5.1.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci
5.1.1.Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Kerinci
Penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan untuk mewujudkan
Kabupaten Kerinci sejahtera berbasiskan pada sumberdaya alam, dan
infrastruktur yang layak dan terpadu, dengan memperhatikan kawasan
konservasi dan rawan bencana.
Kebijakan dan strategi untuk mewujudkan tujuan penataan ruang
tersebut meliputi :
1. Kebijakan pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya
alam guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan strategi
sebagai berikut :
a. mengembangkan energi alternatif sebagai sumber listrik, seperti
pembangkit listrik tenaga air, tenaga uap, tenaga surya, tenaga
angin, biogas dan panas bumi;
b. mengembangkan infrastruktur dan prasarana kawasan untuk
menunjang pengembangan sumber energi yang terbarukan;
c. mengembangkan kawasan pusat studi dan penelitian pengembangan
pembangkit listrik sumber energi alternatif yaitu panas bumi,
tenaga uap, dan tenaga air;
d. mengembangkan kegiatan konservasi yang bernilai lingkungan dan
sekaligus juga bernilai sosial ekonomi, seperti hutan
kemasyarakatan, hutan tanaman rakyat, hutan adat dan
perkebunan; dan
e. meningkatkan kapasitas sosial masyarakat dalam pemanfaatan
sumber energi baru terbarukan.
2. Kebijakan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui intensifikasi,
ekstensifikasi lahan, diversifikasi dan modernisasi pertanian, dengan
strategi pencapaian sebagai berikut :
a. meningkatkan produktivitas hasil perkebunan, pertanian dan
b. memanfaatkan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi
peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan
masyarakat;
c. meningkatkan teknologi pertanian, termasuk perkebunan,
perikanan, peternakan dan kehutanan sehingga terjadi peningkatan
produksi dengan kualitas yang lebih baik dan bernilai ekonomi
tinggi;
d. meningkatkan sistem produksi dan pengolahan hasil pertanian dan
perkebunan serta kehutanan agar dapat meningkatkan nilai jual dan
meningkatkan pendapatan masyarakat serta meningkatkan
perekonomian daerah; dan
e. meningkatkan pemasaran hasil pertanian, kehutanan dan
perkebunan melalui peningkatan sumber daya manusia dan
kelembagaan serta memfasilitasi sertifikasi yang dibutuhkan.
3. Kebijakan pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis
pertanian dan sumber daya alam lainnya serta wisata sesuai keunggulan
dan potensi kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, terintegrasi dan
dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan, dengan
strategi sebagai berikut :
a. merencanakan dan mengembangkan kawasan pertanian dengan
sistem modernisasi dan teknologi terpadu untuk meningkatkan
kegiatan ekonomi berbasis agro;
b. mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian sesuai
komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar;
c. mengembangkan penelitian dan pengelolaan sumber daya
pertanian, perkebunan dan kehutanan sehingga menjadi kekuatan
utama ekonomi masyarakat, serta meningkatkan kualitas sumber
daya pengelolaan melalui pengembangan pusat kajian dan
penelitian agri-bisnis;
d. meningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana
dan sarana pendukung, pengelolaan objek wisata yang lebih
e. mengembangkan dan meningkatkan penataan kawasan daya tarik
wisata
4. Kebijakan pembangunan infrastruktur yang berkualitas untuk
peningkatan aksesibilitas dan peningkatan kualitas pelayanan
masyarakat, dengan strategi sebagai berikut :
a. membangun prasarana dan sarana transportasi terutama
transportasi darat yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
kawasan secara signifikan dan berimbang namun tetap
mempertimbangkan ketahanan terhadap ancaman bencana alam;
b. meningkatkan aksesibilitas antar kawasan dalam wilayah maupun
antar wilayah dengan wilayah sekitar Kabupaten;
c. meningkatkan dan mengembangkan kawasan bandar udara Depati
Parbo sebagai sarana transportasi udara guna melayani jalur
penerbangan skala regional;
d. membangun utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional dan
memadai sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap kawasan
permukiman, termasuk fasilitas pemerintahan kabupaten yang
baru;
e. menyusun pedoman pembangunan prasarana, sarana dan
infrastruktur tahan gempa; dan
f. menyusun program dan membangun berbagai perangkat keras dan
lunak untuk mitigasi berbagai bencana alam, seperti letusan gunung
api, gempa bumi, longsor, banjir, kebakaran hutan dan ancaman
lainnya.
5. Kebijakan penguatan dan pemulihan hutan, kawasan lindung dan Taman
Nasional Kerinci Seblat, dengan strategi sebagai berikut :
a. memantapkan tata batas kawasan lindung dan kawasan budidaya
untuk memberikan kepastian rencana pemanfaatan ruang dan
investasi;
b. menyusun dan melaksanakan program rehabilitasi lingkungan,
c. meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian
kerusakan dan pencemaran lingkungan;
d. meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber
daya keanekaragaman hayati dan objek daya tarik wisata alam
hutan/ekowisata dan wisata hutan; dan
e. menggalang kerjasama regional, nasional dan internasional dalam
rangka pemulihan fungsi kawasan lindung terutama Taman Nasional
Kerinci Seblat, hutan lindung dan cagar alam.
6. Kebijakan penataan dan penyesuaian kawasan rawan bencana serta
pengendaliannya, dengan strategi sebagai berikut :
a. menyusun dan melaksanakan rehabilitasi kawasan atas dampak
bencana;
b. menyusun dan merencanakan pengembangan kawasan evakuasi
bencana;
c. merencanakan dan menata secara rinci untuk kawasan rawan
bencana berdasarkan mitigasi bencana dan pengendalian
pemanfaatan lahan untuk kawasan bukan permukiman padat; dan
d. mengembangkan sistem infrastruktur, prasarana dan sarana wilayah
dengan menerapkan sistem tanggap bencana dan sistem tahan
5.1.2.Rencana Struktur Ruang Kabupaten Kerinci
A. Rencana Sistem Pusat-pusat Kegiatan
Rencana sistem pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Kerinci dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel. 5.1.
Rencana Sistem Pusat-pusat Kegiatan Kabupaten Kerinci
No Ibukota Kecamatan Hirarki
Fungsi
Fungsi Utama
1 Batang Sangir (Kecamatan Kayu Aro)
PKL - pusat pemerintahan kecamatan,
- pusat perdagangan dan jasa sub regional, - pusat kesehatan skala kabupaten, - pusat rekreasi, olahraga ;
- pusat pendidikan, dan - pusat industri pengolahan
2 Sanggaran Agung
(Kecamatan Danau Kerinci)
PKL - pusat pemerintahan kecamatan,
- simpul transportasi,
- pusat perdagangan dan jasa sub regional, - pusat kesehatan skala kabupaten, - pusat rekreasi, dan olahraga, - pendidikan, dan
- industri pengolahan.
3 Siulak
(Kecamatan Siulak)
PPL - pusat pemerintahan kabupaten,
- pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten, - pusat pendidikan dan kebudayaan skala
kabupaten,
- pusat peribadatan, - pusat kesehatan,
- pusat rekreasi dan olahraga - simpul transportasi.
4 Siulak Deras PPK - Pusat Pemerintah Kecamatan
- Pusat Perdagangan dan Jasa Skala kecamatan; - Pusat rekreasi dan olahraga
- Pusat pendidikan ; dan
- Pusat pengolahan hasil pertanian
5 Jujun
(Kecamatan Keliling Danau)
PPK - Pusat Pemerintah Kecamatan
- Pusat Perdagangan dan Jasa Skala kecamatan; - Pusat rekreasi dan olahraga
- Pusat pendidikan ; dan
- Pusat pengolahan hasil pertanian
6 Semurup
(Kecamatan Air Hangat)
PPK - Pusat Pengembangan Kesehatan
- Pusat kegiatan pertanian tangaman pangan ; - Pusat kegiatan peternakan ;
- Pusat kegiatan industri kecil dan menengah ; - Pusat kegiatan pariwisata
7 Hiang
(Kecamatan Sitinjau Laut)
PPK - Pusat transportasi udara ;
- Pusat kegiatan pertanian tanaman pangan ; - Pusat pengembangan IKM ;
- Pusat pendukung kepariwisataan daerah.
8 Pelompek
(Kecamatan Gunung Tujuh)
PPL - pusat kegiatan pertanian hortikultura, - pusat kegiatan peternakan
- pusat kegiatan pariwisata, - pusat pengolahan hasil pertanian;
9 Sungai Lintang ( Kecamatan Kayu Aro Barat)
PPL - pusat kegiatan perkebunan,
- pengembangan kegiatan penunjang pariwisata, - pusat kegiatan pengolahan hasil pertanian dan
No Ibukota Kecamatan Hirarki
- pengembangan kegiatan penunjang pariwisata, - pusat kegiatan pengolahan hasil pertanian dan
perkebunan,
- pusat perdagangan hasil pertanian dan perkebunan
11 Air Panas Baru (Kecamatan Air Hangat Barat)
PPL - Pusat kegiatan pengembangan kesehatan,
- pusat kegiatan pertanian tanaman pangan, - pusat kegiatan peternakan,
- pusat kegiatan industri kecil dan menengah,
12 Sungai Tutung (Kecamatan Air Hangat Timur)
PPL - Pusat kegiatan peternakan,
- pusat kegiatan pertanian tanaman pangan, - pusat kegiatan industri kecil dan menengah, - pusat kegiatan pariwisata;
13 Koto Tuo
(Kecamatan Depati VII)
PPL - Pusat kegiatan peternakan,
- pusat kegiatan pertanian tanaman pangan, - pusat kegiatan industri kecil dan menengah,
14 Pondok
(Kecamatan Bukit Kerman)
PPL - pusat kegiatan perkebunan, - pusat kegiatan pertanian tanaman
hortikultura,
- pusat kegiatan pengolahan hasil pertanian dan pekebunan,
- pusat kegiatan pariwisata dan - pusat pengembangan industri agro
15 Lempur
(Kecamatan Gunung Raya)
PPL - pusat kegiatan perkebunan, - pusat kegiatan pertanian tanaman
hortikultura,
- pusat kegiatan pengolahan hasil pertanian dan pekebunan,
- pusat kegiatan pariwisata dan - pusat pengembangan industri agro
16 Tamiai
(Kecamatan Batang Merangin)
PPL - pusat kegiatan perkebunan,
- pengembangan kegiatan penunjang pariwisata, - pusat kegiatan pengolahan hasil pertanian dan
perkebunan,
- pusat perdagangan hasil pertanian dan perkebunan.
B. Rencana Sistem Sumberdaya Air
Rencana sistem sumberdaya air di Kabupaten Kerinci, meliputi :
1) Wilayah sungai, meliputi :
a) WS Batanghari yang merupakan WS lintas provinsi
Jambi-Sumatera Barat; dan
b) WS Teramang Moar yang merupakan WS lintas Provinsi
Jambi-Provinsi Bengkulu.
2) Cekungan air tanah (CAT), meliputi:
a) CAT Bangko-Sarolangun;
c) CAT Painan-Lubuk Pinang; dan
d) CAT Sungai Penuh.
3) Jaringan irigasi melayani DI dengan luas kurang lebih 29.119 (dua
puluh sembilan ribu seratus sembilan belas) hektar yang terdiri
dari:
a) DI kewenangan nasional meliputi:
1. DI Sei Siulak Deras dengan luas kurang lebih 3.628 (tiga
ribu enam ratus dua puluh delapan) hektar; dan
2. DI Sei Batang Sangkir dengan luas kurang lebih 5.801
(lima ribu delapan ratus satu) hektar.
b) DI kewenangan pemerintah provinsi meliputi DI Sei Tanduk
dengan luas kurang lebih 1.265 (seribu dua ratus enam puluh
lima) hektar;
c) DI kewenangan pemerintah kabupaten dengan luas kurang
lebih 18.470 (delapan belas ribu empat ratus tujuh puluh)
hektar terdiri dari:
1. Daerah irigasi (D.I) semi teknis ; dan
2. Daerah irigasi (D.I) sederhana ;
d) Daerah irigasi semi teknis dengan luas 5.731 (lima ribu tujuh ratus tiga puluh satu) hektar
e) Daerah Irigasi Sederhana merupakan irigasi kewenangan
pemerintah kabupaten dengan luas 12.739 (dua belas ribu
tujuh ratus tiga puluh sembilan) hektar yang tersebar di setiap
wilayah kecamatan.
f) Jaringan air baku untuk air bersih meliputi:
1. pengembangan dan pengolahan sumber air baku
meliputi: Sungai Batang Merao, Sungai Pendung, Sungai
Medang, Sungai Air Mukai, Sungai Sikabu, Sungai Gunung
Lumut, Sungai Ambai, Sungai Sangkir, Sungai Batang
Merangin, Danau Kerinci, Danau Lingkat, Muara Sungai
Kemuning, Sungai Sidik, Sungai Temiai, Sungai Dedap,
Sungai Buai, Sungai Jujun, Sungai Lolo, Sungai Perikan,
Sungai Batu Hampar, Sungai Imat, Sungai Masgo, Sungai
Renah Peko; dan
2. peningkatan pelayanan air bersih sistem perpipaan di
seluruh kabupaten.
g) Pengendalian daya rusak air mencakup upaya pencegahan,
penangggulangan, dan pemulihan daya rusak air berupa
pembangunan stabilisasi tebing sungai, bendungan pada:
1. Sungai Sangir di Kecamatan Gunung Tujuh;
2. Sungai Batang Merao di Kecamatan Gunung Kerinci,
Kecamatan Siulak Mukai, Kecamatan Air Hangat, dan
Kecamatan Depati VII;
3. Sungai Mukai di Kecamatan Siulak Mukai;
4. Sungai Lempur di Kecamatan Gunung Raya;
5. Sungai Batang Sangkir di Kecamatan Sitinjau Laut;
6. Sungai Buai di Kecamatan Keliling Danau; dan
7. Sungai Jujun di Kecamatan Keliling Danau.
C. Rencana Sistem Air Minum :
Sistem penyediaan air baku untuk air minum meliputi:
1. sistem penyediaan air minum melalui PDAM yang melayani seluruh
wilayah kabupaten; dan
2. distribusi air minum melalui jaringan pipa sepanjang jalan utama
meliputi seluruh kecamatan di wilayah kabupaten.
D. Rencana Sistem Persampahan :
Rencana sistem persampahan meliputi:
1. pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah dengan luas
lebih kurang 2 (dua) hektar menggunakan sistem lahan urug saniter
di Kecamatan Gunung Kerinci dengan area pelayanan meliputi:
b. Kecamatan Siulak;
c. Kecamatan Kayu Aro;
d. Kecamatan Gunung Tujuh;
e. Kecamatan Air Hangat;
f. Kecamatan Depati VII;
g. Kecamatan Siulak Mukai;
h. Kecamatan Kayu Aro Barat; dan
i. Kecamatan Air Hangat Barat.
2. pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Regional
Pendung Talang Genting di Kecamatan Danau Kerinci seluas kurang
lebih 5 (lima) hektar menggunakan sistem lahan urug saniter
dengan area pelayanan meliputi:
a. Kecamatan Sitinjau Laut;
b. Kecamatan Batang Merangin;
c. Kecamatan Keliling Danau;
d. Kecamatan Gunung Raya;
e. Kecamatan Air Hangat Timur;
f. Kecamatan Danau Kerinci; dan
g. Kecamatan Bukit Kerman.
3. pengembangan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) di seluruh
kecamatan di wilayah kabupaten; dan
4. peningkatan jaringan pelayanan sampah di kawasan perkotaan.
E. Rencana Pengelolaan Air Limbah :
Sistem pengelolaan air limbah meliputi:
1. pengelolaan limbah domestik berupa Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) komunal terdapat di Perkotaan Siulak, Perkotaan
Batang Sangir, dan Perkotaan Sanggaran Agung;
2. pengelolaan limbah domestik berupa septic tank terdapat di
Perkotaan Siulak Deras, Perkotaan Jujun, Perkotaan Semurup, dan
3. pengelolaan limbah non domestik terdapat di PTP VI Kayu Aro
Perkotaan Batang Sangir; dan
4. pengelolaan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) terdapat di
Kecamatan Gunung Raya, Kecamatan Gunung Kerinci dan
Kecamatan Siulak.
F. Rencana Sistem Drainase :
Sistem jaringan drainase meliputi:
1. jaringan drainase primer meliputi:
a. Sungai Batang Merao;
b. Sungai Batang Merangin;
c. Sungai Sangir;
d. Sungai Buai;
e. Sungai Lempur;
f. Sungai Batang Sangkir;
g. Sungai Mukai; dan
h. Sungai Jujun.
2. jaringan drainase sekunder terdapat di sepanjang jaringan jalan
Gambar. 5.1.
5.1.3.Rencana Pola Ruang Kabupaten Kerinci
A. Rencana Kawasan Lindung
Luas peruntukan kawasan lindung di Kabupaten Kerinci dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel. 5.2.
Luas Peruntukan Kawasan Lindung
RENCANA PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Ha)
Keterangan
1
Kawasan yang melindungi kawasan
bawahannya 859
a. Rawa Arah Seratus di Kecamatan Air Hangat Timur dengan luas 150 Ha;
b. Rawa Bento di Kecamatan Kayu Aro dengan luas 425 Ha; dan
c. Rawa Lingkat di Kecamatan Gunung Raya dengan luas 384 Ha.
2 Kawasan perlindungan setempat
a.Sempadan sungai 1.628
b.Kawasan tepi danau/waduk 592
c.Kawasan sekitar mata air Seluruh kawasan mata air
d.RTH Diseluruh pusat permukiman
3 Kawasan peletarian alam 191.822 TNKS 4 Kawasan lindung lainnya
a.Hutan Adat Ulu Air Lempur Lekuk
Limo Puluh Tumbi 858,3 Desa Lempur Kecamatan Gunung Raya b.Hutan adat Nenek Limo Hiang
Tinggi Nenek Empat Betung Kuning
858,95 Desa Muara Air Dua Kecamatan Sitinjau Laut
c.Hutan adat Temedak 23 Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau
d.Hutan adat Kaki bukit lengeh 292 Desa Pungut Mudik, Kecamatan Air Hangat Timur e.Hutan adat Bukit Tinggai 41,27 Desa Sungai Deras Kecamatan Air Hangat Timur f. Hutan adat Bukit Sembahyang
dan padun gelanggang 39,04 Desa Air Terjun Kecamatan Siulak
g.Hutan adat bukit sigi Desa Tanjung genting, Kecamatan Gunung Kerinci. h.Hutan adat kemantan Desa kemantan, Kecamatan Air Hangat.
i. Hutan adat bukit teluh Kecamatan Batang Merangin. 5 Kawasan rawan bencana
Gempa bumi tipe A
Kecamatan Gunung Tujuh, sebagian wilayah Kecamatan Kayu Aro, dan selebihnya berada di Kecamatan Gunung Kerinci, Siulak, Air Hangat, Batang Merangin, Gunung Raya dan Keliling Danau yang berupa kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat
Gempa bumi tipe B
Sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Kerinci tergolong dalam tipe ini.
Gempa bumi tipe C
Kecamatan Depati VII, Air Hangat Timur, Sitinjau Laut, Danau Kerinci, sebagian wilayah Kecamatan Batang Merangin, Gunung Raya, dan Kecamatan Keliling Danau Kawasan rawan bencana banjir 24.120
Kawasan rawan bencana gerakan tanah
Kecamatan Sitinjau Laut, Kecamatan Gunung Raya, Danau Kerinci , Kecamatan Gunung Kerinci kearah Timur laut
Kawasan rawan bencana letusan gunung api tipe A
melewati DAS Siulak dan DAS Batang Merao, dan tidak tertutup kemungkinan luapan banjirnya sampai ke Danau Kerinci.
Kawasan rawan bencana letusan
gunung api tipe B 23.115 Kecamatan Kayu Aro, Gunung Tujuh dan Gunung Kerinci. Kawasan rawan bencana letusan
B. Rencana Kawasan Budidaya
Luas peruntukan kawasan budidaya di Kabupaten Kerinci dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel. 5.3.
Luas Peruntukan Kawasan budaya
JENIS KAWASAN LUAS (HA) % I. KAWASAN HUTAN PRODUKSI
1.HUTAN PRODUKSI POLA PARTISIPASI MASYARAKAT (HP3M) 28.665 15,6
II. KAWASAN PERTANIAN
1.KAWASAN PERTANIAN LAHAN BASAH 2.KAWASAN PERTANIAN LAHAN KERING 3.KAWASAN PETANIAN TANAMAN TAHUNAN 4.KAWASAN PERTANIAN TANAMAN HORTIKULTURA 5.KAWASAN PERKEBUNAN
III. KAWASAN NON PERTANIAN 1.KAWASAN PARIWISATA
5.1.4.Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Kerinci
Berdasarkan pertimbangan kebijakan kawasan Strategis Nasional dan
Provinsi yang direncanakan untuk Kabupaten Kerinci maka ditetapkan kawasan
strategis kabupaten, meliputi :
1. Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumberdaya alam berupa kawasan pembangkit listrik
tenaga air (PLTA) Kerinci di Kecamatan Batang Merangin.
2. Kawasan Strategis Sudut Kepentingan Ekonomi, yaitu :
a) kawasan Agropolitan Kayu Aro dan Sekitarnya;
b) Kawasan Agropolitan Gunung Raya dan Sekitarnya;
c) Kawasan Minapolitan Danau Kerinci dan Sekitarnya;
d) Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Siulak dan Sekitarnya.
e) Kota terpadu mandiri (KTM) Bukit Kerman; dan
f) Kota terpadu mandiri (KTM) Air Hangat Barat dan sekitarnya.
Gambar. 5.2.
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Kerinci
Gambar V..
Gambar. 5.3.
5.2.
Rencana Strategi Sanitasi Kota
5.2.1.Visi dan Misi Sanitasi
Visi dan misi memberikan arah yang jelas dan terukur sebagai sumber
inspiratif bagi pengembangan kegiatan sebuah organisasi, sehingga pada akhir
periode perencanaan dapat dilakukan evaluasi terukur bagai keberhasilan
sebuah program maupun kegiatan. Oleh karena demikian, dalam bidang
pembangunan sanitasi, kabupaten Kerinci telah menyusun visi dan misi
sanitasi yang merupakan hasil dari kolaborasi pemikiran dari berbagai
stakeholder terkait. Visi dan misi sanitasi kabupaten Kerinci sangat erat
dengan kaitannya dengan visi dan misi Kabupaten Kerinci. Tabel dibawah ini,
merupakan gambaran tentang Visi Sanitasi dan Misi Per subsektor sanitasi
serta Visi dan Misi Kabupaten Kerinci yang tertuang dalam dokumen
Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Kerinci.
Pemahaman atas pernyataan visi tersebut mengandung makna
terjalinnya sinergi yang dinamis antara seluruh pemangku kepentingan
(pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) dalam melaksanakan
pembangunan dan pengelolaan sanitasi di Kabupaten Kerinci. Partisipasi
masyarakat dan peran serta swasta harus dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan hingga ke tahap monitoring dan evaluasi pelaksanaan
pembangunan.
Tabel. 5.4.
Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Kerinci Visi Kabupaten
Kerinci Misi Kabupaten Kerinci
Visi Sanitasi Kabupaten
Kerinci Misi Sanitasi Kabupaten Kerinci
Kerinci 2. Peningkatan Kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM)
3. Peningkatan dan Pengembangan Daya Saing Perekonomian Rakyat
4. Menciptakan Tata Pemerintahan Yang Bersih dan Berwibawa 5. Menciptakan Kerinci Yang Aman, Damai dan Demokratis
“Terwujudnya Kabupaten
Kerinci Bersih dan Sehat melalui Pembangunan Sanitasi yang handal dan
berkualitas”
MISI AIR LIMBAH
- Mengoptimalkan sarana dan prasarana untuk mendukung pengelolaan air limbah.
MISI PERSAMPAHAN
- Mengoptimalkan pengolahan persampahan dengan teknologi yang handal dan berkualitas
MISI DRAINASE
- Mengoptimalkan operasionalisasi pengelolaan drainase yang tersedia.
MISI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
5.2.2.Tahapan Pengembangan
A. Tahapan Pengembangan Sanitasi
Tahapan pencapaian pembangunan sektor sanitasi disusun dengan melakukan
analisis terhadap kondisi wilayah saat ini serta arah pengembangan kota
secara menyeluruh sebagaimana tertuang dalam dokumen perencanaan
pembangunan seperti RPJPD, RPJMD, dan RPIJMD serta dokumen RTRW
Kabupaten Kerinci. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan pilihan sistem dan penetapan zona sanitasi antara lain adalah :
a. Arah pengembangan pembangunan yang merupakan perwujudan dari visi
dan misi Kabupaten Kerinci dalam Jangka Pendek sampai dengan jangka
panjang
b. Proyeksi pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk pada setiap
kawasan berdasarkan luas terbangun
c. Kawasan beresiko sanitasi
d. Kondisi fisik wilayah (topografi dan struktur tanah)
Sesuai pembahasan Buku Putih Sanitasi (BPS), berdasarkan isu pokok sanitasi
air limbah domestik, permasalahan mendesak sistem pengelolaan air limbah
domestik di Kabupaten Kerinci, sebagai berikut:
1. Bahwa tatanan pola hidup bersih dan sehat belum berkembang secara
merata pada hampir semua lini kehidupan bermasyarakat, dukungan
kelembagaan sanitasi dalam semua tatanan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara belum tertata dengan baik. Sistem kelembagaan yang lemah ini
membawa konsekuensi luas terhadap PHBS dan kualitas lingkungan hunian
dan permukiman penduduk.
2. Bahwa hampir semua pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten
Kerinci baik di daerah-daerah perdesaan maupun perkotaan adalah
menggunakan on site system dengan tingkat teknologi sederhana,
sementara pengelolaan dengan off site system (terpusat) masih belum
ada, sistem jaringan belum terstruktur dengan baik, di antaranya
pembuangan akhir dialirkan ke sungai atau saluran drainase terdekat.
3. Kondisi di atas tentunya membawa pengaruh besar di dalam menempatkan
pengelolaan air limbah tidak memenuhi standar/pedoman sistem
pengelolaan air limbah baik melalui on site system, lebih-lebih pada off
site system.
4. Akses jamban masih rendah yakni hanya 59 % (sumber data Dinkes Kab.
Kerinci, kondisi fisik jamban umumnya masih dibawah standar, ini
terutama terjadi pada tatanan rumah tangga miskin bahkan pada tatanan
masyarakat menengah. Tingkat pendidikan penduduk tidak menjamin
bahwa suatu rumah tangga memiliki kualitas jamban sehat atau memiliki
sistem sanitasi pengelolaan air limbah yang baik, sehingga yang paling
menentukan adalah tingkat kepedulian.
5. Belum ada kelembagaan yang kuat di dalam mengatur tatanan sistem
pengelolaan air limbah atau sistem sanitasi, baik dilingkungan Pemerintah,
masyarakat, maupun swasta.
6. Keterlibatan pihak swasta sejauh ini hampir tidak kelihatan guna
mendukung peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat dan
layanan pengelolaan limbah.
7. Kerjasama dengan dunia usaha, unsur-unsur media sejauh ini belum
berkembang, belum ada upaya-upaya promosi, publikasi dan sosialisasi
yang betul-betul menyentuh pada peningkatan kepedulian masyarakat.
8. Sistem kelembagaan yang lemah, kepedulian masyarakat, dunia usaha dan
pemerintah yang lemah maka dukungan pendanaan dan pembiayaan dalam
meningkatkan layanan sanitasi air limbah juga masih jauh diharapkan.
Beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan dalam penentuan prioritas
tersebut adalah kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau
perdesaan), karakteristik tata guna lahan(Center of Business Development/
komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan. Analisis
yang dilakukan menghasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan
system pengelolaan air limbah yang akan menjadi bahan untuk perencanaan
pengembangan sistem. Peta tersebut membagi daerah kajian ke dalam
Kabupaten Kerinci dalam 5 tahun sampai 15 ke depan tidak mengalami
perubahan klasifikasi wilayah. Berdasarkan estimasi tersebut serta
memperhatikan faktor-faktor lain seperti rencana tataguna lahan dan kondisi
tanah, maka sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Kerinci dibagi
kedalam 3 zonasi. Wilayah-wilayah yang diklasifikasikan dalam area Zona 1
terdapat di kecamatan Bukit kerman, Gunung raya, Sebagian Batang
Merangin, Gunung Tujuh, Kayu Aro dan Gunung Kerinci, yaitu area dengan
resiko sanitasi relatif tinggi karena penduduknya yang relatif padat dengan
luas terbangun yang kecil, yang harus diatasi dengan sistem off-site (medium)
dalam pengelolaan limbah domestic Jangka Menengah - Pendek. Sementara
yang diklasifikasikan dalam Zona II, yaitu area yang diperkirakan memiliki
resiko sanitasi tinggi dalam jangka Menengah - jangka panjang karena
pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi yang dicirikan oleh tingginya
tingkat pertumbuhan pembangunan perumahan di wilayah tersebut. Sistem
sanitasi yang dipilih untuk mengatasi kondisi ini adalah system Off-site
Setempat dalam jangka Menegah -jangka panjang. Berikutnya yaitu Zona III
yang terletak di kecamatan Air Hangat Timur, Sitinjau Laut, Danau Kerinci,
Depati VII dan Keliling Danau yang mana termasuk kategori Rural area, sistem
pengelolaan sanitasi yang dipilih adalah system melalui Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) serta penyediaan MCK++. Prinsip pendekatan STBM adalah non subsidi. Masyarakat akan di “bangkitkan” kesadarannya bahwa masalah sanitasi adalah masalah masyarakat sendiri dan bukan masalah pihak lain.
Dengan demikian yang harus memecahkan permasalahan sanitasi adalah
masyarakat sendiri. Di harapkan dengan bermula dari STBM, kemudian
dilanjutkan dengan program kesehatan lainnya seperti program kampanye cuci
tangan, dan program kesehatan lainnya, peningkatan kesehatan masyarakat
Gambar. 5.4.
Peta Tahapan Pengembangan Air LimbahDomestik – Sistem Onsite
Gambar. 5.5.
Tabel. 5.5.
Tahapan Pengembangan Air LimbahDomestik Kabupaten Kerinci
No Sistem Cakupan layanan
eksisting* (%)
Target cakupan layanan* (%) Jangka
pendek
Jangka menengah
Jangka panjang
A Sistem On-site
1 Individual (tangki septik) 80 % 80 % 90 % 100 %
2 Komunal (MCK, MCK++, IPAL Komunal)
50 % 60 % 75 % 100 %
B Sistem Off-site
1 Skala Kota 25 % 35 % 50 % 90 %
2 Skala Wilayah 25 % 35 % 50 % 90 %
Sumber : BLHD dan Hasil Study EHRA Kabupaten Kerinci Tahun 2013
Keterangan:
*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk
Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Kerinci pada
umumnya sudah memiliki jamban pribadi persentasenya adalah 57 %, MCK /
WC Umum yaitu sebesar 6,3 %. Untuk mencapai target cakupan pengolahan
air limbah domestic, Kabupaten Kerinci akan merencanakan program jangka
pendek dengan menggunakan system off-site Medium, program jangka
menengah dengan system on-site komunal dan individual, dan system STBM,
MCK++ untuk jangka panjang. Melihat dari topografi Kecamatan Kerinci,
kecamatan Pelawan, dan Kecamatan Singkut dapat dimungkinkan untuk di
kembangkan system pengolahan air limbah dengan menggunakan system
off-site medium dalam skala kota.
B. Tahapan Pengembangan Persampahan
Penentuan kebutuhan penanganan persampahan dikelompokkan menurut
wilayah pelayanan. Terdapat 2 (Dua) kriteria utama dalam penetapan
prioritas penanganan persampahan,yaitu tata guna lahan/klasifikasi wilayah
Peri Urban, dan Rural yang dicirikan dengan kepadatan penduduk. Ketiga
Klasifikasi Wilayah tersebut sangat berhubungan dengan aktivitas penghuninya
Dari hasil analisis yang didasarkan pada kedua kriteria tersebut maka
didapatkan zona-zona kebutuhan pelayanan persampahan yang dapat
diuraikan sebagai berikut :
Zona 1 : merupakan klasifikasi wilayah Peri Urban yang dicirikan dengan
kepadatan, system pengolahan sampah dengan menggunakan
system Tidak Langsung Coverage (Kel. Pasar Pelawan, Dusun
Kerinci, Pasar Kerinci, dan Kel. Suka Sari)
Zona 2 : merupakan klasifikasi wilayah Rural yang dicirikan dengan
kepadatan, system pengolahan sampah dengan menggunakan
system Tidak langsung Coverage selain desa diatas dari 143 desa di
Kabupaten Kerinci.
Gambar. 5.6.
Peta Tahapan Pengembangan Persampahan
Tahapan pengembangan persampahan Kabupaten Kerinci terdapat 2 sistem
pengolahan yaitu system penanganm Langsung dan penanganan tidak
langsung, hal ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk Kabupaten Kerinci pada
umumnya mengalami pertumbuhan yang cukup signifikann yaitu rata-rata
2,48 % pertahun. Dari tabel di bawah ini Kabupaten Kerinci baru mencapai 56
Kecamatan lain belum sepenuhnya terlayani. Untuk wilayah perkantoran di
Kabupaten Kerinci sepenuhnya telah terlayani dengan baik.
Tabel. 5.6.
Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Kerinci
No Sistem A Penanganan langsung
(Direct)
1 Kawasan komersial (CDB) 90 % 70 % 75 % 100 %
B Penanganan tidak langsung (indirect)
1 Kawasan permukiman 90 % 70 % 75 % 100 %
2 Kawasan perkantoran 90 % 70 % 75 % 100 %
Sumber : BLHD Kabupaten Kerinci Tahun 2013 Keterangan:
*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk
C. Tahapan Pengembangan Drainase
Zonasi sistem drainase perkotaan Kerinci terbagi atas 3 sistem penzonasian
dengan maksud agar konsep perencanaan dapat diperuntukan sesuai dengan
daya dukung lahan dan karakteristik masing-masing wilayah perencanaan
dikarenakan sebagian struktur penggunaan ruang pada kawasan perkotaan
tidak hanya terkosentrasi pada kegiatan permukiman saja, sektor kegiatan
dikawasan perkotaan juga yang terkonsentrasi pada kegiatan perdagangan dan
jasa, pemerintahan, serta pelayanan umum dan pelayanan sosial. Untuk itu
dengan sistem penzonasian diharapkan hasil rencana dapat disesuaikan
terhadap penggunaan lahan dan tingkat kepadatan kota.
Sebagaimana halnya sub-sektor sanitasi lainnya, pengembangan sub sektor
drainase juga memerlukan analisis yang tepat untuk menentukan
pengembangan sistem sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah.
Berbagai keterbatasan mengharuskan pemerintah untuk mengklasifikasikan
setiap kawasan ke dalam beberapa zona prioritas agar pengembangan sistem
drainase dapat berjalan dengan efektif dan berkesinambungan.
permukiman), daerah genangan air baik oleh ROB maupun karena air hujan,
serta tingkat resiko kesehatan. Hasil analisis yang akan menjadi acuan
untukperencanaan penanganan ke depan dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Zona I untuk prioritas1 : merupakan area Peri Urban dengan prioritas jangka pendek – menengah
Zona II untuk prioritas 2: merupakan area Peri Urban dengan prioritas jangka
Panjang
Zona III untuk prioritas 3: merupakan area Rural dengan prioritas jangka
Panjang, Selain Selain desa dari zona I dan Zona 2
dari 287 Desa di Kabupaten Kerinci.
Drainase Kota pada dasarnya berfungsi untuk mengalirkan limpahan air hujan
agar tidak terjadi genangan air atau banjir. Banjir pada kawasan kota pada
umumnya sangat mempengaruhi tingkat sosial ekonomi masyarakat,
menimbulkan gangguan kesehatan lingkungan Berat dapat menimbulkan
kerugian harta benda atau investasi infrastruktur kota. Oleh karena itu
rencana sistem drainase kota perlu mendapat perhatian serius pemerintah
kota pada masa awal pembangunan dan perlu disinkronisasikan dengan
program-program pembangunan jaringan jalan dan utilitas lainya.
Konsep dasar yang banyak digunakan dalam Perencanaan Pembangunan
Drainase di seluruh kota di Indonesia adalah konsep drainase konvensional
atau drainase 'Pengaturan Kawasan" yaitu upaya membuang atau mengalirkan
seluruh air hujan yang jatuh ke suatu wilayah secepat-cepatnya ke sungai
terdekat". Seluruh air hujan diupayakan sesegera mungkin mengalir langsung
ke sungai terdekat tanpa ada upaya agar air mempunyai waktu cukup untuk
meresap ke dalam tanah. Dampak dari pemakaian konsep drainase
konvensional tersebut akan terjadi kekeringan, banjir, longsor dan
Gambar. 5.7.
Peta Tahapan Pengembangan Drainase
Tabel. 5.7.
Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten Kerinci
No Sistem
Cakupan layanan eksisting* (%)
Cakupan layanan* (%) Jangka
pendek
Jangka menengah
Jangka panjang
1 Saluran tersier (Saluran
Pembawa) 90 % 75 % 90 % 100 %
2 Saluran Sekunder (Saluran
Pegumpul) 90 % 75 % 90 % 100 %
3 Saluran Primer (Saluran
pembuangan) 90 % 75 % 90 % 100 %
Jumlah 90 % 75 % 90 % 100 %
Sumber : SSK Kabupaten Kerinci Tahun 2013
Keterangan:
5.2.3.Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi Kabupaten Kerinci
A. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik
Dengan memperhatikan tingkat pelayanan yang ada saat ini,
diharapkan pada akhir periode program jangka pendek, menengah dan
jangka panjang telah terjadi kenaikan pelayanan prasarana
air limbah manusia. Walaupun, pada saat ini masih ada sebagian penduduk
Kabupaten Kerinci menggunakan cara pengelolaan limbah manusia secara
konvensional atau non urban system yaitu dengan membuang limbahnya
di perairan terbuka berupa sungai, parit atau di tanah berupa kebun.
Upaya mencapai tujuan, sasaran, dan strategi pengembangan program
yang diinginkan akan dilakukan secara bertahap.
Dalam pengelolaan air limbah manusia, terutama yang ingin dicapai adalah :
1) Terwujudnya SPAL yang berkualitas dan berteknologi
2) Tersedianya regulasi untuk pengelolaan air limbah
3) Terwujudnya UPTD SPAL di 3 wilayah sasaran
4) Terlaksananya Sosialisasi air limbah secara berkelanjutan
5) Terwujudnya kerjasama dengan pihak swasta
6) Tersedianya SDM yang berkualitas dalam pengelolaan air limbah
Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Pengelolaan Air limbah
menurut RTRW Kabupaten Kerinci secara umum rencana yang dikembangkan
dalam hal pengelolaan Air limbah meliputi 5 aspek, yaitu manajemen
operasional, pendanaan, Komunikasi, Kelembagaan dan peran serta
masyarakat.
Adapun tujuan, sasaran, dan strategi pengembangan Air Limbah
Tabel. 5.8.
Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik
Tujuan
2. Mendorong partisipasi aktif pihak swasta
Sumber : Analisis Pokja PPSP Kabupaten Kerinci tahun 2013
B. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Persampahan
Rencana Tujuan, Sasaran, dan strategi pembangunan/pengembangan
persampahan dalam strategi sanitasi Kabupaten Kerinci memiliki jangka
waktu perencanaan 5 (lima) tahun merupakan salah satu tahapan
pengembangan lima tahunan daerah. Skenario pengembangan wilayah
Kabupaten Kerinci yang berkaitan dengan masalah persampahan dapat dilihat
dari visi, misi, tujuan dan sasaran pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Kerinci Tahun 2009 – 2014 sebagai berikut :
1) Struktur ruang Kabupaten / kota yang telah terbentuk (kawasan
terbangun);
3) Kebijakan tentang peningkatan kualitas pengelolaan SDA dan Lingkungan
Hidup;
4) Kebijakan tentang kelestarian fungsi lingkungan hidup;
Untuk mencapai tujuan tersebut, ditetapkan (2 dua) sasaran
pengembangan sub sektor persampahan sebagai berikut :
1) Meningkatkan cakupan pelayanan pengangkutan sampah, meliputi wilayah
pelayanan dan jumlah atau volume sampah terangkut;
2) Meningkatkan kegiatan pemilahan dan pengolahan sampah terpadu,
melalui pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang
didukung oleh program 3R dan Bank Sampah. Selanjutnya dalam
merumuskan strategi pengembangan persampahan, selain mengacu pada
arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah yang termuat di dalam
dokumen RPJMD kabupaten Kerinci 2009 - 2014 maupun arah kebijakan
dan strategi nasional dalam pengembangan.
Adapun tujuan, sasaran, dan strategi pengembangan persampahan
Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada tabel. 5.9 dibawah ini :
Tabel. 5.9.
Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan
Tujuan Sasaran Strategi
Pernyataan sasaran Indikator sasaran Mengoptimalkan
1. Melaksanakan Sosialisasi ke Masyarakat
2. Mendorong partisipasi aktif pihak swasta
3. Mengalokasikan dana pengolahan Persampahan 4. Menyesuaikan tarif
Retribusi Persampahan 5. Menyusun dan Menetapkan
Tujuan Sasaran Strategi Pernyataan sasaran Indikator sasaran
7.Terwujudnya
Sumber : SSK Kabupaten Kerinci tahun 2013
C. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase
Dalam perencanaan drainase perlu disusun petunjuk umum untuk tujuan
penyiapan:
Program penanganan drainase
Institusi pengelola sistem dan jaringan drainase, dalam hal ini adalah Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci dan kawasan tertentu dimungkinkan
melibatkan pihak swasta (developer)
Dalam konteks itu, acuan yang digunakan adalah Kepmen PU No
239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai drainase kota
dan fungsi utama sebagai pengendalian banjir.
Dalam pengembangan sistem drainase harus memperhatikan beberapa hal,
karena pembangunan sektor drainase tidak dapat dilepaskan dari
pembangunan infrastruktur lainnya, termasuk rencana pengembangan kota,
perumahan dan tata bangunan serta jalan kota.
1. Rencana pengembangan kota
Komponen program drainase harus mendukung skenario pengembangan dan
pembangunan kota, serta terpadu dengan rencana pengembangan
prasarana lainnya.
2. Perumahan rakyat dan tata bangunan
Sistem penanganan drainase kota harus terkoordinasi dengan penanganan
3. Jalan kota
Sistem drainase jalan yang disiapkan menjadi satu kesatuan dengan
komponen jalan hendaknya disinkronkan dengan sistem yang disiapkan
oleh penyusun sistem dan jaringan dalam komponen drainase.
Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase menurut RPIJMD
Kabupaten Kerinci secara umum rencana yang dikembangkan dalam hal
pengembangan tahapan pembnagunan drainase meliputi 5 aspek, yaitu
manajemen operasioanal, pendanaan, Komunikasi, Kelembagaan dan peran
serta masyarakat.
Kebijakan tahapan Pengembangan Drainase :
1) Pengembangan sistem pembangunan drainase yang efisien dan efektif
2) Penerapan mekanisme pembangunan drainase yang baik dan sesuai
dengan masing-masing kondisi daerah (Zoning).
Terjadinya luapan air (run-off) di beberapa ruas badan jalan dan
kawasan permukiman penduduk merupakan permasalahan lingkungan yang
harus segera dicarikan solusi pemecahannya oleh Pemerintah yang pada
pelaksanaanya memerlukan dukungan dan partisipasi dari masyarakat dan
sektor dunia usaha. Atas dasar permasalahan tersebut, serta sejalan dengan
tujuan pembangunan daerah Kabupaten Kerinci untuk menciptakan lingkungan
yang sehat dan dinamis ditetapkan tujuan pengembangan sub sektor drainase
adalah mewujudkan kabupaten Kerinci Bebas tersumbat dan bebas dari
genangan air dengan sasaran-sasaran sebagai berikut :
1) Tersedianya data dan informasi mengenai sistem drainase yang
terintegrasi sebagai bahan untuk perencanaan pengembangan drainase
yang sesuai dengan karakteristik kondisi wilayah Kabupaten Kerinci;
Adapun untuk mencapai tujuan, sasaran, dan strategi pengembangan
persampahan Kabupaten Kerinci dengan mempertimbangkan isu strategis
dalam pengolahan drainase disusun dan disepakati rumusan strategi
pengembangan sub sektor drainase dapat dilihat pada tabel V.2.6 dibawah
ini:
Tabel. 5.10.
Tujuan, Sasaran, danTahapanPencapaianPengembangan Drainase
Tujuan Sasaran Strategi
Pernyataan sasaran Indikator sasaran
Mengoptimalkan
Sumber : SSK Kabupaten Kerinci tahun 2013
D. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan Promosi Higiene dan
Sanitasi (Prohisan)
Dengan memperhatikan tingkat pelayanan yang ada saat ini, diharapkan
pada akhir periode program jangka, pendek, menengah dan jangka panjang
telah direncanakan program-program Promosi Higiene dan Sanitasi
(PROHISAN). Walaupun, pada saat ini masih ada sebagian penduduk
Kabupaten Kerinci berprilaku hidup belum sehat. Upaya mencapai tujuan,
Dalam mencapai dan memperbaiki pola hidup bersih dan sehat adalah :
1) Tercapainya Standar Pelayanan Minimum (SPM) untuk prilaku hidup
bersih dan sehat
2) Meningkatkan kondisi dan kualitas lingkungan.
Untuk mencapai Tujuan, sasaran, dan strategi yang telah ditetapkan, maka
akan ada strategi yang ditempuh antara lain : 1) Pemberdayaan berwawasan
kesehatan, 2) Pemberdayaan masyarakat, 3) Pengembangan upaya dan
pembiayaan kesehatan, 4) Pengembangan dan Pemberdayaan SDM kesehatan.
Keberhasilan pelaksanaan rencana strategic instansi Dinas Kesehatan
Kabupaten Kerinci ini sangat tergantung kepada konsistensi, komitmen dan
kemauan yang kuat dari seluruh jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci
dalam melaksanakannya. Untuk itu visi dan misi, tujuan, sasaran, kebijakan
yang telah ditetapkan hendaknya dijadikan acuan dalam meningkatkan
kualitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan
di Kabupaten Kerinci dalam kurun waktu lima tahun. Penyusunan SSK ini
dilakukan sedemikian rupa sehingga hasil pencapaiannya dapat diukur dan
dipergunakan sebagai bahan penyusunan kinerja tahunan Dinas Kesehatan
Kabupaten Kerinci.
Tabel. 5.11.
Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengelolaan Sanitasi Rumah Tangga
Sumber : SSK Kabupaten Kerinci tahun 2013
Tujuan Sasaran Strategi
Pernyataan sasaran Indikator sasaran
Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Kab. Kerinci
1. Terlaksananya Sosialisasi tentang PHBS di seluruh desa di kab. Kerinci 2. Terwujudnya
1. Melaksanakan Sosialisasi ke Masyarakat
2. membentuk kelompok lomba dasawisma untuk penerapan kegiatan desa bersih
3. menyusun dan menetapkan ranperda tentang sanitasi 4. menjadikan kawasan
Tabel. 5.12.
Tujuan, Sasaran, danTahapan Pencapaian Pengelolaan Sanitasi Sekolah
Tujuan Sasaran Strategi
Pernyataan sasaran Indikator sasaran
Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah dan Murid terkait sanitasi tentang pelaksanaan kegiatan STBM 2. Meningkatkan pendanaan
cetak dan elektronik untuk mempromosikan kegiatan PHBS
5. memicu kesadaran Guru dan Siswa SD yang berperilaku hidup bersih dan sehat 6. Melakukan pemantauan dan
penilaian terhadap PHBS tatanan Sekolahan Sumber : SSK Kabupaten Kerinci tahun 2013
5.3.
RISPAM Kabupaten Kerinci
5.3.1.Perwilayahan SPAM Kabupaten Kerinci
PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci di dukung dengan adanya Instalasi
Pengolahan Air sebanyak 29 unit dengan kapasitas 421 l/det, yang berada di 8
lokasi dengan sistim perpompaan dan gravitasi.
A. Ibukota Kabupaten
Cabang Siulak
Total kapasitas pada cabang siulak ini adalah 55 liter/detik, dengan
voume reservoar 550 m3. Terdapat 2 (dua) intake yaitu intake sungai sikabu
dan sungai mukai. Intake Sungai Sikabu, terdiri dari 2 (dua) IPA (instalasi
pengolahan air) yaitu IPA jenis SSF dengan kapasitas produksi 5 liter/detik dan
IPA jenis IPA baja yang kapasitasnya juga sebesar 5 liter/detik dengan volume
reservoar masing-masing 50 m3, sistem distribusi hidrolis. Sedangkan intake
Sungai Mukai memiliki 3 (tiga) instalasi pengolahan air yaitu 2 (dua) jenis IPA 5
liter/detik dengan jenis IPA beton dan IPA SSF, namun IPA SSF tidak
m3, sedangkan IPA dengan kapasitas 40 liter/detik memiliki reservoar dengan
volume 400 m3. Sistem distribusi yang digunakan pada intake sungai mukai ini
juga dengan sistem hidrolis.
PDAM cabang siulak ini meliputi wilayah pelayanan untuk Kecamatan
Gunung Kerinci, Kecamatan Siulak, Kecamatan Air Hangat, Kecamatan Depati
Tujuh dan Kecamatan Pesisir Bukit.
Sambungan rumah Cabang Siulak ini berjumlah 3.520 SR, ekspor ke
Cabang Semurup 1.479 SR, dan ekspor ke Cabang Sungai Penuh 30 SR. Dengan
demikian, total sambungan rumah untuk Cabang Siulak ini adalah 5.029 SR.
B. Ibukota Kecamatan
1. Cabang Semurup
Cabang Semurup, dengan intake dari Sungai Pendung memiliki 4 (empat)
IPA, yaitu IPA 5 liter/detik jenis SSF (tidak aktif), 2 IPA dengan kapasitas 10
liter/detik dengan jenis IPA baja dan IPA Beton dengan reservoar sebesar 50
m3, dan IPA dengan kapasitas 80 liter/detik dengan reservoar sebesar 600 m3.
Keseluruhan IPA yang ada di cabang Semurup didistribusikan dengan sistem
hidrolis.
PDAM Cabang Semurup ini meliputi wilayah pelayanan untuk Kecamatan
Air Hangat, Kecamatan Air Hangat Timur, Kecamatan Depati Tujuh,
Kecamatan Hamparan Rawang, dan Kecamatan Pesisir Bukit. Sambungan
rumah dari Cabang Semurup 6.826 SR, impor dari cabang Siulak 1.479 SR dan
ekspor ke cabang Sungai Penuh sebanyak 2.618 SR.
2. Cabang Sungai Penuh
Cabang Sungai Penuh memiliki 3 (tiga) intake, yaitu dari Sungai Batang
Merao, Sungai Jernih, dan Sungai Ampuh. Intake Sungai Batang Merao memiliki
IPA Baja kapasasitas 20 liter/detik dengan kapasitas reservoar sebanyak 100
m3. Intake Sungai Jernih memiliki 2 (dua) IPA jenis beton, yaitu dengan
kapasasitas 20 liter/detik dan 35 liter/detik dengan reservoar 200 m3 dan 100
reservoar 50 m3. Keseluruhan IPA yang ada menggunakan pendistribusian
dengan sistem Hidrolis.
Wilayah pelayanan dari dari cabang Sungai Penuh ini meliputi Kecamatan
Sungai Penuh, Kecamatan Hamparan Rawang, Kecamatan Kumun Debai,
Kecamatan Tanah Kampung, Kecamatan Pesisir Bukit dan Kecamatan Keliling
Danau.
Sambungan Rumah total di cabang Sungai Penuh ini berjumlah 11.251 SR,
yang terdiri dari supply setempat 8.060 SR, impor dari cabang Siulak 30 SR, impor dari cabang Semurup 2.618 SR’ impor dari cabang PI. Tengah 300 SR dan impor dari cabang Joang 243 SR.
3. Cabang Hiang
Cabang Hiang memiliki 4 (empat) intake, yang terdiri dari 2 (dua) intake
dari Danau Kerinci dengan kapasitas 20 liter/detik jenis IPA Baja dan IPA
Beton, dengan reservoar masing-masing IPA 100 m3. Distribusi dengan pompa.
Selanjunty intake Sungai Ambei dengan jenis IPA Beton kapasitas 10
liter/detik, dengan reservoar 100 m3. Intake Sungai Batang Sangkir dngan
kapasitas 10 liter/detik dengan 100 m3.
Wilayah pelayanan meliputi Kecamatan Danau Kerinci, Kecamatan
Sitinjau Laut, Kecamatan Tanah Kampung dan Kecamatan Kumun Debai.
Sambungan Rumah di cabang Hiang ini berjumlah 6.514 SR dan impor ke
Cabang Sungai Penuh sebanyak 243 SR.
4. Cabang Jujun/Pulau Tengah
Sungai Gunung Lumut, Muara Telago dan Sungai Batang Merao adalah
intake yang ada di cabang ini. Intake sungai Gunung Lumut hanya berkapasitas
2,5 liter/detik dengan jenis IPA Beton dan reservoar 50 m3. Muaro Telago
dengan jenis IPA Broncapt berkapasitas 10 liter/detik dengan reservoar 50 m3.
Sungai Batang Merao berkapasitas 30 liter/detik dengan kapasitas reservoar
300 m3. Sistem pendistribusian secara hidrolik.
Danau dan Kecamatan Kumun Debai. Sambungan Rumah berjumlah 1.972 SR,
dan ekspor ke Cabang Sungai Penuh 300 SR.
5. Cabang Tamiai
Intake berasal dari Sungai Batang Sako dan Sungai Batang Merangin
dengan kapasitas produksi masing-masing 2,5 liter/detik dan 10 liter/detik
dengan jenis IPA Beton, sedangkan reservoar sama-sama berkapasitas 50 m3.
Sistem distribusi secara hidrolik untuk melayani Kecamatan Batang Merangin.
Sambungan Rumah keseluruhan di Cabang Tamiai 745 SR.
6. Cabang Lempur
Danau Lingkat dan Muara Talang Kemuning merupakan intake dari
cabang Lempur, dengan kapasitas 10 liter/detik, reservoar masing-masing 100
m3 sistem hidrolik untuk melayani Kecamatan Gunung Raya yang memiliki SR
sebanyak 2.010.
7. Cabang Kayu Aro
Cabang Lempur mengambik Intake dari MA Pelompek, Muara Sungai
Tanduk dan Muara Sungai Tanduk dan Muara Sungai Lintang. Intake MA
Pelompek berkapasitas produksi 10 liter/detik dengan reservoar 100 m3.
Intake Muara Sungai Tandung 16 liter/detik, dan intake Muara Sungai Lintang
dengan kapasitas 10 liter/detik, keseluruhan IPA yang ada berjenis Broncapt.
Reservoar berkapasitas 100 m3, dan muara Sungai Lintang berkapasitas 100
m3.
Wilayah pelayanan adalah Kecamatan Gunung Tujuh dan Kecamatan
Kayu Aro. Jumlah SR sebanyak 3.879.
5.3.2.Rencana Pengembangan SPAM Kabupaten Kerinci
Tingkat pelayanan didasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan
target pelayanan nasional. Untuk skala perkotaan tingkat pelayanan harus
mencapai 80% dan IKK/pedesaan 60% dari total jumlah penduduk.
Tingkat pelayanan direncanakan sesuai dengan perkembangan
penduduk tiap 5 tahun, maka tingkat pelayanan untuk tahap I untuk wilayah
Kabupaten Kerinci mencapai 60%, sedangkan tahap II mencapai 80 % dan
tahap III sebesar 90 % penduduk wilayah Kabupaten Kerinci dapat terlayani
oleh air bersih dimana
Untuk meningkatkan cakupan pelayanan maka pemerintah daerah
dalam mensejahterakan tingkat kesehatan masyakat baik melalui operator,
BLU maupun organisasi masyarakat adalah harus melakukan upaya-upaya
sebagai berikut :
Penyediaan Prasarana dan sarana air minum untuk daerah rawan air
(IKK/pedesaan) yang belum memiliki sistem.
Perluasan/Pengembangan SPAM Kota/IKK yang sudah memiliki sistem (baik
jaringan perpipaan maupun pelayanan/SR-HU).
Peningkatan air minum non perpipaan yang terlindungi.
Peningkatan Penyehatan PDAM dari status kurang sehat menjadi sehat dengan
melakukan penyesuaian tarif air rata-rata dan dukungan APBD dalam mengurangi
hutang.
Menurunkan tingkat kehilangan air/kebocoran dari 28,34% menjadi 20% (standar
kehilangan air nasional).
Penambahan sambungan pelayanan (SR)
Penambahan Kapasitas Produksi
Besarnya tingkat pelayanan yang didasarkan pada perkembangan jumlah penduduk dalam pencapaian target MDG’s serta target perencanaan (hasil proyeksi penduduk sampai tahun 2028).
Rencana pentahapan pengembangan akan dibagi dalam 3 tahap yaitu
tahap I adalah tahap jangka pendek yang telah diprogramkan untuk memenuhi
kebutuhan tahun 2011/2012 , tahap II adalah tahap jangka menengah untuk
A. Kapasitas Sistem
Teknis
Kajian alternatif pengembangan SPAM Kabupaten Kerinci secara teknis
dapat berupa:
Pengembangan terhadap daerah yang belum terjangkau oleh jaringan
perpipaan yang berpotensi untuk berkembang dan menjadi prioritas
pengembangan jaringan ke daerah tersebut.
Pengembangan terhadap daerah yang sudah terjangkau oleh jaringan
perpipaan namun tingkat pelayanan belum optimal.
Pengembangan terhadap peningkatan kapasitas dengan membangun
sistem baru atau up rating IPA.
Potensi
Pengembangan SPAM Kabupaten Kerinci terutama wilayah perkotaan
sangat berpotensi besar mengingat Kecamatan Kerinci dalam satu dasa warsa
terakhir sangat pesat berkembang baik pertumbuhan penduduk maupun
pertumbuhan perdagangan dan jasa. Potensi-potensi yang dapat mendukung
dalam pengembangan SPAM Kabupaten Kerinci adalah :
Cakupan dan tingkat pelayanan yang maksimal sehingga tidak ada
kapasitas yang idle.
Kapasitas sumber yang memiliki kualitas dan kuantitas yang mencukupi
setiap saat.
Kemauan dan kemampuan masyarakat dalam membiayai sistem.
SDM yang mencukupi dalam menjalankan sistem dengan ditunjang
kemampuan skil yang memadai dan,
Penurunan tingkat kehilangan air yang tinggi.
Kebutuhan Air
Kebutuhan air untuk pelayanan sampai dengan tahun 2028 sesuai dengan
periode tahun perencanaan antara 15 – 20 tahun ke depan untuk Kabupaten
Kerinciakan ditentukan berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk terhadap
kebutuhan air total untuk perkotaan sebesar 315,17 lt/dt dan untuk pedesaan
sebesar 210,11 lt/dt. Sehingga untuk wilayah yang sudah dilayani dengan
sistem SPAM saat ini hanya menambahkan kekurangan terhadap kapasitas dan
sambungan pelayanan yang ada sesuai dengan kebutuhan proyeksi.
Air baku yang akan disadap/digunakan adalah air dari sumber air
permukaan, sumber ini dipilih karena wilayah Kabupaten Kerinci banyak
dilintasi oleh sungai-sungai terutama Sungai Batang Merangin dan Sungai
Jernih yang memang banyak melintasi kecamatan-kecamatan yang ada
diwilayah tersebut dan memiliki debit minimum yang cukup besar yaitu 591.3
m3/dt dan 112,5 m3/dt. Dengan demikian pengambilan air baku dari air
permukaan dibutuhkan bangunan penangkap air/intake, bangunan intake
sungai ini ada berbagai type/jenis yaitu jenis sumuran tepi/bantaran dengan
sadap melalui saluran terbuka dan jenis intake jembatan anjungan (sumuran
di tengah sungai) atau intake kanal (dengan membuat chamber). Kebutuhan
debit sadap diambil debit maksimum akhir tahun perencanaan (Qmax = 1,1 x
pemakaian debit rata-rata).
Unit Produksi
Dengan sumber air berasal dari air permukaan maka unit produksi yang akan
digunakan adalah instalasi pengolahan air lengkap dengan kapasitas
pengolahan air disesuaikan dengan kebutuhan debit masing-masing baik
Perkotaan/IKK yang akan dilayani. Kebutuhan Debit Maksimum Unit Air Baku
dan Unit Produksi pelayanan perkotaan/IKK akhir tahun perencanaan 2028.
Unit produksi tersebut merupakan rangkaian proses pengolahan air yang
hasilnya akan ditampung dalam bangunan berupa bak penampung air
sementara (reservoir) sebelum didistribusikan ke pelayanan.
Unit Distribusi
Unit distribusi merupakan jaringan transfer air (jaringan perpipaan) ke
sambungan langsung pelanggan, kapasitas jaringan transfer air ini tergantung
jumlah/kapasitas sambungan langsung dihitung atas kebutuhan air jam
puncak.
RENCANA PENURUNAN TINGKAT KEBOCORAN
A. Penurunan Kebocoran Teknis
Upaya penurunan tingkat kebocoran/kehilangan air secara teknis
merupakan tantangan besar bagi pengelola air minum, hal ini terkait dengan
kinerja yang nantinya dapat berpengaruh terhadap biaya produksi. Selama ini
upaya yang dilakukan oleh SPAM Kabupaten Merangin dalam penurunan
kebocoran/kehilangan air secara teknis masih terfokus pada jaringan pipa
yang rusak, berdasarkan adanya laporan yang kemudian baru melakukan
perbaikan¬perbaikan secara langsung. Sedangkan kebocoran teknis lain
seperti kebocoran katup dan pengurasan (washout) pada jaringan tidak begitu
diperhatikan. Upaya penurunan kebocoran/kehilangan air secara teknis harus
dilakukan secara berkala dan kontinyu, dengan cara monitoring jaringan per
zona pelayanan.
B. Penurunan Kebocoran Non Teknis
Kebocoran/kehilangan air secara non teknis/administrasi tidak kalah
besar tantangannya dengan kebocoran/kehilangan air secara teknis. Disini
sering operator cenderung mengabaikan hal-hal yang dianggap sepele/kecil
namun berdampak besar seperti :
Melakukan perkiraan angka meter sesuai dengan keinginannya sendiri
terhadap kondisi alat ukur (meter induk atau meter pelanggan) yang
tidak berfungsi/bekerja dengan baik dan atau terhadap pelanggan yang
rumahnya terkunci/kosong. Dengan kata lain kemungkinan kehilangan air
yang nyata dapat lebih besar dari 30%.
Salah melakukan dalam pembacaan meter dan perhitungan biaya.
Hal lain yang menyebabkan kebocoran/kehilangan air secara administrasi
adalah :
Adanya sambungan tak tercatat (pencurian air/sambungan illegal).
Upaya yang harus dilakukan dalam penurunan air secara administrasi adalah
dengan:
Menempatkan tenaga yang jujur, memiliki skil dan kemampuan
berhitung.
Melakukan penggantian meter air yang tidak berfungsi/rusak dengan
yang baik secara berkala ± 6 bulan sekali untuk dikalibrasi.
Melakukan monitoring terhadap adanya sambungan tanpa meter dan
sambungan-sambungan illegal.
Melakukan monitoring terhadap pelanggan yang melakukan manipulasi
sambungan (by pass, pemasangan magnet dsb.)
C. Perhitungan Water Balance
Titik awal dari analisis kebocoran/kehilangan air adalah perhitungan
kesetimbangan air dalam system. Oleh karena itu alat ukur yang tepat sangat
diperlukan. Dala m kenyataan nya peralata n-pera latan tersebut sering tidak
sesuai atau berfungsi kurang baik atau tidak secara teratur dikalibrasi.
Salah satu bagian dari penilaian kehilangan air dalam sistem distribusi
diperlukan data :
Volume air yang didistribusikan, dihitung rata-rata dari meter induk = Vd
Volume air yang dikonsumsi pelanggan, dihitung rata-rat dari meter air
pelanggan = Vc
Maka kesetimbangan air dari sistem distriubusi dapat dihitung berdasarkan
rumus :
Vd =Vc + Vk (Vk = Volume kebocoran)
Sedangkan prosentase kehilangan air adalah :
Vk
D. Potensi Pencemar Air Baku
Keberadaan air permukaan, air tanah dan mata air sebagai sumber
kehidupan bagi makhluk hidup saat ini cenderung menurun kualitas dan
kuantitasnya, hal ini tidak terlepas dari ulah dan kegiatan manusia demi
kepentingan pribadi dan golongan. Penyebab utamanya adalah alih fungsi
lahan dan penebangan liar pada kawasan lindung, penambangan
liar/tradisional (emas, batu bara dan pasir) dan buangan air kotor serta
buangan padat (sampah) dari permukiman yang tidak dikelola dengan baik dan
benar akan mencemari/merusak lingkungan dan badan air perairan. Untuk
mengembalikan kondisi lingkungan tersebut harus diupayakan konservasi
(mempertahankan, merehabilitasi dan meningkatkan daya guna) lingkungan
yang optimal serta melaksanakan peraturan dan kebijakan pemerintah, dan
partisipasi peran serta masyarakat.
Rekomendasi Penguasaan Dan Pengamanan Sumber Air Baku
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital untuk saat ini dan masa yang akan
datang, keberadaan sumber air akan sangat sulit didapatkan baik air tanah,
air permukaan dan mata air dengan kondisi kualitas, kuantitas yang baik dan
mencukupi serta kontinuitas yang berkelanjutan bila tidak di jaga dan
dilestarikan. Dengan kondisi tersebut perlu dilakukan kelestarian dan
pemanfaatannya dengan menjaga kondisi lingkungan dan perilaku manusia
untuk menjaga sumber-sumber air baku dari kegiatan dan aktivitas manusia
yang berpotensi sebagai pencemar.
Dalam Undang-undang Dasar negara disebutkan air, tanah dan udara
sepenuhnya milik dan dikuasai oleh negara, dalam hal ini pemerintah daerah
dan DPRD sebagai regulator kebijakan publik perlu membuat suatu peraturan
(Perda) tentang penguasaan dan pengamanan pengelolaan sumber daya alam
atas sumber-sumber air baku tersebut, serta peran serta dan partisipasi
masyarakat dalam melestarikan dan mengawasi lingkungan sehinga kegiatan
dan aktivitas manusia yang dapat menimbulkan pencemaran/ dampak
diberlakukan sanksi hukum yang dapat membuat jera pelaku pengrusakan
lingkungan.
Pengolahan Limbah Dari IPA
Berbagai macam proses apapun suatu produk akan menghasilkan
limbah/buangan dari produk tersebut, tidak terkecuali proses pengolahan air
dari air kotor menjadi air bersih. Pengolahan air bersih/minum dari instalasi
pengolahan air/IPA akan menghasilkan limbah berupa kandungan lumpur yang
bila tidak ditangani akan menyebabkan dampak lingkungan terutama dapat
menyebabkan pendangkalan terhadap perairan setempat. Hasil limbah lumpur
dari proses pengolahan air minum perlu dilakukan proses pemisahan antara air
dan partikel diskrit endapan lumpur dengan membuat bangunan pengering
lumpur sebelum dibuang atau ditempatkan pada tempat yang aman.
Potensi Sumber Air Minum Dari IPAL
Penggunaan air akibat aktivitas manusia akan menghasilkan air buangan yang
berpotensi sebagai pencemar baik terhadap air permukaan maupun air tanah.
Untuk wilayah perkotaan sumber air buangan berasal dari permukiman sebagai
air kotor yang akan dibuang ke badan air permukaan melalui saluran drainase.
Air hasil buangan tersebut merupakan pencemar bagi badan air penerima
(sungai) yang berfungsi sebagai sumber air baku. Untuk itu sebelum air
buangan masuk ke badan air penerima harus diproses dan diolah lebih dahulu
melalui kolam stabilisasi seperti sistem Echodrain untuk mengurangi beban
pencemar. Sedangkan air buangan dari hasil buangan padat manusia akan
dibuang melalui jamban maupun septik tank, yang apabila tidak dikelola
dengan baik dan benar akan mencemari sumber air tanah.
Untuk itu perlu dilakukan pembuatan kolam resapan dengan media yang dapat
menghambat kandungan pencemar dalam air buangan yang meresap ke dalam