• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas XII SMA Kristen Satya Wacana Kota Salatiga Semester 1 Tahun Pelajaran 20162017 dalam Mata Pelajaran PPKn dengan Menggunakan Metode Pembelajaran St

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas XII SMA Kristen Satya Wacana Kota Salatiga Semester 1 Tahun Pelajaran 20162017 dalam Mata Pelajaran PPKn dengan Menggunakan Metode Pembelajaran St"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab yang kedua ini dibahas secara mendalam mengenai kajian pustaka

yang berisi 4 (empat) bagian besar, yaitu (1) kajian teori, (2) hasil penelitian yang

relevan, (3) kerangka berpikir dan (4) hipotesis. Bagian ini merupakan dasar atau

landasan teoritis bagi pelaksanaan penelitian ini. Berikut ini pembahasan secara khusus

keempat bagian-bagian besar tersebut.

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Metode Pembelajaran Kooperatif

2.1.1.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan metode kelas praktis yang

dapat digunakan guru dalam setiap pertemuan untuk membantu siswa

belajar dalam kelompok-kelompok (Nur, 2005 : 1). Selanjutnya Riyanto

(2010 : 267) menyatakan pembelajaran kooperatif adalah metode

pembelajaran yang dirancang untuk melatih kecakapan akademis

(academic skills), keterampilan sosial (social skill) dan interpersonal

skill. Pernyataan sama mengenai pembelajaran kooperatif juga

dikemukakan oleh Suprijono (2009 : 54) yaitu jenis kerja kelompok

termasuk bentuk-bentuk kegiatan yang dibimbing dan diarahkan oleh

guru. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam

meyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan

ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses

▸ Baca selengkapnya: kompetensi dasar dalam pelajaran ppkn kelas xii ada ....

(2)

12

bersama dan harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan

tugas yang diberikan guru (Abidin, 2014 : 241-242). Berdasarkan

beberapa pengertian pembelajaran kooperatif menurut para ahli, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

metode yang berpusat pada siswa bertujuan untuk meningkatkan hasil

belajar akademik dan aktivitas sosial dengan cara menerapkan

komunikasi dalam keterlibatan siswa dalam kelompoknya.

2.1.1.2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Taniredja dkk (2012 : 59) menguraikan karakteristik metode

pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

a. Belajar bersama teman

b. Selama proses belajar terjadi proses tatap muka antar teman

c. Saling mendengarkan pendapat antara anggota kelompok

d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok

e. Belajar dalam kelompok kecil

Selanjutnya Riyanto (2010 : 266) mengemukakan karakteristik

pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

a. Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang dan

rendah

b. Siswa dalam kelompok sehidup semati

c. Siswa membagi tugas dan tanggung jawab sama

(3)

13

Sedangkan Johnson dan Johnson (dalam Abidin, 2014 : 243)

menyatakan ada lima unsur pembelajaran kooperatif yang harus

diterapkan sebagai berikut :

a. Saling ketergantungan positif

b. Tanggung jawab perseorangan

c. Tatap muka

d. Komunikasi antar anggota

e. Evaluasi proses kelompok

2.1.1.3. Metode Student Teams Achivement Divion (STAD)

Slavin (2005 : 143) mengatakan STAD merupakan salah satu

metode kooperatif sederhana dan metode paling baik untuk permulaan

guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Metode ini

dikembangkan oleh Slavin yang melibatkan kompetisi antar

kelompok, setiap anggota kelompok harus berusaha memperoleh nilai

maksimal dalam kuis untuk mencapai nilai tertinggi (Huda, 2012 :

116). Menurut Arends (2008 : 13) metode pembelajaran STAD adalah

metode pembelajaran yang membagi siswa ke dalam kelompok

heterogen yang saling membantu dengan menggunakan beragam cara

belajar dan kuis. Sedangkan Isjoni (2010 : 45) mengemukakan bahwa

STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

menekankan adanya aktifitas dan interaksi antar siswa untuk saling

memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi

(4)

14

pengertian di atas, maka disimpulkan metode STAD adalah metode

yang membagi siswa dalam kelompok untuk bekerja sama dan

melakukan tugas individu maupun kelompok, di dalam metode ini

dibutuhkan hubungan kerja yang baik dan ketrampilan siswa dalam

kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar maksimal.

2.1.1.4. Langkah-langkah Metode STAD

Dalam proses pembelajaran kooperatif STAD dibagi menjadi

beberapa tahap. Ada lima tahap dalam proses pembelajaran menurut

Slavin (2005 : 143) yaitu penyajian materi, kegiatan kelompok, tes

individu/kuis, perhitungan skor perkembangan individu dan pemberian

penghargaan kelompok.

Secara garis besar tahapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif

STAD adalah sebagai berikut (Slavin, 2005 : 249-251):

a. Tahap penyajian materi

Pada tahap ini guru memberikan penyajian materi melalui metode

ceramah, demonstrasi atau membahas buku teks. Guru memulai

pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran umum

dan khusus serta memotivasi siswa tentang konsep yang akan

dipelajarinya. Dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dengan

tujuan mengingatkan siswa terhadap materi yang telah

dipelajarinya, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan

(5)

15

b. Tahap kegiatan kelompok

Pada tahap ini guru membagikan LKS (lembar kerja siswa)

kepada tiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajarinya.

Dalam kerja kelompok ini, siswa saling berbagi tugas dan saling

membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota

kelompok dapat memahami materi yang akan dibahas dan setelah

selesai lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Selain

itu, dalam kegiatan kelompok jika ada seorang siswa belum

memahami materi pelajaran, teman sekelompoknya bertanggung

jawab untuk menjelaskannya sebelum bertanya kepada guru. Pada

tahap ini, guru bertindak sebagai fasilitator yang memonitor

kegiatan masing-masing kelompok.

c. Tahap tes individu/kuis

Untuk mengetahui bagaimana keberhasilan belajar yang telah

dicapai, maka diadakan tes individu mengenai materi yang telah

dibahas. Tes individu biasanya dilakukan setelah selesai

pembelajaran setiap kali pertemuan, agar siswa dapat

menunjukkan apa yang telah dipelajarinya secara individu selama

dalam kelompok. Skor perolehan individu ini dikumpulkan dan

diarsipkan serta digunakan pada perhitungan perolehan skor

(6)

16

d. Tahap perhitungan skor perkembangan individu

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal.

Berdasarkan skor ini setiap siswa mempunyai kesempatan yang

sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi

kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya.

e. Tahap perkembangan kelompok

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan

masing-masing perkembangan skor individu hasilnya dibagi

dengan jumlah seluruh anggota kelompok.

Dengan demikian secara umum penerapan metode STAD dalam

pembelajaran dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab, toleransi dan

kerja sama. Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam pembelajaran

semakin berkurang. Guru berperan sebagai fasilitator yang

mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar, berdiskusi,

berinteraksi dengan kelompoknya.

2.1.1.5. Tujuan STAD

Tujuan dari metode pembelajaran STAD adalah :

a. Untuk memotivasi siswa saling mendukung dan membantu satu

sama lain dalam menguasai materi (Slavin, 2005 : 143).

b. Untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap

minggu baik melalui penyajian verbal maupun tertulis (Sugiyanto,

(7)

17

c. Untuk mengajarkan penghargaan terhadap perbedaan individu

lebih besar, meningkatkan kerja sama, kepekaan sosial dan

toleransi (Ibrohim, 2000 : 89)

2.1.1.6. Kelebihan dan Kelemahan Metode STAD

Menurut Sulasmono (dalam Hermianto, 2012 : 59) mengatakan

keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut :

1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap dan

ketrampilan informasi, perilaku sosial

3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial

4. Menungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai sosial dan

komitmen

5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois

6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa

dewasa

7. Memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan

dipraktekan

8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia

9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari

berbagai perspektif

10.Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa

(8)

18

11.Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, tenis, kelas sosial,

agama dan orientasi tugas

Sedangkan kelemahan atau masalah yang muncul dalam penerapan

pembelajaran koopeartif STAD dikemukakan oleh Kagan (dalam

Hermianto, 2012 : 69) sebagai berikut :

1) Kelas menjadi ramai, biasanya yang dihasilkan dari interaksi siswa

yang produktif.

2) Gagal untuk menyatu, terjadi pada siswa yang terisolasi secara

sosial.

3) Perilaku yang salah, muncul karena adanya ketidaktahuan siswa

tentang apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran kooperatif.

4) Penggunaan waktu yang tidak efektif oleh siswa yang bergurau dan

bermain sendiri sedangkan siswa lain sibuk melakukan aktivitas

kelompok.

Kelemahan yang dikemukakan di atas dapat diatasi oleh guru

dengan pengelolaan kelas yang baik. Guru sebagai pengelola

pembelajaran (learning manajer), guru berperan menciptakan iklim

belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman dan

aktif (Sanjaya, 2011 : 283). Guru menjaga kelas agar tetap kondusif

dengan melakukan hal tersebut, maka kelemahan metode STAD akan

(9)

19

2.1.1.7. Metode Numbered Head Together (NHT)

Metode pembelajaran kepala bernomor ini dikembangkan oleh

Kagan. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling

tepat (Lie, 2010 : 57). Pembelajaran NHT menurut Isjoni (2010 : 90)

adalah suatu metode pembelajaran dimana siswa dalam kelompok

kecil terdiri dari 4-6 siswa yang bekerja secara kolaboratif dengan

struktur kelompok yang heterogen. Tujuannya untuk meningkatkan

partisispasi siswa dan mempersiapkan siswa agar memiliki sifat

kepemimpinan. Selanjutnya Trianto (2010 : 70) mengatakan NHT

merupakan metode yang melibatkan siswa aktif dalam memahami isi

pelajaran. Dari beberapa pendapat, dapat ditarik kesimpulan metode

NHT merupakan suatu metode yang memberikan kesempatan siswa

untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban

yang paling tepat.

2.1.1.8. Langkah-langkah Metode Numbered Head Together (NHT)

Kagan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran metode NHT

dalam bukunya Cooperative Learning (2009 : 21) sebagai berikut :

Numbered Heads Together (Teammates work together to ensure all members understand; one is randomly selected to be held accountable.)

1. Teacher prepares questions, or teams prepare questions then teacher collects, and gives to another group

2. Students number off

3. Teacher poses a problem/asks a question and gives think time 4. Students think and privately write their answers (paper, answer

boards)

(10)

20

6. Students sit down when everyone knows the answer or has something to share and erase their boards.

7. Teacher calls a number. The student with that number from each team answer simultaneously, using various means such as choral response, answerboard share, response cards, finger response, write on whiteboard, etc. Important that boards from step 6 ar e erased so students can recall from memory for this step (getting called on)

Langkah-langkah tersebut jika diartikan dalam bahasa Indonesia

adalah sebagai berikut :

NHT (kelompok saling bekerja sama untuk memahami materi,

setiap anggota bertanggung jawab dengan satu materi yang dipilih

secara acak)

1. Guru menyiapkan permasalahan atau pertanyaan disiapkan oleh

kelompok dan kemudian diberikan kepada kelompok lain.

2. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok dan diberi

nomor.

3. Guru mengajukan sebuah permasalahan dan memberikan waktu

berpikir bagi siswa.

4. Siswa berpikir dan secara pribadi menulis jawabannya di kertas

yang sudah disediakan.

5. Siswa bekerja dalam kelompok untuk berpikir bersama, berdiskusi

dan saling memberitahu jawaban atas masalah.

6. Siswa duduk memperhatikan, ketika siswa lain memberitahu

jawaban atas masalah.

7. Guru memanggil nomor. Siswa dengan nomor yang sudah

(11)

21

individual dengan cara menjelaskan jawaban dan menuliskan pada

papan tulis.

2.1.1.9. Kelemahan dan Kelebihan Metode NHT

Berikut dijelaskan kelemahan metode NHT menurut Arends

(2008 : 16) yaitu :

1) Siswa yang pandai cenderung mendominasi sehingga

menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.

2) Proses diskusi tidak dapat berjalan lancer, jika ada siswa yang

sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki

pemahaman yang memadai.

3) Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang

berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.

4) Tidak cocok untuk siswa yang banyak karena membutuhkan waktu

lama

5) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Menurut Nafisah (2011 : 13-14) kelebihan NHT antara lain:

1) Adanya keterlibatan total semua siswa.

2) Meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi

kelompok.

3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide

dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

(12)

22

Dari uraian kelemahan metode NHT di atas, guru harus

membangkitkan minat siswa, memberikan komentar dan menciptakan

persaingan serta kerja sama agar kelemahan metode ini dapat diatasi

(Sanjaya, 2011 : 290-292). Pemanggilan secara acak nomor siswa

tersebut akan memastikan semua siswa terlibat dalam diskusi (Huda,

2012 : 130).

2.1.1.10. Perbandingan Karakteristik Metode STAD dan NHT

Tabel 2.1 Perbandingan Metode STAD dan NHT

Pembeda STAD NHT

faktual (Arends, 2008 : 18)

Tujuan sosial

Kerja kelompok (Arends, 2008 : 18)

Kerja kelompok (Arends, 2008 : 18)

Struktur tim

Tim-tim belajar

heterogen anggota 4-5 siswa (Arends, 2008 : 18)

Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari (Suprijono, 2009 : 92)

setiap siswa mendapat

nomor (Riyanto, 2010 : 273) Ciri khas Adanya pemberian pada

siswa penghargaan

apabila mencapai

kriteria tertentu (Slavin, 2005 : 146)

Guru hanya menunjuk

seorang siswa yang

mewakili kelompok, tanpa memberi tahu siapa yang akan mewakili kelompok (Nur, 2005 : 78)

Penilaian Kuis (Suprijono, 2009 : 133)

Melaporkan hasil kerja sama (Riyanto, 2010 : 273)

Dari perbandingan karakteristik metode STAD dan NHT dapat

(13)

23

2.1.2. Hasil Belajar PPKn

2.1.2.1. Pengertian Belajar

Menurut Anderson (dalam Winarno, 2013 : 72) belajar adalah

suatu proses perubahan yang relatif tetap terjadi dalam tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Baharudin dan Wahyuni

(2008 : 11) belajar merupakan proses yang dilakukan oleh manusia

untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan dan sikap

dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Selanjutnya Sanjaya

(2011 : 228) mengatakan belajar adalah proses aktivitas mental

seseorang dalam interaksi dengan lingkungannya sehingga

menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif. Suatu

proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat

dari pengalaman (Wilis, 2006 : 2). Dari beberapa pengertian mengenai

belajar, dapat disimpulkan belajar merupakan proses perubahan

tingkah laku melalui kegiatan atau prosedur latihan yang berkaitan

dengan aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang terjadi karena

adanya pola interaksi individu dengan lingkungan bertujuan

membentuk perilaku yang permanen dan tetap.

2.1.2.2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian, sikap, apresiasi dan ketrampilan (Suprijono, 2009 : 5).

Sanjaya (2010 : 257) mendefinisikan hasil belajar yaitu sesuatu yang

(14)

24

terjadi perubahan perilaku yang bersangkutan baik perilaku dalam

bidang kognitif, afektif dan psikomotorik atau di dalam kurikulum

2013 kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap dan kompetensi

keterampilan. Berdasarkan pengertian di atas, hasil belajar adalah

kemampuan yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dalam proses

pembelajaran yang akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut.

a. Aspek Pengetahuan (kognitif)

Supratiknya (2012 : 8) menguraikan enam aspek tersebut

sebagai berikut.

Tabel 2.2 Taksonomi Bloom Kognitif Hasil Revisi Lorin Anderson

Mengingat (remembering)

Mengingat kembali data atau informasi

Memahami (understanding)

Menjelaskan gagasan atau konsep, memahami makna terjemahan, perluasan atau penjabaran dan penafsiran masalah Mengaplikasikan

(applying)

Menggunakan informasi dalam situasi lain dalam kehidupan sehari-hari

Menganalisis (analyzing)

Mengurai informasi ke dalam bagian-bagian untuk menemukan pemahaman dan hubungan, memilah materi ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur

organisasinya dapat dipahami,

membedakan antara fakta dan pendapat Mengevaluasi

(evaluating)

Memberikan pembenaran terhadap

sebuah keputusan, membuat penilaian tentang sesuatu

Mencipta (creating) Menyalurkan gagasan menjadi produk

Dalam kurikulum 2013 ada dua sasaran penilaian hasil

belajar oleh guru yaitu sasaran penilaian hasil belajar oleh guru

(15)

25

oleh guru pada dimensi pengetahuan yang akan diuraikan dalam

tabel berikut.

Tabel 2.3 Penilaian Pengetahuan Kemampuan Berpikir

Kemampuan berpikir Deskripsi

Mengingat :

Mengemukakan kembali apa yang sudah dipelajari dari guru, buku dan sumber lain tanpa melakukan perubahan

Pengetahuan hafalan : ketepatan, kecepatan, kebenaran pengetahuan yang diingat dan digunakan ketika menjawab pertanyaan tentang fakta, definisi konsep,

Memahami :

Sudah ada proses pengolahan dari bentuk aslinya tetapi arti kata, istilah, tulisan tidak berubah

Kemampuan mengolah pengetahuan yang dipelajari menjadi sesuatu yang baru seperti menggantikan suatu kata atau sistilah dengan kata

pengetahuan seperti menerapkan kronologi dalam menentukan waktu suatu benda/ peristiwa

Menganalisis :

Menggunakan ketrampilan yang dipelajarinya terhadap suatu

informasi yang belum

diketahuinya dalam

mengelompokkan informasi

Kemampuan menemukan

keterkaitan antara fakta dan kesimpulan

Mengevaluasi :

Menentukan nilai suatu benda atau informasi berdasarkan suatu kriteria

Kemampuan menilai apakah

informasi yang diberikan berguna

Mencipta :

Membuat sesuatu yang baru dari apa yang sudah ada

sehingga hasil tersebut

merupakan satu kesatuan utuh dan berbeda dari komponen

yang digunakan untuk

membentuknya

Kemampuan membuat cerita atau tulisan dari berbagai sumber yang dibacanya

(16)

26

Tabel 2.4 Penilaian Dimensi Pengetahuan Dimensi

pengetahuan

Deskripsi

Faktual Pegetahuan tentang istilah, nama orang,

nama benda, angka, tahun yang terkait secara khusus dengan suatu mata pelajaran

Konseptual Pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, keterkaitan antara satu kategori dengan lainnya

Prosedural Pengetahuan tentang prosedur dan proses

khusus dari suatu mata pelajaran seperti teknik, metode dan criteria

Metakognitif Pengetahuan

(Permendikbud RI Nomor 104 Tahun 2014)

Penilaian hasil belajar kognitif dilakukan guru untuk mengukur

tingkat pencapaian atau penguasaan siswa dalam aspek

pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Dalam kurikulum 2013

kompetensi pengetahuan atau kognitif menjadi kompetensi inti

dengan kode kompetensi inti 3 (KI 3) (Kunandar, 2014 : 165).

Dalam penelitian ini penilaian hasil belajar kognitif dilakukan

dengan bentuk tes tertulis pilihan ganda (pretes dan postes). Soal

pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan dari soal

menjodohkan, benar salah, uraian, essai. Soal pilihan ganda dapat

digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih komplek dan

berkaitan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis,

sisntesis dan evaluasi. Menurut Sukardi (2008 : 125) tes pilihan

ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur

(17)

27

b. Aspek Sikap (spiritual dan sosial)

Kompetensi sikap tidak diajarkan dalam proses pembelajaran

artinya kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial tidak dijabarkan

dalam materi atau konsep yang harus disampaikan kepada siswa.

Namun, harus diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas

melalui pembiasaan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh siswa

dalam keseharian (Kunandar, 2014 : 104-105). Sikap yang dituntut

dalam kurikulum 2013 adalah memiliki perilaku yang

mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu,

percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

(Permendikbud No 54 Tahun 2013). Sasaran penilaian hasil belajar

sikap spiritual dan sikap sosial adalah sebagai berikut.

Tabel 2.5 Penilaian Sikap

Tingkatan sikap Deskripsi

Menerima nilai Kesediaan menerima suatu nilai dan memberikan perhatian terhadap nilai tersebut

Menanggapi nilai Kesediaan menjawab suatu nilai dan ada rasa puas dalam membicarakan nilai tersebut

Menghargai nilai Menganggap nilai tersebut baik, menyukai nilai tersebut, dan komitmen terhadap nilai tersebut

Menghayati nilai Memasukkan nilai tersebut sebagai bagian dari sistem nilai dirinya

Mengamalkan nilai

Mengembangkan nilai tersebut sebagai ciri

dirinya dalam berpikir, berkata,

(18)

28

Dalam penelitian ini sikap yang akan diteliti adalah sikap

tanggung jawab, gotong royong dan toleransi. Ketiga sikap

tersebut akan terlihat pada saat melakukan langkah-langkah

metode STAD dan NHT. Dalam langkah-langkah metode STAD

dan NHT menuntut siswa untuk menerapkan sikap tanggung

jawab, gotong royong dan toleransi. Ketiga sikap tersebut akan

diteliti dengan menggunakan teknik penilaian diri. Penilaian diri

merupakan teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk

mengemukakan kelebihan dan kekurangan dalam dirinya.

Penggunaaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap

perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan

penilaian ini antara lain dapat menumbuhkan rasa percaya diri

siswa karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya

sendiri (Kunandar, 2014 : 134). Aktivitas belajar afektif membantu

siswa untuk menguji perasaan kejujuran dan nilai sikapnya

(Kurniasih, 2014 : 7)

c. Ketrampilan

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif

dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang

dipelajari di sekolah secara mandiri (Permendikbud No 54 Tahun

2013). Sasaran penilaian hasil belajar oleh guru pada aspek ini

(19)

29

Tabel 2.6 Penilaian Ketrampilan

Ketrampilan abstrak Ketrampilan konkret

Mengamati Persepsi (perception)

Menanya Kesiapan (set)

Mengumpulkan informasi Meniru (guided response)

Mengasosiasi Membiasakan gerakan (mechanism)

Mengkomunikasikan Menjadi gerakan alami (adaptation)

Menjadi tindakan orisinal

(origination)

(Permendikbud RI Nomor 104 Tahun 2014)

Dalam penelitian ini jenis hasil belajar siswa yang akan diukur

adalah aspek kognitif menurut Bloom yaitu mencakup 4 tingkatan yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis atau di dalam

kurikulum 2013 dinamakan aspek penilaian pengetahuan kemampuan

berpikir dan aspek afektif atau sikap saling menghargai, kerja sama dan

tanggung jawab.

2.1.2.3. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar

Metode pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar.

Terdapat banyak metode pembelajaran yang diantaranya ceramah,

diskusi, metode tanya jawab, metode studi kasus, pembelajaran

interaktif, pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah,

pembelajaran kooperatif, pembelajaran inovatif dan lain sebagainya.

Sedangkan hasil belajar meliputi hasil belajar kognitif, hasil belajar

afektif dan hasil belajar psikomotorik. Beberapa metode pembelajaran

terbukti efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keefektifan

metode pembelajaran satu dengan yang lain mempunyai perbedaan. Hal

(20)

30

Tabel 2.7

Metode Pembelajaran Yang Terbukti Efektif Membantu Siswa Mencapai Hasil Belajar

(Terjemahan dari buku Nilson, Linda B, 2010) KETERANGAN:

X = metode ini dapat membantu pencapaian hasil belajar siswa JIKA DILAKSANAKAN SECARA TEPAT,

+ = tergantung pada tugas-tugas di sela-sela Ceramah, pertanyaan-pertanyaan diskusi dan tugas kelompok yang diberikan;

(21)

31

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa beberapa metode

pembelajaran dapat membantu pencapaian hasil belajar siswa jika

dilaksanakan secara tepat. Hasil belajar yang dicapai juga bervariasi

dari setiap metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang lebih

banyak kegiatan kerja sama tim atau kelompok dan tidak berpusat pada

guru dapat mencapai hasil belajar tingkat tinggi bahkan dapat mencapai

pergantian model mental. Ini sebagai bukti metode pembelajaran

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Metode pembelajaran yang ada adalah metode pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif juga mempunyai pengaruh terhadap

hasil belajar. Slavin (2010 : 17) mengemukakan dua alasan, Pertama,

beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa

sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,

menumbuhkan sikap menerima kekurangan dari orang lain, serta dapat

meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat

merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan

masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari

dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk

pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang

(22)

32

Pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang

saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar

yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi

permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang

tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan

tidak peduli pada yang lain (Sanjaya, 2010 : 242). Menurut Trianto

(2010 : 76) metode pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan

dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.

Berikut beberapa penelitian mengenai metode pembelajaran

berpengaruh terhadap hasil belajar.

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Sujarwo (2012 : 8)

menyimpulkan ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap

hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang belajar dengan metode

pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada siswa yang belajar

dengan metode pembelajaran berbasis masalah. Hasil belajar yang

dinilai adalah dalam aspek kognitif dan afektif.

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh I Gede Hersika Krisnawan

(2013) berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatife Tipe

STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn” menyimpulkan bahwa

terdapat pengaruh antara metode pembelajaran terhadap hasil belajar

yang ditunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas X

(23)

33

Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Widyasari (2013)

berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Pada

Siswa Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 3 Singaraja Tahun Ajaran

2012/2013” menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran NHT

(Numbered Head Together) dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas

XI IPA 3 SMA Negeri 3 Singaraja dapat meningkatkan hasil Belajar

PKn.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian mengenai pengaruh metode

pembelajaran terhadap hasil belajar, maka dapat disimpulkan terdapat

pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil belajar khususnya metode

pembelajaran kooperatif. Jadi, metode pembelajaran kooperatif STAD

dan NHT berpengaruh terhadap hasil belajar siswa khususnya dalam

mata pelajaran PPKn di SMA.

2.1.2.4. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

a. Pengertian PPKn

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu muatan

kurikulum pendidikan dasar dan menengah. PPKn diharapkan

menjadi wahana edukatif dalam mengembangkan siswa menjadi

manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang

dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, semangat

Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen NKRI. Mata pelajaran

(24)

34

mata pelajaran penyempurnaan dari mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) yang semula dikenal dalam Kurikulum

2006 (Kemendikbud, 2015 : 1).

b. Ruang lingkup PPKn dalam Kurikulum 2013

Di dalam kurikulum 2013, untuk mencapai optimalisasi

pelaksanaan pembelajaran pemerintah melalui Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku teks pelajaran PPKn

Kelas XII. Berdasarkan jumlah KD (kompetensi dasar) terutama

yang terkait dengan penjabaran KI-3 (berkenaan dengan

pengetahuan), ruang lingkup PPKn Kelas XII terdiri dari 7 bab

yaitu sebagai berikut (Kemendikbud, 2015 : 5-6).

Bab 1 : Kasus-kasus Pelanggaran HAM dalam Perspektif Pancasila

Bab 2 : Pengelolaan Keuangan Negara dan Kekuasaan Kehakiman

Bab 3 : Dinamika Pengelolaan Kekuasaan Daerah di Pusat dan

Daerah dalam Mewujudkan Tujuan Negara Indonesia

Bab 4 : Kasus-kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban

Warga Negara

Bab 5 : Peran Indonesia dalam Hubungan Internasional

Bab 6 : Strategi Indonesia dalam Menyelesaikan Ancaman terhadap

Negara

Bab 7 : Dinamika Penyelenggaraan Negara dalam konteks NKRI

dan Negara Federal

Penguasaan kompetensi dasar dicapai melalui proses

pembelajaran dan pengembangan pengalaman belajar atas dasar

indikator yang telah dirumuskan dari setiap KD. Pengembangan

(25)

35

Tabel 2.8 Kompetensi dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator

Menghayati jiwa toleransi antarumat beragama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

1. Menunjukkan perilaku menghormati

kebebasan memeluk agama dan

kepercayaannya masing-masing.

2. Menunjukkan perilaku menghormati kekebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing

Menganalisis berbagai kasus pelanggaran HAM secara argumentatif dan

saling keterhubungan

antara aspek ideal,

instrumental dan praksis sila-sila Pancasila

1. Menganalisis HAM dalam nilai dasar Pancasila

2. Menganalisis HAM dalam nilai

instrumental Pancasila

3. Menganalisis HAM dalam nilai praksis Pancasila

4. Menjelaskan pengertian pelanggaran HAM

5. Menguraikan jenis-jenis pelanggaran HAM menurut UU

6. Mengidentifikasi penyebab pelanggaran HAM

7. Menganalisis penyimpagan nilai-nilai

Pancasila dalam berbagai kasus

pelanggaran HAM di Indonesia

8. Menganalisis penyimpagan nilai-nilai

Pancasila dalam berbagai kasus

pelanggaran HAM di dunia Internasional 9. Menganalisis sanksi atas pelanggaran

HAM di Indonesia

10.Menganalisis sanksi atas pelanggaran HAM di Internasional

11.Menguraikan upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM di Indonesia

12.Menguraikan upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM di Internasional

Menyaji pembahasan

kasus pelanggaran HAM secara argumentatif dan

saling keterhubungan

antara aspek ideal,

instrumental dan praksis sila-sila Pancasila

1. Menyusun hasil pembahasan kasus pelanggaran HAM secara argumentatif dan saling keterhubungan antara aspek ideal, instrumental dan praksis sila-sila Pancasila

2. Menyaji hasil pembahasan kasus

pelanggaran HAM secara argumentatif dan saling keterhubungan antara aspek ideal, instrumental dan praksis sila-sila Pancasila

(26)

36

Dalam kurikulum 2013, KI dan KD pada materi yang dipelajari

siswa lebih berorientasi pada pengembangan keseimbangan antara

sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan

(psikomotorik). Kurikulum ini memperhatikan semua aspek yang

ada pada siswa sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi

yang dimiliki oleh siswa sesuai dengan bakat dan minatnya

(Kemendikbud, 2015 : 6). Terkhusus dalam penelitian ini, aspek

pengetahuan dan sikap yang akan menjadi objek.

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini sudah pernah

diteliti antara lain sebagai berikut.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Megawati Irmadani (2013)

yang berjudul “Perbedaan hasil belajar Ekonomi siswa yang belajar dengan

metode pembelajaran tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

dengan tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa Kelas X SMA Negeri

7 Padang”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pengaruh yang

signifikan metode STAD dan NHT terhadap hasil belajar siswa.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Roma Tri Pamungkas (2015)

yang berjudul “Pengaruh penggunaan metode pembelajaran tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) dengan tipe Numbered Head Together (NHT)

terhadap hasil belajar Sosiologi siswa Kelas XI IPS Semester Ganjil di SMA

(27)

37

menunjukkan adanya perbedaan penggunaan metode STAD dan NHT terhadap

hasil belajar siswa.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Bhian Rangga J. R (2013)

berjudul “Efektivitas metode pembelajaran NHT dan STAD terhadap hasil

belajar Geografi peserta didik Kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta tahun

pelajaran 2013 / 2014”. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil

belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran NHT dan STAD

terhadap hasil belajar siswa.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Desi Imanuni (2013) berjudul

“Perbedaan hasil belajar Geografi siswa menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dan Student Team Achievement

Division (STAD) KELAS XI IPS SMAN 4 METRO tahun pelajaran

2012-2013”. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan rerata hasil belajar

Geografi setelah diberikan perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Number Heads Together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement Division (STAD) pada siswa kelas XI IPS SMAN 4

METRO.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Yusuf Beni Prastawa (2014)

berjudul “Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Division dan Numbered Heads Together dalam meningkatkan

kemampuan kerja sama dan hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP NEGERI 14

(28)

38

peningkatan yang signifikan antara metode STAD dan NHT dalam hal hasil

belajar IPS siswa kelas VII SMP Negeri 14 Yogyakarta.

Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Ardian (2014) berjudul “Hasil

belajar siswa yang diperoleh melalui model pembelajaran Cooperative

Learning Tipe NHT dengan STAD pada materi pesawat sederhana di kelas V

SD NEGERI 62 BANDA ACEH”. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang menggunakan model

pembelajaran NHT.

Berdasarkan 6 hasil penelitian sebelumnya, dapat dilihat ada perbedaan

dan persamaan. Perbedaannya adalah tempat penelitian, kelas, sekolah dan

mata pelajaran. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti mengenai

hasil belajar aspek pengetahuan dengan menggunakan metode STAD dan NHT.

Hasil penelitian pertama sampai dengan keempat terdapat perbedaan hasil

belajar siswa yang diajar dengan metode STAD dan NHT, tetapi penelitian

kelima dan keenam tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar

dengan metode STAD dan NHT. Penelitian ini akan menguji perbedaan yang

signifikan hasil belajar aspek pengetahuan dan aspek sikap siswa dalam mata

pelajaran PPKn yang diajar dengan metode STAD dan NHT pada siswa Kelas

(29)

39 2.3. Kerangka Berpikir

Permasalahan dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses

pembelajaran perlu segera ditangani. Kurikulum 2013 menuntut guru lebih

inovatif di dalam memilih metode pembelajaran yang menyenangkan bagi

siswa. Mata pelajaran PPKn adalah salah satu mata pelajaran yang

menitikberatkan kepada sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Untuk itu, dalam

mendukung proses pembelajaran PPKn dapat diterapkan metode STAD dan

NHT. Metode STAD merupakan suatu metode yang memberikan kesempatan

pada siswa untuk berdiskusi tentang materi pembelajaran yang lebih matang

dan penyampaian hasil diskusi kelompok dilakukan oleh semua anggota

kelompok bertujuan agar semua anggota kelompok memahami isi dari materi

pelajaran tersebut. Sedangkan metode NHT menekankan kerjasama siswa pada

saat mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru sehingga

dimungkinkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran PPKn dan

penyampaian hasil diskusi oleh siswa dengan nomor yang ditunjuk guru.

Berikut digambarkan alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Proses Pembelajaran

Kelas eksperimen dengan menggunakan

metode STAD

Kelas kontrol dengan menggunakan metode

NHT Terdapat kuis yang

dapat mengaktifkan siswa dan penghargaan

Penunjukkan nomor oleh guru dapat membuat siswa

terlibat dalam diskusi Hasil belajar siswa

(30)

40

Dalam penelitian ini, hasil belajar kelas eksperimen akan dibandingkan

dengan hasil belajar kelas kontrol. Kedua kelas tersebut akan diberikan

perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran dalam proses

pembelajarannya. Kelas eksperimen dengan STAD, sedangkan kelas kontrol

dengan NHT. Selanjutnya, akan diuji beda hasil belajarnya.

2.4. Hipotesis

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

2.4.1. Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar aspek pengetahuan siswa kelas

XII SMA Kristen Satya Wacana Kota Salatiga semester 1 tahun pelajaran

2016/2017 dalam mata pelajaran PPKn dengan menggunakan metode

pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan Numbered

Head Together (NHT).

2.4.2. Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar aspek sikap siswa kelas XII

SMA Kristen Satya Wacana Kota Salatiga semester 1 tahun pelajaran

2016/2017 dalam mata pelajaran PPKn dengan menggunakan metode

pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan Numbered

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan Metode STAD dan NHT STAD Pengetahuan akademis
Tabel 2.2 Taksonomi Bloom Kognitif Hasil Revisi Lorin Anderson
tabel berikut.
Tabel 2.4 Penilaian Dimensi Pengetahuan Deskripsi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam era otonomi daerah, aparatur negara dan aparatur pemerintah diharapkan dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan

Sehubungan dengan hasil evaluasi dokumen kualifikasi saudar a, per ihal Penawar an Peker jaan Pembangunan Pagar.. kecamatan Sebuku, maka dengan ini kami mengundang

PANITIA LELANG PEMBANGUNAN JALAN WILAYAH I, II, III, IV DAN V, REHABILITASI/PEMELIHARAAN JALAN (DAK) DAN OPTIMALISASI FUNGSI JARINGAN IRIGASI YANG TELAH DIBANGUN (DAK)

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian menggunakan analisis regresi dan korelasi yang dilakukan untuk menentukan pola hubungan rasio volume per kapasitas dengan

[r]

GETAR 09 FC VS SMANDARA IPS ALL STAR FC SEVEN. FC

Jadwal pertandingan sepak bola antara negara pada Piala Dunia 2014 akan terbagi dalam 8 group yang masing-masing grub terdiri dari

Terdapat interaksi antara kedalaman tanam dengan pemupukan bokashi, yaitu pada variabel kandungan pati umbi garut dengan nilai tertinggi 19,898 persen pada pemupukan