• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Tertanggung Asuransi Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Astra Credit Company Cabang Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Tertanggung Asuransi Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Astra Credit Company Cabang Medan)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

1. Pembiayaan Konsumen

Pembiayaan konsumen merupakan salah satu model pembiayaan yang

dilakukan oleh para perusahaan finansial, disamping kegiatan seperti leasing,

factoring, kartu kredit dan sebagainya. Target pasar dari model pembiayaan

konsumen ini sudah jelas para konsumen. Suatu istilah yang dipakai sebagai

lawan dari kata produsen.11

Disamping itu, besarnya biaya yang diperlukan para konsumen relatif

kecil, mengingat barang yang dibidik untuk dibiayai secara pembiayaan

konsumen adalah barang-barang keperluan konsumen yang akan dipakai oleh

konsumen untuk keperluan hidupnya. Misalnya barang-barang keperluan rumah

tangga seperti televisi, lemari es, mobil, dan sebagainya. Karena itu, risiko dari

bisnis pembiayaan konsumen ini juga menyebar, berhubung akan terlibat banyak

konsumen dengan pemberian biaya yang relatif kecil. Ini lebih aman bagi pihak

pemberi biaya.

Namun demikian, tidak berarti bahwa bisnis pembiayaan konsumen ini

tidak punya risiko sama sekali. Sebagai perusahaan pemberian pinjaman secara

angsuran, risiko tetap ada. Macetnya pembayaran tunggakan oleh konsumen

merupakan hal yang sering terjadi. Karena itu, banyak ketentuan dan

11 Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan Konsumen (dalam teori dan praktek), PT.

(2)

kebijaksanaan perbankan sebenarnya layak diperhatikan, khususnya dalam hal

pemberian kredit, secara yuridis formal ketentuan perbankan tersebut tidak

berlaku bagi transaksi pembiayaan konsumen, berhubung pembiayaan dengan

sistem ini tidak dilakukan oleh bank, tetapi oleh lembaga finansial.

Bahwa bisnis pembiayaan konsumen akan menarik minat banyak

masyarakat tidak diragukan lagi. Sebab, biasanya para konsumen akan sulit

mendapatkan atau mempunyai akses untuk mendapat kredit bank. Tentunya

diharapkan bisnis pembiayaan konsumen ini akan terus berkembang, disamping

pranata hukum yang lain yang mempunyai sasaran bidik yang sama, seperti kredit

konsumsi oleh bank, kredit dari Perum Pergadaian, Koperasi, atau bahkan sewa

beli atau jual beli dengan cicilan yang marak dilakukan oleh para penjual barang

itu sendiri. Aturan hukum yang baik sangat diperlukan agar bisnis pembiayaan

konsumen ini dapat berkembang dengan baik dan tertib.

Pembiayaan konsumen dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah

consumer finance. Pembiayaan konsumen ini pada hakikatnya sama saja dengan

kredit konsumen (consumer credit). Bedanya hanya terletak pada lembaga yang

membiayainya. Pembiayaan konsumen biaya diberikan oleh perusahaan

pembiayaan (financing company). Sedangkan kredit konsumen (consumer credit)

biayanya diberikan oleh bank.12

Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009, Pembiayaan Konsumen

(Consumers Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang

berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Selain itu

(3)

pengertian lainnya, pembiayaan konsumen adalah suatu pinjaman yang diberikan

oleh suatu perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan

langsung dikonsumsikan oleh konsumen, dan bukan untuk tujuan produksi atau

distribusi. Perusahaan yang memberikan pembiayaan diatas, disebut perusahaan

pembiayaan konsumen (Customer Finance Company).13

Pranata Hukum “Pembiayaan Konsumen” dipakai sebagai terjemahan dari

istilah “Consumer Finance”. Pembiayaan konsumen ini tidak lain dari sejenis

kredit konsumsi (Consumer credit). Hanya saja, jika pembiayaan konsumen

dilakukan oleh perusahaan pembiayaan, sementara kredit konsumsi diberikan oleh

bank.

Namun demikian pengertian kredit konsumsi sebenarnya secara substansi

sama saja dengan pembiayaan konsumen, yaitu:

Kredit yang diberikan kepada konsumen-konsumen guna pembelian barang-barang konsumsi dan jasa-jasa seperti yang dibedakan dari pinjaman-pinjaman yang digunakan untuk tujuan-tujuan produktif atau dagang. Kredit yang demikian itu dapat mengandung risiko yang lebih besar daripada kredit dagang biasa: maka dari itu, biasanya kredit itu diberikan dengan tingkat bunga yang lebih tinggi.14.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang

Perusahaan Pembiayaan sebagaimana yang telah diubah menjadi Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.010/2012 tentang Uang Muka Pembiayaan

Konsumen untuk Kendaraan Bermotor pada Perusahaan Pembiayaan memberikan

pengertian kepada pembiayaan konsumen yaitu sebagai suatu kegiatan yang

dilakukan dalam bentuk penyediaan dana bagi konsumen untuk pembelian barang

yang pembayarannya dilakukan secara angsuran atau berkala oleh konsumen.

(4)

Dari defenisi-defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sebenarnya antara

kredit konsumsi dengan pembiayaan konsumen sama saja. Hanya pihak pemberi

kreditnya yang berbeda.

Dalam sistem pembiayaan konsumen ini, dapat saja suatu perusahaan

pembiayaan memberikan bantuan dana untuk pembelian barang-barang produk

dari perusahaan dalam kelompoknya. Jadi marketnya sudah tertentu. Perusahaan

pembiayaan seperti ini disebut Captive Finance Company. Misalnya seperti yang

dilakukan oleh General Motors Acceptance Corporation yang menyediakan

pembiayaan konsumen terhadap penjualan produk-produk General Motors.

Sebenarnya kredit itu sendiri dapat dibagi ke dalam dua macam, yaitu Sale

Credit dan Loan Credit. Yang dimaksud dengan Sale Credit adalah pemberian

kredit untuk pembelian sesuatu barang, dan nasabah akan menerima barang

tersebut. Sementara dengan Loan Credit, nasabah akan menerima cash dan

berkewajiban pula mengembalikan hutangnya secara cash juga dikemudian hari.

Dengan begitu, pembiayaan konsumen sebenarnya tergolong ke dalam Sale

Credit, karena memang konsumen tidak menerima cash, tetapi hanya menerima

barang yang dibeli dengan kredit tersebut. Lahirnya pemberian kredit dengan

sistem pembiayaan konsumen ini sebenarnya sebagai jawaban atas

kenyataan-kenyataan sebagai berikut:

1. Bank-bank kurang tertarik/tidak cukup banyak dalam menyediakan kredit

kepada konsumen, yang umumnya merupakan kredit-kredit berukuran kecil.

(5)

2. Sumber dana yang formal lainnya banyak keterbatasan atau sistemnya yang

kurang fleksibel atau tidak sesuai kebutuhan. Misalnya apa yang dilakukan

oleh Perum Pegadaian, yang di samping daya jangkauannya yang terbatas,

tetapi juga mengharuskan penyerahan sesuatu sebagai jaminan. Ini sangat

memberatkan bagi masyarakat.

3. Sistem pembayaran informasi seperti yang dilakukan oleh para lintah darat

atau tengkulak dirasakan sangat mencekam masyarakat dan sangat usury

oriented. Sehingga sistem seperti ini sangat dibenci dan dianggap sebagai riba,

dan banyak negara maupun agama melarangnya.

4. Sistem pembiayaan formal lewat koperasi, seperti Koperasi Unit Desa ternyata

juga tidak berkembang seperti yang diharapkan.

Mengingat akan faktor-faktor seperti tersebut diatas, maka dalam praktek

mulailah dicari suatu sistem pendanaan yang mempunyai terms and conditions

yang lebih businesslike dan tidak jauh berbeda dengan sistem perkreditan biasa,

tetapi menjangkau masyarakat luas selaku konsumen. Maka mulailah kemudian

dikembangkan sistem yang disebut pembiayaan konsumen.

2. Dasar Hukum Perjanjian Pembiayaan Konsumen

a. Dalam Kodifikasi Perdata

Ada 2 (dua) sumber hukum perdata untuk kegiatan perjanjian pembiayaan

konsumen, yaitu asas kebebasan berkontrak dan perundang-undangan di bidang

hukum perdata. Dalam asas kebebasan berkontrak hubungan hukum yang terjadi

dalam kegiatan pembiayaan konsumen selalu dibuat secara tertulis (kontrak)

(6)

Perjanjian pembiayaan konsumen ini dibuat berdasarkan atas asas kebebasan

berkontrak para pihak yang memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban

dari perusahaan pembiayaan konsumen sebagai pihak penyedia dana (fund

lender),dan konsumen sebagai pihak pengguna dana (fund user).

Perjanjian pembiayaan konsumen (consumer finance agreement)

merupakan dokumen hukum utama (main legal document) yang dibuat secara sah

dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320

KUHPerdata. Akibat hukum perjanjian yang dibuat secara sah, maka akan berlaku

sebagai undang-undang bagi pihak-pihak yaitu perusahaan pembiayaan konsumen

dan konsumen Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Konsekuensi yuridis selanjutnya,

perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan itikad baik (in good faith) dan tidak

dapat dibatalkan secara sepihak (unilateral unvoidable).Perjanjian pembiayaan

konsumen berfungsi sebagai dokumen bukti yang sah bagi perusahaan

pembiayaan konsumen dan konsumen.15

Perundang-undangan di bidang hukum perdata, perjanjian pembiayaan

konsumen merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang tunduk pada

ketentuan Buku III KUHPerdata. Di Indonesia, lembaga pembiayaan ini

merupakan salah satu lembaga formal yang masih relatif baru. Sumber hukum

utama pembiayaan konsumen adalah ketentuan mengenai perjanjian pinjam pakai

habis dan perjanjian jual beli bersyarat yang diatur dalam KUHPerdata. Kedua

sumber hukum utama tersebut dibahas dalam konteksnya dengan pembiayaan

konsumen.

15 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan

(7)

Perjanjian pembiyaan konsumen yang terjadi antara perusahaan

pembiayaan kosumen dan konsumen digolongkan dalam perjanjian pinjam pakai

habis yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUHPerdata. Pasal 1754 KUHPerdata

menyatakan bahwa pinjam pakai habis adalah perjanjian, dengan mana pemberi

pinjaman menyerahkan sejumlah barang pakai habis kepada pihak peminjam

dengan syarat bahwa peminjam akan mengembalikan barang tersebut kepada

pemberi pinjaman dalam jumlah dan keadaan yang sama.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perjanjian

pembiayaan konsumen tergolong perjanjian khusus yang objeknya adalah barang

habis pakai yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUHPerdata. Dengan demikian

ketentuan pasal-pasal tersebut berlaku terhadap perjanjian pembiayaan konsumen

dan sudah relevan, kecuali apabila dalam perjanjian diatur secara khusus

menyimpang.16

Sedangkan perjanjian jual beli bersyarat adalah perjanjian yang terjadi

antara konsumen sebagai pembeli, dan produsen sebagai penjual, dengan syarat

bahwa yang melakukan pembayaran secara tunai kepada penjual adalah

perusahaan pembiayaan konsumen. Perjanjian jual beli ini merupakan perjanjian

accessoir dari perjanjian pembiayaan konsumen sebagai perjanjian pokok.

Perjanjian ini digolongkan ke dalam perjanjian jual beli yang diatur dalam Pasal

1457-1518 KUHPerdata, tetapi pelaksanaan pembayaran digantungkan pada

syarat yang disepakati dalam perjanjian pokok, yaitu perjanjian pembiayaan

konsumen. Menurut Pasal 1513 KUHPerdata bahwa pembeli wajib membayar

(8)

harga pembelian pada waktu dan di tempat yang ditetapkan menurut perjanjian.

Syarat waktu dan tempat pembayaran ditetapkan dalam perjanjian pokok, yaitu

pembayaran secara tunai oleh perusahaan pembiayaan konsumen ketika penjual

menyerahkan nota pembelian yang ditandatangani oleh pembeli.17

b. Di luar KUHPerdata

Selain dari ketentuan dalam Buku III KUHPerdata yang relevan dengan

perjanjian pembiayaan konsumen, ada juga ketentuan-ketentuan dalam berbagai

undang-undang di luar KUHPerdata yang mengatur aspek perdata pembiayaan

konsumen. Undang-undang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan

Peraturan Pelaksanaannya. Berlakunya undang-undang ini apabila

perusahaan pembiayaan konsumen itu mempunyai bentuk hukum berupa

perseroan terbatas.

2) Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan

peraturan pelaksanaannya. Berlakunya undang-undang ini apabila

perusahaan pembiayaan konsumen sebagai produsen melakukan

pelanggaran atas kewajiban dan larangan undang-undang yang secara

perdata merugikan konsumen.18

3) Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan dan

peraturan pelaksanaannya. Berlakunya undang-undang ini apabila

perusahaan pembiayaan konsumen berurusan dengan pendaftaran

17Ibid

18Herman-notary.blogspot.com/2009/06/dasar-hukum-perjanjian-pembiayaankosumen.

(9)

perusahaan pada waktu pendirian, pendaftaran ulang dan pendaftaran

likuidasi perusahaan.

4) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 2009 tentang

Lembaga Pembiayaan. Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia ini

mengatur tentang jenis-jenis lembaga pembiayaan, kegiatan usaha dan

pengawasannya.19

5) Peraturan Menteri Keuangan No. 84 /PMK.012/2006 tentang Perusahaan

Pembiayaan. Dalam Keputusan Menteri Keuangan ini mengatur tentang

kegiatan perusahaan pembiayaan konsumen, izin usaha, modal,

kepemilikan dan kepengurusan, pembukaan kantor cabang, perubahan

nama perusahaan pembiayaan konsumen dan pengawasan ;

6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 Tentang

Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang

Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan

Pembebanan Jaminan Fidusia.

7) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.010/2012 tentang Uang

Muka Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor pada

Perusahaan Pembiayaan.

B. Bentuk dan Karakteristik Perjanjian Pembiayaan Konsumen

1. Bentuk Perjanjian Pembiayaan Konsumen

Bentuk perjanjian pembiayaan konsumen yaitu perjanjian baku berasal

(10)

merupakan perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk

formulir. Penyusunan perjanjian baku telah ditentukan secara sepihak oleh salah

satu pihak, terutama pihak ekonomi kuat, sedangkan pihak lainnya hanya diminta

untuk menerima atau menolak isinya. Apabila debitur menerima isinya perjanjian

tersebut, ia menandatangani perjanjian, tetapi apabila menolak, perjanjian itu

dianggap tidak ada karena debitur tidak menandatangani perjanjian tersebut.

Dari subyek yang akan melakukan perjanjian, dalam membuat asas

kebebasan berkontrak para pihak bebas untuk membuat atau tidak membuat

perjanjian, bebas menentukan ”apa” dan ”dengan siapa” perjanjian itu diadakan

dan bebas menentukan isi dari perjanjian. Bentuk perjanjian baku yang telah baku

dapat mengurangi implementasi kebebasan berkontrak, karena isi perjanjian telah

disusun oleh perusahaan. Apabila permintaan pembiayaan disetujui oleh

perusahaan maka pihak konsumen tidak mempunyai kesempatan yang cukup

untuk memahami isi perjanjian. Ini disebabkan setelah permohonan disetujui

pihak perusahaan langsung menyodorkan berkas perjanjian baku dan konsumen

tidak disediakan waktu untuk memahami isi perjanjian.

Munir Fuady mengartikan kontrak baku yaitu:

Suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam kontrak tersebut, bahkan seringkali sudah tercetak dalam bentuk formulir-formulir tertentu oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut ditandatangani umumnya para pihak hanya mengisikan data-data informatif tertentu saja dengan sedikit atau tanpa perubahan dalam klausul-klausulnya, dimana pihak lain dalam kontrak tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk menegoisasi atau mengubah klausul-klausul yang sudah dibuat oleh salah satu pihak, sehingga kontrak baku sangat berat sebelah20

(11)

Penggunaan perjanjian baku dalam kontrak-kontrak yang biasanya

dilakukan oleh pihak yang banyak melakukan perjanjian yang sama terhadap

pihak lain, didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, bahwa semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya. Kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338

ayat (1) KUHPerdata tersebut sangat ideal jika para pihak yang terlibat dalam

suatu kontrak posisi tawarnya seimbang antara satu dengan yang lain.

2. Karakteristik hukum perjanjian pembiayaan konsumen

Lembaga pembiayaan muncul karena adanya pemenuhan pembiayaan dan

dalam menjalankan kegiataannya dilaksanakan oleh perusahaan pembiayaan.

Menurut Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 angka (2), Perusahaan Pembiayaan

adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan Sewa Guna Usaha,

Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit. Dikenal

sebagai pembiayaan karena menawarkan model-model formulasi baru terhadap

pemberi dana, seperti dalam bentuk pembiayaan, factoring, dan sebagainya.

Mengenai bentuk hukum badan usaha yang diberi wewenang berusaha di

bidang lembaga pembiayaan yang meliputi Bank, Lembaga Keuangan Bukan

Bank dan Perusahaan Pembiayaan, ditentukan bahwa untuk Perusahaan

Pembiayaan tersebut berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi yang telah

disebutkan pada Pasal 6 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

2009 tentang Lembaga Pembiayaan. Definisi dari Perseroan Terbatas menurut

Bab I Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

(12)

perjanjian, yang melakukan kegiatan usaha dengan modal tertentu, yang

seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanannya.

Menurut Pasal 7 ayat 1 dan 2 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009

tentang Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Pembiayaan yang berbentuk Perseroan

Terbatas tersebut dapat dimiliki oleh :

1. Warga Negara Indonesia atau Badan Usaha Indonesia.

2. Badan Usaha Asing dan Warga Negara Indonesia sebagai Usaha Patungan.

3. Pemilikan saham oleh Badan Usaha Asing sebagaimana dimaksud pada ayat 1

huruf (b) ditentukan sebesar-besarnya adalah 85% dari modal disetor

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang

Lembaga Pembiayaan Pasal 2 sampai 4 menyebutkan jenis Lembaga Pembiayaan

meliputi :

a. Perusahaan Pembiayaan Adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk

melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen,

dan/atau usaha Kartu Kredit.

b. Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha

yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu

perusahaan yang meneriman bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk

jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui

pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian

(13)

c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur adalah badan usaha yang didirikan

khusus untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada

proyek infrastruktur.

d. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur adalah badan usaha yang didirikan

khusus untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada

proyek infrastruktur.21

Pasal 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009,

untuk kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan meliputi :

a. Sewa Guna Usaha (Leasing)

b. Anjak Piutang (Factoring)

c. Usaha Kartu Kredit (Credit Card)

d. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance)

C. Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen

Ada tiga pihak yang terlibat dalam suatu transaksi pembiayaan konsumen,

yaitu pihak perusahaan pembiayaan, pihak konsumen dan pihak supplier.

Hubungan satu sama lainnya dapat dilihat dalam skema berikutini:

Para Pihak dalam Pembiayaan Konsumen

Perusahaan konsumen

(14)

Sumber : Munir Fuady (2002)

1. Hubungan Pihak Kreditur dengan Konsumen

Hubungan antara pihak kreditur dengan konsumen adalah hubungan

kontraktual dalam hal ini kontrak pembiayaan konsumen. Dimana pihak pemberi

biaya sebagai kreditur dan pihak penerima biaya (konsumen) sebagai pihak

debitur. Pihak pemberi biaya berkewajiban utama untuk memberi sejumlah uang

untuk pembelian sesuatu barang konsumsi, sementara pihak penerima biaya

(konsumen) berkewajiban utama untuk membayar kembali uang tersebut secara

cicilan kepada pihak pemberi biaya. Jadi hubungan kontraktual antara pihak

penyedia dana dengan pihak konsumen adalah sejenis perjanjian kredit. Sehingga

ketentuan-ketentuan tentang perjanjian kredit (dalam KUHPerdata) berlaku,

sementara ketentuan perkreditan yang diatur dalam peraturan perbankan secara

yuridis formal tidak berlaku berhubung pihak pemberi biaya bukan pihak bank

sehingga tidak tunduk kepada peraturan perbankan.22

Dengan demikian, sebagai konsekuensi yuridis dari perjanjian kredit

tersebut, maka setelah seluruh kontrak ditandatangani, dan dana sudah dicairkan

serta barang sudah diserahkan oleh supplier kepada konsumen, maka barang yang

21 Sunaryo, Op.Cit, hal.4 22Ibid, hal 130

Perjanjian pembiayaan (konsumen)

Konsumen (debitur)

(15)

bersangkutan sudah langsung menjadi miliknya konsumen, walaupun kemudian

biasanya barang tersebut dijadikan jaminan hutang lewat perjanjian fidusia.23

Dalam hal ini berbeda dengan kontrak leasing, dimana secara yuridis

barang leasing tetap menjadi miliknya pihak kreditur (lessor) untuk

selama-lamanya atau sampai hak opsi dijalankan oleh pihak lessee.24

2. Hubungan Pihak Konsumen dengan Supplier

Antara pihak konsumen dengan pihak supplier terdapat suatu hubungan

jual beli, dalam hal ini jual beli bersyarat, dimana pihak supplier selaku penjual

menjual barang kepada pihak konsumen selaku pembeli, dengan syarat bahwa

harga akan dibayar oleh pihak ketiga yaitu pihak pemberi biaya. Syarat tersebut

mempunyai arti bahwa apabila karena alasan apa pun pihak pemberi biaya tidak

dapat menyediakan dananya, maka jual beli antara pihak supplier dengan pihak

konsumen sebagai pembeli akan batal. Karena adanya perjanjian jual beli, maka

seluruh ketentuan tentang jual beli yang relevan akan berlaku. Misalnya tentang

adanya kewajiban “menanggung” dari pihak penjual, kewajiban purna jual

(garansi) dan sebagainya.

3. Hubungan Penyedia Dana dengan Supplier

Dalam hal ini antara pihak penyedia dana (pemberi biaya) dengan pihak

supplier (penyedia barang) tidak mempunyai sesuatu hubungan hukum yang

khusus, kecuali pihak penyedia dana hanya pihak ketiga yang disyaratkan, yaitu

disyaratkan untuk menyediakan dana untuk digunakan dalam perjanjian jual beli

antara pihak supplier dengan pihak konsumen.

(16)

Karena itu, jika pihak penyedia dana wanprestasi dalam menyediakan

dananya, sementara kontrak jual beli maupun kontrak pembiayaan konsumen

telah selesai dilakukan, jual beli bersyarat antara pihak supplier dengan konsumen

akan batal, sementara pihak konsumen dapat gugat pihak pemberi dana karena

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pengolahan data secara manual dapat terjadi masalah yaitu tidak efisiennya waktu saat melakukan input data kuesioner dengan jumlah berkas yang banyak dan

pegawai dapat membalas alasan yang telah dikirimkan oleh penilai dengan cara menekan tombol pada bagian notifikasi maka sistem akan menampilkan form untuk

Karya-karya yang digunakan sebagai penentu indi- kator analisa penelitian ini masing-masing memiliki benang merah satu sama lain, serta menjadi bagian dari arus utama

Level Marketing terhadap proses keputusan pembelian.. digunakan dalam penelitian adalah metode Asosiatif dengan pendekatan. kuantitatif. Hasil dari penelitian tersebut yaitu

Hasil penelitian ini adalah bahwa budaya tumbuh melalui proses media dengan simbol yang memiliki makna tersendiri dan hingga tumbuhnya Hiperrealitas simbol atribut budaya

Kerusakan sumberdaya alam yang menyebabkan hilangnya tutupan lahan yang berupa hilangnya vegetasi dapat meningkatkan kadar karbon dioksida karena gas tersebut

Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah dapat merencanakan perencanaan sistem pondasi breasting dolphin dan platform di intake canal Muara Tawar, Bekasi

Skripsi Penentuan Kebutuhan Obat Dan Alat..... Alinea