• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN NILAI NILAI MORAL ISLAMI ME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBELAJARAN NILAI NILAI MORAL ISLAMI ME"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMBELAJARAN NILAI-NILAI MORAL ISLAMI

MELALUI BCM (BERMAIN, CERITA DAN MENYANYI)

DI RAUDALATUL ATFAL/TAMAN KANAK-KANAK ISLAM

TERPADU AL-MADANIYAH LANDUNGSARI MALANG

SKRIPSI

Oleh:

Rohmatul Izzah NIM 03110185

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

(2)

ii

PEMBELAJARAN NILAI-NILAI MORAL ISLAMI

MELALUI BCM (BERMAIN, CERITA DAN MENYANYI)

DI RAUDALATUL ATFAL/TAMAN KANAK-KANAK ISLAM

TERPADU AL-MADANIYAH LANDUNGSARI MALANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)

Oleh:

Rohmatul Izzah NIM 03110185

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

JULI 2007

(3)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN NILAI-NILAI MORAL ISLAMI

MELALUI BCM (BERMAIN, CERITA, MENYANYI)

DI RA/ TKIT AL-MADANIYAH LANDUNGSARI MALANG

SKRIPSI

Telah Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,

Dra. Siti Annijat Maimunah, M.Pd. NIP. 131 121 923

Tanggal 10 Juli 2007

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moch. Padil, M.Pd.I NIP. 150 267 235

(4)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

PEMBELAJARAN NILAI-NILAI MORAL ISLAMI MELALUI BERMAIN, CERITA, MENYANYI

DI RA/ TKIT AL-MADANIYAH LANDUNGSARI MALANG

SKRIPSI

dipersiapkan dan disusun oleh Rohmatul Izzah (03110185)

telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 20 Juli 2007 dengan nilai B

dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I)

pada tanggal: 20 Juli 2007 Panitia Ujian

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dra. Siti Anniyat Maimunah, M.Pd Muhammad Walid,MA NIP. 131 121 923 NIP. 150 310 896

Pembimbing,

Dra. Siti Anniyat Maimunah, M.Pd NIP. 131 121 923

Penguji Utama, Penguji,

Drs. Bashori Muhammad Walid, MA

NIP. 150 209 994 NIP. 150 310 896 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031

(5)

v

Persembahan

Ayahanda dan Ibunda tercinta, H.M. Su’adi Muqsith dan Hj. Nur Aini yang

selalu menyayangiku, memberi motivasi dan do’anya untukku.

Adik-adikku yang aku sayangi, Dani dan Hana.

Jaganlah putus asa untuk menggapai cita-cita.

Saudara-saudaraku yang memberiku spirit dan do’a

Mas Dobek yang telah memberiku motivasi dan do’a

Trima kasih atas nasehatnya.

Sobat-sobatku, mbak ninik dan mbak cus nan jauh dikampung

yang memberiku pengalaman hidup

mbak ika, aziza, nora, takul, lail, nyak, ulin yang telah memberiku dukungan

dalam menyelesaikan skripsi

Teman-temanku kost sumber sari 52, juliet, nuzul, mbak anaz, ani, leli, dan

lainnya yang selalu memberiku spirit.

Semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian karya ini

Kebaikan kalian takkan pernah kulupakan

Terima kasih

I Love You All.

(6)

vi

Motto

)

ناﺮﻤﻋﻵا

:

٤

(

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”

.(Q.S. Ali- Imran: 104).

(7)

vii Dra. Siti Anniyat Maimunah, M.Pd. Dosen Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Malang NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Rohmatul Izzah Malang, 10 Juli 2007 Lamp. : 6 (Enam) Ekslempar

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di

Malang

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

Nama : Rohmatul Izzah

NIM : 03110185

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM di RA/ TKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang.

Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan.

Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pembimbing,

Dra. Siti Anniyat Maimunah, M.Pd. NIP. 131 121 923

(8)

viii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahun saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 10 Juli 2007

Rohmatul Izzah

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada kita semua, yang telah mengangkat derajat orang-orang yang bertaqwa dan berilmu pengetauan serta yang menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi.

Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan manusia ke jalan yang diridhai Allah SWT yakni Dinul Islam.

Penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Malang. Untuk itu penulis telah menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) di RA/TKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga budi baik anda semua diterima disisi Allah SWT. Ucapan terima kasih ini, penulis sampaikan kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta dan segenap kelurga yang telah memberikan dukungan moril dan materiil serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UIN Malang.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, sebagai Rektor UIN Malang.

(10)

x

3. Bapak Prof. Dr.H.M. Djunaidi Ghony, sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah. 4. Bapak Drs. M. Padil, M.Pdi, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam.

5. Ibu Siti Annijat Maimunah, M.Pd, sebagai Dosen Pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan masukan pada penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Zainal Abidin, S.Ag, M.Pd, sebagai Ketua Yayasan Al-Madaniyah Landungsari Malang yang telah bersedia memberikan izin penelitian dan masukan kepada penulis sampai terselesaikannya penelitian.

7. Ibu Halimatus Sa’diyah, S.Hum, sebagai Kepala RA/TKIT Al-Madaniyah yang telah bersedia memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Keluarga besar RA/TKIT Al-Madaniyah yaitu dewan guru, staff yang telah bersedia memberikan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian 9. Adik-adik RA/TKIT Al-Madaniyah yang manis dan lucu, semoga kalian

menjadi generasi umat yang berilmu pengetahuan dan berakhlak mulia sampai ke jenjang pendidikan yang tinggi dan berkualitas.

10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas do’a, motivasi, bantuan serta perhatiannya, dan semoga Allah membalas budi baik kalian.

(11)

xi

Dalam penulisan skripsi ini, diusahakan semaksimal mungkin demi mempersembahkan tulisan yang baik, namun apabila terdapat banyak kekurangan dan kekeliruan, maka besar harapan saya dalam menantikan masukan, baik saran atau kritik yang bersifat konstruktif. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak sehingga dapat membuka cakrawala berpikir serta menyadari betapa pentingnya peran serta dalam merealisasikan Tujuan Pendidikan Nasional dengan memberantas segala bentuk kebodohan di muka bumi ini. AMIN.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Walhamdulillahirabbil ’Alamin Malang, 10 Juli 2007

Penulis

(12)

xii

DAFTAR TABEL

TABEL 1 : DATA TENTANG PENYAJIAN TEMA KELOMPOK A DAN B TABEL 2 : DAFTAR NAMA PENGAJAR BERDASARKAN BIDANG

PENGEMBANGAN

TABEL 3 : DAFTAR NAMA GURU DAN KARYAWAN RA/ TKIT AL-MADANIYAH

TABEL 4 : DAFTAR NAMA SISWA-SISWI KELOMPOK A1 TABEL 5 : DAFTAR NAMA SISWA-SISWI KELOMPOK A2 TABEL 6 : DAFTAR NAMA SISWA-SISWI KELOMPOK B1 TABEL 7 : DAFTAR NAMA SISWA-SISWI KELOMPOK B2 TABEL 8 : SARANA DAN PRASARANA

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 : ANALISIS DATA KUALITATIF.

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : LOKASI RA/TKIT AL- MADANIYAH LAMPIRAN II : KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR LAMPIRAN III : KEGIATAN KEAGAMAAN

LAMPIRAN IV : KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

LAMPIRAN V : AKTIFITAS SEHARI-HARI SISWA-SISWI LAMPIRAN VI : KEGIATAN LOMBA DAN PENGAJAR LAMPIRAN VII : PEDOMAN OBSERVASI

LAMPIRAN VIII : PEDOMAN INTERVIEW

LAMPIRAN IX : DOKUMENTASI RA/TKIT AL-MADANIYAH.

(15)

xv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN NOTA DINAS... vi

HALAMAN PERNYATAAN... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

DAFTAR ISI... xiv

ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Kegunaan Penelitian... 8

E. Ruang Lingkup dan Fokus Penelitian... 9

F. Batasan Istilah... 10

G. Sistematika Pembahasan... 11

(16)

xvi BAB II. KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami

1. Pengertian Pembelajaran... 13

2. Nilai Moral Islami... ... 13

3. Pendekatan Dalam Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami... 17

a. Pendekatan Pembiasaan... 17

b. Pendekatan Keteladanan... 20

4. Manfaat Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami... 23

B. Metode-Metode PembelajaranTK/RA... 24

a. Metode Bermain... 24

b. Metode Cerita... 25

c. Metode Menyanyi... 27

d. Metode Tanya Jawab... 29

e. Metode Penemuan... 29

C. Strategi Pembelajaran di TK/RA... 29

a. Pengertian Strategi... 29

b. Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran... 29

c. Klasifikasi Strategi Pembelajaran ... 30

d. Faktor-faktor Penentu Strategi Pembelajaran... 31

D. Pelaksanaan Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM Di Raudlatul Atfal... 31

(17)

xvii

1. Bermain Dalam Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami... 31

2. Cerita Dalam Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami... 33

3. Menyanyi Dalam Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami... 34

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 35

B. Kehadiran Peneliti... 36

C. Lokasi Penelitian dan Situs Penelitian... 36

D. Sumber Data... 37

E. Prosedur Pengumpulan Data... 38

1. Teknik Observasi... 39

2. Teknik Interview ... 39

3. Teknik Dokumentasi... 41

F. Teknik Analisis Data... 41

G. Pengecekan Keabsahan Temuan... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Raudlatul Atfal/ Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Al-Madaniyah Landungsari Malang. 1. Sejarah RA/TKIT Al-Madaniyah... 47

2. Visi dan Misi... 49

3. Struktur Organisasi... 50

4. Kurikulum... 50

5. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa... 53

(18)

xviii

a. Keadaan guru dan Karyawan... 53

b. Keadaan Siswa... 55

6. Sarana dan Prasarana... 57

7. Ekstrakurikuler... 59

8. Prestasi yang diraih... 60

a. Prestasi Akademik... 60

b. Prestasi Non Akademik... 60

B. Penyajian Data. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM Di RA/TKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang... 61

a. Bermain... 61

b. Cerita... 62

c. Menyanyi... 63

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM di RA/TKIT Al-Madaniyah... 66

a. Faktor Pendukung... 66

b. Faktor Penghambat... 67

BAB V. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Pelaksanaan Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM di RA/ TKIT Al-Madaniyah... 68

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami... 69

(19)

xix

a. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami... 69 b. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran Nilai-nilai

Moral Islami... 70 BAB VI. PENUTUP

A. Kesimpulan... 71 B. Saran... 73 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(20)

xx ABSTRAK

Izzah Rohmatul. Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) Di RA/TKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Siti Anniyat Maimunah, M.Pd.

Anak-anak pada zaman sekarang berhadapan dengan berbagai perubahan yang pesat dibidang sosial, politik, ilmu pengetahuan, pendidikan, teknologi, industri, lingkungan, dan lainnya. Beragam realitas yang terjadi pada era globalisasi yang semakin marak seperti tayangan smack down, sinetron cinta anak sekolah, dan sebagainya telah membuat anak usia pra sekolah menjadi konsumtif dan terjerumus pada tindakan asusila bahkan sampai tindakan kriminal. Akibatnya pendidikan anak usia dini sulit diatasi dalam menstimulasi nilai moral agama, sebab anak usia dini merupakan masa-masa keemasan bagi perkembangan selanjutnya dan juga masa yang sangat peka dalam hal meniru sikap, perbuatan, dan perkataan yang dikagumi disekitarnya. Sejalan dengan hal tersebut, diperlukan pembinaan atau pembelajaran nilai-nilai moral islam yang dilakukan pendidik, dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan jasmani dan rohani dengan tujuan agar anak menjadi insan yang shaleh, berilmu pengetahuan, dan berbudi pekerti sesuai dengan nilai-nilai agama.

Raudlatul Atfal/ Taman Kanak-kanak Islam terpadu merupakan lembaga pendidikan anak usia pra sekolah dengan konsep terpadu yaitu memadukan agama dengan ilmu pengetahuan yang berbasis nilai-nilai al-Qur’an dan Sunnah. Pembelajaran nilai-nilai moral islami bisa diterapkan melalui BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) dengan nuansa islami seperti: bermain puzzle hijaiyah, cerita tauladan nabi dan rasul, menyanyikan lagu islami dan shalawat. Nilai-nilai yang diajarkan kepada siswa RA/TKIT seperti berbakti kepada kedua orang tua dan guru, mengucap salam seraya berjabat tangan ketika pergi dan pulang sekolah, tidak berkata kotor, jujur, sayang kepada teman, menghormati orang yang lebih tua, dan sebagainya. Kegiatan belajar di RA/TKIT dalam pembentukan perilaku/ nilai moral islam dapat dilakukan dengan pendekatan pembiasaan dan keteladanan guna untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berangkat dari latar belakang itulah, penulis ingin membahasnya dalam skripsi dan mengambil judul Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) di RA/TKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang.

Rumusan Masalahnya: (1) bagaimana pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RA/TKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang; (2) faktor pendukung dan penghambat pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RA/TKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RA/TKIT Al-Madaniyah, dan untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor

(21)

xxi

penghambat dan pendukung pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RA/TKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Dan dalam perjalanan mengumpulkan data, digunakan dengan teknik observasi, interview, dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisinya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Penelitian berusaha menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Selain itu, penulis melakukan pengecekan keabsahan temuan dengan menggunakan teknik triangulasi data.

Hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RA/TKIT Al-Madaniyah sudah terlaksana. Sebagai bukti pada pelaksanaan BCM dimulai sejak anak masuk sampai menjelang lulus. Tujuan dari kegiatan BCM adalah untuk mengenalkan ke-Islaman, keimanan, dan kekuasaan Allah dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan penunjang terlaksananya pembelajaran nilai-nilai moral islami terdapat pada kegiatan ubudiyah yang dilakukan pada hari jum’at. Selain itu, kurikulumnya menggunakan KBK yang dikembangkan dengan ESQ (Emotional, Spiritual, Quotient) meliputi: al-Qur’an, Ibadah, Ahlaq, Bahasa, dan Aqidah. Adapun faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM terdapat padalingkungan dan tenaga pengajar, sedangkan faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM terdapat pada siswa, karakteristik siswa, tuntutan orang tua, dana sekolah.

Kata Kunci: Pembelajaran, Nilai Moral Islami, BCM, RA/TKIT.

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derasnya arus globalisasi dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibawa, nampaknya belum sepenuhnya mampu kita hadapi sebagaimana mestinya. Dampak yang sangat serius dari globalisasi ini tampak pada dunia pendidikan, terutama pendidikan anak usia pra sekolah yang sulit diatasi dalam pembelajaran nilai-nilai moral agama. Hal ini terbukti bahwa rendahnya kualitas pendidikan anak prasekolah, dimana anak usia prasekolah merupakan masa-masa keemasan bagi perkembangan selanjutnya dan juga memiliki masa yang sangat peka dalam hal meniru sikap, perbuatan, dan perkataan yang dikagumi disekitarnya.

Menuju kepada pendidikan anak prasekolah yang berkualitas agar menjadi anak shaleh, berilmu, berakhlak, beriman dan bertaqwa. Maka diperlukan pembelajaran nilai-nilai moral islam yang dilaksanakan oleh orang tua dan guru dengan mengetahui tingkat pertubuhan dan perkembangan anak. Mengingat beragam realitas yang terjadi pada era globalisasi, misalnya tayangan televisi smack down, sinetron tentang cinta remaja, bahkan sinetron cinta anak usia Sekolah Dasar, dan sebagainya. Hal tersebut telah membuat anak usia dini menjadi konsumtif dan terjerumus pada tindakan asusila bahkan samapai pada tindakan kriminal.

(23)

pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual)

Dengan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, perlu diarahkan pada peletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya. Pertumbuhan dan perkembanganya meliputi: fisik, daya pikir, daya cipta, soial-emosional, bahasa dan komunikasi yang seimbang sebagai dasar pembentukan pribadi yang utuh.

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik diluar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, sebagaimana UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VII Pasal 28 ayat (1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini dijalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Atfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.1

Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang didirikan oleh suatu lembaga dengan menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4 sampai 6 tahun. Pendidikanya dirancang sebagai tempat anak-anak dapat tumbuh secara alamiah. Mereka difasilitasi

1

(24)

dengan kegiatan bermain, ekspresi yang kreatif, dan tanggapan panca indera dan hidup harmonis dengan anak/ orang lain. Agar anak dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya termasuk agama, intelektual, sosial, emosi, fisik, memiliki dasar-dasar aqidah yang lurus sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, sehingga memiliki kebiasaan perilaku yang diharapkan, serta menguasai sejumlah pengetahuan dan ketrampilan dasar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.2

Menurut Lawrence Kohlberg, perkembangan moral anak pada Taman kanak-kanak merupakan masa peka terhadap peraturan budaya dengan penilaian baik- buruk sebagai akibat fisik suatu tindakan (hukuman, ganjaran, hal yang disenangi orang) atau ada tidaknya kekuasaan fisik dari otoritas yang memberi peraturan penilaian baik-buruk. Adapun tahapan perkembangannya meliputi tahap: (1) Orientasi hukuman dan kepatuhan, yaitu tingkah laku yang menghindari hukuman dan tunduk pada kekuasaan, karena anak usia 1-5 tahun memutuskan apa yang dilakukan dipandang benar –apa yang ingin ia lakukan dan dapat dilakukan tidak menimbulkan masalah, (2) Orientasi individualisme dan orientasi instrumental, yaitu tingkah laku yang bermoral ditentukan oleh segi kegunaan (pragmatis) untuk memenuhi kebutuhan, karena anak usia 5-10 tahun cenderung memuaskan diri sendiri dan mereka kurang menghargai hak-hak orang lain, tetapi mereka akan memberi sesuatu pada orang lain dengan

2

(25)

asumsi bahwa mereka akan mendapatkan balikan yang sama atau bahkan lebih.3

Adanya pendidikan moral sejak dini, dibutuhkan pembinaan atau pembelajaran nilai moral islam yang dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dengan tujuan untuk mempengaruhi perkembangan jasmani dan rohani agar anak menjadi insan yang shaleh, berilmu dan bertaqwa sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.

Pembentukan nilai-nilai moral agama, sejak anak mulai bisa berfikir dan tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu orang tua atau guru melakukan sesuatu dengan cara memberikan contoh-contoh yang baik. Pembelajaran moral agama pada anak usia dini, diharapkan anak belajar perilaku moral lewat peniruan dan pembiasaan. Hal tersebut dapat diketahui, jika sejak kecil anak diajari hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan, maka besar kemungkinan anak akan tumbuh dengan apa yang diajarkan pendidik ketika masih kecil. Oleh karena itu, lembaga yang mengelola Taman Kanak-kanak bertugas untuk menghindarkan seorang anak dari lingkungan yang tidak baik dan berdampak pada jiwa raga, akhlak, serta budi pekerti. Sebagaimana Allah berfirman Q.S. An-Nisa’: 9

)

ءﺎﺴݏ݆ا

:

٩

(

3

(26)

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh karena itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (Q.S An-Nisa’ 4: 9)4

Berdasarkan Firman Allah tersebut, maka dapat diketahui bahwa orangtua harus memperhatikan pendidikan anak-anaknya, terutama pada pendidikan agama yang didalamnya terdapat pembelajaran nilai moral agama, yang mana sangat besar pengaruhnya pada perkembangan jasmani dan rohani. Sejalan dengan dasar pikiran ini, Rasulullah telah memberikan petunjuknya:

ڱ݅آ

دﻮْ݆ﻮﻡ

ﺪ݆ﻮﻳ

ﻰ݇ﻋ

ةﺮْﻄْܻ݆ا

ݐاﻮﺑﺄܺ

ݑﻥادڲﻮﻬﻳ

ݑﻥاﺮڲﺼݏﻳو

ْوأ

ݑﻥﺎﺴڲﺠﻤﻳ

)

ﺪﻤ܊ا

ݐاور

(

”Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, kedua ibu bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (H.R. Ahmad) 5 Hadist tersebut menujukkan bahwa orang tua harus bertanggung jawab terhadap perkembangan anaknya dengan memperhatikan pendidikan anak secara islami, sehingga kelak di akhirat akan mempertanggung jawabkan amanat yang diberikan Allah kepadanya.

Dengan demikian, tanggung jawab dari pembelajaran nilai moral islami pada anak adalah orang tua dan guru. Orang tua merupakan pendidik di rumah sedangkan guru adalah pendidik di sekolah. Oleh karena itu, perlu adanya upaya serius para pendidik untuk senantiasa memperbaiki dan mengajarkan moral kepada anak agar menjadi generasi umat yang islami yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadits.

4

Departemen Agama, Al-’Aliyy Al-Qur’an danTerjemahnya (Bandung: CV. Diponegoro, 1996), hal. 62

5

(27)

Raudhatul Atfal/ Taman Kanak-kanak Islam Terpadu merupakan pendidikan anak usia prasekolah dengan konsep pendidikan islam yang berbasis nilai-nilai al-Qur’an dan Sunnah. Sebagaimana Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya tauladan membelajarkan anak, beliau berhati lembut, sabar, bertutur kata halus, berperilaku santun, dan sangat menghargai proses/ tahapan perkembangan anak.

Firman Allah dalam Q.S al-Ahzab ayat 21:

)

باﺰ܊ْﻻا

:

(

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (al-Ahzab:21) 6

Metode yang digunakan dalam pembelajaran nilai moral islami adalah Bermain, Cerita, dan Menyanyi (BCM) dengan nuansa islami. Bermain, misalnya: permainan puzzle huruf hijaiyah dengan tujuan agar anak akan sangat mudah membaca dengan mengenali bentuk huruf.7 Cerita, misalnya menceritakan tauladan para rosul dan nabi. Menyanyi, misalnya menyanyikan lagu – lagu islami/shalawat.

Pembelajaran nilai moral islami yang dapat diajarkan kepada anak di Raudlatul Atfal/ Taman Kanak-kanak Islam Terpadu seperti berbakti kepada

6

Departemen Agama, Al-’Aliyy Al-Qur’an danTerjemahnya (Bandung: CV. Diponegoro, 1996), hal. 336

7

(28)

kedua orang tua dan guru, mengucap salam ketika pergi dan pulang ke rumah, tidak berkata kotor, tolong menolong, setia pada teman, jujur dan dapat dipercaya, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan program belajar di RA/ TKIT dengan pembentukan perilaku/ nilai moral islami melalui pendekatan pembiasaan dan keteladanan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kondisi lokasi yang memang dibentuk secara islami, proses belajar mengajar diadakan secara variatif dan islami. Berangkat dari kondisi inilah penulis tergerak untuk mengadakan penelitian di RA/TKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang dengan pertimbangan agar penulis dapat menggali dan mengetahui pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui metode BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) yang dilaksanakan di berbagai Taman Kanak-kanak dalam menggapai prospek sekolah yang mencetak generasi yang Islami, dengan tujuan agar anak menjadi insan yang shaleh, berilmu, bertaqwa, menghormati kedua orangtua, guru, serta orang lain. Untuk itu penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi) di RA/ TKIT Al-Madaniyah

Landungsari Malang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

(29)

2. Faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RA/TKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RA/TKIT Al- Madaniyah Landungsari Malang.

2. Untuk mendeskripsikan beberapa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RA/TKIT Al- Madaniyah Landungsari Malang.

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian di atas, maka kegunaan dari penelitian ini adalah:

1) Secara Teoritis

Penelitian ini dapat menambah khazanah di bidang Psikologi Perkembangan, Psikologi Islam, dan Psikologi Pendidikan khususnya berkaitan dengan pembelajaran nilai moral Islam melalui BCM.

(30)

Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran terhadap pengelolaan RA dalam melaksanakan pembelajaran nilai moral Islami melalui BCM.

(2) Bagi Guru

Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan memperjelas tentang pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui BCM.

(3) Bagi Orang Tua

Penelitian ini berguna untuk membukakan hati orangtua bahwa pembelajaran nilai moral islami usia pra sekolah sangatlah penting, karena pembiasaan nilai moral nantinya akan terbawa pada kehidupannya dikala ia telah dewasa.

(4) Peneliti

Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan peneliti dan sebagai pendorong untuk mengembangkan ilmu yang diperolehnya. (5) Penelitian Lain

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan dokumentasi dan acuan dalam mengembangkan penelitian di masa yang akan datang.

E. Ruang Lingkup dan Fokus Penelitian

(31)

pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui metode BCM serta mengetahui faktor penghambat dan pendukung terlaksananya pembelajaran nilai-nilai moral islami di RA/TKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang.

F. Batasan Istilah

Judul skripsi ini ”Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM di RA/TKIT Al-Madaniyah Landungsari Malang”. Beberapa istilah yang perlu penjelasan adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran

Upaya membelajarkan siswa melalui kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi pembelajaran yang ada.

2. Nilai Moral Islami

Suatu keseluruhan tatanan yang terdiri dari dua atau lebih dari komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi/ bekerja dalam suatu kesatuan/ keterpaduan yang berorientasi kepada nilai dan moral islam. Nilai moral islami dijadikan rujukan cara berperilaku lahiriah dan rohaniah manusia muslim yang berlandaskan al-Qur’an dan Hadits.

4. BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi)

(32)

Cerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak usia Taman Kanak-kanak dengan membawakan cerita secara lisan maupun tulisan.

Menyanyi merupakan kemampuan apresiasi anak untuk berkembang, sehingga dapat mengekspresikan segala pikiran dan isi hatinya.

BCM merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak usia pra sekolah dengan diberikan kebebasan belajar apa saja melalui pengalaman hidupnya, sehingga pengalaman yang didapat berdampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun psikis.

3. Raudlatul Atfal/TKIT

Pendidikan anak usia pra sekolah pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan keagamaan Islam yang berbasis nilai-nilai al-Qur’an dan Hadits bagi anak usia 4-6 tahun.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan maupun dalam menelaah hasil penelitian, penulis menyusun sistematika agar dapat diketahui secara garis besar isi, pola pemikiran serta urutan dari penulisan ini, yang terdiri dari:

Bab I : Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta sisitematika pembahasan. Bab II : Kajian Pustaka, berisi tentang Pengertian Pembelajaran Nilai-nilai

(33)

Islami. Manfaat Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami. Pelaksanaan Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami. Strategi Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami.

Bab III: Metode Penelitian yang mencakup pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV: Hasil Penelitian yang memuat uraian tentang deskripsi data yang diperoleh dan pengujian hipotesis dengan menggunakan metode dan prosedur yang telah diuraikan dalam Bab III.

Bab V: Merupakan Pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian yang telah dikemukakan pada Bab IV yang mempunyai arti penting bagi keseluruhan kegiatan penelitian.

(34)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami

1. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata dasar ”ajar”, artinya petunjuk yang diberikan kepada seorang untuk diketahui. Dari kata ”ajar” ini lahirlah kata kerja ”belajar” yang berarti berlatih atau berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Selanjutnya kata ”pembelajaran” berasal dari kata ”belajar” yang mendapat awalan pem- dan akhiran –an, yang merupakan konfiks nominal (bertalian dengan refiks verbal meng-) yang mempuyai arti proses.8

Beberapa definisi tentang pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli:

a. Menurut Merril, pembelajaran merupakan suatu kegiatan dimana seseorang dengan sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar dapat bertingkah laku atau bereaksi sesuai kondisi tertentu, sedangkan menurut Degeng, pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa.

b. Pembelajaran merupakan peristiwa yang diciptakan dan dirancang untuk mendorong, menggiatkan dan mendukung belajar.9 Pembelajaran merupakan penciptaan sistem lingkungan yang

8

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hal. 664.

9

I Wayan Sutama, Op.Cit, hal 9

(35)

memungkinkan terjadinya belajar/menyediakan seperangkat kondisi lingkungan yang dapat merangsang anak untuk melakukan aktifitas belajar. Kondisi lingkungan yang dimaksud dapat berupa sejumlah tugas yang mesti dilakukan anak, persoalan-persoalan yang membutuhkan pemecahan dan seperangkat keterampilan yang perlu dikuasai oleh anak. 10

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya yang membelajarkan siswa melalui kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi pembelajaran yang ada. Jadi, kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran

2. Nilai Moral Islami

Istilah nilai adalah suatu yang abstrak yang tidak bisa dilihat, diraba maupun dirasakan dan tak terbatas ruang lingkupnya. Nilai sangat erat dengan pengertian-pengertian dan aktifitas manusia yang kompleks, sehinngga sulit ditentukan batasannya. Karena keabstrakannya itu, maka timbul beberapa macam pengertian, diantaranya sebagai berikut :

10

(36)

a. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun perilaku.11

b. Nilai adalah seperangkat sikap yang dijadikan dasar pertimbangan, standar atau prinsip sebagai ukuran bagi kelakuan.12

c. Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-fungsi dan bagian-bagiannya.13

Jadi yang dimaksud dengan nilai merupakan standart umum yang diyakini, diserap dari keadaan obyektif maupun diangkat dari keyakinan atau identitas yang diberikan atau diwahyukan oleh Allah, yang pada gilirannya merupakan perasaan umum, kejadian umum, identitas umum yang oleh karenanya menjadi syari’at umum.

Moral berasal dari kata latin ”mores”, yang berarti tata cara, kebisaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep-konsep moral-peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok. 14

Akhlak secara bahasa berasal dari kata ”khalaqa” yang kata asalnya ”khuluqun” yang berarti: perangai, tabi’at, adat atau khalqun yang

11 Zakiyah Darajdat. Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hal. 260. 12

Nasution, Kurikulum dan Pengajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 1999) 13

M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal 41 14

(37)

berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat.15

Istilah akhlak juga mengandung pengertian etika dan moral. Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Sedangkan moral ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. Dalam kajian filsafat, istilah etika dibedakan dengan moral karena etika lebih bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis; etika memandang perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral secara lokal dan menyatakan ukuran.

Perbedaan ”akhlak” dengan ”etika dan moral” terutama menyangkut sumbernya. Jadi, akhlak bersumber dari Allah, Sunnah, dan Ijtihad manusia. Sedangkan etika dan moral hanya bersuber dari manusia. Oleh karena itu, penggunaan istilah ”etika dan moral” yang mengandung pengertian ”akhlak” perlu ditambahkan dengan kata ”Islam”, yakni etika Islam atau moral Islam.16

Beberapa definisi moral dan akhlak adalah sebagai berikut:

a. Moral adalah seperangkat nilai-nilai standart atau prinsip yang diterima baik dalam konteks kultural tertentu.17

15Zakiah Darajadjat, Op.Cit, hal. 253. 16

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 307.

17

(38)

b. Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa dari sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu).

c. Akhlak adalah ”adatul iradah”atau ”kehendak yang dibiasakan”, artinya kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedangkan kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah untuk dilakukan.18

Berdasarkan uraian tersebut, maka nilai moral adalah suatu keseluruhan tatanan yang terdiri dari dua atau lebih dari komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi atau bekerja dalam satu kesatuan atau keterpaduan yang bulat yang berorientasi kepada nilai dan moral Islami19. Nilai moral Islam dijadikan rujukan cara berperilaku lahiriah dan rohaniah manusia muslim yang berlandaskan al-Qur’an dan Hadits. Hal ini pembelajaran nilai-nilai moral islami adalah upaya untuk menanamkan nilai-nilai moral islami kepada anak didik melalui pendekatan pembiasaan dan keteladanan dengan tujuan agar anak bisa menerapkan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pendekatan Dalam Pembentukan Nilai-nilai Moral Islami

a. Pendekatan Pembiasaan

18

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal.222

19

(39)

Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Kebiasaan merupakan cara bertindak yang persistent uniform, dan hampir otomatis (tidak disadari oleh pelakunya).20

Dalam pembelajaran nilai moral Islam dapat dilakukan dengan pendekatan pembiasaan dalam membina sikap anak. Pembiasaan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya akan menjadi mudah bagi anak untuk melakukan apa yang dibiasakannya. Begitu juga pembelajaran nilai moral islam yang dilakukan pendidik di Taman kanak-kanak/ RA selalu disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini dikarenakan pada masa pra sekolah merupakan masa peka dalam hal meniru, yang mana meniru merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan kebiasaan. Misalnya: seorang anak melihat suatu kejadian di depan matanya, maka ia akan meniru dan mengulangi perbuatan tersebut hingga menjadi kebiasaan baginya.21 Untuk itu, peran orang tua dan guru sangatlah penting bagi pembentukan pembiasaan nilai moral islami, juga faktor penentu dalam pembentukan akhlak anak sesuai dengan ajaran agama islam. Anak sejak dini dibiasakan dengan perilaku yang baik, maka ketika dewasa akan terbiasa dengan perilaku itu.

Allah berfirman dalam Q.S. An-Nur ayat 27:

20

Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Logos, 1999), hal.184 21

(40)

)

رﻮݏ݆ا

:

٧

(

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”(Q.S. an-Nur: 27)22 Dengan perilaku hidup berdasarkan nilai moral islam menuju pada pembentukan akhlak yang mulia bagi anak usia pra sekolah dengan dengan membiasakan sifat seperti: membiasakan kejujuran, membiasakan keadilan, membiasakan minta izin, membiasakan berbicara dengan baik, membiasakan makan dan minum dengan baik, membiasakan bergaul yang baik, memberikan kasih sayang, memberikan penghargaan.23

Pembiasaan dalam pendidikan anak sangat penting, terutama dalam pembentukan pribadi, akhlak, dan agama pada umumya. Karena pembiasaan-pembiasaan itu akan memasukkan unsur-unsur positif dalam pribadi anak yang sedang bertumbuh. Semakin banyak pengalaman agama yang didapatnya melalui pembiasaan itu, maka akan semakin banyaklah unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudahlah memahami ajaran agama yang akan diberikan oleh pendidik.

22

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal 279. 23

(41)

Uraian di atas dapat dipahami bahwa pembiasaan merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk membentuk sifat-sifat terpuji, serta dapat mempertinggi kesadaran terhadap norma-norma hidup bersama, yang mencakup pola hidup sehari-hari. Hal tersebut dapat menciptakan kesejahteraan hidup bersama. Kemudian, pembiasaan yang disertai dengan usaha membangkitkan kesadaran atau secara terus menerus meningkatkan tingkah laku yang dibiasakan. Oleh karena itu metode pembiasaan digunakan untuk melatih peserta didik agar melakukan sesuatu secara otomatis dan mereka dapat melaksanakan segala kebaikan dengan mudah.

b. Pendekatan Keteladanan

Keteladanan dalam pembelajaran nilai moral islam merupakan metode yang paling efektif dan efesien dalam membentuk kepribadian anak. Posisi pendidik sebagai teladan yang baik bagi anak-anaknya akan ditirunya dalam berbagai ucapan dan perilaku. Keteladanan menjadi faktor menetukan baik buruknya sifat anak. Oleh karena itu, pendidik sebagai suri tauladan yang harus memperlihatkan contoh yang baik kepada anak didik, maka anak didik akan melakukan perilaku baik dan begitu pula sebaliknya.24 Keteladanan yang paling terdapat di dalam diri dan pribadi Rasulullah, sedangkan yang baik terdapat pada nabi. Allah berfirman Q.S al-Mumtahanah ayat 6:

24

(42)

)

ﻤ݆ا

ﺔݏ܋ﺘﻤ

:

٦

(

”Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (al-Mumtahanah:6)25

Kegiatan keteladanan sangat penting bagi pembiasaan perilaku anak, seperti: membaca do’a sebelum makan, menggunakan tangan kanan dalam beraktifitas, membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan, bertutur kata yang sopan. Diharapkan kegiatan ini harus ada contoh langsung dari orang tua dan guru, perilaku yang senantiasa terus menerus dilatih agar menjadi pola perilaku yang terintergrasi dalam kehidupan sehari-hari.26

Guru atau pendidik sebagai salah satu unsur lingkungan pendidikan terpenting sebuah sekolah, karena ketika berada di kelas akan membawa seluruh sifat kepribadiannya, agamanya, perilaku dan pemikiran, sikap dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Begitu juga penampilan dan cara bicara yang baik, bergaul dan memperlakukan anak didik, bahkan emosi dan keadaan kejiwaan yang sedang dialaminya, ideologi dan faham yang dianutnya akan

25

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, hal 26

(43)

terbawa tanpa sengaja ketika berhadapan dengan anak didiknya.27 Semuanya terserap oleh anak didik tanpa disadari oleh guru dan orang tuanya, sehingga anak didik menjadi kagum dan sayang terhadap mereka. Sejalan dengan hal tersebut, maka keberhasilan guru sebagai lingkungan pendidikan yang dikagumi dan disayangi oleh semua anak didiknya sangat menentukan keberhasilan sekolah dalam membentuk perilaku anak sesuai dengan konsep ajaran al-Qur’an dan Hadits.

Guru dapat menjalankan fungsinya sebagai penegak agama Allah seperti yang telah diteladankan oleh Rasul dan sahabat dalam rangka membentuk perilaku yang islami, maka guru harus memiliki sifat: (1) rabbani, yaitu berilmu yang banyak dan bertaqwa kepada Allah SWT; (2) ikhlas dan tawadhu’, yaitu menjalankan aktivitas mengajar dengan untuk meraih ridha Allah SWT dan mewujudkan ketulusan yang betul-betul dari jiwanya; (3) sabar menghadapi kemampuan anak didik yang sangat beragam; (4) kejujuran dengan menerapkan apa yang diajarkan sesuai dengan yang dilakukannya; (5) adil kepada semua anak didiknya.28

Menurut Muhammad Azmi dalam bukunya pembinaan akhlak usia pra sekolah, mengemukakan metode pembinaan akhlak terhadap anak usia pra sekolah adalah sebagai berikut:

27 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: Ruhama, 1995), hal 77

28

(44)

a. Selalu mengikut sertakan anak dalam acara-acara keagamaan dan hiburan-hiburan yang bersifat konstruktif

b.Membiasakan anak mengucapkan perkataan yang baik dan membiasakan pula berlaku jujur dan bertanggung jawab

c. Memperlihatkan sikap senang kepadanya bila perbuatannya baik dan memperlihatkan sikap tidak setuju bila perbuatannya salah d.Tidak boleh bertengkar di depan mata anak, karena cara seperti ini

akan dicontoh oleh anak secara imitatif

e. Tidak boleh memerintahkan anak berbuat sesuatu yang tidak disanggupinya

f. Tidak boleh membohongi anak29

4. Manfaat Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami

Pembelajaran nilai-nilai moral Islami merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menginternalisasi nilai-nilai moral Islami kepada anak didik dengan tujuan agar anak didik memahami dan terbiasa menerapkan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama Islam yang berlandaskan nilai al-Qur’an dan Hadits. Manfaat pembelajaran nilai-nilai moral Islami yang paling utama terdapat pada diri anak didik, karena pelaksanaan pembelajaran tersebut dapat membentuk sifat-sifat terpuji anak didik dan dapat mempertinggi kesadaran terhadap norma-norma hidup bersama dengan mencakup pola hidup sehari-hari.30Disimpulkan bahwa usaha yang dilakukan untuk membentuk kepribadian yang diwarnai

29

Muhammad Azmi, Op.Cit, hal 125-126 30

(45)

oleh petunjuk al-Qur'an dan Hadits dapat terwujud perilaku anak didik yang mampu berbuat ma'ruf, adil, dan jujur serta menjauhi perilaku munkar, tercela, dan perilaku buruk lainnya adalah melalui tiga lingkugan pendidikan: keluarga, sekolah, dan masyarakat.

B. Metode-metode Pembelajaran di TK/RA

a. Metode Bermain

Bermain adalah merupakan suatu bentuk kegiatan dengan atau tanpa alat yang menghasilkan pemahaman pada anak, memberikan kesenangan, dan mengembangkan imajinasi anak.

Menurut Moeslichatoen R, telah mengemukakan bahwa bermain merupakan bermacam bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang bersifat nonserius, lentur, dan bahasa mainan yang terkandung dalam kegiatan dan secara imajinatif ditransformasi sepadan dengan dunia orang dewasa.31

Bermain dalam tatanan sekolah dapat digambarkan sebagai suatu rentang rangkaian kesatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan, dan berakhir pada bermain diarahkan. Dalam bermain bebas anak dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan bermain dimana anak mendapat kesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan mereka dapat memilih bagaimana menggunakan alat tersebut. Bermain dengan bimbingan guru memilih alat permainan dan diharapkan anak-anak dapat memilih guna menemukan suatu konsep tertentu. Sedangkan bermain

31

(46)

yang diarahkan, guru mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan suatu tugas khusus.32

Manfaat bermain untuk mengembangkan potensi anak baik fisik, motorik, sosialisasi, emosi, kognisi (intelektual), ketajaman penginderaan, dan keterampilan lainnya. Dengan demikian otot-otot tubuh anak menjadi kuat, dan energinya tersalurkan. Manfaat bermain dapat tercapai secara maksimal jika memperhatikan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan ketersediaan waktu bermain, penyesuaian jenis alat permainan, kerjasama dalam bermain, fasilitas tempat bermain, dan peraturan dalam permainan. Hal ini harus dikaitkan dengan karakteristik perkembangan anak.

Bermain juga berfungsi sebagai latihan bagi anak untuk belajar mengkoordinasikan gerakan mata dan tangan, melepaskan ketegangan, melatih daya ingat, meningkatkan kreatifitas dan mengenal kekuatan maupun keterbatasan diri.

Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa bermain sebagai saran pembelajaran bagi anak yang melibatkan semua aspek perkembangan, juga merupakan kesempatan bagi anak untuk belajar mematuhi peraturan dan mengembangkan konsep diri positif.

b. Metode Cerita

Cerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak-anak secara lisan.33

32

Soemarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah (Jakarta: Rieneka Cipta, 2003), hal 102-103

33

(47)

Cerita menempati posisi pertama untuk merubah etika anak-anak karena sebuah cerita mampu menarik anak-anak untuk menyukai dan memperhatikannya. Mereka akan merekam semua doktrin, imajinasi, dan peristiwa yang ada didalam cerita. Apabila dengan dasar pemikiran seperti ini, maka cerita merupakan bagian terpenting yang disukai oleh anak-anak bahkan orang dewasa.34

Metode ini banyak terdapat didalam al-Qur’an, yang tujuan pokoknya adalah menunjukkan fakta-fakta kebenaran. Dalam setiap al-Qur’an banyak terdapat cerita tentang kaum terdahulu, baik dalam makna sejarah yang positif ataupun yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa cerita amat besar artinya bagi manusia untuk dijadikan ingatan dan peringatan serta bahan pelajaran yang diambil hikmahnya bagi generasi berikutnya.35 Firman Allah SWT :

)

ناﺮﻤﻋﻵا

:

٦

(

Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan selain Allah. Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S. Ali Imran: 62)36

Berdasarkan ayat tersebut diatas, jelaslah bahwa cerita adalah suatu faktor pendidikan pada masa lampau sampai masa sekarang. Jadi, metode cerita mengandung makna reinforcement (penguatan) kepada

34

Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Anak Lewat Cerita (Jakarta: Mustaqim, 2003), hal 11 35 Hamdani Ihsan dan Fuad Hasan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 184-185

36

(48)

seseorang untuk dapat mengambil hikmah dari sebuah cerita dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Guru TK harus yang terampil bertutur dan kreatif dalam bercerita dapat menggetarkan perasaan anak. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan di lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah. 37

Dari kegiatan cerita, maka ada beberapa teknik dalam bercerita: 1. Membaca langsung dari buku cerita

2. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku 3. Menceritakan dongeng

4. Bercerita dengan menggunakan papan flanel 5. Bercerita dengan menggunakan boneka 6. Dramatisasi suatu cerita.38 c. Metode Menyanyi

Bernyanyi atau mendengarkan suara musik adalah merupakan bagian dari kebutuhan alami individu. Melalui nyanyian dan musik, kemampuan apresiasi anak akan berkembang dan melalui nyanyian anak dapat mengekspresikan segala pikiran dan isi hatinya. Menyanyi merupakan bagian dari ungkapan emosi.

Bernyanyi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti:

37

Moeslichatoen, Op.Cit, hal 16 38

(49)

1. Bernyanyi pasif, artinya anak hanya mendengarkan suara nyanyian atau musik dan menikmatnya tanpa terlibat secara langsung kegiatan bernyanyi.

2. Bernyanyi aktif, artinya melakukan secara langsung kegiatan bernyanyi baik dilakukan sendiri, mengikuti atau bersama-sama. Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa menyanyi adalah mengeluarkan suara dan berlagu baik dengan perkataan atau tidak, atau melalui mendengarkan suara nyanyian ataupun langsung melagukan.

Manfaat menyanyi dalam kegiatan pengajaran anak mempunyai beberapa manfaat terutama bagi pencapaian tujuan pendidikan. Adapun manfaat dari menyanyi bagi anak, antara lain:

a. Memberikan suasana tenang, sehingga suasana yang negatif dapat berkembang atau beralih menjadi positif melalui nyanyian ataupun alunan musik.

b. Mengasah emosi. Melalui nyanyian, seorang anak akan terbawa emosinya, bahkan bisa larut terbawa isi lagu.

c. Membantu menguatkan daya ingat. Melalui nyanyian yang menarik, anak akan lebih mudah untuk mengingat atau menghafal sesuatu. d. Mengasah kemampuan apresiasi, imajinasi dan kreasi.

e. Sebagian alat dan media pembelajaran.39 d. Metode Tanya Jawab

39

Aminullah Yasin, Efektivtas BCM Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak di TPQ,

(50)

Suatu cara memberikan pengalaman belajar melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak.40

e. Metode Penemuan

Suatu cara pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasi (melakukan percobaan) terhadap objek-objek pembelajaran untuk menemukan suatu konsep, prinsip dan generalisasi.41

C. Strategi pembelajaran di TK/ RA

a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi adalah serangkaian dari keseluruhan tindakan strategis guru dalam merealisasikan perwujudan kegiatan belajar aktual yang efektif dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi, strategi pembelajaran TK/RA adalah serangkaian keseluruhan tindakan strategis guru dalam merealisasikan perwujudan kegiatan belajar aktual di TK/RA, yang efektif, efesien, dan menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.42

b. Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran

1. Strategi mikro, terdiri dari: memilih dan mengoprasikan tujuan, memilih dan menetapkan setting pembelajaran, pengelolaan bahan ajar, pengalokasian waktu, penentuan bentuk aktifitas pembelajaran, pemilihan perencanaan metode dan teknik serta prosedur pembelajaran, penerapan prinsip-psinsip pembelajaran, penerapan

40

Ibid, hal. 16 41

Ibid, hal. 19-20. 42

(51)

pendekatan dan pola aktifitas pembelajaran, pengembangan iklim pembelajaran, pemilihan-pengembangan-pelaksanaan pembelajaran 2. Strategi makro, terdiri dari: memotivasi dan menarik perhatian anak,

meningkatkan partisipasi anak, meningkatkan kemandirian anak, meningkatkan disiplin dan ketertiban anak, membina hubungan interpersonal anggota kelas.43

c. Klasifikasi Strategi Pembelajaran Berdasarkan Polanya:

1. Pola dasar bentuk kegiatan pembelajaran, terdiri: pola presentasi, pola studi mandiri, pola interaksi

2. Pola pengaturan guru dalam pembelajaran, terdiri: pembelajaran oleh seorang guru, pembelajaran melalui team guru.

3. Pola pengaturan anak, terdiri dari: pembelajaran secara klasikal, pembelajaran kelompok, pembelajaran individual.

4. Pola hubungan guru –anak, melalui: pola tatap muka, pola pembelajaran dengan media.

5. Pola struktur pembelajaran, yaitu: pembelajaran dengan struktur terbuka dan tertutup.

6. Peran guru dalam mengelola pesan, terdiri dari: ekspositoris dan heuristik.

7. Pola pengoraganisasian materi, terdiri: pengorganisasian materi secara deduktif, pengorganisasian materi induktif, pengorganisasian deduktif-induktif.

43

(52)

d. Faktor-faktor penentu strategi pembelajaran yang dilakukan guru harus berdasarkan karakeristik: (1) Karakteristik tujuan, (2) Karakteristik anak, (3) Karakteristik guru, (3) Karakteristik bahan pembelajaran, (4) Karakteristik bahan pembelajaran, (5) Faktor ekonomi dan administrasi, (6) Ketersediaan sumber dan alat/ media pembelajaran.44

D. Pelaksanaan Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami Melalui BCM

Bermain, cerita, dan menyanyi merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak usia pra sekolah, mereka bebas belajar apa saja melalui pengalaman hidupnya, sehingga pengalaman yang didapat berdampak positif bagi perkembangannya, baik fisik maupun psikis. Oleh karena itu, BCM telah membawa kegembiraan anak dengan mempelajari sesuatu yang lebih efektif dan menganggap semua permasalahan yang ditemukan merupakan tantangan yang menarik untuk diatasi, sehingga dengan cara yang menyenangkan dan menggembirakan anak dapat mengembangkan kreatifitas, mengembangkan daya imajinasi, berfikir secara logis, serta dapat menyelesaikan masalah. Metode yang digunakan dalam pembelajaran nilai-nilai moral islami adalah bermain, cerita, dan menyanyi dengan nuansa Islami. Adapun bentuk kegiatan BCM, antara lain:

a) Bermain Dalam Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami

Melalui mainan, anak dapat belajar mengenali diri dan lingkungannya, mengembangkan imajinasi, serta dapat belajar untuk berfikir kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa hakekat pembelajaran anak

44

(53)

usia dini adalah belajar sambil bermain yang ditekankan pada pengembangan potensi di bidang fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap perilaku, serta agama) bahasa dan komunikasi menjadi kompetensi/kemampuan yang secara aktual dimiliki anak.45 Penerapan metode bermain banyak digunakan dalam pembentukan perkembangan pribadi anak dengan cara yang menyenangkan, karena bermain merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak. Jadi, sangatlah tepat jika metode bermain dapat menanamkan nilai-nilai moral islami dengan tujuan agar anak mudah untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun bentuk permainannya, seperti: (1) permainan puzzle huruf hijaiyah dengan tujuan agar anak akan sangat mudah membaca dengan mengenali bentuk huruf;46 (2) bermain peran, misalnya anak melakonkan suatu peran siswa yang rajin.

Nilai-nilai moral islami yang diberikan kepada siswa melalui bermain dengan puzzle diharapkan agar anak didik melatih kesabaran dalam menata, mencocokkan, dan melengkapi kepingan-kepingan puzzle, sedangkan bermain peran dalam pemberian nilai-nilai moral islami diharapkan anak didik bisa memahami dan mengaplikasikan peran yang dimainkan oleh temannya agar terbentuk perilaku anak yang rajin dan tidak menjadi pemalas.

45

KBK RA, Op.Cit, hal.2 46

(54)

b) Cerita Dalam Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami

Penggunaan metode cerita bagi anak TK merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Guru harus terampil bertutur kata dan kreatif dalam bercerita dengan tujuan agar anak terbiasa untuk jujur, berani, setia, ramah, tulus, dan sikap positif lain dalam kehidupan keluarga, sekolah dan luar sekolah.47 Islam mengeksploitasi cerita untuk dijadikan salah satu teknik pendidikan al-Qur’an dengan mempergunakan cerita tentang nabi/ rasul terdahulu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode cerita menempati posisi pertama untuk merubah etika anak-anak, karena sebuah cerita mampu menarik anak-anak untuk menyukai dan memperhatikannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa melalui metode cerita, guru dapat menanamkan nilai-nilai moral islam.

Adapun bentuk-bentuk cerita, sebagai berikut: (1) anak bercerita tentang kejadian disekitarnya, misalnya: tema ”temanku menangis karena jatuh dari ayunan”. Nilai-nilai moral islami yang diberikan adalah anak berempati dengan teman yang jatuh dari ayunan, mempunyai rasa tolong-menolong, serta menyayangi teman; (2) guru bercerita tentang tauladan nabi dan rosul, kemudian anak menjawab pertanyaan yang diceritakan guru, misalnya: siapa ayah nabi Muhammad?. Nilai-nilai moral Islami yang diberikan dengan tujuan agar anak didik bisa menerapkan perilaku nabi dan rasul, seperti: sabar, jujur, tidak sombong, dan lain-lain

c) Menyanyi Dalam Pembelajaran Nilai-nilai Moral Islami.

47

(55)

Penerapan metode menyanyi merupakan kegiatan untuk mengembangkan apresiasi anak, karena melaui nyanyian anak dapat mengekspresikan segala pikiran dan isi hati. Adapun bentuk nyanyiannya sebagai berikut: (1) anak dapat mengucapkan suku kata dalam nyanyian; (2) anak dapat menyanyikan lagu-lagu Islami, seperti aku anak shaleh, Allah turunkan hujan, dan sebagainya; (3) anak menirukan dan mengucapkan do’a dan kalimat thoyyibah, misalnya: menirukan suara adzan, berdo’a sebelum dan sesudah aktifitas, anak mengucapkan kalimat toyyibah setelah mendengar- melakukan-melihat sesuatu .

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian tentang pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM di RA/TKIT ini, menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bodgan dan Taylor dalam Moleong, mendefinisikan: “Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”48. Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualiatatif bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.49 Adapun tujuan penelitian kualitatif adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci, dan tuntas.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini, sangat sesuai dengan realita empirik dan teori yang berlaku dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif pada umumnya tidak menggunakan hipotesis (non hipotesis), sehingga dalam penelitian ini tidak perlu merumuskan

48

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), Cet. XVII, hal.3

49

Ibid, hal 6

(57)

hipotesis.50Jadi, hasil data yang akan diinformasikan dalam penelitian ini berupa pernyataan secara deskriptif, tidak menguji suatu hipotesis.

B. Kehadiran Peneliti

Penelitian kualitatif instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri.51Kehadiran peneliti sangat menentukan dalam keseluruhan skenario penelitian termasuk dalam pengumpulan data. Kehadiran serta keikutsertaan peneliti tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian. Sebab dalam penelitian ini seorang peneliti bertindak sebagai pengamat penuh atas segala gejala yang diteliti.

Peneliti atau manusia memiliki ciri-ciri umum sebagai instrumen yaitu: responsif terhadap lingkungan dan terhadap pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan, menyesuaikan diri terhadap segala keadaan dan situasi pengumpulan data, mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan. Dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti dapat menggunakan beberapa metode dan memproses data secepatnya dengan memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan mengikhtisarkan.52

C. Lokasi Penelitian dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat/obyek penelitian dilakukan untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan, berkaitan dengan

50

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Kualitatif; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rieneka Cipta, 1993), hal 208

51

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Edisi Revisi Cet. XXI, hal 168

52

(58)

permasalahan penelitian. Dalam hal ini, pengambilan lokasi penelitian di Raudlatul Atfal /Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Al-Madaniyah Landungsari Malang. RA/TKIT tersebut merupakan lembaga pendidikan pra sekolah yang berbasis islami, proses belajar mengajarnya dibentuk secara terpadu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

Situs penelitian adalah tempat atau peristiwa yang di dalamnya peneliti dapat mengamati keadaan sebenarnya dari obyek penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut yang menjadi situs penelitian adalah pada pengaplikasian nilai-nilai moral Islam pada kehidupan sehari-hari siswa-siswi.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek data diperoleh. Untuk memperoleh hasil yang baik tentunya harus ditunjang oleh data yang akurat sesuai dengan apa yang dikehendaki, data tersebut harus digali dari sumber-sumber yang berkaitan atau terlibat dalam masalah yang diteliti.

(59)

Meliputi: (1) Yayasan, yaitu untuk memperoleh keterangan tentang tujuan awal lembaga didirikan serta penjaringan input lembaga baik peserta didik maupun tenaga kependidikan; (2) Kepala Sekolah, yaitu untuk memperoleh keterangan mengenai usaha-usahanya dalam melaksanakan pembelajaran nilai-nilai moral Islam; (3) Guru-guru, yaitu untuk memperoleh keterangan sebagai pelaksana langsung dalam pembelajaran nilai-nilai moral Islam; (4) Orang tua siswa, yaitu untuk memperoleh keterangan sejauh mana partisipasinya dalam mengembangkan nilai-nilai moral Islam siswa baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga.

Adapun penjaringan data diambil dengan cara mengambil sampel dari sumber yang dapat memberikan informasi yang relevan saja. Dalam hal ini peneliti memilih sampel dengan cara getok tular atau biasa disebut snowball sampling atau juga disebut getok tular.53 Dikatakan getok tular karena seorang peneliti menentukan seseorang untuk menjadi anggota sampel atas dasar rekomendasi atau anjuran orang yang telah lebih dahulu menjadi sampel.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah metode yang sangat penting dalam penelitian ilmiah. Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Data-data yang dikumpulkan ini meliputi tempat, pelaku dan kegiatan yakni aktivitas yang dilakukan orang dalam waktu tertentu.

53

(60)

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tenik sebagai berikut :

1. Teknik Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki dalam arti yang luas.54

Pelaksanaan observasi dilakukan dengan 3 cara: (1) Pengamatan langsung, yaitu pengamatan yang dilakukan tanpa perantara suatu alat terhadap gejala subyek yang diteliti; (2) Pengamatan tidak langsung, yaitu pengamatan terhadap suatu subyek yang diteliti melalui perantara suatu alat/ cara, baik dilakukan dalam situasi sebenarnya/ tiruan;55(3) Partisipasi, yaitu pengamatan yang dilakukan dengan cara ikut serta dalam kegiatan-kegiatan atau peristiwa-peristiwa56

Berdasarkan ketiga cara tersebut, maka dalam penelitian ini menggunakan pengamatan langsung dan pengamatan tidak langsung. Observasi ini digunakan untuk memperoleh data riil tentang lokasi, sarana dan prasarana, kurikulum RA, pembelajaran nilai-nilai moral islami melalui BCM, dan sebagainya. Sumber data dan informan adalah guru, siswa, orang tua.

2. Teknik Interview

Intrview/ wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

54 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1973), Jilid II, Cet I. hal. 226

55

Winarno Surachmad, Dasar dan Tehnik Research (Bandung: Tarsito, 1972), hal.155 56

(61)

pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (pedoman wawancara).57

Teknik interview mempunyai beberapa keuntungan, yaitu: untuk memperoleh data pribadi dengan yang teknik terbatas pada tingkat pendidikan tertentu asalkan responden mampu melakukan komunikasi dengan baik, sebagai pelengkap data yang lain.

Pelaksanaan interview dapat dibedakan menjadi 3 jenis: (1) Interview terbebas (ingudied interview), yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi harus mengingat data apa yang akan dikumpulkan; (2) Interview terpimpin (guided interview), yaitu: interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederet pertanyaan lengkap dan terinci seperti yang dimaksud dalam interview terstruktur; (3) Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interiew terpimpin.58

Berdasarkan interview tersebut, maka penelitian ini menggunakan interview bebas terpimpin untuk mendapatkan data tentang latar belakang berdirinya RA/T

Gambar

Gambar tentang analisis data, diadopsi dari buku “Analisis Data Kualitatif”
TABEL 1
Tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyajian tema pada
TABEL 3
+3

Referensi

Dokumen terkait

4.4.2 Grafik Hubungan Antara Daya dan Torsi Untuk Kincir Angin Sudu Lapis Seng Data dari Tabel 4.5 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya dapat digunakan untuk membuat

Oleh karena itu, dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ragi dan lama fermentasi terbaik pada pembuatan kopi bubuk Robusta asal Tulungrejo

atau tidak sebuah kegiatan yang turut andil adalah bawahan karena mereka yang lebih mengetahui program pelaksanaan kegiatan pada umumnya. Bawahan yang dimaksud

Secara khususnya, kajian ini meninjau tahap kepimpinan ketua bidang mengikut persepsi ketua panitia, tahap arnalan instruksional ketua panitia, samada terdapat

It is important to work with the customer and analyse the marketplace to produce a list of requirements necessary to produce a successful product.. The designer should constantly

Seperti halnya tradisi bakar tongkang yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa atau etnis Cina di bagansiapiapi yang merupakan suatu tradisi yang dilakukan

Hasil lebih lanjut menunjukkan bahwa konsumen perempuan lebih peduli dan memiliki kesadaran untuk pemakaian serta pembelian produk yang memiliki konsep ramah lingkungan

Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan LKS dengan pendekatan STEM dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis.. Grafik Peningkatan Kemampuan