• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFO BPK MANADO Vol. 2 No. 1, Juni Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INFO BPK MANADO Vol. 2 No. 1, Juni Tahun 2012"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

ISSN 2252-4401

INFO BPK MANADO

Vol. 2 No. 1, Juni Tahun 2012

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MANADO MANADO – SULAWESI UTARA

INFO BPK

MANADO VOL. 2 No. 1 Hal 1-80

Manado Juni 2012

ISSN 2252-4401

(3)

ii

Dewan Redaksi INFO BPK MANADO mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada mitra bestari (peer reviewers) yang telah menelaah analisa/naskah yang dimuat pada edisi Vol. 2 No. 1 tahun 2012:

Dr. Ir. Martina Langi, M.Sc.

(4)

iii

ISSN 2252-4401

INFO BPK MANADO

Vol. 2 No. 1, Juni 2012

DAFTAR ISI

Persepsi Masyarakat terhadap Taman Nasional dan Sumberdaya Hutan : Studi Kasus Blok Aketajawe Taman Nasional

Aketajawe Lolobata

Nurlita Indah W. & Rinna Mamonto ... 1-16 Keragaman Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara

Diah Irawati & Julianus Kinho ... 17-40 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Pendekatan

Kebutuhan Oksigen menggunakan Citra Satelit EO-1 ALI (Earth Observer-1 Advanced Land Imager ) di manado

Erwin Hardika Putra ... 41-54 Asosiasi Eboni (Diospyros spp.) dengan Jenis-jenis

Pohon Dominan di Cagar Alam Tangkoko Sulawesi Utara Bogani Nani Wartabone Sulawesi Utara

Anita Mayasari, Julianus K. & Ady Suryawan ... 55-72 Pembangunan Kebun Pangkas Jati sebagai Salah Satu Sumber

Benih untuk mendapatkan Bibit Unggul Guna Mendukung Keberhasilan Program Penanaman

(5)

iv

INFO BPK MANADO

ISSN 2252-4401 Vol. 2 No. 1, Juni 2012

ABSTRAK

Nurlita Indah Wahyuni & Rinna Mamonto (Balai Penelitin Kehutanan Manado)

Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Nasional Dan Sumberdaya Hutan: Studi Kasus Blok Aketawaje, Taman Nasional Aketajawe Lolobata

INFO BPK MANADO. Juni. 2012, Vol.2 No. 1, hlm. 1-16

Kelestarian taman nasional sebagai suatu ekosistem sumberdaya alam sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi dan perkembangan perilaku sosial ekonomi masyarakat yang berada di sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi tentang sumberdaya hutan dan taman nasional dalam jumlah yang hampir sama. Masyarakat memiliki persepi sedang hingga baik tentang sumberdaya hutan, serta persepsi baik dan tidak baik tentang keberadaan TNAL. Namun secara keseluruhan masyarakat setuju dengan keberadaan TNAL dan menganggapnya berdampak positif bagi hutan dan masyarakat sekitar.

Kata kunci : persepsi, masyarakat, sumberdaya hutan, taman nasional Diah Irawati Dwi Arini & Julianus Kinho (Balai Penelitian Kehutanan Manado) Keragaman Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara

INFO BPK MANADO. Juni. 2012, Vol.2 No. 1, hlm. 17-40

Tumbuhan paku memiliki keragaman jenis yang unik dan potensi pemanfaatan yang luar biasa misalnya untuk bahan pakan, pengobatan dan tanaman hias. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 41 jenis tumbuhan paku yang terdiri dari 19 famili. Jenis yang paling banyak dijumpai berasal dari famili Polypodiaceae sebanyak 8 jenis.

(6)

v

Erwin Hardika Putra (Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Tondano)

Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Pendekatan Kebutuhan Oksigen Menggunakan Citra Satelit Eo-1 Ali (Earth Observer-1 Advanced Land Imager) di Kota Manado

INFO BPK MANADO. Juni. 2012, Vol.2 No. 1, hlm. 41-54

Hasil analisis menggunakan NDVI menunjukkan bahwa kondisi aktual Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Manado adalah seluas ±12.594 ha. Kecamatan Mapanget merupakan wilayah yang memiliki RTH paling luas, yakni seluas ±5.359 ha, sedangkan Kecamatan Sario memiliki RTH yang paling sedikit, yakni seluas ± 4 ha. Sementara itu hasil analisis kebutuhan RTH di Kota Manado menggunakan pendekatan kebutuhan oksigen adalah seluas ± 892 ha. Kata kunci : Jahe, jenis, morfologi, melindungi, identifikasi, menjelajah.

Kata kunci: citra EO-1 ALI, RTH (ruang terbuka hijau), oksigen

Anita Mayasari, Julianus Kinho & Ady Suryawan (Balai Penelitian Kehutanan Manado) Asosiasi Eboni (Diospyros Spp.) dengan Jenis-Jenis Pohon Dominan di Cagar Alam Tangkoko Sulawesi Utara

INFO BPK MANADO. Juni. 2012, Vol.2 No. 1, hlm. 55-72

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari asosiasi antara eboni (Diospyros

spp.) dengan pohon-pohon dominan di kawasan Cagar Alam Tangkoko. Dengan menggunakan metode kombinasi antara metode jalur dan metode garis berpetak diperoleh hasil bahwa ada kecenderungan eboni (Diospyros spp.) yang terdapat di kawasan CA.Tangkoko tidak memiliki ketergantungan atau hubungan timbal balik secara sparsial dengan jenis pohon dominan yang menunjukan adanya toleransi untuk hidup bersama pada area yang sama, khususnya dalam pembagian ruang hidup sehingga jenis pohon dominan yang terdapat dikawasan ini tidak dapat digunakan sebagai pohon indikator tentang kehadiran atau keberadaan eboni (Diospyros spp.).

(7)

vi INFO BPK MANADO. Juni. 2012, Vol.2 No. 1, hlm. 73-80

Penggunaan bibit unggul memberikan harapan akan keberhasilan tujuan penanaman yang akan diperoleh pada akhir daur. Untuk mendapatkan sumber bibit unggul perlu dibangun sumber benih, salah satunya adalah kebun pangkas. Penelitian Jati berupa uji klon telah dilakukan dan menghasilkan klon yang pertumbuhannya baik. Dari klon yang terbaik itu dibuatlah kebun pangkas sebagai salah satu sumber benih unggul Jati. Klon yang akan dikembangkan berasal dari hasil uji klon di Gunung Kidul sebanyak 5 klon dan dari uji klon di Wonogiri juga 5 klon.

Kata kunci : bibit unggul, klon, uji klon, sumber benih, kebun pangkas.

(8)

Persepsi Masyarakat terhadap Taman nasional…… Nurlita Indah & Rinna Mamonto

1

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TAMAN NASIONAL DAN

SUMBERDAYA HUTAN: STUDI KASUS BLOK AKETAWAJE,

TAMAN NASIONAL AKETAJAWE LOLOBATA

(Communities Perception toward National Park and Forest Resources: Case Study at Aketajawe Block, Aketajawe Lolobata National Park)

Nurlita Indah Wahyuni1, Rinna Mamonto2 Balai Penelitian Kehutanan Manado

Jl. Raya Adipura Kelurahan Kima Atas Kecamatan Mapanget Manado Telp. 0431-3666683

1

Email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

The sustainable of national park as the ecosystem of natural resources was influenced by the change and developing of socio economic communities’ behavior who lived surround forest. This study aimed to know community’s perception toward the existence of Aketajawe Lolobata National Park (ALNP) and forest resource within. Data collection was conducted used interview method to communities in two villages which verged with forest area. Respondents were elected by purposive random sampling, i.e. they who farmed surround and within forest area, and also they who often harvest forest products. The result showed that there is perception difference toward two topics above at the equal amount. They have medium to good perception about forest resources, while good and bad perception about national park. However it can be concluded that they agree with the existence of ALNP because it gave positive impact for forest and communities. The difference might be caused by education rate and less socialization about the advantages of national park.

Keywords: perception, community, forest resource, national park

ABSTRAK

Kelestarian taman nasional sebagai suatu ekosistem sumberdaya alam sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi dan perkembangan perilaku sosial ekonomi masyarakat yang berada di sekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan Taman Nasional Aketajawe Lolobata (TNAL) serta sumberdaya hutan di dalamnya. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara masyarakat di dua desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNAL. Responden dipilih secara purposive random sampling. yaitu masyarakat yang menggarap lahan di sekitar dan dalam kawasan serta sering mengambil hasil hutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi tentang sumberdaya hutan dan taman nasional dalam jumlah yang hampir

(9)

2

sama. Masyarakat memiliki persepi sedang hingga baik tentang sumberdaya hutan, serta persepsi baik dan tidak baik tentang keberadaan TNAL. Namun secara keseluruhan masyarakat setuju dengan keberadaan TNAL dan menganggapnya berdampak positif bagi hutan dan masyarakat sekitar. Perbedaan persepsi ini dapat disebabkan oleh perbedaan tingkat pendidikan dan kurangnya sosialisasi tentang manfaat taman nasional.

Kata kunci : persepsi, masyarakat, sumberdaya hutan, taman nasional I. PENDAHULUAN

Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang memiliki ciri khas dan berfungsi sebagai pelindung ekosistem penyangga kehidupan. Salah satu keunggulan Taman Nasional dibandingkan dengan kawasan konservasi lainnya adalah pengelolaan berdasarkan sistem zonasi yang memungkinkan dibangunnya sistem pengelolaan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Menurut UU No. 5 tahun 1990, konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dilaksanakan melalui : (1) perlindungan sistem penyangga kehidupan; (2) pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; dan (3) pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Keberadaan masyarakat di dalam maupun sekitar taman nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan ekosistem taman nasional. Permasalahan yang kerap dialami oleh pengelola kawasan taman nasional sebagian besar terkait dengan masyarakat sekitar hutan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui persepsi masyarakat yang terlibat langsung dalam pemanfaatan sumberdaya hayati hutan. Penelitian ini mencoba menjawab bagaimana persepsi masyarakat sekitar Taman Nasional Aketajawe Lolobata terhadap keberadaan taman nasional dan sumberdaya hutan untuk mendukung pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi khususnya taman nasional. Tulisan ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian Pola Pemanfaatan Lahan di Dalam Kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, yang dilaksanakan oleh Balai Penelitian Kehutanan Manado pada tahun 2010.

(10)

Persepsi Masyarakat terhadap Taman nasional…… Nurlita Indah & Rinna Mamonto

3 II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2010, berlokasi di Desa Binagara dan Desa Kobe Kulo yang keduanya berbatasan langsung dengan kawasan Blok Aketajawe, Taman Nasional Aketajawe Lolobata.

B. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini terdiri dari masyarakat sekitar TN Aketajawe Lolobata. Alat yang digunakan adalah peta kerja berupa peta lokasi kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata, kuesioner, kamera, alat tulis dan komputer untuk pengolahan data.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yang penduduknya banyak beraktivitas di dalam hutan yaitu di Desa Binagara (Kab. Halmahera Timur) dan Desa Kobe Kulo (Kab. Halmahera Tengah). Pengambilan sample penduduk (responden) ditentukan secara purposive random sampling yaitu masyarakat yang menggarap lahan di sekitar dan dalam kawasan hutan serta sering masuk ke dalam hutan. Data primer diperoleh melalui wawancara 30 responden tiap desa dengan menggunakan daftar kuesioner. Data sekunder diambil dari monografi desa, informasi dari Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata dan studi literatur.

D. Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dalam bentuk tabulasi dan kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan persepsi masyarakat. Pertanyaan dalam kuisioner terbagi menjadi dua, yaitu pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka memberikan kesempatan pada responden untuk bebas menentukan jawaban. Poin-poin pertanyaan terbuka adalah tentang pekerjaan responden, definisi sumberdaya hutan, definisi taman nasional, persepsi terhadap keberadaan taman nasional, serta dampak taman nasional bagi hutan dan masyarakat. Sedangkan pertanyaan tertutup memberikan beberapa pilihan jawaban bagi

(11)

4

responden. Pertanyaan tertutup ditujukan pada poin asal responden dan tingkat pendidikan.

Persepsi masyarakat terhadap sumberdaya hutan dan taman nasional didefinisikan berdasarkan Ngakan (2006), yaitu:

a. Persepsi tinggi: apabila mereka memahami dengan baik bahwa sumberdaya hayati hutan sangat penting dalam menopang kebutuhan hidup baik langsung maupun tidak langsung dan mengharapkan agar sumberdaya tersebut dikelola secara berkelanjutan.

b. Persepsi sedang : apabila responden menyadari sumberdaya hayati hutan penting untuk menopang kehidupan, namun tidak memahami bagaimana cara mengelola sumberdaya tersebut agar tersedia secara berkelanjutan

c. Persepsi rendah: apabila responden tidak mengetahui peranan sumberdaya hutan serta tidak bersedia terlibat dalam pelestarian hutan yang ada di sekitarnya

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Taman Nasional Aketajawe Lolobata, khususnya Blok Aketajawe secara administratif pemerintahan masuk dalam wilayah Provinsi Maluku Utara yang terbagi dalam 3 Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Halmahera Tengah, Kota Tidore Kepulauan dan kabupaten halmahera Timur. Secara umum, kawasan TN. Aketajawe Lolobata mempunyai topografi datar dan bergelombang. Blok Aketajawe berada pada ketinggian 0-1.100 meter di atas permukaan laut. Daerah terendah untuk Blok Aketajawe berada di sisi utara yaitu sekitar daerah Binagara dan daerah tertinggi berada di sisi barat di sekitar daerah Pasigau, Noramaake, dan Fumalolahi (Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata, 2009).

Desa-desa sekitar blok Aketajawe berada di pesisir pantai di luar kawasan dengan jarak antara 4 – 25 km dari batas kawasan. Jumlah keseluruhan penduduk di sekitar TN. Aketajawe Lolobata + 65.937 jiwa dengan luas wilayah desa + 4.939, 57 km2 atau kepadatan sekitar 13

(12)

Persepsi Masyarakat terhadap Taman nasional…… Nurlita Indah & Rinna Mamonto

5

jiwa/km2. Sebaran penduduk tertinggi terutama berada di desa-desa transmigrasi yang merupakan penduduk pendatang baik transmigran lokal maupun dari luar daerah seperti dari Pulau Jawa maupun Nusa Tenggara.

2. Karakteristik Responden

Karakteristik masyarakat Desa Binagara dan Desa Kobe Kulo meliputi asal penduduk, pendidikan dan pekerjaan yang disajikan pada Tabel 1. Asal penduduk dan pekerjaan terkait dengan ketrampilan bertani, karena seluruh responden menggarap lahan di dalam kawasan hutan. Tingkat pendidikan akan memperlihatkan pemahaman responden terhadap definisi sumberdaya hutan dan taman nasional.

Tabel 1. Karakteristik masyarakat Desa Binagara dan Desa Kobe Kulo

No. Karakteristik

Desa Binagara, Kec. Wasile Tengah, kab.

Halmahera Timur

Desa Kobe Kulo, Kec. Weda Tengah, Kab. Halmahera Tengah 1. Asal penduduk Asli (10%), Pendatang (90%) Asli (80%), Pendatang (20%) 2. Pendidikan SD (53,33%), SMP (13,33%), SMA (13,33%), Tidak sekolah (20%) SD (43,33%), SMP (10%), SMA (3,33%), Tidak sekolah (43,33%) 3. Pekerjaan

Petani dan Buruh tani (96,67%)

Guru (3,33%)

Petani dan Buruh tani (76,67%)

Operator chain saw (10%) Buruh tani ( 6,67% ) Pengrajin anyaman (6,67%)

Sebagian besar masyarakat Desa Binagara merupakan pendatang dari Pulau Jawa sejak tahun 1980-an melalui proses transmigrasi, pada saat itu TNAL belum ditetapkan. Sedangkan masyarakat Desa Kobe Kulo terdiri dari suku asli Pulau Halmahera seperti Suku Sawai, Weda dan Tobelo, sebagian besar dari mereka merupakan pindahan dari Kampung Kulo – sebuah kampung yang berada di dalam kawasan Taman Nasional – dan Kecamatan

(13)

6

Weda dengan alasan untuk mencari kehidupan yang lebih baik serta supaya anak-anak mereka mendapatkan pendidikan.

3. Persepsi Masyarakat Terhadap Sumberdaya Hutan

Persepsi masyarakat menyangkut pengelolaan kekayaan sumberdaya alam daerah yang berorientasi pada peningkatan sosial ekonomi berhadapan dengan misi perlindungan yang diemban kawasan konservasi taman nasional (Wiratno, et al., 2004). Seringkali perbedaan persepsi inilah yang memicu permasalahan antara lain gangguan hutan mulai dari perburuan ilegal, pemungutan hasil hutan tanpa ijin hingga perambahan lahan. Sehingga kondisi masyarakat tersebut perlu diketahui agar pengelolaan potensi kawasan konservasi dapat diarahkan pada sistem kolaborasi yang dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak yaitu masyarakat, pemerintah daerah dan pengelola kawasan. Persepsi masyarakat terhadap sumberdaya hutan dalam hal ini dijelaskan dengan definisi hutan terdapat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Persepsi masyarakat terhadap sumberdaya hutan

No. Uraian

Frekuensi (orang) Kategori Persepsi (orang) Binagara Kobe

Kulo Tinggi Sedang Rendah

1. Hutan merupakan tempat perlindungan kehidupan satwa dan tumbuhan

12 0 12 0 0

2. Hutan dapat menghasilkan udara yang sejuk, penghasil air, mencegah erosi, dan banjir

12 2 14 0 0

3. Hutan merupakan tempat mengambil hasil hutan seperti kayu baik untuk bangunan maupun kayu bakar, damar, rotan dan berburu

2 12 0 14 0

4. Hutan merupakan lahan usaha dan berkebun

(14)

Persepsi Masyarakat terhadap Taman nasional…… Nurlita Indah & Rinna Mamonto

7

No. Uraian

Frekuensi (orang) Kategori Persepsi (orang) Binagara Kobe

Kulo Tinggi Sedang Rendah

5. Tidak tahu definisi

hutan 4 3 0 0 7

Jumlah 30 30 26 27 7

Berdasarkan Tabel 2 di atas, persepsi responden dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, pertama persepsi responden pada tiap desa dan kedua persepsi responden secara menyeluruh. Sebagian besar masyarakat Binagara memiliki persepsi tinggi, mereka memandang hutan tidak hanya dari fungsi ekonomi dan sosial, tetapi fungsi ekologis sebagai habitat satwa dan tumbuhan serta penghasil jasa lingkungan. Mereka juga menyadari bahwa kehidupan mereka dipengaruhi oleh hutan, sehingga kelestariannya harus dijaga. Di lain pihak, sebagian besar masyarakat Kobe Kulo memiliki persepsi sedang yang mendefinisikan hutan sebgai tempat untuk mengambil hasil hutan dan tempat berkebun. Mereka memandang hutan dari manfaat ekonomi, bahwa keberlangsungan hidup mereka berasal dari hutan, namun mereka belum memahami bahwa sumberdaya hutan tersebut perlu dikelola secara lestari agar manfaatnya bisa diperoleh secara berkelanjutan.

Secara keseluruhan terdapat dua persepsi pokok tentang sumberdaya hutan, yaitu persepsi tinggi dan sedang. Dua persepsi ini memiliki implikasi pada perilaku masyarakat yang merasa tergantung pada hutan dan berusaha menjaga kelestarian hutan. Dari Tabel 2 di atas, dapat diketahui pula bahwa ada sebagian kecil masyarakat yang memiliki persepsi rendah, selain tidak mengetahui definisi hutan mereka juga tidak menyadari ketergantungan mereka terdahap sumberdaya hutan. Hal ini dapat berakibat pada sikap acuh yang membuat mereka cenderung beranggapan bahwa tidak perlu menjaga kelestarian hutan. Persepsi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya sosialisasi pembinaan masyarakat penyangga kawasan oleh pihak Balai Taman Nasional.

(15)

8

4. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Taman Nasional

Persepsi masyarakat terhadap keberadaan taman nasional terbagi menjadi dua, pertama persepsi masyarakat tentang definisi taman nasional dan kedua persepsi masyarakat terhadap keberadaan Taman Nasional Aketajawe Lolobata. Informasi tentang persepsi masyarakat ini sangat penting karena selain terkait dengan keberhasilan pengelolaan taman nasional, pemahaman masyarakat akan keberadaan dan fungsi taman nasional juga mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan taman nasional itu sendiri. Persepsi masyarakat tentang definisi taman nasional tercantum dalam Tabel 3, sedangkan persepsi mansyarakat terhadap keberadaan Taman Nasional Aketajawe Lolobata terdapat dalam Tabel 4.

Tabel 3. Persepsi masyarakat tentang definisi Taman Nasional

No Uraian

Frekuensi (orang) Kategori Persepsi (orang) Binagara Kobe

Kulo Tinggi Sedang Rendah 1. Taman nasional adalah

kawasan yang berfungsi sebagai perlindungan tumbuhan, satwa dan sumberdaya hayati yang ada didalamnya

6 0 6 0 0

2. Taman nasional adalah hutan milik negara yang dilindungi

7 2 9 0 0

3. Taman nasional adalah lembaga yang menjaga dan melestarikan hutan

13 5 18 0 0

4. Tidak tahu definisi taman

nasional 4 23 0 0 27

Jumlah 30 30 33 0 27

Dari Tabel 3 di atas, terlihat bahwa hampir seluruh responden dari Desa Binagara dapat mendefinisikan Taman Nasional. Sebagian besar responden mendefinisikan taman nasional sebagai suatu lembaga yang menjaga dan melestarikan hutan. Pendapat ini mungkin muncul karena

(16)

Persepsi Masyarakat terhadap Taman nasional…… Nurlita Indah & Rinna Mamonto

9

masyarakat melihat petugas taman nasional (Polisi Hutan, Penyuluh Kehutanan atau Pengendali Ekosistem Hutan) yang sedang bertugas. Selain itu ada sebagian responden yang mendefinisikan taman nasional dari segi fungsi ekologis dan status hutan milik negara. Namun ada juga sebagian kecil responden yang tidak mengetahui definisi taman nasional, bahkan mereka baru kali ini mendengar istilah taman nasional. Di lain pihak, sebagian besar responden Desa Kobe Kulo tidak tahu definisi taman nasional, hanya sebagian kecil saja yang mendefinisikannya dari segi status hutan dan lembaga.

Secara keseluruhan persepsi dari masyarakat Binagara dan Kobe Kulo dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu persepsi tinggi dan persepsi rendah dengan jumlah yang hampir sama. Persepsi baik didominasi oleh masyarakat Binagara, sebaliknya persepsi rendah didominasi oleh masyarakat Kobe Kulo.Perbedaan tingkat persepsi di kedua desa tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, karena lebih banyak responden Binagara yang mengenyam tingkat pendidikan lanjutan seperti SMP dan SMA.

(17)

10

Tabel 4. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan Taman Nasional Aketajawe Lolobata

No. Uraian Respon

Frekuensi (orang)

Kategori Persepsi (orang) Binagara Kobe

Kulo Tinggi Sedang Rendah 1. Bagaimana pendapat masyarakat terhadap keberadaan Taman Nasional Setuju 29 18 47 0 0 Tidak setuju 0 6 0 0 6 Tidak tahu 1 6 0 7 0 Jumlah 30 30 47 7 6 2. Apa dampak yang dirasakan masyarakat dengan keberadaan Taman Nasional bagi hutan dan masyarakat sekitar

Positif 29 24 53 0 0

Negatif 1 6 0 0 7

Jumlah 30 30 53 0 7

Persepsi masyarakat tentang definisi taman nasional dilanjutkan dengan pertanyaan tentang keberadaan dan dampak Taman Nasional Aketajawe Lolobata (TNAL) bagi masyarakat sekitar hutan. Berbeda dengan pertanyaan tentang definisi taman nasional, baik masyarakat Binagara dan Kobe Kulo memiliki pendapat yang hampir sama tentang keberadaan dan dampak TNAL. Sebagian besar responden setuju dengan keberadaan TNAL dengan alasan agar kelestarian hutan tetap terjaga dan ada pula yang berpendapat karena sudah menjadi kebijakan pemerintah. Masyarakat yang tidak setuju menganggap keberadaan TNAL dengan segala peraturannya akan membatasi akses mereka untuk mengambil sumberdaya hutan. Sedangkan masyarakat yang menjawab tidak tahu, menganggap keberadaan TNAL tidak memiliki pengaruh bagi kehidupan mereka. Persepsi masyarakat secara keseluruhan dapat digambarkan pada grafik persentase sebagaimana Gambar 1 berikut.

(18)

Persepsi Masyarakat terhadap Taman nasional…… Nurlita Indah & Rinna Mamonto

11 Gambar 1. Grafik tingkat persepsi masyarakat terhadap taman nasional

Persepsi responden tentang keberadaan TNAL berkorelasi positif dengan persepsi tentang dampak TNAL bagi hutan dan masyarakat sekitar, yaitu sebanyak 88,33% atau hampir sebagian besar masyarakat menilai TNAL berdampak positif. Dampak positif ini berupa harapan agar dengan keberadaan TNAL, sumberdaya hutan tetap terjaga kelestariannya sehingga masyarakat dapat tetap memperoleh manfaat dari sumberdaya hutan tersebut. Sedangkan masyarakat yang memiliki persepsi rendah sebanyak 11,67% berpendapat keberadaan TNAL mengurangi luas lahan garapan mereka. Walaupun hanya berjumlah kecil, namun jika terus menerus berlangsung hal ini bisa berdampak negatif terhadap kelestarian hutan serta menghambat program pengelolaan hutan oleh pihak Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata (TNAL). Adanya perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh perbedaan tingkat pendidikan serta kurangnya sosialisasi dari pengelola taman nasional. Hal ini diindikasikan oleh jumlah responden Binagara yang mengenyam tingkat pendidikan lanjutan seperti SMP dan SMA, lebih banyak dibandingkan responden dari Kobe Kulo. Merupakan tugas rumah bagi Balai TNAL untuk bisa merubah persepsi sedang (tidak

(19)

12

tahu keberadaan dan manfaat taman nasional) menjadi persepsi tinggi, melalui kegiatan sosialisasi dan pelibatan masyarakat dalam pelaksanaan program pengelolaan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Terdapat perbedaan persepsi masyarakat tentang sumberdaya hutan dan taman nasional. Secara keseluruhan ada dua persepsi pokok tentang sumberdaya hutan, yaitu persepsi tinggi pada masyarakat Binagara dan persepsi sedang pada masyarakat Kobe Kulo. Persepsi terhadap keberadaan TNAL terbagi menjadi dua yaitu persepsi tinggi yang didominasi oleh masyarakat Binagara dan persepsi rendah oleh masyarakat Kobe Kulo dengan jumlah yang hampir sama. Persepsi tentang keberadaan TNAL berkorelasi positif dengan persepsi tentang dampak TNAL bagi hutan dan masyarakat sekitar, yaitu secara keseluruhan sebagian besar masyarakat menilai positif keberadaan TNAL. Persepsi masyarakat tentang sumberdaya hutan dan taman nasional berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya hutan, persepsi sedang sampai baik mencerminkan masyarakat merasa tergantung pada hutan dan akan berusaha menjaga kelestarian hutan.

B. Saran

Perbedaan persepsi masyarakat tentang keberadaan dan fungsi taman nasional serta sumberdaya hutan mengindikasikan diperlukannya penyuluhan dan sosialisasi termasuk informasi tata batas kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata. 2009. Buku Statistik 2009. Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata. Ternate.

Ngakan, dkk. 2006. Ketergantungan, Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Sumberdaya Hayati Hutan Studi Kasus di Dusun Pampli Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Center for International Forestry Research

Wiratno, dkk. 2004. Berkaca di Cermin Retak, Refleksi Konservasi dan Implikasi Bagi

Pengelolaan Taman Nasional. Departemen Kehutanan, The Gibbon

(20)

Persepsi Masyarakat terhadap Taman nasional…… Nurlita Indah & Rinna Mamonto

13 LAMPIRAN

Kuisioner Pola Pemanfaatan Lahan di Dalam Kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

Keterangan: poin yang digunakan dalam kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Nasional Dan Sumberdaya Hutan adalah pertanyaan yang dicetak tebal Karakteristik Responden

Nama responden :

Umur :

Status pernikahan : Nikah/belum nikah/pernah menikah Kedudukan dalam RT : Kepala RT/ ibu/ anak

Jumlah anggota RT :

Pendidikan :SD/ SMP/ SMA

Pendapatan :

Pengeluaran :

Pekerjaan utama :

Asal : Asli/ Pendatang

Persepsi Masyarakat Tentang Sumberdaya Hutan

1. Apa yang anda ketahui tentang hutan atau definisi sumber daya hutan ? ________________________________________________________________ ________________________________________________________________ ____________________

2. Jarak tempat tinggalnya dari hutan : _____________ km 3. Seberapa sering saudara masuk ke hutan

a. Tiap hari b. Sekali seminggu c. Sekali sebulan d. Lain-lain 4. Apa tujuan anda masuk kedalam hutan?

a. Mencari kayu c. Berladang/berkebun d. Yang lain,

sebutkan

b. Berburu d. Menggembalakan ternak

5. Sejak kapan saudara mengelola lahan di sekitar hutan atau di dalam hutan a. Kurang dari 2 tahun b. 2 – 4 tahun c. Lebih dari 4 tahun 6. Berapa luas lahan yang saudara miliki :

a. 0,25 ha b. 0,5 ha c. > 1 ha 7. Status lahan yang saudara garap

a. Milik sendiri b. Milik orang lain c. Sewa d. Yang lain, sebutkan 8. Jenis-jenis lahan yang saudara dimiliki :

a. Sawah, luasnya... c. Ladang,luasnya...

b. Kebun, luasnya... d. Lainnya sebutkan

...

9. Asal usul lahan yang saudara dimiliki :

a. Beli b. Warisan dari orang tua c. Tanah adat d. Lainnya sebutkan

(21)

14

10. Tanaman apa yang terdapat di dalam lahan yang saudara olah :

a. Pohon b. Buah-buahan d. Campuran

b. Tanaman kebun c. Palawija

11. Bagaimana cara saudara memanfaatkan hasil panen

a.Di komsumsi sendiri b. Di jual c. Lainnya

12. Selain lahan, apa lagi yang saudara ambil dari hutan :

a. Kayu bakar b. Kayu un. Rumah c. Satwa d. Lainnya sebutkan

13. Seberapa banyak anda ambil barang tersebut di atas (No.11) ? 14. Dalam jangka waktu berapa lama anda ambil ?

a. Setiap hari d. Dua minggu sekali

b. Seminggu dua kali e. Sebulan sekali

c. Seminggu sekali f. Lainnya, sebutkan...

Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Taman Nasional Aketajawe Lolobata 15. Apa saudara mengetahui apa Taman Nasional ?

________________________________________________________________ ________________________________________________________________ ____________________

16. Apa saudara tahu manfaat Taman Nasional ?

________________________________________________________________ ________________________________________________________________ ____________________

17. Apakah Anda setuju dengan keberadaan Taman Nasional?

________________________________________________________________ ________________________________________________________________ ____________________

18. Menurut anda keberadaan Taman Nasional memberikan dampak positif atau negatif bagi hutan dan masyarakat, mengapa ?

________________________________________________________________ ________________________________________________________________ ____________________

19. Bagaimana kondisi hutan disekitar anda saat ini ?

a. Baik (lebih baik dari pada dahulu), alasannya

__________________________________

b. Buruk (lebih buruk daripada dahulu), alasannya

________________________________

c. Biasa-biasa saja (tidak ada perubahan), alasannya

______________________________

20. Apakah anda setuju dengan pemanfaatan lahan hutan untuk

pertanian/kebun/ladang ?

a. Setuju, alasannya

_________________________________________________________

b. Tidak, alasannya

(22)

Persepsi Masyarakat terhadap Taman nasional…… Nurlita Indah & Rinna Mamonto

15 21. Menurut pendapat anda, kelembagaan apa saja yang ada di desa anda ?

a. Lembaga Formal :

_________________________________________________________

b. Lembaga informal :

________________________________________________________ 22. Lembaga mana yang paling berperan atau peduli dengan kelestarian hutan ?

________________________________________________________________ __________

23. Apakah anda menjadi anggota salah satu lembaga/kelompok tersebut diatas (no.20) ?

a. Ya; Nama Lembaga: _________________ b. Tidak

24. Apakah anda merasakan manfaat dari lembaga/kelompok tersebut ?

a. Ya b. Tidak

25. Apa sudah ada pertemuan tetap kelompok tani ?

a. Ya b. Tidak/belum

26. Apakah ada kegiatan ritual adat yang berhubungan keberadan atau hasil hutan?

a. Ya b. Tidak

27. Jika ya, kegiatan ritual apa namanya ?

___________________________________________

28. Apakah masyarakat adat ataupun individu mengeksploitasi/mengambil hasil hutan untuk mendukung upacara/kegiatan adat tersebut ?

a. ya b. tidak c. tidak tahu

29. Jika ya, apa yang diambil

(23)
(24)

Keragaman Jenis Tumbuhan Paku…… Diah Irawati Dwi Arini & Julianus Kinho

17 KERAGAMAN JENIS TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA)

DI CAGAR ALAM GUNUNG AMBANG SULAWESI UTARA

(The Pteridhopyta Diversity in Gunung Ambang Nature Reserve North Sulawesi)

Diah Irawati Dwi Arini dan Julianus Kinho Balai Penelitian Kehutanan Manado

Jl. Raya Adipura Kelurahan Kima Atas, Kecamatan Mapanget Manado Telp: (0431) 3666683, email: [email protected]

ABSTRACT

Gunung Ambang Natural Reserve Park is one of the conservation areas in North Sulawesi which no doubt has a very diverse community of flora and fauna. The diversity of Pteridophyta family or ferns is one of floral potentials that are not being awared by most people due to the lack of the data and information on species diversity and utilization. These kinds of species were believed to spread widely in Indonesia regions. Ferns are unique and have potential use, such as materials for feed, medicinal or ornamental plants. The study aimed to obtain reliable data and information about fern diversity and its characteristics at Gunung Ambang Natural Reserve Park as well as their traditional utilization performed mainly by local people living around the conservation area. The research was conducted through exploration method by collecting many fern species that were found and grown inside the area of Gunung Ambang Natural Reserve Park. The species identification was conducted in LIPI Herbarium Bogoriensis using descriptive analytical methods. The obtained data were presented in the forms of tabels dan figures. Results showed that there were 41 fern species consisting of 19 families. The types that were mostly found came from Polypodiaceae familiy (8 species). Based on the

potential utilization, those which can be used as ornamental plants were Asplenium

pellucidum. Lam., and Dipteris conjugata Reinw. Elevenspecies from Lecanopteris carnosa(Reinw.) Blume. and Selaginella Plana(Desv.ex Poir) Hieron. were used for

medicinal herbs. One species, Gleichenia hispida Mett.ex Kuhn. can be used for

handycraft material, while other 5 species from Pteris mertensioides Willd and

Diplazium accendens Blumecan be used for food material.

(25)

18 ABSTRAK

Cagar Alam Gunung Ambang merupakan salah satu kawasan konservasi di Sulawesi Utara yang tidak diragukan lagi menyimpan kekayaan flora dan fauna yang sangat beragam. Kelompok tumbuhan paku atau Pteridophyta merupakan salah satu potensi flora yang belum banyak diminati karena kurangnya data dan informasi mengenai keragaman jenis dan manfaatnya. Jenis tumbuhan ini memiliki penyebaran yang sangat luas di wilayah Indonesia. Tumbuhan paku memiliki keragaman jenis yang unik dan potensi pemanfaatan yang luar biasa misalnya untuk bahan pakan, pengobatan dan tanaman hias. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang keragaman jenis tumbuhan paku di kawasan CA. Gunung Ambang, serta potensi pemanfaatannya terutama oleh masyarakat sekitar kawasan. Penelitian ini dilakukan melalui kegiatan eksplorasi dengan mengumpulkan sebanyak mungkin jenis yang dijumpai dan tumbuh di dalam kawasan CA. Gunung Ambang. Identifikasi jenis tumbuhan paku dilakukan di Herbarium Bogoriensis LIPI. Hasil identifikasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 41 jenis tumbuhan paku yang terdiri dari 19 famili. Jenis yang paling banyak dijumpai berasal dari famili Polypodiaceae sebanyak 8 jenis. Berdasarkan potensi pemanfaatannya, yang dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan hias sebanyak 9 jenis diantaranya Asplenium pellucidum Lam., dan

Dipteris conjugata Reinw. Sebagai tumbuhan obat sebanyak 11 jenis diantaranya

Lecanopteris carnosa (Reinw.) Blume. dan Selaginella plana (Desv.ex Poir) Hieron.,

sebagai bahan kerajinan sebanyak 1 jenis yaitu Gleichenia hispida Mett.ex Kuhn. dan sebagai bahan pangan sebanyak 5 jenis diantaranya Pteris mertensioides Willd

dan Diplazium accendens Blume.

Kata Kunci: tumbuhan paku, pteridophyta, Gunung Ambang, keragaman. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan tumbuhan yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya telah jelas mempunyai kormus dan dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok yaitu akar, batang, dan daun. Bagi manusia, tumbuhan paku telah banyak dimanfaatkan antara lain sebagai tanaman hias, sayuran dan bahan obat-obatan. Namun secara tidak langsung, kehadiran tumbuhan paku turut

(26)

Keragaman Jenis Tumbuhan Paku…… Diah Irawati Dwi Arini & Julianus Kinho

19

memberikan manfaat dalam memelihara ekosistem hutan antara lain dalam pembentukan tanah, pengamanan tanah terhadap erosi, serta membantu proses pelapukan serasah hutan. Loveless (1989) dalam Asbar (2004) menjelaskan bahwa tumbuhan paku dapat tumbuh pada habitat yang berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan paku ditemukan tersebar luas mulai daerah tropis hingga dekat kutub utara dan selatan. Mulai dari hutan primer, hutan sekunder, alam terbuka, dataran rendah hingga dataran tinggi, lingkungan yang lembab, basah, rindang, kebun tanaman, pinggir jalan paku dapat dijumpai.

Tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu organ vegetatif yang terdiri dari akar, batang, rimpang, dan daun. Sedangkan organ generatif terdiri atas spora, sporangium, anteridium, dan arkegonium. Sporangium tumbuhan paku umumnya berada di bagian bawah daun serta membentuk gugusan berwarna hitam atau coklat. Gugusan sporangium ini dikenal sebagai sorus. Letak sorus terhadap tulang daun merupakan sifat yang sangat penting dalam klasifikasi tumbuhan paku. Menurut Tjitrosoepomo (1994) divisi Pteridophyta dapat dikelompokkan ke dalam empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae, Equisetinae dan Filiciane; dan menurut Steennis (1988), tumbuhan paku-pakuan dapat dibagi ke dalam 11 famili yaitu Salviniceae, Marsileaceae, Equicetaceae, Selagillaceae, Lycopodiaceae, Ophiglossaceae, Schizaeaceae, Gleicheniaceae, Cyatheaceae, Ceratopteridaceae, dan Polypodiaceae.

Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang sebagai bagian dari zona Wallacea, dan berada di Sulawesi Utara menyimpan pesona keanekaragaman hayati yang tinggi. Keunikan flora dan fauna serta bentang alam yang khas yang ada di dalam kawasan ini mampu menarik perhatian para wisatawan dalam negeri maupun asing untuk berkunjung. Kawasan yang ditetapkan pada tahun 1978 ini berada pada tipe ekosistem dataran rendah hingga hutan pegunungan (BKSDA Sulut, 2005). Beragamnya tipe ekosistem ini sangat mendukung sebagai habitat satwa maupun flora khususnya berbagai jenis tumbuhan paku-pakuan.

(27)

20

Beberapa jenis tumbuhan paku yang berasal dari CA. Gunung Ambang ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan sebagai tanaman hias seperti jenis Asplenium pellucidum Lam., dan Dipteris conjugata Reinw., digunakan sebagai tali atau bahan pengikat seperti jenis Gleichenia hispida Mett.ex Kuhn dan digunakan sebagai sayur seperti jenis Pteris mertensioides Willd. Terbatasnya informasi tentang jenis tumbuhan paku di wilayah Sulawesi Utara dan aspek pemanfaatannya menjadi tantangan untuk dilakukannya eksplorasi terkait. Hasil dari kegiatan ini diharapkan akan diketahuinya ragam jenis dan manfaat tumbuhan paku di kawasan CA. Gunung Ambang.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang keragaman jenis tumbuhan paku di kawasan CA. Gunung Ambang yakni mencakup jenis dan deskripsinya, pemanfaatan yang telah dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan, serta potensi pemanfaatan yang dapat dilakukan.

II. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu

Penelitian berlokasi di kawasan CA. Gunung Ambang yakni wilayah sekitar Desa Sinsingon, Puncak Gn. Ambang, dan Danau Alia, dan dilaksanakan pada bulan November–Desember 2008. Peta lokasi penelitian disajikan dalam Gambar 1.

B. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan terdiri atas alkohol 70%, amplop spesimen, kotak spesimen, kertas koran, plastik spesimen, kamera digital, GPS, parang, pisau, peta kawasan, kaliper, lembar isian data, dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan adalah jenis tumbuhan paku yang ada di dalam kawasan CA. Gunung Ambang.

C. Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini bersifat eksploratif, yaitu dengan mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi jenis tumbuhan paku yang dijumpai dalam

(28)

Keragaman Jenis Tumbuhan Paku…… Diah Irawati Dwi Arini & Julianus Kinho

21

jalur pengamatan. Jalur pengamatan mengikuti jalur jalan atau track yang sudah ada. Data yang dicatat terdiri atas nama jenis, bentuk pertumbuhan, ciri dan ukuran morfologi tumbuhan, bentuk, ukuran dan letak sorus, lokasi tempat tumbuh, serta potensi pemanfaatan oleh masyarakat setempat. Pengambilan spesimen secara lengkap dilakukan untuk kepentingan identifikasi jenisnya. Identifikasi dilakukan di Herbarium Bogoriense (BO), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Bogor.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di kawasan CA. Gunung Ambang D. Analisis Data

Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar, dan uraian deksripsi jenis.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ragam Jenis Tumbuhan Paku

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 41 jenis tumbuhan paku yang tercatat dari kegiatan eksplorasi dapat dikelompokkan ke dalam 19 famili. Famili Polypodiaceae memiliki jumlah jenis terbanyak yaitu delapan jenis, diikuti oleh Famili Aspleniaceae sebanyak enam jenis. Jenis

Sekitar Ds. Singsingon Danau Alia Puncak Gn. Ambang

(29)

22

tumbuhan paku yang ditemukan di CA. Gunung Ambang selengkapnya disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Jenis tumbuhan paku di CA. Gunung Ambang

No Famili Spesies

Potensi Pemanfaatan TO TH KR SY 1 ADIANTACEAE 1. Syngramma alismifolia

(Pr.) J. Sm √ √ - - 2 ASPLENIACEAE 1. Asplenium belangeri Bory. - - - - 2. Asplenium dicranurum C.Chr. - - - - 3. Asplenium nidus L. - - - - 4. Asplenium pellucidum Lam. - √ - - 5. Asplenium spathulinum J.Sm. - - - - 6. Asplenium unilaterale Lam. - - - - 3 ATHYRIACEAE 1. Diplazium accendens Blume. √ - - √ 2. Diplazium cordifolium Blume. - - - - 3. Diplazium sorzgonense C.Presl. - - - -

4 BLECHNACEAE 1. Blechnum capense (L.) Schltdl. - - - - 5 DAVALLIACEAE 1. Davallia denticulata (Burm.f.) Kuhn var.denticulata - - - - 2. Davallia pentaphylla Blume - - - -

6 DIPTERIDACEAE 1. Dipteris conjugata Reinw. - √ - - 7 DRYOPTERIDACEAE 1. Didymochlaena lunuata

Desv.

- - - -

8 GLEICHENIDACEAE 1. Gleichenia hispida Mett.ex Kuhn.

(30)

Keragaman Jenis Tumbuhan Paku…… Diah Irawati Dwi Arini & Julianus Kinho

23 No Famili Spesies Potensi Pemanfaatan TO TH KR SY 9 GRAMMITIDACEAE 1. Ctenopteris barathrophylla (Baker) Parris. - - - - 2. Ctenopteris contigua (Forst.) Copel. - - - - 10 HYMENOPHYLLACEAE 1. Hymenophyllum sp. √ - - - 11 LINDSACACEAE

1. Lindsaea repens (Bory.) Thw.var.pectinata (Blume) Mett.ex Kuhn

- √ - -

2. Lindsaea sp. - √ - -

12 LOMARIOPSIDACEAE 1. Elaphoglossum blumeanum (Fee) J.Sm.

- √ - -

13 MARATTIACEAE 1. Angiopteris evecta (Forst.) Hoffm.

- - - -

14 NEPROLEPIDACEAE 1. Nephrolepis hirsutula (G.Fobt.) C.Presl. - - - - 15 POLYPODIACEAE 1. Belvisia spicata (L.f) Copel. - - - - 2. Drynaria quercifolia (L.) J.Sm. - √ - -

3. Drynaria rigidula Bedd. - - - -

4. Lecanopteris carnosa (Reinw.) Blume. √ - - - 5. Loxogramme avenia (Blume) Presl. - √ - - 6. Phymatodes commutata (Blume) Ching. √ - - - 7. Selliguea albidosquamata (Blume) Parris. - - - - 8. Selliguea taeniata (Sw.) Parris. - - - - 16 PTERIDACEAE 1. Pteris mertensioides Willd. - - - √ 2. Pteris biaurita L. - - - -

(31)

24 No Famili Spesies Potensi Pemanfaatan TO TH KR SY 17 SELAGINELLACEAE 1. Selaginella intermedia (Blume) Spring. √ - - - 2. Selaginella involvens (Sw.) Spring. √ - - - 3. Selaginella latupana Alderw. √ - - -

4. Selaginella plana (Desv.ex Poir) Hieron.

√ √ - √

18 TECTARIA GROUP 1. 1.

Tectaria crenata Cav.

Tectaria crenata Cav.

√ - - √ 19 THELYPTERIDACEAE 1. Sphaerostephanos cf. appendiculatus (Blume) Holttum. - - - - 2. Sphaerostephanos sp. - - - √ Keterangan : TO = Tumbuhan Obat TH = Tumbuhan Hias KR = Kerajinan Tangan SY = Bahan pangan/Sayuran

B. Deskripsi Jenis Tumbuhan Paku 1. Famili Adiantaceae

Jenis paku untuk famili Adiantaceae ini hanya dijumpai satu jenis yaitu Syngramma alismifolia (Pr.) J. Sm. Jenis paku ini adalah paku terestrial yang dapat mencapai tinggi 90 cm. Pengamatan di lapangan menunjukkan tumbuhan ini hidup pada habitat berpasir. Memiliki bentuk daun tunggal dan bergerombol dimana daunnya terdapat lapisan bulu-bulu kasar dan kaku. Panjang dan lebar daun rata-rata 21 cm dan 9 cm. Pertulangan daun tampak sejajar dan tersusun sangat rapat, memanjang di sepanjang tulang anak daun, berbentuk garis dan panjangnya mengikuti lebar tulang daun. Akar berizoma pendek dan agak muncul di permukaan tanah dengan diameter hanya 4 mm. Paku Syngramma alismifolia (Pr.) J. Sm disebut sebagai paku Arjuna, berpotensi sebagai tanaman hias dan menurut As (2005) jenis ini dapat dimanfaatkan sebagai obat penyakit lemah syahwat.

(32)

Keragaman Jenis Tumbuhan Paku…… Diah Irawati Dwi Arini & Julianus Kinho

25 2. Famili Aspleniaceae

Famili Aspleniaceae yang dijumpai di CA. Gunung Ambang terdiri atas enam jenis yaitu Asplenium belangeri Bory., Asplenium dicranurum C.Chr., Asplenium nidus L., Asplenium pellucidum Lam., Asplenium spathulinum J.Sm., dan Asplenium unilaterale Lam. Jenis Asplenium pellucidum Lam. menurut catatan The Environment Protection and Biodiversity Conservation Act (1999), termasuk ke dalam salah satu spesies tumbuhan paku dengan kategori rentan (vulnerable). Paku terestrial ini tidak jarang dijumpai sebagai epifit yang menempel pada batu-batu atau pohon. Di CA. Gunung Ambang jenis ini banyak dijumpai pada tempat yang lembab atau berlumut, tepi sungai, dan sekitar air terjun. Jenis Asplenium pellucidum Lam. memiliki batang berwarna coklat hingga kehitaman dan berbulu, tinggi hanya mencapai sekitar 60 cm. Daun majemuk dengan lebar daun rata-rata 12 cm. Anak daun memiliki rata-rata panjang dan lebar 5 cm dan 2 cm. Daun berbentuk elips menyempit dengan bentuk tepi daun bergerigi. Daun memiliki kedudukan berselang-seling, berwarna hijau terang. Sorus ditemukan di bawah permukaan daun namun juga nampak jelas jika dilihat dari atas permukaan daun dalam bentuk memanjang searah dengan pertulangan anak daun. Spora memiliki panjang rata-rata 0.5 cm.

(33)

26 3. Famili Athyriaceae

Jenis yang dijumpai dari famili ini sebanyak tiga jenis dari marga Diplazium terdiri atas Diplazium accendens Blume., Diplazium cordifolium Blume., dan Diplazium sorzgonense C.Presl. Diplazium accendens Blume., termasuk golongan paku terestrial yang dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 150 cm. Batang berwarna hijau dan memiliki duri. Daun majemuk berwarna hijau dan memiliki duri halus pada permukaan dan tepi. Daun memiliki panjang dan lebar rata-rata 50 cm dan 21 cm, sedangkan anak daun memiliki panjang dan lebar 12 cm dan 3 cm. Sorus berada di bawah permukaan daun dengan bentuk memanjang mengikuti tulang cabang daun tingkat satu dan berwarna hitam. Heyne (1992) menjelaskan bahwa tumbuhan ini memiliki khasiat sebagai obat pasca persalinan, di kalangan masyarakat Minahasa, tumbuhan paku ini dimanfaatkan sebagai sayuran.

Gambar 3. Diplazium accendens Blume. 4. Famili Blechnaceae

Jenis yang dijumpai dari famili ini hanya satu jenis yaitu Blechnum capense (L.) Schltdl. Paku ini dijumpai hidup pada habitat berpasir yang dekat dengan kawah Gunung Ambang yaitu di atas ketinggian 1.200 mdpl. Keunikan jenis paku ini adalah pada warna daunnya, pada saat kuncup daun

(34)

Keragaman Jenis Tumbuhan Paku…… Diah Irawati Dwi Arini & Julianus Kinho

27

tertutup oleh sorus berwarna coklat, pada waktu muda, daun yang berwarna terbuka berwarna merah dan lama kelamaan akan berubah berwarna hijau. Termasuk dalam jenis paku terestrial yang hidup pada suhu yang sangat rendah. Bentuk pertumbuhan tegak antara 50 hingga 80 cm. Batang berwarna coklat dan lunak dengan diameter mencapai 1 cm. Bulu-bulu halus berwarna coklat ditemukan menempel di sepanjang batang. Daun adalah daun majemuk dengan panjang dan lebar 75 cm dan 40 cm. Anak daun berbentuk lanset. Sorus terletak di bawah permukaan daun dengan bentuk memanjang. Daun yang masih kuncup, akan terbungkus penuh dengan sorus yang berwarna coklat.

Gambar 4. Blechnum capense (L.) Schltdl 5. Famili Davalliaceae

Jenis yang dijumpai dari famili ini sebanyak dua jenis yaitu Davallia denticulata (Burm.f.) Kuhn var.denticulata dan Davallia pentaphylla Blume. Hasil kajian menunjukkan bahwa jenis Davallia denticulata dilaporkan mengandung asam hidrosianik yang dapat menghasilkan racun (As, 2005). Jenis ini dikelompokkan dalam paku terestrial yang tumbuh ditempat-tempat terbuka maupun ternaungi. Tingginya dapat mencapai lebih dari 100 cm. Daun majemuk dan berbentuk segitiga. Sorus berada di bawah

(35)

28

permukaan daun yaitu pada tepi daun berwarna kuning hingga kuning kecoklatan. Sedangkan untuk jenis Davallia pentaphylla Blume termasuk dalam golongan paku epifit dengan bentuk daun menjari panjang. Sorus berada di bawah permukaan daun dan menempel pada tepian daun.

6. Famili Dipteridaceae

Jenis yang dijumpai dari famili ini hanya ditemukan satu jenis yaitu Dipteris conjugata Reinw. termasuk ke dalam golongan paku terestrial dengan bentuk pertumbuhan tegak, tingginya dapat mencapai hingga 130 cm atau lebih. Hidup pada hutan dataran rendah yaitu pada ketinggian 800 hingga 1000 mdpl. Daun berbentuk tunggal, dan membundar menjari. Daun berwarna hijau terang. Sorus terletak di bawah permukaan daun berwarna kuning dan tersebar di bagian bawah daun. Dari segi bentuknya, paku ini memiliki bentuk khas dan sangat unik sehingga memiliki potensi sebagai tumbuhan hias.

(36)

Keragaman Jenis Tumbuhan Paku…… Diah Irawati Dwi Arini & Julianus Kinho

29 7. Famili Dryopteridaceae

Jenis yang dijumpai dari famili ini hanya satu jenis yaitu Didymochlaena lunuata Desv. Termasuk jenis paku terestrial yang sangat menyukai habitat lembab dengan akar berbentuk serabut, batang berwarna hijau dan sedkit berbulu, tinggi tumbuhan dapat mencapai 150 cm. Daun berbentuk majemuk dengan lebar daun 45 cm, panjang dan lebar anak daun 25 cm dan 3 cm. Dalam satu tangkai, biasanya daun berjumlah daun 46 helai dan anak daun berjumlah 62 helai. Daun pada permukaan atas berwarna hijau tua dan hijau muda pada bawah permukaan. Pada saat muda daun berwarna merah dan diselimuti oleh benang-benang halus keperakan. Daun bertekstur agak keras dengan bentuk persegi. Kedudukan anak daun berselang-seling. Sorus berada di permukaan daun, berbentuk memanjang.

8. Famili Gleichenidaceae

Jenis yang dijumpai dari famili ini hanya satu jenis yaitu Gleichenia hispida Mett.ex Kuhn. dikelompokkan dalam paku terestrial dengan pertumbuhan merambat dan akar serabut. Rimpang menjalar, sangat menyukai habitat yang terbuka yang langsung terkena sinar matahari. Daun majemuk berwarna hijau pada atas permukaan dan hijau keperakan pada bagian bawah, berbentuk menjari, tangkai daun memiliki percabangan khusus, cabang utama terdiri dari dua anak cabang, anak cabang tersebut akan bercabang lagi hingga tumbuh menutupi tempat tumbuhnya. Rata-rata panjang dan lebar daun adalah 39 cm dan 3 cm. Jumlah anak daun dalam satu batang utama berjumlah 167 daun. Anak daun memiliki panjang dan lebar 1 cm dan 0.5 cm. Sorus berada di bawah permukaan daun berwarna hijau hingga coklat kehitaman. Batang memiliki tekstur yang sangat kuat sehingga biasa digunakan sebagai tali atau bahan-bahan kerajinan. Menurut Anonim (1980) kulit batang dari jenis ini dapat dimanfaatkan sebagai obat.

(37)

30 9. Famili Grammitidaceae

Jenis yang dijumpai dari famili ini sebanyak dua jenis yaitu Ctenopteris barathrophylla (Baker) Parris dan Ctenopteris contigua (Forst.) Copel. Jenis Ctenopteris barathrophylla dan Ctenopteris contigua dikelompokkan dalam jenis paku epifit. Ctenopteris barathrophylla memiliki tinggi mencapai 25 cm, akar serabut. Daun berbetuk tunggal, berwarna hijau dan agak tebal. Panjang dan lebar daun adalah 14 cm dan 3 cm. Sorus berbentuk bulat dan berbintik kecil, berwarna coklat jika sudah matang atau tua, berwarna merah jika masih muda. Sedangkan jenis Ctenopteris barathrophylla biasa menempel pada pohon inang atau batu. Daun adalah daun majemuk. Panjang dan lebar daun rata-rata adalah 45 cm dan 5 cm. Anak daun memiliki lebar dan panjang 2 cm dan 0,2 cm. Permukaan daun kasar, sorus biasanya berjumlah tiga dan terletak di bawah permukaan daun dan menempel pada ujung anak daun.

10. Famili Hymenophyllaceae

Jenis yang dijumpai dari famili ini hanya satu jenis yaitu Hymenophyllum sp. Digolongkan sebagai paku epipit yang banyak ditemukan menempel pada batu atau batang-batang pohon tumbang. Sangat menyukai habitat yang basah dan lembab seperti di tepi-tepi sungai dan genangan air serta tumbuh di sela-sela lumut. Memiliki penampilan kecil dan pendek. Akar serabut hitam. Daun berukuran kecil dan berbentuk seperti jarum, berwarna hijau tua. Daun berjumlah kira-kira 25 di setiap helai, sedangkan anak daun berjumlah 12 helai. Daun memiliki panjang dan lebar rata-rata 14,5 cm dan 10 cm. Tinggi tumbuhan hanya sekitar 25-30 cm. Sorus ditemukan pada tepi daun dan ujung daun. As (2005) menjelaskan bahwa paku jenis ini bermanfaat dalam meredam luka karena mengandung zat antiseptik.

11. Famili Lindsacaceae

Jenis yang dijumpai dari famili ini sebanyak dua jenis yaitu Lindsaea repens (Bory.) Thw.var.pectinata (Blume) Mett.ex Kuhn dan Lindsaea sp., kedua jenis ini tergolong jenis paku epipit yang hidup di batang-batang pohon. Memiliki bentuk pertumbuhan merambat. Daun majemuk, Lindsaea

(38)

Keragaman Jenis Tumbuhan Paku…… Diah Irawati Dwi Arini & Julianus Kinho

31

repens memiliki panjang rata-rata 40 cm dan lebar daun 5 cm. Daun berbentuk oval dan tepi bergerigi. Sedangkan panjang dan lebar anak daun adalah 2 cm dan 1 cm. Daun berwarna hijau dimana tangkai anak daun tersusun sangat berdekatan sehingga terlihat sangat padat. Sorus berwarna kecoklatan, terletak di bagian bawah daun. Lindsaea sp. memiliki bentuk daun memanjang menyirip dengan panjang dan lebar daun adalah 7 cm dan 1 cm. Anak daun sangat kecil dan berbentuk seperti kipas. Dalam satu tangkai terdapat sekitar 30 helai anak daun. Sorus terdapat pada tepi anak-anak daun, berwarna kekuningan dan berbentuk bulat. Kedua spesies paku ini memiliki penampilan yang sangat menarik sehingga berpotensi sebagai tanaman hias yang ditanam dalam pot-pot kecil.

12. Famili Lomariopsidaceae

Jenis yang dijumpai dari famili ini hanya satu jenis yaitu Elaphoglossum blumeanum (Fee) J.Sm. Jenis ini termasuk dalam golongan paku epipit, menempel pada batang pohon. Daun panjang dengan tepi daun rata, batang berwarna hijau kekuningan. Tulang daun tersusun sangat rapat dan sejajar. Panjang dan lebar daun rata-rata 25 cm dan 4 cm. Memiliki sorus yang terletak di bawah permukaan daun berbentuk panjang seperti garis. Memiliki penampilan unik sehingga sangat berpotensi sebagai tanaman hias.

13. Famili Marattiaceae

Jenis yang dijumpai dari famili ini hanya satu jenis yaitu Angiopteris evecta (Forst.) Hoffm. Digolongkan ke dalam paku terestrial yang tumbuh tegak hingga mencapai 1.5 meter. Seringkali ditemukan tumbuh di bawah tegakan, di tepi aliran sungai dan tanah berpasir (Kinho, 2011). Paku ini banyak dijumpai di kawasan CA. Gunung Ambang. Daun berwarna hijau mengkilap dan majemuk. Daun berbentuk oblong dengan ujung bergerigi. Tulang daun sejajar rapat. Kedudukan daun berhadapan, panjang dan lebar daun adalah 30 cm dan 14 cm. Jumlah anak daun sekitar 10-20 helai, panjang dan lebar anak daun 8 cm dan 2 cm. Sorus atau spora ditemukan di bawah permukaan daun dengan bentuk panjang dan tersusun sangat rapat,

(39)

32

spora berwarna coklat tua. Akar serabut, batang berwarna hijau dan bergetah.

14. Famili Neprolepidaceae

Jenis yang dijumpai dari famili ini hanya satu jenis yaitu Nephrolepis hirsutula (G.Fobt.) C.Presl, hidup terestrial dan epipit yang banyak dijumpai hidup menempel pada pohon-pohon tumbang dan batu. Spesies ini dapat tumbuh hingga 50 cm, dengan panjang dan lebar daun 50 cm dan 7 cm. Anak daun memiliki panjang dan lebar 14 cm dan 2 cm. Anak daun memiliki kedudukan berselang-seling dengan jumlah anak daun mencapai 35 atau lebih. Daun berwarna hijau dan berbentuk oval dengan permukaan daun licin dan halus. Akar serabut dan menjalar.

15. Famili Polypodiaceae

Jenis yang dijumpai dari famili ini sebanyak delapan jenis. Belvisia spicata (L.f) Copel. merupakan jenis paku epipit menempel pada tumbuhan hidup dan batu-batu. Tinggi tumbuhan dapat mencapai 18 cm. Daun merupakan daun tunggal, berwarna hijau muda. Panjang dan lebar daun masing-masing 15 cm dan 2 cm. Daun berbentuk lanset dengan ujungnya menyirip dan tepi rata. Sorus atau spora berada di ujung daun dengan bentuk memanjang berwarna coklat kehitaman.

Drynaria quercifolia (L.) J.Sm. digolongkan ke dalam paku terestrial dan epipit. Daun tunggal yang dapat tumbuh tinggi hingga mencapai 150 cm atau lebih. Permukaan daun berwarna hijau kusam dan kaku. Jenis tumbuhan ini tidak memiliki batang, daun memenuhi seluruh tulang daun utama. Kedudukan anak daun berselang-seling. Kedudukan spora menyebar di seluruh bawah permukaan daun, dengan bentuk bulat. Pada saat masih muda spora memiliki warna hijau sedangkan jika sudah matang berwarna coklat. Dikenal dengan nama lokal paku daun kepala tupai dan banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Berdasarkan penelitian Kandhasamy et al. (2008) paku ini berpotensi sebagai obat antibakteri dan obat penyakit kulit (Anti Dermatophytic) (Nejad & Deokule, 2009).

(40)

Keragaman Jenis Tumbuhan Paku…… Diah Irawati Dwi Arini & Julianus Kinho

33 Gambar 6. Drynaria quercifolia (L.) J.Sm.

Drynaria rigidula Bedd. digolongkan dalam kelompok paku epipit. Tumbuh pada tempat yang banyak mendapatkan sinar matahari. Termasuk daun majemuk dengan lebar daun 13 cm, anak daun berjumlah 6-18 setiap helainya. Daun berwarna hijau tua dan tekstur keras. Tepi daun bergerigi halus. Terdapat perbedaan pada kedudukan daun antara daun muda dan daun tua. Kedudukan daun muda sejajar sedangkan pada daun tua kedudukan daun menjadi selang-seling.

Lecanopteris carnosa (Reinw.) Blume, termasuk jenis paku epipit yang menempel pada pohon-pohon. Sangat dikenal oleh masyarakat setempat sebagai paku sarang semut. Bentuk pertumbuhan tegak. Tumbuhan dapat mencapai tinggi 30 – 40 cm dan berdiameter 2 mm. Berwarna hijau sampai kecoklatan dan keras. Daun majemuk, panjang dan lebar daun 59 cm dan lebar 7 cm dan berwarna hijau. Anak daun berbentuk bulat dan letaknya berselang seling. Panjang dan lebar anak daun masing-masing 2 cm dan 4 cm. Jumlah anak daun dalam satu tangkai dapat mencapai 23 helai. Spora terletak di tepi anak daun yang membentuk seperti kantung sorus. Berbentuk bulat dan berwarna coklat hingga oranye. Paku ini memiliki bentuk yang menarik dan sangat berpotensi dimanfaatkan sebagai tanaman

(41)

34

hias. Sedangkan akar yang merupakan sarang semut banyak digunakan sebagai obat.

Gambar 7. Lecanopteris carnosa (Reinw.) Blume

Loxogramme avenia (Blume) Presl., jenis paku epipit yang menumpang pada pohon-pohon besar. Memiliki rimpang pendek dan memiliki banyak akar berwarna coklat. Daun berbentuk ensiform dengan ujung daunnya runcing. Jenis daun tunggal berwarna hijau muda. Tangkai daun seperti tidak nyata karena anak daun langsung tumbuh dari rimpang. Spora berbentuk panjang dengan panjang sekitar 0,5 – 2 cm. Berwarna coklat mengikuti tulang daun sehingga letak sorus berada di bawah permukaan daun. Menurut As (2005), jenis paku ini berpotensi sebagai tanaman hias dan biasanya ditempatkan di tembok pagar.

Phymatodes commutata (Blume) Ching., termasuk paku terestrial dan epipit. Terkadang dijumpai menempel pada batu-batu, pohon mati atau pada pohon yang masih hidup. Hidup pada kondisi habitat terbuka dan banyak mendapat sinar matahari. Tinggi tumbuhan dapat mencapai 64 cm atau lebih. Batang berwarna hijau kecoklatan. Daun berwarna hijau sampai hijau terang dengan tangkai daun hijau keunguan. Lebar daun dapat mencapai 20 cm. Helaian daun berbagi menyirip, permukaan atas daun

(42)

Keragaman Jenis Tumbuhan Paku…… Diah Irawati Dwi Arini & Julianus Kinho

35

berbenjol-benjol sesuai dengan letak sorusnya. Spora terdapat di bawah permukaan daun dan tersebar tidak beraturan. Panjang sorus bisa mencapai ukuran 1-2 mm. Berbentuk bulatan. Spesies ini banyak dimanfaatkan dalam pengobatan khususnya untuk obat malaria karena daun mudanya yang memiliki rasa pahit (Anonim, 1980).

Selliguea albidosquamata (Blume) Parris., termasuk jenis paku epipit yang dapat tumbuh hingga 50 cm. Memiliki rimpang yang berbentuk seperti umbi dan cukup keras. Bentuk pertumbuhan merambat. Batang berwarna kehitaman dan keras. Daun terdapat perbedaan pada tumbuhan paku muda dan yang telah tua. Pada daun yang masih muda dan belum memiliki spora daun berbentuk oval sedangkan pada daun yang telah berspora daun berbentuk lebih panjang. Ciri khas yang dimiliki oleh jenis tumbuhan ini adalah terdapat semacam titik berwarna putih yang terletak di sepanjang tepi daun. Daun berwarna hijau kusam, tebal dan agak kaku. Spora berwarna coklat dan terletak secara teratur dibawah permukaan daun. Jumlah anak daun 10 – 20 helai dengan kedudukan anak daun berselang-seling.

Selliguea taeniata (Sw.) Parris., dikelompokkan sebagai jenis paku epipit. Daun berjumlah10 helai dalam satu tangkai. Panjang dan lebar daun 35 dan 25 cm. Daun berbentuk panjang dengan tepi bergelombang. Spora terletak di bagian bawah permukaan daun.

16. Famili Pteridaceae

Jenis yang dijumpai dari famili ini yaitu Pteris mertensioides Willd., merupakan jenis paku terestrial yang tumbuh di tanah dan batu-batu. Tinggi tumbuhan dapat mencapai 150 cm. Daun merupakan daun majemuk yang memiliki panjang hingga 50 cm dan lebar 3 cm. Sedangkan anak daun berjumlah 100 di setiap helai dengan panjang dan lebar anak daun 3 cm dan 0,5 cm. Batang berwarna hitam dan beralur. Spora atau sorus berada di tepi daun dan tersusun beraturan. Beberapa jenis dari marga Pteris banyak dimanfaatkan sebagai sayuran terutama daun muda termasuk Pteris mertensioides Willd. Pteris biaurita L. dikelompokkan sebagai paku terestrial, dengan tinggi tumbuhan mencapai 102 cm, daun majemuk

(43)

36

dengan lebar 39 cm dan panjang 51 cm, daun utama berjumlah 11 daun dalam satu tangkai, setiap daun utama tersusun dari anak daun yang berjumlah 67 helai. Kedudukan daun utama sejajar. Daun berwarna hijau berbentuk lanset memanjang. Spora dapat ditemukan pada tepi daun, memanjang mengikuti bentuk tepi daun.

17. Famili Selaginellaceae

Jenis yang dijumpai dari famili ini ditemukan sebanyak empat jenis yaitu Selaginella intermedia (Blume) Spring., Selaginella involvens (Sw.) Spring., Selaginella latupana Alderw., dan Selaginella plana (Desv.ex Poir) Hieron. Pada umumnya termasuk jenis paku epipit yang menempel pada batu atau pohon-pohon besar. Pertumbuhan merambat, daun berwarna hijau terang dan berukuran sangat kecil tersusun melingkari batang, daun fertil lebih lancip dengan susunan yang sangat rapat. Berwarna hijau pada permukaan atas, kedudukan daun berseling. Spora terdapat pada ujung terminalia. Pada jenis Selaginella intermedia batang berwarna merah. Jenis paku ini berpotensi sebagai tanaman obat, menurut Anonim (1980) jenis paku ini sangat potensial menjadi tumbuhan hias dan di beberapa daerah di Indonesia, jenis paku ini sering dimanfaatkan sebagai obat penambah darah serta nyeri pada ulu hati. Berdasarkan penelitian Kinho et al. (2009), di daerah Minahasa Sulawesi Utara, paku ini dimanfaatkan akarnya sebagai campuran ramuan obat pasca persalinan.

18. Tectaria Group

Jenis yang dijumpai dari famili ini yaitu Tectaria crenata Cav. yang merupakan jenis paku terestrial. Tumbuh di sekitar pinggiran sungai atau di tempat-tempat lembab. Memiliki rimpang pendek. Diameter batang berukuran 0,6 – 1 cm. Tangkai daun berbulu halus dan berwarna coklat. Daun majemuk menyirip gasal. Lebar daun 49 cm, panjang daun 68 cm. Panjang anak daun 21 cm dan lebar anak daun 5 cm. Spora terletak di bawah permukaan daun tersusun dalam satu dereten sepanjang anak-anak tulang daun dan berbentuk bulat. Permukaan daun kasar berwarna hijau tua sedangkan bawah permukaan berwarna lebih muda. As (2005)

Gambar

Tabel  1. Karakteristik masyarakat Desa Binagara dan Desa Kobe Kulo
Tabel 2. Persepsi masyarakat terhadap sumberdaya hutan
Tabel 3. Persepsi masyarakat tentang definisi Taman Nasional
Tabel  4.  Persepsi  masyarakat  terhadap  keberadaan  Taman  Nasional  Aketajawe Lolobata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh penulis dari sekolah-sekolah yang menjadi subyek penelitian adalah data hasil belajar, penulis menggunakan metode

Mashlahah menjadi landasan dalam qiyas, yaitu suatu sifat yang nyata dalam bentuk kemaslahatan yang terdapat pada suatu hukum yaitu dapat diukur, dan ini

Terdapat pengaruh model pembelajaran generatif menggunakan alat peraga sederhana terhadap pemahaman konsep cahaya di SMP Negeri 7 Kota Bengkulu, ditunjukkan pada

Melihat kecenderungan para pembudidaya yang masih mengandalkan teknik transportasi sistem kering yang menggunakan bahan anastesi yang mahal seperti MS-22, maka dilakukan

Informasi yang diperoleh penulis tentang gelisahnya Pegawai Negeri Sipil dalam menghadapi masa pensiun terdapat pada jabatan fungsional pengawas sekolah pada seksi

Kombinasi antara metode deformasi dingin, annealing, dan sandblasting diharapkan dapat merubah struktur butiran yang terdapat pada permukaan material yang terbentuk

Hasil Pengujian pada kombinasi metode DWT-SVD pada operasi penyisipan citra watermark berdasarkan rata-rata nilai PSNR sebesar 45,98 memberikan hasil yang lebih baik di

3.3 Teknik Pengumpulan Data Metode yang diambil dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder diperoleh dari website