• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Limbah Industri Tempe dan Rhizobium Untuk Ketersediaan Hara N dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Limbah Industri Tempe dan Rhizobium Untuk Ketersediaan Hara N dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Industri tahu dan tempe merupakan industri kecil yang banyak tersebar di

kota-kota besar dan juga di pedesaan baik itu dalam skala besar ataupun skala kecil. Limbah industri tahu dan tempe belum dapat dimanfaatkan secara optimal.

Kandungan asam-asam organik yang tinggi akan mengakibatkan kerusakan lingkungan ataupun kondisi perairan jika dibuang langsung ke badan air tanpa pengolahan tertentu.

Tempe merupakan salah satu produk olahan dari kedelai yang difermentasi dengan Rhizopus sp. Proses pembuatan tempe yaitu dengan cara merendam biji

kedelai, direbus, dan melepas kedelai dari kulit arinya kemudian dilakukan peragian dan dibungkus (Dirjen Bina Produksi Peternakan dan Fakultas Peternakan IPB, 1986). Pada proses pembuatan tempe dihasilkan banyak limbah

baik yang berupa cair maupun limbah padat (Anonim, 2000). Menurut survey Direktorat Bina Produksi Peternakan dan Fakultas Peternakan IPB (1986) yang disitasi oleh Purbowati dkk (2001) angka konversi (persentase bobot limbah dari

bahan baku) berkisar antara 10% - 20 % (rata-rata 16.6 %). Limbah tempe yang berupa kulit ari kedelai atau biasa disebut ampas tempe dapat dimanfaatkan untuk

pakan ternak. Limbah tempe akan cepat busuk dan baunya akan mencemari lingkungan, oleh karena itu harus segera dimanfaatkan. Melalui pengeringan, ampas tempe dapat digunakan dalam waktu yang lebih lama sehingga

penggunaannya sebagai pakan ternak akan optimal.

Limbah cair industri tempe umumnya dibuang ke lingkungan sekitarnya,

terutama ke perairan atau ke sungai. Limbah cair dari proses pembuatan tempe

(2)

terutama terdiri dari 99,9% atau lebih air dan 0,1% berupa benda-benda padat yang terdiri dari zat organik dan anorganik. Limbah cair industri tempe berasal dari proses pencucian, perendaman, dan perebusan kedelai yang mengandung

sejumlah besar unsur hara essensial terutama nitrogen yang sangat dibutuhkan tanaman. Pada limbah perendaman kedelai, dari rendaman 50 kg kedelai akan

terkandung nitrogen yang cukup tinggi sekitar 1,5% protein terlarut.

Pada umumnya tanah pertanian di daerah tropis kekurangan unsur hara nitrogen, padahal nitrogen diperlukan dalam jumlah relatif banyak dan

mempunyai dampak sangat menyolok terhadap produktivitas tanaman (Crowder and Chheda, 1982). Untuk menanggulangi kekurangan nitrogen tersebut, biasanya

ditambahkan pupuk nitrogen ke dalam tanah. Sejumlah besar nitrogen terdapat di atmosfer (78 % berdasarkan volume). Hal ini merupakan sumber nitrogen yang sangat melimpah, tetapi sayang umumnya tumbuhan tidak dapat memanfaatkan

nitrogen yang ada di udara ini secara langsung (Susilawati dkk., 2006).

Ada beberapa bakteri yang dapat memfiksasi N2, tetapi dalam pertanian,

rhizobium merupakan bakteri yang paling penting dalam fiksasi nitrogen

(Thomas, et al., 1997). Rhizobium penyebab terbentuknya bintil akar pada akar tanaman legum. Tanpa tanaman legum rhizobia tidak dapat memfiksasi nitrogen,

sebaliknya tanpa rhizobia tanaman legum juga tidak dapat memfiksasi nitrogen. Nitrogen difiksasi di nodul dan hanya terjadi jika ada hubungan simbiotik antara bakteri dengan tanaman legume (Purwaningsih dkk., 2012)

Dari uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait aplikasi limbah industri tempe dan rhizobium, yang diduga dapat

(3)

menyediakan unsur hara N pada tanaman kedelai (Glycine max L. Merill.) di tanah Inceptisol Kwala Bekala.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemanfaatan limbah industri tempe dan rhizobium serta interaksinya untuk ketersediaan dan serapan N serta pertumbuhan tanaman kedelai

(Glycine max L. Merill.) di tanah Inceptisol Kwala Bekala. Hipotesis Penelitian

- Limbah industri tempe mampu menyediakan hara N pada tanah Inceptisol

Kwala Bekala dan meningkatkan serapan N pada tanaman kedelai (Glycine max L. Merill.)

- Rhizobium mampu menyediakan hara N pada tanah Inceptisol Kwala

Bekala dan meningkatkan serapan N pada tanaman kedelai (Glycine max L. Merill.)

- interaksi antara limbah industri tempe dan rhizobium mampu menyediakan

hara N di tanah Inceptisol Kwala Bekala dan meningkatkan serapan N pada tanaman kedelai (Glycine max L. Merill.)

Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatrea Utara Medan dan sebagai bahan kajian mengenai aplikasi limbah pabrik industri tempe dan rhizobium untuk ketersediaan hara N dan pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L. Merill.) di tanah Inceptisol

Kwala Bekala.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari asuhan kebidanan secara komprehensif ini didapat dengan melakukan asuhan kebidanan secara mandiri dan kolaborasi serta penanganan secara dini, tidak

yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif disertai pembuatan diagram roundhouse adalah sebesar 14,53 (b) rata-rata skor hasil belajar siswa pada materi virus

[r]

PROGRAM PENGEMBANGAN MODEL OPERASIONAL BKB-POSYANDU-PADU - Kegiatan Pembinaan Dan Penguatan Kader Bina Balita. KEPALA SUB BIDANG

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan efikasi diri pasien post stroke dalam menjalani fisioterapi di RSUP H.Adam Malik Medan dengan

pembajak pesawat masih hidup, para saksi mata melihat dan mendengar rentetan ledakan saat gedung roboh, ribuan arsitek dan insinyur menolak gedung tinggi menjulang ini dapat

Perumusan masalah untuk mengidentifikasi persoalan terkait persetujuan tindakan kedokteran adalah, bagaimana pemahaman dokter terhadap Persetujuan Tindakan Kedokteran

Hambatan yang ditemui terletak pada variabel sumberdaya karena kurang dukungan tenaga pearwat dan portir, sarana dan prasarana medis dan nonmedis serta ketersediaan dokumen,