• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2016"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

No. 34/05/51/Th. X, 4 Mei 2016

K

EADAAN

K

ETENAGAKERJAAN

P

ROVINSI

B

ALI

F

EBRUARI

2016

 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2016 mencapai 2.382.466 orang, bertambah sebanyak

10.451 orang dibanding angkatan kerja Agustus 2015 (2.372.015 orang), atau berkurang sebanyak 76.318 orang dibanding angkatan kerja Februari 2015 (2.458.784 orang).

 Jumlah penduduk yang bekerja di Bali pada Februari 2016 mencapai 2.332.064 orang, bertambah sebanyak

7.259 orang dibandingkan keadaan Agustus 2015 (2.324.805 orang), atau berkurang sebanyak 93.109 orang dibanding keadaan pada Februari 2015 (2.425.173 orang).

 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Bali pada Februari 2016 mencapai 2,12 persen,

mengalami peningkatan baik dibandingkan TPT Agustus 2015 yang hanya mencapai 1,99 persen, maupun dibanding dengan TPT Februari 2015 yang hanya mencapai 1,37 persen.

 Penduduk yang bekerja pada Februari 2016 menurun sebesar 3,84 persen dari kondisi Februari 2015, namun terdapat variasi antar sektornya. Sektor transportasi dan jasa kemasyarakatan merupakan dua sektor yang mengalami peningkatan, yaitu masing-masing sebesar 36,15 persen, dan 12,61 persen. Sementara itu, di keenam sektor lainnya yaitu sektor industri, pertanian, keuangan, konstruksi, perdagangan, dan lainnya (pertambangan dan penggalian serta LGA) mengalami penurunan masing-masing sebesar 17,40 persen, 10,12 persen, 9,93 persen, 4,94 persen, 1,91 persen, dan 33,33 persen.

 Pada Februari 2016, jumlah penduduk yang bekerja di sektor formal sebesar 46,93 persen, sedangkan penduduk yang bekerja di sektor informal sebesar 53,07 persen. Penduduk yang bekerja di sektor formal didominasi oleh mereka yang berstatus sebagai buruh/karyawan sebanyak 1.009.604 orang (43,29 persen) Sementara itu, penduduk yang bekerja pada sektor informal didominasi oleh mereka yang berusaha dibantu buruh tidak tetap sebanyak 452.674 orang (19,41 persen), berusaha sendiri sebanyak 325.000 (13,94 persen), dan pekerja keluarga/pekerja tak dibayar sebanyak 305.130 orang (13,08 persen).

 Berdasarkan jumlah jam kerja, pada Februari 2016 terdapat 1.361.718 orang (58,39 persen) bekerja 35 jam

atau lebih perminggu, sedangkan pekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 35 jam perminggu sebanyak 970.346 orang (41,61 persen).

 Pada Februari 2016, pekerja dengan jenjang pendidikan SD ke bawah masih tetap mendominasi yaitu sebanyak 858.390 orang (36,81 persen), sedangkan pekerja dengan pendidikan SMP sebanyak 369.220 orang (15.83 persen) dan pekerja dengan pendidikan SMA/SMK sebanyak 694.988 orang (29,80 persen). Sementara, pekerja yang telah menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi hanya sebanyak 409.466 orang (17,56 persen).

(2)

1.

Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Pengangguran

Ketenagakerjaan merupakan salah satu persoalan dalam penanganan kependudukan di Provinsi Bali. Terlebih lagi, Provinsi Bali sebagai ikon pariwisata nasional yang tidak saja menjadi daya tarik bagi wisatawan akan tetapi juga menarik bagi pencari kerja untuk mengadu peruntungannya. Industri pariwisata yang menjadi motor penggerak perekonomian Bali menyediakan peluang kerja yang menjanjikan baik bagi penduduk Bali maupun penduduk di luar Bali. Meningkatnya jumlah penduduk Bali tidak bisa terlepas dari kenyataan tersebut, yang pada gilirannya membawa berbagai persoalan sosial ekonomi tersendiri, salah satunya adalah masalah ketenagakerjaan.

Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2016 menunjukkan keadaan ketenagakerjaan di Bali tergolong cukup baik. Hal ini terlihat dari tingginya jumlah penduduk yang bekerja serta rendahnya tingkat pengangguran. Dari sebanyak 3.164.653 penduduk usia kerja, sebanyak 2.382.466 orang tergolong sebagai angkatan kerja, dengan kata lain tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mencapai 75,28 persen. Sementara itu, sebanyak 782.187 orang lainnya tergolong sebagai bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang hanya memiliki kegiatan bersekolah dan mengurus rumah tangga serta lainnya. Angkatan kerja terbagi dalam kelompok penduduk yang bekerja dan penganggur. Pada Februari 2016 jumlah penduduk yang bekerja mencapai 2.332.064 orang atau sebesar 97,88 persen dari jumlah angkatan kerja, dan hanya 2,12 persen penduduk angkatan kerja lainnya yang tidak terserap dalam lapangan kerja.

Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2016 mengalami peningkatan sebesar 7.259 orang (0,31 persen) dibandingkan Agustus 2015, namun jumlah ini mengalami penurunan sebesar 93.109 orang (3,84 persen) dibandingkan kondisi Februari 2015. Perbedaan jumlah penduduk yang bekerja antara Februari dan Agustus kemungkinan disebabkan oleh kondisi musim untuk bercocok tanam yang berbeda pada dua periode pencacahan tersebut. Sementara itu, jumlah pengangguran di Bali pada Februari 2016 mengalami peningkatan, baik dibandingkan dengan kondisi Februari 2015 maupun Agustus 2015. Jumlah pengangguran di Bali pada Februari 2016 mencapai 50.402 orang. Hal ini berakibat pada meningkatnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Bali baik dari Februari 2015 (1,37 persen) maupun Agustus 2015 (1,99 persen) menjadi 2,12 persen pada Februari 2016.

Tabel 1

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama Tahun 2014-2016

Kegiatan Utama 2014 2015 2016

Februari Agustus Februari Agustus Februari

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Penduduk Usia 15+ 3.066.498 3.092.880 3.118.036 3.141.285 3.164.653

2. Angkatan Kerja 2.410.422 2.316.758 2.458.784 2.372.015 2.382.466

A. Bekerja 2.377.394 2.272.632 2.425.173 2.324.805 2.332.064

B. Penganggur 33.028 44.126 33.611 47.210 50.402

3. Bukan Angkatan Kerja 656.076 776.122 659.252 769.270 782.187

4. TPAK (%) 78,61 74,91 78,86 75,51 75,28

5. TPT (%) 1,37 1,90 1,37 1,99 2,12

(3)

2.

Lapangan Pekerjaan Utama

Kondisi ketenagakerjaan baik menyangkut tingkat pengangguran dan penduduk yang bekerja tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian yang ada. Jumlah penduduk yang bekerja pada tiap sektor menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Februari 2016, penduduk Bali paling banyak bekerja pada sektor perdagangan, rumah makan, dan akomodasi sebanyak 708.012 orang, atau sebesar 30,36 persen dari total penduduk yang bekerja. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 1,91 persen.

Meskipun mengalami penurunan jumlah pekerja yang cukup tinggi, sektor pertanian masih memiliki peranan yang cukup penting dalam menyerap tenaga kerja. Hal ini terbukti dari banyaknya jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian, yaitu sebesar 511.861 orang (21,95 persen). Jumlah pekerja yang terserap di sektor pertanian pada Februari 2016 mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisi Februari 2015, yaitu sebesar 57.632 orang (-10,12 persen). Penurunan jumlah pekerja sektor pertanian ini tidak terlepas dari pengaruh musim yang terkadang anomali.

Sektor jasa kemasyarakatan dan sektor industri juga memiliki peranan yang cukup penting dalam menyerap tenaga kerja. Penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan pada bulan Februari 2016 berjumlah 418.862 orang (17,96 persen). Sementara itu, penduduk yang berkerja di sektor industri pada Februari 2016 berjumlah 329.478 orang (14,13 persen). Jumlah penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama pada masing masing sektor disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2

Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2014-2016

Lapangan Pekerjaan Utama 2014 2015 2016

Februari Agustus Februari Agustus Februari

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pertanian 590.169 528.506 569.493 520.775 511.861

Industri 337.080 316.598 398.873 287.534 329.478

Konstruksi 230.524 205.470 177.619 196.696 168.845

Perdagangan 674.595 658.312 721.776 768.075 708.012

Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 71.982 70.658 66.368 75.472 90.360

Keuangan 73.168 82.431 107.945 92.546 97.228

Jasa Kemasyarakatan 381.219 393.056 371.973 368.535 418.862

Lainnya (Pertambangan, Penggalian, LGA) 18.657 17.601 11.126 15.172 7.418

Jumlah 2.377.394 2.272.632 2.425.173 2.324.805 2.332.064

3.

Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Pendekatan kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status dalam pekerjaan utama. Dari enam kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal yaitu pekerja yang termasuk dalam kategori berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas dan pekerja tidak dibayar. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Februari 2016 sebanyak 1.094.500 orang (46,93 persen) bekerja pada kegiatan formal dan sebanyak 1.237.564 orang (53,07 persen) bekerja pada kegiatan informal. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar penduduk Bali yang bekerja masih bergantung pada kegiatan informal. Pada

(4)

bulan Februari 2015 penduduk yang bekerja di sektor informal sebesar 52,67 persen sedangkan penduduk yang bekerja di sektor formal sebesar 47,33 persen. Kondisi ini mengalami perubahan pada Februari 2016 persentase ini dimana pekerja informal mengalami peningkatan menjadi 53,07 persen sedangkan pekerja formal mengalami penurunan menjadi 46,93 persen.

Situasi ketenagakerjaan dikatakan semakin membaik, apabila tersedianya jaminan kelangsungan pekerjaan bagi pekerja. Jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan status pekerjaan juga menjadi salah satu indikasi kualitas tenaga kerja. Status sebagai buruh/karyawan misalnya, dikatakan lebih baik dibandingkan dengan status sebagai pekerja bebas maupun pekerja keluarga. Disamping stabilnya kedudukan di suatu usaha, pada umumnya pekerja yang berstatus buruh/karyawan memiliki produktifitas yang lebih tinggi. Berdasarkan status pekerjaan, pada Februari 2016 terdapat sebanyak 1.009.604 orang (43,29 persen) yang bekerja sebagai buruh/karyawan. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan ini mengalami penurunan baik secara absolut maupun komposisinya dibanding bulan yang sama di tahun 2015 yang sebanyak 1.058.267 orang (43,64) persen. Jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan status pekerjaan utama disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3

Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2014-2016

Ststus Pekerjaan Utama 2014 2015 2016

Februari Agustus Februari Agustus Februari

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Berusaha sendiri 372.167 317.218 376.927 315.131 325.000

Berusaha dibantu buruh tidak tetap 419.827 366.108 408.236 363.442 452.674

Berusaha dibantu buruh tetap 86.533 98.476 89.456 98.779 84.896

Buruh/karyawan 909.944 985.146 1.058.267 998.602 1.009.604

Pekerja bebas 206.182 203.142 156.313 229.079 154.760

Pekerja tak dibayar 382.741 302.542 335.974 319.772 305.130

Jumlah 2.377.394 2.272.632 2.425.173 2.324.805 2.332.064

4.

Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja

Komposisi jumlah penduduk yang bekerja menurut jam kerja perminggu terbagi menjadi dua bagian, yaitu pekerja penuh dan pekerja tidak penuh. Penduduk disebut sebagai pekerja penuh apabila selama seminggu yang lalu mereka bekerja selama 35 jam atau lebih, termasuk mereka yang sementara tidak bekerja, sedangkan penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu dikatakan sebagai pekerja tidak penuh, yaitu mereka yang bekerja selama 1-34 jam per minggu.

Pada Februari 2016, komposisi jumlah orang yang bekerja menurut jam kerja perminggu, terlihat mengalami perubahan yang signifikan. Komposisi ini menunjukkan kondisi yang cukup berbeda dari kondisi sebelumnya yang tidak menunjukkan fluktuasi tinggi dari waktu ke waktu. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena periode pencacahan yang berdekatan dengan hari raya keagaamaan di Bali yaitu Hari Raya Galungan yang jatuh pada 9 hingga 11 Februari 2016 dan Kuningan yang jatuh pada 20 Februari 2016, sementara periode pencacahan berlangsung dari tanggal 8 29 Februari 2012.

Jumlah pekerja dengan jumlah jam kerja 1 - 34 jam perminggu bulan Februari tahun 2015 sebanyak 560.330 orang (23,10 persen) sedangkan pada bulan Februari 2016 mencapai 970.346 orang (41.61 persen) atau menigkat sebesar 79,18 persen.

(5)

Tabel 4

Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Perminggu Tahun 2014-2016

Jumlah Jam Kerja Perminggu

2014 2015 2016

Februari Agustus Februari Agustus Februari

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 – 7 21.865 22.073 31.622 19.103 75.414 8 – 14 80.372 75.964 90.284 69.809 216.869 15 – 24 194.231 179.149 190.996 162.176 350.658 25 – 34 249.289 236.148 247.428 227.949 327.405 1 – 34 545.757 513.334 560.330 479.037 970.346 35+*) 1.831.637 1.759.298 1.864.843 1.845.768 1.361.718 Jumlah 2.377.394 2.272.632 2.425.173 2.324.805 2.332.064

*) Termasuk sementara tidak bekerja

Sementara itu penduduk yang dianggap sebagai pekerja penuh waktu (full time worker), yaitu pekerja yang bekerja 35 jam atau lebih perminggu. Di bulan Februari 2016 jumlahnya mencapai 1.361.718 orang, sedangkan pada bulan Februari tahun 2015 mencapai 1.864.843 orang (turun 26,98 persen) dan bulan Agustus 2015 sebanyak 1.845.768 orang (turun 26,22 persen).

5.

Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan

Secara umum, tingkat pendidikan akan menentukan kualitas dari tenaga kerja yang tersedia. Tenaga kerja yang berkualitas tentu saja akan memiliki tingkat produktifitas yang lebih tinggi. Berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, penduduk usia kerja yang bekerja masih didominasi oleh pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah.

Tabel 5

Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Tahun 2014-2016

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

2014 2015 2016

Februari Agustus Februari Agustus Februari

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

SD Ke Bawah 1.002.707 875.729 942.764 930.013 858.390

Sekolah Menengah Pertama 360.432 337.080 365.809 334.988 369.220

Sekolah Menengah Atas 476.634 482.680 432.128 457.522 400.619

Sekolah Menengah Kejuruan 274.374 264.750 342.283 274.841 294.369

Diploma I/II/III 84.420 99.321 106.837 107.783 129.394

Universitas 178.827 213.072 235.352 219.658 280.072

Jumlah 2.377.394 2.272.632 2.425.173 2.324.805 2.332.064

Pada Februari 2016, pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah sebanyak 858.390 orang (36,81 persen) dari total penduduk yang bekerja. Sementara itu, pada Februari 2015 penduduk yang bekerja dengan jenjang pendidikan SD ke bawah adalah sebesar 942.764 orang (38,87 persen) mengalami penurunan sebesar 8,95 persen.

Meskipun terjadi penurunan kontribusi jumlah pekerja yang berpendidikan SMA, namun mereka yang berpendidikan paling tinggi SMA merupakan tenaga kerja yang paling banyak diserap oleh lapangan pekerjaan. Bila dibandingkan dengan bulan Februari 2015 jumlah pekerja yang

(6)

berpendidikan SMA mengalami penurunan sebesar 7,29 persen, sedangkan bila dibandingkan dengan kondisi bulan Agustus 2015 jumlah pekerja yang berpendidikan SMA mengalami penurunan sebesar 12,44 persen.

6.

Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan

Pengangguran menurut tingkat pendidikan menggambarkan kondisi penyerapan tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan. Secara umum tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2016 di Bali sebesar 2,12 persen. Keadaan tersebut meningkat baik dibandingkan TPT Agustus 2015 yang hanya mencapai 1,99 persen dan Februari 2015 yang hanya mencapai 1,37 persen.

Berdasarkan jenjang pendidikan, TPT terendah terdapat pada penduduk dengan tingkat pendidikan SD kebawah yaitu sebesar 1,64 persen. Sementara itu, TPT tertinggi didominasi penduduk dengan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 3,01 persen. Hal ini menggambarkan bahwa ketersediaan tenaga kerja terampil dan siap kerja pada Februari 2016 ternyata belum dapat terserap secara maksimal oleh pasar tenaga kerja.

Angka pengangguran terbuka secara umum terlihat berfluktuatif antar jenjang pendidikan dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan belum stabilnya kondisi ketenagakerjaan yang cenderung bisa dimungkinkan dari sektor informal. Faktor hari raya keagamaan yang jatuh pada periode pencacahan jug amemberikan kontribusi yang cukup terhadap fluktuasi tingkat pengangguran antar jenjang pendidikan. Pada periode Agutus 2015 ke Februari 2016, terjadi kecenderungan kenaikan TPT pada mereka yang berpendidikan rendah. Sebaliknya TPT pada mereka yang berpendidikan tinggi relatif stabil. Hal ini dimungkinkan karena penduduk yang berpendidikan tinggi cenderung memiliki pekerjaan tetap, sehingga peluangnya untuk keluar masuk pekerjaan relatif lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. Sedangkan mereka yang berpendidikan rendah yang pada hari raya keagamaan keluar dari pasar tenaga kerja, belum mampu kembali memasuki pekerjaan sebelumnya. Perkembangan angka TPT menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan diperlihatkan pada Tabel 6.

Tabel 6

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2014-2016 (persen)

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

2014 2015 2016

Februari Agustus Februari Agustus Februari

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

SD Ke Bawah 0,18 0,56 0,89 0,83 1,64

Sekolah Menengah Pertama 0,28 1,78 1,39 0,79 2,15

Sekolah Menengah Atas 2,85 2,29 3,18 2,87 2,65

Sekolah Menengah Kejuruan 3,92 4,51 0,24 3,62 3,01

Diploma I/II/III 3,86 3,26 2,51 5,25 2,06

Universitas 0,89 2,71 0,93 3,05 1,81

(7)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Indra Susilo, DPSc, MM Kepala Bidang Statistik Sosial

BPS Provinsi Bali

Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail: bps5100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Tahap ini merupakan tahap pembuatan peta dari data yang telah diolah dan dilukiskan pada media. Dalam tahap ini dapat digunakan cara manual dengan menggunakan alat-alat

Berdasarkan data epidemiologi diketahui kurang lebih 20% dari perokok memiliki risiko delapan kali menjadi penyalahguna NAPZA, dan berisiko sebelas kali untuk menjadi peminum berat

perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi tindakan-tindakan masa mendatang (Budiyono, 2003: 300). Pengawasan dalam manajemen wisata religi

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi dan tidak dicatat pada nilai wajar

Adapun hasil dari implementasi edutainment di SMP Negeri 35 Surabaya adalah: (1) mendukung dan membantu mengembangkan kreativitas siswa khususnya pada

Metode sangat mempengaruhi proses pembelajaran, salah satu metode yang bisa digunakan agar siswa tidak lagi bosan dalam belajar adalah menggunakan metode

Seperti halnya yang terjadi pada kelas VIII MTs Al Huda Bandung Tulungagung, dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah peserta didik diberikan permasalahan dan

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu