• Tidak ada hasil yang ditemukan

D IPA 1007137 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "D IPA 1007137 Chapter5"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan

Perkembangan kemampuan konten, kemampuan pedagogi, dan kemampuan

metodologi penelitian pendidikan peserta PPG sejak merencanakan hingga

melaksanakan PTK menunjukkan pola perkembangan yang beragam.

Kompleksitas komponen yang berkontribusi terhadap perkembangan kemampuan

meneliti peserta PPG menunjukkan bahwa program pembekalan kemampuan

meneliti calon guru-peneliti tidak sederhana. Analisis lebih mendalam terhadap

perkembangan kemampuan konten, kemampuan pedagogi, dan kemampuan

metodologi penelitian pendidikan peserta PPG sejak merencanakan hingga

melaksanakan PTK mengarah pada tiga hal penting berikut.

Pertama, pengetahuan tentang karakteristik konten biologi tidak optimal

digunakan oleh peserta PPG pada saat merumuskan justification tentang dasar

pertimbangan pemilihan fokus konten yang diteliti. Pemahaman personal terhadap

konten biologi yang menjadi fokus kajian PTK tidak berkontribusi langsung

terhadap pemahaman peserta PPG sebagai guru-peneliti tentang karakteristik

konten biologi. Artinya tidak hanya kemampuan konten biologi peserta PPG

secara personal yang harus diperkuat tetapi pemahaman tentang karakteristik

konten biologi juga seyogianya dimiliki oleh seorang calon guru-peneliti.

Kedua, pengetahuan teoritis dan praktis tentang pedagogi yang diperoleh

peserta PPG melalui program pembekalan kemampuan meneliti tidak langsung

berkontribusi positif terhadap perkembangan kemampuan pedagogi sejak

merencanakan hingga melaksanakan PTK. Nampak bahwa terdapat kendala yang

dihadapi peserta PPG pada saat mentransformasikan pengetahuan teoritis dan

praktis pedagogi peserta pada saat merencanakan dan melaksanakan PTK. Artinya

pengalaman belajar yang dapat meningkatkan kemampuan peserta PPG sebagai

calon guru-peneliti dalam melakukan transformasi kemampuan pedagogi teoritis

(2)

Ketiga, kemampuan metodologi penelitian pendidikan tidak lebih baik

dibandingkan dengan perkembangan kemampuan pedagogi dan kemampuan

konten yang dimiliki peserta PPG pada saat merencanakan dan melaksanakan

PTK. Terdapat kontribusi positif kemampuan konten dan kemampuan pedagogi

yang dimiliki peserta PPG sejak merencanakan hingga melaksanakan PTK

terhadap kemampuan metodologi.

5.2 Implikasi

Program PPG tidak secara langsung dapat membentuk kemampuan meneliti

peserta PPG yang utuh. Perkembangan kemampuan konten, kemampuan

pedagogi, dan kemampuan metodologi penelitian pendidikan peserta PPG sejak

merencanakan hingga melaksanakan PTK masih terbatas. Artinya program

pembekalan kemampuan meneliti yang dilaksanakan selama PPG belum menjadi

jaminan terbentuknya kemampuan meneliti peserta PPG sesuai dengan standar

yang diharapkan.

Berdasarkan temuan penelitian diketahui bahwa kemampuan konten yang

telah dimiliki tidak menjamin kemampuan konten peserta PPG sebagai calon

guru-peneliti dalam merencanakan dan melaksanakan PTK kuat. Pembekalan

kemampuan konten peserta PPG masih perlu diperkuat pada saat merencanakan

dan melaksanakan PTK. Demikian pula dengan pembekalan kemampuan

pedagogi. Pembekalan kemampuan pedagogi selama peserta mengikuti program

PPG tidak langsung berkontribusi positif terhadap perkembangan kemampuan

pedagogi peserta dalam merencanakan dan melaksanakan PTK. Hal yang sama

teridentifikasi pula pada kemampuan metodologi penelitian peserta PPG.

Penguatan kemampuan metodologi penelitian pendidikan yang dibekalkan melalui

program PPG nampak masih terbatas membentuk kemampuan meneliti calon

guru-peneliti.

Nampak bahwa peserta PPG belum dapat mengikuti program pembekalan

kemampuan meneliti secara optimal. Upaya memfasilitasi calon guru-peneliti

untuk terlibat dalam aktivitas professional learning selama program PPG

berlangsung belum cukup membentuk kemampuan meneliti. Pembekalan

(3)

pengetahuan dan keterampilan saja. Pengetahuan dan keterampilan meneliti belum

benar-benar terinternalisasi pada diri peserta PPG sebagai calon guru-peneliti.

5.3. Rekomendasi

Berdasarkan implikasi dan temuan penelitian yang telah dipaparkan

sebelumnya dirumuskan beberapa rekomendasi yang ditujukan pada proses

pelaksanaan program pembekalan kemampuan meneliti peserta sebagai calon

guru-peneliti melalui PPG. Tiga rekomendasi proses pelaksanaan pembekalan

kemampuan meneliti selama program PPG berlangsung ditujukan untuk

menjadikan program pembekalan kemampuan meneliti lebih efisien. Pertama,

penguatan kemampuan meneliti hendaknya dilakukan dalam program yang

mengintegrasikan pembekalan meneliti dengan pembekalan konten dan pedagogi.

Kedua, peserta PPG hendaknya sejak dini dilibatkan dalam penelitian dosen dan

guru. Ketiga, adopsi model partisipasi dalam proses kolaborasi sejak

merencanakan hingga melaksanakan PTK yang melibatkan peserta PPG, guru

pamong, dan dosen. Pada Gambar 5.1 disajikan rekomendasi yang diusulkan

tentang kegiatan pembekalan kemampuan meneliti selama program PPG Biologi

SMA berlangsung.

(4)

Rekomedasi pertama, penguatan kemampuan meneliti hendaknya dilakukan

dalam program yang mengintegrasikan pembekalan meneliti dengan pembekalan

konten dan pedagogi. Penguatan kemampuan merancang dan melaksanakan PTK

seyogianya terintegrasi dalam program PPG sehingga pembentukan kemampuan

meneliti lebih efektif. Integrasi program pembekalan kemampuan meneliti dapat

dilakukan sejak tahap matrikulasi, dilanjutkan pada tahap workshop dan peer

teaching serta tahap PLP (Gambar 5.1). Integrasi program pembekalan

kemampuan meneliti diharapkan dapat menambah intensitas peserta PPG berlatih

melakukan tranformasi pengetahuan teoritis menjadi pengetahuan praktis. Hasil

penelitian sebelumnya menunjukkan upaya integrasi keterampilan meneliti pada

beberapa perkuliahan memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan

keterampilan meneliti secara umum (Healey & Jenkins, 2007; Willison, 2009).

Penggunaan teknologi untuk melakukan pemetaan keterampilan meneliti pada

kurikulum perkuliahan juga berkontribusi positif terhadap pengembangan

keterampilan meneliti secara terintegrasi dalam perkuliahan (Fraser et al., 2007).

Penguatan kemampuan meneliti pada tahap matrikulasi tidak hanya

dilakukan melalui satu mata kuliah metodologi penelitian (Gambar 4.23), tetapi

disarankan juga menjadi bagian terintegrasi dalam diskusi mata kuliah pedagogi

lainnya. Penguatan kemampuan meneliti terintegrasi saat matrikulasi misalnya

dilakukan pada mata kuliah evaluasi pendidikan. Pada pemberian mata kuliah

evaluasi pendidikan ditekankan pula penggunaan beragam jenis rancangan

asesmen yang biasa digunakan dalam pengambilan data PTK dan analisisnya. Hal

tersebut dapat memperkuat kemampuan pedagogi peserta PPG dalam

merencanakan dan melaksanakan PTK secara tidak langsung.

Selain pada tahap matrikulasi, integrasi kemampuan meneliti dapat

dilakukan pula pada tahap workshop dan peer teaching SSP selain workshop

khusus menyusun rancangan PTK (Gambar 4.23). Aktivitas workshop melatih

peserta PPG untuk melakukan pengemasan SSP lingkup materi biologi SMA pada

setiap kelas. Sebagai contoh pada saat workshop SSP tentang materi biologi kelas

10 semester 1, peserta PPG dilatih pula untuk mengidentifikasi kecenderungan

permasalahan yang seringkali muncul pada materi tersebut. Selain dilatih

(5)

untuk memilih tindakan pedagogi yang tepat untuk membelajarkan konten

tersebut.

Contoh lain, pengintegrasian kemampuan meneliti pada aktivitas peer

teaching. Peserta PPG dapat diarahkan untuk melatih kemampuan melakukan

refleksi dan observasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukannya sendiri

ataupun telah dilakukan oleh rekan peserta PPG lainnya. Keterbatasan waktu

refleksi secara lisan dapat disiasati dengan penyediaan learning log yang dapat

digunakan untuk menuangkan hasil refleksi secara tulisan dan diarahkan sebagai

tugas individu setiap peserta PPG. Bentuk learning log yang merangkum

pengetahuan praktis hasil proses refleksi dapat dirancang sebagai tugas untuk

peserta PPG pada tahap workshop & peer teaching. Hasil penelitian terdahulu

menggambarkan bahwa penyusunan dokumentasi hasil refleksi efektif digunakan

pada pendidikan calon guru (Wigham & Chanier, 2014).

Pada saat yang bersamaan dosen dan guru pamong yang terlibat dalam

kegiatan mentoring workshop dan peer teaching juga menjadi model guru-peneliti

yang melakukan observasi dan refleksi. Integrasi pembekalan kemampuan

meneliti melalui workshop dan peer teaching tersebut direkomendasikan karena

dapat menambah intensitas pengalaman belajar peserta PPG sebagai calon

guru-peneliti selain pembekalan yang secara khusus diberikan oleh dosen mentor PTK

melalui workshop PTK.

Seperti halnya pada tahap matrikulasi dan tahap workshop serta peer

teaching, pada tahap PLP penguatan kemampuan meneliti dapat juga diberikan

secara tidak langsung oleh dosen dan guru pamong sebelum peserta PPG

melaksanakan PTK (Gambar 4.23). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan

bahwa program pengalaman praktek calon guru di sekolah pada beberapa program

pendidikan guru di beberapa negara bervariasi waktunya, mulai dari waktu yang

tersingkat di Jepang sampai dengan yang terlama di Belanda (Wang, Coleman,

Coley, & Phelps., 2003). Namun, program pengalaman praktek calon guru di

beberapa negara tersebut memiliki tujuan yang sama halnya dengan yang

dilakukan pada program PLP PPG di Indonesia yaitu memberikan supervisi dan

(6)

Supervisi klinis yang biasa dilakukan oleh dosen dan guru pamong secara

khusus pada PLP di sekolah direkomendasikan dilakukan terintegrasi dengan

penguatan kemampuan meneliti peserta PPG (Gambar 5.1). Supervisi klinis yang

dilakukan secara periodik di sekolah sejak awal PLP dapat memfasilitasi

kemampuan peserta PPG dalam melakukan refleksi tentang masalah pembelajaran

dikelasnya sendiri. Adanya arahan dan bimbingan dari dosen dan guru pamong

menjadi stimulus untuk peserta dalam merencanakan dan mengembangkan

tindakan pedagogi yang dapat digunakannya untuk mengatasi permasalahan yang

teridentifikasi. Artinya secara bersamaan supervisi klinis tidak hanya ditujukan

untuk penguatan praktek pembelajaran peserta PPG tetapi juga memfasilitasi

penguatan kemampuan pedagogi, kemampuan konten, dan kemampuan

metodologi penelitian pendidikan dalam melaksanakan PTK.

Rekomendasi kedua, peningkatan keterlibatan peserta sebagai calon

guru-peneliti sejak dini dalam program PPG. Hasil guru-penelitian terdahulu menyatakan

bahwa program pendidikan guru harus memfasilitasi calon guru-peneliti

memperoleh pengalaman merencanakan dan melaksanakan PTK (Volk, 2009).

Peningkatan keterlibatan peserta PPG ditujukan agar kemampuan personal peserta

dalam mengintegrasikan kemampuan konten, kemampuan pedagogi, dan

kemampuan metodologi penelitian pendidikan lebih terlatih. Blended antara

pengetahuan praktis dengan teori implisit dan grand theories yang dapat

membantu calon guru-peneliti mengembangkan pemahamannya tentang konteks

penelitian dan tindakan yang diperlukan harus terjadi (Zambo, 2014). Upaya

alternatif yang dapat dilakukan diantaranya adalah adanya aktivitas magang

penelitian. Aktivitas magang penelitian dapat difasilitasi oleh dosen dan guru

pamong yang terlibat dalam program PPG (Gambar 5.1).

Aktivitas magang peneliti disarankan dilaksanakan sebelum peserta PPG

sebagai calon guru-peneliti merencanakan dan melaksanakan langsung PTK di

sekolah. Aktivitas magang penelitian dapat memfasilitasi peserta PPG dalam

melatih kemampuannya melakukan transformasi pengetahuan teoritis tentang

meneliti menjadi pengetahuan praktis. Konsep magang memberikan ruang lebih

pada calon guru-peneliti untuk terlibat secara aktif melatih tindakan relektif

(7)

memiliki pengalaman professional learning dalam komunitas profesional yang

sesungguhnya, dan memiliki model yang dapat dijadikan sebagai acuan pada saat

waktunya tiba untuk berlatih mandiri pada tahap workshop merancang PTK dan

mengimplementasikannya di sekolah. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan

bahwa program magang penelitian memberikan kontribusi positif dalam

membentuk kemampuan profesional seorang calon guru-peneliti (Naaman et al.,

2005; Volk, 2010 Rigelman, 2012).

Rekomendasi ketiga, adopsi model partisipasi dalam proses kolaborasi sejak

merencanakan hingga melaksanakan PTK yang melibatkan peserta PPG, guru

pamong, dan dosen. Program pelatihan yang dilaksanakan pada program PPG

mengarahkan peserta untuk merencanakan dan melaksanakan PTK sendiri sebagai

guru-peneliti. Pihak lain seperti halnya dosen mentor dan guru yang terlibat

bersifat konsultatif tidak bersifat dominan. Jenis penelitian tindakan tersebut

dikenal sebagai critical action research (Mills, 2000; 2011). Posisi peserta PPG

sebagai guru-peneliti pada saat melaksanakan PTK termasuk jenis insider (Herr &

Anderson, 2015). Peserta PPG sebagai guru-peneliti yang melaksanakan

penelitian terhadap proses pembelajarannya sendiri.

Apabila dicermati, teori yang mendasari dilaksanakannya penelitian

tindakan dalam dunia pendidikan mengacu pada pendapat John Dewey tentang

pentingnya belajar aktif dan pengalaman bagi manusia pada saat memperoleh

suatu pengetahuan (Herr & Anderson, 2015). Artinya terdapat dua hal penting

yang harus terpenuhi oleh program pembekalan kemampuan meneliti dalam PPG.

Hal yang pertama adalah memfasilitasi peserta sebagai calon guru-peneliti secara

aktif menghasilkan suatu pengetahuan dan hal yang kedua adalah memfasilitasi

praktek merumuskan pengetahuan melalui PTK. Berdasarkan penjelasan tersebut,

program PPG telah memenuhi kewajiban yang pertama yaitu memfasilitasi

peserta sebagai calon guru-peneliti yang aktif menghasilkan suaru pengetahuan.

Namun kewajiban program PPG yang kedua yaitu memfasilitasi peserta untuk

praktek merumuskan pengetahuan melalui PTK kurang optimal.

Berdasarkan hal tersebut, praktek PTK jenis kolaboratif atau participatory

action research direkomendasikan untuk digunakan oleh peserta program PPG

(8)

pengalaman belajar meneliti secara aktif sekaligus melatih proses berkolaborasi

dengan dosen mentor dan guru pamong. Keuntungan lain yang diperoleh adalah

adanya justification terhadap pengetahuan yang diperoleh calon guru-peneliti dari

pihak outsider. Berdasarkan Herr & Anderson (2015) posisi guru-peneliti sebagai

insider yang berkolaborasi dengan outsider ada beberapa jenis. Jenis

partisipasi/kolaborasi antara peserta PPG (insider), dosen mentor (outsider) dan

guru pamong (outsider) yang disarankan sebagai alternatif model partisipasi

dalam proses kolaborasi adalah tipe colearning.

Melalui proses kolaborasi dengan guru pamong dan dosen mentor, peserta

PPG diharapkan secara aktif membentuk pengalaman professional learning dan

memiliki pengalaman menjadi bagian komunitas profesional. Hasil penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa pengalaman berkolaborasi yang diperoleh calon

guru-peneliti dengan guru pamong, dan dosen mentor, berkontribusi positif pada

pembentukan professional learning calon guru (Rigelman & Ruben, 2012).

Pemaknaan proses kolaborasi secara profesional melalui PTK jenis kolaboratif

diperlukan untuk memperkenalkan dan menanamkan kemampuan guru

profesional pada diri peserta PPG (Robert & Pruitt, 2009; Loghran, 2010; Klein et

al., 2015).

Sebagai implikasinya, praktisi yang terlibat dalam program pendidikan guru

yaitu dosen mentor dan guru pamong seyogianya memfasilitasi peserta PPG

memperoleh wawasan dan pemahaman yang tepat tentang proses perkembangan

profesional melalui PTK. Seperti halnya penjelasan yang dikemukakan peneliti

sebelumnya bahwa upaya peningkatan wawasan dan pemahaman tentang

perkembangan profesional menjadi tanggung jawab para pendidik yang terlibat

Gambar

Gambar 5.1 Rekomendasi kegiatan pembekalan kemampuan meneliti yang diusulkan

Referensi

Dokumen terkait

Pada waktu Proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, unsur negara yang baru terpenuhi yaitu rakyat (penduduk) dan daerah (wilayah), untuk pemerintah yang berdaulat

Simple repetition is the most dominant types of repetition that used in the body text of shampoo advertisements because the use of simple repetition in the body text of

Layanan pembelajaran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai materi belajar atau

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh PISA (the OECD Programme for International Student Assessment) pada tahun 2015, lima negara dengan predikat pendidikan terbaik diantaranya :

Dengan kata lain, evaluasi pelaksanaan bimbingan dan koseling merupakan upaya menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah pada khususnya dan

Karena pembentukan motif pada kain songkèt yang dilakukan bersamaan dengan proses tenunan kain dasar, tidak harus menggunakan jarum, tetapi memerlukan beberapa alat pembentuk

The extract of Psidium guajava was proven as an effective antiviral for dengue virus in vitro, might be caused this extract contained quarcetin (derivate of flavonoid) that

Berdasarkan lembar penilaian aktivitas siswa, perolehan skor aktivitas siswa adalah 28 dengan kategori sangat baik. Aktivitas siswa yang memperoleh penilaian