51 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2007), pendekatan penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Salah satu tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk meneliti suatu
objek secara mendalam. Hal ini sesuai dengan penelitian ini, dimana akan melihat
gaya kepemimpinan Korea di Indonesia secara mendalam melalui beberapa
variabel yang membatasi penelitian. Pendekatan yang digunakan terkait dengan
penelitian kualitatif ini adalah pendekatan studi kasus (case study) dimana
pendekatan yang demikian memusatkan diri secara intensif pada satu obyek
tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Dalam studi kasus, dapat
diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi
ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi, 2003). Studi kasus
mengumpulkan beberapa sumber dan hasil penelitian yang hanya berlaku pada
kasus yang diselidiki. Lebih lanjut Arikunto (1986) mengemukakan bahwa
metode studi kasus merupakan salah satu jenis pendekatan deskriptif, adalah
52
individu, lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subyek byang sempit.
Penelitian studi kasus dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang
latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang
berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat
apa adanya. Subyek yang diteliti relatif terbatas tetapi menggunakan variabel
dengan dimensi tertentu. Pendekatan studi kasus yang digunakan oleh peneliti
akan membantu dalam proses penyelesaian penelitian kualitatif yang melihat dan
mendalami sebuah studi lintas budaya, khususnya kepemimpinan gaya Korea di
Indonesia pada satu perusahaan.
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2008).
Penelitian ini akan menggunakan variabel penilaian budaya, khususnya
budaya nasional. Variabel tersebut menjadi pusat perhatian peneliti. Dengan
mengenali lebih jauh variabel tersebut, maka akan mudah melihat hakekat sebuah
masalah yang diteliti.
3.2.2. Definisi Operasional
Peneliti menggunakan pendekatan penelitian secara kualitatif
53
kemungkinan bagi suatu perubahan dan penyesuaian ketika proses penelitian
berjalan namun tetap dibatasi oleh variabel yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Adapun penjelasan dari variabel yang peneliti gunakan, adalah:
Kerangka Budaya Kluckhohn dan Strodtbeck
Kluckholn dan Strodtbeck (1961) membandingkan budaya berdasarkan
atas beberapa dimensi sebagai berikut :
1. Nature of People
Budaya yang berorientasi pada sifat manusia membagi karakter manusia
menjadi: baik, buruk, dan campuran antara baik dan buruk. Masyarakat Barat,
umumnya, memandang manusia memiliki karakter yang baik, sedangkan
masyarakat Timur (misalnya Cina) memandang manusia memiliki sifat baik
atau buruk. Orientasi seperti ini memiliki konsekuensi yang sangat berarti
dalam bersikap kepada orang lain, baik dalam aspek kepercayaan atau interaksi
dengan orang lain.
2. Relationship to The Environment
Pada budaya yang berorientasi pada alam, berkaitan dengan cara manusia
memperlakukan lingkungannya. Manusia dapat menguasai atau mengungguli
lingkungan, hidup selaras dengan lingkungan, atau menaklukkan (subjugate)
lingkungannya. Masyarakat Barat berpendirian bahwa mereka dapat
mengendalikan lingkungan dan semua kekuatan alam (misalnya badai, banjir).
Masyarakat Timur berpendirian bahwa manusia harus hidup selaras dengan
lingkungannya dan bahkan memujanya. Orientasi terhadap lingkungan
mempengaruhi sikap manusia terhadap agama, estetika, kepemilikan benda,
54 3. Activity Orientation
Orientasi terhadap aktivitas manusia berkaitan dengan sikap manusia
terhadap suatu aktivitas atau kegiatan. Ada masyarakat yang berorientasi
“melakukan” (doing) dimana mereka lebih menekankan kepada aktivitas atau
kegiatan, penyelesaian tugas, berkompetisi, dan pencapaian tujuan. Selain itu
ada masyarakat yang berorientasi “menjadi” (being). Orang mmelakukan
berbagai aktivitas secara spontan, memperturutkan kesenangan, dan
menunjukkan spontanitasnya sebagai ekspresi kepribadiannya. Kelompok
lainnya adalah kelompok masyarakat yang berorientasi kepada “thinking”
(yang memikirkan segala sesuatunya sebelum bertindak).
4. Time Orientation
Orientasi terhadap waktu berkaitan dengan dengan sikap manusia terhadap
waktu. Orang dapat memusatkan diri ada masa lampau, saat ini, atau masa
yang akan datang. Masyarakat Barat lebih berorientasi pada masa yang akan
datang (future). Mereka menganggap bahwa waktu sebagai sesuatu yang harus
dihargai, oleh karena itu harus dipergunakan secara efektif. Sebaliknya,
masyarakat Timur, lebih berorientasi kepada masa lalu (past) dan tradisi.
Mereka memuja leluhur dan memiliki tradisi keluarga yang kuat (misalnya
masyarakat Jepang dan Cina). Masyarakat yang berorientasi pada waktu
sekarang (present), percaya bahwa waktu sangat berarti.
5. Focus of Responsibility
Orientasi terhadap tanggung jawab pada orang lain merupakan aspek yang
sangat penting berkaitan dengan hubungan antar manusia. Kluckhohn &
55
orientasi terhadap orang lain: (1) individualistik (tujuan-tujuan individu
mengatasi tujuan-tujuan kelompok); (2) collateral (individu merupakan bagian
dari suatu kelompok sosial yang diakibatkan oleh hubungan yang diperluas
secara menyamping (laterally); dan (3) linear (mengutamakan keberlanjutan
kelompok melalui penggantian waktu).
6. Conception of Space
Konsepsi keruangan menurut kerangka Kluchkohn dan Strodtbeck
berhubungan dengan kepemilikan ruang. Beberapa budaya menganggap bahwa
tempat atau ruang harus tetap dijaga sebagai milik pribadi, sementara
kebudayaan lain menganggap bahwa sebuah ruang/tempat sangat terbuka
bahkan sangat dianjurkan untuk mengembangkan bisnis di publik. Beberapa
kelompok masyarakat menggabungkan antara publik dan privat.
Pola-pola Parson
1. Afektivitas-netralitas afektif
Orentasi pola ini berkenaan dengan sifat kepuasan yang dicari oleh
manusia. Sisi afektivitas menjadi posisi dari orang yang mencari kepuasan
segera dari situasi yang ada.
2. Universalisme-partikularisme.
Orientasi universalistik berfokus pada kategorisasi orang atau obyek dalam
konteks referensi universal, sedangkan orientasi partikularistik berfokus pada
kategorisasi orang atau obyek secara spesifik.
3. Ketersebaran-keterkhususan.
Orientasi ini berfokus pada cara orang memberi respon pada orang lain.
56
kepada orang lain, sedangkan orientasi keterkhususan ditampakkan seseorang
dengan memberi respon terhadap orang lain dalam cara yang khusus.
4. Askripsi-prestasi.
Orientasi askripsi dari seseorang akan tampak ketika orang tersebut
memandang orang lain. Dengan orientasi askriptif, pandangan seseorang akan
bertolak pada prediksi sosiokultural, yakni dalam kerangka keanggotaan orang
lain di dalam kelompoknya, seperti jender, umur, ras, etnik, kasta, dan
sebagainya. Sementara orang dengan orientasi prestasi akan mendasarkan
prediksi dalam kerangka prestasi yang dapat diraih orang lain.
5. Orientasi instrumental-ekspresif.
Orientasi instrumental ditampakkan oleh orang dalam interaksinya dengan
orang lain jika interaksi itu merupakan sarana untuk mencapai tujuan lainnya,
sedangkan orientasi ekspresif akan tampak pada orang yang interaksinya
dengan orang lain merupakan tujuannya.
3.3. Penentuan Populasi dan Sampel 3.3.1. Ukuran Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Dalam
penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah para pegawai dan jajaran
57 3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2008). Pelaksanaan wawancara mendalam pada
penelitian kualitatif memerlukan waktu cukup lama dan menggali informasi
secara detail, sehingga sampel yang digunakan biasanya dalam jumlah yang
terbatas. Untuk mendapat informan kunci yang tepat sesuai fokus penelitian, maka
informan diambil berdasarkan purposive sampling (pengambilan sampel sesuai
kebutuhan). Dengan dasar sampel yaitu jajaran manajer ekspatriat berkebudayaan
Korea dan karyawan lokal Indonesia pada PT. Semarang Garment Indonesia yang
paham kepemimpinan, sering berinteraksi dengannya atau merasakan
kepemimpinannya langsung, sudah bekerja PT. Semarang Garment Indonesia
minimal tiga tahun, serta bisa berbicara atau menjawab wawancara secara akurat.
Peneliti akan melakukan deteksi dini terhadap pemilihan sampel yang akurat
dengan penelusuran personal, misalnya mengajukan beberapa pertanyaan sesuai
kondisi nantinya, bersifat fleksibel.
Sumber informasi dalam penelitian akan diambil baik dari data primer
maupun sekunder. Dengan dasar kriteria di atas, peneliti menetapkan Sumber
Informasi Kunci (Key Informan), yaitu jajaran manajer ekspatriat PT. Semarang
Garment yang terdiri dari 3 orang manajer berkebangsaan dan berlatar belakang
budaya nasional Korea. Sumber Informasi Penunjang (Supportive Informan), yang
terdiri 7 orang karyawan perusahaan dengan latar belakang budaya lokal dan telah
bekerja minimal lima tahun di perusahaan tersebut.
Sementara penulis menetapkan sampel dalam penelitian ini hanya mengambil
58
1. Jajaran manajer ekspatriat dengan latar belakang budaya Korea dimana
merupakan orang-orang yang melakukan kepemimpinan pada PT. Semarang
Garment karena mereka merupakan narasumber kunci.
2. Karyawan perusahaan PT. Semarang Garment dengan latar belakang budaya
lokal, untuk mengetahui implikasi kepemimpinan gaya Korea di PT.
Semarang Garment Indonesia.
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling, yaitu
pengambilan sampel sesuai kebutuhan yang sifatnya fleksibel, berdasar deteksi
awal peneliti terhadap kondisi responden sebagai sampel itu dan harus
representative mewakili populasi yang akan diteliti. Namun, harus sesuai dengan
patokan yang ditetapkan sebelumnya perihal posisi dan latar belakang budaya
nasionalnya di dalam perusahaan PT. Semarang Garment.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu:
a. Data Primer
Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama
oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel untuk tujuan spesifik studi (Sekaran,
2006). Data ini berkaitan langsung dengan informan. Dalam penelitian ini, data
primer berupa data dari wawancara dengan karyawan pada PT. Semarang
59 b. Data Sekunder
Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber
yang telah ada (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini, data sekunder berupa data
dari pihak internal baik yang dikumpulkan secara terpusat oleh perusahaan atau
dikumpulkan oleh komponen karyawan perusahaan, serta dari pihak eksternal
yang telah mengumpulkan dan mungkin mengalihkannya, yaitu dokumen foto,
CD, file dokumen digital, buku, artikel, dan lain-lain.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah:
a. Studi Kepustakaan
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan membaca buku-buku, literatur, jurnal-jurnal, tulisan-tulisan atau
referensi lain yang diterbitkan secara umum yang berkaitan dengan penelitian
gaya kepemimpinan dan penerapan manajemen.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara bertujuan mencatat opini, perasaan, emosi, dan hal lain
berkaitan dengan individu yang ada dalam organisasi. Peneliti dapat
memperoleh data yang lebih banyak sehingga peneliti dapat memahami budaya
melalui bahasa dan ekspresi pihak yang diwawancara dan dapat melakukan
klarifikasi atas hal-hal yang tidak diketahui. Hal pertama yang akan menjadi
perhatian peneliti saat melakukan interview adalah pihak yang harus
60
dilakukan dengan Knowledgeable Respondent yang mampu menceritakan
dengan akurat kasus yang diteliti.
Hal kedua yang akan menjadi perhatian peneliti adalah membuat
responden mau bekerja sama baik dengan peneliti. Untuk merangsang pihak
lain mau meluangkan waktu untuk diinterview, maka perilaku pewawancara
dan responden harus selaras sesuai dengan perilaku yang diterima secara sosial,
sehingga ada kesan saling menghormati. Selain itu, interview harus dilakukan
dalam waktu dan tempat yang sesuai sehingga dapat menciptakan kenyamanan.
Data yang diperoleh dari wawancara umumnya berbentuk pernyataan yang
menggambarkan pengalaman, pengetahuan, opini dan perasaan pribadi. Untuk
memperoleh data ini, peneliti menggunakan metode wawancara standar yang
terskedul (Schedule Standardised Interview), interview standar tak terskedul
(Non Schedule Standardised Interview) atau interview informal (Non
Standardised Interview). Ketiga pendekatan tersebut dapat dilakukan dengan
teknik sebagai berikut: (a) Sebelum wawancara dimulai, memperkenalkan diri
dengan sopan untuk menciptakan hubungan baik. (b) Menunjukkan bahwa
responden memiliki kesan bahwa dia orang yang “penting”. (c) Menggali data
sebanyak mungkin. (d) Tidak mengarahkan jawaban. (e) Mengulangi
pertanyaan jika perlu. (f) Mengklarifikasi jawaban. (g) Mencatat interview
(Chariri, 2007).
Wawancara sebagai proses interaksi antara peneliti dengan informan
mempunyai peranan penting dalam penelitian kualitatif. Oleh sebab itu, teknik
wawancara yang akan peneliti lakukan tidak dengan suatu struktur yang ketat,
61
bersifat terbuka sehingga dapat diperoleh informasi yang lengkap dan
mendalam. Kelonggaran ini senantiasa memberi kesempatan kepada informan
untuk dapat memberikan jawaban secara bebas dan jujur. Wawancara semacam
ini dapat pula disebut sebagai indepth interviewing. Dengan teknik wawancara
ini akan mendorong terciptanya hubungan baik antara peneliti dengan informan
sehingga sangat membantu dalam upaya memperoleh informasi. Tujuan
wawancara adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kepemimpinan
gaya Korea yang diterapkan di PT. Semarang Garment, hubungan antara
jajaran manajer ekspatriat dengan karyawan atau pekerja lokal, dan beberapa
hal lain yang berkaitan dengan fokus penelitian.
c. Participant Observation
Adapun tujuan observasi ini adalah untuk memperoleh data mengenai
penerapan model kepemimpinan lintas budaya di perusahaan PT. Semarang
Garment, dan keefektifan kepemimpinan tersebut, yang dilihat dari penilaian
orang-orang di sekitarnya yang dipadukan dengan referensi ilmiah yang ada.
d. Telaah Organisational Record
Metode pengumpulan data ini bisa mendukung data dari observasi dan
interview. Selain itu, telaah terhadap catatan organisasi dapat memberikan data
tentang konteks historis setting organisasi yang diteliti. Arsip dan catatan
organisasi merupakan bukti unik dalam studi kasus, yang tidak ditemui dalam
interview dan observasi. Sumber ini merupakan sumber data yang dapat
digunakan untuk mendukung data dari observasi dan interview. Selain itu,
62
historis setting organisasi yang diteliti. Sumber datanya dapat berupa catatan
adminsitrasi, surat-menyurat, memo, agenda, dan dokumen lain yang relevan.
3.6. Metode Analisis Data
3.6.1. Uji Reliabilitas dan Validilitas
Dalam penelitian kualitatif, validitas dan reliabilitas sering dinamakan
Kredibilitas. Case Study (dasar penelitian kualitatif) memiliki dua kelemahan
utama: (a) Peneliti tidak dapat seratus persen independen dan netral dari research
setting; (b) Case Study sangat tidak terstruktur (messy) dan sangat interpretive.
Dalam Moleong (2007) menawarkan beberapa prosedur untuk meningkatkan
kredibilitas penelitian kualitatif, yaitu triangulation, disconfirming evidence,
research reflexivity, member checking, prolonged engagement in the field,
collaboration, the audit trail, thick and rich description dan peer debriefing.
Dalam peningkatan kredibilitas penelitian ini, maka peneliti memilih prosedur
triangulation. Prosedur ini dipilih karena disesuaikan dengan fokus penelitian
kualitatif yang dilakukan, yang berdasarkan case study dimana peneliti merupakan
instrument riset utama.
Prosedur triangulasi yaitu menggunakan berbagai pendekatan dalam
melakukan penelitian. Maksudnya, peneliti dapat menggunakan berbagai sumber
data, teori, dan metode agar informasi yang disajikan konsisten. Oleh karena itu,
untuk memahami dan mencari jawaban atas pertanyaan penelitian, peneliti dapat
mengunakan lebih dari satu teori, lebih dari satu metode (inteview, observasi dan
analisis dokumen). Di samping itu, peneliti melakukan interview manajer Korea
63 3.6.2. Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pendekatan tunggal dalam analisis
data. Pemilihan metode sangat tergantung pada pertanyaan penelitian dan
kerangka penelitianyang mendasari penelitian. Untuk melakukan analisis, peneliti
menangkap, mencatat, menginterpretasikan dan menyajikan informasi. Satu hal
yang menjadi perhatian peneliti adalah analisis data ini tidak dapat dipisahkan dari
data collection. Oleh karena itu, ketika data mulai terkumpul dari nara sumber,
observasi dan literatur atau data pendukung, analisis data harus segera dilakukan
untuk menentukan pengumpulan data berikutnya. Adapun langkah analisis dapat
dilakukan sebagai berikut (Chariri, 2007):
a. Data Reduction
Intinya, mengurangi data yang tidak penting sehingga data yang terpilih dapat
diproses ke langkah selanjutnya. Ini karena data masih mentah, jumlahnya sangat
banyak, dan bersifat non-kuantitatif (sangat deskriptif) sehingga tidak dapat
digunakan secara langsung untuk analisis. Data reduction mencakup kegiatan
berikut ini:
1. Organisasi Data (Menentukan Kategori, Konsep, Tema, dan Pola atau
Pattern)
Data dari interview akan ditulis penulis lengkap dan dikelompokkan
menurut format tertentu (misal menurut jabatan struktural). Dengan cara ini,
peneliti dapat mengidentifikasi informasi sesuai pemberi informasi dengan
misalnya jabatan responden. Transkrip hasil interview kemudian dianalisis dan
key points akan ditandai untuk memudahkan coding dan pengklasifikasian.
64
Prosesnya tidak berbeda jauh dengan data hasil wawancara. Field note selama
observasi, diorganisir ke dalam form dengan judul tertentu, seperti tanggal,
jam, peristiwa, partisipan, deskripsi peristiwa, dimana terjadinya, bagaimana
terjadi, apa yang dikatakan, serta opini dan perasaan peneliti. Sementara itu,
data dari analisis catatan organisasi (arsip), diorganisir ke dalam format
tertentu untuk mendukung data dari observasi dan interview.
2. CodingData
Data yang diperoleh dari langkah di atas, kemudian dikelompokkan ke
dalam tema tertentu dan diberi kode untuk melihat kesamaan pola temuan.
Coding harus dilakukan sesuai dengan kerangka teoritis yang dikembangkan
sebelumnya. Dengan cara ini, Coding memungkinkan peneliti untuk
mengkaitkan data dengan masalah penelitian.
3. Pemahaman (understanding) dan Mengujinya
Atas dasar coding, peneliti akan memulai memahami data secara detail dan
rinci. Proses ini dapat berupa “pemotongan” data hasil interview dan
dimasukkan ke dalam folder khusus sesuai dengan tema/pattern yang ada.
Hasil observasi dan analisis dokumen akan dimasukkan ke dalam folder yang
sama untuk mendukung pemahaman atas data hasil interview. Data kemudian
dicoba dicari maknanya/diinterpretasi. Dalam melakukan interpretasi, peneliti
berpegang pada koherensi antara temuan interview, observasi, dan analisis
dokumen.
b. Interpretasi
Hasil interpretasi kemudian dikaitkan dengan teori yang ada sehingga
65
memudahkan analisis, peneliti akan menggunakan strtaegi dibawah ini, merujuk
dari Nuemen (2003):
1. Narrative (menceritakan secara detail kejadian dalam setting)
2. Ideal types (membandingkan data kualitatif dengan model kehidupan sosial
yang ideal)
3. Success approximation (mengkaitkan data dengan teori secara
berulang-ulang, sampai perbedaannya hilang)
4. Illustrative method (mengisi “kotak kosong” dalam teori dengan data
kualitatif)
5. Path Dependency and Contingency (memulai dengan hasil kemudian
melacak balik urutan kejadian untuk melihat jalur yang menjelaskan
kejadian tersebut)
6. Domain analysis (memasukkan istilah-istilah asli yang menunjukkan ciri
khas obyek yang diteliti)
7. Analytical Comparison (mengidentifikasi berbagai karakter dan temuan
kunci yang diperoleh, membandingkan persamaan dan perbedaan karakter
tersebut untuk menentukan mana yang sesuai dengan temuan kunci).
c. Triangulasi
Triangulasi adalah suatu pendekatan analisa data yang mensintesa data dari
berbagai sumber. Menurut Institute of Golbal Tech dijelaskan bahwa Triangulasi
mencari dengan cepat pengujian data yang sudah ada dalam memperkuat tafsir
dan meningkatkan kebijakan serta program yang berbasis pada bukti yang telah
66
Dengan cara menguji informasi dengan mengumpulkan data melalui metode
berbeda, oleh kelompok berbeda dan dalam populasi berbeda, penemuan mungkin
memperlihatkan bukti penetapan lintas data, mengurangi dampaknya dari
penyimpangan potensial yang bisa terjadi dalam satu penelitian tunggal.
Triangulasi menurut Susan Stainbackdalam Sugiyono (2007:330) merupakan
“the aim is not to determinate the truth about same social phenomenon, rather
than the purpose oftriangulation is to increase one’s understanding of what ever
is being investigated.” Dengan demikian triangulasi bukan bertujuan mencari
kebenaran, tapi meningkatkan pemahaman peneliti terhadap data dan fakta yang
dimilikinya.
Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan
data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan
hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330)
Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda
(Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini
selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk
memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna
untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi
bersifat reflektif.
Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi
diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan
teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya
67
Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Adapun untuk mencapai
kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the
data according to the convergence of multiple data sources or multiple data
collection procedures (Wiliam Wiersma,1986). Triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu.
Penjelasan Triangulasi diatas sebagai berikut :
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh,
untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka
68
yang dipimpin, ke atasan yang menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan
kelompok kerjasama. Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan
seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana
pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga
sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga
sumber data tersebut.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data
tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi
lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain. Atau mungkin
semua benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.
3. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih segar, belum
banyak masalah, sehingga akan memberikan data yang lebih valid dan lebih
kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik
lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang
berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan
69
Triangulasi juga dapat dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari
peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.
3.7. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian A. Persiapan
Dalam tahapan awal penelitian ini, peneliti melakukan beberapa langkah
untuk membantu jalannya proses penelitian sebagai berikut :
a. Penyusunan Proposal.
b. Pengurusan Izin Penelitian.
c. Pemilahan Informasi Penelitian.
d. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan.
e. Pengembangan Pedoman Pengumpulan Data.
B. Penelitian Lapangan
Dalam tahap penelitian lapangan, guna memenuhi kebutuhan data
penelitian, peneliti melakukan langkah-langkah berikut ini :
a. Memulai penelitian lapangan dengan benar dengan membekali diri terlebih
dahulu dari berbagai literatur.
b. Menentukan research setting.
c. Memasuki research site.
d. Melakukan sikap yang akomodatif ketika di research site.
e. Observasi dan pengumpulan data (mengembangkan sikap melihat dan
mendengar, serta taking notes).
f. Memfokuskan pada setting khusus.
70 C. Menganalisis Data
Setelah pencarian data dirasa cukup dan sudah memenuhi kebutuhan untuk
dilakukan analisis maka langkah analisis data akan dilakukan peneliti dengan
urutan langkah berikut ini :
a. Melakukan analisis awal apabila data yang terkumpul telah memadai.
b. Mengembangkan reduksi data temuan.
c. Melakukan analisis data temuan.
d. Mengadakan pengayaan dan pendalaman data.
e. Melakukan interpretasi data berdasar teori yang ada.
f. Merumuskan kesimpulan akhir.
g. Menyiapkan penyusunan laporan penelitian dan menguji keabsahan data.
D. Penyusunan Laporan Penelitian
Setelah proses analisis data selesai dilakukan, dan diperoleh data yang
valid dan reliabel (kredibel), maka peneliti akan melakukan proses akhir dari
penelitian, yaitu menyusun laporan penelitian. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh dalam menyusun laporan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Prewriting (mengatur catatan atau literatur, membuat daftar ide, outlining,
melengkapi kutipan dan mengorganisasi komentar pada data analisis).
b. Composing (menuangkan ide dalam kertas sebagai draft pertama, dengan
memperhatikan kutipan, menyiapkan data untuk penyajian, serta membuat
pengantar dan konklusi).
c. Rewriting (mengevaluasi dan “memoles” laporan dengan memperbaiki
koherensi, proofreading atas salah tulis, mengecek kutipan, mengkaji kembali