PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN
SEBAGAI KONSUMEN JASA DAN FISIOTERAPIS DALAM
PELAYANAN FISIOTERAPI MANDIRI DI KOTA SEMARANG
TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-2
Program Magister Hukum Konsentrasi Hukum Kesehatan
Diajukan oleh: Kuswardani NIM : 13.39.0042
Kepada
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN
SEBAGAI KONSUMEN JASA DAN FISIOTERAPIS DALAM
PELAYANAN FISIOTERAPI MANDIRI DI KOTA SEMARANG
diajukan oleh Kuswardani NIM. 12.93.0042
Telah disetujui oleh :
Pembimbing Utama
A Joko Purwoko, SH.MHum tanggal ...…...
Pembimbing Pendamping
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN
SEBAGAI KONSUMEN JASA DAN FISIOTERAPIS DALAM
PELAYANAN FISIOTERAPI MANDIRI DI KOTA SEMARANG
Yang dipersiapkan dan disusun oleh Kuswardani
NIM. 12.93.0042
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 29, Juli 2017
Susunan Dewan Penguji
Pembimbing Utama Anggota Tim Penguji Lain
A Joko Purwoko, SH.Mhum Dr. Y Budi Sarwo, SH., MH
Pembimbing Pendamping
dr. Daniel Budi Wibowo, MKes
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Magister dalam Ilmu Hukum
Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum
Prof. Dr. Agnes Widanti S, SH., CN KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya dalam penyusunan tesis dengan judul “Pelaksananan Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Sebagai Konsumen Jasa Dan Fisioterapi Dalam Pelayanan Fisioterapi Mandiri Di Kota Semarang”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Pasca Sarjana Magister Hukum Konsentrasi Kesehatan di Fakultas Hukum Universitas Soegijapranata Semarang. Penulisan dan penyelesaian tesis ini tentunya tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, bantuan, masukan dan saran berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankan penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang setinggi - tingginya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Y. Budi Widyanarko, M.Sc, sebagai Rektor Universitas Katolik Soegijapranata yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Program Studi Magister Ilmu Hukum Kesehatan.
2. Dr. Ir. Lindayani, MP, sebagai Dekan Program Studi Magister Ilmu Hukum Kesehatan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
4. A Joko Purwoko, SH., M.Hum, selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan banyak kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan bimbingan, pengarahan, dorongan semangat dan masukan dalam penyusunan tesis ini.
5. dr. Daniel Budi Wibowo, M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang telah dengan sabar memberikan banyak bimbingan, pengarahan, dorongan semangat dan masukan dalam penyusunan tesis ini.
6. Dr. Y Budi Sarwo, SH., MH, selaku penguji yang juga telah banyak memberikan masukan dan saran.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi Magister Ilmu Hukum Kesehatan Pasca Sarjana Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang telah banyak memberikan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam bidang hukum konsentrasi kesehatan selama pendidikan.
8. Seluruh staf sekretariat Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Kesehatan Pasca Sarjana Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang juga dengan sabar memberikan segala bantuan administrasi selama menempuh pendidikan, terima kasih atas kebersamaan dan kekeluargaannya.
9. Rekan - rekan mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Kesehatan Pasca Sarjana angkatan XX tahun 2014 atas kebersamaannya dalam berbagi suka duka selama menempuh pendidikan.
11. Saptono, SST. Selaku ketua IFI cabang Semarang terima kasih atas
kerjasamanya.
12. Seluruh Fisioterapi Mandiri dan Pasien di kota Semarang yang sudah membantu penyelesaian penulisan tesis ini.
13. Seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan semangat serta bantuan selama menempuh pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
14. Rekan - rekan sejawat dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah memberikan dorongan semangat dan saran.
Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik, saran dan masukan yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi pembaca serta peneliti lain sebagai referensi.
Semarang, Juni 2017 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... ix
Daftar Gambar ... Daftar Grafik ... x xi Daftar Lampiran ... Xii Halaman Pernyataan ... Xiii Abstrak ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1 B. PERUMUSAN MASALAH ... 9 C. TUJUAN PENELITIAN ... 9 D. MANFAAT PENELITIAN ... 10 E. KERANGKA PEMIKIRAN 1. Kerangka Konsep ... 11 F. METODE PENELITIAN
1. Metode Pendekatan ... 2. Spesifikasi Penelitian ...
3. Jenis Data
...
4. Metode Pengumpulan Data ...
5. Metode Analisa Data ...
12 13 13 16 20
G. RENCANA PENYAJIAN TESIS 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN HUKUM
...
23
B. PERLINDUNGAN HUKUM
...
27 C. PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA
...
38 D. FISIOTERAPI
...
46
...
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
...
57 1. Gambaran Umum dan Demografi 57 2. Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang 61 3. Praktik Fisioterapi di Kota Semarang 63 4. Hasil Wawancara Dengan Narasumber 67 B. PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan Pelayanan Fisioterapi Mandiri Di Kota Semarang
80 2. Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap
Pasien Sebagai Konsumen Jasa Di Kota Semarang.
83 3. Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Fisioterapi Sebagai Fisioterapi Mandiri Di Kota Semarang
92
BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN 102
B. SARAN 106
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Wawancara dengan Fisioterapi Mandiri yang membuka pelayanan praktik sesuai informasi dari Dinas Kesehatan Kota Semarang
72
Tabel 2 Hasil Wawancara dengan Fisioterapi Mandiri yang membuka pelayanan praktik tanpa izin dari Dinas Kesehatan Kota Semarang ataupun organisasi profesi IFI cabang Semarang.
73
Tabel 3 Hasil Wawancara dengan Fisioterapi Mandiri Home Careke rumah pasien
74 Tabel 4 Hasil wawancara dengan pasien yang berkunjung
ke Fisioterapi Mandiri (praktik/home care) di wilayah
kota Semarang.
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Persebaran penduduk per kecamatan di Kota Semarang pada bulan Agustus tahun 2016
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Rekomendasi Penlitian Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Kota Semarang
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Data Fisioterapi Mandiri dan Pasien
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 Lembar Pengantar
Lampiran 5 Panduan Wawancara Untuk Responden Fisioterapi Mandiri
Lampiran 6 Panduan Wawancara Untuk Responden Pasien
Lampiran 7 Panduan Wawancara Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang
Lampiran 8 Lampiran 9
Panduan Wawancara Untuk Ketua Ikatan Fisioterapis Cabang Kota Semarang
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Kuswardani, Peserta Program Studi Magister Hukum Konsentrasi Kesehatan, Nim 12.93.0042, Menyatakan :
1. Bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dia suatu Perguruan Tinggi.
2. Bahwa sepanjang pengetahuan saya ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini dibuat dan dapt dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, Juni 2017
ABSTRAK
Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa, agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi -tingginya maka diperlukan tenaga kesehatan yang berkompetens termasuk salah satunya adalah fisioterapi mandiri. Fisioterapi mandiri di kota Semarang terdiri dari fisioterapi mandiri yang membuka tempat praktik dan fisioterapi mandiri home care. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pasien sebagai konsumen jasa dan fisioterapis dalam pelayanan fisioterapi mandiri di kota Semarang.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis, spesifikasi penelitian deskriptif analitik, data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data melalui studi pustaka dan studi lapangan. Populasinya adalah seluruh pasien dan fisioterapi mandiri di kota Semarang, sampel diambil secara non random sampling dengan tipe purposive samplingyaitu seluruh pasien dan fisioterapi mandiri di kota Semarang yang di bagi menjadi empat bagian yaitu Semarang selatan, utara, barat, dan timur. Analisis menggunakan analisis kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pasien sebagai konsumen jasa dan fisioterapis dalam pelayanan fisioterapi mandiri di kota Semarang belum terlaksana dengan baik, Dengan ditemukannya bukti - bukti pelanggaran yang di antaranya adalah Tidak memiliki sertifikat kompetensi STRF(Surat Tanda Registrasi Fisioterapi), SIPF (Surat Izin Praktek Fisioterapi), dan SIKF (Surat Izin Kerja Fisioterapi), Tidak memiliki ijin tempat praktik secara resmi, dan di temukannya fisioterapi mandiri yang belum melakukan inform consent dan rekam medis. Hal ini merupakan pelanggaran Undang - Undang terutama No. 36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan pada pasal 58, 62, 66, 68, dan 70. Pelanggaran tersebut dapat membahayakan kondisi pasien sebagai konsumen jasa fisioterapi mandiri di kota Semarang.
Secara yuridis fisioterapi mandiri yang melakukan pelanggaran tersebut tidak mempunyai hak perlindungan hukum sebab menurut Undang - Undang No. 36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan menyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berhak memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional. Dan pasien yang di rugikan berhak mendapatkan ganti rugi sesuai dengan peraturan perundang - undangan.
ABSTRAK
Health development wasthe efforts that should be undertaken by all components of nation in order to achieve the highest degree of public health. One of the requirements was to provide competent health personnels including independent physiotherapists. Independent physiotherapists in Semarang consisted of independent physiotherapists opening practices and independent home care physiotherapists. The purpose of this study was to analyze the implementation of legal protection to the patients as physiotherapists’s service consumers, particularly they handled by independent physiotherapiest in Semarang city.
The approach used in this research was socio-legal approach and the research specification was analytical descriptive. The data were were primary and secondary and gathered through literature and field study technique. The population were all patients and independent physiotherapist in Semarang whereas the sample were non-randomlytaken and its type was purposive sampling, namely all patientsand Semarang’s independent physiotherapistscategorized into four practice areas that is south, north, west, and east Semarang. The data were then qualitatively analyzed.
The results of the research showed that the implementation of legal protection to the patients as service consumersof the independent physiotherapists in Semarang had not been well conducted. There were some proofs of violation against the existing regulations such as they did not have competence certificates of STRF (Registration letter of Physical theraphy) , SIPF (Practical Permission letter of Physical theraphy), and SIKF ( Working Permission letter of Physical theraphy). Besides, they did not have official practice permit and some of them did not make inform consent and medical records. This was a kind of violation against the regulation, especially the Act Nr. 36 of 2014 on Health Personnel, particularly Article 58, 62, 66, 68 and 70. Such violations might jeopardize the patients’ condition as service consumes of the independent physiotherapists in Semarang.
Juridically, the independent physiotherapsitscommitingsuch violation would have no legal protection rights because according to the Act Nr. 36 of 2014 on Health Personnel stated that in carrying out the practice a health personnel was entitled to legal protection throughout his or her duties in accordance with the professional standards, professional service standards, and standard operating procedures. On the other hand, the disadvantaged patients are entitled to compensation in accordance with the prevailing regulations.