BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa anak-anak terutama usia sekolah merupakan tahapan
yang penting bagi kehidupan seseorang. Pada masa ini
pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan mental
seseorang masih pada tahapan menuju kesempurnaan. Saat
inilah tubuh manusia sangat memerlukan asupan nutrisi yang
cukup. Nutrisi adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
tumbuh dan berkembang. Pemberian nutrisi pada anak tidak
hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan fisik atau
fisiologis anak, tetapi juga berdampak pada aspek psikologisnya
(Supartini, 2004). Untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai
tahapan usia secara normal, makanan yang dikonsumsi harus
mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi
tersebut, maka pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis
anak akan mengalami gangguan dan hambatan (Sediaoetama,
2000).
Nutrisi diperoleh manusia melalui makanan dan minuman
yang dikonsumsinya setiap hari. Dari seluruh jenis hidangan
memenuhi kebutuhan nutrisi seseorang. Sarapan adalah
makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktivitas
yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan
kudapan dengan waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 sampai
dengan pukul 10.00 (Soekirman, 2000). Sarapan itu sendiri
berfungsi untuk memulihkan cadangan energi dan kadar gula
darah (Sukmaniah, 2008). Makanan yang dikonsumsi selama
sarapan akan mengalami proses pencernaan, karbohidrat di
dalam tubuh dipecah menjadi molekul-molekul gula sederhana
yang lebih kecil, seperti fruktosa, galaktosa dan glukosa.
Glukosa ini merupakan bahan bakar otak sehingga dapat
membantu dalam mempertahankan konsentrasi, meningkatkan
kewaspadaan dan memberi kekuatan untuk otak (Parreta,
2009).
Bagi anak usia sekolah, konsentrasi dalam belajar sangatlah
penting. Jika seseorang kesulitan untuk berkonsentrasi saat
belajar, maka tidak ada bahan pelajaran masuk ke memori
otaknya sehingga akan berpengaruh terhadap prestasi di
sekolah. Menurut Tamsuri (2012) pada jurnal AKP (Anak
Kecukupan Protein), semakin baik kebiasaan sarapan pagi
seorang anak maka semakin baik pula tingkat konsentrasi
Kebiasaan melakukan sarapan adalah penting, namun
seringkali banyak orang yang tidak melakukan kebiasaan
tersebut. Salah satu faktor penyebab anak sekolah tidak sarapan
adalah setelah bangun tidur biasanya selera makan anak belum
muncul (Sartika, 2012). Sebagian orang bahkan berpendapat
bahwa sarapan merupakan aktivitas yang menyebalkan terutama
jika timbul perasaan mulas setelah sarapan. Berdasarkan
kendala tersebut, perlu dilakukan pergeseran nilai sarapan dari
suatu yang wajib dilakukan menjadi suatu kebiasaan setiap hari
dengan memberikan penjelasan mengenai manfaat sarapan dan
dampak jika tidak sarapan (Sartika, 2012). Terdapat beberapa
penelitian seperti Kurniasari tahun 2005 di Yogyakarta yang
menemukan sebesar 25% anak sekolah dasar jarang melakukan
sarapan pagi. Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 di
Kabupaten Majalengka menyebutkan hanya 15,2% anak sekolah
dasar yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi. Penelitian
Sibuea tahun 2002 menemukan 57,5% anak sekolah dasar di
Medan tidak pernah sarapan pagi.
Anak sekolah yang tidak pernah sarapan akan mengalami
kondisi menurunnya kadar gula darah sehingga pasokan energi
kurang untuk kerja otak. Tubuh memecah simpanan glikogen
untuk mempertahankan kadar gula normal. Apabila cadangan
darah ke otak yang akhirnya mengakibatkan badan gemetar,
cepat lelah dan gairah belajar menurun serta bisa membuat
tubuh loyo (Khomsan, 2002). Pengaruhnya terhadap proses
oksidasi dan metabolisme dalam tubuh tetap berlangsung pada
anak yang tidak biasa sarapan pagi ketika ia tidur dan
menyebabkan kadar glukosa dalam darah berkurang ketika pagi
hari. Tidak biasa sarapan pagi juga akan meningkatkan resiko
obesitas. Obesitas terjadi karena orang yang tidak sarapan di
pagi hari akan sangat lapar di siang hari, sehingga cenderung
makan berlebihan (Tamsuri, 2012).
Uraian di atas menunjukkan bahwa meskipun sarapan
merupakan kegiatan yang penting terutama untuk meningkatkan
konsentrasi belajar pada anak usia sekolah, namun kebiasaan ini
masih sering dilupakan dan dianggap tidak penting. Keadaan
serupa juga terjadi pada sebuah SD di Kecamatan Bringin yaitu
SD Negeri Bringin 03. Hasil yang peneliti dapat pada saat
melakukan studi pendahuluan adalah terdapat sebagian siswa
yang tidak membiasakan sarapan. Kejadian ini terjadi dengan
berbagai alasan yang melatarbelakangi. Alasan-alasan yang
dikemukakan oleh siswa seperti rasa malas, tidak terbiasa
sarapan, orang tua yang bekerja, serta tidak sempat menyiapkan
sarapan. Berdasarkan wawancara singkat pada guru, dampak
tidak fokus dalam belajar seperti berbicara sendiri dengan teman
waktu pelajaran berlangsung, mengganggu teman saat belajar,
tidak memperhatikan guru saat pelajaran, lemas dan mengantuk
dalam pelajaran seperti meletakkan kepala di atas meja. Oleh
sebab itu, peneliti tertarik untuk mengetahui dan mengkaji lebih
dalam adakah hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan
tingkat konsentrasi belajar pada anak.
Perbedaan yang muncul dalam pembuatan skripsi peneliti
dengan skripsi milik orang lain yang sebelumnya terletak pada
metode pengambilan sampel yaitu simple random sampling, alat
ukur yang digunakan yaitu kuesioner, wawancara, cara bourdon
untuk menghitung tingkat konsentrasi dan pada analisa data
yaitu menggunakan cross tabulation.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disusun di atas maka
permasalahan yang timbul adalah banyak anak sekolah yang
tidak membiasakan sarapan pagi.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat banyak faktor yang terkait dengan konsentrasi
belajar siswa, salah satunya adalah faktor dari lingkungan bahwa
terdapat suara kendaraan bermotor yang lewat di depan Sekolah
sehingga dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar, maka
dengan konsentrasi belajar siswa siswi kelas 3, 4 dan 5 di SDN
Bringin 03 Kecamatan Bringin yang akan diuji korelasi dengan
sarapan. Sarapan pada anak sekolah terkait dengan Ilmu
keperawatan tentang nutrisi pada anak.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “bagaimana hubungan
sarapan pagi dengan konsentrasi belajar siswa siswi kelas 3, 4
dan 5 di SDN Bringin 03 Kecamatan Bringin?”
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara sarapan pagi dengan
konsentrasi belajar siswa siswi kelas 3, 4 dan 5 di SDN Bringin
03 Kecamatan Bringin.
1.5.2 Tujuan Khusus Penelitian
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi jumlah siswa yang termasuk
dalam kategori sarapan
2. Untuk mengetahui alasan siswa yang tidak atau jarang
membiasakan sarapan pagi.
3. Untuk mengidentifikasi tingkat konsentrasi siswa siswi
1.6 Manfaat Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian, maka
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.6.1 Manfaat Teoritis 1.6.1.1 Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang
hubungan sarapan pagi dengan konsentrasi belajar dalam
pembuatan skripsi.
1.6.1.2 Bagi Ilmu Keperawatan
Sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian
lebih lanjut berkaitan dengan nutrisi salah satunya pada
sarapan pagi.
1.6.2 Manfaat Praktis 1.6.2.1 Bagi Siswa
Manfaat yang terdapat pada siswa yaitu dapat
meningkatkan motivasi untuk membiasakan sarapan pagi.
Seperti halnya siswa termotivasi karena mengetahui dampak
yang timbul akibat tidak sarapan.
1.6.2.2 Bagi Guru
Manfaat yang terdapat pada guru dapat meningkatkan
semangat kinerja guru dalam belajar mengajar karena anak
didiknya mempunyai kebiasaan sarapan dan di kelas menjadi
1.6.2.3 Bagi Orang Tua
Manfaat yang terdapat pada orang tua yaitu lebih
memperhatikan, meningkatkan dan membiasakan anak
untuk sarapan pagi sebelum sekolah.
1.6.2.4 Bagi Layanan Kesehatan
Manfaat yang terdapat pada layanan kesehatan yaitu
dapat mempromosikan tentang sarapan itu penting kepada
anak sekolah dan menjelaskan hubungannya dengan