HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK
PADA MAHASISWA
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Untuk Memenuhi
Sebagian Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Psikologi
SKRIPSI
Disusun oleh : Rindita Ratu C. 15010112140162
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan menyebut nama-Mu Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Aku persembahkan sebuah karya sederhana ini Untuk Mu
Dan untuk setiap sanubari yang dengan tulus menyayangi serta mendoakanku Dan selalu sabar merangkul dan menemani dalam perjalanan hidup ini
Semarang, 06 Januari 2017
HALAMAN MOTTO
“Jagalah pikiranmu, karena akan menjadi perkataanmu Jagalah perkataanmu, karena akan menjadi perbuatanmu Jagalah perbuatanmu, karena akan menjadi kebiasaanmu Jagalah kebiasaanmu, karena akan membentuk karaktermu
Jagalah karaktermu, karena akan membentuk nasibmu Jadi nasibmu berawal dari pikiranmu.”
Dalai Lama XIV
"Belajarlah membaca tanda-tanda kebesarann-Nya, dengan tidak selalu berburuk sangka atas apapun yang ada. Karena apapun yang tampak dan ada itu adalah Firman-Nya yang
tersirat.” Iman Zenit
"Trust yourself. You know more than you think you do." Dr. Benjamin Spock
“The more that you read, the more things you will know. The more that you learn, the more place you will go.”
Dr. Seuss
“Don’t give up when your long prayed-for prayers have not yet been answered. Remember the words of Allah Subhanahu wa ta’ala. The help of Allah is near.”
Q.S. Al-Baqarah: 214
“But Allah is your protector and He is the best of helpers.” Q.S. Al-Imran 3:150
Ucapan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas nikmat dan
karunianya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Penelitian ini
berjudul “Hubungan antara Konformitas dengan Prokrastinasi Akademik pada
Mahasiswa”. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih dengan ketulusan hati kepada:
1. Dr. Dra. Hastaning Sakti, M.Kes, Psikolog, selaku dekan Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro.
2. Erin Ratna Kustanti, S.Psi, M.Psi., selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih
atas kesabarannya, bimbingan serta waktu yang ibu luangkan. Sehingga penelitian
ini dapat terselesaikan.
3. Nofiar Aldriandy Putra, S.Psi, selaku dosen wali dari semester satu hingga enam,
dan Drs. Zaenal Abidin, M.Si, selaku dosen wali dari semester tujuh hingga
sekarang, yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada peneliti selama
menempuh masa studi..
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro yang bersedia berbagi
ilmu serta pengalaman yang bermanfaat bagi peneliti dan seluruh staf TU dan
karyawan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, terima kasih atas segala
bantuannya.
5. Dekan Fakultas Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta beserta jajaran Staf TU yang telah memberikan izin dan kemudahan
bagi peneliti untuk melakukan penggalian informasi, uji coba, dan penelitian di
sana.
6. Mahasiswa Fakultas Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta angkatan 2014 dan 2015 yang telah bersedia menjadi subjek dalam
penggalian data, uji coba, dan penelitian.
7. M. Mahdud dan Siti Wahyuni sebagai orang tua peneliti yang tak pernah lelah
memberikan do’a, dukungan, dan kesabaran. Terima kasih atas hamparan kasih
sayang yang begitu luas, orangtuaku.
8. Adik dan kakak kandung dari peneliti yang selalu memberikan masukan dan
dukungan tiada henti. “Semoga persaudaraan kita semakin solid dan erat.”
9. Havis Abdurrachman, S.T., sebagai teman dekat dan penjaga hati peneliti yang
selalu setia menemani, memberikan dorongan, dan motivasi dalam perjalanan
peneliti menyelesaikan skripsi.
10. Kawan-kawan seperjuangan peneliti selama masa studi. “Wahyu, Mulyono, Habibi,
Ayu Kurnia, Hida, dan Shena, terima kasih untuk kebersamaannya.”
11. Teman- teman kecil peneliti. “Gita, Ayu, Dwivertin, Icha, Rahmi, Junaida, Heirza,
dan Fachrie, terimakasih untuk dukungannya dan persahabatan yang tak pernah
lekang oleh waktu.”
12. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya baik secara moral, material
dan spiritual baik sengaja maupun tidak sengaja yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, peneliti mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah SWT
memberikan balasan yang berlipat atas kebaikan kalian.
Semarang, 06 Januari 2017
Rindita Ratu C.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIASI ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
1. Manfaat Teoritis ... 9
2. Manfaat Praktis ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Prokrastinasi Akademik ... 11
1. Pengertian Prokrastinasi Akademik ... 11
2. Faktor yang mempengaruhi Prokrastinasi ... 13
3. Aspek-aspek Prokrastinasi ... 15
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konformitas ... 22
C. Hubungan antara Konformitas dengan Prokrastinasi Akademik ... 23
D. Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 27
B. Definisi Operasional ... 27
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
D. Metode Pengumpulan Data ... 29
E. Indeks Daya Beda, Validitas, dan Reliabilitas Alat Ukur ... 34
F. Teknik Analisa Data ... 36
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ... 37
A. Persiapan Penelitian ... 37
B. Pelaksanaan Penelitian ... 54
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 54
D. Analisis Data dan Interpretasi ... 56
E. Deskripsi Subjek Penelitian ... 61
BAB V PENUTUP... 65
A. Pembahasan ... 65
B. Simpulan... 72
C. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue Print Skala Konformitas... 31
Tabel 3.2 Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik ... 33
Tabel 4.1 Sebaran Aitem Skala Konformitas... 43
Tabel 4.2 Sebaran Aitem Skala Prokrastinasi Akademik ... 44
Tabel 4.3 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Konformitas ... 47
Tabel 4.4 Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Konformitas ... 48
Tabel 4.5 Sebaran Aitem Skala Konformitas Untuk Penelitian ... 50
Tabel 4.6 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Prokratinasi Akademik ... 51
Tabel 4.7 Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Prokrastinasi Akademik ... 52
Tabel 4.8 Sebaran Aitem Skala Prokrastinasi Akademik Untuk Penelitian ... 53
Tabel 4.9 Data Populasi ... 55
Tabel 4.10 Jumlah Sampel penelitian ... 56
Tabel 4.11 Sebaran Data Uji Normalitas ... 58
Tabel 4.12 Uji Linieritas Konformitas dengan Prokrastinasi ... 58
Tabel 4.13 Uji Korelasi Product Moment Konformitas dengan Prokratinasi Akademik ... 59
Tabel 4.14 Koefisien Persamaan Garis Regresi ... 60
Tabel 4.15 Koefisien Determinasi Konformitas terhadap Prokratinasi Akademik ... 61
Tabel 4.18 Kategorisasi Prokrastinasi Akademik Skor Subjek Penelitian ... 62 Tabel 4.19 Rentang Nilai dan Kategorisasi Skor Subjek Penelitian Variabel
Konformitas ... 63 Tabel 4.20 Kategorisasi Konformitas Skor Subjek Penelitian ... 63
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. Skala Uji Cobaba
LAMPIRAN B. Sebaran Data Uji Coba Skala Konformitas
LAMPIRAN C. Sebaran Data Uji Coba Skala Prokrastinasi Akademik LAMPIRAN D. Hasil Uji Daya Beda & Reliabilitas Skala Konformitas
LAMPIRAN E.Hasil Uji Daya Beda & Reliabilitas Skala Prokrastinasi Akademik LAMPIRAN F. Skala Penelitian
LAMPIRAN G. Sebaran Data Penelitian Skala Konformitas
LAMPIRAN H. Sebaran Data Penelitian Skala Prokrastinasi Akademik LAMPIRAN I. Uji Normalitas
LAMPIRAN J. Uji Linieritas
LAMPIRAN K. Hasil Uji Korelasi Product Moment LAMPIRAN L. Hasil Uji Regresi Sederhana
LAMPIRAN M. Surat Ijin Penelitian
15010112140162 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Prokrastinasi akademik merupakan jenis penundaan yang dilakukan pada tugas-tugas formal yang berhubungan dengan jenis tugas akademik atau kinerja akademik. Kuatnya pengaruh teman kelompok merupakan bentuk dari konformitas dan merupakan salah satu faktor yang diduga menyebabkan mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik.
Populasi pada penelitian ini berjumlah 265 orang dan sampel penelitian 160 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random
sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skala konformitas (22 aitem, α =
0,904) dan skala prokrastinasi akademik (22 aitem, α = 0,902). Teknik analisis data menggunakan analisis regresi (anareg) sederhana.
Hasil analisis regresi menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara konformitas dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa (r=0,431; ρ = 0,000). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konformitas yang dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi prokrastinasi akademik pada mahasiswa, sebaliknya semakin rendah konformitas yang dimiliki mahasiswa maka semakin rendah pula prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Konformitas memberikan sumbangan efektif sebesar 18,6% pada prokrastinasi akademik.
Kata Kunci: Konformitas, Prokrastinasi Akademik, Mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi atau orang yang
sedang menempuh pendidikan di suatu universitas untuk mendapatkan gelar
sarjana. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.30 tahun 1990 mahasiswa
didefinisikan sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi
tertentu. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa memiliki status tertinggi dalam
pendidikan dengan harapan mampu membangun bangsa yang lebih baik di masa
yang akan datang. Mahasiswa sebagai subjek dalam menuntut ilmu di perguruan
tinggi atau universitas tentunya memiliki tanggung jawab yang harus diselesaikan
dalam kuliahnya (Siswoyo, 2007).
Mahasiswa tidak akan lepas dari aktivitas belajar dan keharusan
menyelesaikan tugas-tugas studi, baik yang bersifat akademis maupun non
akademis. Kegiatan akademis tersebut meliputi perkuliahan, mengerjakan tugas,
ujian, praktikum, dan tugas akhir atau skripsi. Sedangkan kegiatan non akademis
meliputi organisasi kemahasiswaan, seminar, pelatihan soft skill dan hard skill
yang bertujuan dalam mengembangkan potensi dalam diri mahasiswa. Pada
kegiatan akademis, dosen akan memberikan tugas dan menentukan batas waktu
pengumpulan kepada mahasiswa. Akan tetapi, tidak semua mahasiswa mampu
menyelesaikan tugas akademik dengan batas waktu yang sudah ditentukan. Pada
kenyataanya, masih banyak mahasiswa yang menunda dalam menyelesaikan tugas
perkuliahan.
Menurut Djamarah (2002) banyak pelajar dan mahasiswa yang mengeluhkan
kurang mengatur waktu dengan baik. Masih banyak pelajar dan mahasiswa yang
belum dapat membagi waktu kapan harus memulai dan mengerjakan sesuatu. Hal
ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartadinata dan Tjundjing
(2008) yang menyimpulkan bahwa mahasiswa dengan manajemen waktu yang
buruk cenderung untuk melakukan prokrastinasi yang tinggi dan sebaliknya
mahasiswa yang memiliki manajemen waktu yang baik cenderung untuk
menghindari perilaku prokrastinasi.
Prokrastinasi merupakan perilaku dimana tidak adanya kedisiplinan dalam
mengelola waktu. Steel (2010) menjelaskan bahwa prokrastinasi adalah perilaku
sukarela yang dilakukan oleh individu terhadap tugas atau pekerjaannya meskipun
individu tersebut meyadari bahwa penundaan yang dilakukannya akan berdampak
buruk pada masa depan. Steel (2007) menjelaskan bahwa prokrastinasi merupakan
perilaku menunda suatu kegiatan yang diinginkan meskipun individu tersebut
mengetahui bahwa penundaan yang dilakukan akan berdampak buruk. Penundaan
inilah yang membuat tugas prioritasnya menjadi terhambat bahkan tidak dapat
selesai dengan tepat waktu, serta sering terlambat dalam menghadiri
pertemuan-pertemuan (Alexander dan Onwuegbuzie, 2007).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Arif, dkk (2014) juga mengemukakan
bahwa prokrastinasi lebih banyak dilakukan mahasiswa. Hasil penelitian
3
banyak dilakukan oleh individu yang berusia di bawah 20 tahun dibanding yang
berada di atas 20 tahun. Penyebabnya adalah kompetisi yang tinggi dalam karir
akademik di tingkat universitas yang menuntut mahasiawa untuk lebih bekerja
keras untuk mengembangkan karir yang lebih baik. Sistem semester yang
menuntut upaya lanjutan untuk mendapatkan nilai yang baik.
Berdasarkan penggalian data awal di Jurusan Teknik Industri, Fakultas
Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” (UPNV)
Yogyakarta diketahui bahwa beberapa diantara mahasiswa yang lambat atau
cenderung melakukan penundaan dalam pengerjaan tugas akademik dikarenakan
beberapa hal seperti: adanya mahasiswa yang bekerja di suatu instansi atau
lembaga sehingga cenderung melakukan penundaan dikarenakan sulitnya
mengatur waktu yang ada antara bekerja dan mengerjakan tugas kuliah.
Penundaan dalam mengerjakan tugas disebabkan pula mahasiswa tidak suka
dengan mata kuliah yang diajarkan, waktu pengumpulan dianggap masih lama,
sehingga mahasiswa mengerjakan tugasnya ketika waktu pengumpulan tugas
sudah dekat (Hasil wawancara, 24 Oktober 2016).
Hasil wawancara lain dengan bagian kemahasiswan (TU) mengatakan bahwa
mayoritas mahasiwa terpaksa mengulang mata kuliah karena tidak dapat
menyelesaikan tugas dengan tepat waktu (Hasil wawancara, 30 November 2016).
You (2015) juga mengemukakan pada penelitiannya bahwa prokrastinasi yang
dilakukan mahasiswa akan menimbulkan dampak negatif pada prestasi yang akan
diraih. Ada beberapa dampak yang akan ditimbulkan dari prokrastinasi. Burka &
Pertama adalah prokrastinasi mampu menciptakan masalah eksternal pada
prokrastinator itu sendiri, contohnya adalah seperti menunda mengerjakan tugas
membuat individu tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik dan maksimal.
Akibatnya individu mendapat teguran dari dosen. Kedua, prokrastinasi dapat
menimbulkan masalah internal, hal ini ditunjukkan pada saat individu tidak
mampu menyelesaikan tugas dan timbulnya perasaan bersalah dan menyesal.
Penelitian yang dilakukan oleh Gafni dan Geri (2010) mengemukakan bahwa
adanya kecenderungan yang lebih besar untuk siswa melakukan prokrastinasi
dalam tugas individual dibanding dengan tugas kelompok. Pada tugas individual
siswa memiliki pikiran bahwa hasil pekerjaannya mungkin akan sama dengan
teman yang lain. Hal ini yang kemudian membuat siswa menunda-nunda
pekerjaannya hingga akhir batas pengumpulan tugas dengan harapan memperoleh
hasil yang lebih baik. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku menunda tugas
pada siswa ini yang selanjutnya membuat tugas menjadi tidak selesai dan hasil
yang tidak maksmimal karena rentan waktu pengerjaan yang relatif singkat.
Penelitian lain yang dilakukan Wilson & Nguyen (2012) berpendapat bahwa
prokrastinasi disebabkan karena tugas yang dihadapi siswa cenderung sulit,
perhatian siswa yang mudah teralihkan, dan kurangnya kontrol diri dalam
mengelola waktu. Perilaku menunda yang dilakukan pada siswa ini kemudian
berdampak pada pola perilakunya sehari-hari. Individu menjadi sering menunda
tugas akademik ataupun pekerjaan lainnya karena terbiasa melakukan
prokrastinasi. Hal ini yang kemudian berdampak pada hasil pekerjaan yang
5
Hasil penelitian dari Mujidin (2014) menunjukkan bahwa banyak faktor yang
menyebabkan mahasiswa melakukan penundaan dalam tugasnya, antara lain
karena tidak suka dengan pelajaran yang diberikan dan batas waktu pengumpulan
yang terlalu lama, sehingga adanya intensi untuk mengerjakan tugas ketika batas
waktu pengumpulan tugas sudah dekat. Mahasiswa melakukan penundaan tugas
akademik juga dikarenakan adanya kelompok dengan teman sebayanya dalam
mengerjakan tugas. Mahasiswa terbiasa mengerjakan tugas bersama dengan
teman-teman sekelasnya, sehingga ketika teman-teman yang lain sibuk dengan
kegiatan pribadinya yang lain maka seorang mahasiswa menjadi malas untuk
mengerjakan tugas dan akan mengerjakan saat teman yang lain juga mengerjakan.
Hasil wawancara menyatakan bahwa prokrastinasi akademik yang dilakukan
oleh mahasiswa Jurusan/Prodi Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta
disebabkan karena faktor dari teman, dimana para mahasiswa terlambat
mengumpulkan tugas karena mengikuti teman yang lainnya pula. Selain itu, ada
pula mahasiswa yang melakukan prokrastinasi karena adanya ajakan dari teman
untuk melakukan hal lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas.
Adapun hal lain sebagai pemicu mahasiswa menerima ajakan teman-temannya
untuk melakukan prokrastinasi yaitu karena adanya tugas pratikum yang
cenderung sulit, namun harus diselesaikan mahasiswa dengan batas waktu yang
telah ditentukan (wawancara, 30 November 2016).
Berdasarkan hasil wawancara lain dengan mahasiswa pada Jurusan/Prodi
Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta diketahui bahwa terdapat mahasiswa
yang mengikuti organisasi, sedangkan pada mahasiswa yang tidak mengikuti
organisasi cenderung memiliki tingkat prokrastinasi yang lebih rendah. Hal ini
disebabkan karena mahasiswa yang mengikuti organisasi cenderung memiliki
konformitas yang lebih tinggi dengan kelompok organisasinya dibanding
mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi (wawancara, 30 November 2016).
Ferrari (1995) mengemukakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi
individu melakukan prokrastinasi, yaitu faktor internal dan eksternal. Pertama
karena adanya faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu
yang menyebabkan perilaku prokrastinasi akademik. Seperti yang dijelaskan oleh
Park dan Sperling (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa prokrastinasi
lebih dipengaruhi oleh regulasi diri yang buruk dan adanya perilaku untuk
menghindar tugas. Kedua adalah karena adanya faktor eksternal yaitu faktor yang
berasal dari luar individu seperti adanya pengaruh dari lingkungan yang
membentuk seseorang untuk cenderung melakukan prokrastinasi akademik.
Pengaruh teman sebaya atau peer group yang menyebabkan mahasiswa
melakukan penundaan pada tugas-tugas akademik merupakan salah satu faktor
eksternal dari prokrastinasi akademik. Pada hal ini, mahasiswa akan membentuk
kelompok dengan teman sebaya dan melakukan konform atau melakukan hal-hal
yang sesuai dengan norma kelompok untuk dapat diterima di lingkungannya.
Apabila peer group malas untuk memulai dan menyelesaikan tugas akademik,
maka individu juga cenderung untuk menjadi malas dalam memulai dan
menyelesaikan tugas. Konformitas seperti ini yang akan berdampak buruk bagi
7
Myers (2012) mengartikan konformitas sebagai perubahan perilaku atau
kepercayaan seseorang sebagai akibat dari tekanan kelompok yang terdiri atas dua
jenis, yaitu: (1) pemenuhan, pada dasarnya di luar mengikuti apa yang dilakukan
kelompok sementara di dalam tidak menyetujui hal tersebut. Serangkaian
pemenuhan disebut dengan kepatuhan, pemenuhan dengan perintah langsung, dan
(2) penerimaan adalah meyakini dan juga melakukan sesuai dengan yang
diinginkan oleh tekanan sosial.
Konformitas yang dilakukan individu terhadap teman sebaya pada remaja
dapat menjadi positif dan negatif. Konformitas remaja yang positif yaitu seperti
keterlibatan remaja dengan kumpulan atau sebuah organisasi yang mengumpulkan
uang untuk kegiatan kemanusiaan, belajar bersama dalam menyelesaikan tugas
kuliah, ataupun melakukan kegiatan-kegiatan yang positif lainnya; sedangkan
konformitas remaja yang negatif yaitu seperti menggunakan bahasa yang
asal-asalan, mencuri, membolos kuliah, ataupun menunda-nunda tugas kuliah untuk
melakukan aktivitas lain yang tidak bermanfaat (www.kompasiana.com).
Sebuah penelitian yang dilakukan Tainaka dkk (2014) menyimpulkan bahwa
konformitas dipengaruhi oleh self-esteem yang rendah. Individu yang memiliki
self-esteem rendah cenderung untuk menyesuaikan diri pada lingkungannya
dengan lebih sering. Sementara pada individu yang memiliki self-esteem yang
tinggi cenderung memiliki konformitas yang rendah.
Penelitian lain menyebutkan bahwa konformitas dapat mempengaruhi moral
individu. Pengambilan keputusan moral sangat dipengaruhi oleh konteks sosial.
menganggap hal tersebut dapat diterima secara moral dalam lingkungannya.
Semakin tinggi tingkat konformitas individu pada lingkungannya, maka akan
semakin tinggi pula penyesuaian pengambilan keputusan moral individu terhadap
lingkungannya. Sebaliknya, semakin rendah konformitas individu maka akan
semakin rendah penyesuaian pengambilan keputusan moral individu terhadap
lingkungan sosialnya (Cummins dan Kundu, 2012).
Berdasarkan penelitian studi komparasi pada mahasiswa baru dan mahasiswa
lama yang dilakukan oleh Imawati Fauziyah, dkk (2014) mengenai konformitas
menyimpulkan bahwa adanya perbedaan tingkat konformitas pada mahasiswa
baru dan mahasiswa lama. Mahasiswa baru cenderung memiliki konformitas yang
lebih tinggi dibanding mahasiswa lama. Hal ini dikarenakan mahasiswa baru yang
masih memerlukan adaptasi pada lingkungannya dan berusaha untuk dapat
diterima dan disukai oleh anggota lainnya tanpa adanya paksaan dari anggota
lainnya.
Berdasarkan penggalian data awal di Jurusan Teknik Industri, Fakultas
Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” (UPNV)
Yogyakarta diketahui bahwa mahasiswa membentuk suatu kelompok.
Terbentuknya kelompok akan terjadi saling mempengaruhi antara anggota
kelompok, diantaranya adalah ketika anggota kelompok menuntut individu untuk
melakukan prokrastinasi, maka individu cenderung mematuhi keinginan
kelompoknya, karena untuk menghindari penolakan dari kelompok dan dianggap
tidak setia kawan. Kuatnya pengaruh teman kelompok merupakan bentuk dari
9
mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik (Hasil wawancara, 4 November
2016).
Melihat banyaknya fenomena prokrastinasi akademik yang dilakukan
mahasiswa belakangan ini dan dampak buruk yang ditimbulkan seperti dampak
internal maupun eksternal pada prokrastinator, maka peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian tentang hubungan antara konformitas dengan
prokrastinasi akademik pada mahasiswa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah ada
hubungan yang signifikan antara konformitas dengan prokrastinasi akademik pada
mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara konformitas dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan ilmu
Psikologi terutama Psikologi Sosial dan Psikologi Pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perguruan Tinggi
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi
tentang prokrastinasi sebagai upaya pencegahan dan pengarahan bagi
b. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa supaya lebih mampu
mengidentifikasi perilaku prokrastinasi akademik serta kaitannya dengan
konformitas di lingkungan mahasiswa.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan
pertimbangan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian, khususnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik
Menurut Burka dan Yuen (2008) prokrastinasi adalah perilaku menunda-nunda
suatu pekerjaan yang telah menjadi kebiasaan atau pola menetap yang selalu
dilakukan seseorang ketika menghadapi tugas. Penundaan tersebut disebabkan
karena adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional dalam memandang tugas.
Prokrastinasi dikatakan menjadi masalah ketika individu merasakan konsekuensi
dari perilaku menunda yang dilakukan. Konsekuensi yang didapat oleh individu
dapat berupa konsekuensi internal ataupun eksternal. Konsekuensi internal yang
didapat prokrastinator yaitu berupa adanya perasaan bersalah, merasa sakit hati,
dan menyesal hingga menyalahkan diri sendiri serta putus asa. Sedangkan
konsekuensi eksternal dapat berupa shock yang timbul ketika ada hal yang terjadi
di luar prediksi, seperti terkena hukuman ataupun sanksi.
Prokrastinasi dapat dilakukan individu pada semua jenis area atau pekerjaan
(Burka & Yuen, 2008). Prokrastinasi pada bidang akademik disebut dengan
prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik pada umumnya dilakukan oleh
pelajar ataupun mahasiswa. Prokrastinasi akademik dan non-akademik merupakan
istilah yang sering digunakan oleh para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas yang
cenderung ditunda oleh prokrastinator. Ferrari (1995) menjelaskan bahwa
prokrastinasi merupakan suatu penundaan yang sering dilakukan oleh individu.
Prokrastinasi dilakukan individu ketika memulai atau menyelesaikan tugas
sehingga tugas tidak dapat selesai tepat pada waktunya. Ferrari juga menegaskan
bahwa prokrastinasi merupakan suatu penundaan yang tidak perlu dilakukan
pada suatu tugas.
Prokrastinasi akademik merupakan jenis penundaan yang dilakukan pada
tugas-tugas formal yang berhubungan dengan jenis tugas akademik atau kinerja
akademik, contohnya menulis paper, membaca buku-buku pelajaran, mengetik
makalah, mengikuti tugas perkuliahan, mengerjakan tugas sekolah, belajar
untuk ujian, maupun membuat karya ilmiah, misalnya membuat skripsi (Aitken
dalam Ferrari, 1995). Seseorang melakukan prokrastinasi akademik dengan tujuan
untuk menghindari informasi diagnostik akan kemampuannya. Prokrastinasi
tersebut dilakukan individu karena tidak ingin dikatakan mempunyai kemampuan
yang rendah atau kurang dengan hasil kerjanya. Individu yang melakukan
prokrastinasi apabila mengalami kegagalan pada tugasnya atau hasil yang tidak
memuaskan akan merasa bahwa itu bukan karena rendahnya kemampuan yang
dimilikinya. Prokrastinator justru menganggap hal tersebut terjadi karena adanya
ketidaksungguhan dalam mengerjakan tugas yang dihadapi, yaitu dengan
menunda-nunda (Ferrari, 1995).
Perilaku prokrastinasi yang dilakukan oleh individu dapat menjadikannya
sebuah kebiasaan. Individu yang cenderung sering melakukan prokrastinasi akan
menimbulkan prokrastinasi selanjutnya dan meluasnya area prokrastinasi. Burka
dan Yuen (2008) menjelaskan bahwa para prokrastinator tanpa disadari akan
13
prokrastinator akan penuh dengan harapan bahwa akan mengerjakan tugas dengan
baik walaupun tidak mengerjakan tugas pada saat itu. Prokrastinator cenderung
mengerjakan tugas secara spontan tanpa direncanakan. Pada akhirnya tugas yang
diberikan tidak dapat diselesaikan dan prokrastinator terjebak dalam “the cycle of
procrastination” (lingkaran atau roda prokrastinasi), dimana hal ini akan menjadi
pola kebiasaan yang akan terus dilakukan oleh prokrastinator. McCown dan
Johnson (dalam Ferrari, 1995) juga menambahkan bahwa prokrastinasi
akademik dilakukan individu karena adanya obyek lain yang memberikan reward
lebih menyenangkan daripada obyek yang diprokrastinasi.
Dari pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
prokrastinasi akademik merupakan suatu bentuk perilaku penundaan dalam
memulai atau menyelesaikan suatu tugas yang berhubungan dengan akademik
untuk melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan dan kurang bermafaat.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prokrastinasi
Zuckerman (1991 dalam Ferrari, 1995) menjelaskan bahwa faktor penyebab
prokrastinasi dapat ditinjau dengan menggunakan perspektif cognitive-behavior.
Dalam perspektif cognitive-behavior, perilaku prokrastinasi terjadi karena :
1. Pemikiran yang salah (irrational belief) mengenai waktu yang tepat untuk
memulai suatu pekerjaan (Knaus, 1973 dalam Ferrari, et al, 1995). Pada hal ini
invidu tidak yakin pada kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas.
saat batas waktu pengumpulan semakin dekat. Hal ini yang kemudian
dijadikan alasan prokrastinator pada kegagalan yang dialaminya.
2. Pernyataan diri dan kesadaran diri pribadi (statements and private
self-consciousness). Pada hal adanya self-statement yang lemah untuk
pengendalian diri pada individu untuk tidak melakukan pendundaan dan
kuatnya self-statement untuk membuat permaafan atau mencari alasan
terhadap penundaan pekerjaan (Greco, 1985 dalam Ferrari, et al, 1995).
3. Adanya pemahaman yang kurang tepat mengenai penyebab kegagalan yang
berkaitan dengan masa lalunya. Dimana kegagalan di masa lalu dipahami
sebagai akibat dari suatu faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh individu.
Jadi individu memiliki pemikiran bahwa seberapa keras individu berusaha
namun kecil kemungkinan akan meraih keberhasilan (Taylor, 1979 dalam
Ferrari, et al, 1995).
4. Standar kesempurnaan yang tidak rasional (irrational perfectionism). Pada hal
ini perfeksionisme merupakan sebuah motif utama prokrastinator untuk
melakukan prokrastinasi pada tugas-tugasnya. Standar hasil kerja yang tinggi
membuat prokrastinator membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
menyelesaikan tugas dengan hasil yang lebih baik. Hal ini yang menyebabkan
individu berpikir bahwa tugas-tugas tersebut tidak mungkin diselesaikan secara
tepat waktu.
Dari pemaparan yang telah disebutkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor
penyebab prokrastinasi ditinjau dari perspektif cognitive-behavior terjadi karena:
15
lebih kuatnya self-statement untuk mencari alasan terhadap penundaan pekerjaan
dibanding self-statement untuk pengendalian diri; adanya pemahaman yang tidak
tepat mengenai penyebab kegagalan yang berkaitan dengan masa lalunya; dan
standar kesempurnaan yang tidak rasional, yang membuat prokrastinator berpikir
bahwa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan hasil yang
terbaik.
3. Aspek-aspek Prokrastinasi
Menurut Ferrari (1995) perilaku prokrastinasi mengandung 4 aspek, yaitu:
1. Rendahnya intensi untuk mulai menyelesaikan tugas
Pada hal ini melibatkan unsur penundaan, baik untuk memulai maupun
menyelesaikan tugas. Prokrastinator cenderung untuk tidak segera memulai
mengerjakan tugas hingga selesai.
2. Memiliki standard hasil kerja yang tidak optimal
Individu yang memiliki kecenderungan untuk menunda akan lebih lambat
dalam menyelesaikan tugas yang menyebabkan individu tersebut akan
tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas yang diberikan sehingga hasil akhirnya tidak
maksimal.
3. Adanya pekerjaan lain yang dirasa prokrastinator lebih penting untuk
dilakukan
Individu mengetahui bahwa penyelesaian tugas merupakan hal yang penting tetapi
cenderung tidak segera diselesaikan dan bahkan mengerjakan tugas lain yang
4. Ada emosi marah dalam mengerjakan suatu tugas
Pada hal ini individu berada dalam keadaan emosional yang tidak
menyenangkan, misalnya perasaan cemas, perasaan bersalah, marah, dan panik.
Adanya kerisauan emosional yang timbul ketika individu mengerjakan tugas yang
ditunda.
Ferrari (1995) menyatakan bahwa ciri-ciri seseorang yang melakukan
prokrastinasi yaitu melakukan penundaan dalam memulai ataupun menyelesaikan
tugas-tugas akademik yang diberikan, menunda belajar pada jadwal yang telah
dibuat, adanya kesenjangan antara keinginan belajar dengan tindakan belajar dan
melakukan hal-hal lain di luar belajar yang lebih menyenangkan dan kurang
bermanfaat. Hal ini akan digunakan sebagai acuan dalam membuat alat ukur skala
prokrastinasi akademik.
Dari pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dibuat kesimpulan
bahwa prokrastinasi memiliki beberapa aspek, diantaranya: rendahnya intensi
untuk mulai menyelesaikan tugas, memiliki standard hasil kerja yang tidak
optimal, adanya pekerjaan lain yang dirasa prokrastinator lebih penting untuk
dilakukan, adanya emosi marah dalam mengerjakan suatu tugas, ketidakpuasan
17
B. Konformitas 1. Pengertian Konformitas
Myers (2012) mengartikan konformitas tidak hanya sekedar berperilaku atau
bertidak sesuai dengan yang orang lain lakukan, tetapi juga dipengaruhi oleh
bagaimana kelompok bertidak. Konformitas merupakan suatu tindakan atau pola
berpikir yang berbeda pada biasanya bila dilakukan oleh individu itu sendiri. Oleh
karena itu, konformitas adalah perubahan perilaku, kepercayaan, atau pola
berpikir supaya selaras dengan orang lain. Nail, dkk (2000 dalam Myers 2012)
menyebutkan ada beberap macam konformitas, diantaranya adalah pemenuhan
(compliance), kepatuhan (obedience), dan penerimaan (acceptance). Pemenuhan,
pada dasarnya di luar mengikuti apa yang dilakukan dan diinginkan kelompok
sementara di dalam tidak menyetujui hal tersebut. Serangkaian pemenuhan yang
dilakukan untuk mendapatkan penghargaan atau menghindari hukuman disebut
dengan kepatuhan. Dan penerimaan yaitu meyakini dan juga melakukan sesuai
dengan yang diinginkan oleh tekanan sosial.
Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Taylor (2009) yang
mengemukakan bahwa konformitas merupakan tendensi individu untuk
mengubah keyakinan atau perilaku sehingga sesuai dengan orang lain. Hal
tersebut dilakukan individu sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap
lingkungannya. Pada saat individu mampu menyesuaikan diri terhadap norma
yang ada di lingkungannya, maka individu tersebut akan dapat diterima oleh
Cialdini dan Goldstein (dalam Taylor, 2009) mengartikan konformitas adalah
tendensi untuk mengubah perilaku maupun keyakinan seseorang sehingga sesuai
dengan perilaku orang lain. Baron dan Byrne (2005) mengatakan bahwa
konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah
sikap atau perilakunya agar sesuai dengan norma kelompok atau sosial di
lingkungannya. Konformitas berarti mengikuti pada tekanan kelompok meskipun
tidak secara langsung adanya permintaan untuk mengikuti apa yang dilakukan
oleh kelompok. Konformitas akan mengakibatkan suatu perubahan sikap ataupun
perilaku individu yang dilakukan agar sesuai dengan norma sosial yang ada.
Baron juga menjelaskan seseorang mentaati dan mematuhi permintaan orang lain
untuk melakukan tidakan atau perilaku tertentu karena adanya unsur power.
Seseorang yang memiliki tingakatan atau jabatan tinggi dalam suatu kelompok
sosial cenderung menjadi model konform pada anggota kelompok yang tingkatan
atau jabatannya lebih rendah.
Menurut Wilis (dalam Sarwono, 2005) definisi tentang konformitas
mengandung dua unsur, yaitu selaras (congruent) dan gerak (movement). Selaras
merupakan persetujuan atau kesamaan antara respon oleh individu dengan respon
yang secara sosial dianggap “benar”. Sedangkan gerak adalah perubahan respons
dalam kaitannya dengan standar sosial. Jadi konformitas harus tidak hanya
mengandung unsur keselarasan, tetapi harus juga mengandung unsur gerak, yaitu
perubahan respons.
Konformitas merupakan usaha yang dilakukan terus menerus dari individu
19
yang termudah adalah dengan melakukan tidakan yang sesuai dan dapat diterima
secara sosial (Baron, dkk, dalam Sarwono 2009). Norma sosial dapat berupa
injunctive norms atau descriptive norms. injunctive norms yaitu hal apa yang
seharusnya kita lakukan, sedangkan descriptive norms yaitu apa yang kebanyakan
orang lakukan. injunctive norms biasanya cenderung dinyatakan secara eksplisit.
Sedangkan descriptive norms biasanya bersifat implisit, dimana norma tersebut
tidak dinyatakan secara tegas atau tertulis (Sarwono, 2009).
Konformitas merupakan tindakan untuk menyesuaikan diri yang dilakukan
oleh remaja terhadap norma sosailnya dengan berperilaku sama dengan kelompok
teman sebaya (Monks, 2004). Hal ini serupa dengan yang dikemukakan oleh
Papalia dkk (2008) bahwa konformitas mencapai puncaknya pada awal masa
remaja, biasanya pada usia 12-13 tahun dan akan menurun pada masa remaja
pertengahan dan akhir. Hurlock (2002) menjelaskan rentan usia remaja akhir
antara 17-21 tahun dan dewasa awal antara 21-40 tahun.
Konformitas yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh perkembangan
sosialnya. Dimana pada saat itu remaja melakukan dua macam gerak, yaitu remaja
mulai memisahkan diri dari orangtua dan cenderung menuju ke arah teman-teman
sebaya atau peer group. Remaja yang memiliki tingkat konformitas yang tinggi
cenderung akan lebih bergantung pada aturan dan norma yang ada dalam
kelompok sosialnya. Hal ini yang menyebabkan remaja mengatribusikan bahwa
setiap aktivitasnya adalah usaha dari kelompok bukan sebagai usahanya sendiri
remaja merupakan masa krisis yang dialami individu dengan ditunjukan adanya
kepekaan dan labilitas tinggi, penuh gejolak dan ketidakseimbangan emosi.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulakan bahwa konformitas adalah tendensi
untuk mengubah perilaku, kepercayaan, atau pola berpikir individu sesuai dengan
norma yang ada di lingkungannya. Hal tersebut dilakukan individu agar dapat
diterima oleh masyarakat. Hal lain yang mendasari individu untuk menyesuaikan
diri pada lingkungannya yaitu untuk mendapatkan penghargaan dan menghindari
hukuman atau celaan dari lingkungan sosialnya.
2. Macam-macam Konformitas
Nail dkk (2000, dalam Myers 2012) menjelaskan bahwa macam-macam
konformitas dapat dibagi menjadi 3 macam:
a. Pemenuhan (compliance)
Konformitas ini terjadi karena pengaruh sosial yang bersifat normatif. Hal ini
melibatkan perilaku individu sesuai dengan harapan suatu kelompok. Bentuk
konformitas ini individu berperilaku sesuai dengan tekanan kelompok, sementara
secara pribadi individu yang bersangkutan tidak menyetujui perilaku tersebut.
Konformitas ini terjadi agar individu dapat diterima di dalam kelompok atau
untuk menghindari penolakan.
b. Kepatuhan (obedience)
konformitas ini terjadi dimana individu bertindak sesuai dengan perintah atau
21
untuk mendapatkan penghargaan dari kelompok sosialnya dan menghindari
hukuman atau celaan.
c. Penerimaan (acceptance)
Konformitas ini terjadi karena pengaruh sosial yang bersifat informatif. Bentuk
konformitas ini dimana perilaku dan keyakinan individu sesuai dengan tekanan
kelompok.
3. Aspek-aspek Konformitas
Taylor (2009) membagi konformitas menjadi lima aspek, yaitu peniruan,
penyesuaian, kepercayaan, kesepakatan, dan ketaatan.
a. Peniruan
Keinginan individu untuk menjadi sama dengan kelompok baik secara terbuka
atau ada tekanan (nyata atau dibayangkan) yang menyebabkan individu
melakukan konformitas.
b. Penyesuaian
Keinginan individu untuk dapat diterima oleh kelompok menyebabkan individu
melakukan konformitas terhadap kelompok tersebut. Individu biasanya
melakukan penyesuaian pada norma yang ada dan dibentuk oleh kelompok.
c. Kepercayaan
Semakin besar keyakian individu terhadap informasi dan opini yang diberikan
oleh kelompok, maka akan semakin besar kemungkinan individu untuk
d. Kesepakatan
Adanya keputusan bersama yang dibentuk oleh kelompok menjadikan
kekuatan sosial yang mampu menimbulkan konformitas dalam suatu kelompok
tertentu.
e. Ketaatan
Respon yang timbul sebagai akibat dari kesetiaan atau ketertundukan individu
atas otoritas tertentu, sehingga otoritas dapat membuat orang menjadi conform
terhadap hal-hal yang disampaikan.
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dibuat
kesimpulan bahwa konformitas memeiliki beberapa aspek, diantaranya: peniruan,
penyesuaian, kepercayaan, kesepakatan, ketaatan, kerelaan dan perubahan.
Hal-hal tersebut yang membuat individu menjadi conform terhadap suatu kelompok.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas
Baron & Byrne (2005) mengungkapkan 3 faktor yang mempengaruhi
konformitas:
1) Kohesivitas (cohesiveness)
Kohesivitas didefinisikan sebagai tingkatan ketertarikan yang dirasakan oleh
individu terhadap suatu kelompok. Ketika kohesivitas tinggi, itu artinya individu
cenderung menyukai dan mengagumi suatu kelompok orang-orang tertentu, maka
secara tidak langsung tekanan untuk melakukan konformitas bertambah besar
23
2) Ukuran kelompok
Semakin besar suatu kelompok, maka semakin besar juga jumlah anggota
dalam kelompok tersebut, maka semakin besar pula kecenderungan individu
untuk melakukan konform. Bahkan meskipun itu berarti individu akan
menerapkan tingkah laku, atau pola pikir yang berbeda dari yang sebenarnya
dinginkan dan dilakukan (Baron & Byrne, 2005).
3) Norma sosial deskriptif dan norma sosial injungtif
Norma deskriptif atau himbauan (descriptive norms) adalah norma yang hanya
mendeskripsikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu dan
biasanya bersifat implisit. Norma-norma ini mempengaruhi tingkah laku dengan
cara memberi tahu kita mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau
adaptif pada situasi tersebut. Sebaliknya, norma injungtif menetapkan apa yang
harus dilakukan, tingkah laku apa yang diterima atau tidak diterima pada situasi
tertentu dan biasanya bersifat eksplisit. Kedua norma tersebut dapat memberikan
pengaruh yang kuat pada tingkah laku individu untuk bertindak konform (Baron
& Byrne, 2005).
C. Hubungan antara Konformitas dengan Prokrastinasi Akademik
Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah
sikap atau perilakunya supaya sesuai dengan norma kelompok yang ada di
lingkungannya. Konformitas berarti mengikuti pada tekanan kelompok meskipun
tidak secara langsung adanya permintaan untuk mengikuti apa yang dilakukan
perilaku pada individu yang dilakukan supaya sesuai dengan norma sosial yang
ada (Baron & Byrne, 2005). Konformitas merupakan penyesuaian diri yang
dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya untuk dapat bertahan hidup. Cara
yang termudah adalah dengan melakukan tindakan yang sesuai dan dapat diterima
secara sosial (Baron, dkk, dalam Sarwono 2009).
Monks (2004) mengatakan bahwa konformitas merupakan penyesuaian yang
dilakukan oleh remaja terhadap norma sosialnya. Hal ini dibuktikan dengan
bagaimana remaja berperilaku sama dengan kelompok teman sebaya. Konformitas
yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh perkembangan sosialnya. Dimana pada
saat itu remaja melakukan dua macam gerak, yaitu remaja mulai memisahkan diri
dari orangtua dan cenderung menuju ke arah teman-teman sebaya atau peer
group. Remaja yang memiliki tingkat konformitas yang tinggi cenderung akan
lebih bergantung pada aturan dan norma dalam kelompok sosialnya. Hal ini juga
akan mempengaruhi individu terhadap kegiatan akademiknya. Konformitas yang
tinggi pada peer group di lingkungan kampus akan berdampak pada perilaku
individu dalam melakukan dan menyelesaikan tugas-tugas akademik. Apabila
dalam suatu peer group melakukan penundaan atau prokrastinasi dalam
menyelesaikan tugas, individu cenderung untuk mengikuti perilaku tersebut.
Individu akan lebih memilih melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan
bersama teman kelompoknya dibanding segera menyelesaikan tugasnya. Hal
tersebut dilakukan individu karena adanya konform pada kelompok untuk dapat
25
Ferrari (1995) mengemukakan bahwa prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor
eksternal, yaitu pengaruh dari teman sebaya atau peer group. Individu yang
cenderung memiliki konformitas tinggi pada lingkungan atau kelompoknya akan
berusaha untuk menjadi sama dengan peer group dan kontrol diri yang cenderung
rendah. Apabila peer group malas untuk memulai dan menyelesaikan tugas, maka
individu juga cenderung malas dalam memulai dan menyelesaikan tugas.
Konformitas seperti ini yang akan berdampak buruk bagi proses kegiatan
akademik mahasiswa. Tugas-tugas yang seharusnya dapat selesai dengan tepat
waktu akan terhambat dan akhirnya hasil yang diperoleh menjadi tidak maksimal.
Hal lain yang akan ditimbulkan adalah adanya perasaan marah maupun kecewa
karena gagal dalam menyelesaikan tugas akademik. Akibatnya mahasiswa
cenderung untuk melakukan lagi perilaku penundaan sebagai suatu penghindaran
dan akhirnya terjebak dalam roda prokrastinasi.
Sebaliknya, remaja yang memiliki tingkat konformitas yang lebih rendah
terhadap teman sebaya atau peer group cenderung memiliki tingkat prokrastinasi
yang lebih rendah karena memiliki kontrol diri yang tinggi. Remaja yang
memiliki tingkat konformitas yang lebih rendah mampu mengontrol dan
menyesuaikan diri pada lingkungannya sehingga tidak mudah terpengaruh pada
ajakan kelompok. Hal ini yang juga dapat menghindarkan remaja dari perilaku
meununda-nunda tugas kuliah ataupun kegiatan akademik lain. Remaja akan
dapat lebih fokus terhadap tugas-tugas akademik dan memperoleh hasil yang lebih
maksimal dalam kuliahnya karena memiliki tingkat prokrastinasi yang cenderung
Dari pemaparan yang telah dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin tinggi tingkat konformitas individu terhadap kelompok sosialnya maka
semakin tinggi pula tingkat prokrastinasinya yang akan dilakukan. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat konformitas yang dilakukan individu maka semakin
rendah juga kecenderungan individu untuk melakukan prokrastinasi.
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: ada hubungan antara
konformitas dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Semakin tinggi
konformitas teman sebaya pada mahasiswa, maka semakin tinggi pula perilaku
prokrastinasi akademiknya. Sebaliknya, semakin rendah konformitas teman
sebaya pada mahasiswa, maka semakin rendah pula perilaku prokrastinasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian didefinisikan sebagai atribut atau objek yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (sugiyono, 2013). Adapun variabel-variabel dalam
penelitian ini yaitu :
1. Variabel prediktor : Konformitas
2. Variabel kriterium : Prokrastinasi Akademik
B. Definisi Operasional 1. Konformitas
Konformitas merupakan perilaku individu untuk mengadaptasi, meniru atau
mengikuti perilaku kelompok, bertindak sesuai dengan standar ataupun harapan
yang dibentuk kelompok agar individu dapat diterima di dalam kelompok.
Konformitas ini diukur dengan menggunakan skala konformitas yang disusun
berdasarkan aspek-aspek konformitas yang dikemukakan oleh Taylor (2009) yaitu
peniruan, penyesuaian, kepercayaan, kesepakatan, dan ketaatan.. Semakin tinggi
skor skala konformitas yang diperoleh, maka akan menunjukkan semakin tinggi
konformitas, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka menunjukkan
semakin rendah konformitasnya.
2. Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi akademik merupakan bentuk perilaku penundaan terhadap
tugas-tugas akademik pada mahasiswa, yang diukur dengan skala prokrastinasi sesuai
aspek prokrastinasi yang dikemukakan oleh Ferrari (1995) yaitu rendahnya intensi
untuk mulai menyelesaikan tugas, memiliki standard hasil kerja yang tidak
optimal, adanya pekerjaan lain yang dirasa prokrastinator lebih penting untuk
dilakukan, ada emosi marah dalam mengerjakan suatu tugas, dan ketidakpuasan
ataupun emosi negatif lainnya ketika melakukan pekerjaan yang ditunda.
Semakin tinggi skor skala prokrastinasi akademik yang diperoleh, maka akan
menunjukkan semakin tinggi perilaku prokrastinasi akademik, sebaliknya semakin
rendah skor yang diperoleh, maka menunjukkan semakin rendah perilaku
prokrastinasi akademiknya.
C. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan individu yang akan diteliti dan mempunyai
minimal satu sifat yang sama atau karakteristik yang sama (Hadi, 2000). Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” (UPNV)
Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini yaitu berjumlah 265 pada mahasiswa
29
Karakteristik populasi dari penelitian ini adalah:
1. Mahasiswa Jurusan/Prodi Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta
2. Angkatan 2014 dan 2015
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik cluster random sampling. Teknik cluster random sampling merupakan
teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk menentukan sampel bila objek
yang diteliti atau sumber data sangat luas. Untuk menuntukan objek mana yang
akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah
populasi yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013).
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
skala yang ditujukan kepada subjek. Skala merupakan alat ukur psikologi dalam
bentuk kumpulan pernyataan yang akan diberikan respon oleh subjek sesuai
dengan keadaannya sehingga dapat diberi nilai dan diinterpretasi.
Penelitian ini menggunakan dua macam skala yaitu skala konformitas untuk
mengukur konformitas pada subjek dan skala prokrastinasi akademik untuk
mengukur prokrastinasi akademik subjek. Aitem yang digunakan dalam penelitian
ini adalah berbentuk pernyataan. Bentuk tersebut dapat dibedakan menjadi aitem
favorable yaitu konsep keperilakuan yang sesuai atau mendukung atribut yang
diukur, dan aitem unfovarable yaitu aitem yang isinya tidak mendukung atau tidak
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penilaian modifikasi skala Likert yang sudah dibagi ke dalam empat tingkat, yaitu
Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai
(STS). Keseluruhan aitem terdiri dari dua jenis, yaitu aitem yang bersifat
favorable (mendukung teori) dan aitem yang bersifat unfavorable (tidak
mendukung teori). Untuk aitem yang favorable, jawaban SS sampai STS
masing-masing diberi skor mulai dari 4, 3, 2, dan 1. Skor tertinggi ada pada jawaban
Sangat Sesuai (SS) yang mendapat skor 4, Sesuai (S) mendapat skor 3, Tidak
Sesuai (TS) mendapat skor 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) mendapat skor 1.
Sedangkan untuk aitem-aitem unfavorable, jawaban SS sampai STS
masing-masing diberi skor 1, 2, 3, 4. Skor tertinggi diberikan kepada jawaban Sangat
Tidak Sesuai (STS) yang mendapat skor 4, Tidak Sesuai (TS) mendapat skor 3,
Sesuai (S) mendapat skor 2, dan Sangat Sesuai (SS) mendapat skor 1.
1. Skala Konformitas
Skala konformitas bertujuan untuk mengungkap seberapa tinggi tingkat
konformitas yang dimiliki subjek. Skala ini disusun dengan mengacu pada
aspek-aspek konformitas yang dikemukakan oleh Taylor (2009) yaitu: peniruan,
penyesuaian, kepercayaan, kesepakatan, dan ketaatan. Berdasarkan aspek
31
Tabel 3.1 Blue Print Skala Konformitas
No. Aspek Indikator Perilaku
2. Skala Prokratinasi Akademik
Skala prokrastinasi akademik bertujuan untuk mengungkap seberapa tinggi
tingkat prokrastinasi akademik yang dimiliki subjek. Skala ini disusun
menggunakan aspek prokrastinasi Menurut Ferrari (1995), yaitu:
a. Rendahnya intensi untuk mulai menyelesaikan tugas
b. Memiliki standard hasil kerja yang tidak optimal
c. Adanya pekerjaan lain yang dirasa prokrastinator lebih penting untuk
dilakukan
d. Ada emosi marah dalam mengerjakan suatu tugas
Berdasarkan aspek prokrastinasi akademik tersebut, maka blueprint Skala
33
Tabel 3.2 Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik
No. Aspek Indikator Perilaku
E. Indeks Daya Beda, Validitas , Dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Indeks Daya Beda
Pengujian daya beda aitem dilakukan dengan cara menghitung koefisien
korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala itu sendiri
sehingga akan menghasilkan koefisien korelasi aitem-total (rix). Perhitungan
untuk mencari daya beda aitem dengan menggunakan bantuan program
Stastistical Packages for Sosial Sciences (SPSS) versi 18. Sebagai kriteria
pemilihan aitem berdasarkan pada korelasi aitem total maka digunakan batasan rix
≥ 0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 maka daya
bedanya dianggap memuaskan.
Aitem yang memiliki nilai rix kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai
aitem yang memiliki daya beda yang rendah. Apabila aitem yang memiliki indeks
daya beda ≥ 0,30 jumlahnya melebihi jumlah aitem yang direncanakan untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih aitem-aitem yang memiliki daya diskriminasi
tertinggi. Jika jumlah aitem yang lolos tidak mencukupi jumlah yang
direncanakan, maka batas rix dapat diturunkan menjadi ≥ 0,25 (Azwar, 2013).
2. Validitas Alat Ukur
Validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi merupakan relevansi aitem dengan indikator perilaku dan dengan
tujuan ukur sebenarnya melalui analisis rasional atau lewat professional
judgement (Azwar, 2013). Validitas isi terbagi menjadi validitas muka dan
35
a. Validitas muka
Validitas muka dicapai dengan pembuatan skala yang memperhatikan
pemilihan kata, bentuk huruf, atau jenis kertas sehingga memotivasi responden
untuk mengisi skala.
b. Validitas logik
Validitas logik dilakukan dengan pembuatan blue print yang berisi kawasan
ukur yang teridentifikasi dengan baik dan telah dibatasi dengan jelas atribut yang
hendak diungkap dengan meminta pertimbangan kepada profesional (professional
judgement) pada dosen pembimbing .
3. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas pada penelitian ini diketahui melalui hasil perhitungan formula
Alpha Cronbach dengan menggunakan Statistical Packages for Social Science
(SPSS) versi 18.0. Tinggi atau rendahnya reliabilitas secara empirik ditunjukkan
oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam
rentang antara 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisen reliabilitas
mendekati angka 1,00 maka berarti semakin tinggi pula reliabilitasnya.
Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah dan mendekati angka 0 maka semakin
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi (anareg) sederhana. Terdapat beberapa asumsi yang harus
dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan analisis regresi sebagai alat untuk
menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Pengujian asumsi klasik
yang digunakan terdiri atas :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Teknik yang digunakan dalam uji normalitas
dalam penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit
Test dengan bantuan program Statistical Packages for Social Science (SPSS) versi
16.0.
2. Uji Linieritas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linier tidaknya suatu distribusi data
penelitian (Winarsunu, 2009). Seluruh perhitungan dalam analisis data penelitian
ini menggunakan bantuan program komputer Stastistical Packages for Sosial
Sciences (SPSS) versi 18. Dalam penelitian ini uji linieritas menggunakan lack of
fit test (uji tuna cocok). Untuk melihat apakah hubungan antara independen
dengan dependen bersifat linear atau tidak, dapat dilihat pada baris Linearity. Jika
harga signifikansi kurang dari 5% maka hubungannya bersifat linear (Ali Muhson,
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian
Orientasi kancah penelitian dilaksanakan sebelum penelitian. Orientasi
tersebut akan membantu peneliti mengerti kondisi lokasi penelitian dengan lebih
baik. Lokasi penelitian bertempat di Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” (UPNV) Yogyakarta, Fakultas Teknologi Industri jurusan Teknik
Industri .
Fakulas Teknologi Industri UPN “Veteran” Yogyakarta (FTI-UPNVY)
terletak Jl. SWK 104 (Lingkar Utara) Depok Sleman Yogyakarta. Fakultas
Teknologi Industri UPN “Veteran” Yogyakarta (FTI-UPNVY) merupakan sebuah
fakultas yang mengelola tiga jurusan, yaitu Jurusan/Prodi Teknik Kimia,
Jurusan/Prodi Teknik dan Manajemen Industri, dan Jurusan/Prodi Teknik
Informatika.
Program pendidikan Teknik Industri di Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Yogyakarta adalah strata satu (S-1) dengan masa studi 8 semester (4
tahun) serta beban studi yang harus ditempuh sebanyak 144 sks. Kurikulum yang
berlaku saat ini adalah Kurikulum 2007 yang merupakan revisi dari kurikulum
2002. Kurikulum yang diterapkan merupakan kombinasi antara Kurikulum
Nasional dan Kurikulum Lokal, yang mencakup mata kuliah pilihan yang
ditawarkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan keilmuan.
Teknik Industri merupakan gabungan dari ilmu matematika, fisika, ilmu
teknik serta aktivitas bisnis contohnya pengembangan sumber daya manusia,
sistem pemasaran, keuangan, dan sebagainya yang fundamental dengan
prinsip-prinsip dan metode-metode dari desain dan analisis keteknikan (Sistem akademik
TI UPNY).
Mahasiswa teknik industri tidak hanya belajar tentang sains, ilmu sosialpun
dipelajari di teknik industri. Mahasiswa jurusan teknik industri belajar mulai dari
hal-hal teknis sampai hal-hal manajerial. Pelajaran-pelajaran yang diajarkan di
teknik industripun bervariasi, mulai dari hitungan, logika, konsep, pengertian,
hafalan, dan sebagaiya. Pada mata ajar jurusan teknik industri beban sks dari
praktikum lebih banyak daripada teori, sehingga menyebabkan tugas yang harus
dijalani semakin berat (Sistem akademik TI UPNY).
Mata ajaran dibebankan dengan total sks 144 untuk mencapai gelar sarjana
atau setara dengan S1 yang terdiri dari teori 128 sks dan praktikum 16 sks. Dalam
menempuh gelar sarjana di Prodi Teknik Industri terdapat evaluasi pembelajaran
yang berupa tugas, quiz, dan ujian sesuai dengan capaian pembelajaran, termasuk
ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Selain itu, adanya pratikum yang
cenderung sulit, namun harus dijalani mahasiswa dengan batas waktu yang ditelah
ditentukan membuat mahasiswa semakin terbebani dengan tugas-tugas kuliah dan
cenderung melakukan prokrastinasi.
Pratikum mulai diberikan pada semester II yang berupa Praktikum Fisika dan
Pratikum Praktikum DPTI. Pratikum pada semester III tentang praktikum proses
39
Teknik Industri. Pada praktikum ini, mahasiswa ditugaskan membuat sebuah
produk atau part dari sebuah mesin. Mahasiswa harus dapat menggergaji besi,
turning (bubut), milling (frais), drilling (membuat lubang), boring (memperbesar
lubang) dll. Tidak melihat gender, baik laki-laki maupun perempuan harus bisa
lolos praktikum proses manufaktur. Pratikum pada semester IV berupa pratikum
Stast. & Opt. Pada pratikum ini mahasiswa ditugaskan untuk mengindentifikasi
masalah yang akan dibahas, mencari studi kasus, melakukan pengumpulan data,
mengolah data dengan menggunakan: permutasi sebagian, permutasi menyeluruh,
permutasi keliling, dan permutasi data berkelompok. Pratikum pada semester V
berupa pratikum Perancangan TI. Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan
mulai mampu merancang sistem terintegrasi mulai dari perencanaan produksi,
sistem kerja, manajemen perusahaan serta sistem informasi di dalamnya.
Praktikum PTI 2 pada semester VI merupakan praktikum yang ditujukan agar
mahasiswa mampu merealisasikan gambaran tentang bagaimana cara membuat
desain dari sebuah produk, tahapan dalam membuat produk dan mesin apa saja
yang akan digunakan dalam pembuatan sebuah produk secara terintegrasi. Di
semester akhir dihadapkan pada praktikum yang memakan waktu setahun (2
semester). Dalam praktikum ini, mahasiswa ditugaskan membuat sebuah produk
bersama kelompok. Praktikumnya dimulai dari perencanaan, analisa internal dan
eksternal, pembuatan produk, pemasaran, sampai dengan pendistribusiannya
(www.upnyk.ac.id).
Pada Jurusan/Prodi Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta terdapat
intra-kurikuler yang beragam melalui kerjasama dengan ikatan alumni Teknik Industri,
antara lain berbagai jenis pelatihan, seminar Teknik Industri tiap tahun, workshop,
studi ekskursi, dan penelitian kreatifitas mahasiswa. Selain itu juga ada kegiatan
ekstra kurikuler bagi mahasiswa.
Pertimbangan yang mendasari penentuan lokasi penelitian di Jurusan/Prodi
Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta adalah:
a. Jurusan/Prodi Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta belum pernah
digunakan sebagai lokasi penelitian yang membahas tentang hubungan
antara konformitas dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa.
b. Adanya ijin untuk melakukan penelitian di Jurusan/Prodi Teknik Industri
UPN “Veteran” Yogyakarta.
c. Adanya tugas praktikum yang tergolong sulit dengan batas waktu
penyelesaian membuat mahasiswa cenderung melakukan prokrastinasi
akademik.
2. Persiapan Administratif
Persiapan administratif yang dilakukan oleh peneliti mencakup perijinan baik
dari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro maupun tempat-tempat yang
berkaitan dengan pelaksanaan penelitian. Persiapan administrasi yang dilakukan
adalah permohonan surat pengantar penelitian dari Fakultas Psikologi. Peneliti
mendapat surat permohonan ijin untuk uji coba kuesioner penelitian dengan
nomor 2733/UN7.3.11/PP/2016 dikeluarkan pada tanggal 20 Juni 2016. Uji coba
dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2016. Peneliti memulai penelitian pada
41
3. Persiapan Skala Penelitian
Persiapan alat ukur diawali dengan menentukan alat ukur yang akan
digunakan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala
psikologi. Penyusunan alat ukur dimulai dengan menentukan definisi operasional
untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan sesuai dari setiap variabel yang
akan diukur. Definisi operasional dari setiap variabel diperjelas dengan
menguraikan aspek-aspek yang ada didalamnya. Aspek-aspek tersebut kemudian
dispesifikasikan ke dalam bentuk indikator-indikator perilaku supaya
mempermudah penulisan aitem. Peneliti harus menentukan bentuk stimulus dan
respon yang akan digunakan dalam penulisan aitem.
Komponen-komponen atribut dan indikator perilaku disajikan dalam bentuk
blue print yang akan menjadi pedoman dalam penulisan aitem. Kumpulan aitem
yang telah dibuat akan diperiksa terlebih dahulu sebelum diujicobakan, kemudian
aitem-aitem dan responnya tersebut disusun dalam sebuat buku skala psikologi.
Penelitian ini menggunakan dua skala psikologi, yaitu skala konformitas dan
skala prokrastinasi akademik. Model skala yang digunakan untuk melakukan
penilaian skor pada setiap aitem skala psikologi dalam penelitian ini berupa Skala
Likert. Aitem setiap skala dalam penelitian ini terdiri dari aitem favorable
(mendukung pada konsep) dan aitem unfavorable (tidak mendukung konsep).
Kedua skala psikologi yang digunakan dalam penelitian disusun ke dalam sebuah
buku yang dipisahkan menjadi 2 bagian, yaitu bagian 1 dan bagian 2. Skala
aitem, validitas dan reliabilitas skala penelitian dengan menggunakan SPSS
(Statistical Packages for Social Science) versi 18.0.
a. Skala Konformitas
Skala konformitas disusun berdasarkan aspek-aspek konformitas yang
dikemukakan oleh Myers (2012) yaitu meliputi konformitas normatif dan
konformitas informatif. Skala ini terdiri dari 32 aitem yaitu 16 aitem favorable
dan 16 aitem unfavorable. Sebaran aitem untuk masing-masing aspek dapat
43
Tabel 4.1 Sebaran Aitem Skala Konformitas
No. Aspek Indikator Perilaku
b. Skala Prokrastinasi Akademik
Skala prokrastinasi berdasarkan aspek-aspek prokrastinasi menurut Ferrari
(1995) meliputi rendahnya intensi untuk mulai menyelesaikan tugas, memiliki
standard hasil kerja yang tidak optimal, adanya pekerjaan lain yang dirasa
prokrastinator lebih penting untuk dilakukan, ada emosi marah dalam
mengerjakan suatu tugas. Skala ini terdiri dari 32 aitem yaitu 16 aitem favorable
dan 16 aitem unfavorable. Sebaran aitem untuk masing-masing aspek dapat
dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Sebaran Aitem Skala Prokrastinasi Akademik
No Aspek Indikator Perilaku Nomor Butir Total