• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI RINDITA RATU C 15010112140162 NO. HP. 082243819321

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SKRIPSI RINDITA RATU C 15010112140162 NO. HP. 082243819321"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK

PADA MAHASISWA

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Untuk Memenuhi

Sebagian Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Psikologi

SKRIPSI

Disusun oleh : Rindita Ratu C. 15010112140162

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)
(3)
(4)

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan menyebut nama-Mu Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Aku persembahkan sebuah karya sederhana ini Untuk Mu

Dan untuk setiap sanubari yang dengan tulus menyayangi serta mendoakanku Dan selalu sabar merangkul dan menemani dalam perjalanan hidup ini

Semarang, 06 Januari 2017

(5)

HALAMAN MOTTO

“Jagalah pikiranmu, karena akan menjadi perkataanmu Jagalah perkataanmu, karena akan menjadi perbuatanmu Jagalah perbuatanmu, karena akan menjadi kebiasaanmu Jagalah kebiasaanmu, karena akan membentuk karaktermu

Jagalah karaktermu, karena akan membentuk nasibmu Jadi nasibmu berawal dari pikiranmu.”

Dalai Lama XIV

"Belajarlah membaca tanda-tanda kebesarann-Nya, dengan tidak selalu berburuk sangka atas apapun yang ada. Karena apapun yang tampak dan ada itu adalah Firman-Nya yang

tersirat.” Iman Zenit

"Trust yourself. You know more than you think you do." Dr. Benjamin Spock

“The more that you read, the more things you will know. The more that you learn, the more place you will go.”

Dr. Seuss

“Don’t give up when your long prayed-for prayers have not yet been answered. Remember the words of Allah Subhanahu wa ta’ala. The help of Allah is near.”

Q.S. Al-Baqarah: 214

“But Allah is your protector and He is the best of helpers.” Q.S. Al-Imran 3:150

(6)

Ucapan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas nikmat dan

karunianya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Penelitian ini

berjudul “Hubungan antara Konformitas dengan Prokrastinasi Akademik pada

Mahasiswa”. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan,

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih dengan ketulusan hati kepada:

1. Dr. Dra. Hastaning Sakti, M.Kes, Psikolog, selaku dekan Fakultas Psikologi

Universitas Diponegoro.

2. Erin Ratna Kustanti, S.Psi, M.Psi., selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih

atas kesabarannya, bimbingan serta waktu yang ibu luangkan. Sehingga penelitian

ini dapat terselesaikan.

3. Nofiar Aldriandy Putra, S.Psi, selaku dosen wali dari semester satu hingga enam,

dan Drs. Zaenal Abidin, M.Si, selaku dosen wali dari semester tujuh hingga

sekarang, yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada peneliti selama

menempuh masa studi..

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro yang bersedia berbagi

ilmu serta pengalaman yang bermanfaat bagi peneliti dan seluruh staf TU dan

karyawan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, terima kasih atas segala

bantuannya.

(7)

5. Dekan Fakultas Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Yogyakarta beserta jajaran Staf TU yang telah memberikan izin dan kemudahan

bagi peneliti untuk melakukan penggalian informasi, uji coba, dan penelitian di

sana.

6. Mahasiswa Fakultas Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Yogyakarta angkatan 2014 dan 2015 yang telah bersedia menjadi subjek dalam

penggalian data, uji coba, dan penelitian.

7. M. Mahdud dan Siti Wahyuni sebagai orang tua peneliti yang tak pernah lelah

memberikan do’a, dukungan, dan kesabaran. Terima kasih atas hamparan kasih

sayang yang begitu luas, orangtuaku.

8. Adik dan kakak kandung dari peneliti yang selalu memberikan masukan dan

dukungan tiada henti. “Semoga persaudaraan kita semakin solid dan erat.”

9. Havis Abdurrachman, S.T., sebagai teman dekat dan penjaga hati peneliti yang

selalu setia menemani, memberikan dorongan, dan motivasi dalam perjalanan

peneliti menyelesaikan skripsi.

10. Kawan-kawan seperjuangan peneliti selama masa studi. “Wahyu, Mulyono, Habibi,

Ayu Kurnia, Hida, dan Shena, terima kasih untuk kebersamaannya.”

11. Teman- teman kecil peneliti. “Gita, Ayu, Dwivertin, Icha, Rahmi, Junaida, Heirza,

dan Fachrie, terimakasih untuk dukungannya dan persahabatan yang tak pernah

lekang oleh waktu.”

12. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya baik secara moral, material

dan spiritual baik sengaja maupun tidak sengaja yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, peneliti mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah SWT

memberikan balasan yang berlipat atas kebaikan kalian.

(8)

Semarang, 06 Januari 2017

Rindita Ratu C.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIASI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

2. Manfaat Praktis ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Prokrastinasi Akademik ... 11

1. Pengertian Prokrastinasi Akademik ... 11

2. Faktor yang mempengaruhi Prokrastinasi ... 13

3. Aspek-aspek Prokrastinasi ... 15

(10)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konformitas ... 22

C. Hubungan antara Konformitas dengan Prokrastinasi Akademik ... 23

D. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 27

B. Definisi Operasional ... 27

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

D. Metode Pengumpulan Data ... 29

E. Indeks Daya Beda, Validitas, dan Reliabilitas Alat Ukur ... 34

F. Teknik Analisa Data ... 36

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ... 37

A. Persiapan Penelitian ... 37

B. Pelaksanaan Penelitian ... 54

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 54

D. Analisis Data dan Interpretasi ... 56

E. Deskripsi Subjek Penelitian ... 61

BAB V PENUTUP... 65

A. Pembahasan ... 65

B. Simpulan... 72

C. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala Konformitas... 31

Tabel 3.2 Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik ... 33

Tabel 4.1 Sebaran Aitem Skala Konformitas... 43

Tabel 4.2 Sebaran Aitem Skala Prokrastinasi Akademik ... 44

Tabel 4.3 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Konformitas ... 47

Tabel 4.4 Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Konformitas ... 48

Tabel 4.5 Sebaran Aitem Skala Konformitas Untuk Penelitian ... 50

Tabel 4.6 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Prokratinasi Akademik ... 51

Tabel 4.7 Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Prokrastinasi Akademik ... 52

Tabel 4.8 Sebaran Aitem Skala Prokrastinasi Akademik Untuk Penelitian ... 53

Tabel 4.9 Data Populasi ... 55

Tabel 4.10 Jumlah Sampel penelitian ... 56

Tabel 4.11 Sebaran Data Uji Normalitas ... 58

Tabel 4.12 Uji Linieritas Konformitas dengan Prokrastinasi ... 58

Tabel 4.13 Uji Korelasi Product Moment Konformitas dengan Prokratinasi Akademik ... 59

Tabel 4.14 Koefisien Persamaan Garis Regresi ... 60

Tabel 4.15 Koefisien Determinasi Konformitas terhadap Prokratinasi Akademik ... 61

(12)

Tabel 4.18 Kategorisasi Prokrastinasi Akademik Skor Subjek Penelitian ... 62 Tabel 4.19 Rentang Nilai dan Kategorisasi Skor Subjek Penelitian Variabel

Konformitas ... 63 Tabel 4.20 Kategorisasi Konformitas Skor Subjek Penelitian ... 63

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. Skala Uji Cobaba

LAMPIRAN B. Sebaran Data Uji Coba Skala Konformitas

LAMPIRAN C. Sebaran Data Uji Coba Skala Prokrastinasi Akademik LAMPIRAN D. Hasil Uji Daya Beda & Reliabilitas Skala Konformitas

LAMPIRAN E.Hasil Uji Daya Beda & Reliabilitas Skala Prokrastinasi Akademik LAMPIRAN F. Skala Penelitian

LAMPIRAN G. Sebaran Data Penelitian Skala Konformitas

LAMPIRAN H. Sebaran Data Penelitian Skala Prokrastinasi Akademik LAMPIRAN I. Uji Normalitas

LAMPIRAN J. Uji Linieritas

LAMPIRAN K. Hasil Uji Korelasi Product Moment LAMPIRAN L. Hasil Uji Regresi Sederhana

LAMPIRAN M. Surat Ijin Penelitian

(14)

15010112140162 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Prokrastinasi akademik merupakan jenis penundaan yang dilakukan pada tugas-tugas formal yang berhubungan dengan jenis tugas akademik atau kinerja akademik. Kuatnya pengaruh teman kelompok merupakan bentuk dari konformitas dan merupakan salah satu faktor yang diduga menyebabkan mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik.

Populasi pada penelitian ini berjumlah 265 orang dan sampel penelitian 160 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random

sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skala konformitas (22 aitem, α =

0,904) dan skala prokrastinasi akademik (22 aitem, α = 0,902). Teknik analisis data menggunakan analisis regresi (anareg) sederhana.

Hasil analisis regresi menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara konformitas dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa (r=0,431; ρ = 0,000). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konformitas yang dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi prokrastinasi akademik pada mahasiswa, sebaliknya semakin rendah konformitas yang dimiliki mahasiswa maka semakin rendah pula prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Konformitas memberikan sumbangan efektif sebesar 18,6% pada prokrastinasi akademik.

Kata Kunci: Konformitas, Prokrastinasi Akademik, Mahasiswa

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi atau orang yang

sedang menempuh pendidikan di suatu universitas untuk mendapatkan gelar

sarjana. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.30 tahun 1990 mahasiswa

didefinisikan sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi

tertentu. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa memiliki status tertinggi dalam

pendidikan dengan harapan mampu membangun bangsa yang lebih baik di masa

yang akan datang. Mahasiswa sebagai subjek dalam menuntut ilmu di perguruan

tinggi atau universitas tentunya memiliki tanggung jawab yang harus diselesaikan

dalam kuliahnya (Siswoyo, 2007).

Mahasiswa tidak akan lepas dari aktivitas belajar dan keharusan

menyelesaikan tugas-tugas studi, baik yang bersifat akademis maupun non

akademis. Kegiatan akademis tersebut meliputi perkuliahan, mengerjakan tugas,

ujian, praktikum, dan tugas akhir atau skripsi. Sedangkan kegiatan non akademis

meliputi organisasi kemahasiswaan, seminar, pelatihan soft skill dan hard skill

yang bertujuan dalam mengembangkan potensi dalam diri mahasiswa. Pada

kegiatan akademis, dosen akan memberikan tugas dan menentukan batas waktu

pengumpulan kepada mahasiswa. Akan tetapi, tidak semua mahasiswa mampu

menyelesaikan tugas akademik dengan batas waktu yang sudah ditentukan. Pada

(16)

kenyataanya, masih banyak mahasiswa yang menunda dalam menyelesaikan tugas

perkuliahan.

Menurut Djamarah (2002) banyak pelajar dan mahasiswa yang mengeluhkan

kurang mengatur waktu dengan baik. Masih banyak pelajar dan mahasiswa yang

belum dapat membagi waktu kapan harus memulai dan mengerjakan sesuatu. Hal

ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartadinata dan Tjundjing

(2008) yang menyimpulkan bahwa mahasiswa dengan manajemen waktu yang

buruk cenderung untuk melakukan prokrastinasi yang tinggi dan sebaliknya

mahasiswa yang memiliki manajemen waktu yang baik cenderung untuk

menghindari perilaku prokrastinasi.

Prokrastinasi merupakan perilaku dimana tidak adanya kedisiplinan dalam

mengelola waktu. Steel (2010) menjelaskan bahwa prokrastinasi adalah perilaku

sukarela yang dilakukan oleh individu terhadap tugas atau pekerjaannya meskipun

individu tersebut meyadari bahwa penundaan yang dilakukannya akan berdampak

buruk pada masa depan. Steel (2007) menjelaskan bahwa prokrastinasi merupakan

perilaku menunda suatu kegiatan yang diinginkan meskipun individu tersebut

mengetahui bahwa penundaan yang dilakukan akan berdampak buruk. Penundaan

inilah yang membuat tugas prioritasnya menjadi terhambat bahkan tidak dapat

selesai dengan tepat waktu, serta sering terlambat dalam menghadiri

pertemuan-pertemuan (Alexander dan Onwuegbuzie, 2007).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Arif, dkk (2014) juga mengemukakan

bahwa prokrastinasi lebih banyak dilakukan mahasiswa. Hasil penelitian

(17)

3

banyak dilakukan oleh individu yang berusia di bawah 20 tahun dibanding yang

berada di atas 20 tahun. Penyebabnya adalah kompetisi yang tinggi dalam karir

akademik di tingkat universitas yang menuntut mahasiawa untuk lebih bekerja

keras untuk mengembangkan karir yang lebih baik. Sistem semester yang

menuntut upaya lanjutan untuk mendapatkan nilai yang baik.

Berdasarkan penggalian data awal di Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” (UPNV)

Yogyakarta diketahui bahwa beberapa diantara mahasiswa yang lambat atau

cenderung melakukan penundaan dalam pengerjaan tugas akademik dikarenakan

beberapa hal seperti: adanya mahasiswa yang bekerja di suatu instansi atau

lembaga sehingga cenderung melakukan penundaan dikarenakan sulitnya

mengatur waktu yang ada antara bekerja dan mengerjakan tugas kuliah.

Penundaan dalam mengerjakan tugas disebabkan pula mahasiswa tidak suka

dengan mata kuliah yang diajarkan, waktu pengumpulan dianggap masih lama,

sehingga mahasiswa mengerjakan tugasnya ketika waktu pengumpulan tugas

sudah dekat (Hasil wawancara, 24 Oktober 2016).

Hasil wawancara lain dengan bagian kemahasiswan (TU) mengatakan bahwa

mayoritas mahasiwa terpaksa mengulang mata kuliah karena tidak dapat

menyelesaikan tugas dengan tepat waktu (Hasil wawancara, 30 November 2016).

You (2015) juga mengemukakan pada penelitiannya bahwa prokrastinasi yang

dilakukan mahasiswa akan menimbulkan dampak negatif pada prestasi yang akan

diraih. Ada beberapa dampak yang akan ditimbulkan dari prokrastinasi. Burka &

(18)

Pertama adalah prokrastinasi mampu menciptakan masalah eksternal pada

prokrastinator itu sendiri, contohnya adalah seperti menunda mengerjakan tugas

membuat individu tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik dan maksimal.

Akibatnya individu mendapat teguran dari dosen. Kedua, prokrastinasi dapat

menimbulkan masalah internal, hal ini ditunjukkan pada saat individu tidak

mampu menyelesaikan tugas dan timbulnya perasaan bersalah dan menyesal.

Penelitian yang dilakukan oleh Gafni dan Geri (2010) mengemukakan bahwa

adanya kecenderungan yang lebih besar untuk siswa melakukan prokrastinasi

dalam tugas individual dibanding dengan tugas kelompok. Pada tugas individual

siswa memiliki pikiran bahwa hasil pekerjaannya mungkin akan sama dengan

teman yang lain. Hal ini yang kemudian membuat siswa menunda-nunda

pekerjaannya hingga akhir batas pengumpulan tugas dengan harapan memperoleh

hasil yang lebih baik. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku menunda tugas

pada siswa ini yang selanjutnya membuat tugas menjadi tidak selesai dan hasil

yang tidak maksmimal karena rentan waktu pengerjaan yang relatif singkat.

Penelitian lain yang dilakukan Wilson & Nguyen (2012) berpendapat bahwa

prokrastinasi disebabkan karena tugas yang dihadapi siswa cenderung sulit,

perhatian siswa yang mudah teralihkan, dan kurangnya kontrol diri dalam

mengelola waktu. Perilaku menunda yang dilakukan pada siswa ini kemudian

berdampak pada pola perilakunya sehari-hari. Individu menjadi sering menunda

tugas akademik ataupun pekerjaan lainnya karena terbiasa melakukan

prokrastinasi. Hal ini yang kemudian berdampak pada hasil pekerjaan yang

(19)

5

Hasil penelitian dari Mujidin (2014) menunjukkan bahwa banyak faktor yang

menyebabkan mahasiswa melakukan penundaan dalam tugasnya, antara lain

karena tidak suka dengan pelajaran yang diberikan dan batas waktu pengumpulan

yang terlalu lama, sehingga adanya intensi untuk mengerjakan tugas ketika batas

waktu pengumpulan tugas sudah dekat. Mahasiswa melakukan penundaan tugas

akademik juga dikarenakan adanya kelompok dengan teman sebayanya dalam

mengerjakan tugas. Mahasiswa terbiasa mengerjakan tugas bersama dengan

teman-teman sekelasnya, sehingga ketika teman-teman yang lain sibuk dengan

kegiatan pribadinya yang lain maka seorang mahasiswa menjadi malas untuk

mengerjakan tugas dan akan mengerjakan saat teman yang lain juga mengerjakan.

Hasil wawancara menyatakan bahwa prokrastinasi akademik yang dilakukan

oleh mahasiswa Jurusan/Prodi Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta

disebabkan karena faktor dari teman, dimana para mahasiswa terlambat

mengumpulkan tugas karena mengikuti teman yang lainnya pula. Selain itu, ada

pula mahasiswa yang melakukan prokrastinasi karena adanya ajakan dari teman

untuk melakukan hal lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas.

Adapun hal lain sebagai pemicu mahasiswa menerima ajakan teman-temannya

untuk melakukan prokrastinasi yaitu karena adanya tugas pratikum yang

cenderung sulit, namun harus diselesaikan mahasiswa dengan batas waktu yang

telah ditentukan (wawancara, 30 November 2016).

Berdasarkan hasil wawancara lain dengan mahasiswa pada Jurusan/Prodi

Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta diketahui bahwa terdapat mahasiswa

(20)

yang mengikuti organisasi, sedangkan pada mahasiswa yang tidak mengikuti

organisasi cenderung memiliki tingkat prokrastinasi yang lebih rendah. Hal ini

disebabkan karena mahasiswa yang mengikuti organisasi cenderung memiliki

konformitas yang lebih tinggi dengan kelompok organisasinya dibanding

mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi (wawancara, 30 November 2016).

Ferrari (1995) mengemukakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi

individu melakukan prokrastinasi, yaitu faktor internal dan eksternal. Pertama

karena adanya faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu

yang menyebabkan perilaku prokrastinasi akademik. Seperti yang dijelaskan oleh

Park dan Sperling (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa prokrastinasi

lebih dipengaruhi oleh regulasi diri yang buruk dan adanya perilaku untuk

menghindar tugas. Kedua adalah karena adanya faktor eksternal yaitu faktor yang

berasal dari luar individu seperti adanya pengaruh dari lingkungan yang

membentuk seseorang untuk cenderung melakukan prokrastinasi akademik.

Pengaruh teman sebaya atau peer group yang menyebabkan mahasiswa

melakukan penundaan pada tugas-tugas akademik merupakan salah satu faktor

eksternal dari prokrastinasi akademik. Pada hal ini, mahasiswa akan membentuk

kelompok dengan teman sebaya dan melakukan konform atau melakukan hal-hal

yang sesuai dengan norma kelompok untuk dapat diterima di lingkungannya.

Apabila peer group malas untuk memulai dan menyelesaikan tugas akademik,

maka individu juga cenderung untuk menjadi malas dalam memulai dan

menyelesaikan tugas. Konformitas seperti ini yang akan berdampak buruk bagi

(21)

7

Myers (2012) mengartikan konformitas sebagai perubahan perilaku atau

kepercayaan seseorang sebagai akibat dari tekanan kelompok yang terdiri atas dua

jenis, yaitu: (1) pemenuhan, pada dasarnya di luar mengikuti apa yang dilakukan

kelompok sementara di dalam tidak menyetujui hal tersebut. Serangkaian

pemenuhan disebut dengan kepatuhan, pemenuhan dengan perintah langsung, dan

(2) penerimaan adalah meyakini dan juga melakukan sesuai dengan yang

diinginkan oleh tekanan sosial.

Konformitas yang dilakukan individu terhadap teman sebaya pada remaja

dapat menjadi positif dan negatif. Konformitas remaja yang positif yaitu seperti

keterlibatan remaja dengan kumpulan atau sebuah organisasi yang mengumpulkan

uang untuk kegiatan kemanusiaan, belajar bersama dalam menyelesaikan tugas

kuliah, ataupun melakukan kegiatan-kegiatan yang positif lainnya; sedangkan

konformitas remaja yang negatif yaitu seperti menggunakan bahasa yang

asal-asalan, mencuri, membolos kuliah, ataupun menunda-nunda tugas kuliah untuk

melakukan aktivitas lain yang tidak bermanfaat (www.kompasiana.com).

Sebuah penelitian yang dilakukan Tainaka dkk (2014) menyimpulkan bahwa

konformitas dipengaruhi oleh self-esteem yang rendah. Individu yang memiliki

self-esteem rendah cenderung untuk menyesuaikan diri pada lingkungannya

dengan lebih sering. Sementara pada individu yang memiliki self-esteem yang

tinggi cenderung memiliki konformitas yang rendah.

Penelitian lain menyebutkan bahwa konformitas dapat mempengaruhi moral

individu. Pengambilan keputusan moral sangat dipengaruhi oleh konteks sosial.

(22)

menganggap hal tersebut dapat diterima secara moral dalam lingkungannya.

Semakin tinggi tingkat konformitas individu pada lingkungannya, maka akan

semakin tinggi pula penyesuaian pengambilan keputusan moral individu terhadap

lingkungannya. Sebaliknya, semakin rendah konformitas individu maka akan

semakin rendah penyesuaian pengambilan keputusan moral individu terhadap

lingkungan sosialnya (Cummins dan Kundu, 2012).

Berdasarkan penelitian studi komparasi pada mahasiswa baru dan mahasiswa

lama yang dilakukan oleh Imawati Fauziyah, dkk (2014) mengenai konformitas

menyimpulkan bahwa adanya perbedaan tingkat konformitas pada mahasiswa

baru dan mahasiswa lama. Mahasiswa baru cenderung memiliki konformitas yang

lebih tinggi dibanding mahasiswa lama. Hal ini dikarenakan mahasiswa baru yang

masih memerlukan adaptasi pada lingkungannya dan berusaha untuk dapat

diterima dan disukai oleh anggota lainnya tanpa adanya paksaan dari anggota

lainnya.

Berdasarkan penggalian data awal di Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” (UPNV)

Yogyakarta diketahui bahwa mahasiswa membentuk suatu kelompok.

Terbentuknya kelompok akan terjadi saling mempengaruhi antara anggota

kelompok, diantaranya adalah ketika anggota kelompok menuntut individu untuk

melakukan prokrastinasi, maka individu cenderung mematuhi keinginan

kelompoknya, karena untuk menghindari penolakan dari kelompok dan dianggap

tidak setia kawan. Kuatnya pengaruh teman kelompok merupakan bentuk dari

(23)

9

mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik (Hasil wawancara, 4 November

2016).

Melihat banyaknya fenomena prokrastinasi akademik yang dilakukan

mahasiswa belakangan ini dan dampak buruk yang ditimbulkan seperti dampak

internal maupun eksternal pada prokrastinator, maka peneliti tertarik untuk

melakukan sebuah penelitian tentang hubungan antara konformitas dengan

prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah ada

hubungan yang signifikan antara konformitas dengan prokrastinasi akademik pada

mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara konformitas dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan ilmu

Psikologi terutama Psikologi Sosial dan Psikologi Pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perguruan Tinggi

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi

tentang prokrastinasi sebagai upaya pencegahan dan pengarahan bagi

(24)

b. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa supaya lebih mampu

mengidentifikasi perilaku prokrastinasi akademik serta kaitannya dengan

konformitas di lingkungan mahasiswa.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan

pertimbangan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian, khususnya

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik

Menurut Burka dan Yuen (2008) prokrastinasi adalah perilaku menunda-nunda

suatu pekerjaan yang telah menjadi kebiasaan atau pola menetap yang selalu

dilakukan seseorang ketika menghadapi tugas. Penundaan tersebut disebabkan

karena adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional dalam memandang tugas.

Prokrastinasi dikatakan menjadi masalah ketika individu merasakan konsekuensi

dari perilaku menunda yang dilakukan. Konsekuensi yang didapat oleh individu

dapat berupa konsekuensi internal ataupun eksternal. Konsekuensi internal yang

didapat prokrastinator yaitu berupa adanya perasaan bersalah, merasa sakit hati,

dan menyesal hingga menyalahkan diri sendiri serta putus asa. Sedangkan

konsekuensi eksternal dapat berupa shock yang timbul ketika ada hal yang terjadi

di luar prediksi, seperti terkena hukuman ataupun sanksi.

Prokrastinasi dapat dilakukan individu pada semua jenis area atau pekerjaan

(Burka & Yuen, 2008). Prokrastinasi pada bidang akademik disebut dengan

prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik pada umumnya dilakukan oleh

pelajar ataupun mahasiswa. Prokrastinasi akademik dan non-akademik merupakan

istilah yang sering digunakan oleh para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas yang

cenderung ditunda oleh prokrastinator. Ferrari (1995) menjelaskan bahwa

prokrastinasi merupakan suatu penundaan yang sering dilakukan oleh individu.

(26)

Prokrastinasi dilakukan individu ketika memulai atau menyelesaikan tugas

sehingga tugas tidak dapat selesai tepat pada waktunya. Ferrari juga menegaskan

bahwa prokrastinasi merupakan suatu penundaan yang tidak perlu dilakukan

pada suatu tugas.

Prokrastinasi akademik merupakan jenis penundaan yang dilakukan pada

tugas-tugas formal yang berhubungan dengan jenis tugas akademik atau kinerja

akademik, contohnya menulis paper, membaca buku-buku pelajaran, mengetik

makalah, mengikuti tugas perkuliahan, mengerjakan tugas sekolah, belajar

untuk ujian, maupun membuat karya ilmiah, misalnya membuat skripsi (Aitken

dalam Ferrari, 1995). Seseorang melakukan prokrastinasi akademik dengan tujuan

untuk menghindari informasi diagnostik akan kemampuannya. Prokrastinasi

tersebut dilakukan individu karena tidak ingin dikatakan mempunyai kemampuan

yang rendah atau kurang dengan hasil kerjanya. Individu yang melakukan

prokrastinasi apabila mengalami kegagalan pada tugasnya atau hasil yang tidak

memuaskan akan merasa bahwa itu bukan karena rendahnya kemampuan yang

dimilikinya. Prokrastinator justru menganggap hal tersebut terjadi karena adanya

ketidaksungguhan dalam mengerjakan tugas yang dihadapi, yaitu dengan

menunda-nunda (Ferrari, 1995).

Perilaku prokrastinasi yang dilakukan oleh individu dapat menjadikannya

sebuah kebiasaan. Individu yang cenderung sering melakukan prokrastinasi akan

menimbulkan prokrastinasi selanjutnya dan meluasnya area prokrastinasi. Burka

dan Yuen (2008) menjelaskan bahwa para prokrastinator tanpa disadari akan

(27)

13

prokrastinator akan penuh dengan harapan bahwa akan mengerjakan tugas dengan

baik walaupun tidak mengerjakan tugas pada saat itu. Prokrastinator cenderung

mengerjakan tugas secara spontan tanpa direncanakan. Pada akhirnya tugas yang

diberikan tidak dapat diselesaikan dan prokrastinator terjebak dalam “the cycle of

procrastination” (lingkaran atau roda prokrastinasi), dimana hal ini akan menjadi

pola kebiasaan yang akan terus dilakukan oleh prokrastinator. McCown dan

Johnson (dalam Ferrari, 1995) juga menambahkan bahwa prokrastinasi

akademik dilakukan individu karena adanya obyek lain yang memberikan reward

lebih menyenangkan daripada obyek yang diprokrastinasi.

Dari pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

prokrastinasi akademik merupakan suatu bentuk perilaku penundaan dalam

memulai atau menyelesaikan suatu tugas yang berhubungan dengan akademik

untuk melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan dan kurang bermafaat.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prokrastinasi

Zuckerman (1991 dalam Ferrari, 1995) menjelaskan bahwa faktor penyebab

prokrastinasi dapat ditinjau dengan menggunakan perspektif cognitive-behavior.

Dalam perspektif cognitive-behavior, perilaku prokrastinasi terjadi karena :

1. Pemikiran yang salah (irrational belief) mengenai waktu yang tepat untuk

memulai suatu pekerjaan (Knaus, 1973 dalam Ferrari, et al, 1995). Pada hal ini

invidu tidak yakin pada kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas.

(28)

saat batas waktu pengumpulan semakin dekat. Hal ini yang kemudian

dijadikan alasan prokrastinator pada kegagalan yang dialaminya.

2. Pernyataan diri dan kesadaran diri pribadi (statements and private

self-consciousness). Pada hal adanya self-statement yang lemah untuk

pengendalian diri pada individu untuk tidak melakukan pendundaan dan

kuatnya self-statement untuk membuat permaafan atau mencari alasan

terhadap penundaan pekerjaan (Greco, 1985 dalam Ferrari, et al, 1995).

3. Adanya pemahaman yang kurang tepat mengenai penyebab kegagalan yang

berkaitan dengan masa lalunya. Dimana kegagalan di masa lalu dipahami

sebagai akibat dari suatu faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh individu.

Jadi individu memiliki pemikiran bahwa seberapa keras individu berusaha

namun kecil kemungkinan akan meraih keberhasilan (Taylor, 1979 dalam

Ferrari, et al, 1995).

4. Standar kesempurnaan yang tidak rasional (irrational perfectionism). Pada hal

ini perfeksionisme merupakan sebuah motif utama prokrastinator untuk

melakukan prokrastinasi pada tugas-tugasnya. Standar hasil kerja yang tinggi

membuat prokrastinator membutuhkan waktu yang lebih lama untuk

menyelesaikan tugas dengan hasil yang lebih baik. Hal ini yang menyebabkan

individu berpikir bahwa tugas-tugas tersebut tidak mungkin diselesaikan secara

tepat waktu.

Dari pemaparan yang telah disebutkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor

penyebab prokrastinasi ditinjau dari perspektif cognitive-behavior terjadi karena:

(29)

15

lebih kuatnya self-statement untuk mencari alasan terhadap penundaan pekerjaan

dibanding self-statement untuk pengendalian diri; adanya pemahaman yang tidak

tepat mengenai penyebab kegagalan yang berkaitan dengan masa lalunya; dan

standar kesempurnaan yang tidak rasional, yang membuat prokrastinator berpikir

bahwa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan hasil yang

terbaik.

3. Aspek-aspek Prokrastinasi

Menurut Ferrari (1995) perilaku prokrastinasi mengandung 4 aspek, yaitu:

1. Rendahnya intensi untuk mulai menyelesaikan tugas

Pada hal ini melibatkan unsur penundaan, baik untuk memulai maupun

menyelesaikan tugas. Prokrastinator cenderung untuk tidak segera memulai

mengerjakan tugas hingga selesai.

2. Memiliki standard hasil kerja yang tidak optimal

Individu yang memiliki kecenderungan untuk menunda akan lebih lambat

dalam menyelesaikan tugas yang menyebabkan individu tersebut akan

tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas yang diberikan sehingga hasil akhirnya tidak

maksimal.

3. Adanya pekerjaan lain yang dirasa prokrastinator lebih penting untuk

dilakukan

Individu mengetahui bahwa penyelesaian tugas merupakan hal yang penting tetapi

cenderung tidak segera diselesaikan dan bahkan mengerjakan tugas lain yang

(30)

4. Ada emosi marah dalam mengerjakan suatu tugas

Pada hal ini individu berada dalam keadaan emosional yang tidak

menyenangkan, misalnya perasaan cemas, perasaan bersalah, marah, dan panik.

Adanya kerisauan emosional yang timbul ketika individu mengerjakan tugas yang

ditunda.

Ferrari (1995) menyatakan bahwa ciri-ciri seseorang yang melakukan

prokrastinasi yaitu melakukan penundaan dalam memulai ataupun menyelesaikan

tugas-tugas akademik yang diberikan, menunda belajar pada jadwal yang telah

dibuat, adanya kesenjangan antara keinginan belajar dengan tindakan belajar dan

melakukan hal-hal lain di luar belajar yang lebih menyenangkan dan kurang

bermanfaat. Hal ini akan digunakan sebagai acuan dalam membuat alat ukur skala

prokrastinasi akademik.

Dari pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dibuat kesimpulan

bahwa prokrastinasi memiliki beberapa aspek, diantaranya: rendahnya intensi

untuk mulai menyelesaikan tugas, memiliki standard hasil kerja yang tidak

optimal, adanya pekerjaan lain yang dirasa prokrastinator lebih penting untuk

dilakukan, adanya emosi marah dalam mengerjakan suatu tugas, ketidakpuasan

(31)

17

B. Konformitas 1. Pengertian Konformitas

Myers (2012) mengartikan konformitas tidak hanya sekedar berperilaku atau

bertidak sesuai dengan yang orang lain lakukan, tetapi juga dipengaruhi oleh

bagaimana kelompok bertidak. Konformitas merupakan suatu tindakan atau pola

berpikir yang berbeda pada biasanya bila dilakukan oleh individu itu sendiri. Oleh

karena itu, konformitas adalah perubahan perilaku, kepercayaan, atau pola

berpikir supaya selaras dengan orang lain. Nail, dkk (2000 dalam Myers 2012)

menyebutkan ada beberap macam konformitas, diantaranya adalah pemenuhan

(compliance), kepatuhan (obedience), dan penerimaan (acceptance). Pemenuhan,

pada dasarnya di luar mengikuti apa yang dilakukan dan diinginkan kelompok

sementara di dalam tidak menyetujui hal tersebut. Serangkaian pemenuhan yang

dilakukan untuk mendapatkan penghargaan atau menghindari hukuman disebut

dengan kepatuhan. Dan penerimaan yaitu meyakini dan juga melakukan sesuai

dengan yang diinginkan oleh tekanan sosial.

Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Taylor (2009) yang

mengemukakan bahwa konformitas merupakan tendensi individu untuk

mengubah keyakinan atau perilaku sehingga sesuai dengan orang lain. Hal

tersebut dilakukan individu sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

lingkungannya. Pada saat individu mampu menyesuaikan diri terhadap norma

yang ada di lingkungannya, maka individu tersebut akan dapat diterima oleh

(32)

Cialdini dan Goldstein (dalam Taylor, 2009) mengartikan konformitas adalah

tendensi untuk mengubah perilaku maupun keyakinan seseorang sehingga sesuai

dengan perilaku orang lain. Baron dan Byrne (2005) mengatakan bahwa

konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah

sikap atau perilakunya agar sesuai dengan norma kelompok atau sosial di

lingkungannya. Konformitas berarti mengikuti pada tekanan kelompok meskipun

tidak secara langsung adanya permintaan untuk mengikuti apa yang dilakukan

oleh kelompok. Konformitas akan mengakibatkan suatu perubahan sikap ataupun

perilaku individu yang dilakukan agar sesuai dengan norma sosial yang ada.

Baron juga menjelaskan seseorang mentaati dan mematuhi permintaan orang lain

untuk melakukan tidakan atau perilaku tertentu karena adanya unsur power.

Seseorang yang memiliki tingakatan atau jabatan tinggi dalam suatu kelompok

sosial cenderung menjadi model konform pada anggota kelompok yang tingkatan

atau jabatannya lebih rendah.

Menurut Wilis (dalam Sarwono, 2005) definisi tentang konformitas

mengandung dua unsur, yaitu selaras (congruent) dan gerak (movement). Selaras

merupakan persetujuan atau kesamaan antara respon oleh individu dengan respon

yang secara sosial dianggap “benar”. Sedangkan gerak adalah perubahan respons

dalam kaitannya dengan standar sosial. Jadi konformitas harus tidak hanya

mengandung unsur keselarasan, tetapi harus juga mengandung unsur gerak, yaitu

perubahan respons.

Konformitas merupakan usaha yang dilakukan terus menerus dari individu

(33)

19

yang termudah adalah dengan melakukan tidakan yang sesuai dan dapat diterima

secara sosial (Baron, dkk, dalam Sarwono 2009). Norma sosial dapat berupa

injunctive norms atau descriptive norms. injunctive norms yaitu hal apa yang

seharusnya kita lakukan, sedangkan descriptive norms yaitu apa yang kebanyakan

orang lakukan. injunctive norms biasanya cenderung dinyatakan secara eksplisit.

Sedangkan descriptive norms biasanya bersifat implisit, dimana norma tersebut

tidak dinyatakan secara tegas atau tertulis (Sarwono, 2009).

Konformitas merupakan tindakan untuk menyesuaikan diri yang dilakukan

oleh remaja terhadap norma sosailnya dengan berperilaku sama dengan kelompok

teman sebaya (Monks, 2004). Hal ini serupa dengan yang dikemukakan oleh

Papalia dkk (2008) bahwa konformitas mencapai puncaknya pada awal masa

remaja, biasanya pada usia 12-13 tahun dan akan menurun pada masa remaja

pertengahan dan akhir. Hurlock (2002) menjelaskan rentan usia remaja akhir

antara 17-21 tahun dan dewasa awal antara 21-40 tahun.

Konformitas yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh perkembangan

sosialnya. Dimana pada saat itu remaja melakukan dua macam gerak, yaitu remaja

mulai memisahkan diri dari orangtua dan cenderung menuju ke arah teman-teman

sebaya atau peer group. Remaja yang memiliki tingkat konformitas yang tinggi

cenderung akan lebih bergantung pada aturan dan norma yang ada dalam

kelompok sosialnya. Hal ini yang menyebabkan remaja mengatribusikan bahwa

setiap aktivitasnya adalah usaha dari kelompok bukan sebagai usahanya sendiri

(34)

remaja merupakan masa krisis yang dialami individu dengan ditunjukan adanya

kepekaan dan labilitas tinggi, penuh gejolak dan ketidakseimbangan emosi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulakan bahwa konformitas adalah tendensi

untuk mengubah perilaku, kepercayaan, atau pola berpikir individu sesuai dengan

norma yang ada di lingkungannya. Hal tersebut dilakukan individu agar dapat

diterima oleh masyarakat. Hal lain yang mendasari individu untuk menyesuaikan

diri pada lingkungannya yaitu untuk mendapatkan penghargaan dan menghindari

hukuman atau celaan dari lingkungan sosialnya.

2. Macam-macam Konformitas

Nail dkk (2000, dalam Myers 2012) menjelaskan bahwa macam-macam

konformitas dapat dibagi menjadi 3 macam:

a. Pemenuhan (compliance)

Konformitas ini terjadi karena pengaruh sosial yang bersifat normatif. Hal ini

melibatkan perilaku individu sesuai dengan harapan suatu kelompok. Bentuk

konformitas ini individu berperilaku sesuai dengan tekanan kelompok, sementara

secara pribadi individu yang bersangkutan tidak menyetujui perilaku tersebut.

Konformitas ini terjadi agar individu dapat diterima di dalam kelompok atau

untuk menghindari penolakan.

b. Kepatuhan (obedience)

konformitas ini terjadi dimana individu bertindak sesuai dengan perintah atau

(35)

21

untuk mendapatkan penghargaan dari kelompok sosialnya dan menghindari

hukuman atau celaan.

c. Penerimaan (acceptance)

Konformitas ini terjadi karena pengaruh sosial yang bersifat informatif. Bentuk

konformitas ini dimana perilaku dan keyakinan individu sesuai dengan tekanan

kelompok.

3. Aspek-aspek Konformitas

Taylor (2009) membagi konformitas menjadi lima aspek, yaitu peniruan,

penyesuaian, kepercayaan, kesepakatan, dan ketaatan.

a. Peniruan

Keinginan individu untuk menjadi sama dengan kelompok baik secara terbuka

atau ada tekanan (nyata atau dibayangkan) yang menyebabkan individu

melakukan konformitas.

b. Penyesuaian

Keinginan individu untuk dapat diterima oleh kelompok menyebabkan individu

melakukan konformitas terhadap kelompok tersebut. Individu biasanya

melakukan penyesuaian pada norma yang ada dan dibentuk oleh kelompok.

c. Kepercayaan

Semakin besar keyakian individu terhadap informasi dan opini yang diberikan

oleh kelompok, maka akan semakin besar kemungkinan individu untuk

(36)

d. Kesepakatan

Adanya keputusan bersama yang dibentuk oleh kelompok menjadikan

kekuatan sosial yang mampu menimbulkan konformitas dalam suatu kelompok

tertentu.

e. Ketaatan

Respon yang timbul sebagai akibat dari kesetiaan atau ketertundukan individu

atas otoritas tertentu, sehingga otoritas dapat membuat orang menjadi conform

terhadap hal-hal yang disampaikan.

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dibuat

kesimpulan bahwa konformitas memeiliki beberapa aspek, diantaranya: peniruan,

penyesuaian, kepercayaan, kesepakatan, ketaatan, kerelaan dan perubahan.

Hal-hal tersebut yang membuat individu menjadi conform terhadap suatu kelompok.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas

Baron & Byrne (2005) mengungkapkan 3 faktor yang mempengaruhi

konformitas:

1) Kohesivitas (cohesiveness)

Kohesivitas didefinisikan sebagai tingkatan ketertarikan yang dirasakan oleh

individu terhadap suatu kelompok. Ketika kohesivitas tinggi, itu artinya individu

cenderung menyukai dan mengagumi suatu kelompok orang-orang tertentu, maka

secara tidak langsung tekanan untuk melakukan konformitas bertambah besar

(37)

23

2) Ukuran kelompok

Semakin besar suatu kelompok, maka semakin besar juga jumlah anggota

dalam kelompok tersebut, maka semakin besar pula kecenderungan individu

untuk melakukan konform. Bahkan meskipun itu berarti individu akan

menerapkan tingkah laku, atau pola pikir yang berbeda dari yang sebenarnya

dinginkan dan dilakukan (Baron & Byrne, 2005).

3) Norma sosial deskriptif dan norma sosial injungtif

Norma deskriptif atau himbauan (descriptive norms) adalah norma yang hanya

mendeskripsikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu dan

biasanya bersifat implisit. Norma-norma ini mempengaruhi tingkah laku dengan

cara memberi tahu kita mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau

adaptif pada situasi tersebut. Sebaliknya, norma injungtif menetapkan apa yang

harus dilakukan, tingkah laku apa yang diterima atau tidak diterima pada situasi

tertentu dan biasanya bersifat eksplisit. Kedua norma tersebut dapat memberikan

pengaruh yang kuat pada tingkah laku individu untuk bertindak konform (Baron

& Byrne, 2005).

C. Hubungan antara Konformitas dengan Prokrastinasi Akademik

Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah

sikap atau perilakunya supaya sesuai dengan norma kelompok yang ada di

lingkungannya. Konformitas berarti mengikuti pada tekanan kelompok meskipun

tidak secara langsung adanya permintaan untuk mengikuti apa yang dilakukan

(38)

perilaku pada individu yang dilakukan supaya sesuai dengan norma sosial yang

ada (Baron & Byrne, 2005). Konformitas merupakan penyesuaian diri yang

dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya untuk dapat bertahan hidup. Cara

yang termudah adalah dengan melakukan tindakan yang sesuai dan dapat diterima

secara sosial (Baron, dkk, dalam Sarwono 2009).

Monks (2004) mengatakan bahwa konformitas merupakan penyesuaian yang

dilakukan oleh remaja terhadap norma sosialnya. Hal ini dibuktikan dengan

bagaimana remaja berperilaku sama dengan kelompok teman sebaya. Konformitas

yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh perkembangan sosialnya. Dimana pada

saat itu remaja melakukan dua macam gerak, yaitu remaja mulai memisahkan diri

dari orangtua dan cenderung menuju ke arah teman-teman sebaya atau peer

group. Remaja yang memiliki tingkat konformitas yang tinggi cenderung akan

lebih bergantung pada aturan dan norma dalam kelompok sosialnya. Hal ini juga

akan mempengaruhi individu terhadap kegiatan akademiknya. Konformitas yang

tinggi pada peer group di lingkungan kampus akan berdampak pada perilaku

individu dalam melakukan dan menyelesaikan tugas-tugas akademik. Apabila

dalam suatu peer group melakukan penundaan atau prokrastinasi dalam

menyelesaikan tugas, individu cenderung untuk mengikuti perilaku tersebut.

Individu akan lebih memilih melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan

bersama teman kelompoknya dibanding segera menyelesaikan tugasnya. Hal

tersebut dilakukan individu karena adanya konform pada kelompok untuk dapat

(39)

25

Ferrari (1995) mengemukakan bahwa prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor

eksternal, yaitu pengaruh dari teman sebaya atau peer group. Individu yang

cenderung memiliki konformitas tinggi pada lingkungan atau kelompoknya akan

berusaha untuk menjadi sama dengan peer group dan kontrol diri yang cenderung

rendah. Apabila peer group malas untuk memulai dan menyelesaikan tugas, maka

individu juga cenderung malas dalam memulai dan menyelesaikan tugas.

Konformitas seperti ini yang akan berdampak buruk bagi proses kegiatan

akademik mahasiswa. Tugas-tugas yang seharusnya dapat selesai dengan tepat

waktu akan terhambat dan akhirnya hasil yang diperoleh menjadi tidak maksimal.

Hal lain yang akan ditimbulkan adalah adanya perasaan marah maupun kecewa

karena gagal dalam menyelesaikan tugas akademik. Akibatnya mahasiswa

cenderung untuk melakukan lagi perilaku penundaan sebagai suatu penghindaran

dan akhirnya terjebak dalam roda prokrastinasi.

Sebaliknya, remaja yang memiliki tingkat konformitas yang lebih rendah

terhadap teman sebaya atau peer group cenderung memiliki tingkat prokrastinasi

yang lebih rendah karena memiliki kontrol diri yang tinggi. Remaja yang

memiliki tingkat konformitas yang lebih rendah mampu mengontrol dan

menyesuaikan diri pada lingkungannya sehingga tidak mudah terpengaruh pada

ajakan kelompok. Hal ini yang juga dapat menghindarkan remaja dari perilaku

meununda-nunda tugas kuliah ataupun kegiatan akademik lain. Remaja akan

dapat lebih fokus terhadap tugas-tugas akademik dan memperoleh hasil yang lebih

maksimal dalam kuliahnya karena memiliki tingkat prokrastinasi yang cenderung

(40)

Dari pemaparan yang telah dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

semakin tinggi tingkat konformitas individu terhadap kelompok sosialnya maka

semakin tinggi pula tingkat prokrastinasinya yang akan dilakukan. Sebaliknya,

semakin rendah tingkat konformitas yang dilakukan individu maka semakin

rendah juga kecenderungan individu untuk melakukan prokrastinasi.

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: ada hubungan antara

konformitas dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Semakin tinggi

konformitas teman sebaya pada mahasiswa, maka semakin tinggi pula perilaku

prokrastinasi akademiknya. Sebaliknya, semakin rendah konformitas teman

sebaya pada mahasiswa, maka semakin rendah pula perilaku prokrastinasi

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian didefinisikan sebagai atribut atau objek yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (sugiyono, 2013). Adapun variabel-variabel dalam

penelitian ini yaitu :

1. Variabel prediktor : Konformitas

2. Variabel kriterium : Prokrastinasi Akademik

B. Definisi Operasional 1. Konformitas

Konformitas merupakan perilaku individu untuk mengadaptasi, meniru atau

mengikuti perilaku kelompok, bertindak sesuai dengan standar ataupun harapan

yang dibentuk kelompok agar individu dapat diterima di dalam kelompok.

Konformitas ini diukur dengan menggunakan skala konformitas yang disusun

berdasarkan aspek-aspek konformitas yang dikemukakan oleh Taylor (2009) yaitu

peniruan, penyesuaian, kepercayaan, kesepakatan, dan ketaatan.. Semakin tinggi

skor skala konformitas yang diperoleh, maka akan menunjukkan semakin tinggi

konformitas, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka menunjukkan

semakin rendah konformitasnya.

(42)

2. Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik merupakan bentuk perilaku penundaan terhadap

tugas-tugas akademik pada mahasiswa, yang diukur dengan skala prokrastinasi sesuai

aspek prokrastinasi yang dikemukakan oleh Ferrari (1995) yaitu rendahnya intensi

untuk mulai menyelesaikan tugas, memiliki standard hasil kerja yang tidak

optimal, adanya pekerjaan lain yang dirasa prokrastinator lebih penting untuk

dilakukan, ada emosi marah dalam mengerjakan suatu tugas, dan ketidakpuasan

ataupun emosi negatif lainnya ketika melakukan pekerjaan yang ditunda.

Semakin tinggi skor skala prokrastinasi akademik yang diperoleh, maka akan

menunjukkan semakin tinggi perilaku prokrastinasi akademik, sebaliknya semakin

rendah skor yang diperoleh, maka menunjukkan semakin rendah perilaku

prokrastinasi akademiknya.

C. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan individu yang akan diteliti dan mempunyai

minimal satu sifat yang sama atau karakteristik yang sama (Hadi, 2000). Populasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan

Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” (UPNV)

Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini yaitu berjumlah 265 pada mahasiswa

(43)

29

Karakteristik populasi dari penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa Jurusan/Prodi Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta

2. Angkatan 2014 dan 2015

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik cluster random sampling. Teknik cluster random sampling merupakan

teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk menentukan sampel bila objek

yang diteliti atau sumber data sangat luas. Untuk menuntukan objek mana yang

akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah

populasi yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013).

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

skala yang ditujukan kepada subjek. Skala merupakan alat ukur psikologi dalam

bentuk kumpulan pernyataan yang akan diberikan respon oleh subjek sesuai

dengan keadaannya sehingga dapat diberi nilai dan diinterpretasi.

Penelitian ini menggunakan dua macam skala yaitu skala konformitas untuk

mengukur konformitas pada subjek dan skala prokrastinasi akademik untuk

mengukur prokrastinasi akademik subjek. Aitem yang digunakan dalam penelitian

ini adalah berbentuk pernyataan. Bentuk tersebut dapat dibedakan menjadi aitem

favorable yaitu konsep keperilakuan yang sesuai atau mendukung atribut yang

diukur, dan aitem unfovarable yaitu aitem yang isinya tidak mendukung atau tidak

(44)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penilaian modifikasi skala Likert yang sudah dibagi ke dalam empat tingkat, yaitu

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai

(STS). Keseluruhan aitem terdiri dari dua jenis, yaitu aitem yang bersifat

favorable (mendukung teori) dan aitem yang bersifat unfavorable (tidak

mendukung teori). Untuk aitem yang favorable, jawaban SS sampai STS

masing-masing diberi skor mulai dari 4, 3, 2, dan 1. Skor tertinggi ada pada jawaban

Sangat Sesuai (SS) yang mendapat skor 4, Sesuai (S) mendapat skor 3, Tidak

Sesuai (TS) mendapat skor 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) mendapat skor 1.

Sedangkan untuk aitem-aitem unfavorable, jawaban SS sampai STS

masing-masing diberi skor 1, 2, 3, 4. Skor tertinggi diberikan kepada jawaban Sangat

Tidak Sesuai (STS) yang mendapat skor 4, Tidak Sesuai (TS) mendapat skor 3,

Sesuai (S) mendapat skor 2, dan Sangat Sesuai (SS) mendapat skor 1.

1. Skala Konformitas

Skala konformitas bertujuan untuk mengungkap seberapa tinggi tingkat

konformitas yang dimiliki subjek. Skala ini disusun dengan mengacu pada

aspek-aspek konformitas yang dikemukakan oleh Taylor (2009) yaitu: peniruan,

penyesuaian, kepercayaan, kesepakatan, dan ketaatan. Berdasarkan aspek

(45)

31

Tabel 3.1 Blue Print Skala Konformitas

No. Aspek Indikator Perilaku

(46)

2. Skala Prokratinasi Akademik

Skala prokrastinasi akademik bertujuan untuk mengungkap seberapa tinggi

tingkat prokrastinasi akademik yang dimiliki subjek. Skala ini disusun

menggunakan aspek prokrastinasi Menurut Ferrari (1995), yaitu:

a. Rendahnya intensi untuk mulai menyelesaikan tugas

b. Memiliki standard hasil kerja yang tidak optimal

c. Adanya pekerjaan lain yang dirasa prokrastinator lebih penting untuk

dilakukan

d. Ada emosi marah dalam mengerjakan suatu tugas

Berdasarkan aspek prokrastinasi akademik tersebut, maka blueprint Skala

(47)

33

Tabel 3.2 Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik

No. Aspek Indikator Perilaku

(48)

E. Indeks Daya Beda, Validitas , Dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Indeks Daya Beda

Pengujian daya beda aitem dilakukan dengan cara menghitung koefisien

korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala itu sendiri

sehingga akan menghasilkan koefisien korelasi aitem-total (rix). Perhitungan

untuk mencari daya beda aitem dengan menggunakan bantuan program

Stastistical Packages for Sosial Sciences (SPSS) versi 18. Sebagai kriteria

pemilihan aitem berdasarkan pada korelasi aitem total maka digunakan batasan rix

≥ 0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 maka daya

bedanya dianggap memuaskan.

Aitem yang memiliki nilai rix kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai

aitem yang memiliki daya beda yang rendah. Apabila aitem yang memiliki indeks

daya beda ≥ 0,30 jumlahnya melebihi jumlah aitem yang direncanakan untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih aitem-aitem yang memiliki daya diskriminasi

tertinggi. Jika jumlah aitem yang lolos tidak mencukupi jumlah yang

direncanakan, maka batas rix dapat diturunkan menjadi ≥ 0,25 (Azwar, 2013).

2. Validitas Alat Ukur

Validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Validitas isi merupakan relevansi aitem dengan indikator perilaku dan dengan

tujuan ukur sebenarnya melalui analisis rasional atau lewat professional

judgement (Azwar, 2013). Validitas isi terbagi menjadi validitas muka dan

(49)

35

a. Validitas muka

Validitas muka dicapai dengan pembuatan skala yang memperhatikan

pemilihan kata, bentuk huruf, atau jenis kertas sehingga memotivasi responden

untuk mengisi skala.

b. Validitas logik

Validitas logik dilakukan dengan pembuatan blue print yang berisi kawasan

ukur yang teridentifikasi dengan baik dan telah dibatasi dengan jelas atribut yang

hendak diungkap dengan meminta pertimbangan kepada profesional (professional

judgement) pada dosen pembimbing .

3. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas pada penelitian ini diketahui melalui hasil perhitungan formula

Alpha Cronbach dengan menggunakan Statistical Packages for Social Science

(SPSS) versi 18.0. Tinggi atau rendahnya reliabilitas secara empirik ditunjukkan

oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam

rentang antara 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisen reliabilitas

mendekati angka 1,00 maka berarti semakin tinggi pula reliabilitasnya.

Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah dan mendekati angka 0 maka semakin

(50)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis regresi (anareg) sederhana. Terdapat beberapa asumsi yang harus

dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan analisis regresi sebagai alat untuk

menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Pengujian asumsi klasik

yang digunakan terdiri atas :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai

distribusi normal ataukah tidak. Teknik yang digunakan dalam uji normalitas

dalam penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit

Test dengan bantuan program Statistical Packages for Social Science (SPSS) versi

16.0.

2. Uji Linieritas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linier tidaknya suatu distribusi data

penelitian (Winarsunu, 2009). Seluruh perhitungan dalam analisis data penelitian

ini menggunakan bantuan program komputer Stastistical Packages for Sosial

Sciences (SPSS) versi 18. Dalam penelitian ini uji linieritas menggunakan lack of

fit test (uji tuna cocok). Untuk melihat apakah hubungan antara independen

dengan dependen bersifat linear atau tidak, dapat dilihat pada baris Linearity. Jika

harga signifikansi kurang dari 5% maka hubungannya bersifat linear (Ali Muhson,

(51)

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian

Orientasi kancah penelitian dilaksanakan sebelum penelitian. Orientasi

tersebut akan membantu peneliti mengerti kondisi lokasi penelitian dengan lebih

baik. Lokasi penelitian bertempat di Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” (UPNV) Yogyakarta, Fakultas Teknologi Industri jurusan Teknik

Industri .

Fakulas Teknologi Industri UPN “Veteran” Yogyakarta (FTI-UPNVY)

terletak Jl. SWK 104 (Lingkar Utara) Depok Sleman Yogyakarta. Fakultas

Teknologi Industri UPN “Veteran” Yogyakarta (FTI-UPNVY) merupakan sebuah

fakultas yang mengelola tiga jurusan, yaitu Jurusan/Prodi Teknik Kimia,

Jurusan/Prodi Teknik dan Manajemen Industri, dan Jurusan/Prodi Teknik

Informatika.

Program pendidikan Teknik Industri di Fakultas Teknologi Industri UPN

“Veteran” Yogyakarta adalah strata satu (S-1) dengan masa studi 8 semester (4

tahun) serta beban studi yang harus ditempuh sebanyak 144 sks. Kurikulum yang

berlaku saat ini adalah Kurikulum 2007 yang merupakan revisi dari kurikulum

2002. Kurikulum yang diterapkan merupakan kombinasi antara Kurikulum

Nasional dan Kurikulum Lokal, yang mencakup mata kuliah pilihan yang

ditawarkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan keilmuan.

(52)

Teknik Industri merupakan gabungan dari ilmu matematika, fisika, ilmu

teknik serta aktivitas bisnis contohnya pengembangan sumber daya manusia,

sistem pemasaran, keuangan, dan sebagainya yang fundamental dengan

prinsip-prinsip dan metode-metode dari desain dan analisis keteknikan (Sistem akademik

TI UPNY).

Mahasiswa teknik industri tidak hanya belajar tentang sains, ilmu sosialpun

dipelajari di teknik industri. Mahasiswa jurusan teknik industri belajar mulai dari

hal-hal teknis sampai hal-hal manajerial. Pelajaran-pelajaran yang diajarkan di

teknik industripun bervariasi, mulai dari hitungan, logika, konsep, pengertian,

hafalan, dan sebagaiya. Pada mata ajar jurusan teknik industri beban sks dari

praktikum lebih banyak daripada teori, sehingga menyebabkan tugas yang harus

dijalani semakin berat (Sistem akademik TI UPNY).

Mata ajaran dibebankan dengan total sks 144 untuk mencapai gelar sarjana

atau setara dengan S1 yang terdiri dari teori 128 sks dan praktikum 16 sks. Dalam

menempuh gelar sarjana di Prodi Teknik Industri terdapat evaluasi pembelajaran

yang berupa tugas, quiz, dan ujian sesuai dengan capaian pembelajaran, termasuk

ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Selain itu, adanya pratikum yang

cenderung sulit, namun harus dijalani mahasiswa dengan batas waktu yang ditelah

ditentukan membuat mahasiswa semakin terbebani dengan tugas-tugas kuliah dan

cenderung melakukan prokrastinasi.

Pratikum mulai diberikan pada semester II yang berupa Praktikum Fisika dan

Pratikum Praktikum DPTI. Pratikum pada semester III tentang praktikum proses

(53)

39

Teknik Industri. Pada praktikum ini, mahasiswa ditugaskan membuat sebuah

produk atau part dari sebuah mesin. Mahasiswa harus dapat menggergaji besi,

turning (bubut), milling (frais), drilling (membuat lubang), boring (memperbesar

lubang) dll. Tidak melihat gender, baik laki-laki maupun perempuan harus bisa

lolos praktikum proses manufaktur. Pratikum pada semester IV berupa pratikum

Stast. & Opt. Pada pratikum ini mahasiswa ditugaskan untuk mengindentifikasi

masalah yang akan dibahas, mencari studi kasus, melakukan pengumpulan data,

mengolah data dengan menggunakan: permutasi sebagian, permutasi menyeluruh,

permutasi keliling, dan permutasi data berkelompok. Pratikum pada semester V

berupa pratikum Perancangan TI. Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan

mulai mampu merancang sistem terintegrasi mulai dari perencanaan produksi,

sistem kerja, manajemen perusahaan serta sistem informasi di dalamnya.

Praktikum PTI 2 pada semester VI merupakan praktikum yang ditujukan agar

mahasiswa mampu merealisasikan gambaran tentang bagaimana cara membuat

desain dari sebuah produk, tahapan dalam membuat produk dan mesin apa saja

yang akan digunakan dalam pembuatan sebuah produk secara terintegrasi. Di

semester akhir dihadapkan pada praktikum yang memakan waktu setahun (2

semester). Dalam praktikum ini, mahasiswa ditugaskan membuat sebuah produk

bersama kelompok. Praktikumnya dimulai dari perencanaan, analisa internal dan

eksternal, pembuatan produk, pemasaran, sampai dengan pendistribusiannya

(www.upnyk.ac.id).

Pada Jurusan/Prodi Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta terdapat

(54)

intra-kurikuler yang beragam melalui kerjasama dengan ikatan alumni Teknik Industri,

antara lain berbagai jenis pelatihan, seminar Teknik Industri tiap tahun, workshop,

studi ekskursi, dan penelitian kreatifitas mahasiswa. Selain itu juga ada kegiatan

ekstra kurikuler bagi mahasiswa.

Pertimbangan yang mendasari penentuan lokasi penelitian di Jurusan/Prodi

Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta adalah:

a. Jurusan/Prodi Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta belum pernah

digunakan sebagai lokasi penelitian yang membahas tentang hubungan

antara konformitas dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

b. Adanya ijin untuk melakukan penelitian di Jurusan/Prodi Teknik Industri

UPN “Veteran” Yogyakarta.

c. Adanya tugas praktikum yang tergolong sulit dengan batas waktu

penyelesaian membuat mahasiswa cenderung melakukan prokrastinasi

akademik.

2. Persiapan Administratif

Persiapan administratif yang dilakukan oleh peneliti mencakup perijinan baik

dari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro maupun tempat-tempat yang

berkaitan dengan pelaksanaan penelitian. Persiapan administrasi yang dilakukan

adalah permohonan surat pengantar penelitian dari Fakultas Psikologi. Peneliti

mendapat surat permohonan ijin untuk uji coba kuesioner penelitian dengan

nomor 2733/UN7.3.11/PP/2016 dikeluarkan pada tanggal 20 Juni 2016. Uji coba

dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2016. Peneliti memulai penelitian pada

(55)

41

3. Persiapan Skala Penelitian

Persiapan alat ukur diawali dengan menentukan alat ukur yang akan

digunakan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala

psikologi. Penyusunan alat ukur dimulai dengan menentukan definisi operasional

untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan sesuai dari setiap variabel yang

akan diukur. Definisi operasional dari setiap variabel diperjelas dengan

menguraikan aspek-aspek yang ada didalamnya. Aspek-aspek tersebut kemudian

dispesifikasikan ke dalam bentuk indikator-indikator perilaku supaya

mempermudah penulisan aitem. Peneliti harus menentukan bentuk stimulus dan

respon yang akan digunakan dalam penulisan aitem.

Komponen-komponen atribut dan indikator perilaku disajikan dalam bentuk

blue print yang akan menjadi pedoman dalam penulisan aitem. Kumpulan aitem

yang telah dibuat akan diperiksa terlebih dahulu sebelum diujicobakan, kemudian

aitem-aitem dan responnya tersebut disusun dalam sebuat buku skala psikologi.

Penelitian ini menggunakan dua skala psikologi, yaitu skala konformitas dan

skala prokrastinasi akademik. Model skala yang digunakan untuk melakukan

penilaian skor pada setiap aitem skala psikologi dalam penelitian ini berupa Skala

Likert. Aitem setiap skala dalam penelitian ini terdiri dari aitem favorable

(mendukung pada konsep) dan aitem unfavorable (tidak mendukung konsep).

Kedua skala psikologi yang digunakan dalam penelitian disusun ke dalam sebuah

buku yang dipisahkan menjadi 2 bagian, yaitu bagian 1 dan bagian 2. Skala

(56)

aitem, validitas dan reliabilitas skala penelitian dengan menggunakan SPSS

(Statistical Packages for Social Science) versi 18.0.

a. Skala Konformitas

Skala konformitas disusun berdasarkan aspek-aspek konformitas yang

dikemukakan oleh Myers (2012) yaitu meliputi konformitas normatif dan

konformitas informatif. Skala ini terdiri dari 32 aitem yaitu 16 aitem favorable

dan 16 aitem unfavorable. Sebaran aitem untuk masing-masing aspek dapat

(57)

43

Tabel 4.1 Sebaran Aitem Skala Konformitas

No. Aspek Indikator Perilaku

(58)

b. Skala Prokrastinasi Akademik

Skala prokrastinasi berdasarkan aspek-aspek prokrastinasi menurut Ferrari

(1995) meliputi rendahnya intensi untuk mulai menyelesaikan tugas, memiliki

standard hasil kerja yang tidak optimal, adanya pekerjaan lain yang dirasa

prokrastinator lebih penting untuk dilakukan, ada emosi marah dalam

mengerjakan suatu tugas. Skala ini terdiri dari 32 aitem yaitu 16 aitem favorable

dan 16 aitem unfavorable. Sebaran aitem untuk masing-masing aspek dapat

dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Sebaran Aitem Skala Prokrastinasi Akademik

No Aspek Indikator Perilaku Nomor Butir Total

Gambar

Tabel 3.1 Blue Print Skala Konformitas
Tabel 3.2 Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik
Tabel 4.1 Sebaran Aitem Skala Konformitas
Tabel 4.2 Sebaran Aitem Skala Prokrastinasi Akademik
+7

Referensi

Dokumen terkait