• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN ETIKA KERJA ISLAM DAN TINGKAT RELIGIUSITAS TERHADAP KINERJA KARYAWAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PENDIDIKAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN ETIKA KERJA ISLAM DAN TINGKAT RELIGIUSITAS TERHADAP KINERJA KARYAWAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PENDIDIKAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN PENDIDIKAN SEBAGAI VARIABEL

MODERASI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh :

EDI PRASETYO

NIM 21313176

PROGAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

HALAMAN MOTTO

ْمِهِسُفْنَأِب اَم اوُرِّيَغُي ىَّتَح ٍمْوَقِب اَم ُرِّيَغُي لا َ َّاللَّ َّنِإ

“Sesunggunhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, melainkan kaum itu

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Allah SWT

Atas rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya kepada hamba

Serta nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagiku

Karya ini aku persembahkan untuk kedua orang tuaku tersayang

Mukarim dan Sariyati

Terima kasih atas kasih sayang dan pendidikan yang telah diberikan kepadaku

Semoga aku dapat menjadi anak yang selalu berbakti, dan bisa menjadi kebanggaan kalian

Semoga Allah senantiasa merahmati dan memuliakan kalian

Amiin…

Teruntuk ALmamaterku

Kampus 1 (satu) IAIN Salatiga

Terimakasih atas ilmu yang diberikan

Semoga berkah dan bermanfaat

Amiin..

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan beribu-ribu nikmat, rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Pengaruh Penerapan Etika Kerja Islam dan Tingkat Religiusitas Terhadap Kinerja Karyawan Perbankan Syariah Dengan Pendidikan Sebagai

Variabel Moderasi”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang kita ikuti semua syariatnya dengan harapan kita digolongkan sebagai umat yang mendapatkan syafaatnya.

Skripsi ini disusun dan diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga sebagai salah satu syarat untuk nemperoleh gelar sarjana dalam ilmu perbankan syariah. Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini baik secara moril maupun spiritual, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Dr. Anton Bawono, M,Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

3. Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku Ketua Progam Studi S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

4. Taufikur Rahman, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi.

5. Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen progam studi S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, pengetahuan serta wawasan kepada penulis selama menempuh pendidikan.

7. Seluruh karyawan staf bagian akademik Progam Studi S1-Perbankan

(9)

8. Bapak dan Ibuku, Mukarim dan Sariyati atas kasih sayang dan bimbingan yang diberikan.

9. Seluruh keluarga nenekku Surati dan adik-adikku Putri Wahyuning Utami

dan Aji Setyo Pitutur (empi).

10.Keluarga besar pondok Nurul Asna, bapak kyai H. Nasafi yang telah memberikan banyak ilmu, pendidikan, pengalaman.

11.Ana Rofikoh yang telah menemani serta selalu mengingatkan untuk selalu mendapat hasil yang lebih baik dari sebelumnya, baik saat perkuliahan sampai penulisan skripsi ini.

12.Seluruh teman mondok yang telah mengajariku banyak hal yang tidak aku tau sebelumya dan yang telah mengajariku arti persahabatan.

13.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu-persatu yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, semoga tercatat sebagai amal ibadah oleh Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk menjadi yang lebih baik. Akhirnya hanya kepada Allah penulis serahkan segala sesuatu dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan untuk kemajuan pendidikan.

Salatiga, 15 September 2017

(10)

ABSTRAK

Prasetyo, Edi. 2017. Pengaruh Penerapan Etika Kerja Islam dan Tingkat Religiusitas Terhadap Kinerja Karyawan Perbankan Syariah Dengan Pendidikan Sebagai Variabel Moderasi. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Progam Studi S1-Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Taufikur Rahman, M.Si.

Sumber Daya Manusia merupakan aset penting bagi suatu perusahaan, oleh karena itu SDM harus dikelola secara baik supaya memberikan kontribusi bagi perusahaan secara optimal. SDM yang dikelola dengan baik maka akan meningkatkan kinerja karyawan tersebut, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh etika kerja Islam (X1), tingkat religiusitas (X2), terhadap kinerja karyawan (Y) dengan pendidikan sebagai variabel moderasi (Z).

Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada karyawan BPRS PNM Binama. Sampel yang diambil sebanyak 40 responden dengan menggunakan teknik sampel jenuh. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan alat bantu SPSS versi 20 dan dianalisis dengan beberapa uji meliputi uji reliabilitas, uji validitas, uji asumsi klasik, uji Ftest, uji koefisien determinasi (R²), serta uji hipotesis yang meliputi uji analisis regresi linier berganda dan Moderate Regression Analysis (MRA).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh persamaan regresi linear berganda Y = -5.676 + 0.563 X1 + 1.388 X2 + 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa etika kerja Islam berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, tingkat religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil uji Ftest menunjukkan bahwa etika kerja Islam dan tingkat religiusitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Sedangkan hasil koefisien determinasi (R²) sebesar 0.773 ini berarti kontribusi variabel independen (etika kerja Islam dan tingkat religiusitas) mempengaruhi variabel dependen (kinerja karyawan) sebesar 77,3% sedangkan sisanya sebesar 22,7% dipengaruhi variabel lain di luar model penelitian. Berdasarkan hasil uji Moderate Regression Analysis

diperoleh persamaan Y = 4.490 + 1526X1 + 1.734X2 + 3.007Z + 0.19X*1Z + -0.70 X2*Z + 0.05. hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berperan sebagai pemoderasi pengaruh etika kerja Islam terhadap kinerja karyawan secara signifikan, pendidikan berperan sebagai pemoderasi pengaruh tingkat religiusitas terhadap kinerja karyawan secara singnifikan.

(11)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Kerangka Teori 13 1. Etika Kerja Islam... 13

2. Tingkat Reigiusitas... 18

3. Kinerja Karyawan ... 22

4. Pendidikan ... 24

C. Kerangka Penelitian ... 29

(12)

BAB III METODE PENELITIAN... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Skala Pengukuran Data ... 35

F. Definisi Konsep dan Operasional... 35

G. Instrumen Penelitian ... 38

H. Uji Instrumen Penelitian ... 39

1. Uji Instrumen ... 39

a. Uji Reliabilitas ... 39

b. Uji Validitas ... 39

2. Uji Asumsi Klasik ... 30

a. Uji Multikolonieritas ... 41

b. Uji Heteroskeastisitas ... 41

c. Uji Normalitas ... 42

d. Uji Linieritas ... 42

3. Uji Statistik... 43

a. Uji F test ... 43

b. Uji Koefisien Determinasi (R²) ... 44

4. Uji Hipotesis... 44

a. Analisis Regresi Linier Berganda ... 44

b. Moderate Regression Analysis (MRA) ... 45

I. Alat Analisis ... 46

BAB V ANALISIS DATA ... 47

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 47

B. Karakteristik Responden ... 53

C. Analisis Data ... 55

1. Uji Instrumen ... 55

(13)

3. Uji Statistik... 62

4. Uji Hipotesis... 64

BAB V PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Research Gap dan Penelitian Terdahulu ... 12

Tabel 3.1 variabel dan Indikator Penelitian ... 37

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 54

Tabel 4.2 Usia Responden... 54

Tabel 4.3 Pendidikan Terakhir Responden ... 55

Tabel 4.4 Uji Reliabiitas ... 56

Tabel 4.5 Uji Validitas ... 57

Tabel 4.6 Uji Multikolonieritas ... 59

Tabel 4.7 Uji Heteroskedastisitas ... 60

Tabel 4.8 Uji Normalitas ... 61

Tabel 4.9 Uji Linieritas ... 62

Tabel 4.10 Uji F test ... 63

Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi (R²) ... 63

Tabel 4.12 Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 65

Tabel 4.13 Uji Moderate Regression Analysis (MRA) ... 68

Tabel 4.14 Uji Moderate Regression Analysis ... 69

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

A. Latar Belakang Masalah

Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut

financialintermediary. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank

akan selalu dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar

terjadinya perdagangan yang utama. Untuk menghindari pengoperasian

bank dengan sistem bunga, Islam memperkenalkan prinsip-prinsip

muamalah Islam. Bank syari’ah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba. Dengan

demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri dari

persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya bank Islam. Bank

Islam lahir di Indonesia sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah ada

Undang-undang No. 7 tahun 1992, yang direvisi dengan Undang-undang

Perbankan No. 10 tahun 1998, dalam bentuk sebuah bank yang

beroperasinya dengan sistem bagi hasil atau bank syariah. Karena

perbankan syariah memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan

perbankan konvensional, maka diperlukan adanya undang-undang yang

(17)

8 DPR mengesahkan UU No 21 tahun 2008 yang mengatur

tentang perbankan syariah.

Banyak tantangan yang dihadapi bank syariah, terutama ketika

mulai diberlakukanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan

membuat semakin banyak masyarakat yang akan dilayani dengan

jangkauan yang semakin luas. Dengan demikian maka persaingan

dikalangan industri keuangan akan semakin sengit dan ketat dan akan

berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan di karenakan terkendala

beberapa masalah yang harus dihadapi perbankan dan salah satu tantangan

terbesar yang dihadapi perbankan syariah adalah keterbatasan sumber daya

manusia, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sehingga untuk

mengatasi hal ini diperlukan pengembangan SDM bank syariah.

Selanjutnya akan turut serta untuk meningkatkan nilai kompetitif bank

syariah itu sendiri. Karena dalam prespektif manajemen modern, human capital merupakan elemen terpenting dan penentu dalam mencapai visi dan keunggulan bersaing sebuah organisasi (Nuroniah dan Triyanto, 2015:

86).

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara

keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja,

target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan

telah disepakati bersama, (Nuroniah dan Triyanto, 2015: 88). Selain itu

(18)

melakukan sesuatu keahlian tertentu. Kinerja pegawai sangatlah

perlu, sebab dengan kinerja ini akan diketahui seberapa jauh kemampuan

pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Untuk

itu diperlukan penentuan kriteria yang jelas dan terukur serta ditetapkan

secara bersama sama yang dijadikan sebagai acuan (Sinambela , 2012).

Sedangkan menurut prespektif Islam, kinerja religius Islami adalah

suatu pencapaian yang diperoleh seseorang atau organisasi dalam

bekerja/berusaha yang mengikuti kaidah-kaidah agama atau

prinsip-prinsip ekonomi Islam. Terdapat beberapa dimensi kinerja Islami meliputi

Amanah dalam bekerja yang terdiri atas profisional, jujur, ibadah dan amal

perbuatan dan mendalami agama dan profesi terdiri atas memahami tata

nilai agama dan tekun bekerja (Nurmatias, 2015: 4).

Kinerja karyawan dipengaruhi oleh etika kerja, menurut Sulistyo

(2011) mengatakan bahwa individu yang memiliki etos kerja yang tinggi

cenderung bekerja lebih keras dan lebih rajin dalam semua aspek dalam

karirnya serta menjadi karyawan yang sangat produktif. Seseorang tanpa

memiliki etos kerja yang kuat ada kemungkinan menjadi malas, tidak etis

dan memiliki karakter yang lemah. Demi mendapat kebahagiaan di dunia

maupun di ahirat maka Islam mengajarkan kepada umatnya untuk

melakukan kerja keras baik dalam cangkupan ibadah maupun amal sholeh.

Bekerja merupakan amal sholeh yang merupakan bentuk ibadah yang di

lakukan di dunia. Dan bekerja sesuai dengan etika kerja Islam merupakan

(19)

Etika kerja Islam adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam

berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya

(barang/jasa), tetapi dibatasi dalam cara memperolehnya dan

pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram (Hana dan

Ghufron, 2015: 345).

Etika dibutuhkan dalam kerja atau bisnis ketika manusia mulai

menyadari bahwa kemajuan di bidang bisnis telah menyebabkan manusia

semakin tersisih dari nilai-nilai kemanusiaannya (humanistik). Dalam persaingan bisnis yang ketat, perusahaan yang unggul bukan hanya

perusahaan yang memiliki kriteria bisnis manajerial yang baik, melainkan

juga perusahaan yang mempunyai etika kerja yang baik (Hana dan

Ghufron, 2015: 341)

Penelitian yang meneliti tentang pengaruh etika kerja Islam

terhadap kinerja karyawan telah dilakukan sebelumya, yaitu penelitian

oleh Fitriyan (2011), yang berjudul “pengaruh etika kerja dan motivasi kerja Islam terhadap produktifitas kerja karyawan”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa etika kerja Islam mempunyai pengaruh

positif dan signifikan terhadap produktifitas kinerja karyawan. Hal ini

sejalan dengan penemuan Nurmaitas (2015) yang menyimpulkan bahwa

etika kerja Islam berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh shafissalam (2013)

menunjukkan hasil yang berbeda bahwa etika kerja Islam tidak

(20)

Menurut Afriani (2016) tingkat keimanan atau religiusitas setiap

individu karyawan di dalam perusahaan sesuai dengan agamanya masing

masing akan berpengaruh terhadap bagaimana kinerja karyawan. Sikap

tersebut akan berdampak pada kemajuan suatu perusahaan dengan adanya

nilai religiusitas yang sudah di tanamkan pada diri individual karyawan

dalam bekerja.

Religiusitas secara umum dijelaskan berhubungan dengan kognisi

(pengetahuan beragama) yang mempengaruhi apa yang dilakukan dengan

kelekatan emosional (Nurmaitas, 2011: 254). Spiritual behaviour (religiusitas) adalah bentuk perilaku karyawan yang dijiwai nilai-nilai spiritual keagaamaan (religi) dalam segala bentuk pekerjaan dan tugasnya. Sehingga pada suatu tingkat ketika semua stakeholder utama dalam bisnis, khususnya bisnis perbankan syariah seperti nasabah, karyawan dan

pemegang saham memperoleh kebahagiaan. Lebih dari itu, bagi seorang

Muslim, Religiusitas dalam bekerja mengandung nilai-nilai ibadah dan

diyakini akan mendapatkan ganjaran/pahala dari Allah SWT di akhirat

kelak (Nuroniah dan triyanto, 2015: 87). Seseorang yang dikatakan

religious adalah mereka yang mencoba mengerti hidup dan kehidupan

secara lebih dalam dari batas lahiriah semata, yang bergerak dalam

dimensi vertikal dari kehidupan dan mentransendensikan hidup ini.

Penelitian-penelitian yang meneliti tentang pengaruh variabel

tingkat religiusitas terhadap kinerja karyawan telah dilakukan oleh peneliti

(21)

meneliti tentang pengaruh tingkat religiusitas terhadap kinerja karyawan.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat religiusitas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan

penelitian yang dilakukan afriani (2016) menunjukkan hasil yang berbeda

yaitu tingkat religiusitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja

karyawan.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang berbeda-beda atau

tidak konsisten, maka penulis beranggapan bahwa ada faktor lain yang

mempengaruhi kinerja karyawan diluar variabel etika kerja islam dan

tingkat religiusitas sehingga penulis tertarik melakukan penelitian kembali

dengan menambahkan pendidikan sebagai variabel moderasi yang

memoderasi pengaruh antara etika kerja Islam dan tingkat religiusitas

terhadap kinerja karyawan.

Menurut Siagian (2011) menyatakan bahwa setiap orang ingin

mengembangkan kemampuannya sehingga potensi yang dimilikinya

berubah menjadi kemampuan efektif. Salah satu cara untuk mengubah

potensi seseorang menjadi kemampuan nyata ialah melalui pendidikan.

Berdasarkan beberapa uraian diatas maka dalam penelitian ini

peneliti mengambil judul “Pengaruh Penerapan Etika Kerja Islam dan

Tingkat Religiusitas Terhadap Kinerja Karyawan Perbankan Syariah Dengan Pendidikan Sebagai Variabel Moderasi” (studi kasus pada

(22)

B. Rumusan masalah

1. Apakah etika kerja Islam berpengaruh terhadap kinerja karyawan

BPRS PNM Binama?

2. Apakah tingkat religiusitas berpengaruh terhadap kinerja karyawan

BPRS PNM Binama?

3. Apakah pendidikan berperan sebagai variabel pemoderasi yang

memoderasi pengaruh antara etika kerja Islam dan tingkat religiusitas

terhadap kinerja karyawan BPRS PNM Binama?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh etika kerja Islam terhadap kinerja karyawan.

2. Mengetahui pengaruh tingkat religiusitas terhadap kinerja karyawan.

3. Mengetahui pengaruh pendidikan sebagai variabel pemoderasi yang

memoderasi pengaruh antara etika kerja Islam dan tingkat religiusitas

terhadap kinerja karyawan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

a. Untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana.

b. Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu yang didapat saat

kuliah dan penerapan dalam praktek nyata.

2. Bagi Bank Syariah

Untuk memberikan masukan kepada pihak bank terutama dalam

mengelola sumber daya manusia yang kaitanya dengan meningkatkan

(23)

3. Bagi akademisi

a. Untuk menambah khazanah keilmuan guna menambah wawasan

dan untuk kemajuan pendidikan.

b. Sebagai sumber informasi bagi penelitian-penelitian yang akan

datang, serta dapat memberikan kontribusi keilmuan kepada semua

aktivitas akademik dalam bidang manajemen perbankan khususnya

dalam manajemen sumber daya manusia.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran

alur pemikiran penulisan penelitian dari awal hingga akhir. Adapun

rancangan pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang

terbagi menjadi sub bab yaitu:

BAB I. Pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah,

yang menjelaskan alasan serta motivasi penelitian, selanjutnya rumusan

masalah sebagai inti penelitian, kemudian tujuan penelitian dan kegunaan

penelitian untuk mengetahui urgensi penelitian, yang terahir adalah

sistematika penulisan untuk mengetahui arah penulisan penelitian ini.

BAB II. Landasan teori. Pada bab ini terdiri dari telaah pustaka

yang berisi ringkasan penelitian terdahulu, memberi gambaran posisi

penelitian terhadap penelitian yang lain, selanjutnya kerangka teori

sebagai bangunan teori dan konsep yang akan diguakan untuk

(24)

menghasilkan hipotesis. Terakhir adalah hipotesis berisi hipotesis

penelitian yang diajukan untuk diteliti kebenaranya.

BAB III. Metode penelitian. Pada bab ini membahas tentang

metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, yang

meliputi: jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan

sempel, teknik pengumpulan data, skala pengukuran, definisi konsep dan

operasional, instrumen penelitian, uji insturmen penelitian dan alat

analisis.

BAB IV. Analisis data. Pada bab ini membahas tentang diskripsi

objek penelitian, diskripsi analisis data yang meliputi tiga bagian, yaitu

analisis terhadap tiap variabel, pengujian hipotesis, pembahasan hasil uji

hipotesis.

BAB V. Penutup. Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan

hasil penelitian dan pembahasan disesuaikan dengan rumusan masalah dan

tujuan penelitian yang disajikan secara singkat dan jelas. Saran merupakan

himbauan kepada pembaca atau instansi terkait yang bersumber dari

temuan penelitian, dirumuskan secara rinci dan operasional agar saran

yang dipaparkan dapat memberi pengetahuan dan manfaat serta dapat

(25)

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh etika kerja Islam dan

tingkat religiusitas terhadap kinerja karyawan telah dilakukan sebelumnya

oleh beberapa peneliti. Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Etika Kerja Islam Terhadap Kinerja Karyawan.

Menurut Nurmaitas (2015), berdasarkan hasil penelitianya dapat

disimpulkan bahwa variabel etika kerja Islam mempunyai pengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan Institut Agama Islam

Tafaqquh Fiddin Dumai. Hal ini sama dengan yang di kemukakan oleh

Fitriyan (2011) serta Hana dan Ghufron (2015) dalam penelitianya

bahwa etika kerja Islam mempuyai pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap produktifitas kerja karyawan. Berbeda dengan hal itu,

penelitian yang dilakukan oleh Adab dan Rokhman (2015) yang

menyimpulkan bahwa etika kerja Islam mempunyai pengaruh positif

terhadap kinerja karyawan. Sedangkan menurut penelitian Shafissalam

(2013) dalam penelitianya menunjukkan hasil bahwa etos kerja Islam

(26)

2. Tingkat Religiusitas Terhadap Kinerja Karyawan.

Menurut Nuroniah dan Triyanto (2015) dalam penelitianya

menyimpulkan bahwa religiusitas mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan. Rohayati (2014) juga

mengemukakan dalam penelitianya bahwa religiusitas mempunyai

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada

BMT di kota salatiga dan kabupaten Semarang. Berbeda dengan hal itu,

penelitian yang dilakukan Sulistyo (2011) dan Supriyanto (2016)

menyimpulkan bahwa religiusitas berpengaruh positif terhadap kinerja

karyawan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Afriani (2016)

juga menunjukkan hasil yang berbeda, hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa religiusitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini

penulis menambahkan variabel moderasi yaitu pendidikan untuk

mengetahui apakah dengan ditambahnya variabel pendidikan dapat

memberikan pengaruh (memperkuat atau melemahkan) antara pengaruh

etika kerja Islam dan tingkat religiusitas terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan uraian diatas terdapat temuan research gap

(27)

Tabel 2.1

Research gap dan Penelitian Terdahulu

Gap Penulis Temuan

Isu : pengaruh penerapan etika kerja Islam dan tingkat religiusitas terhadap kinerja karyawan dengan pendidikan sebagai variabel moderasi

Research gap : terdapat perbedaan hasil penelitian pengaruh penerapan etika kerja Islam, dan tingkat religiusitas dengan pendidikan sebagai variabel moderasi terhadap kinerja karyawan.

Etika kerja Islam berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

Agus Lukman Fitriyan (2011)

Etika kerja Islam mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

Farisul Adab dan Wahibur Rakhman (2015)

Etika kerja Islam berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan

Mc. Mifrohul Hana dan M. Nur Ghufron (2015)

Etika kerja Islam mempenyai pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan

Ahmad Zaenuri (2011) Etika kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan

Alfa shafissalam (2013) Etos kerja Islam tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan

Religiusitas mempunyai pengaruh positif dan sigifikan terhadap kinerja karyawan

Dwi Rohayati (2014) Religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

Teguh Supriyanto (2016)

Religiusitas berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan

Heru Sulistyo (2011) Religiusitas mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan Khairunnisa Afriani

(2016)

Religiusitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja karyawa Pendidikan sebagai

variabel moderasi

Ikrima Rosalina (2017) Pendidikan berperan sebagai pemoderasi dampak variabel lingkungan terhadap minat wirausaha

(28)

B. Kerangka Teori

1. Etika Kerja Islam

a. Pengertian Etika Kerja Islam

Etika kerja Islam patut untuk mendapatkan perhatian

karena merupakan hal yang ideal dimana seorang muslim berusaha

untuk mewujudkannya. Konsep etika Islam memiliki karakter atau

ciri khusus yaitu mengatur tentang bagaimana hubungan manusia

dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dengan lingkungan, dan

masyarakat. Etika Islam bersumber pada firman Allah SWT yang

autentik, yaitu Alquran dan Hadist yang merupakan contoh-contoh

dari kehidupan nabi Muhammad SAW, serta Ijma dan Qiyas.

Hukum dan ketetapan etika dapat dijadikan pegangan dan pedoman

hidup, yaitu berlandaskan pada dasar-dasar moral yang ditetapkan

oleh Allah SWT (Nurmatias, 2015: 7).

Etika kerja Islam (islamic work ethic) dapat didefinisikan sebagai seperangkat nilai atau sistem kepercayaan yang dari

Al-Qur’an dan Sunnah mengenai kerja. Etos kerja Islam menekankan kreatifitas kerja sebagai sumber kebahagiaan dan kesempurnaan

dalam hidup. Kerja keras merupakan kebajikan, dan mereka yang

bekerja keras lebih mungkin maju dalam kehidupan dan

sebaliknya, tidak bekerja keras merupakan sumber kegagalan

(29)

Ada lima hal yang mendasari etika kerja Islam, yaitu

Pertama, unity (kesatuan), konsep ini terkait dengan konsep keesaan Allah (tauhid) sebagai bentuk hubungan vertikal antara

manusia dan Tuhannya. Sebagai seorang Muslim harus melihat

bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah milik Allah dan

akan dikembalikan padaNya. Kedua, equilibrium (keseimbangan),

konsep ini terkait dengan konsep ‘adl (keadilan dan kepemilikan). Ketiga, free will (kebebasan berkehendak) setiap orang diberi kebebasan untuk mengerjakan sesuai dengan keinginannya sampai

pada tingkatan tertentu, tetapi kebebasan itu harus disertai dengan

tanggung jawab kepada Allah dan kepada sesama. Karena Allah

tidak mengubah nasib seseorang sampai dia merubahnya sendiri.

Keempat, tanggung jawab (responsibility), ini terkait dengan pertanggungjawaban seseorang terhadap segala tindakan yang

dilakukan baik terkait dengan yang berhubungan dengan manusia

maupun dengan Allah (Adab dan Rokhman, 2015: 50).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

etika kerja Islam adalah budaya kerja yang didasarkan pada

al-quran dan hadis, dimana seseorang bekerja tidak hanya sebagai

kegiatan dalam dunia atau bersifat duniawi tetapi juga bisa

dikatakan ibadah untuk memperoleh pahala ketika bekerja sesuai

(30)

b. Karakteristik Etika Kerja Islam

Menurut Hafidhuddin dan Tanjung (2003: 40) karakteristik

etika kerja Islam meliputi

1) Al Shalah atau baik, bermanfaat dan compatible yaitu ada dua syarat mutlak suatu pekerjaan dapat digolongkan sebagai

mashlahah yaitu lahir dari keikhlasan niat pelaku dan pekerjaan

itu memiliki nilai-nilai kebaikan. Dengan indikator melakukan

pekerjaan yang baik dan bermanfaat.

2) Al Itqan atau kemantapan dan sempurna yaitu Kualitas kerja yang itqan adalah hasil pekerjaan yang dapat mencapai standar

ideal pekerjaan secara teknis. Untuk itu diperlukan dukungan

pengetahuan dan skill yang optimal. Islam menganjurkan

umatnya agar terus menambah atau mengembangkan ilmunya

dan tetap berlatih. Dengan indikator keyakinan bahwa bekerja

adalah kewajiban dari Allah, kejujuran.

3) Al Ihsan atau melakukan yang terbaik dan lebih baik: Ihsan mempunyai makna lebih baik dari prestasi atau kualitas

pekerjaan sebelumnya. Makna ini memberi pesan peningkatan

yang terus-menerus seiring dengan bertambahnya pengetahuan,

pengalaman, waktu dan sumber daya lainnya. Suatu kerugian

jika prestasi kerja hari ini menurun dari hari kemarin. Dengan

(31)

4) Al Mujahadah atau kerja keras yang optimal: Dalam Al Qur’an meletakkan kualitas mujahadah dalam bekerja pada konteks

manfaatnya, yaitu untuk kebaikan manusia sendiri dan agar

nilai guna dari hasil kerjanya semakin bertambah dalam

pemanfaatan secara optimal guna mendapatkan Ridha Allah

SWT. Dengan indikator bekerja keras dan ketekunan.

5) Tanafus dan Ta’awun atau berkompetisi dan tolong-menolong:

Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk

tolong-menolong atau berkompetisi di manapun keberadaannya untuk

menjadi hamba yang gemar berbuat kebajikan, sebab yang

paling mulia dalam pandangan Allah SWT adalah insan yang

paling taqwa (QS.Al-baqarah: 148). Dengan indikator

kemandirian, semangat kerja dan tolong menolong dalam

kebaikan.

6) Mencermati nilai nikmat: Mencermati nilai nikmat yaitu

dengan menggunakan waktu sebaik-baiknya dalam bekerja.

Seperti dalam hadist yanag artinya “Siapkan lima sebelum (datangnya) lima. Masa hidupmu sebelum datang waktu

matimu, masa sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,

masa senggangmu sebelum datang masa sibukmu, masa

mudamu sebelum datang masa tuamu, dan masa

(32)

Ibnu Abbas). Dengan indikator tidak membuang-buang waktu

dalam bekerja.

c. Penerapan Etika Kerja Islam

Ditengah kepungan zaman yang serba modern ini, seakan

nilai etika semakin luntur, bahkan boleh dibilang mulai hilang

karena kecenderungan masyarakat untuk berlaku bebas seakan

sudah mewabah disetiap lini kehidupan, (Arifin, 2007: 58). Karena

sesungguhnya etos berkaitan dengan nilai kejiwaan seseorang

hendaknya setiap pribadi muslim harus mengisinya dengan

kebiasaan yang positif dan mampu menunjukkan kepribadiannya

sebagai seorang muslim dalam bentuk hasil kerja serta sikap dan

perilaku yang menuju atau mengarah kepada hasil yang lebih

sempurna. Penerapan etos kerja Islam yaitu dengan cara

mengekspresikan sikap atau sesuatu selalu berdasarkan semangat

untuk menuju kepada perbaikan, dengan berupaya

bersungguh-sungguh menerapkan etika tersebut, yang berupaya untuk

menghindari hal yang negatif, (Tasmara, 1995: 16). Faktor itulah

yang kemudian dianggap penting sekali sebagai salah satu standar

bahwa etika Islam dalam sebuah bisnis memegang peranan penting

(33)

2. Tingkat Religiusitas

a. Pengertian Religiusitas

Religiusitas secara umum dijelaskan berhubungan dengan

kognisi (pengetahuan beragama, keyakinan beragama) yang

mempengaruhi, apa yang dilakukan dengan kedekatan emosional

atau perasaan emosional tentang agama, dan atau perilaku, seperti

kehadiran ditempat peribadatan, membaca kitab suci, dan berdoa

(Sulistyo, 2011: 254).

Jiwa keberagaaman dibagi menjadi dua istilah, Yakni

kesadaran beragama (religious counsciousness) adalah aspek mental dari aktivitas agama. Aspek ini merupakan bagian/segi

agama yang hadir (terasa) dalam pikiran dan dapat diuji melalui

introspeksi. Sedangkan yang kedua adalah pengalaman agama

(religious experience) adalah unsur perasaan dalam kesadaran agama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang

dihasilkan dalam tindakan (amaliyah) nyata.

Religiusitas adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem

nilai dan sistem perilaku seorang manusia yang berdasarkan aturan

Tuhan (Allah) yang diarahkan untuk membimbing manusia agar

memenuhi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Religiusitas

ini sangat penting, Karena hanya dengan religiusitaslah manusia

mampu mengerti hikmah dan makna kehidupan sebenarnya. Serta

(34)

keberagamaan) sangat membutuhkan tuhan (Allah) (Nuroniah dan

Triyanto, 2015: 90).

b. Faktor Religiusitas

Dalam kehidupan religiusitas seseorang tidak hanya

dilihatkan dengan sikap yang tampak saja, melainkan dari yang

tidak tampak seperti dalam hati seseorang. Oleh karena itu,

faktor-faktor yang dapat menghasilkan sikap keagamaan, seperti pengaruh

sosial, berbagai pengalaman, kebutuhan, dan pemikiran (Robert H,

2000: 29).

c. Dimensi-Dimensi Religiusitas

Keberagamaan dibagi menjadi lima dimensi dalam tingkat

tertentu yang mempunyai kesesuaian dengan Islam. Walaupun tak

sepenuhnya sama, dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan

aqidah, dimensi praktik agama disejajarkan dengan syariah dan dimensi pengamalan disejajarkan dengan akhlak. Rumusan Glock & Stark Dimensi-dimensi tersebut adalah Dimensi Keyakinan atau

Aqidah, Dimensi Peribadatan atau Praktek Agama atau Ibadah,

Dimensi Pengetahuan atau Ilmu, Dimensi Pengalaman atau

Penghayatan atau Ruhiyah Islam dan Dimensi Pengamalan atau

Akhlak (Adab, Akhlak dan Amal) (Nuroniah dan Triyanto, 2015:

(35)

1) Dimensi Keyakinan atau Aqidah

Dimensi keyakinan menunjuk pada tingkat keyakinan atau

keimanan seseorang terhadap kebenaran ajaran agama,

terutama terhadap ajaran-ajaran agama yang bersifat

fundamental dan dogmatik. Dengan Indikatornya antara lain:

yakin dengan adanya Tuhan, mengakui kebesaran Tuhan,

pasrah pada Tuhan, melakukan sesuatu dengan ikhlas, selalu

ingat pada Tuhan, percaya akan takdir Tuhan, dan

mengagungkan nama Tuhan.

2) Dimensi Peribadatan atau Ibadah

Dimensi peribadatan ini menunjuk pada seberapa tingkat

kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan

ritual yang diperintahkan oleh agamanya. Kepatuhan ini

ditunjukkan dengan meyakini dan melaksanakan

kewajiban-kewajiban secara konsisten. Apabila jarang dilakukan maka

dengan sendirinya keimanan seseorang akan luntur. Dengan

indikatornya antara lain: melaksanakan sholat, membaca Al

Qur’an, membayar zakat, berpuasa dan melaksanakan ibadah

haji.

3) Dimensi Pengetahuan atau Ilmu

Dimensi ini menunjukkan tingkat pengetahuan dan

pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya,

(36)

agamanya. Dengan indikatornya antara lain: pengetahuan

tentang aqidah, ibadah, syariah dan akhlak.

4) Dimensi Pengalaman atau Penghayatan

Dimensi pengalaman menunjukkan seberapa jauh tingkat

kepekaan seseorang dalam merasakan dan mengalami

perasaan-perasaan atau pengalaman-pengalaman religiusnya.

Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh dan

dirasakan individu selama menjalankan ajaran agama yang

diyakini. Pengalaman spiritual akan memperkaya batin

seseorang sehingga mampu menguatkan diri ketika

menghadapi berbagai macam cobaan dalam kehidupan. Dengan

Indikatornya antara lain: menganggap kegagalan yang dialami

sebagai musibah yang pasti ada hikmahnya, merasa bahwa

doa-doanya dikabulkan, takut ketika melanggar aturan, dan

merasakan tentang kehadiran Tuhan.

5) Dimensi Pengalaman atau Akhlak

Dimensi konsekuensial menunjuk pada tingkatan seseorang

dalam berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran agamanya atau

seberapa jauh seseorang mampu menerapkan ajaran agamanya

dalam perilaku hidupnya sehari-hari. Dimensi ini merupakan

efek seberapa jauh kebermaknaan spiritual seseorang.

Indikatornya antara lain: perilaku suka menolong, memaafkan,

(37)

tidak mudah putus asa, fleksibel dalam mengahadapi berbagai

masalah, bertanggung jawab atas segala perbuatan yang

dilakukan dan menjaga kebersihan lingkungan.

3. Kinerja Karyawan

a. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah tingkatan pencapaian hasil atas pelaksanaan

tugas tertentu. Selain itu kinerja individu juga diartikan sebagai

tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang

harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun

waktu tertentu. Kinerja adalah merupakan perilaku yang nyata

ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan

oleh karyawan sesuai dengan peranannya dalam perusahaan,

(Nurmaitas, 2015: 3-4). Sedangkan menurut Hana dan Ghufron

(2015) kinerja adalah proses komunikasi yang berkesinambungan

dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dengan

atasan secara langsung.

Bagi karyawan yang kurang memiliki kinerja yang baik,

biasanya diberikan pelatihan untuk pengembangan karyawan.

Karena Islam mendorong untuk melakukan pelatihan terhadap

karyawan dengan tujuan mengembangkan kompetensi dan

kemampuan teknis karyawan dalam menunaikan tanggung jawab

pekerjaannya. Selain pelatihan, biasanya perusahaan dapat

(38)

karyawan lebih terpacu lebih baik lagi dalam bekerja dan mencapai

target yang telah ditentukan perusahaan, (Nurmatias, 2015: 4).

b. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Ada lima faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu

kemampuan, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan

pekerjaan yang mereka lakukan, hubungan mereka dengan

organisasi. Menurut Wibowo dalam Hana dan Ghufron (2015)

Pelaksanaan kinerja akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

baik yang bersumber dari pekerja sendiri maupun yang bersumber

dari organisasi. Dari pekerja sangat dipengaruhi oleh kemampuan

atau kompetensinya. Sementara itu, dari segi organisasi

dipengaruhi oleh seberapa baik pemimpin memberdayakan

pekerjanya, bagaimana mereka memberikan penghargaan pada

pekerja dan bagaimana mereka membantu meningkatkan

kemampuan kinerja pekerja melalui coaching, mentoring, dan counselling.

c. Aspek Kinerja Karyawan

Menurut Rivai dalam Afriani (2016) mengelompokan aspek

kinerja karyawan menjadi tiga yaitu :

1) Kemampuan teknis yaitu kemampuan menggunakan

pengetahuan metode, teknik, dan peralatan yang dipergunakan

untuk melaksakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang

(39)

2) Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami

kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari

masing-masing kedalam bidang-bidang operasional perusahaan

secara menyeluruh yang pada intinya individu tersebut

memahami tugas, fungsi serta tanggung jawabnya sebagai

karyawan.

3) Kemampuan hubungan interpersonal yaitu kemampuan untuk

bekerja sama dengan orang lain, memotivasi karyawan,

melakukan negoisasi dan lain-lain.

d. Indikator Kinerja Karyawan

Menurut Mangkunegara dalam Hanika dkk (2014)

menyatakan bahwa aspek-aspek dalam kinerja meliputi beberapa

hal. Dan aspek-aspek tersebut yang dapat dijadikan indikator

adalah sebagai beriku: Mutu pekerjaan, kejujuran pegawai,

inisiatif, kehadiran, sikap, kerja sama, keandalan, pengetahuan

tentang pekerjaan, tanggung jawab, dan pemanfaatan waktu kerja.

4. Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Pembelajaran adalah proses perubahan sikap yang cukup

permanen dan merupakan proses pengalaman. Proses ini tidak

hanya dilakukan dan didapat dari lingkungan pendidikan seperti

sekolah saja tetapi pembelajaran terjadi setiap waktu. Tiga

(40)

a) pembelajaran melibatkan perubahan, (b) perubahan tersebut

harus relatif permanen, serta (c) perlu pengalaman, yang dapat

diperoleh baik dari pengamatan dan latihan, ataupun didapat secara

tidak sengaja, (Wasasih dkk, 2016: 363).

Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara (Wasasih dkk, 2016: 365).

Pendidikan (pelatihan) bagi pegawai merupakan salah satu

kegiatan yang sangat penting didalam fungsi manajemen

kepegawaian (Nurdin, 2012). Pelatihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan

tertentu, terinci dan rutin. Instruksi Presiden Republik Indonesia

No.15 Tahun 1974, tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden

No.34/1972, Lampiran I, Bab I, Pasal I menyebutkan bahwa

pelatihan adalah proses belajar untuk memperoleh dan

meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku

dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih

(41)

b. Tujuan Pendidikan

Menurut Hanika (2014) tujuan diadakannya pendidikan

(pelatihan) adalah sebagai berikut: pertama, untuk

mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan

dengan lebih cepat dan lebih efektif. Kedua, untuk

mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat

diselesaikan secara rasional. Ketiga, untuk mengembangkan sikap

sehingga menimbulkan kemauan kerja sama dengan teman-teman

karyawan dan manajemen (pimpinan).

c. Kriteria Efektif untuk Mengevaluasi Pendidikan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi

kegiatan pendidikan adalah sebagai berikut :

1) Reaksi dari para peserta pendidikan terhadap proses dan isi

pendidikan .

2) Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman pendidikan

3) Perubahan perilaku akibat proses pendidikan

4) Hasil yang dapat diukur baik secara individu maupun

organisasi.

d. Dimensi Pendidikan

Menurut Suwendra dkk (2016) dimensi pendidikan dibagi

menjadi tiga yaitu :

1) Pendidikan formal dengan indikatornya jenjang pendidikan

(42)

2) Pendidikan nonformal dengan indikatornya relevansi

pendidikan non formal yang pernah diikuti dengan pekerjaan

sekarang.

3) Pendidikan informal dengan indikatornya sikap dan

kepribadian yang dibentuk dari keluarga dan lingkungan.

5. Hubungan antar Variabel

a. Etika Kerja Islam dengan Kinerja Karyawan

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan. Sebagian besar faktor yang mendorong atau memotivasi

kerja karyawan tersebut diukur dengan materi yang berupa upah

dan gaji serta kompensasi lainya, sehingga hal tersebut mendorong

seseorang untuk berbuat tidak jujur dalam bekerja hanya untuk

memperoleh upah atau gaji yang lebih tinggi.

Menurut Nurmaitas (2015), apabila etika kerja Islam sudah

menjadi bagian dari kehidupan dan keyakinan dari para pemeluk

Islam maka hal tersebut akan menumbuhkan dorongan yang kuat

dari dalam. Perlu diingat bahwa umat Islam dalam bekerja tidak

hanya mencari nafkah semata, melainkan untuk mencari ridho

Allah dengan memiliki komitmen yang tinggi dan rasa tanggung

jawab untuk merubah keadaan pada diri sendiri dan untuk

mencapai kebahagian hidup yang lebih baik maka seseorang

berusaha untuk meningkatkan kinerjanya. Hal ini sesuai dengan

(43)

Islam mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan.

b. Tingkat Religiusitas dengan Kinerja Karyawan

Dalam aktivitas bekerja diperlukan landasan moral yang

berasal dari ajaran-ajaran agama sehingga tidak melakukan hal-hal

yang dapat merugikan orang lain dan organisasi. Seseorang yang

bekerja dengan baik dan disiplin dalam bekerja serta mempunyai

kinerja yang baik dikarenakan tingkat kesadaran religiusitas orang

tersebut, karena bekerja dianggap sebagai ibadah maka ini juga

menimbulkan semanggat kerja bagi para pekerja dan selain itu juga

mereka bekerja secara jujur dan ulet.

Tingkat kesadaran religius seseorang menimbulkan

dorongan yang kuat dan dapat menjadi motivator untuk

mengarahkan seseorang dalam bekerja. Salah satu faktor yang

terpenting dalam etos kerja adalah faktor-faktor religius atau

agama. Religiusitas adalah internalisasi niai-nilai agama dalam diri

seseorang. Internalisasi berkaitan dengan kepercayaan terhadap

ajaran-ajaran agama baik didalam hati maupun dalam ucapan.

Kepercayaan ini kemudian di aktualisasikan dalam perbuatan dan

tingkah laku sehari-hari (Aviyah dan farid, 2004: 127). Hal itu

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuroniah dan

(44)

religiusitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan.

C. Kerangka Penelitian

Perlu adanya sebuah kerangka penelitian untuk menghasilkan

hipotesis dan model penelitian yang akan di uji. Dalam penelitian ini etika

kerja Islam dan tingkat religiusitas mempunyai hubungan yang erat dan

sama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Begitu juga dengan

pendidikan yang juga merupakan faktor lain yang mempengaruhi kinerja

karyawan. Untuk memperjelas pengaruh pendidikan sebagai varibel

pemoderasi yang memoderasi antara pengaruh etika kerja Islam dan tingkat

religiusitas terhadap kinerja karyawan penulis membuat kerangka

(45)

D. Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti “di bawah” dan “thesa”

yang berarti “kebenaran”. Hipotesis didefinisikan sebagai jawaban semetara yang kebenarannya masih harus di uji, atau rangkuman kesimpulan teoritis

yang diperoleh dari tinjauan pustaka (Martono, 2011: 63).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menurut Nurmaitas (2015), apabila etika kerja Islam sudah menjadi

bagian dari kehidupan dan keyakinan dari para pemeluk Islam maka

hal tersebut akan menumbuhkan dorongan yang kuat dari dalam. Perlu

diingat bahwa umat Islam dalam bekerja tidak hanya mencari nafkah

semata, melainkan untuk mencari ridho Allah dengan memiliki

komitmen yang tinggi dan rasa tanggung jawab untuk merubah

keadaan pada diri sendiri dan untuk mencapai kebahagian hidup yang

lebih baik maka seseorang berusaha untuk meningkatkan kinerjanya.

Penelitian tentang pengaruh etika kerja Islam terhadap kinerja

karyawan telah dilakukan sebelumnya oleh Nurmaitas (2015), Fitriyan

(2011), serta Hana dan Ghuron (2015). Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa etika kerja Islam berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan. Oleh karena itu hipotesis yang

diajukan adalah:

(46)

2. Menurut Aviyah dan Farid (2004) seseorang yang bekerja dengan baik

dan disiplin dalam bekerja serta mempunyai kinerja yang baik

dikarenakan tingkat kesadaran religiusitas orang tersebut, karena

bekerja dianggap sebagai ibadah maka ini juga menimbulkan

semanggat kerja bagi para pekerja dan selain itu juga mereka bekerja

secara jujur dan ulet. Penelitian yang meneliti tentang pengaruh tingkat

religiusitas terhadap kinerja karyawan pernah dilakukan oleh peneliti

terdahu diantaranya oleh Nuroniah dan Triyanto (2015), serta Rohayati

(2014). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat

religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah:

H2. Semakin tinggi tingkat religiusitas maka semakin meningkat kinerja karyawan.

3. Penelitian yang meneliti tentang pendidikan sebagai variabel moderasi

telah dilakukan sebelumnya oleh Rosalina (2017) dengan judul

penelitian “pengaruh variabel lingkungan terhadap minat wirausaha dengan pendidikan sebagai variabel moderasi”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan berperan sebagai variabel

pemoderasi pengaruh variabel lingkungan terhadap minat wirausaha

secara signifikan. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah:

(47)

4. Penelitian yang meneliti tentang pendidikan sebagai variabel moderasi

telah dilakukan sebelumnya oleh Rosalina (2017) dengan judul

penelitian “pengaruh variabel lingkungan terhadap minat wirausaha dengan pendidikan sebagai variabel moderasi”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan berperan sebagai variabel

pemoderasi pengaruh variabel lingkungan terhadap minat wirausaha

secara signifikan. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah:

(48)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal, yaitu

penelitian yang bertujuan untuk membuktikan hubungan sebab akibat atau

hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi antara variabel-variabel yang

diteliti (Istijanto, 2005: 31). Sedangkan metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang

mengolah data menjadi informasi berupa angka (Istijanto, 2005: 93).

Tujuan dipilihnya jenis penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pendidikan memoderasi pengaruh etika kerja Islam dan tingkat religiusitas

terhadap kinerja karyawan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi pada penelitian ini adalah Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) PNM Binama yang berada di Jln. Arteri Soekarno Hatta

No. 09 Semarang. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Bawono (2006) populasi adalah keseluruhan wilayah dan

subyek penelitian yang ditetapkan untuk dianalisis dan ditarik

kesimpulan oleh peneliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

(49)

2. Sampel

Sampel adalah suatu bagian yang ditarik dari populasi, yang

digunakan untuk mewakili populasi yang diteliti dan berusaha

menyimpulkan generalisasi dari hasil temuanya (Istijanto, 2005: 113).

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menentukan sampel

adalah pengambilan sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik

pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel. Hal ini sering dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil.

Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota

populasi dijadikan sebagai sampel (Sugiyono, 2011: 127).

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer,

Menurut Bawono (2006), data primer adalah data yang diperoleh peneliti

secara langsung dari lapangan. Data primer dalam penelitian ini akan

diperoleh melalui penyebaran angket (questionare) kepada responden yang sebelumya telah disusun secara terstruktur.

Angket (questionare) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada objek penelitian yang mau memberikan respon sesuai dengan

permintaan pengguna. Angket tersebut digunakan untuk mengetahui

jawaban responden tentang bagaimana pendidikan memoderasi pengaruh

(50)

E. Skala Pengukuran Data

Agar penelitian yang dilakukan bersifat objektif dan lebih terukur

maka diperlukan skala pengukuran. Skala pengukuran yang digunakan

dalam penelitian ini adalah skala interval. Skala interval adalah pemberian

rangking terhadap responden, yang di rangking berupa referensi, perilaku

dan sebagainya (Bawono, 2006: 31).

Dalam penelitian ini Skala 1-10 dipilih dengan pertimbangan untuk

memudahkan responden dalam menentukan katagori sangat tidak setuju

sampai sangat setuju. Dengan keterangan angka 1 sebagai kategori

terendah yaitu sangat tidak setuju dan angka 10 sebagai kategori sangat

setuju (paling tinggi). Skala penilaian sampai dengan 10 lazim digunakan

oleh responden dalam menilai baik atau tidaknya sesuatu.

Berikut adalah rentang penilaian dalam skala interval:

Sangat

Tidak Sangat

Setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

F. Definisi konsep dan Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari

kekurang-jelasan atau pemahaman yang berbeda antara pembaca dengan penulis

mengenai istilah-istilah dalam penelitian ini. Adapun definisi operasional

(51)

1. Variabel Independen

Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Etika Kerja Islam

Etika kerja Islam adalah budaya kerja yang didasarkan pada

al-quran dan hadis, dimana seseorang bekerja tidak hanya sebagai

kegiatan dalam dunia atau bersifat duniawi tetapi juga bisa

dikatakan ibadah untuk memperoleh pahala ketika bekerja sesuai

dengan prinsip Islam (Hana dan Ghufron, 2015: 344).

b. Tingkat Religiusitas

Religiusitas adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem

nilai dan sistem perilaku seorang manusia yang berdasarkan aturan

Tuhan (Allah) yang diarahkan untuk membimbing manusia agar

memenuhi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Religiusitas

ini sangat penting. Karena hanya dengan religiusitaslah manusia

mampu mengerti hikmah dan makna kehidupan sebenarnya

(Nuroniah dan Triyanto, 2015: 90).

2. Variabel Moderasi

Variabel moderasi adalah variabel bebas kedua yang sengaja

dipilih oleh peneliti untuk mengetahui apakah kehadiranya

(52)

variabel dependen (Sarwono, 2006: 39). Variabel moderasi dalam

penelitian ini adalah Pendidikan.

Menurut Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003,

menyatakan bahwa pendidikan adalah keseluruhan kegiatan untuk

memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan

kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada

tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan

kualifikasi jabatan dan pekerjaan (Hanika dkk, 2014: 5).

3. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja karyawan.

Menurut Nuroniah dan Triyanto (2015) Kinerja karyawan adalah hasil

atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode

tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai

kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau

kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati

bersama.

Tabel 3.1

Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel Definisi Indikator

Etika Kerja Islam Etika kerja Islam adalah budaya kerja yang didasarkan pada al-quran dan hadis, dimana seseorang bekerja tidak hanya sebagai kegiatan dalam dunia atau bersifat duniawi tetapi juga bisa dikatakan ibadah untuk memperoleh pahala ketika bekerja sesuai dengan prinsip Islam (Hana dan Ghufron, 2015: 344)

(53)

Tingkat Religiusitas

Religiusitas adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku seorang manusia yang berdasarkan aturan Tuhan (Allah) yang diarahkan untuk membimbing manusia agar memenuhi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (Nuroniah Kinerja Karyawan Kinerja karyawan adalah hasil

atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Nuroniah dan Triyanto, 2015:

Pendidikan Menurut Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, menyatakan bahwa pendidikan adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan (Hanika dkk, 2014: 5).

a. Kesesuaian jurusan

Sumber: Data skunder yang diolah, 2017

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian meruapakan alat bantu yang digunakan untuk

mengukur variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, penulis

(54)

1. Bagian pertama, berisi tentang identitas responden yang meliputi :

Nama, alamat, jenis kelamin, usia, dan pendidikan terakhir.

2. Bagian kedua, berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai etika

kerja Islam, Tingkat Religiusitas, Pendidikan dan Kinerja.

H. Uji Instrumen Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dan langkah-langkah dalam

mengelola data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Uji Instrumen

a. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kehandalan

suatu kuisoner yang merupakan indikator dari variabel penelitian.

Suatu kuesioner dikatakan reliable jika jawaban seseorang atau responden terhadap pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner

tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pada rogam

SPSS (statistical product and service solution) untuk mengukur reliabilitas suatu kuesioner dapat melalui uji statistik, dimana

pengambilan keputusan reliabilitas didasarkan pada nilai cronbach alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika nilai cronbach alpha (α) > 0.60 (Bawono, 2006: 68).

b. Uji Validitas

(55)

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Perhitungan ini akan

dilakukan menggunakan progam SPSS. Untuk menentukan

nomer-nomer item yang valid dan yang gugur, maka digunakan metode korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor. Butir

pertanyaan dikatakan signifikan jika kolom total butir pertanyaan

menghasilkan tanda bitang dengan dua kemungkinan (Bawono,

2006: 76)

1) Jika berbintang satu itu berarti korelasi signifikan pada level

5% (0.05 ) untuk dua sisi.

2) Jika berbintang dua itu berarti korelasi signifikan pada level

1% (0.01) untuk dua sisi.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan karena merupakan tahapan yang

penting dalam analisis regresi. Apabila tidak terdapat gejala asumsi

klasik diharapkan dapat dihasilkan model regresi yang handal sesuai

dengan kaidah BLUE (best linier unbiased estimator), yang

menghasilkan model regresi yang tidak bias dan handal sebagai

penaksir. Pelanggaran terhadap asumsi klasik berarti model regresi

yang diperoleh tidak banyak bermanfaat dan kurang valid. Disamping

itu uji asumsi klasik berguna untuk melengkapi uji statistik (Bawono,

(56)

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan dengan tujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi

antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen

(Ghozali, 2013: 105).

Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidakya

multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai tolerance dan lawanya

variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel manakah yang dijelaskan oleh variabel independen

lainya. Untuk melihat adanya multikolinieritas yaitu dengan

melihat niai tolerance ≤ 0.10 dan atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan nilai varian dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali 2013,

139).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode uji

White test. Pada dasarnya uji White mirip dengan kedua uji Park

dan uji Glejser, uji ini dapat dilakukan dengan meregres residual

kuadrat (U²t) dengan variabel independen, variabel independen

kuadrat dan perkalian (interaksi) variabel independen (Ghozali,

(57)

gejala penyakit heteroskedastisitas yaitu dengan melihat nilai X² .

jika X² hitung < X² tabel maka dapat disimpulkan tidak ada gejala

penyakit heteroskedastisitas.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal (Ghozali, 2013: 160). Untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak, maka dalam penelitian ini

menggunakan analisis statistik karena dengan menggunakan grafik

dapat menyesatkan jika tidak hati-hati. Untuk melihat hasilnya,

maka penulis menggunakan uji analisis statistik parametrik

kolmogrov-smirnov test (K-S). sedangkan pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansi di atas 0.05 yang berarti nilai residual

terdistribusi secara normal atau memenuhi asumsi normalitas

(Ghozali, 2013: 202).

d. Uji Linearitas

Uji linieritas digunakan untuk menguji apakah spesifikasi

model yang digunakan sudah tepat atau lebih baik dalam

spesifikasi model dalam bentuk lain. Spesifikasi model dapat

berupa linier, kuadratik atau kubik (Bawono, 2006: 179). Untuk

melihat spesifikasi model yag tepat, maka dalam penelitian ini

(58)

dengan R² atau n * R². Menurut Bawono (2006) kriteria analisis

metode lagrange multplier adalah sebagai berikut :

1) Jika X² hitung > X² tabel maka spesifikasi model persamaan

regresi linier tidak benar.

2) Jika X² hitung < X² tabel maka spesifikasi model persamaan

regresi linier adalah benar.

3. Uji Statistik

Uji statistik digunakan untuk melihat tingkat ketepatan dan

keakuratan dari suatu fungsi atau persamaan atau taksiran dari data

yang kita analisis (Bawono, 2006: 88). Uji statistik dapat dilihat dari

nilai:

a. Uji F test

Uji F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa

jauh variabel independen secara bersama-sama dapat

mempengaruhi variabel dependen (Bawono, 2006: 91). Untuk

mengetahui hasil dari uji ini dapat dilihat pada tabel anova dari persamaan regresi. Sedangkan pengambilan keputusaan dengan

melihat nilai signifikansi, dengan ketentuan Jika nilai signifikansi

< 0.05 maka variabel independen secara simultan mempengaruhi

variabel dependen secara signifikan, namun sebaliknya jika nilai

signifikan > 0.05 maka variabel independen secara simultan tidak

(59)

b. Uji Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien Determinasi (R²) digunakan untuk menunjukan

sejauh mana tingkat hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen atau sejauh mana kontribusi variabel

independen mempengaruhi variabel dependen (Bawono, 2006: 92).

Untuk megetahui hasil uji ini dapat dilihat pada tabel model summary dari persamaan regresi. Ciri-ciri nilai R² adalah :

1) Besarnya koefisien determinasi terletak antara 0 sampai 1 atau

dapat ditulis 0 ≤ R² ≤ 1.

2) Nilai nol menunjukan tidak adanya hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

3) Nilai 1 menunjukan adanya hubungan yang sempurna antara

variabel independen dengan variabel dependen

4. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk meramalkan nilai pengaruh

variabel independen yang lebih dari satu terhadap variabel

dependen. Analisis Regresi digunakan untuk data yang bersifat

Multivariate (Bawono, 2006: 84). Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1 X1+ β2 X2+ ε Dimana :

(60)

β0 = Konstanta

X1 = Etika Kerja Islam

X2 = Tingkat Religiusitas β1 = Koefisien Etika kerja Islam β2 = Koefisien Tingkat Religiusitas

ε = Residual atau prediction error

b. Moderate Regression Analysis (MRA)

Moderate Regression Analysis menggunakan pendekatan analitik yang mempertahankan integritas sempel dan memberikan

dasar untuk mengontrol pengaruh variabel moderator (Ghozali,

2013: 229). Untuk menggunakan MRA dengan dua variabel

prediktor (X), maka kita harus membandingkan tiga persamaan

regresi untuk menentukan jenis variabel moderasi. Ketiga

persamaan tersebut adalah :

Y= α + β1X1 + β2X2 +ε (I)

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3Z + ε (II)

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3Z + β4 X1*Z + β5X2*Z + ε(III) Dimana :

Y = Kinerja Karyawan

α = Konstanta

β1- β5 = Koefisien Regresi

X1 = Etika Kerja Islam

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Tabel 3.1
Gambar 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

BAB 1 : “Pendahuluan” pada bab ini akan dijelaskan mengenai Latar belakang masalah sebagai cikal bakaal penelitian, rumusan masalah dalam fokus penelitian, tujuan

Sedangkan pada Uji R (Koefisien Determinasi) bahwa Pengaruh Potensi Agrowisata (X1) Kondisi Lingkungan (X2) dan Kepuasan Wisatawan (Y1) terhadap Loyalitas Wistawan (Y2)

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Hasil Belajar Siswa Dengan Modifikasi Alat Pembelajaran Pada Pokok Bahasan Tolak

18 Ibid, h.. Nasabah yang digolongkan ke dalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. 3) Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada karyawan rumah sakit IPHI Pedan Klaten mengenai pengaruh religiusitas dan etika kerja Islam terhadap kinerja karyawan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara sosial ekonomi orang tua dan perilaku membersihkan gigi dengan status kebersihan rongga mulut (oral hygiene)

dengan ketinggian nasab, dan mereka merasa tidak akan berharga dengan Islam, Adapun diluar bangsa Arab yaitu para bekas budak dan bangsa-bangsa lain, mereka

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (X1), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X2),