• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMP PASUNDAN 12 BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMP PASUNDAN 12 BANDUNG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

35

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL

PADA SISWA SMP PASUNDAN 12 BANDUNG

Monica Saptiningsih.,M.Kep., Ns. Sp.Kep.KMB*, Ns. Lidwina Triastuti L.M.Kep**, Aprilia Ika S.Kep ***

ABSTRAK

Konsep diri adalah cara individu melihat dirinya meliputi citra tubuh, ideal diri, peran diri, harga diri dan identitas diri. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing orang yang terlibat didalamnya memainkan peran secara aktif. Penelitian ini dilatarbelakangi hasil wawancara pada 10 orang siswa SMP Pasundan 12 Bandung yang mengatakan merasa kurang percaya diri, penampilannya kurang menarik, tidak aktif mengikuti kegiatan di lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah, tidak suka di kritik oleh orang lain, susah berinteraksi dengan orang yang dikenal dan terkadang merasa canggung bila berada di tengah orang banyak, lebih suka memiliki beberapa teman dekat saja dan kurang suka menjalin hubungan pertemanan dengan banyak siswa, pendiam serta lebih suka menyendiri. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi konsep diri, interaksi sosial dan hubungan antara konsep diri dengan interaksi sosial pada siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelatif melalui pendekatan cross sectional, analisa data menggunakan Chi Square. Instrumen penelitian menggunakan angket yang dibagikan pada 251 orang responden dengan teknik sampling yang digunakan stratified random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsep diri dan interaksi sosial pada siswa SMP pasundan 12 Bandung ( p value 0,000 < 0,005). Peneliti menyarankan dilakukannya bimbingan konseling kelompok untuk meningkatkan interaksi sosial siswa.

Kata Kunci : Konsep Diri, Interaksi Sosial, siswa

PENDAHULUAN

Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia maka setiap individu akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, hal itu menyebabkan terjadinya perubahan pada diri individu. Perubahan yang terjadi antara lain perubahan fisik, cara berpikir, perilaku, kepribadian dan sebagainya (Gunarsa, 2008).

Konsep diri merupakan semua persepsi individu terhadap aspek dirinya yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis yang terbentuk karena pengalaman masa lalu dan interaksi individu dengan orang lain (Sarwono, 2009). Konsep diri terdiri dari citra diri

(body image), ideal diri (self ideal), harga

diri (self esteem), peran diri (self role) dan identitas diri (self identity). Konsep diri juga berperan sebagai evaluasi individu terhadap dirinya sehingga individu dapat memberikan penilaian terhadap dirinya. Penilaian konsep diri dapat bersifat positif dan negatif, seseorang yang merasa dirinya diterima akan cenderung memiliki konsep diri yang positif dan sebaliknya, orang yang merasa dirinya ditolak akan cenderung memiliki konsep diri yang negatif (Feldman,2012).

Remaja (adolescence) merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Sarwono, 2009). Konsep diri sangat berpengaruh terutama pada masa remaja awal (early adolescence) karena pada

(2)

36 masa ini remaja akan melalui masa krisis

di mana remaja mulai berusaha untuk mencari identitas diri (search for self-identiy) untuk menjadi orang dewasa (Feldman, 2012).

Sesuai dengan perkembangannya, remaja dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang lebih luas dan majemuk. Proses hubungan tersebut berupa interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Sunaryo, 2011). Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing orang yang terlibat didalamnya memainkan peran secara aktif (Ali & Asrori, 2014). Individu yang bisa berinteraksi sosial dengan baik biasanya dapat mengatasi berbagai persoalan di dalam pergaulan dan tidak mengalami kesulitan untuk menjalani hubungan dengan teman baru (Liliweri, 2007).

Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara oleh peneliti di SMP Pasundan 12 Bandung pada Februari 2014 dengan 10 orang siswa mengatakan bahwa mereka merasa kurang percaya diri, penampilannya kurang menarik, tidak aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah maupun di lingkungan, susah untuk berinteraksi dengan orang yang baru mereka kenal dan terkadang merasa canggung bila berada di tengah orang banyak. Uraian diatas membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang apakah ada hubungan antara konsep diri dan interaksi sosial pada remaja.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan peraturan, kegiatan serta tata cara atau

prosedur dalam melakukan penelitian (Sugiyono, 2014). Desain penelitian adalah suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data dan digunakan untuk mengidentifikasi stuktur dimana penelitian dilaksanakan (Nazir, 2011). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain deskriptif korelasional dan menggunakan pendekatan

cross-sectional pada 251 orang siswa SMP Pasundan 12 Bandung. Data dalam penelitian ini menggunakan metode sampling dengan cara probability sampling dan teknik sampling stratified random sampling. Peneliti mengumpulkan data dengan cara membagikan angket.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden

1. Usia

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

di SMP Pasundan 12 Bandung Bulan Juni 2015 (n = 251)

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa kurang dari setengah responden (37,8%) berusia 13 tahun.

2. Jenis Kelamin

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SMP Pasundan 12 Bandung

Bulan Juni 2015 (n = 251)

Usia Frekuensi Presentase (%) 13 tahun 14 tahun 15 tahun 95 75 81 37,8 29,9 32,3 Jumlah 251 100

(3)

37 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa lebih

dari setengah responden (56,6 %) berjenis kelamin perempuan .

B. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat

a. Konsep Diri

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsep Diri Siswa SMP Pasundan 12 Bandung

Bulan Juni 2015 (n=251)

T

abel 1..3 menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden (52,6%) memiliki konsep diri negatif.

b. Interaksi Sosial

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Interaksi SosialSiswa SMP Pasundan 12 Bandung

Bulan Juni 2015 (n=251)

Tabel 1.4 menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden (55 %) memiliki interaksi sosial tidak baik.

2. Analisa Bivariat

Analisis Hubungan Konsep Diri dengan Interaksi Sosial

Siswa SMP Pasundan 12 Bandung Bulan Juni 2015 (n=251)

Tabel 1.5 menunjukkan bahwa 93 orang responden (70,5%) memiliki konsep diri negatif dengan interaksi sosial tidak baik dan 39 orang responden (29,5%) memiliki konsep diri negatif dengan interaksi sosial baik. Hasil lain yang didapatkan yaitu responden yang memiliki konsep diri positif tetapi interaksi sosialnya tidak baik berjumlah 45 orang (37,8%), sedangkan responden yang memiliki konsep diri positif dan interaksi sosial yang baik berjumlah 74 orang (62,2%). Uji statistik Chi Square menunjukkan hasil p (value) =

0,000 atau lebih kecil dari nilai α = 0,05 jadi dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dan interaksi sosial pada siswa SMP Pasundan 12 Bandung.

C. PEMBAHASAN

1. Univariat Konsep Diri

Sebanyak 138 siswa (52,6%) memiliki konsep diri negatif karena berdasarkan angket yang dibagikan ada 112 orang (44,6%) responden merasa kurang percaya diri terhadap penampilannya, 88 orang (35,1%) responden merasa tidak seimbang antara berat badan dan tinggi badannya dan 59 orang (23,5%) merasa postur tubuhnya tidak bagus. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%) Laki-laki Perempuan 109 142 43,4 56,6 Jumlah 251 100 Konsep Diri Frekuensi Presentase (%) Negatif Positif 132 119 52,6 47,4 Jumlah 251 100 Interaksi Sosial Frekuensi Presentase (%) Tidak Baik Baik 138 113 55 45 Jumlah 251 100

(4)

38 Santrock (2008)

mengemukakan bahwa ketika memasuki masa remaja awal terjadi perubahan-perubahan yang cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial. Hampir semua remaja memperhatikan perubahan pada tubuh serta penampilannya, mereka mulai sibuk dengan penampilan fisik mereka dan ingin mengubah penampilannya menjadi lebih menarik. Remaja perempuan dan remaja laki–laki memiliki keinginan yang sama untuk membuat penampilan diri semakin menarik. Remaja perempuan semakin tertarik untuk memperhatikan penampilannya dengan mulai rajin bersolek dan memakai alat kosmetika, membeli pakaian dan aksesoris untuk memperindah penampilan mereka. Remaja laki-laki juga semakin tertarik untuk membuat penampilannya semakin menarik dan rajin berolahraga untuk mendapatkan bentuk badan yang bagus (Hurlock, 2006).

Pandangan remaja tentang dirinya dapat berpengaruh pada citra tubuhnya (body image). Citra diri adalah persepsi atau keyakinan individu terhadap tubuhnya meliputi ukuran, bentuk, maupun obyek yang kontak secara terus menerus. Citra diri dapat dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya karena biasanya remaja akan mengikuti trend yang ada di lingkungan sosialnya dan membandingkan penampilannya dengan teman sebayanya. Apabila mereka memiliki penampilan yang

berbeda dari teman sebayanya dapat membuat mereka rendah diri.

Pernyataan tentang citra diri pada remaja ini juga didukung oleh teori Papalia & Old (2006) yang mengemukakan bahwa pada tahap perkembangan remaja citra dirimenjadi hal yang sangat penting. Hasil penelitian Sri Adiningsih (dalam Dieny, 2011) mengenai body image remaja dalam konsep bio-psikologi pada siswa SMP di Surabaya diperoleh hasil bahwa remaja putri berpendapat tubuh idaman mereka adalah tinggi langsing (63,2%) dan tinggi sepadan berat badan (21,4%). Tingkat ketidakpuasan perasaan belum mencapai tubuh yang ideal juga menunjukkan pada remaja putri sebanyak 87,4% dan laki-laki sebanyak 81,3%.

Sebanyak 96 orang (38,2%) siswa SMP Pasundan 12 juga menyatakan jika mereka tidak memiliki kepercayaan diri untuk menjadi seorang pemimpin salah satunya adalah menjadi ketua kelas. Hasil tersebut didukung oleh teori Sarwono (2009), bahwa remaja bukan hanya disertai dengan perubahan pada fisiknya saja, akan tetapi juga disertai dengan perubahan peran. Masa remaja juga merupakan masa peralihan, pada masa ini individu memiliki status yang tidak jelas dan di dalam dirinya masih ada keraguan untuk menjalani peran yang harus dilakukan. Pernyataan diatas juga menunjukkan bahwa ada ketidaksiapan responden untuk menerima dan menjalankan peran yang diberikan kepada mereka.

(5)

39

Interaksi Sosial

Siswa dengan interaksi sosial tidak baik dapat dilihat berdasarkan angket sebanyak 143 orang (57%) siswa yang saling bersaing supaya perhatian orang-orang yang ada di sekitar tertuju pada mereka. Persaingan merupakan suatu proses sosial oleh individu atau suatu kelompok yang saling bersaing untuk mendapatkan apa yang diinginkan atau untuk menjadi pusat perhatian (Soekanto, 2006).

Ketika memasuki usia remaja individu mulai bergaul secara lebih luas dalam lingkungan sosialnya. Pergaulan meluas dengan terbentuknya kelompok–kelompok teman sebaya (peer group) sebagai suatu wadah penyesuaian diri, umumnya remaja membuat kelompok-kelompok yang sama dengan karakteristik dirinya. Peer group biasanya memiliki standar tersendiri bagi orang orang yang termasuk di dalamnya, tidak heran jika terkadang seseorang akan bersedia melakukan apapun agar bisa diterima oleh kelompok tersebut. Pengaruh dari perkembangan peer group terhadap individu dan kelompok ada yang positif dan negatif, pengaruh negatifnya adalah sulit untuk menerima seseorang yang tidak memiliki kesamaan dengan kelompoknya, munculnya rasa iri antara anggota satu dengan yang lain, dan munculnya persaingan antar anggota kelompok. Pada kelompok besar akan terjadi persaingan yang berat, masing-masing individu atau kelompok akan bersaing tampil menonjol

untuk menarik perhatian (Santoso, 2010).

Sebanyak 115 siswa (45,8%) siswa juga menyatakan ketika berdiskusi jarang menyampaikan pendapatnya. Menurut Shaw (1976) dalam Ali & Asrori (2014) jenis interaksi sosial yaitu interaksi verbal, interaksi fisik dan interaksi emosional. Remaja dituntut bersosialisasi dan membina hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Goldberg & Larson (2006), keaktifan belajar siswa di sekolah ketika proses diskusi dapat dipengaruhi beberapa hal diantaranya adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti kurangnya keberanian untuk mengeluarkan pendapat (takut salah, takut bila tidak ada yang menanggapi) dan kurangnya keterampilan menjelaskan pemecahan masalah pada siswa lainnya.

Faktor eksternal meliputi respon siswa dalam memberikan tanggapan terhadap pendapat siswa lain, pandangan siswa bahwa metode diskusi adalah metode yang sudah biasa ditemui di kelas dan tidak lagi menarik minat mereka untuk berpartisipasi aktif di dalam proses tersebut, bisa juga karena siswa yang aktif cenderung mendominasi diskusi, sehingga tidak memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk mengeluarkan pendapat dan turut membahas permasalahan yang diajukan.

(6)

40

2. Bivariat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 93 orang siswa (70,5%) memiliki konsep diri negatif dengan interaksi sosial tidak baik dan 74 orang (62,2%) memiliki konsep diri positif dan interaksi sosial yang baik . Uji statistik Chi Square menunjukkan hasil p (value) = 0,000 atau lebih kecil dari

nilai α = 0,05 jadi dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dan interaksi sosial pada siswa SMP Pasundan 12 Bandung. Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri adalah acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan (Agustiani, 2006). Masa remaja adalah waktu dimana individu berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya serta standar yang ada di lingkungannya, misalnya bagaimana cara berpakaian, cara bergaul dan cara berbicara. Remaja ingin menunjukkan siapa dirinya kepada orang-orang disekitar lingkungannya (Sarwono, 2009).

Ciri-ciri pribadi remaja yang memiliki konsep diri yang negatif antara lain menganggap dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak menarik, tidak disukai dan tidak memiliki daya tarik. Hal ini sesuai dengan teori Erikson bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju masa dewasa, masa remaja juga dikenal dengan masa pencarian jati diri, masa remaja adalah masa kritis identitas. Identitas diri yang dicari remaja adalah usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat (Sobur, 2008).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang dikaitkan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan hasil bahwa lebih dari setengah responden memiliki konsep diri negatif.

2. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa lebih dari setengah responden memiliki interaksi sosial tidak baik.

3. Hasil penelitian data statistik menampilkan hasil bahwa p value = 0,000 , bila dibandingkan dengan koefisiensi alpha 0,005 maka nilai signifikan < α. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan interaksi sosial pada siswa SMP Pasundan 12 Bandung.

Saran

1. Bagi SMP Pasundan 12 Bandung a. Mewajibkan setiap siswa untuk

mengikuti minimal satu kegiatan ekstrakurikuler.

b. Pihak sekolah lebih proaktif dalam meningkatkan program pembinaan karakter dan konsep diri pada siswa. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain kegiatan ekstrakurikuler, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) dan mengadakan seminar-seminar, kegiatan keagamaan (pesantren kilat, belajar menghapal al-qur’an) c. Kepala sekolah melakukan

peninjauan tentang kegiatan yang dapat mengembangkan konsep

(7)

41 diri dan interaksi sosial yang baik

sehingga kegiatan yang diadakan itu dapat memperoleh hasil yang maksimal.

d. Guru BK dapat membantu siswanya dalam membentuk konsep diri yang positif dengan membantu menyalurkan minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa.

e. Guru BK dapat melakukan layanan bimbingan konseling kelompok.

2. Bagi Institusi

a. STIKes Santo Borromeus

STIKes Santo Borromeus bekerja sama untuk melakukan pengabdian masyarakat dengan memberikan penyuluhan tentang konsep diri dan interaksi sosial pada remaja

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

1) Penelitian ini dapat menjadi landasan untuk penelitian selanjutnya

2) Melanjutkan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi verbal pada remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., Asrori, M. (2014). Psikologi Perkembangan Remaja Peserta Didik, Jakarta: PT. Bumi Aksara Alvin, A. Goldberg & Carl, E. Larson

(2006), Komunikasi Kelompok: Proses-Proses Diskusi dan Penerapannya, Jakarta: UI Press Agustiani, H. (2006). Psikologi

Perkembangan: Pendekatan

Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaan Diri pada

Remaja, Jakarta: Pt. Refika Aditama

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Citra Tubuh (Body Image) Remaja Perempuan dituliskan oleh Amalia,

L. (2007,

http://www.academia.edu/5181791 /Hubungan antara Body Image dengan Penerimaan Diri pada Mahasiswa Aceh Di Yogyakarta.pdf, diperoleh pada tanggal 18 Februari 2015)

Dahlan, S. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta: Salemba Medika

Dermawan, D., Rusdi. (2013).

Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa,

Yogyakarta: Gosyen Publishing. Desmita, (2008). Psikologi

Perkembangan, .Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Effendy,Onong Uchjana (2009). Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Etik Penelitian Kesehatan dituliskan oleh Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan Departemen

Kesehatan, (2007,

http://www.litbang.depkes.go.id/kn epk. diperoleh tanggal 21 Februari 2015)

Feldman, R.S. (2012). Pengantar

Psikologi (Understanding

Psychology, Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika

Gunarsa, Singgih (2008), dan Gunarsa, Singgih (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja

dan Psikologi Perawatan, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

(8)

42 Hidayat, A. Alimul. (2011). Metode

Penelitian Keperawatan: Teknik Analisa Data, Jakarta: Salemba Medika

Hubungan antara Body Image dan Perilaku Diet dituliskan oleh Andea, (http://repository.usu.ac.id/bitstrea m/123456789/14525/1/10E00103.p df, diperoleh tanggal 4 Agustus 2015)

Hubungan Konsep Diri dengan Kecemasan Sosial dituliskan oleh Prawoto,

Y.B, (2010,

http://eprints.uns.ac.id/5696/1/1354 20908201011001.pdf, diperoleh 10 Februari 2015)

Hubungan Konsep Diri dengan Kecenderungan Berperilaku dituliskan oleh Handini, (2010) http://repository.uinjkt.ac.id/dspace /bitstream/123456789/3290/1/Faris a%20HANDINI-PSI.pdf, diperoleh tanggal 28 Februari 2015)

Hubungan Konsep Diri dengan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas Akselerasi di SMP Negeri 2 dan SMP PL Domenico Savio Semarang ditulis oleh Ari, Andayani & Sawitri, (http://core.ac.uk/download/pdf/11 708986.pdf diperoleh tanggal 4 Agustus 2015)

Hurlock, Elizabeth, B., (2006). Psikologi Perkembangan , Jakarta: Erlangga Kartono, (2008). Psikologi Sosial

Kelompok dan Psikologi Terapan, Jakarta: Balai Pustaka

Korelasi antara Konsep Diri Sosial dengan Hubungan Sosial dituliskan oleh Asweni, Khairani, (2013, http://www.jurnal.asweni.Korelasi antara Konsep Diri Sosial dengan Hubungan Sosial.pdf, diperoleh tanggal 3 Agustus 2015)

Lapau, Buchari. (2012). Metode Penelitian

Kesehatan: Metode Ilmiah

Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Liliweri, Alo. (2007). Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Kultur,

Yogyakarta:LKIS Pelangi Aksara

Murwani, Arita. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga: Konsep dan Aplikasi Kasus, Yogjakarta: Mitra Cendekia

Nazir, M. (2011). Metode Penelitian,

Bogor: Ghalia Indonesia

Notoatmodjo, Soekidjo (2010).

Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta

Papalia, Old (2007). Perkembangan pada Remaja, Jakarta: Rineka Cipta Santoso, Slamet. (2010). Teori-Teori

Psikologi, Bandung: Refika aditama

Santrock, J.W. (2008). Adolescence, Edisi: 12, Boston: McGraw-Hill

Sarwono. (2009). Psikologi Sosial, Jakarta: Salemba Humanika

Sobur, A. (2008). Psikologi Umum.

Bandung: Pustaka Setia

Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Soekarso, Putong. Iskandar (2010).

Kepemimpinan Kajian Teoritis dan Praktis, Jakarta: Mitra Wacana Media

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

Bandung: ALFABETA

Sukardi, Dewa. Ketut. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di sekolah, Jakarta: Rineka Cipta

(9)

43 Sunaryo, ( 2011). Psikologi Untuk

Keperawatan, Jakarta: EGC

Wade, C. Tavris, C. (2009). Psikologi,

Edisi: 9, Jilid: 1, Jakarta: Erlangga Wylie, Ruth. C. (2007). The Self Concept

(Theory and Research on Selected Topics), Volume. 2, Nebraska: University of Nebraska Press Lincoln

Gambar

Tabel  1.4  menunjukkan  bahwa  lebih  dari  setengah  responden      (55  %)    memiliki  interaksi sosial tidak baik

Referensi

Dokumen terkait

keterampilan berbahasa pada anak usia dini ya dengan metode bercerita. terdapat beberapa pengaruh untuk meningkatkan keterampilan

Gambus adalah salah satu alat musik tradisional Melayu yang masuk dalam klasifikasi kordofon yaitu bunyi yang dihasilkannya melalui senar (dawai) yang digetarkan dengan

Hal ini dapat memberi masukan kepada dinas kesehatan Kabupaten Karo melalui puskesmas khususnya di Kecamatan Tiga Panah, Kabanjahe dan Simpang Empat agar lebih

Kesimpulan yang diperoleh dari penulisan ini adalah dengan adanya sistem pemesanan busana muslim dengan sistem komputer dapat dengan mudah untuk menganalisa perkembangan yang

formatif terutama umpan balik dan self assessment yang diberikan di kelas secara. berulang kali terhadap pembuatan pohon filogenetik berdasarkan data

28 Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa perusahaan asuransi atau reasuransi yang memiliki unit syariah dengan nilai dana tabarru’ dan dana investasi peserta telah

Di samping pola dasar pembelajaran kewirausahaan, skenario dan prosedur implementasi desain pembelajaran kewirausahaan hendaknya dapat dijadikan 2 pilar utama dalam

Dengan menggunakan metode full costing pada perhitungan harga pokok pesanan diharapkan perusahaan dapat menentukan harga pokok pesanan yang lebih besar dibandingkan dengan metode