7-24
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019 7.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN7.1.1 ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Penjabaran isu-isu strategis ini difokuskan pada bidang keciptakaryaan,
seperti kawasan kumuh di perkotaan, dan mengenai kondisi infrastruktur di
perdesaan. Isu-isu strategis pengembangan permukiman di Kabupaten Bandung
Barat adalah sebagai berikut:
Tabel-7.1:
Isu-isu Strategis Pengembangan Permukiman di Kabupaten Bandung Barat
No Isu Strategis Keterangan
1 Pengentasan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
Rumah permanen
di kawasan
perkotaan : 58% dari total Kab.
Rumah Semi
permanan di
kawasan
perkotaan : 17 % dari total Kab 2 Peningkatan PSDPU Kawasan Strategis
Pedesaan melalui Progam Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa
3 Peningkatan Perencanaan
Partisipatif/berbasis masyarakat melaui Program CAP-RPP
7.1.2 KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah
wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh
permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial.
BAB VII
RENCANA PEMBANGUNAN
7-25
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019Untuk mencapai hal tersebut terlebih dahulu perlu diketahui peraturan
perundangan di tingkat Kabupaten Bandung Barat (meliputi peraturan daerah,
peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang
mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan
pemanfaatan pembangunan permukiman.
Tabel-7.2
Peraturan Daerah terkait Pengembangan Permukiman
No
Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan
Walikota/Bupati/Peraturan Lainnya Keterangan
No. Peraturan Perihal Tahun
1 Peraturan Daerah Kabupaten Bandung
Barat No. 13 Tahun 2013
Penyerahan Prasarana, Saranan, dan
Utilitas Perumahan dan
Permukiman
2013
2 Peraturan Daerah Kabupaten Bandung
Barat No. 06 Tahun 2013
Penyelenggaraan Rumah Susun
2013
3
Pengembangan Permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada
hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang
sehat dan layak huni (liveble), aman, nyaman, damai dan berkelanjutan serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Kondisi permukiman perkotaan di Kabupaten Bandung Barat sangat erat
dengan pesatnya pembangunan dan perkembangan kota yang mengarah pada
kegiatan perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa meningkatkan daya
tarik bagi para penduduk di Kabupaten Bandung Barat, sehingga kebutuhan
perumahan juga akan semakin meningkat. Tingginya perkembangan kebutuhan
perumahan dan permukiman di perkotaan membawa dampak tumbuhnya
kantong-kantong permukiman kumuh demikian juga di wilayah Kabupaten
Bandung Barat Dari data yang ada, kawasan kumuh di Kabupaten Bandung
Barat sampai dengan tahun 2014 tercatat 121,81 ha, yang tersebar di 17 lokasi.
selengkapnya data kawasan kumuh di Kabupaten Bandung Barat sebagai
7-26
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019 Tabel-7.3:Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Bandung Barat tahun 2014
No
Lingkup Administratif Luas Kawasan
(Ha)
Koordinat
Kecamatan Desa Lokasi Lintang Bujur
1 Lembang Lembang Rw 1, 13 7,45 107o 37' 5.866"
Selama ini penyediaan perumahan di Kabupaten Bandung Barat tidak
hanya dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sendiri, tetapi juga partisipasi
para pengembang swasta. Sedikitnya terdapat sekitar 134 lokasi kawasan RSH
di Kabupaten Bandung Barat yang perumahannya dibangun oleh para
pengembang swasta. Lokasi perumahan tersebut tersebar di beberapa lokasi
baik di kawasan yang diperuntukan bagi pengembang permukiman hingga
sekitar kawasan pingiran kota. Selengkapnya kondisi RSH di Kabupaten
7-27
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019 Tabel-7.4:Data Kondisi RSH di Kabupaten Bandung Barat
No Lokasi RSH Tahun
Pembangunan Pengelola
Jumlah 7 Batujajar Barat 2010 Febian Recidende 15 8 Cikalongwetan 1994 BTN Cikalong
13 Ciptaraharja 2003 Cipatat Elok 1000 14 Ciptaraharja 2009 Taman Garuda
Permai
40
15 Ciptaraharja 2003 Griya Sukarame Asri
75
16 Ciptaraharja 1993 Sagitarius 18 17 Ciptaraharja 1993 Sagitarius 30 18 Gunungmasigit 1993 Sagitarius Indah
Gunungmasigit
6
19 Citatah 2003 Taman Firdaus Indah
30
20 Laksanamekar 1998 Perum Laksana Mekar Asri
250
21 Laksanamekar 2010 Perum Cipta Mas 2 300 22 Laksanamekar 2002 Perum Ciampel
Indah
300
23 Laksanamekar 2010 Batujajar Regency 250 24 Laksanamekar 2000 Perum Guru
Ciampel
45
25 Laksanamekar 2005 Jamar Bakti Indah 60 26 Laksanamekar 2004 Perumahan
Pusdikter
12
27 Laksanamekar 2010 Perum Tipar Asih 120 28 Laksanamekar 2012 Rusunawa
Batujajar
29 Padalarang 2007 Graha Padalarang Indah
38 Jayamekar 1998 Citra Padalarang Indah
200
7-28
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-201944 Gadobangkong 2005 Lembah Teratai 200 45 Gadobangkong 1983 Pondok Dustira 300 46 Gadobangkong 1985 Padasuka Indah II 400 47 Gadobangkong 2010 Lembah
Parahyangan
25
48 Gadobangkong 2008 Bumi Siliwangi Asri
45
49 Gadobangkong 2010 Cemara Regency 12 50 Gadobangkong 1990 Permata Cimahi 600 51 Tanimulya 1992 Tanimulya Indah 450 52 Tanimulya 1996 Tanimulya Indah 2 200 53 Tanimulya 2002 Puri Cipageran
Indah 2
350
54 Tanimulya 2004 Bumi Pakusarakan 450 55 Tanimulya 2006 Bumi Pakusarakan
7-29
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019 96 Cihanjuang 1975 Bumi Cihanjuang97 Sariwangi 2009 Bumi Sariwangi 17 98 Sariwangi Cibaligo Permai 138 99 Cihanjuang Cihanjuang Blok A 48 100 Ciwaruga 2006 Pondok Graha
Lista
101 Sariwangi 2008 Graha Sariwangi Residence
22
102 Sariwangi 2013 Green Calista 4 103 Cihanjuang 2013 Green Cihanjuang 5 104 Cigugurgirang 2012 Green Land
105 Cihanjuangrahayu 2013 Griya Cihanjuang 8 106 Cihanjuang 2011 Harmoni 70 107 Cihanjuang 2002 Katumiri
108 Cigugurgirang 2013 Maharani Village 27 109 Ciwaruga 2011 Mustika Residence 30 110 Ciwaruga 2005 Royal View
Residence 111 Sariwangi 1985 Sariwangi Asri 112 Sariwangi 2010 Sariwangi City
View
113 Sariwangi 2010 Sariwangi Regency 114 Sariwangi 2012 Sariwangi Village
115 Cihanjuang 2008 Selaras 31
116 Ciwaruga Sera Valley
(De’lima)
117 Cihideung 2009 Setia Budhi Regency
118 Cihideung 2010 Sethiabudi Graha Puspa
119 Sariwangi 2011 SSP Sariwangi 79 120 Cihanjuang 2012 Taman Cihanjuang
2
75
121 Cihanjuang 2010 Taman Cihanjuang 122 Ciwaruga 1994 Parigi Indah
(Kavling DPR)
123 Padaasih 2009 Padaasih Regency 25 124 Padaasih 2013 Pancanaka Orchid
Hill
125 Padaasih Pesona Alam Indah
126 Wangunsari 2009 Budi Indah 13 127 Sukajaya 2013 Cluster Pesona
Lembang
10
128 Mekarwangi 2013 Pramestha Resort Town
21
129 Langensari 1998 Taman Ciputri Indah
130 Pataruman 2010 Cihampelas-Pataruman
105
131 Pataruman 2011 Cihampelas-Pataruman
175
132 Pataruman Cihampelas-Pataruman 133 Pataruman 2010
7-30
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019134 Singajaya 2009 Cihampelas-Singajaya
500
Selain itu untuk mencukupi kebutuhan permukiman penduduk di
Kabupaten Bandung Barat, pemerintah telah menyediakan Rumah Susun
Sederhana Sewa (Rusunawa) yang diperuntukan untuk masyarakat
berpenhasilan rendah (MBR). Rusunawa yang ada di Kabupaten Bandung Barat
terdapat di Desa Laksanamekar Kecamatan Padalarang, Desa Cikole Kecamatan
Lembang, dan Desa Pangauban Kecamatan Batujajar. Selengkapnya kondisi
Rusunawa di Kabupaten Bandung Barat tersaji pada Tabel-7.5
Tabel-7.5:
Data Rusunawa di Kabupaten Bandung Barat
N
o Lokasi Rusunawa
Tahun
Pembangunan Terhuni/Tidak Pengelola
Jumlah
Penghuni Kondisi
Prasarana
Untuk Wilayah Kabupaten Kondisi Pengembangan Permukiman dapat ditambahkan hal-hal berikut
Untuk mempercepat pertumbuhan dan pembangunan di perdesaan,
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat telah melakukan pengembangan
permukiman perdesaan yang diarahkan pada Pengembangan Kawasan Terpilih
Pusat Pengembangan Desa (KTP2D), Pengembangan Kawasan Agropolitan,
Community Action Plan Rencana Perumahan Permukiman (CAP-RPP).
Selengkapnya pengembangan permukiman di Kabupaten Bandung Barat kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir tersaji pada Tabel-6.6.
Tabel-7.6:
Data Program Perdesaan di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2011-2014
No Program/Kegiatan Lokasi Satuan Status
1 Studi kelayakan
KTP2D dan
penyusunan DED TA. 2011
Desa
Cicangkanggirang Kec.
Sindangkerta Desa Kertamukti Kec Cipatat
1 paket
2 Pelaksanaan
Fisik/Jalan Poros
1.Desa
Cicangkanggir
7-31
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-20193 Pelaksanaan
Fisik/Jalan Poros Desa TA.2013
Sarimukti Kec. Cipatat
penyusunan DED Desa Saguling Kec. Saguling TA. 2013
Kecamatan 2012 Kecamatan Padarang, Kec. Cikalongwetan dan Cipeundeuy.
8 Studi Kelayakan CAP-RPP Tahun
2014 Kec.
Gununghalu Kec
7-32
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-201912 Pelaksanaan Fisik
Jalan Poros
Agropolitan TA. 2013
Desa Suntenjaya Kec. Lembang
600 x 2,5 m
13 Pelaksanaan Fisik
Jalan Poros
Agropolitan TA. 2013
Desa Karyamukti Kec. Cililin
400 x 2,5 m
14 PSPDU Kawasan Agropolitan TA. 2014
Desa Suntenjaya Kec. Lembang
Penyediaan infrastruktur permukiman perdesaan di Kabupaten Barat telah
dilakukan melalui pembangunan, peningkatan maupun pemeliharaan. Selain itu
bantuan stimulan sebagai pendorong dalam perbaikan infrastruktur
permukiman perdesaan juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Bandung Barat, yang diberikan kepada warga/ masyarakat yang benar-benar
membutuhkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman. Selama
kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, yakni dari tahun 2011 - 2014. tercatat
sebanyak 5 (lima) infrastruktur permukiman yang sudah terbangun di
Kabupaten Bandung Barat Selengkapnya kondisi infrastruktur perdesaan di
Kabupaten Bandung Barat tersaji pada Tabel-7.7.
Tabel-7.7:
Data Kondisi Infrastruktur Perdesaan di Kabupaten Barat
No Infrastruktur
Terbangun Lokasi Satuan Kondisi
1 Jalan Penetrasi Desa Cicangkanggirang – Desa Weninggalih Kec Sindangkerta
Desa
Cicangkanggirang
– Desa
Weninggalih Kec Sindangkerta
Desa Kertamukti
– Desa Cipatat
Desa Kertamukti
7-33
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019Desa Karyamukti Kec Cililin
Baik
7.1.3 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten
Bandung Barat dirinci berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek
pembiayaan, aspek peran serta masyarakat/swasta dan aspek lingkugan
permukiman. Permasalahan dan tantangan serta solusi alternatif pemecahannya
dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Bandung Barat selengkapnya
tersaji pada Tabel-7.8.
Tabel-7.8:
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Bandung Barat
No Aspek Pengembangan Permukiman kendaraan yang melebihi standar dari kualitas jalan
2) Drainase jalan yang belum seluruhnya terbangun
1) Peningkatan kualitas jalan dan pembebasan lahan untuk pelebaran jalan
2) Masyarakat yang kurang memelihara kondisi drainase
1) Review Desain jalan serta kesiapan lahan
2) Membangun Draiase disetiap jalan
2 Aspek Kelembagaan
1) Kurang
berperannya lembaga
masyarakat desa dalam
memelihara infrastruktur 2) Integrasi kegiatan serupa antar SKPD
1) Perlu dibentuknya unit pelaksana kegiatan desa
2) Jumlah SDM yang menangani
Infrastruktur masih terbatas
1) Perlu ada sosialisasi dan bintek.
2) Membentuk Pokja antar
SKPD dan
pengdaan SDM
3 Aspek Pembiayaan
1) Pembiayaan baru dari APBD dan APBD I 2)
1) Optimalisasi dan efisiensi penggunaan dana
1) Pemberdayaan masyarakat yang masih kurang.
kerja/buruh lokal banyak bekerja di kota
2) Belum ada juklak juknis yang jelas
1) Sosialisasi program 2) Disusunnya Juklak juknis
5 Aspek Lingkungan Permukiman
7-34
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019yang sulit dijangkau
kendaraan roda 4 2) Beberapa wilayah ada pada rentan
longsor/bencana alam
khusus pada daerah rawan bencana
2) Perlu study kelayakan dan DED
7.1.4 ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi
kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan
target kebutuhan yang harus dicapai. Analisis kebutuhan juga harus mengacu
pada target pengembangan permukiman yang termuat dalam RPIJM, RTRW
maupun Renstra SKPD.
KRITERIA PERSIAPAN DAERAH
Dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Bandung Barat, kriteria
kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:
1.Dokumen Masterplan Agropolitan di Kabupaten Bandung Barat
dilaksanakan pada tahun 2012
2.Dokumen DED Agropolitan dan sebagian CAP-RPP dilaksanakan pada
tahun 2013 dan 2014
3.Dokumen CAP-RPP di kabupaten Bandung Barat dilaksanakan pada tahun
2012 sd 2015
7.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
7.2.1ISU STRATEGIS PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR,
skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan
manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan
Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian
terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati
7-35
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-20197.2.2 KONDISI EKSISTING PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Kondisi eksisting penataan bangunan dan lingkungan memberikan
gambaran mengenai peraturan daerah, kegiatan penataan lingkungan
permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara,
serta capaian dalam pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan
kemiskinan.
Untuk kondisi eksisting terkait dengan peraturan daerah di
Kabupaten/Kota…… mencakup Raperda dan Perda Bangunan Gedung, Perda
RTBL, Perda RISPK, SK Bupati/Walikota, Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota
(sesuaikan dengan peraturan yang ada di daerah masing-masing).
Untuk kondisi eksisting penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah
negara akan ditinjau mengenai status kepemilikan, kondisi bangunan daan
ketersediaan utilitas bangunan gedung. Selengkapnya mengenai kondisi
eksisting penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah Negara di Kabupaten
7-36
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019 Tabel-7.13Penyelenggaran Bangunan Gedung dan Rumah Negara di Kabupaten Bandung Barat
No Kawasan
Jumlah Bangunan
Gedung Berdasarkan
Fungsi
Status Kepemilikan
Kondisi Bangunan
Ketersediaan Utilitas BG
1. Kompleks Pemerintahan Pemda
Kabupaten Bandung Barat
Fungsi
Perkantoran: 5 Unit
Pemda Kabupaten Bandung Barat
Sangat Baik
Baik
Untuk kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan
kemiskinan akan menggambarkan kondisi eksisting yang meliputi kegiatan
PNPM mandiri yang ada di Kabupaten Bandung Barat.
7.2.3 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Permasalahan dan tantangan penataan bangunan dan lingkungan di
Kabupaten Bandung Barat dirinci berdasarkan aspek teknis, aspek
kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek peran serta masyarakat/swasta dan
aspek lingkungan permukiman yang meliputi kegiatan penataan lingkungan
permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara
serta kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.
Permasalahan dan tantangan serta solusi alternatif pemecahannya dalam
penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Bandung Barat selengkapnya
7-37
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019 Tabel-7.14:Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Bandung Barat
No
Aspek Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Permasalahan yang Dihadapi
Tantangan Pengembangan
Alternatif Solusi
I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman 1 Aspek Teknis
2 Aspek Kelembagaan 3 Aspek Pembiayaan
4 Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta
5 Aspek Lingkungan Permukiman
II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara 1 Aspek Teknis
2 Aspek Kelembagaan
3 Aspek Pembiayaan
Dana Tidak Mencukupi
Bantuan Propinsi dan Pusat
4 Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta
5 Aspek Lingkungan Permukiman
III. Kegiatan Pemberdayaan Komonitas dalam Penanggulangan Kemiskinan 1 Aspek Teknis
2 Aspek Kelembagaan 3 Aspek Pembiayaan
4 Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta
5 Aspek Lingkungan Permukiman
7.2.4 ANALISIS KEBUTUHAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Analisis kebutuhan program dan kegiatan sektor penataan bangunan dan
lingkungan mengacu pada lingkup tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk
sektor penataan bangunan dan lingkungan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010.
Pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, dijabarkan bahwa kegiatan penataan
bangunan dan lingkungan meliputi:
1.Kegiatan penataan lingkungan permukiman
a. RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
b. RISPK (Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran)
7-38
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019d. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
2.Kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara
3.Kegiatan pemberdayaan komonitas dalam penanggulangan kemiskinan
7.2.5 KRITERIA PERSIAPAN DAERAH
Untuk mendukung program dan kegiatan penataan bangunan dan
lingkungan di Kabupaten Bandung Barat kriteria kesiapan daerah yang sudah
ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:
1.Dokumen masterplan Kompleks Perkantoran Pemerintah Bandung Barat di
Bandung Barat dilaksanakan pada tahun 2010, 2012, 2014
2.Dokumen DED Kantor Bupati Bandung Barat di Bandung Barat
dilaksanakan pada tahun 2010.
3.Dokumen DED Kantor SKPD di Bandung Barat dilaksanakan pada tahun
2012.
4.Kesiapan lahan seluas 48 ha di Kecamatan Ngamprah untuk pembangunan
Kompleks Perkantoran Pemda Bandung Barat.
5.Ketersediaan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB)
7.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)
7.3.1ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN SPAM
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi
upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air
minum. Isu-isu strategis tersebut adalah:
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum
2. Pengembangan Pendanaan
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan
5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum
7-32
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-20197. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah
Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi
7.4 PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
7.4.1AIR LIMBAH
7.4.1.1 Isu Strategis Pengembangan Air Limbah
Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di
Indonesia antara lain:
1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah
permukiman
Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana
sanitasi dasar mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan
mencapai 67% (Susenas 2007) tetapi sebagian besar fasilitas
pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi standar
teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbah
dengan sistem terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas
2007 dalam KSNP Air Limbah).
2. Peran Masyarakat
Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan
belum diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha
dalam pengelolaan air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan
pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
berbasis masyarakat.
3. Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan
hukum dan belum memadainya perangkat peraturan perundangan
yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman
serta belum lengkapnya NSPM dan SPM pelayanan air limbah.
7-33
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang
koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air
limbah, belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta
lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.
5. Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber
pendanaan pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari
pemerintah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas
penanganan pengelolaan air limbah. Selain itu adalah rendahnya
tarif pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta kurang
tertarik untuk melakukan investasi di bidang air limbah.
Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah di
Kabupaten Bandung Barat terdiri atas permasalahan teknis dan non
teknis. Untuk isu-isu permasalahan non teknis yang ditemui pada sub
sektor pembuangan limbah di Kabupaten Bandung Barat menyangkut
masalah kebijakan, kelembagaan, anggaran/pendanaan,
sosialisasi/komunikasi dan pendekatan (informasi) terhadap
masyarakat. Sedangkan secara teknis yang baru ditemukan adalah
masalah teknis yaitu belum adanya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) dan Instalasi Pengolahan air limbah, serta masih kurangnya
sarana dan prasarana kendaraan operasional (tanki) penyedot Tinja
Permasalahan mendesak di Sub Sektor Air Limbah di Kabupaten
Bandung Barat :
1.Penanganan pembuangan air limbah rumah tangga di masyarakat
masih rendah.
2.Kurangnya SDM yang fokus dalam pengelolaan air limbah.
3.Masih kurangnya perhatian dalam penganggaran untuk program air
limbah.
4.Kurangnya sarana dan prasarana kendaraan operasional (tanki)
7-34
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-20195.Belum adanya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).
6.Advokasi tentang pengelolaan air limbah terhadap masyarakat masih
rendah.
7.Kurangnya kesadaran para developer perumahan untuk membangun
IPLT skala kawasan.
8.Masih terdapatnya permukiman masyarakat yang belum memahami
prosedur pembuatan septictank.
9.Pemerintah daerah belum menerbitkan Perda tentang Air Limbah
Domestik
7.4.2 PERSAMPAHAN
7.4.2.1 Isu Strategis Pengembangan Persampahan
Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan
persampahan di Indonesia antara lain:
1.Kapasitas Pengelolaan Sampah Kapasitas pengelolaan sampah erat
kaitannya dengan:
a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju
timbulan sampah perkotaan antara 2-4% per tahun.
Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan
peningkatan konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju
timbulan sampah.
b.Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan.
Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama
pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain
rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan
masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang sampah
sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.
c. Keterbatasan Lahan TPA
Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di
7-35
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019TPA memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun
banyak terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan
rigiditas otonomi daerah.
2.Kemampuan Kelembagaan
Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai
regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya
SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah dalam
pelayanan persampahan.
3.Kemampuan Pembiayaan
Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya
alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat
dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah.
Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan
sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD.
Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada
buruknya kualitas penanganan sampah.
4.Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam
pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis
potensi masyarakat dalam melakukan sebagian sistem pengelolaan
sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di
bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif
membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.
5.Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum
Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam
pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat
dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala dalam penanganan
7-36
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-20197.4.2.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan
A.Aspek Teknis
Sistem pengelolaan persampahan aspek teknis saat ini yang
dilaksanakan oleh masyarakat (individu/komunal), pemerintah/dinas
dan swasta, meliputi hal-hal berikut:
1) Teknik Operasional pengelolaan persampahan:
Sumber sampah yang dihasilkan dan ditangani (m3/hari);
Jumlah sampah terkumpul, terangkut dan terolah sd TPA
(m3/hari);
Cakupan pelayanan (ha).
2) Daerah Pelayanan dan Kondisi Spesifiknya (fisik dan sosial);
3) Upaya pengurangan sampah di sumber melalui kegiatan 3R
(reduce, reuse, recycle);
4) Kapasitas kerja dan efisiensi pemanfaatan;
5) Dampak negatif yang terjadi akibat sistem pengelolaan
persampahan yang ada;
6) Pola Penanganan (Pewadahan, pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan, pengolahan, pembuangan akhir);
7) Rentang tanggung jawab instansi terkait dalam teknik operasional.
B.Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan sistem pengelolaan
persampahan konstribusinya sangat besar. Keikutsertaan masyarakat
secara aktif dapat mempercepat penanganan masalah persampahan di
Kabupaten Bandung Barat Salah satu upaya pemerintah Kabupaten
Bandung Barat dalam mendorong partisipasi aktif masyarakat adalah
dengan melakukan penyuluhan, pembinaan dan pendataan mengenai
kebersihan khususnya untuk lokasi-lokasi pada jalan-jalan protokol,
daerah pertokoan, terminal-terminal, pelabuhan, stadion dan
7-37
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019Secara umum sikap dan kesadaran masyarakat Kabupaten
Bandung Barat dalam bidang persampahan sudah cukup tinggi.
Masyarakat secara swadaya dan sukarela membayar iuran retribusi
kebersihan dan SOKLI. Selain itu, mulai tumbuhnya kesadaran dari
masyarakat dalam mematuhi aturan yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah dalam pengelolaan persampahan. Sebagian masyarakat telah
melakukan pengelolaan sampah rumah tangga secara swadaya.
Pengelolaan sampah rumah tangga dilakukan dengan cara memisahkan
sampah sesuai dengan jenisnya kemudian memusnahkannya dengan
cara dibakar. Untuk jenis sampah anorganik dan logam dilakukan daur
ulang.
7.4.2.3 Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Indonesia,
secara umum adalah:
(1)Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi,
jumlah sampah per kapita meningkat);
(2)Belum optimalnya manajemen persampahan:
a. Belum optimalnya sistem perencanaan (rencana sampai dengan
monitoring dan evaluasi);
b.Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan
persampahan (kapasitas, pendanaan dan asset manajemen);
c. Belum memadainya penanganan sampah.
Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten Bandung
Barat dalam pengelolaan persampahan seperti tertuang pada tabel
7-38
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019 Tabel-7.16:Permasalahan Pengelolaan Persampahan Yang Dihadapi Kabupaten Bandung Barat (sembilan) kecamatan dari 16 Kecamatan, dari 9 kecamayan yang dilayani hanya terbatas pada wilayah perkotaan (IKK) sehingga pada daerah pelayanan sampah yang belum dilayani baik perkotaan maupun perdesaan masyarakat melakukan penanganan sampah dengan cara membakar, menimbun, membuang pada lahan terbuka dan di beberapa lokasi ditemui membuang sampah di sungai.
Tingkat pelayanan yang baru dicapai adalah sebesar 25,99 % terhadap jumlah sampah yang terangkut ke TPSA dibanding dengan jumlah timbulan sampai yang dihasilkan.
7-39
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019Pola penanganan sampah masih bertumpu pada pola konvensional dimana sampah dari
sumber sampah
diwadahi, dikumpulkna dan diangkut ke pembuangan akhir tanpa adanya kegiatan produksi maupun recycling sampah yang dilakukan baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah melalui pembinaan kepada masyarakat.
Tempat Pembuangan
Akhir (TPA)
terkonsentrasi pada satu lokasi yaitu TPSA Sari Mukti dimana pada tahun 2014 sudah tidak dioperasikan lagi
sehingga perlu
pemikiran/persiapan terhadap lokasi TPSA baru.
Masyarakat dalam menyiapkan sarana pewadahan sangat beragam yaitu dalam bentuk bak sampah, tong sampah, keranjang sampah dan kantong plastik yang memberikan
kesan adanya
ketidakteraturan dan estetika termasuk dapat menyebabkan kesulitan dalam pengumpulan sampah.
A. Kelembagaan - Bentuk B. Perundangan
Terkait Sektor Air Limbah (Perda, Pergub,
7-40
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019No
Aspek Pengelolaan Air
Limbah
Permasalahan Yang Dihadapi
Tindakan Yang Sudah
Dilakukan
Yang Sedang Dilakukan C. Pembiayaan
- Sumber-sumber Pembiayaan - Restribusi D. Peran Serta
Masyarakat dan Swasta
II Aspek Teknis E. Teknis Operasional
1. Dokumen
Perencanaan (MP, FS, DED)
2. Pewadahan 3. Pengumpulan 4. Penampungan
Sementara 5. Pengangkutan 6. Pengolahan 3R 7. Pengolahan Akhir
di TPA 8. Pengendlian
Pencemaran di TPA 9. Sarana Penunjang
TPA
7.4.3DRAINASE
7.4.3.1 Isu Strategis Pengembangan Drainase
Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di
Indonesia antara lain:
1.Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase
Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan
kelebihan air permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga
berfungsi sebagai saluran air limbah permukiman (“grey water”).
Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda
dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada
daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada
sampah yang dibuang ke saluran akibat penanganan sampah
secara potensial oleh pengelola sampah dan masyarakat.
7-41
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga
mengurangi luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan
untuk menyiapkan penampungan air sementara untuk
menghindari aliran puncak. Penampungan- penampungan tersebut
dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan,
kolam-kolam retensi di atap-atap gedung, didasar-dasar bangunan,
waduk, lapangan, yang selanjutnya di atas untuk dialirkan secara
bertahap.
3.Kelengkapan perangkat peraturan
Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana
penanganan drainase permukiman di daerah adalah:
Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan
seperti pencegahan pengambilan air tanah secara besar-besaran,
pembuangan sampah di saluran, pelarangan pengurugan lahan
basah dan penggunaan daerah resapan air (wet land), termasuk
sanksi yang diterapkan.
Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur,
kedalaman, posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan
masing-masing.
Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga
masyarakat dan swasta dapat mengetahui tugas, tanggung
jawab dan wewenangnya.
Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas
personil yang dibutuhkan dalam penanganan drainase harus di
rumuskan dalam peraturan daerah.
4.Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam
pengelolaan saluran drainase terlihat dari masih banyaknya
masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran drainase,
kurang peduli dalam perawatan saluran, maupun penutupan
saluran drainase dan pengalihan fungsi saluran drainase sebagai
7-42
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-20195.Kemampuan Pembiayaan
Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya
alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat
dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan drainase
baik dari segi pembangunan maupun biaya operasi dan
pemeliharaan. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan
berdampak pada buruknya kualitas pengelolaan drainase
perkotaan.
6.Penanganan Drainase Belum Terpadu
Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum
terpadu, terutama masalah peil banjir, disain kala ulang, akibat
banjir terbatasnya masterplan drainase sehingga pengembang tidak
punya acuan untuk sistem lokal yang berakibat pengelolaan
sifatnya hanya pertial di wilayah yang dikembangkannya saja.
7.4.4USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan Sanitasi
disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan
prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan usulan program
tersebut memperhatikan kebutuhan RPP berkaitan dengan
pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan.
Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan
dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi. Usulan program yang
diajukan sesuai dengan hasil analisis dan identifikasi yang telah
dilakukan. Selain itu, perlu juga diperhatikan keterpaduan dengan
sektor-sektor lainnya. Usulan program harus dapat mencerminkan
besaran dan prioritas program, dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi,
kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan pendanaannya.
Pembiayaan proyek perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung
jawab masing- masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat,
Swasta dan masyarakat. Jika ada indikasi program pengelolaan sanitasi
7-43
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya.
Untuk program yang memerlukan analisis kelayakan keuangan, hasil
analisis harus dilampirkan dan merupakan bagian dari kajian
pembiayaan dan keuangan.
Pembiayaan kegiatan pengelolaan sanitasi sebagaimana diusulkan
dapat berasal dari dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat,
swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat
dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan prasarana
sarana dasar), bantuan stimulan, bantuan proyek khusus (menurut
pengembangan kawasan). Macam bantuan disesuaikan dengan tingkat
Rp. MURNI PLN HLN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
2 2412.005.000.000 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN
2.a. 2412.005.001.000 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
2412.005.001.112 Pembangunan
Pembangunan Penataan Kawasan Kumuh
Perkotaan Kec. Padalarang 3 paket 4.000.000 10.000.000 - 2.000.000 2017
Pembangunan Penataan Kawasan Kumuh Perkotaan
Kec. Ngamprah, Kec.
Lembang, 4 paket 3.000.000 10.000.000 - 2.000.000 2018 Pembangunan Penataan Kawasan Kumuh
Perkotaan Kec. Cililin 2 paket 2.000.000 - 4.000.000 - 2019
4 2412.007.000.000 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN
4.a. 2412.007.001.000
INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN POTENSIAL YANG MENINGKAT KUALITASNYA
2412.007.001.112 Pembangunan
Pembangunan PSDPU Desa Pusat Pertumbuhan
KTP2D 2 Kecamatan 5 paket 800.000 1.600.000 2018
Pembangunan PSDPU Desa Pusat Pertumbuhan
KTP2D 2 Kecamatan 5 paket 800.000 1.600.000 2019
Pembangunan CAP RPP Sarimukti
Mandalawangi dan Rajamndala Kulon 3 Desa 3 Paket 1.500.000 4.500.000 2018
Pengembangan Kawasan Agropolitan (Sesuai
Masterplan 2009) Kec. Sindangkerta 1 paket 2.500.000 2.500.000 2017
Pengembangan Kawasan Permukiman Berbasis Kearifan Lokal (Eco-Settlement)
2 Lokasi (Cimeta,
Cikapundung) 2 paket 1.500.000 4.500.000 50.000 2021
2412.007.001 Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial yang meningkat kualitasnya Pembangunan
Pembangunan PSD Permukiman Perdesaan
Kawasan Agropolitan Kec. Lembang 1 paket 2.500.000 1.500.000 1.000.000 2018
Kabupaten : Bandung Barat Sektor : Pengembangan Permukiman
NO KODE AKUN URAIAN KEGIATAN
LOKASI
PROV. APBD KAB/KOTA PDAM SWASTA Masyarakat DAK
Total
Harga Satuan
SUMBER PENDANAAN x Rp.
Rp. MURNI PLN HLN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
NO KODE AKUN URAIAN KEGIATAN VOLUME SATUAN
ANGGARAN Kode
Wilayah DETAIL LOKASI
APBN APBD
PROV. APBD KAB/KOTA PDAM SWASTA Masyarakat DAK Harga Satuan
1.500.000 - - - 1.000.000 - - -
-4.500.000 - - 3.000.000 3.050.000 - - - -Sub Total 2021
Rp. MURNI PLN HLN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 2413.002.000.000 PERATURAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
1.a. 2413.002.001.000 DRAFT NSPK PUSAT BIDANG PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 2413.002.001.012 Penyusunan Naskah Akademis
Pendataan Bangunan Gedung di Kabupaten
Bandung Barat Kab. Bandung Barat 1 Paket 750.000 750.000 2017
1.b. 2413.002.002.000 DRAFT NSPK DAERAH BIDANG PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 2413.002.002.012 Penyusunan Naskah Akademis
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan Batas Kabupaten
Kabupaten Bandung
Barat 1 Paket 400.000 700.000 2018
4.c. 2413.006.003.000 SARANA DAN PRASARANA PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) 2413.006.003.111 Pembangunan
Dukungan Sarana Dan Prasarana Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Kec. Lembang, Ngamprah, Padalarang, Batujajar
4 Paket 2.000.000 2.000.000 500.000 2018
500.000 2019
1.000.000 2020
2.000.000 2021
Taman Perkantoran KBB Kab. Bandung Barat 1 Kws 2.000.000 1.000.000 1.000.000 2018
1.000.000 2018
3.000.000 - - 5.450.000 2.000.000 - - -
-- - - 750.000 - - - -
-3.000.000 - - 1.700.000 1.500.000 - - -
-- - - - 500.000 - - -
-- - - 1.000.000 - - - -
-- - - 2.000.000 - - - -
-DAK
Total Sub Total 2017 Sub Total 2018
Harga Satuan
SUMBER PENDANAAN x Rp.
1.000,-PDAM SWASTA
DETAIL LOKASI APBN APBD PROV. APBD KAB/KOTA
Sub Total 2020 Sub Total 2021 Sub Total 2019
Sektor : Penataan Bangunan dan Lingkungan
NO KODE AKUN URAIAN KEGIATAN
LOKASI
VOLUME SATUAN TAHUN
ANGGARAN Kode
Wilayah