• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Minum

Air minum adal Departemen Kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mengandung ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Permenkes, 2002).

Air pada reservoir adalah air yang telah melalui saringan sudah dapat dipakai untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakterioslogis

dan ditampung pada bak reservoir (tandon) untuk diteruskan pada konsumen (Richa,2010).

Menurut Richa (2010), kualitas air dikelompokkan menjadi beberapa golongan menurut peruntukanya. Adapun penggolongan air menurut peruntukkannya adalah sebagai berikut:

1. Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa penggolongan terlebih dahulu. Contoh mata air pegunungan.

2. Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. Contohnya air sungai.

3. Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. Contohnya air laut.

(2)

4. Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air. Contohnya air tanah dangkal dan air tanah dalam.

2.2 Peranan air minum bagi tubuh

Air sangat penting dalam kehidupan kita. Tanpa air kelangsungan hidup hanya beberapa hari saja. Air merupakan bahan bangunan dari setiap sel, kandungan air bagi setiap jaringan tubuh sangat bervariasi misalnya jaringan otot sekitar 7,5 %; jaringan lemak sekitar 2 %; darah sekitar 90 %. Air merupakan bahan pelarut didalam tubuh dan membantu dalam pelembutan makanan. Suhu tubuh secara tidak langsung diatur oleh air dengan cara penyerapan melalui paru-paru dan keringat melalui kulit. Kebutuhan air untuk diminum setiap hari sekitar 2 liter (bagi orang dewasa). Setiap individu memerlukan air sekitar 60 liter/hari (Gabriel, 2001).

2.3 Syarat–Syarat Air Minum

Menurut PERMENKES (1990), tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bahwa dalam jangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan pengawasan kualitas air secara intensif dan terus menerus, bahwa kualitas air yang digunakan harus memenuhi syarat kesehatan agar terhindar dari gangguan kesehatan, adapun syarat-syarat air menurut WHO (Gabriel, 2001) adalah dapat dilihat pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Syarat-syarat air minum

No Parameter Standar Air Minum WHO SNI 2004

1 2 3 4 A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Syarat Fisik Rasa Bau

Sisa Zat Padat Derajat Kekeruhan Warna pH Tak berasa Tak berbau 500-1000 ppm Tidak melebihi 5-30 unit(Turbidity) 5-30 unit(Skala Platina-cobalt) 7-8,5 atau 6,5-9,2 Tak berasa Tak berbau

Tidak lebih dari 200 mg

Kekeruhan max yang dapat diukur dalam pengujian ini 40 nefelometrik turbidity unit(NTU) lebih dari 40 NTU diencerkan

Tidak lebih dari 70 unit

B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Syarat Kimia Level Kontaminasi Timbal(Pb) Selenium(Se) Arsen Krom(Cr) Tembaga Flourida 0,1 ppm 0,05 ppm 0,05 ppm 1,5 ppm 1,5 ppm 1 ppm 1,0-20 ppm - - 0,2-5,0 ppm 0,2-4,0 ppm 0,18 ppm C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Zat yang tidak mengganggu

kesehatan tetapi tidak boleh melebihi batas yang ditentukan Besi Mangan Seng Calsium Magnesium Sulfat Chlorida Nitrogen- nitrat 0,3-1,0 ppm 0,1-0,3 ppm 1,0-1,5 ppm 75-200 ppm 50-150 ppm 200-500 ppm 200-600 ppm 0,001 ppm 0,3-6,0 ppm 0,1-4,0 ppm 0,05-2,0 ppm 20-400 ppm 0,2-4,0 ppm 1-40 ppm 1,5-100 ppm - D. 1. 2. Syarat Bakteriologi 100 ml contoh air tidak terdapat satu bakteri coli

MPN (Most Probable Number) bakteri coli tidak melebihi 1/700 ml air dari segala

(4)

Air kita perlukan untuk proses hidup dalam tubuh kita, tumbuhan dan hewan. Sebagian besar tubuh kita, tumbuhan dan hewan terdiri atas air. Air juga kita perlukan untuk berbagai macam keperluan rumah tangga, pengairan pertanian kita, industri, rekreasi (Tresna, 2009).

Menurut Gabriel (2001), pengolahan merupakan terjemahan dari bahasa INGGRIS “Water Treatment” yaitu suatu usaha menjernihkan air dan meningkatkan mutu air agar dapat diminum, proses pengolahan air meliputi 4 (empat), yaitu proses purifikasi (penjernihan) air, proses desinfeksi (peniadaan kuman penyakit), proses pengaturan pH air, proses pengaturan mineral.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Bahan Kimia Dalam Air a. Pencampuran dan Melarutkan

Pencampuran antara sumber air ketika masuk kedalam suatu aliran (mengalir) kesungai/danau dapat mengendap konsentrasi senyawa kimia organik dan anorganik tertentu, jika kandungan senyawa tersebut lebih rendah dalam wadah penampungan air, sama halnya gabungan dua sumber air sebagai sistem penyimpanan air dapat mengendapkan konsentrasi senyawa kimia. Luas permukaan air dan laju air yang tinggi karakteristik kontaminasi pencampuran yang baik dapat mengurangi senyawa kimia ketika proses pemindahan dibandingkan dengan sumber air yang laju air yang rendah (Darryl, dkk., 2007).

b. Proses Penguapan

Senyawa organik dengan titik didih rendah seperti pelarut klorin biasanya terdispersi dari permukaan air oleh proses penguapan, disebabkan karena turbulensi (putaran). Senyawa kimia hasil proses ini

(5)

dikenal sebagai senyawa organik yang mudah menguap (Darryl, dkk., 2007).

c. Proses Adsorpsi

Senyawa kimia organik dan anorganik dapat diadsorpsi oleh tanah, sedimen (batu karang disebabkan adanya tanah liat atau dengan tanah) atau sedimen yang kaya oleh disebabkan senyawa karbon, adsorbsi ini terjadi karena air mengalir melalui celah tanah atau batu-batu karang atau pun mengalir melewati sedimen. Proses ini tidak berpengaruh terhadap senyawa organik melewati pH rendah. Pada senyawa organik dengan koefisien partisi oktanol/air yang tinggi (lebih bersifat non polar) lebih mudah terserap didalam tanah atau didalam sedimen dalam kolom air, didalam sendimen efek ini menjadi efek utama dalam penurunan perpindahan senyawa kimia sehingga konsentrasinya didalam air menurun. Proses perlakuan terhadap air sehingga didesain sebagai penghalang terhadap patogen (koagulasi dan filtrasi), yang akan menghilangkan atau mengurangi konsentrasi patogen didalam air yang diadsorbsi (Darryl, dkk., 2007).

d. pH

Logam seperti besi dan tembaga mudah larut didalam air yang bersifat asam, dan kelarutan meningkat seiring pH. Logam lain seperti aluminium dan seng lebih mudah larut dalam air yang bersifat pH basa diatas 10. Dalam suasana asam lemah (pH 4,5-6,5) logam seperti besi dan tembaga memiliki kelarutan yang lebih rendah didalam kondisi aerobik dan ekstrim anaerobik (Darryl, dkk., 2007).

(6)

e. Penguraian Mikroorganisme

Mikroorganisme dapat merusak senyawa kimia organik didalam lingkungan. Untuk beberapa senyawa kimia, faktor ini menjadi penting untuk mengurangi konsentrasi senyawa tersebut dalam lingkungan terutama terjadi pada yang diserap tanah/sendimen (Darryl, dkk., 2007). f. Kerentanan Air Tanah

Tanah disarikan dari berbagai jenis, beberapa diantaranya mungkin sangat rentan terhadap polusi akibat aktivitas manusia. Kerentanan sumber air tanah sangat penting ketika menilai resiko terhadap air tanah yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan (Darryl, dkk., 2007).

2.5 Pengolahan Air Minum

Menurut Richa, (2010) pengolahan air minum di PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtanadi Jln. Sisingamangaraja No. 1 Medan adalah sebagai berikut: air sungai Belawan di sunggal ditangkap oleh badan penangkap air

(intake), kemudian air baku yang sudah ditangkap oleh badan penangkap air

(intake). Mengalir secara gravitasi ke canel, dimana pada pada canel ditambahkan

liquid chorine yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme maupun

menghambat pertumbuhan lumut (algae)

Lalu air menuju Raw Water Tank (RWT), dimana bertujuan untuk mengendapkan lumpur, sebelum masuk ke Raw Water Pump (RWP) dimana pada RWP ditambahkan tawas. Kemudian air di alirkan ke RWP yang bertujuan untuk memompakan air menuju ke clearator, dimana terjadi proses flokulasi dan koagulasi. Setelah air menuju ke clearator yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses pembentukan flok. Air yang berasal dari clearator masuk

(7)

kesaringan (filter) yang berfungsi untuk menyaring flok-flok yang terikat pada alum (Richa, 2010).

Air yang mengalir dari saringan (filter) ke bak penampungan (reservoir)

ditambahkan klor dan larutan kapur, bertujuan untuk membunuh mikroba yang terdapat di dalam penampungan, sedangkan penambahan larutan kapur bertujuan untuk menetralisasi pH air. Lalu air masuk ke bak penampungan (reservoir), yang berfungsi untuk menampung air bersih kemudian dialirkan kepada konsumen (Richa, 2010).

Menurut Richa (2010), proses pengelolaan air minum terdiri dari 9 tahapan, yaitu: pertama bangunan, mengumpulkan air merupakan suatu bangunan untuk mengumpulkan air dari suatu asal air, untuk dimanfaatkan. Kedua bangunan pengendap pertama dalam pengolahan ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel pada air sungai dengan gaya gravitasi. Pada proses ini tidak ada penambahan zat kimia.

Ketiga Penambahan koagulant, koagulant adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya. Bahan kimia yang digunakan adalah aluminium sulfat, biasanya disebut sebagai tawas. Keempat bangunan pengaduk cepat, bangunan pengaduk cepat berfungsi untuk meratakan bahan kimia (koagulant) yang ditambahkan agar dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan cepat (Richa, 2010).

Kelima bangunan pembentuk flock, berfungsi untuk membentuk partikel padat yang besar supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloid)

(8)

pengendapan kedua, berfungsi untuk mengendapkan flock yang terbentuk pada unit bak pembentuk flock. Pengendapan dilakukan secara gravitasi. Ketujuh filter (saringan) effluent (hasil olahan) dari bak pengendap mengalir ke filter, gumpalan-gumpalan dan lumpur (flock) tertahan pada lapisan atas filter. Pada saat-saat tertentu dimana hilangnya tekanan dari air di atas saringan terlalu tinggi, yaitu karena adanya lapisan lumpur pada bagian atas dari saringan, maka saringan akan dicuci kembali dengan air bertekanan dari bawah (Richa, 2010).

Kedelapan reservoir, air yang telah melalui filter sudah dapat digunakan sebagai air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteri dan ditampung pada bak reservoir untuk diteruskan pada konsumen, terakhir pemompaan, berfungsi untuk mengalir air kepada konsumen (Richa, 2010).

Air merupakan materi essensial yang sangat diperlukan manusia untuk hidup, bahkan semua makhluk hidup. Air dibutuhkan untuk menjamin organ-organ didalam tubuh berfungsi secara normal. Air penting bagi tubuh manusia karena berperan dalam metabolisme, traspor makanan ke jaringan, pengaturan suhu tubuh, mempertahankan fungsi sendi, keseimbangan cairan tubuh, dan mempertahankan fungsi sendi, keseimbangan cairan tubuh, dan mempertahankan bentuk dan fungsi sel (Oktaviani, 2013).

Menurut BSN (2004), kadar maksimum besi 0,3 mg/L sampai 6,0 mg/L dan kadar maksimum seng 0,05 mg/L sampai 2,0 mg/ L.

(9)

2.6 Pencemaran dan Efek Toksik Logam Berat

Pencemaran logam berat di Indonesia cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi. Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman maupun lingkungan. Logam berat dibagi kedalam dua jenis, yaitu:

1. Logam berat essensial: yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn.

2. Logam berat tidak essensial: yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik seperti Hg, Cd, Pb, Cr.

Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia. Efek toksik dari logam mampu menghalagi kerja enzim sehingga mengganggu metabolime tubuh, menyebabkan alergi, atau karsinogen bagi manusia bagi manusia maupun hewan.

Tingkat toksisitas logam berat terhadap hewan air, mulai dari yang paling toksik adalah Hg, Cd, Zn, Pb, Cr, Ni, dan Co. Sementara itu, tingkat toksisitas terhadap manusia dari yang paling toksik adalah Hg, Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn dan Zn (Widowati, dkk., 2008).

(10)

2.7 Besi

Besi merupakan mineral mikro yang paling terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu 3-5 gram dalam tubuh orang dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh: sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh (Almatsier, 2004).

Adanya unsur –unsur besi dalam air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh unsur tersebut. Zat besi merupakan suatu unsur yang penting dan berguna untuk metabolime tubuh. Untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7-35 mg unsur tersebut perhari, yang tidak hanya diperoleh dari air. Selain itu, kosentrasi yang lebih besar dari 1 mg/L dapat menyebabkan warna air menjadi kemerah-merahan, memberi rasa yang tidak enak pada minuman, kecuali dapat membentuk endapan pada pipa-pipa logam dan bahan cucian. Dalam jumlah kecil, unsur ini diperlukan tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah (Richa, 2010).

Besi merupakan komponen Hb yang berperan sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru menuju sel di seluruh tubuh. Definisi Fe bisa menyebabkan anemia karena karena rendahnya kadar Hb. Gejala anemia antara lain berupa kelelahan, kehilangan stamina, kesulitan bernapas, sakit kepala, insomnia, kehilangan nafsu makan dan pucat, serta gangguan fungsi otak (Widowati, dkk., 2008).

Kekurangan besi adalah pucat, kuku sendok (spoon nails, suatu kelainan bentuk dimana kuku-kuku tampak tipis dan membentuk cekung/berlukuk), kelemahan yang disertai dengan berkurangnya kekuatan otot, perubahan dalam tingkah laku kognitip (Kacaribu, 2008).

Kelebihan besi adalah bisa menyebabkan keracunan, dimana terjadi muntah, diare dan kerusakan usus.

(11)

2.8 Seng

Seng adalah materi essenial untuk kehidupan telah diketahui sejak lebih dari seratus tahun yang lalu. Tubuh mengandung 2-2,5 gram seng yang tersebar hampir semua sel. Sebagian besar seng berada di dalam hati, pankreas, ginjal, otot, dan tulang. Sumber seng paling baik adalah sumber protein hewani, terutama daging, hati, kerang, dan telur. Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan pertumbuhan dan kematangan seksual (Almatsier, 2004).

Kekurangan seng antara kecepatan pertumbuhan menurun, nafsu makan dan masukan makanan menurun, lesiepitel lain seperti glositis, kebotakan, gangguan sistem kekebalan tubuh, perlambatan pematangan seksual dan impotensi, fotopobia dan penurunan adaptasi dalam gelap, hambatan penyembuhan luka, dekubitus, luka bakar, perubahan tingkah laku (Kacaribu, 2008).

Kelebihan seng antara hingga dua sampai tiga angka kecukupan gizi menurunkan absorbansi tembaga. Kelebihan sampai sepuluh kali angka kecukupan gizi mempengaruhi metabolisme kolestrol, mengubah nilai lipoprotein, dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya ateroklerosis. Dosis konsumsi seng sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan reproduksi. Suplemen seng bisa menyebabkan keracunan, begitupun makanan yang asam dan disimpan dalam kaleng yang dilapisi seng (Kacaribu, 2008).

2.9 Spektrofotometri Serapan Atom

Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dasar analisis menggunakan teknik

(12)

spektrofotometri serapan atom adalah mengukur besarnya absorbsi oleh atom analit, maka konsentrasi analit tersebut dapat ditentukan (Gandjar dan Rohman, 2007).

Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur- unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar unsur logam tertentu dalam suatu sampel. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi, pelaksanaanya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit. Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral dalam bentuk gas (Gandjar dan Rohman, 2007).

Proses yang terjadi ketika dilakukan analisis dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom dengan cara absorbsi yaitu penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat dasar. Atom-atom tersebut menyerap radiasi pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat atom tersebut. Sebagai contoh besi menyerap radiasi pada panjang gelombang 248,3 nm, seng pada panjang gelombang 213,9 nm. Dengan menyerap energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan menjadi ke tingkat eksitasi (Gandjar dan Rohman, 2007).

Secara eksperimental akan diperoleh puncak-puncak serapan sinar oleh atom-atom yang dianalisis. Garis-garis spektrum serapan atom yang timbul karena serapan radiasi yang menyebabkan eksitasi atom dari keadaan azas ke salah satu tingkat energi yang lebih tinggi disebut garis-garis resonansi (Resonance line). Garis-garis resonansi ini akan dibaca dalam bentuk angka oleh Readout (Gandjar dan Rohman, 2007).

(13)

Adapun instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut:

a. Sumber Radiasi

Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan logam tertentu sesuai dengan logam yang diperiksa (Gandjar dan Rohman, 2007). b. Sumber Atomisasi

Sumber atomisasi dibagi menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa nyala. Kebanyakan instrumen sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (Gandjar dan Rohman, 2007).

1. Dengan Nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara suhunya sebesar 2200ºC. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi (Gandjar dan Rohman, 2007).

2. Tanpa Nyala (Flameless)

Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan

(14)

dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi radiasi yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2007).

c. Monokromator

Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis yang dihasilkan lampu katoda berongga. Ini akan menghilangkan interferensi oleh radiasi yang dipancarkan dari nyala tersebut, dari gas pengisi di dalam lampu katoda berongga, dan dari unsur-unsur lain di dalam sampel tersebut (Gandjar dan Rohman, 2007). d. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melewati tempat pengatoman (Gandjar dan Rohman, 2007).

e. Amplifier

Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang diterima dari detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout) (Gandjar dan Rohman, 2007).

f. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2007). Komponen spektrofotometri serapan atom dapat dilihat pada Gambar 1:

(15)

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom

Gangguan-gangguan dapat terjadi pada saat dilakukan analisis dengan alat spektrofotometer serapan atom, gangguan itu antara lain adalah:

a. Gangguan oleh penyerapan non-atomik

Gangguan ini terjadi akibat penyerapan cahaya dari sumber sinar yang bukan berasal dari atom-atom yang akan dianalisis. Penyerapan non-atomik dapat disebabkan adanya penyerapan cahaya oleh partikel-partikel pengganggu yang berada di dalam nyala. Cara mengatasi penyerapan non-atomik ini adalah bekerja pada panjang gelombang yang lebih besar (Gandjar dan Rohman, 2007).

b. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom di dalam nyala

Pembentukkan atom-atom netral dalam keadaan azas di dalam nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia, yaitu:

- Disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna disebabkan terbentuknya senyawa refraktorik (sukar diuraikan dalam api), sehingga akan mengurangi jumlah atom netral yang ada di dalam nyala.

- Ionisasi atom-atom di dalam nyala akibat suhu yang digunakan terlalu tinggi. Prinsip analisis dengan spektrofotometer serapan atom adalah mengukur

(16)

ion maka akan mengganggu pengukuran absorbansi atom netral karena spektrum absorbansi atom-atom yang mengalami ionisasi tidak sama dengan spektrum atom dalam keadaan netral sehingga akan mempengaruhi hasil (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.10 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut:

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu:

- Metode Simulasi

Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya) (Harmita, 2004).

- Metode Penambahan Baku

Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah baku dengan konsentrasi

(17)

tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah baku. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen baku yang ditambahkan ke dalam sampel dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004). Menurut Ermer dan Miller (2005), suatu metode dikatakan teliti jika nilai recoverynya antara 80-120%. Recovery dapat ditentukan dengan menggunakan metode standar adisi.

b. Keseksamaan (presisi)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan. Nilai simpangan baku relatif dikatakan memenuhi kriteria seksama dan teliti jika RSDnya tidak lebih dari 2% (Harmita, 2004).

c. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).

d. Linearitas dan Rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika, menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang

(18)

dapat ditetapkan secara cermat, seksama dan dalam linearitas yang dapat diterima (Harmita, 2004).

e. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).

2.11 Analisis Kadar Logam

Telah dilakukan penelitian yang berkenaan dengan penetapan kadar besi dan seng dalam air. Kacaribu (2008) melakukan penelitian kandungan kadar besi dan seng dalam air minum dari depot air minum isi ulang air pengunungan sibolangit di kota Medan, dalam penelitian ini, persiapan sampel diawali dengan menggunakan metode pengasaman menggunakan HNO3 (p) sebanyak 5 ml dan

sampel 100 ml, selanjutnya dilaksanakan analisis kuantitatif dari larutan sampel. Hasil penelitian yang menyelidiki kadar besi dan seng dalam air minum, air minum isi ulang, air pengunungan Sibolangit dikota Medan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Besi dan Seng dalam Air

Sumber Sampel Besi Seng

Kacaribu (2008)

Air baku dari tangki mobil pengangkutan air minum

0,0789 ppm

0,3220 ppm

Air isi ulang 0,0762

ppm

0,2983 ppm Air minum depot Sibolangi 0,0796

ppm

0,3188 ppm

(19)

spektofotometri visibel untuk besi, dan metode kompleksometri untuk seng. (Rohman, 2013).

Kandungan kadar besi dan seng yang dihasilkan adalah bervariasi, menurut Peraturan Standar Nasional Indonesia tentang logam besi dan seng, kadar maksimum besi dan seng yang diperbolehkan di dalam air adalah 0,3 – 6,0 mg/l dan seng 0,05 – 2 mg/l.

Gambar

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom
Tabel 2. Besi dan Seng dalam Air

Referensi

Dokumen terkait

Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu

Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu

Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga

Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga

Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu

Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu

Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas.. Ada berbagai macam alat

Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas.. Ada berbagai macam alat