• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Potensi Produksi Padi pada Daerah Irigasi Persaguan Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Potensi Produksi Padi pada Daerah Irigasi Persaguan Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air memiliki peran penting dalam setiap bidang di kehidupan

manusia.Sebagai salah satu sumber daya alam, air merupakan faktor yang

sangatpenting dan mutlak untuk sumber kehidupan.Air bergerak mengikuti

daur hidrologi dan terbagi secara tidak merata menurut geografi maupun

musim,sehingga air yang tersedia pada suatu tempat di atas bumi dari waktu

kewaktu besarnya tidak tetap (Ginting, 2013).

Dalam bidang pertanian, air yang dimaksud adalah dalam bentuk

pengairan.Pengairan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air

tanaman.Kebutuhan air tanaman adalah air yang disediakan untuk mengimbangi

air yang hilang akibat evaporasi dan transpirasi.Kebutuhan air di lapangan

merupakan jumlah air yang harus disediakan untuk keperluan pengolahan lahan

ditambah kebutuhan air tanaman(Doorenbos dan Pruit, 1984).

Dalam rangka peningkatan produksi tanaman pangan, pembangunan

sektor pertanian mengutamakan program intensifikasi, ekstensifikasi dan

diversifikasi. Seiring dengan perkembangan teknologi dalam pengelolaan

pertanian serta kenyataan bahwa varietas tanaman modern menuntut pengelolaan

air secara tepat guna, maka seluruh prasarana di daerah-daerah pertanian harus

dikembangkan dengan baik (Ginting,2013).

Untuk memenuhi kebutuhan air pengairan (irigasi bagi lahan pertanian),

debit air di daerah bendung harus lebih dari cukup untuk disalurkan ke

(2)

Agar penyaluran air pengairan kesuatu areal lahan pertanaman dapat diatur

dengan sebaik-baiknya dalam arti tidak berlebihan atau agar dapat dimanfaatkan

seefisien mungkin, dengan mengingat kepentingan areal lahan pertanaman lainnya

maka dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pengukuran-pengukuran debit

air.Dengan distribusi yang terkendali, denganbantuan pengukuran-pengukuran

tersebut, maka masalah kebutuhan air pengairan selalu dapat diatasi tanpa

menimbulkan gejolak di masyarakat petani pemakai air pengairan (Kartasapoetra

dan Sutedjo, 1990).

Padi (oryza sativa l.) tumbuh baik di daerah tropis maupun

sub-tropis.Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat

penanaman sangat penting.Oleh karena air menggenang terus-menerus maka

tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah

lempung.Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan sumber mata air yang besar,

kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau).Dari waduk inilah

sewaktu-waktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah

(Suparyono dan Setyono, 1997).

Dalam hal ini, irigasi memiliki peranan penting dalam peningkatan

efisiensi pemakaian air dalam rangka peningkatan produksi beras Indonesia.Dari

segi teknis kontruksi dan jaringannya, irigasi dibedakan atas irigasi teknis maju,

irigasi teknis, semi teknis dan sederhana. Dengan adanya irigasi teknis,

diharapkan penyaluran air semakin efektif dan efisien, namun secara ekonomis

memerlukan biaya yang lebih besar untuk operasi dan pemeliharaan saluran

irigasi. Hal ini dapat diimbangi jika produktivitas padi yang dihasilkan lebih besar

(3)

Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa keterbatasan dana pembangunan

yang tersedia, biaya investasi per satuan luas lahan beririgasi cenderung naik, dan

ketergantungan yang sangat tinggi dari produksi padi terhadap sawah beririgasi

justru menimbulkan tanggapan tentang kelemahan kinerja dari jaringan yang ada

maupun pelaksanaan pengembangan jaringan irigasi yang sedang dilaksanakan.

Hal ini terutama dikaitkan dengan peran irigasi sebagai salah satu sarana utama

untuk mempertahankan swasembada beras. Dalam hasil penelitiannya dinyatakan

bahwa keandalan jaringan irigasi sebagai salah satu tolak ukur potensi sistem

irigasi di Indonesia yang diperlihatkan dengan penyajian angka perubahan luas

lahan sawah yang dapat dibudidayakan 1x dan 2x setahun menunjukkan bahwa

adanya penyusutan kemampuan pembudidayaan lahan sawah dari 2x setahun

cenderung berkurang dan perlu dikaji lebih lanjut karena sebagian terjadi dalam

bentuk pergeseran luas lahan sawah dari satu klas irigasi ke klas irigasi yang lebih

tinggi sebagai hasil pembangunan.

Pencanangan Swasembada beras bagi pemerintah Indonesia telah

dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia,bahwa dalam 3 tahun ke depan

Indonesia harus swasembada beras (Kompas , tanggal 27-12-2014, hlm. 1 kol. 6

dan 7 ).

Beberapa daerah tingkat 1 di Indonesia merupakan daerah penghasil beras

dan telah swasembada beras, diantaranya adalah Provinsi Sumatera Utara yang

merupakan Provinsi kelima terbesar penghasil beras di Indonesia ( Kepala Dinas

Pertanian Sumatera Utara dalam Harian Analisa, tanggal 29-12-2014, hlm 6, kol.

(4)

lumbung beras di antaranya adalah kabupaten Deli Serdang, Langkat, Serdang

Bedagai, dan Simalungun.

Di Kabupaten Simalungun, salah satu sektor yang dominan berperan

dalam pembangunan ekonomi adalah sektor pertanian. Kabupaten Simalungun

memilki luas wilayah sebesar 438.668 hektar terdiri dari lahan sawah 43.896

hektar , lahan bukan sawah 325.780 hektar dan lahan bukan pertanian 68.984

hektar. Pertanian merupakan lokmotif utama pembangunan perekonomian di

Kabupaten Simalungun, hal itu tercermin dari komposisi Pendapatan Domestik

Regional Bruto(PDRB) tahun 2013, dimana sektor pertanian memberikan

kontribusi terbesar 53,66 persen terhadap perekoniman Kabupaten Simalungun.

Kontribusi pada sektor pertanian terutama pada sub sektor pertanian tanaman

bahan pangan terus mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai 2012 hingga

mencapai 45,07 persen. Namun mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi

44,63 persen. Hal ini menjadikan Kabupaten Simalungun menjadi salah sau

daerah lumbung padi terbesar di Provinsi Sumatera Utara tahun 2013

(BPS Simalungun,2013).

Lahan sawah di Kabupaten Simalungun Terdiri dari lahan sawah irigasi

seluas 2.615 hektar sedangkan pada lahan sawah non irigasi seluas 47 hektar.

Penanaman padi dengan frekuensi tanam dua kali pada lahan sawah irigasi seluas

38.306 hektar, sedangkan frekuensi tanam tiga kali dilakukan oleh petani pada

tahun 2013 seluas 501 hektar. Lahan sawah beririgasi di Kabupaten Simalungun

seluas 43.689 hektar atau sebesar 99,53 persen dari total lahan sawah di

Kabupaten Simalungun. Lahan sawah irigasi menurun 0,04 persen yaitu dari

(5)

sawah irigasi untuk frekuensi tanam satu kali sebesar 2.615 hektar atau meningkat

sebesar 199,54 persen dibanding tahun 2012 yaitu dari 837 hektar tahun 2012

menjadi 2.615 hektar2013, frekuensi tanam dua kali meningkat 6,92 persen yaitu

dari 35.826 hektar tahun 2012 menjadi 38.306 hektar tahun 2013, sedangkan

frekuensi tanam tiga kali menurun 555,89 persen dari tahun 2012 sebesar 3.286

menjadi 501 tahun 2013. Berarti dari luas lahan sawah irigasi 43.689 hektar

sebesar 2.615 hektar atau 5,98 persen dikelola petani dengan frekuensi tanam satu

kali, seluas 38.306 hektar atau 87,68 persen dikelola petani dengan frekuensi

tanam dua kali, seluas 501 hektar atau 1,16 persen dikelola petani dengan

frekuensi tiga kali, sedangkan seluas 2.202 hektar atau 5,04 persen tidak ditanami

padi dan seluas 56 hektar atau 0,14 persen sementara tidak diusahakan

(BPS, Simalungun 2013).Data diatas menggambarkanbahwa belum sama

frekuensi tanam lahan sawah irigasi, yang berarti ada permasalahan dalam

pengelolaan lahan atau irigasinya.

Kecamatan Panei memiliki luas 77,96 Km2, Dengan letak geografis

sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sidamanik, sebelah Selatan

berbatasan dengan Kecamatan Raya, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan

Panombean Panei, dan sebelah Timur berbatasan dengan kota Pematangsiantar.

Kecamatan Panei terletak 501-1000 meter di atas permukaan laut. Parsaguan

adalah salah satu desa yang memiliki lahan irigasi dan areal persawahan di

kecamatan Panei. Luas Panen padi sawah dikecamatan Panei cenderung

meningkat dan stabil setelah tahun 2010 dikarenakan areal persawahan di

kecamatan Panei ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Simalungun sebagai areal

(6)

(BPS Simalungun, 2014).Untuk menjaga kondisi lahan persawahan agar tetap

berproduksi dengan baik, serta meningkatkan produksi padinya dengan

keterbatasan penerapan teknologi khususnya untuk kawasan lahan irigasi maka

perlu diketahui sampai sejauh mana potensi produksi padi yang ada pada lahan

sawah irigasi parsaguan di kecamatan Panei dalam aras pencapaian padi yang

maksimal.

Penelitian mengenai kajian potensi produksi padi sebelumnya telah

dilakukan oleh mahasiswa Keteknikan Pertanian Universitas Sumatera Utara pada

Tahun 2014 oleh Dewi Novita Sari Saragih, Triayu Purnama Sari, Rosiana

Sianturi dan pada 2015 oleh Noviyana Tanjung dan Isty mauladina pada daerah

yang berbeda.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi produksi padi pada lahan sawah

daerah irigasi Parsaguan di Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun dalam aras

pencapaian produksi padi yang maksimal.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Bahan bagi penulis untuk penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Dasar dalam mengkaji keterkaitan hubungan antara produktivitas padi dengan

kualitas sarana irigasi pendukungnya dalam upaya memenuhi swasembada

(7)

3. Bagi masyarakat untuk membantu petani dalam pengembangan produksi

padi.

4. Sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan tentang kajian

keterkaitan hubungan antara produktivitas padi dengan kualitas sarana

irigasi pendukungnya.

Batasan Masalah

1. Data sekunder yang diperoleh dari dinas / lembaga pemerintah terkait

minimal 5 tahun terakhir.

2. Data primer diperoleh melalui wawancara petani dan Dinas Pertanian

setempat berkenaan dengan penyediaan air irigasi, pemupukan, masa

Referensi

Dokumen terkait

“Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecahan, atau pengucilan yang langsung ataupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik,

Selain kecerdasan, hal lain yang juga berpengaruh terhadap motivasi peserta didik adalah kondisi fisik dan psikologis. Kondisi fisik dalam hal ini meliputi postur

Solo sebagai kota heritage tersusun oleh elemen elemen pembentuk kota antara lain kawasan hunian khususnya kampung, kawasan karya (tempat kerja, industri,

Meningkatnya konsumsi pakan dari ayam yang dipelihara pada suhu 26 0 C dengan pemberian antioksidan 500 ppm dan 1.000 ppm sari buah mengkudu dalam air minum pada

Isilah identitas sasaran (responden) monev pada kolom yang telah disediakan.. Lakukanlah diskusi dan atau wawancara terhadap minimal 5 (lima) orang siswa

Kepada Rekanan diberi masa Sanggah selama 3 (Tiga) hari kerja sejak diumumkan ( tanggal 8 April 2014 sampai dengan tanggal 11 April 2014, pukul 16.00 WIB). Demikian agar diketahui

Dalam pembuatan situs tampilan halamannya dapat dibuat lebih menarik dengan menggunakan Dreamweaver MX, Dreamweaver MX pun memberikan kemudahan-kemudahan bagi perancang situs web

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS.. BALAI BESAR LATIHAN KERJA