• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KADER DENGAN PELAKSANAAN POSYANDU BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PACITAN KABUPATEN PACITAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KARAKTERISTIK KADER DENGAN PELAKSANAAN POSYANDU BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PACITAN KABUPATEN PACITAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Karakteristik Kader Dengan Pelaksanaan Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pacitan Kabupaten Pacitan 1

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KADER DENGAN PELAKSANAAN POSYANDU BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PACITAN

KABUPATEN PACITAN Aneka Pramita Sari (030112b003) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo

Program Studi D IV Kebidanan

ABSTRAK

Latar Belakang : Posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat

dalam upaya pelayanan kesehatan dari oleh untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh kader. Karakteristik kader seperti umur, pendidikan, pekerjaan, lama menjadi kader dapat mempengararuhi pelaksanaan Posyandu.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik kader dengan

pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan pendekatan

cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 50 responden. Pengambilan sampel menggunakan Non Probability Sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Analisa bivariat menggunakan uji Chi Square dengan nilai α=0,05.

Hasil : Hasil penelitan menunjukkan responden berumur > 35 tahun lebih banyak yaitu 60,0%

(30 responden) p value 0,366. Sebagian besar berpendidikan menengah (SLTA) yaitu 84,0% (42 responden) p value 0,030. Responden sebagai ibu rumah tangga lebih banyak yaitu 76,0% (38 responden) p value 0,321. Sebagian responden telah menjadi kader selama 3 – 5 tahun 50,0% (25 responden) p value 0,040. Sehingga ada hubungan antara tingkat pendidikan dan lama menjadi kader dengan pelaksanaan Posyandu balita.

Simpulan : Ada hubungan antara tingkat pendidikan kader dan lama menjadi kader dengan

pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

Kata kunci : Umur, Pendidikan, Pekerjaan, lama menjadi kader, pelaksanaan Posyandu Kepustakaan : 34 (2002 – 2012)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dikatakan bahwa tujuan pembangunan nasional yakni tercapainya kemampuan hidup sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tahap pembangunan Nasional. Untuk

mencapai tujuan tersebut maka

diselenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, murah, dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat. Salah satu upaya pemerintah di bidang kesehatan yang sedang digalakkan untuk menjembatani antara upaya-upaya pelayanan kesehatan professional dan non

professional yang dikembangkan oleh masyarakat dan keluarga yakni melalui Pos Pelayanan Terpadu yang dikenal dengan sebutan Posyandu (Depkes RI, 2009).

Posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari oleh untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh kader. Kader yang ditugaskan adalah warga setempat yang telah dilatih Puskesmas (Meilani, 2009). Upaya pemerintah dalam mengaktifkan kader Posyandu telah dituangkan dalam surat edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor :411.3/116/SJ tanggal 13 Juni 2000, yang merupakan pedoman Bupati/Walikota di Indonesia tentang revitalisasi Posyandu. Dimana diharapkan akan mengembalikan kerja Posyandu dan keaktifan-keaktifan kader di dalamnya (Depkes RI, 2005).

(2)

Namun kenyataan di lapangan menunjukan masih ada Posyandu yang mengalami keterbatasan kader, yaitu tidak semua kader aktif dalam setiap kegiatan Posyandu sehingga pelayanan tidak berjalan lancar. Menurut Hemas, (2005) dalam Pinem (2010) pada beberapa tahun terakhir ini, tingkat kinerja dan partisipasi kader Posyandu dirasakan menurun dari 43,3% menjadi 36,2%, hal ini disebabkan antara lain karena krisis ekonomi yang semakin memburuk dari tahun ke tahun, kejenuhan kader dengan rutinitas yang monoton setiap bulannya, kurang dihayati dan kurang menarik karena kader merasa pekerjaannya tersebut mudah sehingga mereka tidak terlalu tertarik untuk melaksanakannya serta jarang dikunjungi oleh tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat sehingga kader tersebut kurang termotivasi. Sedangkan kader yang berusia <20 tahun masih lebih mementingkan kepentingan pribadinya sebagai anak muda, sehingga tidak bertanggung jawab terhadap perannya.

Jika seorang kader berusia < 20 tahun maka pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki masih sangat sedikit dan cara bersosialisasi dalam masyarakat juga masih kurang. Sedangkan umur > 35 tahun dimana seorang wanita sudah masuk dalam masa penurunan produktivitasnya, hal ini disebabkan karena keterampilan fisik seperti kecepatan, kelenturan, kekuatan dan koordinasi akan menurun dengan bertambahnya umur (Arini, 2012).

Tingkat pendidikan yang rendah juga mempengaruhi dalam pelaksanaan Posyandu, dimana dalam perekrutan kader tidak ada batasan minimal tingkat pendidikan yaitu SMA, melainkan hanya sukarelawan yang dapat membaca dan menulis. Padahal makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangannya. Sehingga informasi mengenai perkembangan Posyandu akan lebih mudah untuk di dapatkan (Arini, 2012).

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Indarwati (2012), dengan judul “Hubungan Peran serta Kader dengan Pelaksanaan Posyandu Balita”, yang

dilaksanakan di Desa Tawengan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan peran serta kader dengan pelaksanaan posyandu balita. Diperoleh nilai tau sebesar 0,611 (0,611>2,58) dengan p. value sebesar 0,0001 (0,0001 < 0,05).

Berdasarkan studi pendahuluan tanggal 13 November 2013 diperoleh data di Kelurahan Pucangsewu, Kabupaten Pacitan terdapat 20 orang kader, dimana para kader berusia < 20 tahun sebanyak 3 orang (15%), 20-35 tahun sebanyak 7 orang (35%) dan yang berusia > 35 tahun sebanyak 10 orang (50%).

Hasil wawancara dengan Bidan Kelurahan Pucangsewu Kabupaten Pacitan didapatkan bahwa saat pelaksanaan Posyandu balita kader yang hadir hanya 1-3 orang di masing-masing Posyandu. Kader yang hadir tidak menyiapkan alat dan bahan, tidak mengundang dan menggerakan ibu balita untuk datang ke Posyandu, 6 orang ibu balita (60%) dari 10 ibu mengatakan bahwa kader tidak memberikan pelayanan penyuluhan kesehatan bagi mereka.

Hal ini dibuktikan ketika penulis mendatangi salah satu Posyandu yang sedang berjalan, didapatkan hasil hanya 3 orang kader yang hadir dari 5 orang kader yang dimiliki Posyandu tersebut. Sehingga mempengaruhi sistem 5 meja yang kurang berjalan lancar, dimana meja pendaftaran dan penimbangan digabung menjadi satu meja. Meja pencatatan dan penyuluhan juga digabung menjadi satu meja dan meja yang satu lagi digunakan untuk pemberian makanan tambahan. Padahal seharusnya terdapat 1 orang kader yang menjaga setiap mejanya. Sehingga para kader di Posyandu tersebut tidak dapat bekerja secara optimal.

Hasil wawancara dengan 3 kader tersebut didapatkan informasi bahwa 2 orang kader lulusan SMP dan 1 orang kader lulusan SMA. Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan kader dalam melakukan pelaksanaan Posyandu. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.

Peran kader Posyandu sangat pokok dalam pelaksanaan Posyandu, maka ada

(3)

Hubungan Karakteristik Kader Dengan Pelaksanaan Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pacitan Kabupaten Pacitan 3

hal yang mempengaruhi praktek kader dalam pelayanannya. Karakteristik sangat berpengaruh pada perilakunya yaitu antara lain umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan lama menjadi kader. Setiap pelaksanaan kegiatan Posyandu peran petugas kesehatan dan bidan lebih menonjol daripada peran kader padahal posyandu merupakan swadana masyarakat sehingga diharapkan kader dapat berperan lebih aktif untuk memberikan pelayanan sesuai tugas dan fungsinya. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai hubungan karakteristik kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

1. Umur kader di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%) < 20 ≥ 20 3 47 6,0 94,0 Jumlah 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden berumur ≥ 20 tahun sebanyak 47 responden (94,0%).

2. Pendidikan kader di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan Pendidikan Frekuensi Persentase (%) Dasar Menengah-Tinggi 6 44 12,0 88,0 Jumlah 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan menengah-tinggi (SLTA dan Perguruan Tinggi) sebanyak 44 responden (88,0%).

3. Pekerjaan kader di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

IRT Bekerja 38 12 76,0 24,0 Jumlah 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden ibu rumah tangga sebanyak 38 responden (76,0%).

4. Lama menjadi kader di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Lama Menjadi Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Lama menjadi

kader (tahun) Frekuensi Persentase (%) < 3 ≥ 3 6 25 12,0 88,0 Jumlah 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden telah menjadi kader selama ≥ 3 tahun sebanyak 25 responden (88,0%).

5. Pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Posyandu Balita Di Wilayah kerja

Puskesmas Pacitan

Kabupaten Pacitan

Pelaksanaan Frekuensi Persentase

(%) Tidak lengkap Lengkap 33 17 66,0 34,0 Jumlah 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 bahwa sebagian besar pelaksanaan posyandu oleh kader tidak lengkap dalam memberikan pelayanan di meja I sampai meja IV sebanyak 33 responden (66,0%).

(4)

Analisis Bivariat

1. Hubungan umur kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Tabel 4.6 Hubungan Umur Kader dengan Pelaksanaan Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Umur (tahun)

Pelaksanaan Posyandu

Jumlah

p value

Tidak lengkap Lengkap

f % f % f % < 20 ≥ 20 2 31 66,7 66,0 1 16 33,3 34,0 3 47 100,0 100,0 1,000 Jumlah 33 66,0 17 34,0 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa persentase responden yang tidak lengkap dalam melaksanakan Posyandu dan berumur ≥ 20 tahun yaitu 66,0% (31 responden) lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berumur < 20 tahun yaitu 66,7% (2 responden).

Berdasarkan uji chi square dapat dilihat bahwa nilai p = 1,000 (p >0,05) yang artinya Ha ditolak sehingga tidak ada hubungan antara umur kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan. 2. Hubungan tingkat pendidikan kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja

Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Tabel 4.7 Hubungan Tingkat Pendidikan Kader dengan Pelaksanaan Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Pendidikan

Pelaksanaan Posyandu

Jumlah

p value

Tidak lengkap Lengkap

f % f % f % Dasar Menengah-Tinggi 6 7 100,0 64,3 0 17 0 38,6 6 44 100,0 100,0 0,083 Jumlah 33 66,0 17 34,0 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 persentase responden yang tidak lengkap melaksanakan Posyandu dan berpendidikan dasar yaitu 100,0% (6 responden) lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berpendidikan menengah-tinggi yaitu 64,3% (7 responden).

Berdasarkan uji chi square dapat dilihat bahwa nilai p = 0,083 (p > 0,05) yang artinya Ha ditolak sehingga tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

3. Hubungan pekerjaan kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Tabel 4.8 Hubungan Pekerjaan Kader dengan Pelaksanaan Posyandu Balita Di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Pekerjaan

Pelaksanaan Posyandu

Jumlah

p value

Tidak lengkap Lengkap

f % f % f % IRT Bekerja 27 6 71,1 50,0 11 6 28,9 50,0 38 12 100,0 100,0 0,294 Jumlah 33 66,0 17 34,0 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 persentase responden yang tidak lengkap melaksanakan Posyandu dan tidak bekerja yaitu 71,1% (27 responden) lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang bekerja yaitu 50,0% (6 responden).

Berdasarkan uji chi square dapat dilihat bahwa nilai p = 0,294 (p > 0,05) yang artinya Ha ditolak sehingga tidak ada hubungan antara pekerjaan kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

(5)

Hubungan Karakteristik Kader Dengan Pelaksanaan Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pacitan Kabupaten Pacitan 5

4. Hubungan lama manjadi kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

Tabel 4.9 Hubungan Lama Menjadi Kader dengan Pelaksanaan Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Lama Menjadi Kader

Pelaksanaan Posyandu

Jumlah

p value

Tidak lengkap Lengkap

f % f % f % < 3 ≥ 3 6 27 100,0 61,4 0 17 0 38,6 6 44 00,0 00,0 0,083 Jumlah 33 66,0 17 34,0 50 00,0

Berdasarkan tabel 4.9 responden yang tidak lengkap dalam melaksanakan Posyandu dan lama menjadi kader < 3 tahun yaitu 100,0% (6 responden) lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang lama menjadi kader > 3 tahun yaitu 61,4% (27 responden).

Berdasarkan uji chi square dapat dilihat bahwa nilai p = 0,083 (p > 0,05) yang artinya Ha ditolak sehingga tidak ada hubungan antara lama manjadi kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

PEMBAHASAN

Analisis Univariat

1. Umur Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berumur ≥ 20 tahun sebanyak 47 responden (94,0%). Umur kader sebagian besar adalah lebih dari 35 tahun disebabkan menjadi kader biasanya adalah seseorang yang secara umur telah dianggap dewasa dan menjadi kader jangka waktunya lama.

Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak mulai lahir sampai dengan batas akhir hidupnya. Umur kader yang berada pada rentang < 3 tahun biasanya menjadi kader kurang dari 5 tahun dan merupakan regenerasi dari kader yang sudah lama atau penambahan kader baru. Pemilihan kader pada umur yang masih muda biasanya bagi wanita yang telah menikah dan sukarela menjadi kader.

Hasil penelitian sama dengan penelitian Sari dan Indarwati tahun 2012 dengan judul hubungan peran serta kader dengan pelaksanaan posyandu balita

dengan hasil penelitian diketahui bahwa dari 35 responden umur ibu yang paling banyak adalah 20-35 tahun yaitu sebanyak 28 responden (80%) dan umur >35 tahun sebanyak 7 responden (20%).

2. Pendidikan Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berpendidikan menengah-tinggi (SLTA dan perguruan tinggi) sebanyak 44 responden (88,0%). Pendidikan pada penelitian ini kebanyakan lanjutan karena pendidikan sekarang menuntut seseorang tidak hanya sampai pendidikan dasar saja.

Pada penelitian ini masih ada kader yang berpendidikan dasar tetapi mampu melaksanakan fungsinya sebagai kader sehingga diperbolehkan menjadi kader. Pendidikan adalah upaya persuasif atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan atau praktik untuk memelihara (mengatasi

masalah) dan meningkatkan

kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap (langgeng) karena didasari oleh kesehatan. Memegang kelemahan dan pendekatan kesehatan ini adalah hasil lamanya karena perubahan perilaku melalui proses pembelajaran yang pada umumnya memerlukan waktu lama (Arini, 2012).

Hasil penelitian sama dengan penelitian Sari dan Indarwati tahun 2012 dengan judul hubungan peran serta kader

(6)

dengan pelaksanaan posyandu balita dengan hasil penelitian diketahui bahwa dari 35 responden pendidikan ibu yang paling banyak adalah menengah yaitu sebesar 30 responden (85,7%), selanjutnya berpendidikan dasar yaitu 4 responden (11,4%) dan berpendidikan tinggi 1 responden (2,9%).

3. Pekerjaan Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden ibu rumah tangga sebanyak 38 responden (76,0%). Sebagian besar kader adalah ibu rumah tangga disebabkan ibu rumah tangga lebih banyak waktunya untuk menjadi kader dan melaksanakan kegiatan posyandu dibandingkan ibu bekerja. Ibu memilih menjadi ibu rumah tangga dan tidak bekerja disebabkan pertimbangan suami telah memenuhi kebutuhan rumah tangga serta ibu harus mengurus rumah tangga.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Maretha tahun 2011 dengan judul tanggapan kader terhadap kunjungan masyarakat di posyandu serta faktor-faktor yang berhubungan di puskesmas jatimulya kecamatan tambun selatan kabupaten bekasi tahun 2011, dengan hasil penelitian sebagian besar responden kader tidak bekerja sebanyak 47 responden (62,7%) dan kader bekerja sebanyak 28 responden (37,3%).

Pada penelitian ini masih ada kader yang bekerja disebabkan kader membantu ekonomi rumah tangganya. Lamanya seseorang bekerja dapat berkaitan dengan pengalaman yang didapat di tempat kerjanya. Apabila seorang kader, maka ia tidak akan mempunyai waktu yang cukup untuk melaksanakan kegiatan Posyandu. Salah satu syarat calon kader adalah wanita yang mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan semua tugas kader yang telah ditetapkan, dimana kegiatan Posyandu biasanya dilaksanakan pada hari dan jam kerja (Depkes RI, 2006).

4. Lama Menjadi Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden telah menjadi kader selama ≥ 3 tahun sebanyak 44 responden (88,0%). Menurut Widiastuti (2009) yang mengutip pendapat Sondang (2004) bahwa seseorang dalam bekerja akan lebih baik hasilnya bila memiliki ketrampilan dalam melaksanakan tugas dan ketrampilan seseorang dapat terlihat pada lamanya seseorang bekerja. Begitu juga dengan kader Posyandu, semakin lama seseorang bekerja menjadi kader Posyandu maka ketrampilan dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan Posyandu akan semakin meningkat sehingga nantinya partisipasi kader dalam kegiatan Posyandu akan semakin baik.

5. Pelaksanaan Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar pelaksanaan Posyandu oleh kader tidak lengkap sebanyak 33 responden (66,0%), sedangkan yang lengkap sebanyak 17 responden (34,0%). Pemanfaatan pelayanan kesehatan di Posyandu oleh masyarakat sangat ditentukan oleh peran kader sebagai penggerak yang mendapatkan dukungan dari tokoh masyrakat (TOMA) dan petugas kesehatan. Hal tersebut dikarenakan salah satu tugas utama kader adalah menggerakan masyarakat untuk datang ke Posyandu. Dukungan tokoh masyarakat (kepala desa) kepada kader Posyandu sangat penting, hal ini disebabkan karena tokoh masyarakat tersebut merupakan tokoh yang paling disegani dan yang paling berpengaruh di wilayah tersebut. Dukungan dan anjuran dari tokoh masyarakat merupakan salah satu bentuk motivasi dan semangat bagi kader Posyandu dalam menjalankan tugasnya dalam kegiatan Posyandu (Sucipto, 2009).

(7)

Hubungan Karakteristik Kader Dengan Pelaksanaan Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pacitan Kabupaten Pacitan 7

Penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi proses terhadap penentuan dari berbagai nilai dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Kron, 2005). Untuk kinerja kader Posyandu, indikator penilaian kinerja kader telah disusun berdasarkan Telaah Kemandirian Posyandu (TKP). Dalam buku pedoman Arrif dikatakan bahwa frekuensi penyelenggaraan Posyandu ada 12 kali setiap tahun dan sedikitnya dikatakan Posyandu cukup baik bila frekuensi 8 kali setiap tahun. Jika kurang dari angka tersebut dianggap Posyandu tersebut rawan. Demikian juga keberadaan kader di Posyandu, bila kader kurang aktif dinyatakan jika tidak hadir untuk bekerja di Posyandu kurang dari 8 kali dalam satu tahun.

Hasil penelitian sama dengan penelitian Sari dan Indarwati tahun 2012 dengan judul hubungan peran serta kader dengan pelaksanaan posyandu balita dengan hasil penelitian diketahui bahwa 20 responden (57,1%) pelaksanaan posyandu dalam kategori baik dan 15 responden (42,9%) pelaksanaan posyandu balita dalam kategori kurang.

Analisis Bivariat

1. Hubungan Umur Kader Dengan Pelaksanaan Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Hasil penelitian didapatkan responden yang tidak lengkap dalam melaksanakan Posyandu pada responden yang berumur < 20 sebanyak 2 responden (66,7%) dan responden berumur ≥ 20 tahun sebanyak 31 responden (66,6%). Nilai p=1,000 yang artinya tidak ada hubungan antara umur kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

Umur sangat mempengaruhi seseorang didalam melaksanakan suatu kegiatan ataupun aktifitas. Menurut Nilawati (2008) menyatakan bahwa kader yang muda lebih banyak memberikan kotribusi semangat, motivasi, dan inovasi didalam melaksanakan waktu luang dalam

melaksanakan tugasnya sebagai kader membantu masyarakat.

Umur mempunyai kaitan erat dengan tingkat kedewasaan seseorang yang berarti kedewasaan teknis dalam arti ketrampilan melaksanakan tugas maupun kedewasaan psikologis. Dikaitkan dengan tingkat kedewasaan teknis, anggapan yang berlaku ialah bahwa makin lama seseorang bekerja, kedewasaan teknisnya pun mestinya meningkat. Pengalaman seseorang melaksanakan tugas tertentu secara terus-menerus untuk waktu yang lama biasanya meningkatkan kedewasaan teknisnya (Widiatuti, 2009).

Namun pada hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara umur kader dengan pelaksanaan Posyandu balita. Hal ini menunjukkan dengan banyaknya pelaksanaan Posyandu balita yang tidak lengkap dilakukan oleh kader, sehingga pelaksanaan Posyandu tidak dipengaruhi oleh tua mudanya kader tersebut. Hal ini dikarenakan semakin tua umur kader maka ketrampilan dan kecekatan kader semakin berkurang, sedangkan kader yang muda belum memiliki pengalaman yang cukup dalam melaksanakan tugas kader di Posyandu. Sehingga kader yang muda harus belajar dahulu ke kader yang lebih senior dengan begitu kader yang tua akan berbagi pengalaman pelaksanaan Posyandu dengan benar dan lengkap.

2. Hubungan Tingkat Pendidikan Kader Dengan Pelaksanaan Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Hasil penelitian didapatkan responden yang tidak lengkap dalam melaksanakan Posyandu pada responden yang berpendidikan dasar sebanyak 6 responden (100,0%) dan responden berpendidikan menengah-tinggi sebanyak 27 responden (64,3%). Nilai p= 0,083 yang artinya tidak ada hubungan antara pendidikan kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

Hal ini dikarenakan antara kader yang berpendidikan lanjut dan dasar sama dalam melaksanakan kegiatan di Posyandu

(8)

dimana kegiatannya dilakukan kurang lengkap. Seharusnya kader yang lebih tinggi pendidikannya akan lebih mudah menyerap pembinaan materi yang diberikan pada saat diadakan pelatihan dan dalam pendokumentasi kegiatan Posyandu yang harus dilaporkan setiap bulannya, tetapi faktor kebiasaan menjadi budaya yang dilakukan dalam kegiatan posyandu.

Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh dan dimiliki oleh seorang kader dan mendapatkan bukti kelulusan yang diakui oleh negara. Selain itu pendidikan adalah suatu proses yang unsur dari masukan (input), dan keluaran (output) didalam mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri yaitu perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2005).

H.L.Blum menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dengan tujuan utama menghasilkan perubahan perilaku manusia yang secara operasional tujuannya dibedakan kedalam tiga aspek yaitu : pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan aspek ketrampilan (psikomotor).

Hasil penelitian berbeda dengan penelitian Melania Bouk tahun 2012 dengan judul hubungan antara pendidikan, persepsi dan mnotivasi kader terhadap jumlah kunjungan kader dalam pelasanaan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Nurobo, Kecamatan Laen Manen, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan hasil penelitian ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan jumlah kunjungan kader dalam pelaksanaan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Nurobo, Kecamatan Laen Manen, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

3. Hubungan Pekerjaan Kader Dengan Pelaksanaan Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Hasil penelitian didapatkan responden yang tidak lengkap dalam melaksanakan Posyandu pada responden tidak bekerja sebanyak 27 responden (71,1%) dan responden yang bekerja sebanyak 6 responden (50,0%). Nilai p=

0,294 yang artinya tidak ada hubungan antara pekerjaan kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

Tidak ada perbedaan antara kader yang bekerja dan tidak bekerja dalam kelengkapan pelaksanaan Posyandu balita, karena kegiatan Posyandu sudah dijadwalkan dan kader yang bekerja sudah mengerti dengan jadwal Posyandu tersebut. Pekerjaan adalah tugas utama atau kegatan rutinitas yang dimiliki oleh seorang kader untuk membantu, dan membiayai kehidupan keluarga serta menunjang kebutuhan rumah tangganya. Pekerjaan juga dapat mempengaruhi seseorang didalam menjaga kesehatan, baik individu maupun kesehatan keluarga. Karakteristik yang berhubungan dengan pekerjaan karena kesibukan membuat seseorang terabaikan akan kesehatannya, termasuk kader Posyandu. Kesibukan akan pekerjaan terkadang membuat ibu lupa terhadap tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya. Sebaiknya seorang kader Posyandu itu tidak memiliki pekerjaan yang tetap, dan mempunyai pengalaman yang lama menjadi kader dan tidak adanya pergantian kader dalam satu tahun (Suegianto, 2005). Disamping itu terlihat bahwa terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dan keaktifan sebagai kader, misalnya saja seorang ibu yang dengan kesibukan tertentu akan mempengaruhi keaktifan kader tersebut didalam pelaksanaan Posyandu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan setiap bulannya.

Kader yang bekerja biasanya harus bisa membagi waktu dalam pelaksanaan kegiatan posyandu. Sehingga pekerjaan dapat menghambat waktu yang dipunyai kader untuk melaksanakan kegiatan posyandu.

4. Hubungan Lama Menjadi Kader Dengan Pelaksanaan Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

Hasil penelitian didapatkan responden yang tidak lengkap dalam melaksanakan Posyandu pada responden yang menjadi kader < 3 tahun sebanyak 6

(9)

Hubungan Karakteristik Kader Dengan Pelaksanaan Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pacitan Kabupaten Pacitan 9

responden (100,0%) dan responden yang menjadi kader > 3 tahun sebanyak 27 responden (61,4%). Nilai p= 0,083 yang artinya tidak ada hubungan antara lama manjadi kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

Berdasarkan lama menjadi kader Posyandu adalah jumlah waktu seseorang dalam berkontribusi dalam sebuah pekerjaan (menjadi kader Posyandu) mulai dari pertama menjadi kader Posyandu sampai sekarang. Lama menjadi kader Posyandu di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan adalah 1 – 10 tahun. Pelaksanaan Posyandu sangat dipengaruhi oleh lama kerja kader tersebut. Kader Posyandu yang sudah lama berkontribusi akan memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan tersebut. Menurut Widiastuti (2009) yang mengutip pendapat Sondang (2004) bahwa seseorang dalam bekerja akan lebih baik hasilnya bila memiliki ketrampilan dalam melaksanakan tugas dan ketrampilan seseorang dapat terlihat pada lamanya seseorang bekerja. Begitu juga dengan kader Posyandu, semakin lama seseorang bekerja menjadi kader Posyandu maka ketrampilan dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan Posyandu akan semakin meningkat sehingga nantinya partisipasi kader dalam kegiatan Posyandu akan semakin baik.

Hasil penelitian sama dengan penelitian Sari dan Indarwati tahun 2012 dengan judul hubungan peran serta kader dengan pelaksanaan posyandu balita dengan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan peran serta kader dengan pelaksanaan posyandu Balita di Desa Tawengan Boyolali.

Simpulan

Dari hasil penelitian dilakukan pada bulan Juli 2014 di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan pada 50 responden diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar responden berumur ≥ 20 tahun sebanyak 47 responden (94,0%). 2. Sebagian besar responden berpendidikan

menengah-lanjut sebanyak 44 responden (88,0%).

3. Sebagian besar responden ibu rumah tangga sebanyak 38 responden (76,0%). 4. Sebagian besar responden telah menjadi

kader selama ≥ 3 tahun sebanyak 44 responden (88,0%).

5. Tidak ada hubungan antara umur kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

6. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

7. Tidak ada hubungan antara pekerjaan kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

8. Tidak ada hubungan antara lama manjadi kader dengan pelaksanaan Posyandu balita di Wilayah kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta

Ambarwati, Eni Retna. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Arini. 2012. Mengapa Seorang Ibu Harus

Menyusui. Jakarta : Fleshbook

Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Budiarto, Eko. 2005. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC

Cholid, Norbuko. 2009. Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara

Depdagri. 2004. Strategi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat : Jakarta Depkes RI. 2005. Rencana Srategi

Depertemen Kesehatan : Jakarta 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu : Jakarta 2007. Buku Paket Pelatihan

Kader Kesehatan dan Tokoh

Masyarakat dalam Pengembangan Desa Siaga. Jakarta.

2009. Sistem Kesehatan Nasional : Jakarta

(10)

Hidayat, Aziz A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Indarwati, Lies. 2012. Hubungan Peran Serta Kader dengan Pelaksanaan Posyandu Balita. Karya Tulis Ilmiah : Akbid Estu Utomo Boyolali

Ismawati, Cahyo, dkk. 2010. Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta : Citra Medika

Meilani, Niken dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya Nasution, S. 2007. Metode Research

(Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara

Nilawati. 2008. Peran Kader Posyandu.

http://library.usu.ac.id. Diakses

tanggal 13 Desember 2013

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta 2007. Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Keperawatan. Jakarta : CV Agung Seto

Peraturan Mendagri. 2007. Limpahan Urusan Pemerintahan Kabupaten atau Kota : Jakarta

Peraturan Pemerintah RI. 2007. Pemerintahan Desa : Jakarta

Pinem, S , 2010. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media

Rahaju. 2005. Buku Pegangan Kader Posyandu. Surabaya : Dinkes Jatim Riwidikdo, Handoko. 2010. Statistik

Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendika

Runjati. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Sucipto, T. 2009. Posyandu dan Kader Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya Sugiarto. 2005. Pelatihan Kader Kesehatan.

Yogyakarta : Nuha Medika

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif . Bandung : CV Alfa Beta Yulifah, Rita. 2011. Asuhan Kebidanan

Komunitas. Jakarta : Salemba Medika Widiastuti, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi.

Gambar

Tabel  4.1  Distribusi  Frekuensi  Umur  Kader  Di  Wilayah  Kerja  Puskesmas  Pacitan  Kabupaten Pacitan
Tabel  4.9  Hubungan  Lama  Menjadi  Kader  dengan  Pelaksanaan    Posyandu  Balita  Di  Wilayah Kerja Puskesmas Pacitan Kabupaten Pacitan

Referensi

Dokumen terkait

Setelah pengobatan tahap awal, tanpa memperhatikan hasil pemeriksaan ulang dahak apakah masih tetap BTA positif atau sudah menjadi BTA negatif, pasien harus

Untuk setiap foto yang akan diunggah biasanya setiap pengguna akan memberi judul pada fotonya yang menggambarkan suasana ataupun lokasi, biasanya judul foto dalam

Selaku Kepala SMA Yuppentek 1 Tangerang yang telah memberikan kesempatan, motivasi, arahan, bimbingan dan semangat untuk studi yang dengan rasa kekeluargaan yang sangat mendalam

Penelitian ini ber- tujuan menilai hubungan antara tingkat pengetahuan, interaksi kelompok sebaya, interaksi keluarga, iklan rokok, dan sikap dengan perilaku merokok remaja di

Metode penelitian yang digunakan dalam perancangan dan pengembangan sistem informasi akuntansi ini yaitu metode studi pustaka, metode fact-finding, dan metode analisis dan

Dari hasil penelitian menunjukkan pengetahuan suami sesudah diberikan pendidikan kesehatan MOP paling paling banyak adalah kategori baik yaitu sejumlah 13

Karenanya pesantren harus memberikan perhatian yang lebih intens kepada para santrinya tentang urgensi pengembangan ekonomi syariah yang memberi keadilan dalam

Microsoft Publisher merupakan system apliksi yang secara otomatis telah mempermudah pekerjaan sekretaris dalam berbagai macam desain publishing seperti banner, brosur,