PENGARUH ETIKA KERJA ISLAMI DAN BUDAYA
ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN
BANK SYARIAH SRAGEN
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
untuk Memperoleh Sarjana Perbankan Syariah
Disusun oleh:
SAFITRI NUR ANNISA
NIM. 22313004
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
ِِمْسِب
ِ
ِِللا
ِ
ِِنَمْحَّرلا
ِ
ِِمْيِحَّرلا
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Safitri Nur Annisa
NIM : 22313004
Program Studi : Perbankan Syariah S1
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH ETIKA KERJA
ISLAMI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA
KARYAWAN DI BANK SYARIAH SRAGEN” ini merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Adapun kutipan-kutipan yang ada di dalam skripsi ini telah saya cantumkan dalam daftar pustaka. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan jiplakan dari karya orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA.
Salatiga, 9 Februari 2016
Yang Menyatakan,
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Nama : Safitri Nur Annisa
NIM : 22313004
Program Studi : Perbankan Syariah S1
Judul :PENGARUH ETIKA KERJA ISLAMI DAN BUDAYA
ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BANK SYARIAH SRAGEN
Telah kami setujui untuk diujikan dalam sidang munaqosah.
Salatiga, 9 Februari 2016
Pembimbing
Mochlasin, M. Ag
Motto:
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik
untuk hari tua (Aristoteles)
Jangan pernah berhenti mempercayai hal Mahabaik
dan Mahaagung dan meyakini bahwa dunia dipenuhi
Persembahan
Penyusun membuat Skripsi ini untuk di persembahkan kepada:
1. Kedua Orang Tua atas doa dan kasih sayang yang dilimpahkan kepada
penyusun sampai saat ini.
2. Ketiga Kakak Terhebat, Mas Akbar Wicaksono, Mbak Nureni dan Mbak
Nastiti Rokhmania yang selalu menjadi inspirasi penyusun untuk selalu
berusaha, selalu memberi semangat dan mengingatkan penyusun untuk
menyelesaikan Skripsi. Kalian luar biasa.
3. Keluarga besar di Salatiga dan Wonogiri.
4. Kepada mbak Elly dan Ulfa, teman seperjuangan dalam penyusunan
Skripsi sekaligus teman “berpetualang”. Kita Hebat.
5. Teman-teman Non Reguler Perbankan Syariah 2013 yang senantiasa
saling memberikan semangat.
6. Teman-teman masa SD, SMP, dan SMA penyusun yang selalu menghibur
dan memberikan semangat.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
ِِمْسِب
ِ
ِِللا
ِ
ِِنَمْحَّرلا
ِ
ِِمْيِحَّرلا
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Safitri Nur Annisa
NIM : 22313004
Program Studi : Perbankan Syariah S1
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH ETIKA KERJA
ISLAMI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA
KARYAWAN DI BANK SYARIAH SRAGEN” ini merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Adapun kutipan-kutipan yang ada di dalam skripsi ini telah saya cantumkan dalam daftar pustaka. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan jiplakan dari karya orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA.
Salatiga, 9 Februari 2016
Yang Menyatakan,
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga penyusun
mampu menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Etika Kerja Islami
dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan di Bank Syariah Sragen”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Syariah.
Penyusun tidak dapat menyelesaikan tugas akhir ini tanpa bantuan dari
teman-teman yang senantiasa memberikan saran dan bantuan entah dalam hal
materiil maupun formil karena penyusun juga manusia yang tidak dapat
bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain. Pada kesempatan kali ini penyusun
mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait,
yaitu :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis IAIN Salatiga.
3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si, selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah S1 IAIN Salatiga.
4. Bapak Mochlasin M,Ag selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
telah membimbing dan mengarahkan penulis sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak ibu Dosen PS S1, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan
6. Bapak Pariyono selaku Pimpinan Bank Syariah Sragen Cabang
Boyolali yang memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan
bantuannya untuk meminta ijin penelitian di kantor pusat serta kantor
kas.
7. Kepada seluruh karyawan Bank Syariah Sragen khususnya cabang
Boyolali, terima kasih atas bantuan, perhatian dan keramahannya.
8. Kedua orang tua dan kakak-kakak penyusun yang sangat penulis
cintai.
9. Semua teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan laporan
tugas akhir.
10.Pihak-pihak terkait yang tidak dapat penyusun sebutkan yang telah
menolong dan membantu penulis dalam hal apapun.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena pekerjaan manusia
pasti tidak ada yang sempurna. Untuk itulah penyusun mengucapkan
banyak-banyak terima kasih apabila ada kritik dan saran yang membangun.
Semoga Skripsi ini bisa bermanfaat bukan hanya bagi penulis tetapi
juga bagi para pembaca.
Salatiga, Februari 2016
ABSTRAK
Annisa, SafitriNur. 2016.
PengaruhEtikaKerjaIslamidanBudayaOrganisasiTerhadapKinerjaKaryawan Di Bank SyariahSragen.Skripsi.FakultasEkonomidanBisnis Islam. Institut Agama Islam NegeriSalatiga:Mochlasin, M.Ag.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh etika kerja islami dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan Bank SyariahSragen.Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dimana peneliti memberikan kuesioner kepada 45 responden secara acak yang terdiri dari 13 orang perempuan dan 32 orang laki-laki.
Analisis yang dipakai adalah Uji statistik yang berupa uji T test, F test dan uji R2. Sebelum uji statistic dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji instrument penelitian yang berupa uji reliabilitas, uji validitas, dan untuk menghasilkan model regresi yang handal sesuai kaidah BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) dilakukan uji asumsi klasik berupa uji multikolinieritas, uji heteroskendastisitas, dan uji normalitas.
Berdasarkan uji t menyatakan bahwa variabel budaya organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t nilaittest budaya organisasi 4.492 lebih besar dari nilai t tabel
sebesar 0,8497. Signifikan variabel ini juga didukung oleh nilai sig 0,000 dimana nilai siginifikansi kurang dari nilai alpha sebesar 0,05.Berdasarkan uji F, variabel etika kerja islami dan budaya organisasi secara bersama berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Kesimpulan tersebut ditunjukkan oleh hasil uji nilaiFhitungsebesar 16,067 lebih besar dari nilai F tabel sebesar 2,820.
Siginifikaninijugadidukungolehhasilnilai sig sebesar 0,000 dimana nilai signifikansi ini kurang dari nilai alpha sebesar 0,05.Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa kedua variabel etika kerja islami dan budaya organisasi hanya berpengaruh sebesar 43% terhadap variabel kinerja karyawan. Sisanya yaitu sebesar 57% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti misalnya dari gaya kepemimpinan dan etos kerja. Penemuan ini didasarkan pada hasil uji R2 atau uji koefisien determinasi.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN PERNYATAAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ………. xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Kegunaan ...
6 D. Sistematika Penulisan ...
7 BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka …………...
9 B. Kerangka Teori ……….…………...
13 1. Kinerja Karyawan …… ...
a Makna Kerja Dalam Islam... 4. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja ………
35
BAB III METODE PENELITIAN ………
A. Jenis Penelitian ………..
42
B. Pendekatan Penelitian ………
42 C. Lokasi, Populasi, dan Sampel ………
43
1. Lokasi ………...
43
2. Populasi dan Sampel ………
43
D. Metode Pengambilan Data ……….
44
a Pengujian Multicollinearity………
47 b Pengujian Heteroscedasticity ……….
48
c Pengujian Kolmogorov-Smirnov………
48
2. Uji Statistik ………..
48
BAB IV ANALISIS DATA ………...
51
A. Definisi Obyek Penelitian ………..
D. Hasil Penelitian ………..
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Tabel Penemuan Research Gap Penelitian …………... 11
2. Tabel 2.2 Tabel Aplikasi Kaidah Dasar Etika Islam dalam Aktivitas Bisnis ……… 25
3. Tabel 2.3 Tabel Hipotesis Penelitian ……… 41
4. Tabel 4.1 Tabel Jumlah Responden ………. 58
5. Tabel 4.2 Tabel Uji Reliabilitas ..………. 59
6. Tabel 4.3 Tabel Uji Validitas ..………. 59
7. Tabel 4.4 Tabel Uji Multikolinearitas …..……… 60
8. Tabel 4.5 Tabel Uji Kolmogorov –Smirnov ………... 62
9. Tabel 4.6 Tabel Perbandingan nilai ttest dan ttabel ………. 63
10.Tabel 4.7 Tabel Uji F ………..………. 64
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Etika dibutuhkan dalam bekerja ketika manusia mulai menyadari bahwa
kemajuan di bidang bisnis telah menyebabkan manusia semakin tersisih dari
nilai-nilai kemanusiaannya (humanistic). Dalam pesaingan bisnis yang ketat,
perusahaan yang unggul bukan hanya perusahaan yang memiliki kriteria bisnis
manajerial yang baik, melainkan juga perusahaan yang mempunyai etika
bisnis yang baik.
Etika kerja Islam menekankan pekerjaan kreatif sebagai sumber
kebahagiaan dan prestasi. Kerja keras dianggap sebagai kebajikan dan orang
yang bekerja keras lebih besar kemungkinan hidupnya maju, sebaliknya tidak
bekerja keras dianggap menyebabkan kegagalan. Nilai pekerjaan di dalam
etika kerja Islam dihasilkan dari keinginan yang menyertai, bukan dari hasil
pekerjaan.
Termasuk di dalam bisnis pun juga harus memperhatika etika sesuai
dengan Syari’at Islam. Tidak seperti pandangan kaum Liberalis, yang
beranggapan bahwa setiap urusan bisnis tidak dikenal adanya etika sebagai
kerangka acuan, sehingga dalam pandangan mereka bahwa kegiatan bisnis
adalah amoral. Mereka menganggap bisnis adalah bisnis, tidak ada
Interpretasi hukum di dalamnya didasarkan pada nilai-nilai standar
kontemporer yang seringkali berbeda-beda, sementara dalam masyarakat
Islam, nilai-nilai dan standar tersebut dituntun oleh ajaran Syari’at dan kumpulan fatwa fikih. Dalam konsep Ekonomi Islam, meskipun manusia
memiliki peranan yang penting sebagai pelaku ekonomi, mereka tetap
menjadikan prinsip moral dalam sumber hukum sebagai etika bisnis, sebagai
basis yang harus dipegang dan dijalankan seseorang atau kelompok dalam
melakukan aktivitasnya.
Mangkunegara (2005:06) berpendapat sebenarnya kitab suci al-Qur’an juga mengajarkan unsur-unsur tersebut seperti manusia harus bekerja keras
(surat al-Qashash:77; al-Jumu’ah:11; At-Taubah:105), bekerja merupakan ciri mukmin yang sukses Mukminun:3), Islam mengangkat nilai kerja
(al-Baqarah:110; an-Nahl:97), Islam melarang berusaha secara batil
(an-Nisa’:29), Allah SWT tidak merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu
sendiri berusaha keras untuk merubahnya (ar-Ra’du:11). Menurut Amin dalam Sofyan (2012: ), etika bisnis dalam Islam dibangun dari aksioma-aksioma etik
atau nilai-nilai dasar kemudian diformulasikan menjadi prinsip-prinsip utama
yang diambil dari kandungan al-Qur’an, Hadist Nabi dan keteladanan hidupnya. Yaitu Tauhid, Istikhlaf, Ibadah, Tazkiyah, dan Ihsan.
Budaya tidak hanya menjadi konsep yang penting untuk memahami
masyarakat atau kelompok manusia tetapi juga untuk organisasi. Dunia
perbankan juga tidak kalah ikut menerapkan konsep budaya organisasi dalam
syariah. Perbankan dituntut untuk memiliki visi dan misi untuk
mengaktualisasikan visi dan misinya dalam dunia nyata, untuk itu diperlukan
nilai-nilai yang dapat membantu organisasi dalam mengaktualisasikan apa
yang menjadi tujuannya dalm bentuk budaya organisasi.
Budaya organisasi tidak hanya dibentuk untuk mengaktualisasikan apa
yang menjadi tujuan organisasi, akan tetapi juga sebagai alat untuk
membentuk karyawan agar meningkatkan pekerjaan sebagai tugas dan
tanggung jawabnya dalam bekerja. Karyawan yang bekerja dengan maksimal
dan merasa memiliki organisasi tersebut akan dengan baik memanfaatkan
potensi yang dimiliki untuk membangun organisasi menjadi lebih baik dan
menciptakan prestasi kerja yang baik sebagai individu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Pariyono tanggal 17 Maret
2016 tentang kinerja karyawan Bank Syariah Sragen adalah :
“Dalam 3 tahun terakhir, kinerja karyawan di Bank Syariah Sragen mengalami peningkatan juga penurunan. Di bagian operasional tetap stabil, peningkatan kinerja lebih banyak terjadi dibagian account officer
hal ini dipengaruhi oleh reward yang diberikan oleh perusahaan jika
account officer dapat melebihi target yang ditentukan oleh bank maka
reward yang berikan berupa bonus tambahan. Sedangkan penurunan terjadi pada AO yang mengalami pembiayaan bermasalah > 5%, sehingga kinerja mereka dinilai menurun.
Peningkatan lain yang terjadi adalah menurunnya tingkat angsuran macet yang terjadi di Bank Syariah Sragen, penurunan mencapai 9%. Penurunan ini terjadi karena adanya kebijakan yang terapkan dalam bank yaitu dengan melakukan lelang terhadap angsuran yang macet, selain itu juga nasabah yang menunggak angsuran dalam jumlah banyak harus menjual aset yang dimilikinya untuk membayar tagihan terhadap bank.
yang diterapkan di kantor cabang berhubungan langsung dengan kantor pusat. Jika terjadi kekeliruan pada bagian teller akan sangat mudah diketahui sehingga kemungkinan adanya permasalah sangat kecil. Sebelum di kirimkan ke pusat juga sudah mengalami pemeriksaan oleh akuntan.
Selain dalam kinerja yang diamati, absensi juga menjadi hal yang cukup diperhatikan. Disini, AO bisa dikatakan bekerja selama 24 jam, dan untuk absen di kantor terkadang tidak dilakukan karena harus menemui nasabah yang menjadi prioritas mereka dalam bekerja. Jika tidak bisa datang ke kantor sekedar absen, yang mereka lakukan adalah ijin langsung kepada pimpinan dan pimpinan mempunyai buku tugas yang berisi catatan absen AO yang tidak bisa absen ke kantor dengan alasan. Selama ini tidak ada AO yang menyalahi kepercayaan pimpinan karena kenyataan yang dikerjakan dengan alasan yang dibuat mempunyai bukti.”
Dari uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui manakah yang lebih
berpengaruh terhadap kinerja karyawan di Bank Syariah Sragen dimana
lembaga keuangan tersebut menerapkan etika kerja Islami yang harusnya
menjadi dasar dalam melakukan pekerjaan agar meningkatkan kualitas kinerja
karyawan dibandingkan dengan budaya organisasi yang tidak hanya dilakukan
di lembaga syariah tetapi juga konvensional.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2008) dalam skripsinya yang
berjudul “Analisis Budaya Organisasi dan Pengaruhnya terhadap Kinerja
Karyawan”. Menurut hasil perhitungan rank spearman menunjukkan bahwa
terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara budaya organisasi dan
kinerja karyawan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Mujeeb Ehtesham, Tahir Masood
Muhammad, Shakil Ahmad Muhammad (2011) yang berjudul “Relationship
budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap hubungan performa
manajemen lapangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Zainuri (2011) yang berjudul “Pengaruh Etika Kerja dan Kepemimpinan Islam terhadap Kinerja Karyawan” menemukan hasil bahwa, etika kerja Islam tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan di KJKS/UJKS wilayah kabupaten Pati, sedangkan
variabel kepemimpianan Islam berpengaruh signifikan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Hayati dan Caniago (2012) yang
berjudul “Islamic Work Ethic: The Role of Intrinsic Motivation, Job
Satisfaction, Organizational Commitment and Job Performance”
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kepuasan kerja, komitmen
organisasi dan job kinerja dibutuhkan peningkatan motivasi intrinsik,
kepuasan kerja dan dukungan dari etika kerja Islam.
Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2014) yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi Dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Denpasar”, berdasarkan hasil analisis data, budaya organisasi dan motivasi berpengaruh secara simultan
maupun parsial terhadap kinerja karyawan PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk Cabang Denpasar.
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Mohamed Farah Abdi, Siti
Organizational Commitment” menyatakan bahwa etika kerja islami
berpengaruh signifikan terhadap performa kerja akan tetapi tidak berpengaruh
signifikan terhadap komitmen organisasi.
Dari penjelasan diatas maka penulis akan melakukan penelitian dengan
judul “ Pengaruh Etika Kerja Islami dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Karyawan di Bank Syariah Sragen”.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengaruh etika kerja Islami terhadap kinerja karyawan Bank
Syariah Sragen?
2. Bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan Bank
Syariah Sragen?
3. Variabel mana yang paling berpengaruh terhadap kinerja karyawan Bank
Syariah Sragen?
C. Tujuan
Penelitian ini di maksudkan untuk memperoleh data yang dijadikan
bahan dalam pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat dalam menempuh
ujian sidang (munaqasah) strata satu jurusan perbankan syariah IAIN Salatiga
1. Mengetahui pengaruh etika kerja Islami terhadap kinerja karyawan Bank
Syariah Sragen.
2. Mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan Bank
Syariah Sragen.
3. Mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh terhadap kinerja
D. Kegunaan penelitian
1. Bagi penulis
Sebagai syarat kelulusan strata satu program studi perbankan syariah di
Iain Salatiga. Serta memberikan pengetahuan dan informasi dari dunia
praktis yang sangat berguna untuk disingkronkan dengan pengetahuan
teori yang didapat di bangku kuliah.
2. Bagi IAIN Salatiga
a. Memperkenalkan IAIN Salatiga kepada masyarakat luar khususnya
Program Studi S1 Perbankan Syariah.
b. Menambah referensi untuk IAIN Salatiga yang berkaitan dengan
perbankan syariah.
3. Bagi dunia akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan referensi bagi
peneliti selanjutnya. Selain itu diharapkan menjadi salah satu penyumbang
ilmu pengetahuan dalam bidang Sumber Daya Manusia, yang bisa
bermanfaat dalam dunia akademis.
E. Sistematika penulisan
Bab I merupakan pendahuluan. Dalam bab ini akan dijelaskan tentang
hal-hal yang berkaitan atau berhubungan dengan latar belakang masalah yang
diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan
Bab II merupakan landasan teori. Dalam bab berisi tentang ringkasan
penelitian terdahulu, kerangka teori yang berisi tentang pengertian dan
penjelasan variabel-variabel terkait, kerangka penelitian, dan hipotesis.
Bab III merupakan metode penelitian. Dalam bab ini berisi tentang jenis
penelitian yang digunakan, pendekatan penelitian, lokasi, populasi, sampel,
metode pengambilan data, skala pengukuran, definisi konsep, uji instrumen,
dan alat analisis.
Bab IV merupakan analisis data. Dalam bab ini diuraikan tentang obyek
penelitian yaitu di Bank Syariah Sragen terdiri dari sejarah berdiri, visi dan
misi, struktur pengurus, produk, pengamatan penelitian, struktur organisasi
dan hasil analisis terhadap permasalahan yang di bahas.
Bab V merupakan penutup. Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2008) dalam skripsinya yang
berjudul “Analisis Budaya Organisasi dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Karyawan”. Menunjukkan bahwa menurut hasil perhitungan rank spearman
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara
budaya organisasi dan kinerja karyawan dengan nilai r 0,668. Nilai koefisien
determinasi sebesar 44,6% menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif
dan siginifikan antara budaya organisasi dan kinerja karyawan yaitu sebesar
44,6% dalam meningkatkan kinerja karyawan di Bank DKI Syariah cabang
Wahid Hasyim Jakarta Pusat. Sedangkan 55,4% dipengaruhi oleh variabel lain
di luar budaya organisasi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Mujeeb Ehtesham, Tahir Masood
Muhammad, Shakil Ahmad Muhammad (2011) yang berjudul “Relationship between Organizational Culture and Performance Management Practices”
menemukan hasil bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap
hubungan performa manajemen lapangan, berdasarkan F hitung dengan nilai
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Zainuri (2011) yang berjudul
“Pengaruh Etika Kerja dan Kepemimpinan Islam terhadap Kinerja Karyawan”
menemukan hasil bahwa, dilihat secara parsial dengan uji T bahwa etika kerja
Islam tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di KJKS/UJKS
wilayah kabupaten Pati, sedangkan variabel kepemimpianan Islam
berpengaruh signifikan. Selanjutnya dalam uji pengaruh secara simultan
dengan uji F menunjukkan bahwa etika kerja dan kepemimpinan Islam
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan nilai F hitung
sebesar 8,566. Dan secara koefisien determinan menunjukkan bahwa variasi
perubahan variabel kinerja karyawan dipengaruhi oleh perubahan variabel
bebas etika kerja dan kepemimpinan Islam sebesar 25,1%. Dari hasil
penelitian tersebut diharapkan dapat bermanfaat kepada semua pihak terutama
dalam meningkatkan kinerja karyawan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Keumala Hayati dan Indra Caniago
(2012) yang berjudul “Islamic Work Ethic: The Role of Intrinsic Motivation,
Job Satisfaction, Organizational Commitment and Job Performance”
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kepuasan kerja, komitmen
organisasi dan job kinerja dibutuhkan peningkatan motivasi intrinsik,
kepuasan kerja dan dukungan dari etika kerja Islam.
Penelitian yang dilakukan oleh A.A.Ayu Diana Novi Hastuti (2014)
yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi Dan Motivasi terhadap Kinerja
Karyawan Pada Pt. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang
berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap kinerja karyawan PT.
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Denpasar. Total pengaruh
budaya organisasi terhadap kinerja karyawan sebesar 15,6%, sedangkan total
pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan sebesar 41,7%. Hasil secara
keseluruhan variabel budaya organisasi dan motivasi berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan sebesar 57,3% dan secara proporsional variabel
motivasi (X2) memiliki pengaruh yang paling besar terhadap kinerja
karyawan.
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Mohamed Farah Abdi, Siti
Fatimah Dato’ Wira Muhamad Nor dan Nor Zuhairatun Md. Radzi (2014) yang berjudul “The Impact of Islamic Work Ethics on Job Performance and
Organizational Commitment” menyatakan bahwa etika kerja islami
berpengaruh signifikan terhadap performa kerja akan tetapi tidak berpengaruh
signifikan terhadap komitmen organisasi.
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa research gap yang
membedakan antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya. Untuk
menjelaskan perbedaan tersebut, akan disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penemuan Research Gap Penelitian
No. Nama Penulis
(tahun), Obyek
Penelitian
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Nurjanah (2008),
Hasil perhitungan rank
spearman menunjukkan
koefisien determinasi sebesar terhadap hubungan performa
manajemen lapangan,
berdasarkan F hitung dengan nilai sig. 0,000 < 0,05. terhadap kinerja karyawan. Dalam uji pengaruh secara simultan dengan uji F menunjukkan bahwa etika kerja dan kepemimpinan Islam berpengaruh signifikan, hasil uji R sebesar 25,1%. 4. Keumala Hayati dan
kepuasan kerja, komitmen organisasi dan job kinerja dibutuhkan peningkatan motivasi intrinsik, kepuasan kerja dan dukungan dari etika kerja Islam. organisasi dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Total pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan sebesar 15,6%, sedangkan total pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan sebesar
41,7%. Hasil secara
6. Mohamed Farah terhadap performa kerja akan tetapi tidak berpengaruh
signifikan terhadap
komitmen organisasi.
Yang membedakan antara penelitian ini dengan penelitian yang lain
adalah pada lokasi penelitian.
B. Kerangka Teori 1. Kinerja Karyawan
a. Makna kerja dalam Islam
Menurut Sofyan (2012: 75) kerja dalam arti luas adalah semua
bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi atau non
materi, intelektual atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan
masalah keduniaan atau keakhiratan. Al-Qur’an memberikan penekanan tentang pekerjaan dan menjelaskan bahwa manusia diciptakan untuk
bekerja keras dalam rangka menghidupi kebutuhannya. Bekerja bagi
manusia pada dasarnya adalah realitas yang fundamental karena men
jadi hakekat kodrat yang selalu terbawa dalam setiap jenjang
perkembangan manusia. Bekerja sebagai eksistensi diri manusia
sesungguhnya merupakan penjelamaan kesatuan diri, yang melibatkan
semua unsur yang membentuk keakuannya, yaitu jiwa, semangat,
pikiran, maupun tenaga serta anggota fisiknya.
b. Pengertian Kinerja
Pengertian kinerja menurut Malayu Hasibuan adalah suatu hasil
dibebankan kepadanya berdasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan
kesungguhan serta waktu (http://id.wikipedia). Menurut Byars dalam
Soraya (2010: 8) kinerja diartikan sebagai hasil dari usaha seseorang
yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi
tertentu. Jadi prestasi kerja merupakan hasil keterkaitan antara usaha,
kemampuan dan persepsi tugas. Persepsi tugas merupakan petunjuk
dimana individu percaya bahwa mereka dapat mewujudkan usaha-usaha
mereka dalam pekerjaan.
Menurut Mahsun dalam jurnal ilmu ekonomi dan manajemen
(2014), kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang
dalam perencanaan strategi suatu perusahaan. Menurut Moeheriono
dalam Hastuti (2014: 2) Kinerja atau performance sebagai gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi
yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.
c. Pengukuran Kinerja
Enam kriteria dasar atau dimensi untuk mengukur kinerja menurut
Sutrisno dalam Hastuti (2014: 2), yaitu:
1) Quality yaitu tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan
kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang
2) Quantity yaitu jumlah yang dihasilkan, misalkan jumlah rupiah,
jumlah unit, jumlah siklus, kegiatan yang diselesaikan.
3) Timeliness yaitu tingkat sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan
pada waktu yang dikehendaki dengan memperhatikan kordinasi
output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan lain.
4) Cost effectiviness yaitu tingkat sejauh mana penggunaan daya
organisasi (manusia, keuangan, teknologi, dan material)
dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi atau pengurangan
kerugian dari setiap unit penggunaan sumber daya.
5) Need for supervisor yaitu merupakan tingkat sejauh mana seorang
pejabat dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa
memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah
tindakan yang kurang diinginkan.
6) Interpersonal impact yaitu tingkat sejauh mana karyawan atau
pekerja memelihara harga diri, nama baik dan kerjasama di antara
rekan kerja dan bawahan.
d. Faktor yang mempengaruhi kinerja
Menurut Mangkunegara (2000) ada 2 faktor yang mempengeruhi
kinerja. Faktor kemampuan, secara psikologis kemapuan pegawai
terdiri dari kemampuan potensi dan kemampuan reality. Pegawai perlu
ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Faktor
motivasi, motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam
menggerakan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan
organisasi. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong
diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal.
Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap
secara psikofisik (siap secara mental, fisik, tujuan, situasi). Artinya,
seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami
tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mempu
memanfaatkan, dan menciptakan situasi kerja.
Enam karakteristik pegawai yang memiliki motif berprestasi
yang tinggi. Pertama, memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.
Kedua, berani mengambil resiko. Ketiga, memiliki tujuan yang
realistis. Keempat, memiliki rencana kerja yang menyeluruhdan
berjuang untuk merealisasi tujuannya. Kelima, memanfaatkan umpan
balik yang konkret dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya.
Keenam, mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
2. Etika Kerja Islami
a. Pengertian Etika Kerja Islami
Menurut Jamil (2007: 5) konsep etika kerja Islam (IWE) memiliki
asal-usul dari Alqur’an dan perkataan serta perbuatan nabi Muhammad, yang bersabda bahwa kerja keras menyebabkan dosa terampuni dan
dibanding makanan yang dihasilkan dari pekerjannya. Di dalam Surat
At-Taubah yat 105 Allah berfirman:
105. “Katakanlah bekerjalah kamu, niscaya Allah akan melihat pekerjaanmu, serta rosulNya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Etika kerja Islam menganggap dedikasi pada pekerjaan sebagai
suatu kebajikan. Usaha yang memadai harus diberikan pada pekerjaan
seseorang, yang dianggap sebagi kewajiban bagi orang yang mampu.
Etika kerja Islam menekankan kerjasama dalam pekerjaan dan
konsultasi dianggap sebagai cara mengatasi rintangan dan menghindari
kekeliruan. Hubungan sosial ditempat kerja didorong dalam rangka
memenuhi kebutuhan seseorang dan mencapai keseimbangan pada
kehidupan individu dan sosial seseorang. Sebagai tambahan, pekerjaan
dianggap sebagai sumber independensi dan sebagai cara untuk
membantu pertumbuhan pribadi, menghargai diri, kepuasan dan
pemenuhan diri.
Sistem etika kerja Islam berbeda dengan paham kaum mikro
ekonomi yang menekankan pada efisiensi penggunanaan sumber daya
untuk memuaskan kebutuhan dan berupaya memaksimalkan
mempertimbangkan persoalan etis. Sedangkan dalam etika bisnis Islam,
maksimalisasi keuntungan bukanlah tujuan tertinggi ataupun
satu-satunya prinsip etis bekerja dalam Islam sebagaimana firman Allah
dalam Surat Al Kahfi ayat 46
sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
Etika kerja yang Islami adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam
berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya
(barang/jasa), namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan
pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram. Etika kerja
dalam Syari’at Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai
dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak
perlu ada kehawatiran, sebab sudah diyakini sebagai suatu yang baik
dan benar.
b. Tujuan Etika Kerja Islami
Etika kerja islami di ungkapkan Triwuyono dalam Jamil (2007: 19)
bahwa tujuan utama etika menurut Islam adalah “menyebarkan rahmat
pada semua makhluk”. Tujuan itu secara normatif berasal dari
keyakinan Islam dan misi sejati hidup manusia. Tujuan itu pada
kehidupan dunia individu, tetapi juga pada kehidupan setelah dunia ini.
Walaupun tujuan itu agaknya terlalu abstrak, tujuan itu dapat
diterjemahkan dalam tujuan-tujuan yang lebih praktis (operatif), sejauh
penerjemahan itu masih terus terinspirasi dari dan meliputi nilai-nilai
tujuan utama. Dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan peraturan
etik untuk memastikan bahwa upaya yang merealisasikan baik tujuan
umat maupun tujuan operatif selalu dijalan yang benar.
Etika kerja Islam terekspresikan dalam bentuk syari’ah, yang
terdiri dari Al Qur’an , sunnah (identik dengan hadist), ijma dan Qiyas.
Etika merupakan sistem hukum dan moralitas yang komprehensif dan
meliputi seluruh wilayah kehidupan manusia. Didasarkan pada sifat
keadilan, syari’ah bagi umat Islam berfungsi sebagai sumber
serangkaian kriteria untuk membedakan mana yang benar (haq) dan
mana yang buruk (batil). Dengan menggunakan syari’ah, bukan hanya
membawa individu dekat dengan Tuhan, tetapi juga memfasilitasi
terbentuknya masyarakat yang adil yang didalamnya individu mampu
merealisasikan potensinya dan kesejahteraan diperuntukkan bagi
semua.
c. Karakteristik Etika Kerja Islami
Etika kerja agama (Islami) menurut Asifudin dalam Jamil (2004:
16):
1) Sikap hidup mendasar pada kerja disini identik dengan sistem
pemahaman bersumber dari wahyu dan akal yang saling bekerja
sama secara proporsional. Akal lebih banyak berfungsi sebagai alat
memahami wahyu (meski dimungkinkan akal memperoleh
pemahaman dari sumber lain, namun menyatu dengan system
keimanan Islam).
2) Iman eksis dan terbentuk sebagai buah pemahaman terhadap wahyu.
Dalam hal ini akal selain berfungsi sebagai alat, juga berpeluang
menjadi sumber. Disamping menjadi dasar acuan etika kerja islami,
iman islami, (atas dasar pemahaman) berkenaan dengan kerja inilah
yang menimbulkan sikap hidup mendasar (aqidah) terhadap kerja,
sekaligus motivasi kerja islami
3) Motivasi disini timbul dan bertolak dari sistem keimanan/aqidah
Islam berkenaan kerja bersumber dari ajaran wahyu dan akal yang
saling bekerjasama. Maka motivasi berangkat dari niat ibadah
kepada Allah dan iman terhadap adanya kehidupan ukhrawi yang
jauh lebih bermakna.
4) Etika kerja berdasarkan keimanan terhadap ajaran wahyu berkenaan
dengan etika kerja dan hasil pemahaman akal yang membentuk
sistem keimanan/aqidah Islam sehubungan dengan kerja (aqidah
kerja).
d. Bentuk Etika Kerja Islami
Afzalurrahman dalam Ayudiati (2010: 13) mengungkapkan bahwa
tidak mendapatkan sesuatu, kecuali apa yang telah diusahakannya
tertulis dalam Surat An-Najm ayat 39
39. Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.
Keberhasilan dan kemajuan manusia di muka bumi ini tergantun
pada usahanya. Semakin keras ia bekerja, ia akan semakin kaya. Prinsip
ini lebih lanjut dijelaskan dalam Surat An-Nisa ayat 32
mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.Alam tidak mengenal pemisahan manusia, antara laki-laki dan
perempuan, antara yang hitam dan putih, bahkan antara muslim dan non
muslim, masing-masing dari mereka diberi balasan atas apa yang
dikerjakannya. Barang siapa bekerja keras ia akan mendapat
balasannya. Prinsip ini berlaku untuk setiap orang dan juga untuk
Allah sekali-kali tidak akan mengubah nasib suatu bangsa,
sehingga bangsa itu mengubahnya sendiri dalam Surat Al-Anfal ayat 53
53. (siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Al-Khayyath dalam Ayudiati (2010: 14) menjelaskan bahwa
hal-hal penting tentang penghayatan etika kerja Islam yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Adanya keterikatan individu terhadap diri dan kerja yang menjadi
tanggung jawabnya
2) Berusaha dengan cara halal dalam seluruh jenis pekerjaan,
3) Dilarang memaksakan (memforsir) seseorang, alat-alat produksi
atau binatang dalam kerja,
4) Islam tidak mengenal pekerjaan yang mendurhakai Allah SWT
seperti di antaranya bekerja memeras bahan-bahan minuman keras,
sebagai pencatat riba,
5) Diantara sifat pekerja adalah kuat dan dapat dipercaya
6) Profesionalisme.
Menurut Beekun (2004: 31) terdapat beberapa parameter kunci
1) Perilaku dinilai etis bergantung pada niat baik masing-masing
individu.
2) Niat yang baik harus diikuti oleh perbuatan yang baik. Niat baik
tidak dapat mengubah perbuatan haram menjadi halal.
3) Islam memberikan kebebasan individu untuk mempercayai sesuatu
atau berbuat sesuatu, selama tidak mengorbankan nilai
tanggungjawab dan keadilan.
4) Harus ada kepercayaan bahwa Allah memberikan kepada individu
pembebasan (freedom) yang komplit, dari sesuatu atau siapa pun
selain Allah.
5) Keputusan mengenai keuntungan mayoritas atau minoritas tidak
diperlukan. Sebab etika bukanlah permainan angka.
6) Islam menggunakan sistem pendekatan terbuka kepada etika, tidak
tertutup atau self-oriented system. Tak ada egoisme dalam Islam.
e. Etika dalam ajaran islam
Menurut Sofyan (2012: 33-34) etika bisnis dalam Islam dibangun
dari aksioma-aksioma etik atau nilai-nilai dasar kemudian
diformulasikan menjadi prinsip-prinsip utama yang diambil dari
kandungan al-Qur’an, Hadist Nabi dan keteladanan hidupnya. Berikut nilai-nilai dasar dalam etika islam:
1. Tauhid
Adalah kepercayaan secara vertikal yang diiringi ketundukan
sembahan ini kemudian dapat dikembangkan menjadi kesatuan
aturan hidup (syariah), ciptaan, tujuan hidup, dan kesatuan
kemanusiaan. Pandangan islam tentang kesatuan dunia ini tidak
terbatas pada masyarakat muslim semata, islam memandang seluruh
manusia sebagai komunitas yang satu (QS. 49: 13).
2. Istikhlaf
Norma ini menyatakan bahwa apa yang dimiliki oleh manusia
hanyalah titipan Allah, norma ini mengukuhkan norma tauhid dalam
aspek ekonomi. Seorang muslim percaya dengan sepenuhnya bahwa
ia bekerja sesuai dengan hukum kausalitas yang merupakan
perbuatan Allah. Allah pencipta serta pemilik sejati, sedangkan
manusia hanyalah pemegang amanah di muka bumi ini (QS.
Az-Zumar: 62).
3. Ibadah
Menurut Ibnu Taymiyah, ibadah secara etimologi berarti
merendahkan diri serta tunduk. Adapun secara terminolgis, ibadah
adalah merendahkan diri kepada Allah, yaitu tingkat ketundukan
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling
tinggi.
4. Tazkiyah
Tazkiyah menurut Ibnu Taymiyah dalam Majmu’ Fatawa,
adalah menjadikan sesuatu suci baik zatnya maupun keyakinan dan
beruntung adalah mereka yang Allah sucikan jiwanya dari kekufuran
dan kemaksiatan, serta memperbaikinya dengan amal sholeh.
5. Ihsan
Menurut Umaruddin sebagaimana dikutip oleh Beekum (1997:
43), ihsan adalah perbuatan yang menguntungkan orang lain
melebihi orang yang melakukan perbuataan tersebut dan dilakukan
tanpa memberikan kewajiban apapun.
Tabel 2.2
Aplikasi Kaidah Dasar Etika Islam dalam Aktivitas Bisnis
No. Kaidah
- Tidak memisahkan antara tujuan ibadah dan tujuan bisnis
- Tidak berbuat diskriminatif terhadap pekerja, pemasok, pembeli, atau stakeholder atas dasar ras, warna kulit, jenis
- Menciptakan inovasi dalam produk dan aktivitas bisnis yang bermanfaat
- Kebebasan dalam melakukan
kontrak asalkan tidak
melanggar norma yang telah ditetapkan dalam agama.
secara sepihak.
- Memenuhi pesanan pelanggan tepat waktu dan sesuai spesifikasi yang telah disepakati.
3. Ibadah Pengabdian
paripurna Maslahah
- Berbisnis dengan sungguh-sungguh untuk mencari ridho Allah tidak semata-mata mencari keuntungan.
- Bersedia membagi keuntungan kepada orang yang sangat
dibenarkan dan bermanfaat bagi konsumen.
4. Tazkiyah Shidq
‘Adalah
Tabligh
- Tidak mengurangi ukuran atau timbangan dalam bertransaksi, baik kuantitas maupun kualitas
- Tidak memonopoli usaha
dengan cara-cara yang tidak
benar agar memperoleh
keuntungan yang melimpah.
- Tidak menutupi kekurangan barang yang ditransaksikan
dengan tujuan untuk
5. Ihsan Mendahulukan
- Mengambil keuntungan sedikit kepada orang yang tidak mampu untuk membayar
- Melebihkan pembayaran
kepada penjual yang sedang
dalam kekurangan dan
kesulitan.
- Memberikan kelonggaran
waktu kepada orang yang berhalangan untuk membayar hutang.
- Menghapuskan hutang kepada orang yang tidak memiliki kemampuan untuk membayar.
- Tidak memaksa dan menipu dalam melakukan transaksi. Sumber: Mochlasin Sofyan, Etika Bisnis dan Perbankan Perspektif Islam.
2012.
3. Budaya Organisasi
a. Pengertian Budaya Organisasi
Menurut Tampubolon (2012: 215) budaya organisasi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan internal organisasi
karena keragaman budaya yang ada dalam suatu organisasi sama
bayaknya dengan jumlah individu yang ada di dalam organisasi. Suatu
organisasi memerlukan satu budaya yang merupakan kumpulan
persepsi secara umum dari seluruh karyawan sebagai anggota
beberapa pegertian yang secara eksplisit dianggap sebagai definisi
budaya organisasi. Pada umumnya, di dalam suatu organisasi, yang
menjadi budaya penentu atau yang memberi nilai utama adalah budaya
yang dominan dari seluruh budaya yang dimiliki karyawan, yang
diserap dari mayoritas anggota organisasi.
Menurut Wagner dan Hollenbeck dalam Tampubolon (2012:
228) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah suatu pola dari dasar
asumsi untuk bertindak, menetukan, atau mengembangkan anggota
organisasi dalam mengatasi persoalan dengan mengadaptasinya dari
luar dan mengintegrasikan ke dalam agar karyawan dapat bekerja
dengan tenang dan teliti, juga bermanfaat bagi karyawan baru sebagi
dasar koreksi atas persepsi mereka, pikiran, dan perasaan dalam
hubungan mengatasi persoalan. Menurut Moeljono Jokosusanto yang
dikutip Hastono (2009: 34), mendifinisikan budaya organisasi
merupakan nilai dominan yang disebarluaskan di dalam organisasi dan
diacu sebagai filosofi karyawan.
Menurut Donnely, Gibson dan Ivancevich dalam Pratama (2012:
35) budaya organisasi adalah suatu nilai-nilai yang dipercayai sehingga
menjadi karakteristik yang diberikan anggota kepada suatu organisasi.
Budaya organisasi merupakan lingkungan internal suatu organisasi
karena kereagaman budaya yang ada dalam suatu organisasi sama
banyaknya dengan jumlah individu yang ada dalam organisasi
budaya-budaya yang ada pada diri individu untuk menciptakan tindakan yang
dapat diterima dalam organisasi. Budaya organisasi berarti suatu
sistem yang unik, keyakinan, dan norma-norma yang dimiliki secara
bersama untuk anggota suatu organisasi. Budaya organisasi menjadi
suatu penyebab penting bagi keefektifan.
b. Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Robbins (2008: 262) fungsi Budaya Organisasi antara
lain:
1) Sebagai penentu batas-batas artinya, kultur menciptakan perbedaan
atau distingsi antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
2) Memuat rasa identitas anggota organisasi.
3) Kultur memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang
lebih besar daripada kepentingan individu.
4) Kultur meningkatkan stabilitas sistem sosial.
5) Kultur bertindak sebagai mekanisme sense making serta kendali
yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.
Menurut Chatab dalam Pratama (2012: 37) Budaya Organisasi
dapat berfungsi sebagai:
1) Identitas, yang merupakan ciri atau karakter organisasi
2) Pengikat atau pemersatu.
3) Sumber (sources), misalnya inspirasi.
c. Karakteristik Budaya Organisasi
Menurut Robbins (2008: 256-257) karakteristik utama yang secara
keseluruhan merupakan hakikat kultur sebuah organisasi antara lain:
1) Inovasi dan Keberanian mengambil resiko. Sejauh mana karyawan
didorong untuk bersikap inovatif dan keberanian mengambil
resiko.
2) Perhatian pada hal-hal kecil. Sejauh mana karyawan diharapkan
menjalankan presisi, analisa, dan perhatian pada hal-hal detail.
3) Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil
ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai
hasil tersebut.
4) Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen
mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang-orang yang
ada dalam organisasi tersebut.
5) Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasi
pada tim ketimbang pada individu-individu.
6) Keagresifan. Sejauh mana orang-orang bersikap agresif dan
kompetitif ketimbang santai.
7) Stabilitas. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan
pertumbuhan.
Karakteristik sebuah organisasi spiritual menurut Robbins (2008:
1) Kesadaran akan tujuan yang kuat. Organisasi spiritual
mendasarkan kultur mereka pada suatu tujuan yang bermakna.
Meskipun penting, laba bukanlah nilai utama organisasi. Orang
dapat terilhami oleh tujuan yang mereka yakini penting dan
bermakna.
2) Fokus terhadap pengembangan individual. Organisasi spiritual
menyadari makna dan nilai setiap manusia. Mereka mencoba
menciptakan kultur dimana karyawan dapat terus belajar dan
tumbuh.
3) Kepercayaan dan respek. Organisasi spiritual dicirikan oleh
tumbuhnya sikap saling percaya, jujur, dan terbuka. Para manajer
tidak takut untuk mengakui kesalahan.
4) Praktik kerja yang manusiawi. Praktik-praktik yang dianut oleh
organisasi spiritual ini meliputi jadwal kerja yang fleksibel,
imbalan berbasis kelompok dan organisasi, penyempitan
kesenjangan gaji dan status, jaminan hak-hak pekerja,
pemberdayaan karyawan, dan keamanan kerja.
5) Toleransi bagi ekspresi karyawan. Karakteristik terakhir yang
membedakan organisasi berbasis spiritual adalah bahwa mereka
tidak menekan sisi emosional karyawan. Mereka memberi ruang
bagi karyawan untukmenjadi diri mereka sendiri, untuk
d. Pengukuran budaya organisasi
Pengukuran budaya organisasi disesuaikan dari Boke dan Nalla
dalam Meyta (2011: 84), ada lima indikator pengukuran yaitu :
1. Peraturan
Peraturan dilaksanakan secara seragam (tidak pandang bulu)
kepada semua pihak tanpa memperhatikan kondisi tertentu atau
masalah tertentu.
2. Jarak dengan atasan
Setiap karyawan dapat secara bebas menyatakan pendapat dan ide
yang berbeda dengan atasannya.
3. Kepercayaan
Para karyawan bersifat terbuka kepada karyawan lain.
4. Profesionalisme
Melaksanakan pekerjaan dengan kualitas yang bagus dapat
mengembangkan kemam-puan karyawan.
5. Integrasi
Para karyawan bersifat ramah dalam per-gaulannya.
e. Jenis Budaya Organisasi
Menurut Roe dan Byars dalam Nurjanah (2008: 49)
mengemukakan ada empat jenis budaya organisasi. Yaitu,
1) The Though Person (Budaya Keras/ Budaya Macho), budaya ini
ditandai oleh individu-individu yang terbiasa megambil resiko tinggi
memikirkan mereka salah atau benar. Dalam tipe ini kerja sama
tidaklah penting, artinya nilai kerjasama tidak menjadi sesuatu yang
dianggap penting dan tidak ada kesempatan untuk belajar dari
kesalahan. Contoh, industri hiburan.
2) Work Hard (Budaya Kerja Keras), budaya organisasi ini memotivasi
karyawan untuk mengambil resiko rendah dan mengharapkan
pengembalian yang cepat. Dudaya organisasi ini menekankan diri
pada bersenang-senang dan tindakan budaya organisasi ini lebih
mengutamkan penjualan. Contoh. Real estate.
3) Bvet Your Company Culture (Budaya Pertaruhkan Perusahaan
Anda), budaya ini dalam lingkungan dimana resiko tinggi dan
keputuan diambil sebelum hasil diketahui. Contoh, indutri pesawat
terbang.
4) Process Culture (Budaya Proses), budaya dengan resiko rendah dan
pengembalian rendah, karyawan hanya fokus pada bagaimana
sesuatu dilakukan daripada hasil. Contoh, perusahaan perbankan.
f. Pengembangan Budaya Organisasi
Menurut Gross dan Shichman dalam Tampubolon (2012: 232)
budaya organisasi dapat dikembangkan dengan menggunakan metode
yang dapat membuat suatu kondisi budaya organisasi dapat menjadi
suatu keterpaduan budaya anggotanya. Antara lain:
Bagaimana organisasi bisa belajar dari sejarah, belajar dari
keberhasilan-keberhasilan yang pernah terjadi, belajar dari
budaya-budaya organisasi yang pernah sukses dan berkembang, yang
tentunya disesuaikan dengan konteks organisasi sendiri.
2) Kreativitas dan pemahaman keutuhan.
Hal ini dapat dibentuk dengan metode kepemimpinan, aturan yang
berlaku dan etika dalam berkomunikasi. Kreativitas merupakan efek
dari proses berfiir seseorang yang jika dikembangkan berdasarkan
nilai, norma dan aturan yang berlaku akan menciptakan sebuah
inovasi. Kepemimpinan dilihat dari dari cara supervise, pengarahan,
dan proses kemudian meletakkan norma dan etika di dalam setiap
anggotanya. Budaya yang terbentuk akan menuntun anggota
organisasi menjadi kreatif dan saling menghargai, juga akan
membentuk rasa persaudaraan, dengan berfikir ke masa depan
tentang mafaat atas pemahaman dari keutuhan organisasi.
3) Promosi dan pemahaman tentang anggota
Perencanaan karies yang baik, yang merupakan hasil dari kebijakan
manajemen, menggambarkan bahwa program promosi berjalan
secara alamiah dan terstruktur, sesuai dengan rencana yang disusun
berdasarkan tuntutan perubahan. Program promosi akan berjalan
4) Tingkat pertukaran informasi diantara anggota
Hal ini dilakukan dengan tujuan menciptakan kebersamaan dan
pendalaman pada masing-masing bidang keterampilan di setiap
organisasi.
4. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja a. Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut Ralph M. Stogdill dalam Fahmi (2009)
didefinisikan sebagai sarana pencapaian tujuan yang dimaksudkan dalam
hubungan ini pemimpin merupakan seseorang yang memiliki suatu
program dan yang berperilaku secera bersama-sama dengan
anggota-anggota kelompok dengan mempergunakan cara atau gaya tertentu,
sehingga kepemimpinan mempunyai peranan sebagai kekuatan dinamik
yang mendorong, memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Gibson dalam Paramitha (tt), untuk mengukur gaya
kepemimpinan, dipergunakan indikator sebagai berikut (Gibson, 2004) :
1) Charisma
Adanya karisma dari seorang pemimpin akan mempengaruhi bawahan
untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan pimpinan.
2) Ideal influence (pengaruh ideal)
Seorang pemimpin yang baik harus mampu memberikan pengaruh
3) Inspiration
Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menjadi sumber inspirasi
bagi bawahannya, sehingga bawahan mempunyai inisiatif agar dapat
berkembang dan memiliki kemampuan seperti yang diinginkan oleh
pemimpinnya.
4) Intellectual stimulation
Adanya kemampuan secara intelektualitas dari seorang pemimpin akan
dapat menuntun bawahannya untuk lebih maju dan berpikiran kreatif
serta penuh inovasi untuk berkembang lebih maju.
5) Individualized consideration (perhatian individu)
Perhatian dari seorang pemimpin terhadap bawahannya secara
individual akan mempengaruhi bawahan untuk memiliki loyalitas
tinggi terhadap pemimpinnya.
Menurut Schmidt dalam Darmawan (2014: 23), faktor yang
mempengaruhi gaya kepemimpinan ada tiga macam yaitu:
1) Hal yang bersumber dari pimpinan meliputi latar belakang pengetahuan
dan pengalaman.
2) Hal yang bersumber dari bawahan meliputi kematangan, kebebasan
bertindak, kamandirian, dan keinginan memperoleh wewenang dan
tanggungjawab.
3) Hal-hal yang bersumber dari situasi lingkungan meliputi gaya yang
b. Etos Kerja Islam
Menurut Asifudin dalam Baddu (2007: 19) etos kerja islami
merupakan karakter dan kebiasaan manusia berkenaan dengan kerja,
terpancar dari sistem keimanan/aqidah Islam yang merupakan sikap hidup
mendasar terhadapnya. Menurut Tasmara dalam Baddu(2007: 19), etos
kerja islami adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan
mengerahkan seluruh aset, pikiran, dan zikirnya untuk mengaktualisasikan
atau menampakan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus
menundukan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari
masyarakat yang terbaik (khairul ummah) atau dengan kata lain dapat juga
kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanuisakan
dirinya.
Menurut Asifudin dalam Shafissalam (2013: 3) menjelaskan bahwa
dari konsep iman, ilmu dan amal, dapat digali dan dirumuskan
karakteristik-karakteristik etos kerja islami, yaitu sebagai berikut:
1. Kerja Beraqidah
Keyakinan yang kuat berlandaskan niat semata-mata karena Allah
dalam setiap aktivitas pekerjaan. Hal ini sebagai konsekuensi yang
menjadikannya selalu ingin berada dalam kondisi bekerja, tidak
bermalas-malasan atau dalam kondisi pengangguran. Sedangkan rezeki
sebagai kebutuhan seluruh umat manusia di muka bumi untuk
bertahan hidup merupakan jaminan yang pasti dari Allah, khususnya
2. Kerja Berilmu
Ilmu memiliki posisi yang sangat penting dalam bekerja. Ilmu
berdasarkan wahyu dari Allah berfungsi sebagai landasan dalam
bekerja. Dan ilmu berdasarkan sunnatullah atau hukum alam yang
muncul melalui penemuan-penemuan menjadikan karyawan bersikap
rasional, ilmiah, proaktif, kreatif, menguasai bidangnya, menggunakan
perencanaan yang baik, disiplin dan profesional.
3. Kerja Berlandaskan Sifat Ilahi
Sifat-sifat mulia yang bersifat universal dan teridentifikasi sebagai
sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah memiliki keterikatan yang erat
dengan jiwa atau hati nurani manusia. Setiap manusia yang merasakan
pancaran energi positifnya akan menyukainya. Hal ini terjadi karena
sifat terbaik itu sebenarnya ada di dalam jiwa setiap manusia. Ia
beresonansi ketika sifat itu ada pada diri orang lain. Maka, seseorang
yang bekerja dengan meneladani sifat-sifat tersebut memiliki energi
positif yang akan berpengaruh positif pada lingkungan kerjanya.
4. Kerja Mengikuti Petunjuk-Nya
Ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah sebagai petunjuk-petunjuk-Nya, jelas tidak sedikit yang menyuruh atau mengajarkan
supaya orang Islam giat dan aktif bekerja. Artinya, agar mereka giat
memanfaatkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka, sekaligus
memanfaatkan sunnatullah di alam ini. Manusia yang tidak bekerja
menunaikan ibadah. Dengan demikian, Allah tidak menyukai
manusia-manusia yang pasif bekerja sebagaimana Dia tidak suka kepada
orang-orang yang pasif menjalankan ibadah kepadaNya.
C. Kerangka Penelitian
Penelitian ini menjelaskan bagaimana pengaruh etika kerja islami dan
budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Dimana dalam etika kerja islami
dijelaskan tentang bagaimana etika dalam melayani konsumen, menciptakan
produk, nilai etika kerja sebagai sarana untuk beribadah dan melakukan
pekerjaan secara ikhlas dan bertanggung jawab. Berkolaborasi dengan budaya
organisasi yang meliputi pengambilkan resiko, kecermatan, kerja tim dan
fokus pada hasil bukan pada proses.
Kedua variabel di atas apakah berpengaruh terhadap kinerja karyawan
yang terdiri dari kerja sama antar anggota secara maksimal, perencaan tugas
yang akan dilakukan secara baik, peran aktif karyawan dalam bekerja, dan
prioritas dalam meningkatkan kualitas kerja. Sehingga dapat dijelaskan dalam
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
D. Hipotesis
Pengertian hipotesis penelitian menurut Sugiyono (2009:96),
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori.
Dalam Zainuri (2011) menyimpulkan bahwa dilihat secara parsial
dengan uji T etika kerja Islam tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan di KJKS/UJKS wilayah kabupaten Pati.
Dalam Nurjanah (2008) menyimpulkan bahwa menurut hasil
perhitungan rank spearman menunjukkan terdapat hubungan positif dan
sangat signifikan antara budaya organisasi dan kinerja karyawan di Bank
DKI Syariah Cabang Wahid Hasyim Jakarta Pusat. Etika Kerja
Islami
Budaya Organisasi
Tabel 2.3 Hipotesis penelitian
H1 Etika kerja islami mempengaruhi kinerja
H2 Budaya organisasi mempengaruhi kinerja.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini mengunakan data lapangan atau data empiris. Data
empiris adalah data yang memakai sumber data primer melalui observasi
secara langsung. Penelitian scara empiris memberikan arti penting terhadap
analisis yang bersifat kuantitatif, sehingga langkah dan desain penelitian
tersebut dimulai dari perumusan hipotesis, perumusan masalah, pengukuran
variabel, pengumpulan data, pembuatan analisis, dan semua proses diakhiri
dengan penarikan kesimpulan.
B. Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan
kuantitatif. Menurut Azwar (2010: 5) pendekatan kuantitatif adalah
menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan
metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada
penelitian inferensial dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu
probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif
akan diperoleh signifikasi perbedaan kelompok atau hubungan antar variabel
C. Lokasi, Populasi dan Sampel 1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Sragen Cabang Boyolali, Bank
Syariah Sragen Kantor Kas Gemolong, dan Bank Syariah Sragen Pusat.
2. Populasi dan Sampel
Menurut Bawono (2006: 28) Populasi adalah keseluruhan wilayang
obyek dan subyek penelitian ditetapkan untuk dianalisis dan ditarik
kesimpulan oleh peneliti. Populasi pada penelitian ini sejumlah 80 orang
karyawan pada Bank Syariah Sragen. Sampel menurut Bawono (2006: 28)
adalah obyek atau subyek penelitian yang dipilih guna mewakili keseluruhan
dari populasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel
nonprobabilitas salah satu cirinya adalah pengambilan sampel cara kuota yang
tujuannya adalah mengambil sampel sebanyak jumlah tertentu yang dianggap
dapat merefleksikan populasi. Sampel yang digunakan dengan merujuk pada
rumus
s : Sampel P : Populasi
(dibulatkan menjadi 45 responden.)
D. Metode Pengambilan Data
Pengambilan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
sumber data primer, yaitu:
Kuesioner merupakan suatu bentuk instrumen pengumpulan data yang sangat
fleksibel dan relatif mudah digunakan. Data yang diperoleh lewat penggunaan
kuesioner adalah data yang dikategorikan sebagai data faktual.
E. Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini digunakan skala interval. Skala interval adalah alat
pengukur data yang dapat menghasilkan data yang memiliki rentang nilai yang
mempunyai makna, menghasilkan measurement yang memungkinkan
perhitungan rata-rata, deviasi standar, uji statistik parameter, korelasi, dsb.
Kategori skala terdiri dari lima (5) tingkatan untuk analisis, skor tersebut
terdiri dari 1 sampai 5, dengan kriteria sebagai berikut:
5 : Sangat Setuju
4 : Setuju