9 BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat sebagai berikut :
1. Pengertian Komunikasi secara etimologi
Komunikasi berasal dari dari bahasa latin communication, dan bersumber juga dari kata communis yang artinya sama,dalam arti kata sama makna. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.
2. Pengertian komunikasi secara terminologis
Komunikasi yang berarti penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
Komunikasi menurut beberapa ahli diantaranya adalah menurut Everett Rogers dalam Hafied Cangara (1998:20) Komunikasi didefinisikan sebagai
“proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih,
dengan maksud untuk merubah tingkah laku mereka”. Sedangkan menurut Arni
Muhammad (2005:5) Komunikasi didefinisikan sebagai “Pertukaran pesan verbal
maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah
tingkah laku”. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi sebagai suatu proses
10 2.1.1. Pengertian Pola Komunikasi
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004:1).Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang mempunyai arah hubungan yang berlainan
(Sunarto, 2006 : 1).Tubbs dan Moss mengatakan bahwa “pola komunikasi atau
hubungan itu dapat dicirikan : komplementaris atau simetris. Dalam hubungan komplementer satu bentuk perilaku dominan dari satu partisipan mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya. Dalam simetri, tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan. Dominasi bertemu dengan dominasi atau
kepatuhan dengan kepatuhan” (Tubbs, Moss, 2001:26). Pola komunikasi terdiri
atas beberapa macam, yaitu : 1. Pola Komunikasi Primer
Pola komunikasi primer yaitu proses penyampaian pikiran dan atau gagasan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dan proses komunikasi adalah gestur, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran komunikator kepada komunikan.4
2. Pola Komunikasi Sekunder
Pola komunikasi sekunder merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Pentingnya peranan media, yakni media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio, dan atau televisi
4
11
misalnya, merupakan media yang paling efisien dalam komunikan yang jumlahnya banyak.5
3. Pola Komunikasi Linear
Pola komunikasi linear merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Komunikasi linier ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap muka (face to face communication) secarapribadi (interpersonal communication) dan kelompok (group communication), maupun dalam situasi bermedia (mediated communication).
4. Pola Komunikasi Sirkular
Sirkular secara harafiah berarti bulat, bundar, atau keliling. Dalam proses sirkular itu terjadi feedback atau umpan balik. Dalam pola komunikasi yang seperti ini proses komunikasi berjalan terus yaitu adanya umpan balik antara komunikator dan komunikan. Pola komunikasi sirkular ini didasarkan pada perspektif interaksi yang menekankan bahwa komunikator atau sumber memberi respon secara timbal balik pada komunikator lainnya. Perspektif interaksional ini menekankan bahwa tindakan yang bersifat simbolis dalam suatu perkembangan yang bersifat proses dari suatu komunikasi manusia.6
Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan yang dikaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktivitas dengan komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi.
5
Ibid.hlm. 16-17 6
12
2.1.2. Macam-macam Pola Komunikasi Joseph A. Devito 1. Pola Rantai
Pola rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain.7
2. Pola Lingkaran
Pola lingkaran yakni hampir sama dengan pola rantai, namun orang terakhir berkomunikasi pula dengan orang pertama. Dalam pola ini tidak memiliki pimpinan. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya.8Lingkaran merupakan jaringan yang paling kurang tersentralisasikan karena salurannya tidak memiliki posisi yang lebih sentral daripada posisi lainnya. Setiap individu dalam jaringan roda tadi
7
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, hlm. 383 8
13
hanya berkomunikasi dengan dua orang lainnya. Jaringan lingkaran ini menempatkan semua anggotanya pada garis keliling dari lingkaran itu, tiap posisi dihubungkan dengan posisi pada kedua sisinya. Dengan cara demikian, Pola ini memberikan kepuasan kelompok yang tertinggi, dimana setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk berkomunikasi.
3. Pola Y
Pola Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan pola roda, tetapi lebih tersentralisasi dibandingkan dengan pola lainnya. Pada pola Y juga terdapat pemimpin yang jelas tetapi semua anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya.9 Pola Y memasukkan dua orang sentral yang menyampaikan informasi kepada yang lainnya pada batas luar suatu pengelompokkan. Pada pola ini, seperti pola rantai, sejumlah saluran terbuka dibatasi, dan komunikasi bersifat disentralisasi atau dipusatkan. Orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja.
9
14 4. Pola Beroda
Pola yang paling tersentralisasi berbentuk “Roda”, dengan satu orang berada di posisi tengahnya. Setiap anggota lainnya hanya berkomunikasi kepada orang tersebut dan tidak kepada anggota lainnya dari kelompok tersebut. Bayangkanlah dalam pikiran anda adanya posisi sentral yang dinamakan A, sebagai sumbu roda, dengan semua saluran yang menghubungkan A dengan para anggota lainnya yang ditempatkan di lingkaran luar dari roda itu. Pola itu lalu tampak sebagai bentuk “jari -jari”, yang membenteng keluar dari A ke B, A ke C, A ke D, dan seterusnya.10
5. Pola Semua Saluran/Bintang
10
15
Pola ini hampir sama dengan pola lingkaran, dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Struktur semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan struktur lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam pola semua saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota yang lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum.11 2.2. Proses Interaksi Sosial
2.2.1. Proses Assosiatif
Kerja sama (cooperation) adalah usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Proses terjadinya cooperation lahir apabila diantara individu atau kelompok tertentu menyadari adanya kepentingan dan ancaman yang sama. Tujuan-tujuan yang sama akan menciptakan cooperationdiantara individu dan kelompok yang bertujuan agar tujuan-tujuan mereka tercapai. Begitu pula apabila individu atau kelompok merasa adanya ancaman dan bahaya dari luar, maka proses cooperation akan bertambah kuat diantara mereka. Ada beberapa bentuk cooperation :
1. Gotong-royong dan kerja bakti 2. Tawar-menawar (Bargaining) 3. Kooptasi (Co-optation) 4. Koalisi (Coalition)
5. Usaha Bersama (Joint-venture) 2.2.2. Accomodation
Adalah proses sosial dengan dua makna, Pertama adalah proses sosial yang menunjukkan pada suatu keadaan yang seimbang (equilibrium) dalam interaksi sosial antara individu dan antar kelompok di dalam masyarakat, terutama
11
16
yang ada hubungannya dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Kedua adalah menuju pada suatu proses yang sedang berlangsung, dimana accomodation menampakkan suatu proses untuk meredakan suatu pertentangan yang terjadi di masyarakat, kelompok dan masyarakat, maupun dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat itu. Proses accomodation ini menuju pada suatu tujuan yang mencapai kestabilan.
Proses akomodasi ini menuju pada suatu tujuan yang mencapai kestabilan. Bentuk-bentuk akomodasi adalah sebagai berikut :
1. Coersion 2. Compromise 3. Mediation 4. Conciliation 5. Toleration 6. Stalemate 7. Adjudication
2.2.3. Proses Disosiatif
Proses sosial disosiatif merupakan proses perlawanan (oposisi) yang dilakukan oleh individu-individu dan kelompok dalam proses sosial diantara mereka pada suatu masyarakat. Oposisi diartikan cara berjuang melawan seseorang atau kelompok tertentu atau nilai dan norma yang dianggap tidak mendukung perubahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah persaingan, kompetisi, dan konflik.
1. Persaingan (competition) 2. Kontroversi (controversion) 3. Konflik (conflict)
2.3. Pengertian Komunikasi Interpersonal
orang-17
orang secara tatap muka,yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Secara kontekstual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu komunikasi antara dua individu atau sedikit individu, yang mana saling berinteraksi, saling memberikan umpan balik satu sama lain. Namun, memberikan definisi kontekstual saja tidak cukup untuk menggambarkan komunikasi interpersonal karena setiap interaksi antara satu individu dengan individu lain berbeda-beda. Arni Muhammad
(2005:159) menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal adalah proses
pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya
atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya”.
Mulyana (2000:73) menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya”.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian informasi, pikiran, dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian, mengenai masalah yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku.
2.4. Komponen-komponen Komunikasi
Dari pengertian komunikasi interpersonal yang telah diuraikan diatas, dapat diidentifikasikan beberapa komponen yang harus ada dalam komunikasi interpersonal. Menurut Suranto A.W (2011:9) komponen-komponen komunikasi interpersonal yaitu :
1. Sumber / Komunikator
18
Dalam konteks komunikasi interpersonal komunikator adalah individu yang menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan.
2. Encoding
Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non-verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan.
3. Pesan
Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun non-verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam aktivitas komunikasi, pesan merupakan unsur yang sangat penting. Pesan itulah disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan diinterpretasi oleh komunikan.
4. Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum. Dalam konteks komunikasi interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-mata karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatap muka.
5. Penerima/komunikan
Adalah seseorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat aktif, selain menerima pesan melakukan pula proses interpretasi dan memberikan umpan bali. Berdasarkan umpan balik dari komunikan inilah seorang komunikator akan dapat mengetahui keefektifan komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami secara bersama oleh kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan.
6. Decoding
19
“mentah”, berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah kedalam
pengalaman-pengalaman yang mengandung makna. Secara bertahap dimulai dari proses sensasi, yaitu proses dimana indera menangkap stimuli.
7. Respon
Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral, maupun negatif. Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki komunikator. Netral berarti respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan komunikator. Dikatakan respon negatif apabila tanggapan yang diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh komunikator.
8. Gangguan (noise)
Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponen-komponen manapun dari sistem komunikasi. Noise merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan psikis.
9. Konteks komunikasi
20
Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi tersebut adalah sumber dan penerima. Sumber melakukan encoding untuk menciptakan dan memformulasikan menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk memahami pesan, dan selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak dapat dihindarkan bahwa proses komunikasi senantiasa terkait dengan konteks tertentu, misalnya konteks waktu. Hambatan dapat terjadi pada sumber, encoding, pesan, saluran, decoding, maupun pada diri penerima.
2.5. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal
Redding yang dikutip Muhammad (2004, p. 159-160) mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.
a. Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota famili, dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat. b. Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara
sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan hubungan informal dalam organisasi. Misalnya dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat diluar organisasi seperti isu politik, teknologi, dan lain sebagainya.
c. Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain.Misalnya seorang karyawan dituduh mengambil barang-barang organisasi maka atasannya akan menginterogasinya untuk mengetahui kebenarannya.
21 2.6. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Arni Muhammad (2005:168) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1) Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
2) Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media masssa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.
3) Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
4) Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
22
film, menulis & membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
5) Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu merupakan pembicaraan untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
6) Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkomunikasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa ketika melakukan komunikasi interpersonal, setiap individu dapat mempunyai tujuan yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
2.6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
23
sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih.
Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya yaitu komunikasi interpersoanal umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact) yang menimbulkan keterbukaan antara komunikan dan komunikator. Ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik akan terjadi secara seketika (immediate feedback). Komunikator akan mengetahui pesan tersampaikan secara baik atau tidak ketika melihat tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan melalui ekspresi wajah dan gaya bahasa. Apabilaumpan baliknya positif artinya tanggapan dari komunikan tersebut menyenangkan untuk komunikator dan komunikator akan mempertahankan gaya komunikasi yang sudah terbangun, sebaliknya jika tangggapan negatif dari komunikan maka komunikator harus merubah gaya komunikasi agar kedepannya dapat berkomunikasi yang jauh lebih baik.
24
komunikan maka komunikator harus merubah gaya komunikasi agar kedepannya dapat berkomunikasi yang jauh lebih baik.
Oleh karena itu, keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan maka bentuk komunikasi interpersonal sering dipergunakan umtuk melancarkan komunikasi persuasif (persuasive communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. Tetapi komunikasi persuasif interpersonal hanya digunakan pada komunikan yang potensial, dalam artian tokoh yang mempunyai jajaran dengan pengikutnyaatau anak buahnya dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga apabila tokoh tersebut berhasil diubah sikapnya atau idiologinya maka seluruh jajarannya akan mengikutinya. 2.6.2 Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).(Devito, 1997, p.259-264).
1. Keterbukaan (Openess)
25
kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan
terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan
dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda, dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).
2. Empati (Empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk „mengetahui‟ apa yang sedang dialami orang lain pada
suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata
orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain
atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap Mendukung (Supportiveness)
26
deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) profesional, bukan sangat yakin.
4. Sikap Positif (Positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara : (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi. 5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai, Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menrima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Keseteraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk
27
28 2.6.3 Hambatan Komunikasi Interpersonal
Para peneliti telah mengidentifikasikan sejumlah hambatan-hambatan yang biasanya terjadi di dalam komunikasi antar pribadi, sebagai berikut :
1. Mendengar apa yang diharapkan akan didengar. Pengalaman-pengalaman masa lampau mengarahkan seseorang untuk mendengarkan sesuatu hal yang memang diharapkannya. Sebagai contoh, seorang pekerja yang telah terbiasa dikritik akan tetap merasa dikritik meskipun atasannya mengungkapkan kata-kata yang bersifat memuji.
2. Mengabaikan informasi-informasi yang bertentangan dengan yang diketahui. Apabila kita mendengar pesan yang berbeda dengan pengertian kita terdahulu, kita cenderung mengabaikan pesan itu daripada merubah gagasan kita atau mencari penjelasan yang lain.
3. Mengevaluasi sumber, arti yang kita tegaskan pada suatu pesan sangat dipengaruhi oleh penilaian kita terhadap sumber.
4. Pengamatan yang berbeda. Kata-kata, tindakan, dan kejadian- kejadian akan diamati berdasarkan nilai-nilai individual dan pengalaman dari Penerima.
5. Tanda-tanda non verbal yang tidak sesuai. Nada suara, ekspresi wajah, dan postur badan dapat membantu atau mengganggu komunikasi.
6. Pengaruh perasaan. Kehidupan perasaan yang mendominasi (misalnya marah, takut, gembira dsb) akan mempengaruhi interprestasi terhadap pesan-pesan yang diterima.
2.7 Teori Komunikasi Menurut Joseph A Devito
29
beberapa umpan balik seketika. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, Komunikasi interpersonal dinilai paling baik dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena komunikasi interpersonal dilakukan secara tatap muka dimana antara komunikator dan komunikan saling terjadi kontak pribadi; pribadi komunikator menyentuh pribadi komunikan, sehingga akanada umpan balik yang seketika (perkataan, ekspresi wajah, ataupun gesture). Apabila umpan baliknya positif, artinya tanggapan komunikan menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan tadi bisa dimengerti oleh komunikan menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan tadi bisa dimengerti oleh komunikan atau sesuai yang diinginkan komunikator, maka komunikator dapat mempertahankan gaya komunikasinya, sebaliknya jika tanggapan komunikan negatif, maka komunikator dapat mengubah gaya komunikasinya sampai komunikasi tersebut berhasil.12
Asumsi Dasar Komunikasi Interpersonal
Asumsi dasar komunikasi interpersonal adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi tentang efek atau perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan, maka ia akan merasa bahwa komunikasinya telah berhasil. Setiap berkomunikasi dengan orang lain kita secara tidak langsung membuat prediksi tentang efek dan perilaku komunikasinya. Berikut ini merupakan elemen-elemen komunikasi interpersonal menurut Devito :
a) Adanya pesan-pesan (sending of message)
b) Adanya orang atau sekelompok kecil (of small group of persons, by one persons)
c) Adanya penerima pesan-pesan (the receiving of message) d) Adanya efek (with some effect)
12
30
e) Adanya umpan balik langsung dan seketika itu juga (immediate feedback)
Maka yang menjadi titik tekan adalah feedback yang langsung atau seketika itu pula, sehingga komunikasi itu termasuk face to face communication atau medieted communication, tapi bersifat personal.
2.8 Teori Konflik
“Konflik berasal dari kata kerja latin “Configere” yang berarti “saling
memukul”. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih yang mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.13 Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya. Perspektif sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian atau komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dimana komponen yang satu berusaha menaklukkan kepentingan yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
“Dalam pandangan ahli sosiologi, masyarakat yang baik ialah masyarakat yang
hidup dalam situasi konfliktual. Konflik sosial dianggap sebagai kekuatan sosial utama dari perkembangan masyarakat yang ingin maju ketahap-tahap yang lebih sempurna.14 Teori konflik sosial memandang antar elemen sosial memiliki kepentingan dan pandangan yang berbeda. Perbedaan kepentingan dan pandangan tersebut yang memicu terjadinya konflik sosial yang berujung saling mengalahkan, melenyapkan, memusnahkan, diantara elemen lainnya. Bagi Marx fakta terpenting adalah materi ekonomi karena konflik ini bisa terjadi ketika faktor ekonomi dijadikan sebagai penguasaan terhadap alat produksi.
13
Dany Haryanto, S.S and G. Edwi Nugroho, S.S., M.A., 2011. Pengantar Sosiologi Dasar (Jakarta : PT. Prestasi Pustakarya) hlm. 113
31 2.8.1 Asumsi Dasar Teori Konflik
Ada beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan antitesis dari teori struktural funsional, dimana teori strutural fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya berada dalam keteraturan. Buktinya dalam masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan. Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan kepentingan. Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun, pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus. Menurut teori konflik, masyarakat disatukan dengan “Paksaan”. Maksudnya, keteraturan yang terjadi di masyarakat sebenarnya karena adanya paksaan (koersi). Oleh karena itu, teori konflik lekat hubungannya dengan dominasi, koersi, dan power.
2.8.2 Fungsi-fungsi Konflik
32
Menurut Lewis A. Coser bahwa konflik mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
1) Konflik dapat membantu mengeratkan ikatan kelompok yang berstruktur secara longgar. Masyarakat yang mengalami disintegrasi atau berkonflik dengan masyarakat lain, dapat memperbaiki kepaduan integrasi.
2) Konflik dapat membantu menciptakan kohesi melalui aliansi dengan kelompok lain.
3) Konflik dapat membantu mengaktifkan peran individu yang semula terisolasi.
4) Konflik juga dapat membantu fungsi komunikasi. Sebelum konflik, kelompok-kelompok mungkin tidak percaya terhadap posisi musuh mereka, tetapi akibat konflik, posisi dan batas antar kelompok ini sering menjadi diperjelas. Oleh karena itu individu bertambah mampu memutuskan untuk mengambil tindakan yang tepat dalam hubungannya dengan musuh mereka. Konflik juga memungkinkan pihak yang bertikai menemukan ide yang lebih baik mengenai kekuatan relatif mereka dan meningkatkan kemungkinan untuk saling mendekati atau saling berdamai.
2.9 Penelitian terdahulu
33
maka yang membedakan dengan penelitian ini yaitu penelitian ini lebih memfokuskan pada cara penyampaian pesan dari calo kepada penjual tanah merah dan aparat serta warga desa Kaligawe, dan pola komunikasi yang terjadi antara penjual dan pembeli tanah berlangsung secara beroda, yang artinya dalam komunikasi seperti ini, proses komunikasi berjalan terus dan terdapat umpan balik antara komunikator dan komunikan.
3.0 Kerangka Pikir
Persoala → Pe ggalia ta ah erah di Desa Kaligawe Kec.
Karangdadap Kab. Pekalongan
Transaksi Jual Beli
Penjual Aparat Desa
Calo Pembeli
Pola komunikasi yang terjadi
Hasil
Teori konflik
34