ANALISIS PENGARUH
CAPITAL ADEQUACY RATIO ,
BOPO
, NON PERFORMING FINANCING ,
DAN
FINANCING
TO DEPOSIT RATIO
TERHADAP PROFITABILITAS (STUDI
KASUS BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2006
–
2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
Tepu Beni Setiawan
NIM 213 13 179
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
i
ANALISIS PENGARUH
CAPITAL ADEQUACY RATIO ,
BOPO
, NON PERFORMING FINANCING ,
DAN
FINANCING
TO DEPOSIT RATIO
TERHADAP PROFITABILITAS (STUDI
KASUS BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2006
–
2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
Tepu Beni Setiawan
NIM 213 13 179
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
viii MOTTO
“
HIDUP UNTUK BELAJAR, BELAJAR UNTUK BERUSAHA,
BERUSAHA UNTUK BERIBADAH, BERIBADAH UNTUK MASA
ix
PERSEMBAHAN
Setiap detik waktu menyelesaikan karya tulis ini merupakan hasil getaran doa kepada orang tua. Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk ayahanda Siyamto dan ibunda
Asmiyati
Terimakasih atas limpahan kasih sayang yang tak terhingga untukku Karya kecil ini kupersembahkan setelah apa yang telah diberikan kepadaku
Semoga ini menjadi awal untuk membuat ayah dan ibu bahagia.
Untuk adik-adikku Wisnu Adi Saputra dan Feri Saverdo Tiada yang paling bahagia saat berkumpul bersama kalian.
Terimakasih atas kasih sayang, support, dukung dan kesabaran nya Yang telah diberikan selama ini walaupun kadang menyebalkan
Semoga engkau pilihan yang terbaik buatku dan masa depanku
Terimakasih “Aisyah Hidayati”
Untuk Bapak Qi Mangku Bahjatulloh selaku dosen pembimbing Terimakasih banyak pak, saya sudah dibantu selama ini
Sudah meluangkan waktu dan ilmunya.
Yang terakhir karya ini ku persembahkan kepada teman-temanku Nizar Abul Malik, Anggun Tri, Toni Suprianto, Ismalia Ratih,
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... vii
MOTTO ... viii
PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvii
ABSTRAK ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian... 13
D. Manfaat Penelitian... 13
xiii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka... 16
B. Kerangka Teori ... 24
1. Pengertian Bank ... 24
2. Bank Syariah ... 26
3. Laporan Keuangan ... 30
a. Pengertian Laporan Keuangan ... 30
b. Tujuan Laporan Keuangan ... 31
4. Analisis Rasio Keuangan ... 31
a. Pengertian Rasio Keuangan ... 32
b. Jenis-jenis Rasio Keuangan ... 33
1) Rasio Likuiditas... 33
2) Rasio Laverage ... 33
3) Rasio Aktivitas ... 34
4) Rasio Profitabilitas ... 34
5) Rasio Pertumbuhan ... 34
6) Rasio Penilaian ... 35
5. Profitabilitas ... 35
a. Pengertian Profitabilitas ... 35
b. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas ... 36
c. Macam-macam Rasio Profitabilitas ... 36
1) Return On Asset ... 37
xiv
3) Beban Operasional ... 38
4) Net Profit MarginRatio ... 38
5) Capital Adequacy Ratio ... 39
6) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional ... 41
7) Net Performing Finance ... 43
8) Financing to Deposit Ratio ... 44
C. Kerangka Pemikiran ... 48
D. Hipotesis ... 49
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 53
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 53
C. Populasi dan Sampel ... 54
1. Populasi ... 54
2. Sampel ... 54
D. Tehnik Pengumpulan Data ... 55
E. Definisi Konsep dan Operasional ... 56
F. Uji Instrumen Penelitian... 59
1. Uji Deskriptif... 59
2. Uji Statistik ... 59
a. Uji Ttest ... 59
b. Uji Ftest ... 60
c. Uji R2 ... 61
xv
4. Uji Asumsi Klasik ... 62
a. Uji Multikolonearitas ... 63
b. Uji Heteroskedastisitas ... 64
c. Uji Autokorelasi ... 65
d. Uji Normalitas ... 66
G. Alat Analisis ... 66
BAB IV ANALISI DATA A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 67
1. Gambaran Umum Penelitian ... 67
2. Langkah-langkah Pembuatan Model Penelitian ... 67
B. Hasil Uji Penelitian ... 68
1. Uji Deskriptif... 68
2. Uji Statistik ... 69
a. Uji ttest ... 69
b. Uji Ftest ... 74
c. Uji R2 ... 75
3. Analisis Regresi Berganda ... 76
4. Uji Asumsi Klasik ... 78
a. Uji Multikolonearitas ... 78
b. Uji Heteroskedastisitas ... 80
c. Uji Autokorelasi ... 81
xvi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 84
B. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu ... 21
Tabel 4.1 Hasil Uji Deskriptif ... 68
Tabel 4.2 Hasil Uji t ... 70
Tabel 4.3 Hasil Uji F ... 74
Tabel 4.4 Hasil Uji R2 ... 75
Tabel 4.5 Analisis Regresi Berganda ... 77
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolonearitas ... 79
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 80
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi ... 81
xviii ABSTRAK
Setiawan, Tepu. 2017 ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, BOPO, NON PERFORMING FINANCING, DAN FINANCING TO DEPOSIT RATIO TERHADAP PROFITABILITAS (STUDI KASUS BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2006 – 2016). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan Perbankan Syariah S-1, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Qi Mangku Bahjatulloh, Lc, M.Si.
Profitabilitas merupakan kemampuan bank dalam menghasilkan atau memperoleh laba secara efektif dan efisien. Secara garis besar, laba dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan pendapatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Pada intinya adalah profitabilitas menujukkan efisiensi perusahaan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (X1), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X2), Non Performing Financing(X3) dan Financing to Deposit Ratio (X4) terhadap Profitabilitas (Y). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda, yaitu dengan menggunakan uji deskriptif statistik, uji statistik, analisis regresi berganda, dan uji asumsi klasik.
Hasil uji ttest menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio secara statistik
berpengaruh positif dan tidak signifikan, variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional secara statistik berpengaruh negatif dan signifikan, sedangan
Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan . Hasil uji Ftest menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio, Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Financing , dan
Financing to Deposit Ratio bersama-sama berpengaruh terhadap Profitabilitas. Sedangkan hasil koefisien determinasi (R2) sebesar 0,569 ini berarti konstribusi variabel indepen (Capital Adequacy Ratio, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Financing , dan Financing to Deposit Ratio) mempengaruhi variabel dependen (Profitabilitas) sebesar 79,8% sedangkan sisanya sebesar 21,2% dipengaruhi variabel lain di luar model penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank secara sederhana yaitu lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainya
(Kasmir, 2003). Di Indonesia bank dibagi menjadi dua jenis berdasarkan
pembayaran bunga ataukah pembagian usaha yaitu bank konvensional dan
bank berdasarkan prinsip syariah (Dendawijaya, 2003). Bank
konvensional merupakan bank yang keuntungan utamanya diperoleh dari
selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga
pinjaman atau kredit yang disalurkan (Kasmir, 2012). Menurut
Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, ada tiga macam Bank menurut fungsinya
yang beroprasi di Indonesia, yakni Bank Sentral, Bank Umum dan Bank
Pengkreditan Rakyat. Dalam menjalankan usaha, dibagi lagi menjadi Bank
konvensional dan Bank yang menggunakan prinsip syariah. Bank syariah
merupakan bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba
(Muhammad, 2005). Menurut UU No. 21 Tahun 2008 yang dimaksud
dengan riba adalah penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara
lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas,
kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan Nasabah Penerima Fasilitas
berjalanya waktu, maka dilihat dari definisi riba, bunga yang dibebankan
bank konvensional terhadap nasabahnya termasuk dalam unsur riba.
Bank Syariah di Indonesia berawal dari prakasa Majelis Ulama
Indonesia pada acara Loka Karya Bunga Bank dan Perbankan yang
dilakukan pada tanggal 18 sd 20 Agustus 1990 di Cisarua Bogor. Hasil
lokakarya tersebut didukung oleh aksopon Ikatan Cendekiawan Indonesia
(ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Sehingga sebagai tindak lanjut,
pada tahun 1991 ditandatangani Akta Pendirian PT. Bank Muamalat
Indonesia sebagai Bank Umum Syariah pertama di Indonesia. Bank
Muamalat Indonesia sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun
1990 sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal
(Yudiana, 2014). Menurut Ali (2004), penyebab terjadinya krisis ekonomi
di Indonesia bukan lemahnya fundamental ekonomi, tetapi karena
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Utang luar negeri
swasta jangka pendek sejak awal 1990-an telah terakumulasi sangat besar
dimana sebagian besar tidak di-headging (dilindungi nilainya terhadap mata uang asing). Dalam UU No. 7 Tahun 1992 yang kemudian
melahirkan UU No. 10 Tahun 1998 secara ekplisit menetapkan bahwa
bank dapat beroprasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Era
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, kebijakan hukum perbankan perbankan di
Indonesia menganut sistem perbankan ganda (dual banking system).
Kebijakan ini intinya memberikan kesempatan bagi bank-bank umum
islamic window dengan terlebih dahulu membentuk Unit Usaha Syriah (Waluyo, 2007).
Operasional Bank Syariah terdiri dari dua aktifivitas utama yaitu
kegiatan penghimpunan dana atau pendanaan (funding) dan kegiatan pembiayaan (financing), Nabhan (2008). Pendanaan merupakan kegiatan bank dalam mendapatkan dana baik yang berasal dari pemilik, internal
bank maupun dari masyarakat dalam bentuk mobilisasi dana masyarakat
atau dana pihak ketiga. Pembiayaan merupakan kegiatan bank dalam
memanfaatkan dan menyalurkan dana masyrakat yang terkumpul ke dalam
sektor-sektor yang diperbolehlan menurut syariat islam.
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang merupakan simpanan pihak ketiga
bukan bank dalam bentuk tabungan, giro dan simpanan bernilai, yang
selanjutnya disalurkan kembali guna memperoleh profit (Suryani, 2011).
Dana pihak ketiga juga merupakan variabel penting yang mempengaruhi
pertumbuhan laba karena merupakan sumber utama bank. Meskipun
sebagian dana pihak ketiga pada bank syariah adalah titipan yang
dimaksudkan untuk mencari pendapatan, tetapi semakin besarnya dana
pihak ketiga potensi untuk disalurkan pembiayaan yang akan
mendatangkan pendapatan yang akhirnya meningkatkan laba (Setiawan
dan Winarsih, 2013).
Sebagai lembaga yang penting dalam perekonomian, maka perlu
adanya pengawasan kinerja yang baik oleh legulator perbankan Syariah
pertumbuhan perekonomian, hal ini dikarenakan sektor perbankan
memiliki fungsi utama yaitu sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana (surplus dana) dengan pihak pihak yang memerlukan dana (defisit dana). Untuk menciptakan dan
memelihara perbankan yang sehat diperlukan lembaga perbankan yang
senantiasa dibina dan dipelihara secara efekrif. Karena pada dasarnya
kesehatan bank merupakan cerminan dari kondisi bank saat ini dan
diwaktu yang akan datang (Julita, 2013). Salah satu indikator untuk
menilai kinerja keuangan suatu bank adalah dengan melihat tingkat
profitabilitasnya. Sehat tidaknya bank dapat dilihat dari profitabilitas bank
itu sendiri. Karena tujuan utama perbankan adalah mencapai profitabilitas
yang maksimal. Profitabilitas merupakan kemampuan bank dalam
menghasilkan atau memperoleh laba secara efektif dan efisien. Secara
garis besar, laba dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan
pendapatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Pada intinya adalah
profitabilitas menujukkan efisiensi perusahaan (Kasmir, 2010).
Dalam membangun perekonomian Negara, Perbankan Nasional
berperan dalam kegiatan pembangunan nasional maupun regional. Dengan
demikian, pelaku ekonomi yang membutuhkan dana untuk menunjang
kegiatanya dapat terpenuhi sehingga roda perekonomian dapat bergerak
(Sulidanwati dkk, 2015). Oleh karena itu kesehatan bank sangat
diperlukan. Tingkat kesehatan bank dapat diukur berdasarkan besar
Mengukur kinerja perusahaan yang nota bene adalah profit motif
dapat digunakan analisis profitabilitas (Ummah dan Suprapto, 2015).
Profitability analisys yang implementasinya adalah profitability ratio
disebut juga operating ratio, ada dua tipe rasio yakni margin on sale dan
return on asset. Menurut Shapito (2000), profit maargin untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk mengendalikan pengeluaran yang
berhubungan dengan penjualan, melalui gross profit margin, operating profit margin, dan net profit margin.
Profitabilitas bank-bank syariah tercermin pada Return On Asset
(ROA) dan Return on Equity (ROE). Jika dibandingkan dengan rerata ROA-ROE bank konvensional (ROA=1,5% dan ROE=15%), hanya PT.
Bank Syariah Muamalat Indonesia yang sudah berada dalam kuadran
profitable. Semakin besar profitabilitas suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin
baik pula posisi perusahaan tersebut dalam penggunaan asset (Handoko,
dalam Dini 2010). Semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan
berarti prospek dimasa depan dinilai semakin baik dengan demikian
analisis profitabilitas memliki pengaruh yang sangat besar bagi para
investor dan karena alasan inilah perusahaan berupaya keras dalam
memaksimalkan sumber daya yang ada untuk mencapai profitabilitas yang
ditargetkan perusahaan. Profitabilitas merupakan indikator paling penting
untuk mengukur kinerja, serta untuk menentukan tingkat kesehatan suatu
yang di ukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur
tingkat profitabilitas perbankan. Menurut Lukman (2005), semakin besar
ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
pengunaan asset.
Menurut Bachtiar (2014), ROA dapat memberikan gambaran
beberapa keuntungan yang diperoleh perusahaan dari setiap dolar aktiva
yang diinvestasikan. Dan dapat dikatakan juga ROA ini digunakan untuk
mengukur sejauh mana perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari
penggunaan aktiva operasinya. Dengan mengetahui ROA, kita dapat
menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggukan aktivanya
dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan. Dibandingkan
dengan ROE (return on equity). ROA lini lebih efektif untuk melihat profitabilitas perusahaan atau kinerja keuangan perusahaan karena ROA
memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam
operasi perusahaan sedangkan ROE mengukur mengukur return yang
diperoleh dari investasi pemilik perusahaan (Sulidanwati dkk, 2015).
Untuk mencapai profitabilitas yang optimal, bank di hadapkan
dengan berbagai resiko, salah satunya adalah resiko pembiayaan, resiko
pembiayaan adalah resiko utama perbankan, karena aktivitas utama
perbankan syariah di Indonesia sebagian besar berupa aktivitas tradisional
No. 9/24/DPbs disebutkan penilaian tingkat kesehatan bank dipngaruhi
oleh faktor CAMEL (Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity, Sensitif to Market Risk). Aspek Capital meliputi Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy Ratio
(CAR), aspek Asset Quality meliputi Non Performing Financing (NPF), aspek Earning meliputi Return ON Equity, Return On Asset, dan
Opertional Effectivity Ratio (BOPO), dan aspek Liquidity meliputi
Financing to Deposit Ratio (FDR).
Besarnya resiko pembiayaan selain dapat menurunkan
profitabilitas juga dapat mempengaruhi variabel kesehatan perbankan
lainya, salah satu variabel untuk mengukur kesehatan bank yaitu capital.
Capital adalah kemampuan bank menyediakan modal untuk
pengembangan aktivitas dan mengendalikan risiko yang di hadapi.
Pengukuran capital suatu bank dilakukan dengan melihat Capital Adequacy Ratio (CAR). Tingkat kesehatan bank adalah penilain atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai
dengan standar Bank Indonesia (Riyadi, 2004:149).
Bank yang tidak memiliki kecukupan modal maka bank tersebut
bisa dikatakan tisak sehat rasionya, sehingga bank tersebut masuk dalam
kriteria bank dalam pengawasan khusus karena rasio kecukupan modal
nasabah yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas bank. Jika
nilai CAR rendah maka profitabilitas (ROA) bank akan mengalami
penurunan (Lukman, 2005). CAR merupakan rasio permodalan
permodalan yang menunjukkan kemapuan bank dalam menyediakan dana
untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian
dana yang diakibatkan oleh kegitan operasi bank. CAR menjukkan sejauh
mana penurunan aset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia (Taswan, 2010). Semakin tingi CAR maka semakin banyak modal
untuk mengcover penurunan asset. Beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Defri
(2012) Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
BEI. Penelitian lain yang dilakukan oleh Masdupi (2012) Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap ROA pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Namun penelitian diatas
berbeda dengan hasil penelitian yang di lakukan Africano (2016) Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif terhadap ROA. Dan penelitian yang dilakukan oleh Yunus Fiscal dan Lili Lusiana (2014) Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif terhadap ROA. hasil penelitian tersebut semakin diperkuat dengan hasil penelitian yang
Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Semakin besar BOPO maka maka akan
semakin kecil atau menurun kinerja kinerja dari perbankan. Begitu juga
sebaliknya, jika BOPO semakin kecil, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja keuangan perbankan syariah semakin meningkat atau membaik
(Ambo, 2103). Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah
bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh
biaya bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan biaya operasional akan
berakibat pada berkurangknya laba sebelum pajak yang pada akhirnya
akan menurunkan laba atau profitabilitas bank yang bersangkutan
(Dendawijaya, 2003). Menurut Riyadi (2004) rasio BOPO mencerminkan
tingkat efisiensi perbankan dalam menjalankan kegiatan opersionalnya,
jika rasio BOPO, jika rasio BOPO menurun maka seharusnya ROA
mengalami kenaikan. Jika BOPO semakin kecil, maka dapat disimpulkan
bahwa kinerja keuangan suatu perusahaan (perbankan) semakin meningkat
atau membaik. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
mengenai pengaruh BOPO terhadap Profitabilitas. Hasil penelitian dari
Fiscal dan Lusiana (2014) Biaya Operasional Terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) berpengaruh positif terhadap ROA. hasil penelitian
lain dari Mukti (2016) Biaya Operasional Terhadap Pendapatan
pembiayaan. Namun hasil penelitian tersebut berbeda hasil dengan
penelitian yang dilakukan Sumarlin (2016) Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki pengaruh negatif terhadap
ROA. Hasil penelitian ini semakin diperkuat dengan hasil penelitian dari
Masdupi (2012) Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan tehadap ROA pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Dan hasil penelitian dari
Wibowo dan Syaichu (2013) Biaya Operasional Terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap
ROA.
Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan yang berkaitan dengan resiko kredit. Non Performing Financing (NPF) adalah perbandingan antara total pembiayaan bermasalah dengan total
pembiayaan yang diberikan kepada debitur. Rasio Non Performing Financing (NPF) analog dengan Non Performing Loan (NPL) pada bank konvensional. Karena bank syariah tidak mengenal adanya pinjaman
namun menggunakan istilah pembiayaan. NPL mencerminkan resiko
kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula resiko kredit yang
ditanggung pihak bank (Nusantara, 2009). Beberapa penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh Non Performing Financing
(NPF) terhadap ROA. Aziz (2016) Non Performing Financing (NPF) berpengaruh secara positif dan signifikasan terhadap ROA. Sulindawartin
profitabilitas baik secara parsial maupun secara simultan. Namun hasil
Penelitian tersebut berbeda hasil dengan penenlitian yang dilakukan
Africano (2016), Non Performing Financing NPF berpengaruh negatif terhadap ROA. Lemiyana dan Litriani (2016) Non Performing Financing
(NPF) tidak berpengaruh terhadap ROA. Sumarlin (2016) Non Performing Financing (NPF) yang memiliki pengaruh negatif terhadap ROA.
Financing to Deposit Ratio (FDR) analog dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan
bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset
yang dimiliki bank (Dendawijaya, 2003). LDR menunjukkan jumlah kredit
yang diberikan yang dibiayai dengan dana pihak ketiga. Selain itu, rasio
ini digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan bank membayar dana
pihak ketiga dari pengembalian kredit yang diberikan dari bunga yang
diberikan kepada deposan (dengan asumsi tidak ada kredit macet)
Suprianto (2014). Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) maka akan berdampak pada meningkatnya profitabilitas bank umum
syariah (Windriya, 2014). Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya mengenai pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Rofitabilitas. Defri (2012) Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA pada perusahaan
Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan terhadap resiko pembiayaan, Mukti (2016). Namun hasil penelitian lain menunjukkan hasil
yang berbeda, Lemiyana dan Litriani (2016) Financing to Deposit Ratio
(FDR) tidak berpengaruh terhadap ROA. Hasil penelitian ini diperkuat
dengan hasil penelitian dari Yusuf dan Wahyuni (2017) Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa
terdapat hasil penelitian yang belum konsisten. Maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian kembali dengan judul “ ANALISIS
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO , BOPO, NON
PERFORMING FINANCING , DAN FINANCING TO DEPOSIT
RATIO TERHADAP PROFITABILITAS (STUDI KASUS BANK
SYARIAH MANDIRI PERIODE 2006 – 2016)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri?
2. Apakah Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri?
4. Apakah Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri.
2. Untuk mengetahui pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap profitabilitas Bank
Syariah Mandiri.
3. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Ratio (NPF) berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri.
4. Untuk mengetahui pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan penulis, harapan bagi penulis
adalah semoga penelitian ini bisa bermanfaat bagi penulis sendiri maupun
pihak-pihak yang berkepentingan maupun oleh pembaca, adapun
manfaatnya yaitu:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah dibidang
ilmu ekonomi dan pengalaman mendalami serta mengiplementasikan
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar dapat menjadi
rujukan dalam membuat kebijakan, menjadi pelajaran dan perhatian atas
kesalahan yang terjadi sehingga diharapkan dapat terselesaikan dan tidak
terulang kembali.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada bab ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisikan tentang ringkasan penelitian terdahulu,
bangunan teori dan konsep yang akan digunakan untuk menganalisis, serta
berisi hipotesis, pengembangan hipotesis ditulis berdasarkan penelitian
terdahulu yang telah dilakukan.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan tetang jenis penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, ,metode
pengumpulan data, skala pengukuran, dafinisi konsep dan operasional,
BAB IV : ANALISIS PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan tentang deskripsi pobjek penelitian, data
dan teknik perolehanya, variabel penelitian, serta ,metode pengujian
hipotesis. Metode yang digunakan berdasarkan pokok permasalahan dalam
penelitian.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini merupkan penutup dari penulisan yang terdiri dari
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Di dalam telaah pustaka ini akan dibahas tentang hasil
penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian-penelitian yang akan dilakukan
sebagai acauan atau pembanding untuk mencari perbedaan-perbedaan agar
tidak ada unsur publikasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Africano (2016) tentang pengaruh
NPF terhadap car serta dampaknya tehadap profitabilitas bank umum
syariah di Indonesia.metode penentuan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling yang menghasilkan jumlah sampel sebanyak 5 bank umum syariah. Dengan menggunakan path analisys hasil penelitian menemukan NPF berpengaruh negatif terhadap ROA. NPF juga
berpengaruh negatif terhadap CAR. CAR berpengaruh negatif terhdap
ROA. CAR memdiasi parsial pengaruh NPF terhadap ROA.
Defri (2012) melakukan penelitian tentang perngaruh capital adequacy ratio (car), likuiditas dan efisisiensi operasional terhadap profitabilitas perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Penelitian ini
tergolong penelitian kuasatif ini ditentukan dengan metode purposive sampling sehingga diperoleh 57 sampel dari 19 perusahaan perbankan pada periode pengamatan(2008-2010). Jenis data yang digunakan adalah
perbankan dalam www.idx.co.id. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis regresi berganda. Hasil penelitian menujukkan bahwa CAR
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI, LDR berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap ROA pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
BEI, dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
Fiscal (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh capital adequacy ratio (CAR), loan to depoiste ratio (LDR), biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) terhadap profitabilitas BPR.
Penelitian ini menggunakan 12 BPR yang terdaftar di Bank Indonesia
periode (2010-2012). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis
regresi berganda. Hasil dari penelitian menunjukkan CAR berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. LDR berpengeruh positif dan
tidak signifikan terhadap ROA. BOPO berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA.
Lemiyana (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh NPF,
BOPO terhadap return on asset (ROA) pada bank umum syariah. Populasi yang digunakan adalah bank umum syariah yang terdaftar di Bank
Indonesia periode (2011-2015) dan 12 bank syariah. Hasil dari penelitian
menunjukkan NPF dan FDR tidak berpengaruh terhadap ROA. BOPO
berpengaruh negatif terhadap ROA. CAR berpengaruh negatif dan
Sumarlin (2016) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh
inflasi, car,fdr, bopo dan npf terhadap profitabilitas perbankan syariah.
Penelitian korelasional degan analisis kuantitatif merupakan tipe penelitian
ini. Data dikumpulkan melalui library research, field reseach, dan internet reseach. Selanjutnya, teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan melalui empat tahap yaitu uji asumsi klasik, analisis regersi
berganda, uji F dan uji T. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengujian secara simultan kelima variabel tersebut berpengaruh signifikan
terhadap ROA. Secara parsial, BOPO, NPF dan CAR yang memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap ROA. dan inflasi berpengaruh negatif
dan tidak signifikan dan FDR berpengaruh positif tidak signifikan.
Wibisono (2017) melakukan penelitian tentang pengaruh CAR,
NPF, BOPO, FDR terhadap ROA yang dimediasi oleh NOM. Data dalam
penelitian ini merupakan pooling data yaitu gabungan antara deret waktu
(time series) dan cross section selama kurun waktu 2012 sampai dengan tahun 2015. Sehingga diperoleh jumlah observasi (titik pengamtan)
sebanyak 9 bank syariah yang terdaftar di BEI. Hasil dari penelitian ini
adalah variabel CAR, NPF, BOPO, FDR dan NOM berpengaruh positif
dan signifkan terhadap ROA secara parsial. Variabel CAR berpengaruh
negatif dan tidak signifikan tehdap ROA. NPF berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhdap ROA. Sedangkan variabel FDR, BOPO
berpengaruh signifikan positif terhdap ROA. Variabel NOM memediasi
pengaruh antara CAR, NPF, BOPO dan FDR terhadap ROA.
Mukti (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh bopo dan fdr
terhadap profitabilitas BPR syariah dengan risiko pembiayaan sebagai
variabel intervenig (studi empiris pasa bank pembiayaann rakyat syariah
provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten yang terdafatar di Bank
Indonesia periode 2012-2015. Populasi dalam penelitian ini adalah Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten
yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2012-2015. Sampel sebanyak 10
bank selama 4 tahun. Data diperoleh dengan menggunakan metode
purposive sampling. Hipotesis yang diuji menggunakan metode analisis jalur. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa BOPO dan FDR
berpengaruh positif signifikan terhadap resiko pembiayaan. Dan BOPO,
FDR dan Resiko Pembiayaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
profitabilitas.
Aziz (2016) melakukan penelitian tentang Analsis Pengaruh
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Perfroming Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap
Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia. Populasi dalam penelitian ini
menggunakan Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2012-2014.
Sampel penelitian ini sebanyak 11 Bank Umum Syariah, dimana metode
pengambilan sampel menggunakan objek tertentu. Metode analisis data
yang digunakan adalah analsis regresi linier berganda dan uji hipotesis
menggunakan t-Statistik, f-Statistik, dan Koefisien Determinasi. Hasil dari
uji t menunjukkan bahawa variabel Capital Adequacy Ratio, Financing to Deposite Ratio, dan Biaya Operasional terhadap pendapatan operasional secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas,
sedangakan Non Performing Financing dan Net Interest Margin
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil uji f diketahui bahwa variabel
Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing, Net Interest Margin, Financing to Deposite Ratio, dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasionl secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Profitabilitas (ROA).
Wibowo (2013) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh
suku bunga, inflasi, car, bopo, npf terhadap profitabilitas bank syariah.
Populasi yang digunakan adalah publikasi bank syariah (2008-2011).
Sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dari 3 bank syariah. Data yang digunakan dari data publikasi Bank Indonesia. Metode
analisis yang digunakan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari
penelitian tersebut adalah suku bunga berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap ROA. Inflasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA. CAR dan NPF berpengaruh positif dan tidak
signifkanterhadap ROA. dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan
Masdupi (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh capital adequacy ratio (CAR), likuiditas dan efisiensi operasional terhadap profitabilitas perusahaan perbankan yang terdafrar di BEI. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI.
Metode penelitian yang digunakan analisis regresi berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA dalam perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. LDR
berpengaruh positis dan signifikan terhdap ROA pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI. Dan BOPO berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap ROA dalam perusahaan perbankan yang terdaftar di
BEI.
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti/Tahun Variabel yang digunakan Hasil Penelitian 1 Fernando
Africano/2016
Pengaruh NPF Terhadap CAR Serta Dampaknya 2 Defri/2012 Pengaruh CAR, Likuiditas
perusahaan yang dan tidak signifikan terhadap ROA,
5 Sumarlin/2016 Analisis Pengaruh Inflasi, CAR, FDR, BOPO, dan NPF Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah dan tidak signifikan terhadap ROA. dan tidak signifikan terhadap ROA. FDR Terhadap Profitabiitas BPR Syariah Dengan Resiko Pembiayaan Sebagai
Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten Yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2012-2015)
8 Habibul Aziz/2016 Analisis Pengaruh CAR, NIM, FDR, BOPO 9 Edhi Satriyo Wibowo
dan Muhammad Syaichu/2013
Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, dan tidak signifikan terhadap ROA. BOPO dan FDR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. 10 Erni Masdupi dan
Defri/2012
Pengaruh CAR, Likuiditas dan Efisiensi Opersional Terhadap Profitabilitas Perusahaan yang Terdaftar di BEI
profitabilitas
perusahaan yang terdaftar di BEI.
Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian-penelitian
terdahulu terletak pada pada obyek dan data penelitian. Dalam penelitian
ini objek yang digunakan adalah Bank Syariah Mandiri sedangkan pada
penelitian-penelitian terdahulu banyak menggunakan perusahaan
perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dan Bank Umum
Syariah dan data yang digunakan adalah data triwulan dari tahun 2006
sampai 2016. Kemudian variabel yang dipakai dalam penelitian ini hanya
variabel CAR, BOPO, NPF, FDR. Pada penelitian ini laporan keuangan
yang digunakan mulai periode 2006 sampai 2016, menggunakan sebelas
periode terakhir karena dapat digunakan untuk mempermudah perdiksi
perolehan bank pada tahun selanjutnya.
B. Kerangka Teori
1. Pengertian Bank
Menurut Rindjin (2000) dari lintasan sejarah timbulnya bank, telah
dapat diperoleh gambaran tentang apa yang disebut bank, mulai dari
bentuknya yang bersifat embrional sebagai usaha tukar menukar uang,
kemudian berkembang untuk menerima simpanan, memberikan
pinjaman, perantara dalam lalu lintas pemabayaran sampai tahap yang
Menurut Undang-Undang RI no 10 tahun 1998 tentang perbankan,
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkanya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak ( Kasmir, 2005). Bank bertujuan menunjang
pelaksaanaan pembangunan nasional dan meningkatkan pemerataan
pembangunan dan menggerakkan petumbuhan ekonomi dan mendorong
stabilitas nasional dengan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
(Nadratuzzaman, 2013). Berikut ini dapat dikemukakan beberapa
pendapat tentang pengertian bank, yaitu:
a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
(Undang-undang No 7 tahun 1992 tentang Perbankan).
b. Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang
bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran
sendiri, dengan uang yang diperolehya dari orang lain, dengan jalan
mengedarkan alat-alat pemabayaran baru berupa uang giral. (Prof
G.M. Veryn Stuart dalam bukunya Bank Poitic)
c. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka
1998 Perubahan Undang-undang No 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan).
Dari penjelasan mengenai bank diatas dapat disimpulkan
bank merupakan badan usaha yang berfungsi sebagai perantara
keuangan yaitu dengan menghimpun dana dar masyarakat dan
menyalurkan kemabali dana tersebut kepada masyasrakat dalam
bentuk pinjaman serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang.
2. Bank Syariah
Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998, bank syariah adalah
Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Prinsip syariah menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 tentang
tentang perbankan adalah aturan perjainjian berdasarkan hukum islam
antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musyarakah), pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah), prinsip jual beli barang dengan keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008,
perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Hal
ini menegaskan bahwa segala hal mengenai perbankan syariah baik
menyangkut kelembagaan, kegiatan usaha, maupun prosesnya dilakukan
berdasakan undang-undang tersebut.
Bank Syariah menurut Meilita (2012) merupakan lembaga
keuangan yang berdasrkan prinsip syariah, fungsi utamanya adalah
sebagai penghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkan dana
lagi kepada masyarakat atau dengan dengan kata lain fungsi bank syariah
adalah sebagai perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan
masyarakat yang kekurangan dana. Adapun dana masyarkat tersebut
berasal dari sumber pihak ketiga atau yang disebut dengan dana
masyarakat yaitu Giro, Tabungan dan Deposito berdasarkan prinsip
Mudharabah atau Wadiah.
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan bank syariah menurut
Muhammad (2000) adalah bank yang beroperasi tidak menggunakan
sistem bunga. Bank islam atau biasa disebut bank tanpa bunga, adalah
lembaga yang operasional dan produk yang diterapkan berlandaskan
pada Al-Qur’an dan Hadist.
Menurut Sofyan (2012) bank syariah adalah bank yang beroprasi
yaitu tidak menggunakan instrumen bunga (riba) dan memposisikan
kesetaraan antara pihak bank dan nasabah dalam melakukan berbagai
transaksi. Dalam rangka mengimplementasikan nilai-nilai syariah, bank
syariah menerapkan sistem lost and profit sharing dan pengambilan keuntungan. Bank syariah lahir sebagai solusi alternatif perdebatan
tentang bunga bank sebagai riba.
Menurut Karnae Purwaatmadja, bank syariah adalah bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-psinsip Islam, yakni bank dengan tata
cara dan operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam. Salah
satu unsur yang harus di jauhi dalam muamalah islam adalah
praktik-praktik yang mengandung unsur riba’. Dengan ini bank syariah adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi layanan pembiayaan
kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran sesuai yang beroperasi
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Menurut Sumitro (2004) Bank syariah berarti bank yang tata cara
operasinya didasarkan pada tata cara bermuamalat secara islam, yakni
mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Al-Hadits. Di dalam
operasionalnya, bank syariah harus mengikuti dan berpedoman kepada
praktik-praktik usaha di zaman Rasulullah.
B.N. Ajuha mendefinisikan bank syariah adalah “Bank provide
means by which capital is transferred from those who cannot use it
profitable to those who can use it productively for the society as whole.
of interest”. Yang dimaksudkan bank sebagai modal yang ditransfer dari
pemilik yang tidak dapat menggunakan dana tersebut menjadi
keuntungan kepada pihak-pihak yang dapat menggunakan sehingga
produktif bagi masyarakat banyak. Bank juga sebagai mediasi untuk
investasi tanpa resiko dengan suku bunga. (Ahmad Dahlan, 2012).
Dalam Al-Quran, istilah bank tidak disebutkan secara eksplisit.
Tetapi yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti
struktur, manajemen, fungsi, hak, dan kewajiaban maka semua itu
disebutkan dengan jelas, seperti zakat, sadaqah, ghanimah (rampasan
perang), ba’i (jual beli), dayn (utang datang), maal (harta) yang memiliki
fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi.
Pada umunya bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran yang berorientasi dengan prinsip-prinsip syariah.
(Sudarsono, 2003).
Bank syariah berbeda dengan bank konvensional, bank syariah
menjalankan kegiatan operasinya dengan berdasarkan ketentuan
Al-Quran dan Al-Hadist. Bank syariah sistemnya tidak menggunakan bunga,
didalam bank syariah ketentu31an atau pembagian keuntungan
disebutkan sebagai bagi hasil. Di dalam penelitian ini menjadi objek
3. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2010) adalah laporan yang menunjukkan
kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu
periode tertentu. Menganalisis laporan keuangan merupakan
salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam
suatu periode. Di dalam laporan keuangan juga dapat diketahui
bagaimana kondisi dan posisi suatu perusahaan saat ini.
Laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang
dilalakukan perusahaan sekarang dan masa depan, dengan
melihat berbagai persoalan yang ada, baik kelemahan maupun
kekuatan yang dimiliki serta memanfaatkan peluang yang ada
dan mengahadapi atau menghindari ancaman yang mungkin
timbul sekarang dan di masa yang akan datang.
Laporan keuangan menggambarkan secara ringkas
mengenai apa saja yang terjadi didalam manajemen perusahaan,
khususnya pada hal mengenai arus keluar masuknya keuangan
didalam perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Laporan
keuangan dapat dijadikan sebagai tolak ukur apakah suatu
perushaan itu sehat dalam segi finansial, atau sebaliknya.
Laporan keuangan ini juga dapat dijadikan sebagai bahan
b. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Kasmir (2014) untuk
memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada
saat tertentu maupun pada periode tertenu. Berikut ini, beberapa
tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan:
1) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva
(harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
2) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban
dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini
3) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan
yang diperoleh pada suatu periode tertentu.
4) Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya
yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5) Memberikan informasi tentang perubahan yang terjadi
terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
6) Memberikan informasi tetang kinerja manajemen
perusahaan dalam suatu periode.
7) Memberikan informasi tentang catatan atas laporan
keuangan.
8) Informasi keuangan lainya.
4. Analisis Rasio Keuangan
Laporan keuangan memberikan informasi tentang kekuatan dan
memperlihatkan aktiva apa saja yang sudah dilakukan oleh perusuhaan
dalam suatu periode, aktiva yang sudah dilakukan tersebut tertuang
dalam angka-angka, baik dalam bentuk mata uang asing. Angka-angka
ini akan menjadi lebih berarti jika dibandingkan antara angka-angka yang
ada dalam suatu laporan keuangan itu sendiri atau antar laporan
keuangan. Dari perbandingan tersebut dapat disimpulkan posisi keuangan
suatu perusahaan tersebut dan pada akhirnya kita dapat menilai kinerja
manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan tersebut adalah analisis
rasio keuangan
a. Pengertian Rasio Keuangan
Pengertian rasio keuangan menurut Kasmir (2014) rasio
keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka
yang ada pada laoporan keuangan dengan cara membagi suatu
angka dengan angka lain. Perbandingan dapat dilakukan antara
satu komponen dalam satu laporan keuangan atau antar
komponen yang ada diantara laporan keuangan. Kemudian
angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam
satu periode beberapa periode.
b. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Jenis rasio keuangan yang dapat digunakan:
1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio ini menunjukkan atau mengukur kemampuan
baik kewajiban kepada luar perusahaan (likuiditas badan
usaha) maupun didalam perusahaan (likuiditas
perusahaan). Atau dengan kata lain rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh
tempo, atau rasio untuk mengatahui kemampuan
perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban
(utang) pada saat ditagih.
2) Rasio Laverage (Laverage Ratio)
Dalam mendanai usahanya, perusahaan memiliki
beberapa sumber dana. Sumber-sumber dana yang dapat
diperoleh adalah pinjaman atau modal sendiri. Keputusan
untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal
pinjaman haruslah digunakan beberapa perhitungan yang
matang, dalam hal ini laverage ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan yang dibiayi dengan utang. Artinya
besarnya utang yang digunakan perusahaan utuk
membiayai kegiatan usahanya jika dibanadingkan dengan
modal sendiri.
3) Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
sediaan, penagihan utang, dan lainya) atau rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari. Dan hasil pengukuran dengan rasio ini
akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau
sebaliknya dalam mengelola asset yang dimilikinya.
4) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu.
Rasio ini juga memberikan tingkat efektivitas manajemen
suatu perusahaan yang ditunjukan dari laba yang dihasilkan
dari penjualan atau dari pendapatan investasi. Dikatakan
perusahaan rentabilitasnya baik apabila mampu memnuhi
target laba yang telah diterpakan dengan menggunakan
aktiva atau modal yang dimilikinya.
5) Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)
Rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan perusahaan dalam
memperthankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan
perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio
pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan per saham
6) Rasio Penilaian (Valuation Ratio)
Rasio yang memberikan ukuran kemampuan
manajemen menciptakan nilai pasar usahanya diatas biaya
investasi seperti rasio harga saham terhadap pendapatan,
rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku.
5. Profitabilitas
a. Pengertian Profitabilitas
Rasio profitabilitas sering disebut dengan rasio rentabilitas.
Menurut Kasmir (2014) rasio profitabilitas merupakan rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efisiensi
manajemen suatu perusahaan.
Menurut Dendawijiya (2014) rasio profitabilitas adalah alat
untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain
itu rasio-raso dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk
mengukur tingkat kesehatan bank.
b. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Kasmir (2014) tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi
perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu :
1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya
dengan tahun sekarang.
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri.
5) Untuk mengukur produktivitas suatu dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
6) Untuk mengukur produktivitas darai seluruh dana
perusahaan yang digunakan baik modal sendiri.
Manfaat yang diperoleh dari rasio profitabilitas adalah untuk:
1) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh
perusahaan dalam satu periode.
2) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya
dengan tahun sekarang.
3) Mengatahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri.
5) Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan
yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal
sendiri
c. Macam-macam Rasio Profitabilitas
Analisis rasio profitabilitas suatu bank menurut
1) Return On Asset (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh
bank tersebut dari segi penggunaan asset. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus :
2) Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri. Rasio ini
dapat dihitung dengan rumus:
Return On Equity (ROE) ini merupakan indikator rasio yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon
investor untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran
deviden. Kenaikan rasio ini berarti terjadi kenaikan laba
bersih dari bank yang bergsangkutan. Selanjutnya kenaikan
3) Rasio Maya (Beban) Operasional
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara
biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini
dapat dihitung dengan rumus:
( )
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya.
4) Net Profit Margin (NPM) Ratio
Rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba)
yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang
diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus:
Rasio NPM ini mengacu kepada pendapatan
operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan
pemberian kredit yang dalam praktinya memiliki berbagai
resiko, seperti resiko kredit (kredit bermasalah dan macet),
bunga (negative spead ), kurs valas (jika kredit diberikan dalam valas).
Rasio yang digunakan dalam pengukuran profitabilitas
dicatat, bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan suatu
bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian
besarnya Return On Asset (ROA) dan tidak memasukan unsur Return On Equity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indoenesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur
dengan asset dananya sebagian besar berasal dari dan
simpanan masyarakat. Apabila rasio ini mengalami
peningakatan maka profitabilitas perusahaan juga akan
meningkat sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan
profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.
5) Capital Adequacy Ratio (CAR)
Kuncoro (2002) modal merupakan salah satu faktor
penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan
menampung resiko kerugian, semakin tinggi CAR maka
semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menggung
resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika
nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti bank
tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang
mengntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi profitabilitas. Menurut Kasmir
mempertimbangkan bahwa aktiva bank syariah dapat dibagi
atas:
a) Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan kewajiban
atau hutang (wadiah atau qard dan sejenisnya).
b) Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Profit and loss Sharing Investment Account) yaitu mudharabah (General Investment Account/mudharabah mutlaqah, Restricted Investment Account/mudharabah muqayyadah).
Besarnya nilai CAR dapat dihitung dengan rumus:
Menurut Muhammad (2005) perhitungan ATMR pada
bank syariah sedikit berbeda dengan bank konvensional.
Aktiva pada bank syariah dibagi atas aktiva yang dibiayai
dengan modal sendiri serta aktiva yang didanai oelh
rekenign bagi hasil. Aktiva yang didanai oleh modal sendiri
dan hutang resikonya ditanggung modal sendiri, sedangkan
yang didanai oleh rekening bagi hasil rersikonya ditanggung
rekening bagi hasil itu sendiri.
Dendawijaya (2009) menyatakan bahwa, ketentuan
tentang modal minimum bank yang berlaku di Indonesia
Sejalan dengan satandar tersebut, dalam kerangka paket
regulasi tanggal 29 Februari 1991 (Pakfeb 1991), Bank
Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan
modal minimum yang diwajibkan menurut Bank for Internasional Settlements (BIS) ini disebut capital adequacy ratio (CAR) minimum bagi bank-bank umum di Indonesia adalah 8%.
Hubungan CAR dengan Profitabilitas (ROA)
Jika Car yang dimiliki bank semakin tinggi maka bank
ini sangat baik. Karena bank mampu menanggung resiko
yang timbul. Adanya modal yang cukup yang disediakan
oleh pemilik sehingga kredit menjadi lebih luas dan adanya
resiko yang kecil sehingga semuanya itu akan berpengaruh
positif terhadap profitabilitas (ROA). Car yang tinggi
menunjukkan semakin stabil usaha bank karena adanya
kepercayaan masyarakat yang stabil.
6) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO)
BOPO merupakan rasio antara biaya operasional
terhadap pendapatan opersional. Biaya operasional
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka
biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan lain-lain).
Pendapatan opersional merupakan pendapatan utama bank
yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan
dana dalam bentuk kredit dan penempatan operasi lainya (
Lukman, 2009). Rasio BOPO digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya. Bank yang sehat rasio BOPO nya
kurang dari 1. Sebaliknya bank kurang sehat rasio BOPO
lebih dari 1. Semakin kecil BOPO maka semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan bank bersangkutan atau
dengan kata lain semakin tinggi rasio BOPO maka
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin
besar ( Almilia, dkk, 2005).
Besarnya nilai BOPO dapat dihitung dengan rumus:
Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi
perbankan dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin
kecil rasio ini menunjukkan bahwa semakin efisien pihak
perbankan dalam menjalankan kegiatan operasinya.
Sebaliknya, jika rasio ini semakin besar maka semakin tidak
efisien pihak perbankan dalam menjalankan kegiatan
Hubungan BOPO dengan Profitabilitas (ROA)
Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin
baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien
dalam menggunakan sember daya yang ada di perusahaan.
Semakin tinggi rasio BOPO, maka akan berpengaruh
negatif terhadap profitabilitas (ROA).
7) Non Performing Finance (NPF)
Menurut Wiraatmadja (dalam Lukman, 2009)
pembiayaan bermasalah (NPF) adalah pembiayaan yang
tidak dapat atau berpotensi untuk tidak mampu
mengembalikan pembiayaan berdasarkan syarat-syarat yang
telah di setujui dan diterapkan bersama secara tiba-tiba
tanpa menunjukkan tanda-tanda terlebih dahulu.
Pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam
pelaksanaanya belum mencapai atau memenuhi target yang
diinginkan pihak bank seperti: pengembalian pokok atau
bagi hasil yang bermasalah: pembiayaan yang memiliki
kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank:
pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus,
diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi
terjadi penunggakan dalam pengembalian (Rivai, 2007).
Kredit bermasalah yang dimiliki oleh perbankan
golongan kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit ini
diberikan kepada pihak ketiga, tidak termasuk kredit kepada
bank lain. Kredit bermasalah menggambarkan situasi
dimana pengembalian kredit mengalami resiko kegagalan,
bahkan cenderung mengalami kerugian.
Besar nilai NPF dapat dihitung dengan rumus:
Bank Indonesia menetapkan kriteria rasio NPF gross
kurang dari 5%. Rasio NPF sesuai dengan SE
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004.
Hubungan NPF dengan Profitabilitas (ROA).
Semakin kecil NPF semkain kecil pula resiko yang
ditanggung pihak bank. Semakin tinggi NPF maka akan
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA).
8) Financing to Deposit Ratio (FDR)
Kebutuhan likuiditas setiap bank berbeda-berbeda
tergantung antara lain pada khususan usaha bank, besarnya
bank dan sebagianya. Oleh karena itu untuk menilai cukup
tidaknya likuiditas suatu bank dengan menggunakan ukuran
Financinf to Deposit Ratio, yaitu dengan memperhitungkan berbagai aspek yang beerkaitan denga kewajiabanya, seperti
kewajiban bagi bank. Apabila hasil pengukuran jauh berada
diatas target dan limit bank tersebut maka dapat dikatakan
bahwa bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada
giliranya akan menimbulkan beban biaya yang besar.
Sebaliknya bila berada dibawah target dan limitnya, maka
bank tersebut dapat memelihara alat likuid yang berlebihan
dan ini akan menimbulkan tekanan terhadap pendapatan
bank berupa tingginya biaya pemeliharaan kas yang
menganggur (idle money). Dari uraian diatas maka dikatakan Financing Deposit to Ratio adalah pebandingan jumlah pembiayaan yang diberikan dengan simpanan
masyarakat.
Besarnya nilai FDR dapat dihitung dengan rumus:
Dalam perbankan konvensional rumus FDR sedikit
berbeda, yaitu perbandingan antara kredit dengan dana
masyarakat, namun dalam perbankan syariah tidak dikenal
istilah kredit, namun yang ada adalah pembiayaan
(Financing).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29
Mei 1993, termasuk dalam pengertian dana yang diterima
bank adalah sebagai berikut: