ABSTRAK
Bermita Sembiring1
1 Mahasiswa Fakultas Hukum Departemen Hukum Internasional USU
**
Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Fakultas Hukum USU
***
Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Fakultas Hukum USU
Sutiarnoto MS** Mahmul Siregar ***
Penyelesaian sengketa antarnegara dalam GATT (kemudian WTO)
sesungguhnya telah berlangsung lama. Mekanisme penyelesaian sengketa da1am
perjanjian WTO sekarang ini pada intinya mengacu pada ketentuan GATT. Prosedur dalam sengketa memerlukan banyak waktu, Sering kali timbul kesulitan untuk mencari anggota panel yang tepat untuk sebuah kasus yang timbul, Pihak yang kalah dalam sengketa dapat mencegah diterimanya laporan kepada council karena adanya aturan bahwa keputusan dalam council diambil dengan cara consensus.
Penelitian dilakukan dengan metode penelitian hukum normatif. Bahan atau data yang dicari berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan. Analisis Data yang digunakan secara kualitatif yaitu data yang bersifat deskriptif.
Pengaturan penyelesaian sengketa dalam GATT dan WTO berpatokan pada ketentuan pasal XXII-XXIII GATT. Pasal tersebut menghendaki para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya melalui konsultasi bilateral atas setiap persoalan yang mempengaruhi pelaksanaan perjanjian/ketentuan-ketentuan GATT/ WTO atau penyelesaiannya melalui perundingan atau negosiasi dan apabila gagal diselesaikan dengan membentuk suatu panel (atau kelompok kerja). Pengaturan penyelesaian sengketa perdagangan internasional telah dilengkapi dengan aturan-aturan yang lebih komprehensif sehingga membentuk suatu sistem
yang cukup dapat diandalkan sebagai alat penyelesaian sengketa. Mekanisme
penyelesaian sengketa internasional GATT dan WTO melalui pengaturannya dalam Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement of Dispute (DSU) yang merupakan annex 2 dari Agreement Establishing the World Trade Organization (Perjanjian WTO). Mekanisme penyelesaian sengketa yang mengikat dan berdasarkan fitur kunci sistem rule based yang ditrapkan WTO sedangkan sistem rule based tersebut perubahan mendasar dari power based yang diterapkan GATT dalam menyelesaian sengketa dagang internasional. Gambaran sistem rule based dan power based itu dalam praktik perdagangan inetrnasional baik yang dilakukan oleh pemerintah dan juga yang dilakukan oleh pihak swasta asing. Upaya penyelesaian sengketa internasional secara damai diantaranya Penyelesaian melalui jalur diplomatic berupa Negosiasi, Jasa baik (Good Offices), Mediasi, Pencari fakta (fact finding/inquiry), Konsiliasi (conciliation), Penyelesaian melalui PBB, Penyelesaian melalui organisasi regional. Penyelesaian sengketa jalur hukum berupa Arbitrase dan Penyelesaian sengketa melalui pengadilan internasional.