• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PEMBINAAN DISIPLIN ASN UNAIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBIJAKAN PEMBINAAN DISIPLIN ASN UNAIR"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELESAIAN KASUS PELANGGARAN DISIPLIN DAN

PERMASALAHAN KEPEGAWAIAN LAIN DI LINGKUNGAN

UNIT KERJA DI SURABAYA, PROVINSI JAWA TIMUR

SEKRETARIAT JENDERAL

(2)

Nama

: Adi Sulistyo, S.H., M.H.

NIP

: 198503112008011003

Pangkat, Gol.Ruang : Penata, III/c

Jabatan

: Kasubbag Disiplin dan Pensiun

Unit Kerja

: Biro Sumber Daya Manusia -

Setjen

Kemenristekdikti

No.Telp

: 081328036711

Surel : adisulistyo.law@gmail.com

(3)

LANDASAN ATURAN

UU Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 87 tentang ASN

PP No 53 Tahun 2010

PP 9 Tahun 2003 jo. PP 63 Tahun 2009

PP 37 Tahun 2004

PP 10 Tahun 1983 jo. PP 45 Tahun 1990

PP No.11 Tahun 2017

Perka BKN Nomor 21 Tahun 2010

Permenristekdikti Nomor 31 Tahun 2016

(4)

1. PENYUSUNAN DAN PENETAPAN KEBUTUHAN;

2. PENGADAAN,

3. PANGKAT DAN JABATAN,

4. PENGEMBANGAN KARIER,

5. POLA KARIER,

6. PROMOSI, MUTASI,

7. PENILAIAN KINERJA,

8. PENGGAJIAN DAN TUNJANGAN,

9. PENGHARGAAN,

10. DISIPLIN,

11. PEMBERHENTIAN,

12. JAMINAN PENSIUN DAN JAMINAN HARI TUA, DAN

13. PERLINDUNGAN.

(5)

LANDASAN YURIDIS PEMBINAAN

DISIPLIN PNS

Pasal 86 UU No.5 Tahun 2014 jo. Pasal 229 PP No. 11 Tahun 2017

Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dlm kelancaran

pelaksanaan tugas, PNS

wajib mematuhi disiplin PNS;

Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin

terhadap PNS serta

melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin;

PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman

disiplin;

Hukuman disiplin dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang

menghukum.

Ketentuan lebih lanjut mengenai disiplin sebagaimana diatur

(6)

PRINSIP PEMBINAAN DISIPLIN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

“dalam rangka mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan bermoral sebagai penyelenggara pemerintahan

yang menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance), maka PNS sebagai unsur

(7)

DISIPLIN PNS

adalah Kesanggupan Pegawai Negeri Sipil

untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan

yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan

dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati

atau

dilanggar

dijatuhi

hukuman

disiplin

PELANGGARAN DISIPLIN

adalah setiap ucapan, tulisan,

atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban

dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS,

baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.

(8)

TUJUAN PENINDAKA

N DISIPLIN

DISIPLIN PREVENTIF

tindakan pencegahan yg dilakukan utk mendorong PNS mentaati standar & norma sehingga tdk terjadi pelanggaran di masa yang akan datang.

DISIPLIN REPRESIF

tindakan langsung setelah terjadinya pelanggaran, tindakan ini dimaksudkan agar pelanggaran yg terjadi tidak meluas.

DISIPLIN KURATIF

tindakan pemulihan paska terjadinya pelanggaran yaitu berupa penyadaran terhadap pelaku pelanggaran agar tidak terjadi pengulangan pelanggaran di masa yang akan datang (pendekatan simpatik secara personal atasan - bawahan)

DISIPLIN PERSUASIF

(9)

FAKTOR PENDUKUNG TERJADINYA PELANGGARAN

DISIPLIN

NO FAKTOR SEBAB MEMPENGARUHIFAKTOR YG DAMPAK YANG DITIMBULKAN

1. Moral/Mental PNS a.PNS kurang

memahami nilai budaya/agama; b.Watak bawaan; c.Lingkungan keluarga; d.Lingkungan masyarakat; e.Lingkungan kerja.

a.PNS tidak merasa berdosa meskipun berbuat salah;

b.PNS melanggar peraturan;

c.PNS tidak takut dijatuhi hukuman disiplin.

2. Perlakuan tidak adil a.PNS merasa diperlakukan berbeda ;

b.PNS merasa tidak diperhatikan;

c.Atasan tidak melakukan

pembinaan dengan baik.

a.PNS malas masuk kantor;

b.Menurunnya

(10)

N

O PENYEBAB MEMPENGARUHIFAKTOR YG DITIMBULKANAKIBAT YG

3. Kurangnya

kesejahteraan a. Biaya kebutuhan hidup meningkat; b. Kebutuhan Sosial c. Gaya hidup

a. PNS bekerja

sampingan pada saat jam kerja; b. PNS korupsi; 4. Pengembangan

karir PNS yang tidak berjalan dengan

baik

a. Tidak pernah dilakukan rolling /mutasi;

b. tidak ada promosi/ tidak jelas pola

karier;

c. Tidak ada

Pengembangan kualitas dan

Kompetensi PNS

(11)

N

O PENYEBAB MEMPENGARUHIFAKTOR YG DITIMBULKANAKIBAT YG

5. Manajemen SDM yg tidak berjalan

dengan baik

a. Tidak ada aturan internal yang

jelas;

b. Tidak ada

pembagian tugas dan beban kerja yang jelas;

c. Kurangnya fasilitas kantor;

d. Kurangnya jumlah personil;

e. Dll.

a. Kinerja organisasi yang lemah

b. SDM yang tidak berjalan dengan efisien dan efektif

6. Lemahnya

Pengawasan a. Atasan langsung tidak menjalankan pengawasan

melekat;

b. Atasan bersifat pasif;

a. PNS bekerja tidak sungguh-sungguh.

(12)

N

O PENYEBAB MEMPENGARUHIFAKTOR YG DITIMBULKANAKIBAT YG

7. Pelanggaran tidak ditindak tegas

(Pembiaran)

a. Kurang

pemahaman

peraturan disiplin dan etika PNS;

b. Merasa kasihan; c. Perasaan

Sungkan;

a. PNS tidak takut hukuman disiplin; b. PNS berani

melakukan perbuatan indisipliner.

c. Preseden tidak baik, dan memicu

pelanggaran lain dikemudian hari 8. Krisis keteladanan a. Atasan

memberikan contoh buruk/ tidak disiplin; b. Atasan memberikan keadaan tak teratur.

a. Atasan & bawahan sama-sama tidak disiplin.

(13)

NO PENYEBAB MEMPENGARUHIFAKTOR YG DITIMBULKANAKIBAT YG

9. Tidak ada dukungan motivasi

(discourage)

a. Kurangnya

perhatian terhadap bawahan;

b. Pola kerja yg monoton

c. Tidak ada

rangsangan untuk terciptanya gairah kerja.

a. PNS tidak memiliki semangat untuk

meningkatkan prestasi kerja;

b. PNS tidak

menunjukkan sikap inovatif & responsif.

10. Kurang Pemahaman terhadap peraturan disiplin PNS

a. Kurangnya sosialisasi;

b. Sering terjadinya mutasi pengelola kepegawaian;

c. Terbatasnya buku peraturan disiplin /literatur tentang disiplin.

a. Terjadi

ketidakteraturan b. Main hakim sendiri c. PNS melanggar

(14)

KASUS DISIPLIN YANG UMUMNYA

TERJADI

 Tindak Pidana Umum, TP Korupsi, dan/atau kejahatan yang terkait dengan

jabatan;

 Menjadi Anggota Parpol, menjadi anggota DPR/DPRD tanpa pengunduran diri;  Memberikan dukungan kepada salah satu calon Presiden, Wakil Presiden,

Anggota MPR/DPR/DPRD, Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Partai Politik;

 Bekerja pada Negara/ perusahaan/ LSM asing;

 Pelanggaran Terhadap PP No. 10 Tahun 1983 jo. PP No.45 Tahun 1990;  Pelanggaran Tugas Belajar/ Ijin Belajar;

 Pemalsuan Ijazah, Plagiat, dan kejahatan akademik lain;

 Meninggalkan Tugas/ Tidak Masuk Kerja dan/atau tidak menaati ketentuan jam

kerja;

 Dan perbuatan lain yang bertentangan dengan ketentuan peraturan

(15)

17 kewajiban yg harus ditaati (Pasal 3)

15 Larangan jangan dilanggar (PASAL 4)

PP 53 TAHUN 2010

PASAL 5

PNS YANG TIDAK MENAATI KETENTUAN

SEBAGAIMANA

DIMAKSUD DALAM PASAL 3 DAN/ATAU PASAL 4

DIJATUHI

(16)

KEWAJIBAN

1. Mengucapkan sumpah/janji PNS

2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan

3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD Negara RI

Tahun 1945, NKRI

4. Mentaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan

5. Melaksanakan tugas kedinasan yg dipercayakan kpd PNS dgn

penuh pengabdian,

kesadaran, dan tanggung jawab

(17)

7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan

diri

sendiri, dan/atau golongan

8. Memegang rahasia jabatan yg menurut sifatnya atau

menurut perintah harus dirahasiakan

9. Bekerja dgn jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk

kepentingan negara

10. Melaporkan dgn segera kpd atasannya apabila

mengetahui ada hal yg dpt membahayakan atau merugikan

negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan,

(18)

11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja

12. Mencapai sasaran kerja pegawai yg ditetapkan

13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik

negara

dgn sebaik-baiknya

14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kpd masyarakat

15

Membimbing bawahan dlm melaksanakan tugas

16

Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengembangkan karier; dan

(19)

LARANGAN

1. Menyalahgunakan wewenang

2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi

dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang

lain

3.

Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja utk negara

lain dan/ atau lembaga atau organisasi internasional

4.

Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga

swadaya masyarakat asing

(20)

6.

Melakukan kegiatan bersama dgn atasan, teman sejawat, bawahan, atau

orang lain di dlm maupun di luar lingkungan kerjanya dgn tujuan utk

keuntungan pribadi, golongan,atau pihak lain, yg secara langsung atau tdk

langsung merugikan negara

7.

Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kpd siapapun baik secara

langsung atau tdk langsung dan dgn dalih apapun utk diangkat dlm jabatan

8.

Menerima hadiah atau sesuatu pemberian apa saja dari siapapun juga yg

berhubungan dgn jabatan dan/ atau pekerjaannya

9.

Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya

10.

Melakukan suatu tindakan atau tdk melakukan suatu tindakan yg dpt

menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yg dilayani sehingga

mengakibatkan kerugian bagi yg dilayani

(21)

12. Memberikan dukungan kpd calon Presiden/Wakil Presiden,

DPR, DPD, atau DPRD dgn cara :

a. ikut serta sbg pelaksana kampanye

b. menjadi peserta kampanye dgn menggunakan atribut partai atau atribut PNS

c. sbg peserta kampanye dgn mengerahkan PNS lain; dan/atau d. sbg peserta kampanye dgn menggunakan fasilitas negara

13. Memberikan dukungan kpd calon Presiden/Wakil Presiden dgn

cara :

a. membuat kptsn dan/atau tindakan yg menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa

kampanye

b. Mengadakan kegiatan yg mengarah kpd keberpihakan terhadap pasangan calon yg menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kpd PNS dlm lingkungan unit kerja, anggota keluarga dan

(22)

14. Memberikan dukungan kepada calon anggota DPD atau calon Kepala

Daerah/ Wakil Kepala Daerah dgn cara memberikan surat dukungan disertai

fotokopi KTP atau Surat Ket. Tanda Penduduk sesuai peraturan

perundang-undangan; dan

15

Memberikan dukungan kepada calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah dgn cara:

a. terlibat dalam kegiatan kampanye utk mendukung calon Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah

b. menggunakan fasilitas yang terkait dgn jabatan dlm kegiatan kampanye

c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau

merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap

pasangan calon yg menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah

masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau

(23)

KEWAJIBAN MASUK KERJA DAN MENAATI KETENTUAN JAM KERJA

Jumlah jam kerja efektif dalam 5 (lima) hari kerja adalah 37,5

( tiga puluh tujuh setengah ) jam / 7,5 (tujuh setengah) jam per

hari kerja, yang terbagi atas :

a. Hari Senin s/d Hari kamis : pukul

07.30 - 16.00

Waktu istirahat : pukul

12.00 – 13.00

b. Hari Jum’at : pukul

07.30 – 16.30

Waktu istirahat : pukul

11.30 – 13.00
(24)

Pelanggaran Terhadap Kewajiban Masuk Kerja dan Menaati Ketentuan Jam Kerja

1. Masuk kerja dan mentaati ketentuan

jam kerja ti

Dihitung secara kumulatif baik jam kerja maupun hari kerja :

-1 hari > 7,5 jam - 1 minggu > 37,5 jam

5 hari

6 s.d. 10 hari

11 s.d. 15 hari

JENIS HUKUMAN

Teguran lisan

Teguran tertulis

Pernyataan tidak puas

Penundaan KGB selama 1 tahun Penundaan KP selama 1 tahun Penununan pangkat setingkah lebih rendah selama 1 tahun

16 s.d. 20 hari

21 s.d. 25 hari

(25)

31 s.d. 35 hari

36 s.d. 41 hari

41 s.d. 46 hari

Penurunan pangkat se-tingkat lebih rendah selama 3 tahun

Pemindahan dalam rang-ka penurunan jabatan

setingkat lebih rendah

Pembebasan dari jabatan

(26)

2. Mencapai sasaran kerja pegawai yang

ditetapkan

Persentase capaian beban kerja yang

disepakati dlm 1 tahun

JENIS HUKUMAN

25 % s.d. 50% HD Sedang

(27)

KAITAN HUBUNGAN DISIPLIN DENGAN

TUNJANGAN KINERJA

(PNS NON DOSEN)

DASAR HUKUM : PERMENRISTEKDIKTI

NOMOR 31 TAHUN 2016

No

Jenis Sanksi Disiplin

Bobot Pengurangan

Nilai (%)

1

Hukuman Disiplin Ringan

10

2

Hukuman Disiplin

Sedang

30

3

Hukuman Disiplin Berat

50

Pengurangan dari komponen integritas (I), dimana

(28)

A. HUKUMAN DISIPLIN RINGAN;

B. HUKUMAN DISIPLIN SEDANG; DAN

C. HUKUMAN DISIPLIN BERAT.

(29)

JENIS HUKUMAN

DISIPLIN

Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; dan

c. pernyataan tidak puas secara tertulis.

Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari:

a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1(satu) tahun; b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu)tahun; dan

c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.

Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari:

a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;

b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah; c. pembebasan dari jabatan;

(30)

PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM

(PASAL 16 PP NO.53 /2010)

a. Presiden

b. Pejabat Pembina Kepegawaian

(31)

 WHO SIAPA YG MELAKUKAN PELANGGARAN DISIPLIN.

WHAT APA PELANGGARAN DISIPLIN YG DILAKUKAN.

WHEN KAPAN WAKTU DILAKUKANNYA PELANGGARAN DISIPLIN.

WHERE DIMANA LOKASI TERJADINYA PELANGGARAN DISIPLIN.

WHY MENGAPA PELANGGARAN DAPAT TERJADI -- LATAR

BELAKANG / FAKTOR YG MENDORONG / YG MENYEBABKAN TERJADINYA PELANGGARAN DISIPLIN.

 HOW BAGAIMANA CARA YG DITEMPUH DLM MELAKUKAN

PELANGGARAN DISIPLIN.

:

:

:

:

:

:

PENDEKATAN PENYELESAIAN KASUS PELANGGARAN DISIPLIN

(32)

Setiap penjatuhan hukuman Disiplin ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang menghukum berdasarkan hasil pemeriksaan

Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin, pejabat yang berwenang menghukum wajib :

1. Mempelajari dengan teliti hasil pemeriksaan (Kesesuaian Tuduhan dan Alat Bukti)

2. Memperhatikan latar belakang dan faktor-faktor yang mendorong terjadinya pelanggaran

3. Tegas menetapkan sanksi yang akan diberikan karena walaupun bentuk pelanggaran yang terjadi sama, tetapi latar belakang dan faktor-faktor yang mendorong kemungkinan berbeda, serta dampak yang ditimbulkan dari perbuatan juga berbeda, maka jenis hukuman disiplin dapat berbeda pula.

PNS berdasarkan hasil pemeriksaan melakukan beberapa pelanggaran, kepadanya hanya dijatuhi satu jenis hukuman disiplin yang terberat.

PNS yang pernah dijatuhi hukuman disiplin, kemudian melakukan pelanggaran yang

sifatnya sama, maka dijatuhi hukuman disiplin yang lebih berat dari hukuman disiplin yang pernah dijatuhkan

Apabila Pejabat yang berwenang menghukum tidak menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin, pejabat tersebut dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya.

Pembuktian Materiil Kasus Pelanggaran Disiplin dan Pembinaan dengan melaksanakan setiap langkah prosedural formil merupakan prasyarat mutlak

Hukuman Disiplin bukan merupakan semata-mata sarana menghukum Pegawai, namun demikian sebagai upaya pembinaan dengan tujuan memperbaiki sikap, prilaku, etika Pegawai

PNS tdk dapat dijatuhi hukuman disiplin dua kali atau lebih untuk suatu pelanggaran disiplin yang sama (nebis in idem)

Apabila tidak terdapat pejabat yang berwenang menghukum, kewenangan menjatuhkan HD

menjadi kewenangan Pejabat yang lebih tinggi.

PRINSIP PENJATUHAN

(33)

SKEMA PENJATUHAN HUKUMAN

DISIPLIN

Pelanggaran

Disiplin Pemanggilan

Pemeriksaan (BAP)

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan

bukti-bukti otentik Pejabat yang

Berwenang Menghukum Penetapan

Keputusan

(34)

PENYELESAIAN KASUS

PELANGGARAN DISIPLIN DAN

PERMASALAHAN KEPEGAWAIAN

LAINNYA DI LINGKUNGAN UNIT

KERJA DI SURABAYA,

(35)

Dengan mendasarkan pada ketentuan pasal 86 Ayat (2) UU No.5 Tahun 2014

tentang ASN disebutkan bahwa setiap

instansi pemerintah wajib

melaksanakan

penegakan disiplin terhadap PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan

disiplin, dengan mengingat volume kasus pelanggaran disiplin yang sangat besar

dan kompleksitas kasus per kasus berbanding terbalik dengan tenaga/ sumber

daya pemroses pada Biro SDM Kemenristekdikti, dibutuhkan mekanisme/metode

penanganan kasus pelanggaran disiplin yang cukup efektif dan efisien.

Penyelesaian kasus pelanggaran disiplin dan permasalahan kepegawaian lain pada

unit kerja secara langsung (

on the spot

) merupakan salah satu bentuk upaya

instansi pembina kepegawaian (Kementerian) memastikan agar setiap

langkah-langkah yang diambil oleh pejabat tata usaha negara dalam melakukan

pembinaan disiplin PNS dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhi aspek formil

maupun materil.

Pembinaan kasus disiplin PNS merupakan tanggungjawab dari level terendah

dalam hal ini atasan langsung pada unit terkecil sampai dengan Kementerian

(sesuai dengan kewenangan masing-masing), setiap tindakan pembiaran

merupakan tindakan yang tidak dibenarkan, dan dapat berdampak pada

penjatuhan hukuman pada setiap pejabat yang tidak melakukan pembinaan. Oleh

karena hal tersebut, momen kegiatan seperti ini dapat dijadikan sebagai

harmonisasi pemikiran dan penyamaan persepsi antara Menteri selaku Pejabat

Pembina Kepegawaian dan Pejabat pengelola kepegawaian/ sumber daya manusia

pada unit kerja.

(36)

1. HARMONISASI/ PENYAMAAN PERSEPSI PEMROSESAN KASUS DISIPLIN

2. MEMUDAHKAN PENYELESAIAN KASUS DISIPLIN DIMASA YANG AKAN DATANG 3. TERHINDAR DARI PERBUATAN MALADMINISTRASI YANG DAPAT MENIMBULKAN POTENSI

GUGATAN TATA USAHA NEGARA

4. PEMAHAMAN TERHADAP PERATURAN

5. PEMAHAMAN TERHADAP DAMPAK DAN RESIKO PERBUATAN

6. TERSELESAIKANNYA KASUS-KASUS DISIPLIN DAN PERMASALAHAN KEPEGAWAIAN 7. MEMBERIKAN EFEK JERA TERHADAP PELAKU PELANGGARAN DISIPLIN

8. TERCIPTANYA SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI YANG MEMILIKI KINERJA DENGAN KUALITAS DAN TINGKAT KEDISIPLINAN YG TINGGI

(37)

TOTAL KASUS = 824 KASUS

BERKAS AKTIF = 409 KASUS

KASUS DISIPLIN DI UNIT KERJA KEMENRISTEKDIKTI

(SURABAYA):

a. Unair: 14

b. ITS : 3

c. UNESA: 6

d. Kopertis VII : 2

e. Poltek Perkapalan : 1

f. PENS : 2

(38)

1. BERKAS TIDAK SESUAI ASPEK PROSEDURAL DAN MATERIL

2. PEMERIKSAAN YANG TIDAK DILAKUKAN OLEH PEJABAT YANG BERWENANG

3. KETIDAKSESUAIAN ANTARA TUDUHAN DENGAN PERBUATAN (DUGAAN KABUR)

4. PEMBUKTIAN YANG LEMAH (ALAT BUKTI TIDAK VALID)

5. TERDAPAT MATA RANTAI PEMBINAAN DISIPLIN PNS YANG PUTUS

6. TERJADI PEMBIARAN/ TIDAK ADA PEMBINAAN DARI LEVEL TERENDAH

7. PERBEDAAN PERSEPSI MENGENAI MEKANISME DAN PROSEDUR PEMBINAAN DISIPLIN PNS ANTARA

KEMENTERIAN DAN UNIT KERJA

8. KURANGNYA SOSIALISASI

(39)

PERSYARATAN USUL PENETAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN

1. USUL DITUJUKAN KEPADA MENTERI SELAKU PPK APABILA HD MENJADI

KEWENANGAN MENTERI

2. SURAT PANGGILAN PEMERIKSAAN

3. BERITA ACARA PEMERIKSAAN (BAP)

4. LAPORAN ATASAN LANGSUNG MENGENAI

KEWENANGAN PENJATUHAN HD (HIERARKI)

5. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP)/ PERTIMBANGAN HUKUM

6. DOKUMEN PEMBUKTIAN / ALAT BUKTI

7. KETERANGAN SAKSI (MIN 2 ORANG)

8. SK CPNS, PNS, PANGKAT TERAKHIR, SKP 1 THN TERAKHIR, KONVERSI NIP,

dan;

9. DOKUMEN LAIN YG RELEVAN

NB:

(40)

MEKANISME BEDAH

KASUS

PENYAMAAN PERSEPSI PEMROSESAN KASUS PELANGGARAN DISIPLIN

PEMBAGIAN KELOMPOK

DISKUSI

DISKUSI BEDAH

KASUS

PENETAPAN HASIL KESEPAKATA

N

PENANDATANGANAN HASIL KESEPAKATAN

PEMANTAUAN DAN TINDAK

(41)

PEMBAGIAN TIM PEMROSES

TIM 1 TIM 2

1. JOHN FRITS TARIHORAN

2. RIA OKTAVIANI 3. NEVA

4. SASKI

1. ADI SULISTYO

(42)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil yang diperoleh dari faktor Risk Profile dari penilaian risiko kredit dengan menggunakan rasio NPL pada tahun 2011 Bank Mandiri berada pada kategori baik karena

Adanya gambaran pergeseran ke kiri, neutrofil teraktivasi (vakuolisasi dan/ atau granulasi toksik) dari gambaran darah tepi dapat menunjukkan suatu keadaan

Adapun perbandingan Di dalam pembagian SHU pada kedua sistem tersebut adalah jumlah sisa hasil usaha yang di bagikan kepada tiap-tiap anggota yaitu pada sistem proporsional jumlah

Untuk kategori Pemula, dan untuk peserta yang tidak memperoleh lawan tandingnya, dapat dikembalikan uangnya pada saat registrasi ulang, atau mengikuti seleksi gladiator..

Adapun batasan masalah dari pembuatan makalah ini yaitu batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia yang berperan

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas media animasi dengan media LKS dalam pembelajaran kooperatif metode Teams Games Tournament (TGT) pada materi

7XMXDQ SHQHOLWLDQ LQL DGDODK XQWXN PHQJHWDKXL GDQ PHQJDQDOLVLV 3HUWDPD SHQJDUXK NHSXWXVDQ VWUXNWXUPRGDOWHUKDGDSWLQJNDWSURGXNWLYLWDVSHUXVDKDDQ.HGXDSHQJDUXKNHSXWXVDQVWUXNWXUPRGDO