KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
1. Tujuan laporan keuangan
a. Menyediakan informasi dan memenuhi kebutuhan bersama mengenai kinerja entitas kepada pihak-pihak terkait
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 12 dan 13)
b. Memberikan manfaat terhadap pengambilan keputusan ekonomi kepada pihak-pihak yang menggunakannya
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 12)
c. Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen sebagai pertanggungjawaban atas kepercayaan yang diberikan padanya
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 14)
d. Memprediksi kemampuan entitas menghasilkan kas dan setara kas
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 15)
e. Mampu memprediksi kemampuan pinjaman di masa depan, mengevaluasi distribusi laba dan arus kas masa depan kepada yang berhak, dan kemampuan entitas meningkatkan sumber keuangannya
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 16)
f. Memprediksi kemampuan entitas memenuhi komitmen keuangannya
Nama
: Restiani
NIM
: 023115048
Mata Kuliah
: Standar Akuntansi Keuangan
Dosen
: Hexana Sri Lastanti, SE., Ak., MSi.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 16)
g. Menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 17)
h. Menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi entitas
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 18)
2. Asumsi dasar
a. Dasar akrual, yaitu transaksi diakui pada saat kejadian, dicatat pada catatan akuntansi dan dilaporkan pada laporan keuangan pada periode tersebut. Laporan keuangan memberikan informasi mengenai transaksi masa lalu, liabilitas masa depan dan sumber daya yang menunjukkan kas yang akan diterima mendatang.
b. Kelangsungan usaha (Separate entity/Economic entity). Diasumsikan bahwa usaha entitas akan terus berlangsung dan tidak berniat untuk melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. Perusahaan dipandang sebagai suatu unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Maksudnya, walaupun perusahaan itu dimiliki oleh seseorang, tetap saja perusahaan itu dianggap sebagai sebuah badan yang terpisah dari pemiliknya. Seperti: terpisah kekayaannya dari kekayaan pemilik, terpisah utangnya dari utang pemilik.
c. Going concern/continuity. Suatu perusahaan itu akan hidup terus, dalam arti diharapkan tidak akan terjadi likuidasi di masa yang akan datang. Penekanan dari konsep ini adalah terhadap anggapan bahwa akan tersedia cukup waktu bagi suatu perusahaan untuk menyelesaikan usaha, kontrak-kontrak dan perjanjian-perjanjian.
e. Periode waktu (Time-period/Periodicity). Adanya pembatasan waktu untuk dapat menilai dan melaporkan hasil dari usaha yang dijalankan. Hal ini disebabkan karena perusahaan dianggap akan terus hidup dimasa yang akan datang, sehingga tidak mungkin apabila untuk mengetahui keuntungan atau kerugian dari usaha kita harus menunggu perusahaan ditutup terlebih dahulu. (SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf ke 22, 23 dan
http://buka-mata.blogspot.com/2012/03/asumsi-dan-konsep-dasar-akuntansi.html)
3. Karakteristik kualitatif laporan keuangan
a. Dapat dipahami. Diasumsikan pengguna memiliki pengetahuan memadai mengenai ekonomi maupun akuntansi dan memiliki kemauan untuk mempelajarinya dengan tekun.
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 25)
b. Relevan, yaitu mampu mempengaruhi keputusan ekonomi para pengguna atas evaluasi yang diberikan
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 26)
c. Keandalan, yaitu bebas dari kesalahpengertian, kesalahan material dan disajikan secara tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan. Laporan keuangan yang andal harus memenuhi kriteria berikut:
- informasi diarahkan pada kebutuhan umum pengguna bukan pada keinginan pihak tertentu
- hati-hati dalam menetapkan perkiraan
- informasi lengkap dan dalam batasan materalitas dan biaya
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 31, 33, 35, 36, 37 dan 38)
d. Dapat dibandingkan, yaitu:
- pengguna dapat membandingkan laporan keuangan antar periode untuk memperoleh tren maupun antar entitas, sehingga pengukuran dan penyajian laporan keuangan harus dilakukan secara konsisten
- pengguna mendapatkan informasi mengenai kebijakan yang digunakan entitas, perubahan kebijakan dan dampaknya
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 39 dan 40)
e. Penyajian jujur. Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi, misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aset, liabilitas dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan.
f. Substansi mengungguli bentuk. Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya
g. Netralitas. Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.
dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam penyusunan laporan keuangan.
i. Kelengkapan. Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.
j. Dapat dibandingkan. Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. (http://akuntanmaniak.blogspot.com/2011/05/karakteristik-kualitatif-laporan.html)
4. Unsur-unsur laporan keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan: a. aset, yaitu sumber daya yang dikuasai perusahaan atas peristiwa masa
lalu dan darimana manfaat ekonomi masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Contoh asset: kas dan setara kas, piutang, dan persediaan
b. liabilitas, yaitu utang perusahaan akibat peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang memiliki manfaat ekonomi. Contoh: hutang gaji dan hutang dagang
c. ekuitas, yaitu hak residual atas aset setelah dikurangi dengan liabilitas. Contoh: saham biasa.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 47 dan 49)
Unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi: a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Penghasilan meliputi:
Pendapatan (revenues). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan. Contoh: Nokia, maka salah satu pendapatannya adalah hasil penjualan handphone.
Keuntungan (gains). Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi. Keuntungan biasanya dicantumkan terpisah karena berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi dan dilaporkan dalam jumlah bersih setelah dikurangi dengan beban yang bersangkutan. Contoh: keuntungan atas nilai tukar (kurs)
Penghasilan dapat juga berasal dari penyelesaian kewajiban.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 70, 74, 75, 76 dan 77)
b. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Beban meliputi:
Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan, biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya asset. Contoh: beban gaji karyawan
Kerugian, mencerminkan berkurangnya manfaat ekonomi, biasanya disajikan secara terpisah untuk tujuan pengambilan keputusan ekonomi. Kerugian seringkali dilaporkan dalam jumlah bersih setelah dikurangi dengan penghasilan yang bersangkutan. Contoh: kerugian atas persediaan yang rusak.
Definisi beban juga mencakupi kerugian yang belum direalisasi
5. Pengakuan dan pengukuran unsur laporan keuangan - Pengakuan unsur laporan keuangan
Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan yang dikemukakan dalam paragraf 83 dalam neraca atau laporan laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau laporan laba rugi.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 82)
Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui kalau:
a. ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan
b. mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 83)
Pengakuan aset
Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Aset tidak diakui dalam neraca kalau pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam perusahaan setelah periode akuntansi berjalan.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 89 dan 90)
Pengakuan liabilitas
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban saat ini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 91)
Pengakuan Penghasilan
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aset atau penurunan liabilitas.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 92)
Pengakuan Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan liabilitas atau penurunan aset.
Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of costs with revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama
Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul liabilitas tanpa adanya pengakuan aset, seperti apabila timbul liabilitas akibat garansi produk.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 94, 95, 97, 98)
- Pengukuran unsur laporan keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 99)
Dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah:
a. Biaya historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban, atau dalam keadaan tertentu dalam jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal
b. Biaya kini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang. Liabilitas dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini
yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal
d. Nilai sekarang (present value). Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Liabilitas dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 100)
6. Konsep modal dan pemeliharaan modal - Konsep modal
a. Menurut konsep modal keuangan, seperti uang atau daya beli yang diinvestasikan, modal adalah sinonim dengan aset bersih atau ekuitas entitas. Ini seharusnya dianut kalau pemakai laporan keuangan terutama berkepentingan dengan pemeliharaan modal nominal atau daya beli dari modal yang diinvestasikan.
b. Menurut konsep modal fisik, seperti kemampuan usaha, modal dipandang sebagai kapasitas produktif entitas yang didasarkan pada, misalnya, unit output per hari. Ini dianut kalau pemakai berkepentingan dengan kemampuan usaha perusahaan.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 102 dan 103)
- Konsep pemeliharaan modal
b. Pemeliharaan modal fisik. Menurut konsep ini laba hanya diperoleh kalau kapasitas produktif fisik (atau kemampuan usaha) pada akhir periode melebihi kapasitas produktif fisik pada awal periode, setelah memasukkan kembali setiap distribusi kepada dan mengeluarkan setiap kontribusi dari, para pemilik selama suatu periode.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 104)
Konsep pemeliharaan modal fisik memerlukan penggunaan dasar pengukuran biaya kini (current cost). Namun demikian, konsep pemeliharaan modal keuangan tidak memerlukan penggunaan dasar pengukuran tertentu. (SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 106)
Menurut konsep pemeliharaan modal keuangan yang mendefinisikan modal dalam satuan moneter nominal, laba merupakan kenaikan dalam modal uang nominal selama suatu periode.
(SAK per 1 Juni 2012: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf ke 107)
Menurut konsep pemeliharaan modal fisik yang mendefinisikan modal dalam kapasitas produktif fisik, laba merupakan kenaikan modal tersebut selama suatu periode.