLUSI BISNIS

3.1 Alternatif Solusi Bisnis

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Unit Usaha Penyertaan Modal pada BPR di Koperasi XYZ ini mengalami masalah dimana hampir semua BPR mengalami kerugian. Oleh karena itu, Koperasi harus dihadapkan pilihan, apakan Koperasi tetap melakukan investasi pada seluruh BPR yang telah ada atau justru mulai melakukan perampingan dengan memilih berinvestasi pada BPR yang dinilai potensial berkembang dan menghasilkan profit yang tinggi.

Untuk mencapai sebuah keputusan tersebut Koperasi sebaiknya menganalisis penilaian kinerja BPR dengan beberapa metode, yang diharapkan bisa mendapatkan gambar yang menyeluruh dari keadaan kinerja BPR-BPR tersebut. Metode-metode yang digunakan untuk menganalisis adalah Metode CAMEL, Metode Matriks BCG dan Metode EVA. Masing-masing metode akan dijelaskan lebih lanjut pada sub bab berikutnya. Berikut ini adalah diagram alir dari metoda yang dilakukan pada proyek akhir ini:

(2)
(3)

Pada Diagram Alir diatas dapat dilihat, bahwa hasil dari proyek akhir akan terdapat 3 kelompok BPR yaitu BPR Sehat & Bisa Berkembang, BPR Cukup/Kurang Sehat Namun Bisa Berkembang serta BPR Yang Tidak Sehat dan Tidak Bisa Berkembang.

Dalam kelompok yang pertama yaitu Kelompok BPR yang Sehat & Bisa Berkembang adalah Kelompok dimana BPR memiliki penilaian yang selalu baik dari hasil ketiga metoda yang dilakukan. Dari hasil ketiga metoda BPR tidak memiliki hasil yang negatif atau nilai yang kecil atau tidak memilki portfolio yang buruk. Sehingga nantinya BPR merupakan BPR yang sebaiknya tetap dipertahankan oleh Koperasi XYZ.

Dalam kelompok yang kedua yaitu Kelompok BPR yang Cukup/Kurang Sehat Namun Bisa Berkembang adalah Kelompok dimana BPR memiliki nilai yang tidak selalu baik atau fluktuatif. Namun dari pergerakan nilai yang fluktuatif atau tidak stabil terdapat kecenderungan nilai/grafik yang naik, sehingga diharapkan nanti BPR yang masuk ke kelompok terus mengalami perkembangan yang baik. BPR yang masuk di dalam Kelompok ini, sebaiknya tetap dipertahankan dan tetap dilakukan pengawasan sehingga BPR bisa tetap melakukan kinerja yang baik.

Dalam kelompok yang terakhir yaitu Kelompok BPR yang Tidak Sehat dan Tidak Bisa Bekembang adalah Kelompok dimana BPR memiliki nilai yang tidak baik terus menerus. Sehingga bisa disimpulkan bahwa BPR yang masuk ke dalam kelompok ini sebaiknya dilepas atau dilakukan penarikan investasi.

3.1.1 Penilaian Tingkat Kesehatan dengan Metode CAMEL

Metode CAMEL adalah metode yang menganalisa faktor kesehatan suatu bank dari faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas serta likuiditas. Metode ini sudah lama diterapkan dan telah menjadi dasar suatu bank dapat

(4)

Pada metoda CAMEL terdapat beberapa langkah yang dilakukan, yaitu pertama dengan melakukan penentuan rasio serta kriteria, dimana dalam tahap ini rasio serta kriteria-kriterianya telah ditentukan oleh Bank Indonesia, yaitu kriteria permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas. Pada tahap kedua yaitu pembobotan, dimana dalam tahap ini masing-masing kriteria memiliki nilai bobot tersendiri. Setelah dilakukan perhitungan CAMEL, selanjutnya BPR ini akan dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang selanjutnya akan dilakukan analisis. Berikut ini adalah diagram alir dari metoda CAMEL:

(5)
(6)

Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana menghitung tingkat kesehatan suatu bank, karena Koperasi melakukan penyertaan modal di 27 BPR, maka sebaiknya diambil salah satu contoh perhitungannya pada BPR BDT-6 yang Laporan Keuangan serta Laporan Kinerjanya terlihat pada gambar dibawah ini:

(7)

Tabel 3.2 Laporan Kinerja BPR BDT-6

3.1.1.1Faktor Permodalan

(8)

7,9% sampai 8% dapat dikelompokkan kurang sehat dan bagi BPR yang memiliki nilai lebih kecil dari 7,9%, maka BPR tersebut berhak mendapatkan predikat tidak sehat pada faktor permodalan.

Berikut ini adalah cara menghitung Faktor Permodalan pada BPR BDT-6 tahun 2005:

(9)

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa BPR BDT-6 memiliki nilai ratio modal yang tinggi yaitu 16,22%, jauh diatas syarat minimal modal yang dimiliki oleh BPR yaitu 8% dari ATMR. Sehingga dari rasio modal BPR BDT-6 ini memiliki nilai 100, dan BPR BDT-6 mendapatkan predikat sehat dari sektor permodalan. Faktor permodalan ini memiliki bobot sebesar 30% pada penilaian akhir nantinya.

3.1.1.2Faktor Kualitas Aktiva Produktif

Faktor kualitas aktiva produktif terbagi menjadi dua yaitu rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan dan rasio Penyisisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Masing-masing memiliki bobot 25% dan 5% pada penilaian akhir. Masing-masing juga memiliki nilai kredit minimum 0 dan maksimum 100. Berikut ini adalah tabel bobot kredit dan predikat kesehatan Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan serta rasio PPAP.

Tabel 3.4 Bobot Nilai Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan

Tabel 3.5 Bobot Nilai Rasio PPAPYD

Dari Faktor Aktiva Produktif ini bisa dilihat apakah suatu bank dapat memberikan aktiva yang produktif, makin banyak aktiva yang tidak produktif maka BPR tersebut harus menyediakan lebih banyak dana untuk PPAP karena intinya PPAP adalah dana yang disiapkan oleh BPR untung menanggung resiko dari macetnya kredit yang diberikan kepada nasabah. Berikut ini merupakan tabel untuk melakukan

(10)

Tabel 3.6 Perhitungan Kualitas Aktiva Produktif

Dari perhitungan aktiva produktif dapat dilihat bahwa kredit yang diberikan BPR BDT-6 ini banyak mengalami kredit macet sehingga, PPAP yang wajib dibentuk oleh BPR ini pun makin tinggi, namun BPR ini hanya bisa membentuk senilai Rp 129.269.000.000 dari Rp 1.553.894.000.000,- yang wajib dibentuk. Dari rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan BPR BDT-6 juga tidak menunjukkan angka yang baik. BPR ini memiliki nilai 25,07% yang jauh dari batas predikat sehat yaitu antara 7,5%

(11)

3.1.1.3Faktor Manajemen

Dalam penilaian faktor manajemen, terdapat dua komponen yaitu penilaian atas manajemen umum dan penilaian atas manajemen resiko yang masing-masing memiliki bobot 10%. Pada penilaian faktor manajemen ini, BPR diberikan sejumlah pertanyaan mengenai manajemen secara umum maupun manejemen resikonya. Terdapat 25 pertanyaan untuk manajemen umum dan 15 pertanyaan untun menajemen resiko. Berikut ini adalah contoh tabel penilaia atas manajemen umum dan manajemen resiko:

(12)
(13)

total nilai untuk faktor manajemen BPR BDT-6 adalah 38. Berapakah nilai kredit yang pantas diberikan kepada BPR ini dengan hasil tersebut. Berikut ini adalah tabel bobot nilai kredit dan predikat kesehatan faktor Manajemen:

Tabel 3.9 Bobot Nilai Kredit dan Predikat Kesehatan Faktor Manajemen

Dari tabel diatas, dengan BPR BDT-6 yang hanya memiliki 38 point maka dapat disimpulkan bahwa dari faktor manajemen lagi-lagi BPR ini mendapatkan kelompok tidak sehat.

3.1.1.4Faktor Rentabilitas

Pada faktor rentabilitas juga memiliki dua buah komponen yaitu komponen Rasio Laba sebelum pajak terhadap Volume usaha dan komponen Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Faktor Rentabilitas memiliki bobot 10% dalam perhitungan dan masing-masing komponen ini memiliki bobot 5%.

Berikut ini adalah perhitungan komponen rasio laba sebelum pajak terhadap volume usaha dan tabel nilai kredit dan predikat:

(14)

Tabel 3.10 Rasio Laba Terhadap Asset (ROA)

Tabel 3.11 Nilai Kredit dan Predikat Rasio Laba Sebelum Pajak Terhadap Volume Usaha

Dari perhitungan ROA dan melihat tabel nilai kredit dari rasio Laba sebelum pajak terhadap volume usaha, maka BT BDT-6 ini untuk ketiga kali mendapatkan predikat yang tidak sehat. Hal ini dilihat bahwa nilai rasio tersebut minus yang berarti BPR ini mengalami kerugian sebesar 26,10%, sehingga nilai kredit yang diberikan adalah nol.

Komponen selanjutnya adalah rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Berikut ini adalah perhitungan dan tabel nilai kredit rasio tersebut:

(15)

Tabel 3.12 Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional

Tabel 3.13 Nilai Kredit dan Predikat Rasio Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional

Dari penilai tabel diatas, BPR ini memiliki nilai rasio BOPO hingga 830,85%, yang artinya BPR ini memiliki biaya operasional yang jauh melebihi pendapatannya sehingga bisa dipastikan mengapa pada rasio sebelumnya BPR ini mengalami kerugian. Karena nilai rasio BOPO yang mendapatkan kelompok tidak sehat maka nilai kredit dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional adalah nol.

3.1.1.5Faktor Likuiditas

Faktor terakhir pada penilaian dengan metode CAMEL adalah faktor likuiditas. Pada faktor ini dapat dilihat tingkat kelikuidtan suatu BPR. Faktor likuiditas ini juga terbagi menjadi dua komponen yaitu komponen rasio alat likuid terhadap hutang lancar serta komponen kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. Yang dimaksud dengan alat likuid adalah kas dan penanaman dana BPR pada bank lain dalam bentuk giro dan

(16)

Tabel 3.14 Perhitungan Rasio Alat Likuid terhadap Hutang Lancar

Tabel 3.15 Perhitungan Rasio Kredit terhadap Dana yang diterima Bank

Dapat dilihat pada tabel bahwa BPR BDT-6 ini memiliki nilai yang bagus pada rasio hutang lancar. Hal ini berarti BPR BDT-6 ini masih sanggup menbayar kewajibannya atau hutang jangka pendeknya. Dari Rasio kredit terhadap dana yang diterima bank, BPR ini juga memiliki nilai yang bagus, karena pinjaman yang diberikan kepada nasabah masih mencukupo dari dana yang diterima oleh BPR itu sendiri.

(17)

Untuk melihat nilai kredit dari masing-masing rasio, berikut ini adalah tabel nilai kredit dan predikat dari rasio Alat Likuid terhadap hutang lancar dan rasio Kredit terhadap dana yang diterima:

Tabel 3.16 Nilai Kredit dan Predikat Rasio Alat Likuid Terhadap Hutang Lancar

Tabel 3.17 Nilai Kredit dan Predikat Rasio Kredit terhadap Dana Yang Diterima

3.1.1.6Nilai CAMEL

Setelah melakukan perhitungan dari beberapa faktor, selanjutnya faktor tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan total nilai CAMEL. Hasil penilaian Tingkat Kesehatan dapat dikelompokkan menjadi emapt seperti yang dijelaskan pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.18 Nilai Pengelompokan CAMEL

Kelompok Nilai Kredit

Sehat 81 – 100

Cukup Sehat 66 – 80

Kurang Sehat 51 – 65

Tidak Sehat 0 – 50

Berikut ini merupakan penilaian tingkat kesehatan BPR BDT-6 yang sebelumnya faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas serta likuiditasnya telah dihitung.

(18)

Tabel 3.19 Penilaian Keseluruhan.

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa BPR BDT-6 ini memiliki nilai yang rendah yaitu 45,42 sedangkan suatu BPR dikelompokkan sehat jika memiliki nilai lebih dari 81. Jika kita lihat lebih lanjut, BPR ini memilki nilai kredit yang penuh dikelompok permodalan serta likuiditas namun mendapatkan nilai rendah di kualitas aktiva produktif, manajemen serta rentabilitas. Berarti BPR ini tidak dapat melakukan secara optimal dana yang didapatkan, hal ini bisa dilihat dari tingginya nilai kredit yang dikelompokkan macet seperti yang kita lihat pada perhitungan aktiva produktif.

3.1.1.7Nilai CAMEL Keseluruhan

Untuk melihat kinerja seluruh BPR 3 tahun belakang, berikut ini adalah tabel perhitungan nilai CAMEL 27 BPR pada tahun 2004, 2005 dan 2006.

(19)
(20)
(21)
(22)

3.1.2 Penilaian dengan Metode Boston Consulting Group Matrix

Metode Boston Consulting Group Matriks merupakan metode dimana jenis usaha dibagi menjadi empat kuadran yaitu, Star, Cash cow, Qeustion Mark dan Dog.

Matriks ini memiliki koordinat y yang diwakilkan dengan tingkat kemampuan suatu perusahaan berkembang, sedangkan pada koordinat x diwakilkan oleh nilai relative market share terhadap kompetitor terbesar. Masing-masing kelompok ini memiliki karakterisktik dari tersendiri. Untuk kelompok Star adalah dimana suatu usaha atau bisnis memiliki nilai growth yang tinggi serta nilai relatif market share yang tinggi pula.

Gambar 3.3 Matriks BCG

Namun dalam penerapan matriks BCG pada penilaian kinerja BPR tidak berdasarkan market share namun berdasarkan profit yang dihasilkan oleh masing-masing BPR. Dengan ini Koperasi bisa melihat BPR mana yang mengalami pertumbuhan yang baik serta juga mengalami profit. Sebaliknya juga, Koperasi dapat juga mengetahui BPR mana saja yang mengalami kemunduran dan kerugian, sehingga Koperasi pada akhirnya dapat menentukan BPR mana saja yang pantas dilakukan penyertaan modal.

Growth

High

Low

(23)

Berikut ini adalah diagram alir dari analisis metoda Matriks Boston Consulting Group:

(24)

Selanjutnya akan digambarkan pada masing-masing BPR selama 3 tahun berturut-turut pergerakan BPR pada matriks tersebut, dan selanjutnya akan dilakukan pengelompokan pada masing-masing BPR.

Berikut ini adalah gambar matriks BCG yang menggambarkan keadaan BPR pada tahun 2004:

Gambar 3.5 Matriks BCG BPR tahun 2004

(25)

dalam kuadran yang bermasalah seperti Dog memberikan arti bahwa investasi Koperasi pada penyertaan modal BPR tidak sia-sia. Namun diantar banyak BPR yang mengalami kinerja yang baik, ada satu BPR yang letaknya mencuri perhatian yaitu BPR BDT-6, dimana letaknya sangat diujung dari kuadran Dog, yang berarti juga ia memilki kerugian yang sangat tinggi namun tidak mengalami perkembangan dari segi assetnya. Hal ini perlu ditinjau lebih lanjut oleh Koperasi mengenai kinerja yang sebenarnya dari BPR BDT-6 ini.

Berikut ini adalah gambar Matriks BCG yang menggambarkan keadaan BPR pada tahun 2005:

(26)

Pada tahun 2005 mulai terjadi pergerakan di dalam matriks ini, banyak BPR-BPR yang tadinya di dalam kuadran Star pindah ke kuadran dog dan question mark. Hal ini sangat jelas terlihat karena banyak BPR yang tidak mengalami perkembangan dan diikuti oleh profit yang menurun bahkan merugi. Pada tahun ini terlihat menghilangnya BPR yang masuk kedalam kuadran Cash cow yang pada tahun lalu terdapat 4 BPR. Pada tahun ini banyak BPR yang berada di dalam kuadran Dog mencapai 10 BPR, BPR-BPR ini tidak mengalami perkembangan dan tidak mendapatkan profit.

Berikut ini adalah gambar Matriks BCG yang menggambarkan keadaan BPR pada tahun 2006:

(27)

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa hampir seluruh BPR berada di dalam kuadran question mark yang berarti juga perlu ditanyakan. BPR-BPR ini mengalami kenaikan dalam asset namun tidak memperoleh profit, sehingga kenaikan asset berbanding terbalik dengan penurunan profit. Pada matriks diatas juga bisa dilihat bahwa hanya 4 BPR yang berada di dalam kuadran star dan masih banyak juga BPR yang berada di dalam kuadran dog. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian khusus bagi Koperasi terhadap BPR-BPR dimana mereka menginvestasikan dana mereka.

3.1.3 Penilaian dengan Metode EconomicAddedValue

EVA atau Economic Added Value merupakan suatu metode yang populer pada akhir tahun 1980an, yang dipopulerkan oleh Stern Stewart & Co. Menurut Stern EVA merupakan indikator internal yang mengukur tingkat kekayaan para pemegang saham yang diciptakan atau dimusnahkan oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Dengan metode EVA, sebuah perusahaan dapat mengukur seberapa efisien operasional suatu perusahaan menggunakan modal untuk menciptakan nilai tambah. Berikut ini adalah diagram alir Metoda EVA:

(28)

Gambar 3.8 Diagram Alir Metoda EVA

(29)

perusahaan tersebut. Untuk menentukan nilai EVA dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

EVA = “Net Operating Profit After Tax” - (Equity Capital x % Cost of Equity Capital)

Dari singkatan NOPAT itu sendiri, NOPAT adalah Laba bersih dari operasi setelah pajak, dimana laba tersebut didapatkan dari operasional suatu perusahaan setelah pajak, namun laba tersebut belum membiayai biaya-biaya dan masukan-masukan pembukuan yang bukan tunai.

Dalam menghitung % Cost of Equity Capital, dilakukan perhitungan CAPM

(Capital Asset Pricing Model). Metode CAPM adalah metoda yang biasanya digunakan

untuk mengukur cost of equity dari perusahaan yang telah go public. Berikut ini adalah Rumus CAPM:

Kj = Rf + ß (Rm – Rf) Dimana:

Kj = Required Return on Common Stock

Rf = Risk Free Rate Return

ß = Koefisien beta/ tingkat keelastisan perusahaan terhadap pasar

Rm = Return Market / Tingkat Pengembalian Pasar

Data pertama yang kita perlukan adalah nilai koefisien Beta yang merupakan nilai keelastisan perusahaan terhadap pasar. Namun nilai koefisien Beta hanya dimiliki oleh perusahaan yang telah memiliki saham atau go public. BPR merupakan bank yang kecil yang belum go public, oleh karena itu untuk mendapatkan nilai koefisien beta dalam perhitungan ini digunakan nilai koefisien beta Bank yang telah go public. Dari seluruh bank yang telah go public akan dipilih 3 bank yang memiliki asset terendah yang telah go public lebih dari 3 tahun ke belakang. Bank yang terpilih adalah Bank

(30)

Suku Bunga Bank Indonesia digunakan sebagai Risk Free Rate dalam perhitungan ini. Nilai SBI yang digunakan untuk perhitungan tahun 2006 adalah SBI 7 Desember 2006 senilai 9,75%, untuk tahun 2005, SBI 6 Desember 2005 yang senilai 12,75%, dan SBI untuk tahun 2004 senilai 13%. Data tersebut didapatkan dari situs resmi Bank Indonesia.

Untuk menghitung nilai Risk Premium diperlukan nilai IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) setiap tahunnya. Nilai IHSG yang digunakan adalah nilai kenaikan IHSG pada setiap tahunnya. Nilai ini bisa didapat dari publikasi resmi yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta pada setiap akhir tahun. Pada tahun 2004 Risk Premium

memiliki nilai 31.6%, pada tahun 2005 bernilai 3.64% dan pada tahun 2006 45.35%. Pada tahun 2006 nilai Risk Premium Sangat tinggi karena IHSG mengalami kenaikan yang sangat drastis namun SBI mengalami penurunan sampai 9.75%. Surat resmi publikasinya BEJ dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini adalah contoh perhitungan dari EVA:

(31)

Tabel diatas merupakan salah satu perhitungan EVA BPR pada tahun 2004. dapat dilihat BPR ini memiliki nilai minus yang berarti BPR tidak memberikan value

added kepada koperasi selaku pemberi investasinya. Selain itu net income yang dimiliki

oleh BPR juga terlalu kecil tidak melebihi dari Risk Free Rate dan nilai koefisien beta yang cukup besar sehingga tidak bisa menghasilkan nilai EVA yang positif. Berikut ini adalah tabel nilai EVA dari keseluruhan BPR yang dimiliki Koperasi:

(32)

3.2 Analisis Solusi Bisnis

Setelah melakukan perhitungan kinerja dengan menggunakan tiga metode, dilakukan analisis dari masing-masing metode. Diharapkan dengan analisis ini, mempermudah dalam pengambilan keputusan untuk memilah BPR yang baik dengan BPR yang mengalami kemunduran serta terus merugi. Hasil dari masing-masing analisis dari masing-masing metode, selanjutnya akan melakukan analisis keseluruhan. Dari analisis secara keseluruhan, didapatkan pengelompokkan BPR yang terdiri dari BPR yang sehat dan bisa berkembang, BPR yang kurang sehat dan bisa berkembang serta BPR yang tidak sehat serta tidak bisa berkembang.

3.2.1 Analisis Metode CAMEL

Dari perhitungan CAMEL pada BPR tahun 2004 sampai 2006 dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat serta tidak sehat. Pada tahun 2004, di rayon Bodetabek terdapat 5 bank kelompok sehat, 1 BPR kelompok kurang sehat dan 1 BPR kelompok tidak sehat. Sedangkan pada rayon Bandung, Yogyakarta, Surakarta dan Padang semua BPR mendapatkan kriteria sehat, sedangkan pada Rayon Semarang terdapat 2 BPR yang mendapatkan kelompok sehat dan 2 mendapatkan kelompok kurang sehat. Pada Rayon Medan juga, terdapat 1 BPR yang sehat dan 1 BPR yang tidak sehat. Berikut ini adalah tabel pengelompokan BPR dengan metode CAMEL pada tahun 2004:

Tabel 3.25 Pengelompokkan BPR tahun 2004

Kelompok Jumlah BPR Nama BPR

Sehat 22 BPR BDT-1, BDT-2, BDT-3, BDT-5, BDT-7, BDG-1, BDG-2, BDG-3, YGY-1, YGY-2, YGY-3, YGY-4, YGY-5, YGY-6, SKT-1, SKT-2, SKT-3, SKT-4, PDG-1, SMR-1, SMR-4, dan MDN-1

Cukup Sehat - -

Kurang Sehat 3 BPR BDT-4, SMR-2, dan SMR-3.

(33)

sehat. Hal ini mungkin dilatarbelakangi, dengan sebagian besar saham BPR dibeli oleh pihak Z. Masuknya pihak Z, banyak kasus-kasus perbankan pun diungkap sehingga kinerja sesungguhnya dari BPR-BPR ini pun terungkap. Berikut ini adalah tabel pengelompokan BPR untuk tahun 2005:

Tabel 3.26 Pengelompokan BPR Tahun 2005

Kelompok Jumlah BPR Nama BPR

Sehat 5 BPR BDG-3, SKT-1, SKT-2, SKT-4, dan SMR-4

Cukup Sehat 6 BPR BDT-3, BDG-1, SMR-1, YGY-3, YGY-6, dan PDG-1

Kurang Sehat 9 BPR BDT-1, BDT-2, BDT-4, BDT-7, BDG-2, YGY-2, YGY-4, YGY-5 dan MDN-1

Tidak Sehat 7 BPR BDT-5, BDT-6, SMR-3, SMR-4, YGY-1, SRK-3, dan MDN-2

Pada tahun 2006, jumlah yang sehat pun makin berkurang, menjadi tinggal 1 BPR saja, banyak BPR yang masuk ke dalam kelompok kurang sehat, namun juga ada beberapa BPR yang sebelumnya masuk pada kelompok kurang sehat pindah ke kelompok cukup sehat. Jumlah BPR kelompok tidak sehat naik menjadi 9 BPR, hal ini menunjukka secara umum bahwa masih kurang baiknya kinerja secara keseluruhan dari BPR-BPR ini. Berikut ini adalah tabel pengelompokan BPR pada tahun 2006.

Tabel 3.27 Tabel Pengelompokan BPR Tahun 2006

Kelompok Jumlah BPR Nama BPR

Sehat 1 BPR BDG-3,

Cukup Sehat 4 BPR SMR-2, SMR-3, YGY-1, dan MDN-1

Kurang Sehat 13 BPR BDT-1, BDT-2, BDT-3, BDT-4, BDT-6, BDT-7, SMR-1, YGY-2, YGY-5, SRK-1, SRK-2, SRK-3, dan MDN-2

Tidak Sehat 9 BPR BDT-5, BDG-1, BDG-2, SMR-4, YGY-3, YGY-4, YGY-6, SRK-2, dan PDG-1

(34)

analisis grafik dari penilaian CAMEL selama 3 tahun, dari analisi grafik ini, kita bisa lihat BPR mana yang dalam kelompok sehat dan bisa berkembang, BPR mana yang cukup/kurang sehat namun bisa berkembang dan BPR mana yang layak dilepas oleh BPR.

Selanjutnya BPR-BPR ini akan dikelompokkan menjadi 3 Kelompok yaitu: 1. Kelompok Sehat dan Bisa Berkembang

Kelompok ini terdiri dari BPR yang memiliki grafik nilai yang baik selama 3 tahun berturut-turut, walaupun mengalami penurunan namun nilai CAMELnya termasuk kelompok sehat atau memiliki nilai CAMEL lebih dari 81 point.

2. Cukup/Kurang Sehat namun Bisa Berkembang

Kelompok ini terdiri dari BPR yang memiliki grafik nilai yang mengalami penurunan maupun kenaikan. Kelompok ini memiliki BPR yang mengalami penurunan selama 2 tahun berturut-turut namun pada tahun ketiga mengalami perbaikan atau kenaikan nilai atau BPR yang mengalami nilai yang stabil pada level nilai sedang yaitu berkisar antara 51 sampai 80 point

3. Tidak Sehat dan Tidak Bisa Berkembang

Kelompok ini terdiri dari BPR yang memiliki grafik yang terus menurun selama 3 tahun berturut-turut, dan BPR yang memiliki nilai dibawah 51 point.

(35)

Berikut ini adalah grafik nilai CAMEL selama 3 tahun tiap BPR dipisahkan menurut rayon: 1. Rayon Bodetabek BPR BDT-1 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 BPR BDT-2 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 Gambar 3.9 BPR BDT-1 Gambar 3.10 BPR BDT-2 BPR BDT-3 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 BPR BDT-4 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 Gambar 3.11 BPR BDT-3 Gambar 3.12 BPR BDT-4 BPR BDT-5 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 BPR BDT-6 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 Gambar 3.13 BPR BDT-5 Gambar 3.14 BPR BDT-6 BPR BDT-7 40.00 60.00 80.00 100.00

(36)

Dari ketujuh gambar grafik ini dapat dilihat bahwa ada beberapa BPR yang mengalami penurunan selama 3 tahun berturut-turut, namun ada juga BPR yang mengalami penurunan namun bisa mengalami peningkatan lagi walaupun hanya sedikit. Jika BPR mengalami penurunan selama 3 tahun berturut-turut maka BPR tersebut dikelompokkan menjadi BPR yang tidak sehat dan tidak berkembang. Namun walaupun pada kelompok kurang sehat namun menunjukkan peningkatan, BPR akan dimasukkan ke dalam kelompok yang bisa berkembang. Dari analisis grafik, maka pada rayon ini pengelompokan BPR menjadi:

Tabel 3.28 Pengelompokan BPR Rayon Bodetabek

Kelompok Jumlah BPR Nama BPR

Sehat & Bisa Berkembang - -

Cukup/Kurang Sehat namun Bisa Berkembang 3 BPR BDT-2, BDT-4 dan BDT-6 Tidak Sehat dan Tidak Bisa Berkembang 4 BPR BDT-1, BDT-3, BDT-5 dan

BDT-7 2. Rayon Bandung BPR BDG-1 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 BPR BDG-2 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 Gambar 3.16 BPR BDG-1 Gambar 3.17 BPR BDG-2 BPRBDG-3 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006

(37)

Dari ketiga grafik diatas, dapat dilihat bahwa hanya BPR BDG-3 saja yang masuk ke kelompok sehat dan berkembang, 2 BPR lainnya masuk ke dalam kelompok tidak sehat dan tidak berkembang. Hal ini bisa dilihat BDG-1 mengalami penurunan drastis pada tahun 2006 walau pada tahun 2005 sempat dinilai BPR yang sehat. BPR BDG-2 dari grafik dapat dilihat bahwa BPR tersebut mengalami penurunan secara konstan dari tahun ke tahun. Berikut ini tabel pengelompokan BPR pada rayon Bandung:

Tabel 3.29 Pengelompokan BPR Rayon Bandung

Kelompok Jumlah BPR Nama BPR

Sehat & Bisa Berkembang 1 BPR BDG-3

Cukup/Kurang Sehat namun Bisa Berkembang - -

Tidak Sehat dan Tidak Berkembang 2 BPR BDG-1 dan BDG-2

3. Rayon Semarang BPR SMR-1 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 BPR SMR-2 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 Gambar 3.19 BPR SMR-1 Gambar 3.20 BPR SMR-2 BPR SMR-3 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 BPR SMR-4 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006

(38)

Dari keempat gambar grafik ini dapat dilihat bahwa ada beberapa BPR yang mengalami penurunan selama 3 tahun berturut-turut, namun ada juga BPR yang mengalami penurunan namun bisa mengalami peningkatan lagi yang cukup signifikan. Jika BPR mengalami penurunan selama 3 tahun berturut-turut maka BPR tersebut dikelompokkan menjadi BPR yang tidak sehat dan tidak berkembang. Namun walaupun pada kelompok kurang sehat namun menunjukkan peningkatan, BPR akan dimasukkan ke dalam kelompok yang bisa berkembang. Dari analisis grafik, maka pada rayon ini pengelompokan BPR menjadi:

Tabel 3.30 Pengelompokan BPR Rayon Semarang

Kelompok Jumlah BPR Nama BPR

Sehat & Bisa Berkembang - -

Cukup/Kurang Sehat namun Bisa Berkembang 2 BPR SMR-2 dan SMR-3

Tidak Sehat dan Tidak Berkembang 2 BPR SMR-1 dan SMR-4

4. Rayon Yogyakarta BPR YGY-1 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 BPR YGY-2 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006

Gambar 3.23 BPR YGY-1 Gambar 3.24 BPR YGY-2

BPR YGY-3 40.00 60.00 80.00 100.00 BPR YGY-4 40.00 60.00 80.00 100.00

(39)

BPR YGY-5 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 BPR YGY-6 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006

Gambar 3.27 BPR YGY-5 Gambar 3.28 BPR YGY-6

Dari keenam gambar grafik ini dapat dilihat bahwa ada 3 BPR yang mengalami penurunan selama 3 tahun berturut-turut, namun hanya ada 1 BPR yang mengalami penurunan namun bisa mengalami peningkatan lagi yang cukup signifikan sehingga bisa masuk ke kelompok yang sehat dan bisa berkembang. Jika BPR mengalami penurunan selama 3 tahun berturut-turut maka BPR tersebut dikelompokkan menjadi BPR yang tidak sehat dan tidak berkembang. Namun walaupun pada kelompok kurang sehat namun menunjukkan peningkatan, BPR akan dimasukkan ke dalam kelompok yang bisa berkembang. Dari analisis grafik, maka pada rayon ini pengelompokan BPR menjadi:

Tabel 3.31 Pengelompokan BPR Rayon Yogyakarta

Kelompok Jumlah BPR Nama BPR

Sehat & Bisa Berkembang 1 BPR YGY-1

Cukup/Kurang Sehat namun Bisa Berkembang 2 BPR YGY-3, YGY-5

Tidak Sehat dan Tidak Berkembang 3 BPR YGY-2, YGY-4 dan YGY-6

5. Rayon Surakarta BPR SRK-1 40.00 60.00 80.00 100.00 BPRSRK-2 40.00 60.00 80.00 100.00

(40)

BPR SRK-3 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 BPR SRK-4 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 Gambar 3.31 BPR SRK-3 Gambar 3.32 BPR SRK-4

Dari keenam grafik diatas terdapat 1 BPR yang mengalami peningkatan jumlah nilai CAMEL, yaitu BPR SRK-3. Sedangkan BPR SRK-1 dan SRK-4 mengalami penurunan selama 3 berturut-turut, namun nilai CAMEL mereka masuk kedalam kelompok cukup sehat, dimana nantinya diharapkan bisa mengalami kenaikan sehingga kedua BPR tersebut masuk kedalam kelompok kedua yaitu, BPR yang cukup/kurang sehat dan bisa berkembang. Berikut ini tabel pengelompokan BPR pada rayon Surakarta:

Tabel 3.32 Pengelompokan BPR Rayon Surakarta

Kelompok Jumlah BPR Nama BPR

Sehat & Bisa Berkembang - -

Cukup/Kurang Sehat namun Bisa Berkembang 3 BPR SRK-1, SRK-3 dan SRK-4

Tidak Sehat dan Tidak Berkembang 1 BPR SRK-2

6. Rayon Padang BPR PDG-1 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

(41)

Dari grafik diatas terlihat BPR PDG-1 yang mengalami penurunan selama 3 tahun berturut-turut. Penurunan paling drastis terjadi pada tahun 2006 yang turun hampir 60 point. Hal ini membuat BPR PDG-1 masuk kedalam kelompok tidak sehat dan tidak berkembang, dilihat dari jumlah point terakhir, dapat dirasakan akan membutuhkan kinerja yang sangat baik untuk masuk ke kelompok kurang sehat. Berikut ini tabel pengelompokan BPR pada rayon Padang:

Tabel 3.33 Pengelompokan BPR Rayon Padang

Kelompok Jumlah BPR Nama BPR

Sehat & Bisa Berkembang - -

Cukup/Kurang Sehat namun Bisa Berkembang - -

Tidak Sehat dan Tidak Berkembang 1 BPR PDG-1

7. Rayon Medan BPR MDN-1 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 BPR MDN-2 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 2004 2005 2006 Gambar 3.34 BPR MDN-1 Gambar 3.35 BPR MDN-2

Dari kedua grafik diatas dapat terlihat bahwa kedua BPR di dalam rayon ini mengalami kenaikan walaupun pada BPR MDN-1 sempat mengalami penurunan. Jika kita melihat BPR MDN-2, BPR tersebut mengalami kemajuan cukup pesat, perlahan namun pasti BPR MDN-2 terus menanjak. Walaupun saat ini BPR-MDN-2 masuk ke dalam kelompok kurang sehat, namuan dengan mengalami kemajuan 3 tahun ke

(42)

Tabel 3.34 Pengelompokan BPR Rayon Medan

Kelompok Jumlah BPR Nama BPR

Sehat & Bisa Berkembang - -

Cukup/Kurang Sehat namun Bisa Berkembang 2 BPR MDN-1 dan MDN-2

Tidak Sehat dan Tidak Berkembang - -

Setelah melakukan pengelompokkan pada masing-masing rayon, selanjutnya pengelompokkan itu digabungkan, sehingga Koperasi dapat melihat secara keseluruhan analisis dari Metode CAMEL ini. Secara keseluruhan terdapat 14 BPR yang masuk ke dalam kelompok Tidak Sehat dan Tidak Berkembang, jumlah ini adalah setengah dari jumlah BPR yang modalnya disertakan oleh Koperasi. Hal ini berarti setengah dari investasi Koperasi di BPR mengalami kerugian. Sebaliknya BPR yang dimasukkan kedalam kelompok sehat dan berkembang hanya 2 BPR saja, dan sisanya masuk kedalam kelompok Cukup/Kurang sehat namun bisa berkembang. Untuk lebih jelas melihat analisis CAMEL secara keseluruhan, berikut ini adalah Tabel Pengelompokkan BPR seluruhnya:

Tabel 3.35 Pengelompokan BPR Seluruhnya

Kelompok Jumlah BPR Nama BPR

Sehat & Bisa Berkembang 2 BPR BDG-3 dan YGY-1 Cukup/Kurang Sehat namun

Bisa Berkembang

12 BPR BDT-2, BDT-4, BDT-6, SMR-2, SMR-3, YGY-3, YGY-5, SRK-1, SRK-3, SRK-4, MDN-1, dan MDN-2

Tidak Sehat dan Tidak Berkembang

13 BPR BDT-1, BDT-3, BDT-5, BDT-7, BDG-1, BDG-2, SMR-1, SMR-4, YGY-2, YGY-3, YGY-4, YGY-6, SRK-2, dan PDG-1

Dari metode CAMEL ini, Koperasi disarankan untuk menarik investasi nya pada BPR-BPR yang masuk ke dalam kelompok Tidak Sehat dan Tidak Berkembang. Karena ke empat belas BPR tersebut dinilai akan mengalami kerugian secara terus menerus dan

(43)

3.2.2 Analisis Metode Boston Consulting Group

Pada analisis metode Boston Consulting Group ini dilihat pergerakan masing-masing BPR tiap tahunnya, dilihat sampai mana ia berpindah, dan kemungkinan untuk pindah ke kuadran yang baik.

1. BPR BDT-1

Gambar 3.36 Matriks BCG BDT-1

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa BPT BDT-1 ini masuk ke dalam kelompok question mark yang berarti ia memiliki growth namun mengalami kerugian. Ia bisa berpindah masuk kedalam kelompok star bila ia tetap mempertahankan growth

dan menutupi kerugian yang terjadi. Kemungkinan ini bisa terjadi karena bisa dilihat nilai kerugiannya cukup rendah. Maka, BPR ini dinilai cukup sehat dan bisa berkembang

(44)

2. BPR BDT-2

Gambar 3.37 Matriks BCG BDT-2

Gambar diatas dapat dilihat BDT-2 ini mengalami pergerakan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini berarti sistem kinerja dari BPR ini masih belum stabil atau mungkin ada beberapa faktor lain yang membuat ia memiliki growth yang tinggi namun pada sisi lain ia memiliki kerugian yang tinggi juga. Untuk berpindah ke dalam kuadran star, BPR ini tampaknya memerlukan kerja keras untuk menghilangkan kerugian yang tinggi tersebut dan mempertahan growth yang ia punya. Maka BPR ini dinilai tidak sehat dan tidak bisa berkembang.

3. BPR BDT-3

Gambar diatas dapat dilihat BDT-3 ini mengalami pergerakan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini berarti sistem kinerja dari BPR ini masih belum stabil atau mungkin ada beberapa faktor lain yang membuat ia memiliki growth yang

(45)

menghilangkan kerugian yang tidak cukup besar. Maka BPR ini dinilai kurang sehat dan bisa berkembang.

Gambar 3.38 Matriks BCG BDT-3

4. BPR BDT-4

Gambar dibawah dapat dilihat BDT-4 ini mengalami pergerakan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Namun pergerakan yang signifikan ini menunjukkan hasil yang positif dimana dari tahun ke tahun ia mengalami pengurangan kerugian dan

growth yang cenderung stabil. Diharapkan BPR BDT-4 ini dapat berpindah ke dalam

kuadran star, BPR ini tampaknya memerlukan sedikit kerja keras dengan menghilangkan kerugian yang tidak cukup besar. Maka BPR ini dinilai kurang sehat dan bisa berkembang.

(46)

Gambar 3.39 Matriks BCG BDT-4

(47)

Dari gambar diatas terlihat jelas BPR ini mengalami penurunan kinerja yang sangat drastis dan tampaknya akan sangat berat bagi BPR ini kembali ke kuadran star. BPR ini mengalami penurunan kinerja maupun profit yang pada akhirnya BPR ini masuk ke dalam kuadran yang dog. Maka, BPR ini tidak sehat dan tidak bisa berkembang.

6. BPR BDT-6

Gambar 3.41 Matriks BCG BDT-6

Dari gambar diatas dapat diihat jika BPR ini tidak mengalami kemajuan yang berarti dan selalu mengalami kerugian yang tinggi. Ini berarti kinerja dari BPR ini sangat buruk jika dibandingkan dengan yang lain. Maka, BPR ini dinilai tidak sehat dan tidak bisa berkembang.

7. BPR BDT-7

(48)

ini tampaknya memerlukan kerja keras dengan menghilangkan kerugian yang cukup besar. Maka, BPR ini dinilai tidak sehat dan tidak bisa berkembang.

Gambar 3.42 Matriks BCG BDT-7

8. BPR BDG-1

Dari gambar dibawah terlihat jelas BPR ini mengalami penurunan kinerja yang sangat drastis dan tampaknya akan sangat berat bagi BPR ini kembali ke kuadran star. Karena mereka tidak mengalami growth dari tahun ke tahun dan terus mengalami kerugian yang makin bertambah. Maka, BPR ini dinilai tidak sehat dan tidak bisa berkembang.

(49)

Gambar 3.43 Matriks BCG BDG-1

9. BPR BDG-2

Dari gambar dibawah terlihat jelas BPR ini mengalami penurunan kinerja yang sangat drastis dan tampaknya akan sangat berat bagi BPR ini kembali ke kuadran star. Karena mereka tidak mengalami growth dari tahun ke tahun dan terus mengalami kerugian yang makin bertambah. Maka BPR ini dinilai tidak sehat dan tidak bisa berkembang.

(50)

Gambar 3.44 Matriks BCG BDG-2

10. BPR BDG-3

Sejauh ini, BPR BDG-3 ini lah tetap bertahan di kuadran star. Walaupun BPR ini tidak memiliki nilai growth yang cukup tinggi, namun BPR ini dapat menghasilkan

growth yang tinggi. BPR ini memiliki kinerja yang baik dan sebaiknya

mempertahankan agar BPR ini tetap dalam kuadran star dengan meningkatkan profit serta terus berkembang. Maka, BPR ini dinilai cukup sehat dan bisa berkembang.

(51)

Gambar 3.45 Matriks BCG BDG-3

11. BPR SMR-1

Pada gambar dibawah bisa dilihat bahwa BPR ini mengalami penurunan profit

serta tidak mengalami growth. Namun BPR ini setidaknya masih memiliki nilai plus karena BPR ini masih di dalam kuadran star, dan ada baiknya BPR ini mulai waspada terhadap hasil kinerja karena BPR ini sangat berpotensial untuk pindah ke kuadra

question mark atau pun ke kuadran dog karena posisi terakhirnya ada garis dimana nilai

(52)

.

Gambar 3.46 Matriks BCG SMR-1

12. BPR SMR-2

BPR ini mengalami kerugian terus menerus namun mengalami growth yang cukup signifikan terutama pada tahun 2006. Sebaiknya pada BPR ini dilakukan sistem kerja yang lebih baik. Dan tampaknya akan sulit untuk BPR ini berpindah ke kuadra

star, mengingat kerugian mereka yang cukup tinggi. Maka, BPR ini dinilai tidak sehat dan tidak bisa berkembang.

(53)

Gambar 3.47 Matriks BCG SMR-2

(54)

BPR ini mengalami kerugian terus menerus namun mengalami growth walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun 2005. Pada tahun 2006 BPR ini mengalami peningkatan dengan berhasil mengurangi kerugian dan menaikkan nilai growth dari BPR ini. Sebaiknya pada BPR ini tetap menjaga kinerjanya dan berusaha menghilangkan hutang sehingga mereka bisa berpindah masuk ke kuadran star. Maka, BPR ini dinilai kurang sehat dan bisa berkembang.

14. BPR SMR-4

BPR ini mengalami pengurangan dalam jumlah profit dari tahun ke tahun. Tahun 2004 dan 2005 BPR ini bisa dikelompokkan BPR yang sehat karena memiliki

growth yang positif dan profit. Pada tahun 2006 BPR ini memiki growth yang positif

namun negatif dalam profit. Diharapkan BPR ini bisa mengurangi loss mereka karena tidak dalah jumlah besar dan mempetahankan growth mereka. Maka, BPR ini dinilai kurang sehat tapi dinilai bisa berkembang.

(55)

15. BPR YGY-1

BPR ini mengalami kerugian selama 2 tahun berturut namun mengalami growth

yang positif selama 3 tahun kebelakang. Dikhawatirkan pada tahun berikutnya BPR ini akan mengalami loss yang lebih besar melihat pergerakan BPR ini cenderung menuju ke kuadran kanan. Maka, BPR ini dinilai tidak sehat dan tidak bisa berkembang.

Gambar 3.50 Matriks BCG YGY-1

16. BPR YGY-2

BPR ini mengalami growth yang positif pada tahun 2005 namun mengalami penurunan pada tahun 2006. Dari matriks diatas bisa dilihat jug bahwa BPR ini mengalami kerugian yang terus bertambah. Sehingga bisa dinilai bahwa BPR ini tidak sehat dan tidak bisa berkembang karena melihat grafik yang cenderung menuju ke kuadran dog. Maka, BPR ini dinilai tidak sehat dan tidak bisa berkembang.

(56)

Gambar 3.51 Matriks BCG YGY-2

17. BPR YGY-3

BPR ini mengalami pergerakan yang cukup kecil, hal ini dapat dilihat dari nilai

growth mereka. Walaupun cenderung menurun namun BPR ini bisa mempertahankan

untuk tidak mengalami kerugian yang besar. BPR ini memiliki kesempatan untuk lebih baik jika mereka mengurangi kerugian mereka dan mencoba menaikkan nilai growth

(57)

Gambar 3.52 Matriks BCG YGY-3

18. BPR YGY-4

BPR ini mengalami pergerakan yang signifikan terutama dari tahun 2004 menuju tahun 2005. BPR ini mengalami kerugian yang begitu besar dan mengalami penurunan growth yang tinggi juga. Namun pada tahun 2006 mereka berhasil menaikkan nilai growth mereka namun tidak berhasil menghilangkan kerugian mereka. BPR ini dinilai tidak sehat dan tidak bisa berkembang.

(58)

Gambar 3.53 Matriks BCG YGY-4

19. BPR YGY-5

(59)

BPR ini sempat mengalami pergerakan yang sangat drastis karena mengalami kerugian yang sangat besar yang membuat mereka berada di dalam kuadra dog, namun pada tahun 2006 BPR ini bisa memperbaiki kinerja mereka dengan menghasilkan profit

yang besar. Sehingga BPR ini dinilai BPR yang sehat dan bisa berkembang.

20. BPR YGY-6

BPR ini mengalami pergerakan tidak stabil, pada tahun 2005 BPR ini mengalami kemunduran sehingga BPR ini pun masuk kedalam kuadran dog. Jika dilihat dari segi profit, BPR ini memiliki kerugian yang tidak begitu besar, sehingga diharapkan BPR ini bisa berkembang walaupun dinilai kurang sehat.

Gambar 3.55 Matriks BCG YGY-6

21. BPR SRK-1

(60)

Gambar 3.56 Matriks BCG SRK-1

22. BPR SRK-2

(61)

BPR ini juga tidak mengalami pergerakan yang signifikan dan dapat disimpulkan jika BPR ini cenderung terus mengalami kerugian. Sehingga BPR ini dinilai tidak sehat dan tidak bisa berkembang.

23. BPR SRK-3

Gambar 3.58 Matriks BCG SRK-3

BPR ini mengalami pengurangan dalam jumlah profit dari tahun ke tahun. Dari tahun 2005 menuju 2006 BPR ini bisa dikelompokkan BPR yang sehat karena memiliki growth yang positif namun tidak dalam profit, BPR ini terus mengalami penurunan profit.. Pada tahun 2006 BPR ini memiki growth yang positif namun negatif dalam profit. Diharapkan BPR ini bisa mengurangi loss mereka karena tidak dalah jumlah besar dan mempetahankan growth mereka. BPR kurang sehat dan dinilai tidak bisa berkembang.

.

24. BPR SRK-4

(62)

kuadran yang lebih tidak baik yaitu kuadra dog. Sehingga BPR ini dinilai tidak sehat dan tidak bisa berkembang.

Gambar 3.59 Matriks BCG SRK-4

25. BPR PDG-1

BPR ini juga mengalami kerugian terus menerus, namun mengalami pergerakan yang stabil pada kenaikan growth. Growth yang paling tinggi dialami pada tahun 2006 mencapai lebih dari 1. Sebaiknya BPR ini mulai mencoba meningkat profit mereka. BPR ini dinilai tidak sehat dan tidak bisa berkembang.

(63)

Gambar 3.60 Matriks BCG PDG-1

(64)

BPR ini mengalami pengurangan dalam jumlah profit dari tahun ke tahun. Dari tahun 2005 menuju 2006 BPR ini bisa dikelompokkan BPR yang sehat karena memiliki growth yang positif namun tidak dalam profit, BPR ini terus mengalami penurunan profit.. Pada tahun 2006 BPR ini memiki growth yang positif namun negatif dalam profit. Diharapkan BPR ini bisa mengurangi loss mereka karena tidak dalah jumlah besar dan mempetahankan growth mereka. BPR kurang sehat dan dinilai tidak bisa berkembang.

27. BPR MDN-2

Dari gambar dibawah dapat diihat jika BPR ini tidak mengalami kemajuan yang berarti dan selalu mengalami kerugian yang tinggi. Ini berarti kinerja dari BPR ini sangat buruk jika dibandingkan dengan yang lain. BPR ini tidak sehat dan tidak bisa berkembang.

(65)

Setelah melakukan analisa disetiap BPR makan didapatkan analisa keseluruhan dari metoda ini. Analisa Keseluruhan dari Matriks BCG dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 3.36 Pengelompokkan Metoda BDG Matriks

Kelompok Jumlah BPR Nama BPR

Sehat & Bisa Berkembang 2 BPR SMR-1, BDG-3 Cukup/Kurang Sehat namun

Bisa Berkembang

8 BPR BDT-1, BDT-3, BDT-4, SMR-3, SMR-4, YGY-3, YGY-5, YGY-6

Tidak Sehat dan Tidak Berkembang

17 BPR BDT-2, BDT-5, BDT-6, BDT-7, BDG-1, BDG-2, SMR-2, YGY-1, YGY-2, YGY-4, SRK-1, SRK-2, SRK-3, SRK-4, PDG-1, MDN-1, dan MDN-2

3.2.3 Analisis Metode EconomicAddedValue

Selama tiga tahun berturut-turut hampir seluruh EVA BPR-BPR ini memiliki nilai yang negatif. Ini berati hampir seluruh BPR ini tidak memberika added value ke koperasi. Pada tahun 2004 masih cukup banyak EVA yang bernilai postif namun pada tahun berikutnya semua bernilai negatif. Jika dirata-ratakan, nilai eva seluruhnya adalah negatif.

Faktor utama yang membuat EVA negatif adalah banyak BPR-BPR yang mengalami kerugian yang cukup besar selain itu nilai beta yang diambil juga merupakan nilai eva bank yang memiliki asset yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan BPR yang hanya bank kecil dan berasset kecil. Dari analisis metoda EVA ini semua BPR yang dimiliki oleh koperasi dinilai tidak memiliki added value dan sebaiknya koperasi berhenti melakukan investasi pada seluruh BPR-BPR ini. Dalam pengelompokan, seluruh BPR masuk kedalam kelompok tidak sehat dan tidak berkembang. Untuk melihat nilai-nilai EVA disetiap BPR berikut ini adalah tabel nilai EVA:

(66)
(67)

3.2.4 Kesimpulan

Untuk melihat hasil keseluruhan, berikut ini ditampilkan lagi hasil kesimpulan masing-masing metoda dalam menganalisa kinerja BPR.

Pada Metoda CAMEL, terdapat 2 BPR yang masuk dalam kelompok sehat dan bisa berkembang yaitu BPR BDG-3 dan YGY-1. BPR ini harus tetap dipertahankan oleh Koperasi. BPR-BPR yang masuk ke dalam kelompok selanjutnya, kelompok Cukup/Kurang Sehat Namun Bisa Berkembang, merupakan BPR yang juga bisa tetap dipertahankan oleh Koperasi namun dengan beberapa catatan dimana BPR yang berada di kelompok ini perlu mengalami suatu perbaikan agar kinerja dari BPR ini bisa terus meningkat dan menghasilkan profit yang besar bagi Koperasi. BPR yang masuk ke dalam kelompok terakhir atau kelompok yang paling buruk, merupakan BPR-BPR yang tidak memiliki kinerja terburuk dari seluruh BPR yang dimiliki oleh Koperasi. Oleh karena itu, sebaiknya Koperasi melepaskan penyertaan modal kepada BPR-BPR yang masuk ke dalam kelompok terakhir ini. Berikut ini adalah Tabel Nilai CAMEL Keseluruhan:

Tabel 3.38 Nilai CAMEL Keseluruhan

Kelompok Jumlah BPR Nama BPR

Sehat & Bisa Berkembang 2 BPR BDG-3 dan YGY-1 Cukup/Kurang Sehat namun

Bisa Berkembang

11 BPR BDT-2, BDT-4, BDT-6, SMR-2, SMR-3, YGY-5, SRK-1, SRK-3, SRK-4, MDN-1, dan MDN-2

Tidak Sehat dan Tidak Berkembang

14 BPR BDT-1, BDT-3, BDT-5, BDT-7, BDG-1, BDG-2, SMR-1, SMR-4, YGY-2, YGY-3, YGY-4, YGY-6, SRK-2, dan PDG-1

Pada Metoda Boston Consulting Group, terdapat dua BPR yang masuk kedalam kelompok BPR yang Sehat dan Berkembang, jumlah sama dengan Metode CAMEL diatas. Namun pada Metoda BCG ini, BPR yang masuk ke dalam kelompok Tidak Sehat dan Tidak Bisa Berkembang lebih banyak dibandingkan dengan metode

(68)

Tabel 3.39 Nilai Matriks BCG Keseluruhan

Kelompok Jumlah BPR Nama BPR

Sehat & Bisa Berkembang 2 BPR SMR-1, BDG-3 Cukup/Kurang Sehat namun

Bisa Berkembang

8 BPR BDT-1, BDT-3, BDT-4, SMR-3, SMR-4, YGY-3, YGY-5, YGY-6

Tidak Sehat dan Tidak Berkembang

17 BPR BDT-2, BDT-5, BDT-6, BDT-7, BDG-1, BDG-2, SMR-2, YGY-1, YGY-2, YGY-4, SRK-1, SRK-2, SRK-3, SRK-4, PDG-1, MDN-1, dan MDN-2

Pada metoda Economic Added Value (EVA) seluruh nilai EVA BPR adalah negatif, hal ini menunjukkan buruknya kinerja dari seluruh BPR. Dikarenakan seluruh nilai EVA adalah negatif maka untuk menghasilkan pengelompokkan BPR, metoda EVA tidak menjadi bahan pertimbangan. Namun EVA tetap menjadi suatu analisa tersendiri bagi Koperasi untuk melakukan investasi selanjutnya.

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa untuk melakukan pengelompokkan akhir dari seluruh BPR ini merupakan kesimpulan analisa dari kedua metoda yaitu metoda CAMEL dan metoda Matriks BCG. Dari kedua metoda ini dapat ditarik kesimpulan, BPR yang memiliki kinerja yang baik serta tetap mengalami keuntungan serta BPR mana saja yang mengalami kerugian terus menerus. Namun jika dilihat lebih teliti, kedua metoda ini tidak memiliki hasil yang sama persis. Untuk melakukan pengelompokan akhir maka digunakan pengelompokan dengan melakukan sistem pengelompokkan irisan. Bagi BPR yang selalu masuk ke dalam kelompok Sehat dan Bisa Berkembang di kedua metoda maka di hasil akhir akan masuk ke dalam kelompok Sehat dan Bisa Berkembang. BPR yang selalu masuk dalam kelompok Tidak Sehat dan Tidak bisa berkembang pada kedua metoda maka di hasil akhirnya nanti akan masuk ke dalam kelompok Tidak Sehat dan Tidak Bisa Berkembang. BPR yang tidak masuk kedalam dua kelompok diatas akan masuk ke dalam kelompok BPR Cukup/Kurang Sehat namun Bisa Berkembang.

(69)

BPR BDT-5, BPR BDT-7, BPR BDG-1, BDG-2, BPR YGY-2, BPR YGY-4, BPR SRK-2 dan BPR PDG-1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.40 Nilai BPR Akhir

Kelompok Jumlah BPR Nama BPR

Sehat & Bisa Berkembang 1 BPR BDG-3 Cukup/Kurang Sehat namun

Bisa Berkembang

18 BPR BDT-1, BDT-2, BDT-3, BDT-4, BDT-6, SMR-1, SMR-2, SMR-3, SMR-4, YGY-1, YGY-3, YGY-5, YGY-6, SRK-1, SRK-3, SRK-4, MDN-1 dan MDN-2

Tidak Sehat dan Tidak Berkembang

8 BPR BDT-5, BDT-7, BDG-1, BDG-2, YGY-2, YGY-4, SRK-2, dan PDG-1

(70)

Gambar

Tabel 3.6 Perhitungan Kualitas Aktiva Produktif
Tabel 3.7 Penilaian Atas Manajemen Umum
Tabel 3.9 Bobot Nilai Kredit dan Predikat Kesehatan Faktor Manajemen
Tabel 3.11 Nilai Kredit dan Predikat Rasio Laba Sebelum Pajak Terhadap Volume Usaha
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan untuk paket tersebut diatas, maka dengan ini kami mengumumkan Pemenang dan Pemenang Cadangan untuk paket tersebut diatas sebagai berikut

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan untuk paket tersebut diatas, maka dengan ini kami mengumumkan Pemenang dan Pemenang Cadangan untuk paket tersebut diatas sebagai berikut

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dapat Meningkatkan

• Proses komunikasi yang terjadi dalam masyarakat pada umumnya terjadi bisa dengan berkomunikasi dalam diri sendiri, dengan dua orang, dengan kelompok atau dalam masyarakat yang

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kombimasi enhancer pada sediaan transdermal patch ekstrak etanol lada hitam (Piper nigrum L.).. Perlu

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dinas Kelautan dan Perikanan untuk pekerjaan Pengadaan agro input ikan nila dan bandeng yang Anggarannya bersumber dari APBK Tahun Anggaran 2014

Demikian pengumuman ini, untuk diketahui oleh seluruh Peser1a

1.. Melihat kasus yang terjadi di atas maka dari itu kami selaku mahasiswa Universitas Negeri Semarang mempunyai ide dan gagasan untuk dapat membuka peluang usaha dengan cara