• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Modal Sosial Mahasiswa Asrama Mansinam Salatiga T2 752016002 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Modal Sosial Mahasiswa Asrama Mansinam Salatiga T2 752016002 BAB I"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pulau Papua merupakan salah satu pulau yang terletak di wilayah paling timur

Negara Kesaatuan Republik Indonesia, dibagi menjadi 2 (dua) Propinsi yaitu Papua dan Papua Barat. Daerahnya belum banyak dirambah aktivitas manusia dan kaya akan sumber daya alam. Sebagai pulau terluar Indonesia, Papua memiliki luas daratan 21.9% dari total

tanah seluruh Indonesia yaitu 421.981 Km2, membujur dari Barat ke Timur (Sorong-Jayapura) sepanjang 1.200 Km (744 mil) dan dari Utara ke Selatan (Jayapura-Merauke)

sepanjang 736 Km (456 mil). Papua memiliki topografi yang sangat bervariasi dan juga memiliki banyak pulau yang berjejer di sepanjang pesisirnya1.Kekayaan Papua tidak saja pada aspek SDA nya, tetapi juga pada keragaman kulturnya. Dengan struktur geografis

yang berbeda-beda, membentuk cara pandang dan budaya yang juga berbeda di antara para komunitas yang mendiami berbagai lokasi geografis tersebut. Kekayaan kultural ini, tidak dapat dipungkiri, akhirnya sering melahirkan konflik, karena terjadi kesalahapahaman

bahasa.

Meskipun begitu, Papua bukan saja kosakata untuk menyebut geografis atau

kultural semata, istilah Papua telah menjadi identitas imajiner bersama yang kadang mampu melampaui batas-batas teritorial juga kultural. Menggunakan terminologi

Fukuyama tentang komunitas dalam konteks Modal Sosial, Papua bagaimanapun adalah

1

(2)

sebuah komunitas moral.Disebut demikian karena mereka mampu mengakuisisi dirinya

menjadi sebuah komunitas yang disebut Papua.Padahal, ada perbedan-perbedaan yang sangat tajam diantara mereka.Pertama, secara geografis. Papua terbagi dalam struktur

geografis berbeda-beda yang membentuk cara pandang komunitasnya masing-masing.

Droglover, membagi struktur geografis orang Papua menjadi tiga bagian, yaitu pesisir,

pedalaman dan pegunungan yang ikut mempengaruhi pembentukan Modal Sosial menjadi Papua2.Kedua, keragaman sosio-kultural. Siregar, melaporkan bahwa ada 258 suku dengan 193 sistim kebudayaan, ditambah dengan 138 suku migran – yang tentu saja memberikan

warna dalam transaksi sosial dan pembentukan Modal Sosial menjadi Papua.3

Menariknya adalah perbedaan yang begitu tajam, tampaknya tidak menghalangi

kemauan untuk menjadi Papua bisa jadi dipengaruhi oleh hal-hal berikut. Pertama, transkasi sosial yang lebih luas dan kompleks, termasuk kesadaran akan pentingnya pendidikan.4 Kedua, hal yang tak dapat diabaikan dalam pembentukan Modal Sosial orang Papua adalah sejarahnya. Catatan Asyari Afan, bahwa kegagalan memahami struktur sosial orang Papua, sehingga menghasilkan pendekatan yang keliru tentang membangun orang Papua menjadikan kosakata Papua sebagai salah satu pengikat, dalam rangka membentuk

2

Droglover, P.J. Tindakan Pilihan Bebas, (Kanisius. Yogyakarta, 2010), 1

3

Bedes, Dessy Musina, Modal Sosial dalam Perspektif Orang Papua: Studi Terhadap Dimensi dan Tipologi Modal Sosial yang Dimiliki HIMPPAR.(Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga, 2013),1.

4

(3)

identitas tersendiri dan Modal Sosial sebagai Papua. Berikutnya, tetapi bukan yang terakhir,

adalah sistim politik demokrasi yang diadopsi menjadi sistim pemerintahan di Papua.5 Mengacu pada konteks membentuk komunitas imajiner, atau dalam terminologi

Fukuyama disebut juga dengan komunitas moral, maka Papua adalah Modal Sosial sebuah pengikat sosial yang mampu menjadi pengikat sekaligus jembatan perbedaan-perbedaan itu.

Prinsip dasar Modal Sosial adalah bahwa hanya kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki seperangkat nilai sosial dan budaya yang menghargai pentingya kerjasama yang dapat maju dan berkembang dengan kekuatan sendiri. Konsep Modal Sosial muncul dari

pemikiran bahwa anggota masyarakat tidak mungkin secara individu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Hanifan mengatakan Modal Sosial bukanlah modal dalam artian

biasa seperti harta kekayaan atau uang, tetapi lebih mengandung arti kiasan,namun merupakan aset atau modal nyata yang penting dalam hidup bermasyarakat. Menurut

Hanifan, dalam modal sosial termasuk kemauan baik, rasa bersahabat, saling simpati, serta

hubungan sosial dan kerjasama yang erat antara individu dan keluarga yang membentuk suatu kelompok social.6

Bourdieu mengatakan untuk dapat memahami struktur dan cara berfungsinya

dunia sosial, perlu dibahas modal dalam segala bentuknya dan tidak terbatas serta tidak cukup hanya membahas modal seperti yang dikenal dalam teori ekonomi. Penting diketahui

bahwa bentuk-bentuk transaksi dalam teori ekonomi dianggap non ekonomi karena tidak dapat secara langsung memaksimalkan keuntungan material. Hal ini dikarenakan dalam

5

Asyari Afan, B, Mutiara Terpendam Papua:Potensi Kearifan Lokal untuk Perdamaian di Tanah Papua. Program Studi Lintas Agama, (Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta, 2015), 8-10.

6

(4)

setiap transaksi modal ekonomi, selalu disertai oleh modal immaterial berbentuk modal

budaya dan Modal Sosial.7

Modal Sosial telah disepakati oleh para ahli disebut sebagai pengingat relasi

sosial. Disebut demikian, karena modal ini bersifat tidak kelihatan, tidak seperti modal manusia (pengetahuan dan ketrampilan), modal finansial, ataupun modal fisik (material).8 Namun, kekuatan modal ini telah menjadi jembatan juga pengikat dalam relasi sosial demi kepentingan-kepentingan bersama9. Meminjam bahasa Fukuyama, bahwa Modal Sosial dibutuhkan guna menciptakan jenis komunitas moral yang tidak bisa diperoleh hanya

seperti dalam kasus-kasus modal manusia.

Studi-studi terdahulu tentang Modal Sosial baik yang telah dibahas Coleman; Bourdieu; Fukuyama; Boisjoly, et al; Putnam; Stephenson; Zhao10 semuanya berarah sangat terbatas pada akumulasi ekonomi, sebagai salah satu akibat yang dibangun karena adanya unsur-unsur Modal Sosial seperti jaringan, kepercayaan dan norma. Bahkan di

Indonesia kajian-kajian tentang Modal Sosial yang diarahkan terkait dengan pengembangan dan penguatan kapasitas masyarakat hampir semuanya mengarah pada kemampuan suatu komunitas terkait akumulasi ekonomi. Meskipun demikian, dengan semakin maraknya

pembahasan tentang Modal Sosial dalam kajian-kajian sosial maupun ekonomi, penelitian-penelitian pada bidang lain mulai dilirik dengan menggunakan Modal Sosial sebagai

variabel yang memiliki pengaruh dalam relasi sosial. Sungkar dan Kudubun

7

Bourdieu, Pierre, The Forms of Capital, dalam J. Richardson, ed. Handbook of Theory and Research for the Sociology of Education.(Greenwood Press.Westport, 1992), 135.

8

Bourdieu, Pierre, The Forms of Capital, dalam J. Richardson, ed. Handbook of Theory and Research for the Sociology of Education.(Greenwood Press.Westport, 1992), 137

9

Alfitry, 2011. Community Development: Teori dan Aplikasi(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 12 10

(5)

mengembangkan variabel modal sosial dalam melihat relasi sosial beda agama11. Mitzal

dan James menggunakan kajian Modal Sosial dalam konteks ketimpangan rasial pada pengungsi dan imigran.Caligiuri et, al menggunakan variabel Modal Sosial untuk melihat

ketimpangan gender terkait posisi pekerjaan manager dan tugas-tugas pada level internasional pada perempuan dan laki-laki.12 Studi lain yang dikemukakan Harper, Ledeneva menjelaskan bagaimana variabel Modal Sosial berpengaruh dalam menerima

ketertindasan sebagai sesuatu yang alamiah - dimana pada ratusan tahun lebih awal Marx

telah mengungkapkan itu dalam tesisnya dengan menggunakan salah satu indikator Modal

Sosial yaitu norma agama yang disebutnya sebagai candu.

Meluasnya penggunaan variabel Modal Sosial dalam berbagai aspek relasi

sosial, menunjukkan bahwa Modal Sosial merupakan salah satu elemen yang sangat vital dalam relasi sosial.Artinya, kualitas sebuah relasi sosial sangat ditentukan oleh kekuatan Modal Sosial.Pada tataran organisasi, Fukuyama bahkan mengatakan bahwa keberhasilan

oraganisasi bahkan kesehatan ekonomi sebuah Negara ditentukan oleh kualitas Modal Sosial yang bersandar pada akar-akar kultural.13Hanifan sebagai penggagas awal Modal Sosial mengatakan hal-hal yang terkandung dalam Modal Sosial bahkan menentukan

keberlanjutan sebuah komunitas sosial. Putnam berujar, keberhasilan pencapaian tujuan bersama sebuah komunitas menunjukkan kualitas modal sosial yang dimiliki komunitas

tersebut. Karena itu dalam bahasa Putnam Modal Sosial disebut sebagai kapabilitas sosial.

(6)

Tinggi rendahnya kapabilitas sosial ditentukan oleh tiga unsur dalam Modal

Sosial, yakni jaringan, kepercayaan dan norma. Semakin meluasnya jaringan dan tidak terbatas pada komunitas yang homogen seperti dalam studi kasus Putnam, maka dalam

temuan Mitzal dan James bahwa diperlukan pertukaran kepercayaan yang tinggi diantara mereka yang basis komunitasnya sangat heterogen.14Dalam terminologi Fukuyama,

diperlukan pembiasaan terhadap norma-norma moral agar terbangun kepercayaan yang kuat untuk kepentingan akuisisi menjadi sebuah komunitas.15

Berdasarkan pada pembahasan tentang Modal Sosial dan kemanfaatannya pada

suatu komunitas, penelitian ini kemudian dilakukan. Penelitian ini berfokus pada Mahasiswa asal Papua yang memilih untuktinggaldi Asrama Mansinam selama menempuh

studi di Universitas Kristen Satya Wacana.Ada beberapa dugaan awal yang melatar belakangi penelitian tentang mahasiswa penghuni Asrama Mansinam ini.Pertama, bahwa rasa solidaritas yang terbentuk antara mereka sebagai sesama penghuni Asrama Mansinam,

didasarkan pada satu kesamaan yang dimiliki oleh mereka bahwa mereka sama-sama berasal dari Papua.Kedua, solidaritas ini yang terjadi pada mereka sebagai sesama penghuni Asrama Mansinam, karena pengkondisian tertentu yang telah ditata sebelumnya semenjak

Asrama Mansinam didirikan.

Dugaan ini berawal dari rasa ketertarikan penulis melihat kehidupan penghuni

Asrama Mansinam yang tertata begitu baik dibandingkan dengan asrama lain yang juga berasal dari Papua. Disebut tertata baik, karena Asrama Mansinam memiliki jam malam yang teratur, memilik jadwal harian untuk aktivitas-aktivitas rutin, dan sepanjang

14 John, Field,

Sosial 1

(7)

pengamatan penulis, aturan-aturan yang diberlakukan maupun kegiatan-kegiatan ini

dilakukan dengan konsisten. Artinya, jika dibandingkan dengan asrama-asrama mahasiswa Papua yang lain, yang hampir tidak memiliki aturan-aturan yang ketat, maka Asrama

Mansinam sesungguhnya dapat menjadi percontohan tentang kehidupan berasrama dalam konteks pembinaan mahasiswa.

Konsistensi pada aturan-aturan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan berimplikasi besar pada aktivitas dan hasil studi mereka.Berdasarkan pada data awal, ditemukan bahwa hampir semua mahasiswa penghuni Asrama Mansinam memiliki indeks

prestasi di atas, 2. 75, tidak ada yang mengalami kendala seperti kendala keuangan dalam studi mereka meskipun mereka berasal dari latar belakang keluarga dengan kondisi

ekonomi yang berbeda; demikian juga dengan kendala lain seperti makan dan minum sebagai kebutuhan harian mereka. Pada aktivitas harian mereka di Asrama Mansinam, konsistensi mereka pada aturan yang telah mereka sepakati bersama, mampu menghasilkan

rasa persaudaraan yang erat, dan meminimalisir konflik yang dapat terjadi karena hal-hal kecil, menyalakan musik pada saat yang lain sedang istirahat atau sedang belajar.

Fenonema yang tampak ini membuat penulis membangun dugaan bahwa ada

Modal Sosial yang kuat pada mahasiswa penghuni Asrama Mansinam, dimana ada dugaan bahwa ada norma-norma tertentu yang disepakati bersama, dan terutama serta yang

terpenting ialah ada rasa saling percaya yang tinggi di antara mereka untuk membentuk jejaring di antara mereka ataupun di luar mereka. Meskipun demikian, penulis juga menduga bahwa terbentuknya rasa saling percaya di antara mereka sebagai sesama

(8)

jejaring di antara mereka dan juga dengan yang lain di luar mereka, menjadi penting untuk

diungkapkan dalam penelitian ini. Artinya, penulis melihat bahwa modal sosial terbentuk karena sebuah pengkondisian, sebuah penciptaan keadaan dimana norma menjadi dasar

atau aturan bersama, dan rasa saling mempercayai karena saling membutuhkan satu sama lain, dimana rasa percaya inilah yang mengikat mereka dalam membentuk jejaring di antara

mereka.

1.2. Identifikasi Masalah

Melihat pentingnya Modal Sosial dalam komunitas maupun masyarakat, maka

penelitian ini akan mencoba mengungkap tentang Modal Sosial yang dimiliki oleh Mahasiswa yang tinggal di Asrama Mansinam. Mengacu pada aspek sejarah, Asrama

Mansinam pertama kali didirikan karena ada kebutuhan tentang tempat tinggal Mahasiswa Papua sekaligus pembinaan Mahasiswa yang kala itu dikirim oleh sinode GKI Papua untuk studi di UKSW.16

Hal menarik tentang Asrama Mansinam ini dibandingkan asrama-asrama Mahasiswa Papua sekarang ini adalah pada proses pembinaan, dan terutama pada proses pembentukan kemandirian. Sejak awal, Asrama Mansinam diserahkan sepenuhnya untuk

dikelola oleh mahasiswa penghuni tanpa ada dukungan finansial sama sekali baik dari pihak sinode GKI ataupun dari pihak pemerintah.17 Hal ini menarik, karena bagaimanapun proses keberlangsungan Asrama Mansinam, menjadi sepenuhnya tanggungjawab mereka yang menjadi penghuni disitu.

16

Bedes, M Dessy Modal Sosial, 35

17

(9)

Asrama Mansinam mengalami pasang surutnya sendiri. Pada periode awal,

asrama ini mengijinkan siapapun yang datang dari Papua, baik mereka yang penerima beasiswa maupun bukan, selama mereka belum mendapatkan pemondokan atau indekos,

mereka boleh tinggal mondok sementara di Asrama Mansinam.Dalam kondisi semacam ini, Asrama Mansinam dikatakan pernah mengalami periode surut, karena belum

dimaksimalkan fungsinya. Pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an, dari segi tampilan luar, Asrama Mansinam terkesan tidak terurus, tidak terawat dan terkesan kumuh.18

Kondisi inilah yang mendorong terjadinya revitalisasi fungsi Asrama

Mansinam pada tahun 2004.19Revitalisasi fungsi Asrama Mansinam ini berarti bahwa mengembalikan lagi fungsi Asrama Mansinam sejak pertama kali didirikan, yaitu sebagai

tempat pembinaan.Segala aturan baru dibuat, termasuk membatasi waktu berkunjung, juga membatasi waktu-waktu untuk membuka dan menutup gerbang Asrama Mansinam20.Tentu saja hal ini membawa konsekuensi pada keberlangsungan Asrama Mansinam.Telah

menjadi hakikat manusia bahwa dirinya tidak suka diatur.Dengan membatasi jam-jam berkunjung, bagi penghuni tentu saja ini sebuah pembatasan pada kebebasan. Namun begitu, fenomena menarik adalah sejak 2004 atau sejak 13 tahun revitalisasi fungsi ini

dilakukan, Asrama Mansinam masih kokoh berdiri saat ini, dan masih saja memiliki penghuni yang memilih untuk tinggal di Asrama tersebut.

18

Wawancara penulis dengan salah satu pengurus sekaligus penghuni Asrama Mansinam 2017.Wawancara dilakukan pada tanggal 9 Febuari 2017 Pukul 16.30 wib

19

Wawancara penulis dengan salah satu pengurus sekaligus penghuni Asrama Mansinam 2017.Wawancara dilakukan pada tanggal 9 Febuari 2017 Pukul 17.00wib

20

(10)

Direvitalisasi tetapi masih dengan menerapkan metode yang sama yaitu tidak

memberikan dukungan finansial untuk perawatan dan pemeliharan Asrama Mansinam dari pihak sinode GKI Papua maupun oleh pihak pemerintah daerah, otomatis bahwa seluruh

biaya perawatan maupun pemeliharaan menjadi tanggungjawab penghuni Asrama Mansinam. Pertanyaan menggelitik adalah bagaimana mereka dapat sehati untuk bersedia

merawat Asrama Mansinam ini, sementara dipihak lain, mereka boleh saja memilih untuk indekos dengan segala kebebasan yang mengikuti mereka? Bagaimana mereka menyadari kebebasannya, tetapi lebih utama dari itu adalah bagaimana mereka mampu menggunakan

kesadaran akan kebebasan itu untuk bersedia menjadi di Asrama Mansinam selama mereka menempuh studi di UKSW? Karena itu, perlu diketahui apa yang menjadi motivasi mereka

melakukan keputusan untuk tetap mondok di Asrama Mansinam. Motivasi-motivasi yang mendasari inilah, yang kemudian diangkat sebagai dasar yang membentuk Modal Sosial di antara mereka sebagai sesama penghuni Asrama Mansinam.

Kesediaan untuk memilih tetap tinggal di Asrama Mansinam, tentu saja menggoda kita untuk segera mengatakan kesimpulan bahwa ada sesuatu yang menarik yang disediakan oleh Asrama Mansinam yang tidak dimiliki oleh pemondokan atau indekos

lainnya. Karena itu, perlu juga diketahui hal-hal apa saja yang dapat saja menjadi daya tarik tersendiri yang ada di Asrama Mansinam. Dengan kata lain, dalam kondisi yang tidak

terbebas, dan bisa saja dikatakan terkekang, karena dibatasi dengan berbagai aturan, bagaimana mereka dapat merasakan Asrama Mansinam sebagai tempat yang tepat untuk tinggal hingga mereka selesai studi?

(11)

antara satu dengan lainnya.Adakah hal-hal yang menarik yang diciptakan diantara mereka

sendiri yang berimplikasi pada keberlangsungan Asrama Mansinam? Bagaimana Modal Sosial, yang terekspresi melalui jaringan yang dibangun di antara mereka, ataupun dengan

yang lain di luar mereka, bagaimana rasa saling percaya juga dibangun di antara mereka juga di luar mereka, serta norma-norma apa yang mendasari terbangunnya jejaring maupun

rasa percaya tersebut? Pertanyaan-pertanyaan ini selanjutnya dirumuskan dalam pertanyaan penelitian ini sebagai proses pembentukan Modal Sosial di antara mereka sebagai sesama penghuni Asrama Mansinam.

Penelitian-penelitian tentang Modal Sosial, telah banyak dilakukan. Pada umumnya, seperti kajian-kajian yang dilakukan Putnam, Coleman, Bourdieu dan Fukuyama, tujuan akhir dari Modal Sosial adalah pada akumulasi ekonomi atau dalam

bahasa Fukuyama adalah untuk kesejahteraan. Penelitian-penelitian berikut juga mengasumsikan hal demikian, bahwa Modal Sosial yang dibangun oleh individu maupun

komunitas, selalu saja bermuara pada akumulasi ekonomi. Karena itu, terkait dengan pertanyaan motivasi yang telah di paparkan di atas, apakah motivasi ekonomi, dalam hal ini karena Asrama Mansinam pada satu sisi menawarkan harga yang lebih murah

dibandingkan dengan harga-harga kos-kosan, sehingga menjadi pertimbangan mereka yang memilih tinggal di Asrama Mansinam, untuk menggunakan pertimbangan tersebut untuk

tetap menjadi anggota Asrama, Apakah motivasi ini juga yang mendorong mereka, untuk membentuk Modal Sosial di antara mereka, demi merawat Asrama Mansinam? Dengan kata lain, apakah ini adalah dasar pembentukan Modal Sosial mahasiswa yang tinggal di

(12)

Sinode Gereja Kristen Injili Papua, maupun aturan-aturan yang mereka sepakati bersama,

yang tercermin dalam aktivitas harian mereka sebagai penghuni Asrama Mansinam.

1.3. Rumusan Masalah

Mengacu pada beberapa pertanyaan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah:

a. Bagaimana Modal Sosial mahasiswa Papua Salatiga yang tinggal di Asrama Mansinam?

b. Bagaimana proses pembentukan Modal Sosial tersebut?

1.4. Tujuan Penelitian

Berpijak dari rumusan masala penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah:

a) Menggambarkan Modal Sosial yang dimiliki oleh mahasiswa Papua yang tinggal di Asrama Mansinam

b) Menggambarkan proses-proses pembentukan Modal Sosial Mahasiswa yang tinggal

di Asrama Mansinam.

1.5. Manfaat Penelitian

Sebagai sebuah kajian, Bourdieu,Coleman,Putnam bahkan Fukuyama

memberikan simpulan bahwa Modal Sosial telah menjadi jembatan juga pengikat dan memberikan kontribusi bagi perkembangan sosio-ekonomi komunitas bahkan masyarakat

juga Negara.Tidak dipungkiri bahwa Modal Sosial juga memiliki sisi gelap.Prostitusi, narkoba, kekerasan termasuk bersifat eksklusif juga karena Modal Sosial yang dimiliki oleh suatu komunitas.Di Indonesia mengulas bagaimana Modal Sosial digunakan sebagai

(13)

Dalam khazanah keilmuan, penelitian diharapkan memberikan kemanfaatan baik teoritis

maupun praktis. Berdasarkan itu, maka penelitian ini dirancang untuk memberikan manfaat

1. Manfaat Teoritis

Terkait penelitian ini, maka manfaat melakukan Penelitian Modal Sosial Mahasiswa yang tinggal di Asrama Mansinam secara teoritik dapat

memberikan masukan baik itu memperkuat teori-teori yang telah ada tentang Modal Sosial, atau sekaligus dapat memberikan masukan baru baik berupa variabel atau indikator-indikator lain yang dapat digunakan dalam kajian

tentang Modal Sosial.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian tentang Modal Sosial mahasiswa yang tinggal di Asrama Mansinam diharapkan dapat memberikan masukkan kepada pihak-pihak terkait, dalam hal ini pihak Universitas misalnya dalam merancang tentang pembinaan

mahasiswa dengan menggunakan kekuatan Modal Sosial yang dimiliki

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukkan kepada pihak Pemeritah daerah yang setiap tahun mengirimkan mahasiswa dari Papua untuk studi, agar

dapat memaksimalkan Modal Sosial, demi pencapaian tujuan-tujuan Pemerintah Daerah yaitu mahasiswa yang dikirim untuk studi agar berhasil

sesuai rencana waktu yang ditetapkan.

1.6. Metode Penelitian

Penelitian merupakan sebuah rencana untuk mengungkapkan sesuatu.Karena

(14)

Tashakkori & Charles mengungkapkan bahwa dengan demikian, metode penelitian adalah

cara yang sistimatik digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam proses identifikasi dan penjelasan fenomena yang sedang ditelisiknya21. Menurut Kusuma juga Sugiyono, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pelaporannya menggunakan teknik deskriptif, sementara cara mengumpulkan datanya,

menggunakan teknik teknik observasi dan wawancara.22

1.7. Rencana Penulisan

Penelitian merupakan upaya terstruktur dan sistimatik untuk mengungkapkan

kebenaran dibalik fakta.Sebagai upaya terstruktur dan sistimatik, maka penelitian tentu perlu memiliki kerangka. Dalam maksud itu maka penelitian ini disusun dalam beberapa

bab, dengan isi dari masing-masing bab tersebut, sebagai berikut

1. BAB I yaitu Pendahuluan, berisi tentang latar belakang penulisan, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat peneltiian, metode

penelitian.

2. BAB II yaitu Landasan Konseptual, berisis tentang konsep Modal Sosial, Fungsi Modal Sosial, Unsur-Unsur dalam Modal Sosial, Proses Pembentukan Modal Sosial

dan Pengelompokkan Modal Sosial.

3. BAB III Modal Sosial Mahasiswa Di Asrama Mansinam SalatigaDasar Dan Proses

Pembentukan Modal Sosialberisi tentang Salatiga, Kota Persemaian Tentang Indonesia, .Sejarah Asrama Mansinam Salatiga, Kehidupan Mahasiswa Sebelum

21

Tashakkori, A & Charles, T. 2003.Handbook of Mixed Methods in Sosial & Behavior Research.(Sage Publ. Oak California, 2003), 227

22

(15)

dan Awal Masuk Asrama Mansinam Salatiga, Dasar dan Proses Pembentukan

Modal Sosial Mahasiswa Penghuni Asrama Mansinam, Nilai, Kepercyaan dan Jejaring Selama Menjadi Penghuni Asrama Mansinam.

4. BAB IV Berisi Tentang Pembahasan Kebutuhan Psiko-Sosiologis Sebagai pembentuk Modal Sosial dan Analisis.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pemberian P 0,5 g/10 kg tanah dan 1 g/10 kg tanah atau setara dengan 100 kg/ha dan 200 kg/ha diberikan 5 kali

Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh etika kerja Islam (X1), tingkat religiusitas (X2), terhadap kinerja karyawan (Y) dengan pendidikan

Rerata laju pertumbuhan spesifik (SGR) juvenil gurami ( Osphronemus gouramy Lac.) tidak ber- beda nyata antara kelompok perlakuan Pada Gambar 4, populasi juvenil gurami

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif di dalam penyusunannya menggunakan metode kajian pustaka dan field research (penelitian lapangan). Berdasarkan dari

Hambatan-hambatan yang terkait dengan transaksi e-banking di Bank BNI-1946 Kantor Cabang USU-Medan yaitu Transaksi Internet Banking (e- banking) bukan hanya

Hal ini diakibatkan pada berat media 80 g/l tersebut, FBA mempunyai gaya tarik elektrik yang cukup besar untuk berikatan dengan ALS atau dapat dikatakan FBA mempunyai kemampuan

Kalau metode yang jelas pastisipasi guru terhadap kondisi belajar di kelas selanjutnya dibicakan dalam forum rapat. 13) Apa tindak lanjut dari pelaksanaan

Ketika sistem dibuat dengan cepat, tanpa adanya metodologi pengembangan yang formal, pengajuan dan dokumentasi mungkin tidak dilakukan dengan memadai.Untuk membantu