• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI

PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE

A. Pengertian dan Prinsip Good Corporate Governance

Berbagai peristiwa dalam dasawarsa terakhir telah menjadikan corporate

governance sebuah isu pentingnya di kalangan para eksekutif,

organisasi-organisasi NGO, para konsultan korporasi, akedemisi dan regulator (pemerintah)

di berbagai belahan dunia. Isu-isu yang terkait dengan corporate governance

seperti insider trading, transparansi, akuntabilitas, independensi, etika bisnis,

tanggung jawab sosial (corporate sosial responsibility) dan perlindungan investor

telah menjadi ungkapan-ungkapan yang lazim diperbincangkan di kalangan para

pelaku usaha. Corporate governance juga telah menjadi salah satu isu paling

penting bagi para pelaku usaha di negara kita.20

Corporate Governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk

dikaji oleh pelaku bsinis, akademisi, pembuat kebijakan, dan lain-lain.

Pemahaman tentang praktik corporate governance terus berevolusi dari tahun ke

tahun. Kajian atas corporate governance mulai disinggung pertama kali oleh

Berle dan Means pada tahun 1932 ketika membuat sebuah buku yang

menganalisis terpisahnya kepemilikan saham (ownership) dan control. Pemisahan

tersebut berimplikasi pada timbulnya konflik kepentingan antara para pemegang

(2)

saham dengan pihak manajemen dalam struktur kepemilikan perusahaan yang

tersebar (dispersed ownership).21

Istilah “corporate governance” untuk pertama kali diperkenalkan oleh

Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam

laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report.22 Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik

corporate governance di seluruh dunia.

Cadbury Report mendefenisikan corporate governance sebagai :

...the system by which organizationsare directed and controlled.23

“Suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan

organisasi”

Defenisi lain dari Cadbury Committee memandang Corporate Governance

sebagai :

“Seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang

saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang

berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan

dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka”.

21 Ibid., hlm. 24.

22 Cadbury Report adalah sebutan lazim untuk The Report of the Cadbury Commitee on

Financial Aspects of Corporate Governance : The Code of Best Practice sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Cadbury Schweppes di tahun 1992. Komite ini dibentuk pada bulan Mei 1991 oleh London Stock Exchange dan profesi akuntan dan diketuai oleh Sir Adrian Cadbury untuk membahas aspek-aspek finansial corporate governance. Komite yang terbentuk sebagai wujud keprihatinan terhadap aktivitas perusahaan-perusahaan seperti Maxwell Communications ini kemudian menghasilkan Code of Best Practice yang kemudian wajib dilaksanakan oleh semua perusahaan terbuka di Kerajaan Inggris.

(3)

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)

mendefenisikan corporate governance sebagai :

“Struktur yang olehnya para pemegang saham, komisaris, dan manajer

menyusun tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai

tujuan-tujuan tersebut dan mengawasi kinerja.”

Forum for Corporate Governance in Indonesian (FCGI) mendefenisikan

corporate governance sebagai :

“Seperangkat peraturan yang nengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sisten yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepntingan (stakeholders).24

Stjin Claessens menyatakan bahwa, pengertian tentang corporate

governance dapat dimasukkan dalam dua kategori. Kategori pertama, lebih

condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur melalui kinerja,

pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para pemegang saham,

dan stakehoders. Kategori kedua, lebih melihat pada kerangka secara normatif,

yaitu segala ketentuan hukum baik yang berasal dari sistem hukum, sistem

peradilan, pasar keuangan, dan sebagainya yang mempengaruhi perilaku

perusahaan.

Kategori pertama akan sangat cocok untuk dijadikan dasar analisis dalam

mengkaji corporate governance di satu negara, misalnya melihat bagaimana

Dewan Direksi memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan

(4)

keputusan, bagaimana menentukan kompensasi yang layak bagi executive

perusahaan, bagaimana korelasi antara kebijakan tentang buruh dan kinerja

perusahaan. Sedangkan kategori kedua dijadikan dasar analisis dalam mengkaji

corporate governance secara komparatif, misalnya melihat bagaimana berbagai

perbedaan dalam kerangka normatif yang dibangun akan mempengaruhi pola

perilaku perusahaan, investor dan lainnya.25

Berdasarkan defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa corporate

governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses dan seperangkat

peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan

(stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham,

dewan komisaris, dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate

Governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah

terjadinya kesalahan-kesalahan (mistakes) signifikan dalam strategi korporasi dan

untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki

dengan segera.26

Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting Corporate

Governance ini, Organization for Economic Corporation and Developsment

(OECD) telah mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip Good Corporate

Governance dan dapat diterapkan secara luwes (fleksibel) sesuai dengan keadaan,

budaya, dan tradisi di masing-masing negara.27

25

Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, op.cit., hlm. 26.

26 I Nyoman Tjager, et.al., Op.cit., hlm. 29

(5)

Prinsip-prinsip ini diharpkan menjadi titik rujukan bagi para regulator

(pemerintah) dalam membangun framework bagi penerapan corporate

governance. Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip-prinsip ini dapat

menjadi guidance atau pedoman dalam mengolaborasi best practice bagi

peningkatan nilai (valuation) dan keberlangsungan (sustainbility) perusahaan.28 Prinsip-prinsip OECD mencakup lima bidang utama: hak-hak para

pemegang saham (shareholders) dan perlindunganya; peran para karyawan dan

pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya; pengungkapan

(disclosure) yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan

struktur dan operasi korporasi; tanggung jawab dewan (maksudnya dewan

komisaris maupun direksi) terhadap perusahaan, pemegang saham, dan

pihak-pihak yang berkepentingan lainnya atau secara ringkas prinsip-prinsip tersebut

dapat dirangkum sebagai: 29

1. Kewajaran (Fairness)

Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada

pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing,ndengan keterbukaan

informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan

pedagangan saham oleh orang dalam (insider trading).

Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan mebuat peraturan korporasi

yang melindungi kepentingan minoritas; membuat pedoman perilaku perusahaan

(corporate conduct) dan atau kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi

28 Ibid., hlm. 49

(6)

terhadap perbuatan buruk orang dalam, self-dealing, dan konflik kepentingan;

menetapkan peran dan tanggung jawab Dewan Komisaris, Direksi dan Komite,

termasuk sistem remunerasi; menyajikan informasi secara wajar atau

pengungkapan penuh material apapun; mengedepankan Equal Job Opportunity.

2. Transparansi (Disclosure dan Transparency)

Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar

dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam

pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas

perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.

Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi

mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta

para pemegang kepentingan (stakeholders).

Prinsip diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akutansi

(accounting system) yang berbasiskan standar akutansi dan best practices yang

menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas;

mengembangkan Information Technology (IT) dan Management Information

System (MIS) untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan

proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi;

mengembangkan enterprise risk management yang memastikan bahwa semua

risiko signifikan telah diidentifikasi, diukur, dan dapat dikelola pada tingkat

(7)

3. Akuntabilitas (Accountability)

Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif (efective

oversight) berdasarkan balance of power antara manajer, pemegang saham, dewan

komisaris dan auditor. Merupakn bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada

perusahaan dan para pemegang saham.

Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan menyiapkan Laporan Keuangan

(Financial Statement) pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat;

mengembangkan Komite Audit dan Risiko untuk mendukung fungsi pengawasan

oleh dewan komisaris; mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan

fungsi Internal Audit sebagai mitra bisnis strategi berdasarkan berst practices

(bukan sekedar audit). Transformasi menjadi “Risk-based” Audit: menjaga

manajemen kontrak yang bertanggung jawab dan menangani pertentangan

(dispute); penegakan hukum (sistem penghargaan dan sanksi); menggunakan

External Auditor yang memenuhi syarat (berbasis profesionalisme).

4. Responsibilitas (Responsibility)

Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh

hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang

kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang

sehatdari aspek keuangan.

Ini merupakan tanggung jawab korporasi sebagai anggota masyarakat yang

tunduk kepada hukum dan bertindak dengan memperhatikan

(8)

Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab

merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang; menyadari akan adanya

tanggung jawab sosial; menghindari penyalahgunaan kekuasaan; menjadi

profesional dan menjunjung etika; memelihara lingkungan bisnis dan sehat.

Meurut Keputusan Mentri Badan Usaha Milik Negara Nomor:

KEP-117/M-MBU/2002 bahwa disamping keempat prinsip diatas, masih ada satu

prinsip tambahan lagi, yaitu prinsip Kemandirian (Indenpedence). Prinsip ini

diartikan sebagai suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional

tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang

tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

prinsip-prinsip korporasi yang sehat.30

Untuk mewujudkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, ada 6

(enam) pilar yang perlu dilaksanakan, yaitu :31

1. Sistem perlindungan hak pemegang saham,

2. Visi, misi dan rencana strategis yang jelas,

3. Kembangkan keseimbangan peran dan fungsi organ perusahaan,

4. Sistem akutansi dan Management Information System yang menjamin transparansi,

5. Manajemen pengendalian risiko, kepatutan aturan dan sistem audit yang andal,

6. Sistem pengukuran kinerja dan pengembangan Sumber Daya Manusia.

30 I Nyoman Tjager, et.al., Op.cit., hlm.53

(9)

B.Tujuan Penerapan Prinsip Good Corporate Governance

Prinsip-prinsip good corporate yang diterbitkan OECD mencakup hal-hal

berikut :32

1. Landasan hukum yang diperlukan untuk menjamin penerapan good corporate governance secara efektif (ensuring the basis for an effective corporate governance framework)

2. Hak pemegang saham dan fungsi pokok kepemilikan perusahaan (the rights of shareholders and key ownership functions)

3. Perlakuan yang adil terhadap para pemegang saham (the equitable teratment of shareholders)

4. Peranan the shareholders dalam corporate governance (the role of stakeholders in corporate governance)

5. Prinsip pengungkapan informasi perusahaan secara transparan (disclosure and transparency)

6. Tanggung jawab Dewan Pengurus (the responsibilities of the Board).

Berdasarkan berbagai definisi Good Corporate Governance yang

disampaikan di atas dapat diketahui ada lima macam tujuan utama Good

Corporate Governance yaitu:33

1. melindungi hak dan kepentingan pemegang saham,

2. melindungi hak dan kepentingan para anggota (the stakeholders)

pemegang saham,

3. meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham,

4. meningkatkan effisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board of Directors dan manajemen perusahaan, dan

32 John Pieris dan Nizam Jim, Etika Bisnis dan Good Corporate Governance, (Jakarta: Pelangi

Cendekia, 2007), hlm. 144

33

(10)

5. meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior perusahaan.

Kelima tujuan utama Good Corporate Governance menunjukan isyarat

bagaimana penting hubungan antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan

dengan perusahaan sehingga diperlukan tata kelola perusahaan yang baik.

Di dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep.

117/M-MBU/2000 diutarakan juga bahwa penerapan Good Corporate

Governance pada BUMN, bertujuan untuk :34

1. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.

2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan, dan efesien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ.

3. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN.

4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.

5. Meningkatkan investasi nasional.

6. Mensukseskan program privatisasi.

Semua kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan tersebut diselenggarakan

dengan sistem pengendalian internal yang mencakup :35

(11)

a. Pengendalian terstruktur terdiri atas :

1. Integritas , nilai etika dan kompetensi karyawan;

2. Filosofi dan gaya manajemen;

3. Keseimbangan tanggung jawab dan kewenangan;

4. Pengembangan sumber daya manusia;

5. Arahan dari Direksi

b. Pengkajian dan pengelolaan resiko usaha

c. Pengendalian menyeluruh di setiap unit, aspek dan tingkatan

d. Ketaatan pada peraturan dalam pelaksanaan, pelaporan

e. Sistem monitoring dengan dukungan audit internal.

Praktik-praktik corporate governance yang kurang terpuji sering ditandai

dengan ciri-ciri dewan direksi yang tidak efektif, kontrol internal yang lemah,

audit yang buruk, kurangnya disclosure yang seimbang, dan kurangnya penegakan

hukum. Budaya Good Corporate Governance memang harus dimasyrakatkan.

Repotnya, praktik-praktik perusahaan yang tercela sring tumpang-tindih dengan

masalah korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sementara banyak pengusaha atau

direksi yang belum memahami atau malah sengaja melanggar prinsip-prinsip

corporate governance.36

C.Tugas dan Fungsi Direksi pada BUMN

Keberadaan direksi dalam perseroan terbatas ibarat nyawa bagi perseroan.

Tidak mungkin ada suatu perseroan tanpa adanya direksi. Sebaliknya, tidak

(12)

mungkin adanya direksi tanpa adanya perseroan. Oleh karena itu, keberadaan

direksi bagi perseroan terbatas sangat penting. Sekalipun perseroan terbatas

sebagai badan hukum, yang mempunyai kekayaan terpisah dengan direksi, tetapi

hal itu hanya berdasarkan fiksi hukum, bahwa perseroan terbatas dinggap

seakan-akan sebagai subjek hukum sama seperti manusia.37

Keberadaan direksi adalah untuk mengurus perseroan sesuai maksud dan

tujuan perseroan dengan itikad baik dan penuhn tanggujng jawab. Dengan

demikian, keberadaan direksi sangat dibutuhkan oleh perseroan. Tidak mungkin

terdapat suatu perseroan tanpa adanya direksi. Mengurus perseroan bukan

merupakan hal yang mudah. Oleh karena itu, agar perseroan tersebut terurus

sesuai maksud didirikan perseroan, maka untuk menjadi direksi perlu persyaratan

dan keahlian. Pendelegasian wewenang dari perseroan kepada direksi untuk

mengelola perseroan tersebut lazim disebut sebagai fiduciary duty.38

Menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40

Tahun 2007, “Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggun

jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai

dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam

maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar”.

Dengan demikian direksi adalah salah satu pihak yang bertanggung jawab

untuk pengurusan perseroan sesuai dengan tujuan perseroan. Hal ini dikarenakan

“Direksi adalah trustee sekaligus agent bagi perseroan terbatas. Dikatakan sebagai

37

Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas: Keberadaan ,Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hlm. 40.

(13)

trustee karena direksi melakukan pengurusan terhadap harta kekayaan perseroan,

dan dikatakan agent karena direksi bertindak keluar dan atas nama perseroan”.39 Fungsi direksi demikian sekaligus telah memberikan gambaran direksi

dalam suatu perseroan terbatas. Keberadaan direksi deperlukan oleh perseroan

sebagai salah satu pilar utama dalam mengurus perseroan. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa direksi diibaratkan sebagai nahkoda perseroan, pusat energi

(central energy) perseroan, mesin perseroan (corporate engineering), semangat

perseroan (spirit of corporations), corporate image yang utama dari perseroan,

simbol perseroan (imagine corporations), aura perseroan dan lain sebagainya.40 Tugas dan tanggung jawab direksi adalah tugas dan tanggung jawab

direksi sebagai suatu organ, yang merupakan tanggung jawab kolegial sesama

anggota direksi terhadap perseroan. Direksi tidak secara sendiri-sendiri

bertanggungjawab kepada perseroan. Ini berarti setiap tindakan yang diambil atau

dilakukan oleh salah satu atau lebih anggota direksi akan mengikat anggota

direksi lainnya. Namun ini tidak berarti diperkenankan terjadinya pembagian

tugas di antara anggota Direksi perseroan, demi pengurusan perseroan yang

efesien.41

Pasal 92 jo. Pasal 98 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Peseroan Terbatas menyatakan Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan

39 Gunawan Widjaya, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, (Forum Sahabat, 2008) hlm.

65

40 Try Widiyono, Op.cit., hlm. 41

(14)

perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik

di dalam maupun di luar pengadilan.

Secara rinci, tugas direksi mengurus perseroan masih tersebar pada

bebedrapa ketentuan, antara lain sebagai berikut:42

1. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab

penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai

dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di

dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan anggaran

dasar.43 Hal ini juga ditegaskan kembali dalam pasal 92 ayat (1) dan (2) UUPT, yaitu direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk

kepentingan perseroaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

Direksi berwenang menjalankan pengurusan sesuai dengan kebijakan yang

dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini

dan/atau anggaran dasar. Tanggung jawab direksi tersebut ditegaskan

kembali pada pasal 97 ayat (1) dan pasal 92 ayat (1) sampai (3)

2. Tugas melakukan pemenuhan persyaratan legalitas perseroan, baik dalam

proses pendirian, proses pengesahan perseroan menjadi badan hukum,

proses perubahan anggaran dasar, baik perubahan anggaran dasar

menyangkut perubahan „tertentu/pokok‟ maupun perubahan anggaran

dasar lainnya. Tugas tersebut tercantum dalam berbagai pasal dalam

42 Ibid, hlm. 51-59

(15)

UUPT, seperti tugas untuk memenuhi legalitas pendirian, yaitu sebagai

berikut:

a. Pengajuan kepada Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) RI paling

lambat 60 hari sejak akta dibuat, dilengkapi keterangan mengenai

dokumen.44

b. Mengirimkan secara fisik surat permohonan yang dilampiri data

pendukung dalam waktu 30 hari sejak dinyatakannya tidak keberatan

oleh Menkumham.45

c. Menerima keputusan tentang pengesahan perseroan menjadi badan

hukum oleh Menkumham dalam waktu 14 hari setelah semua

persyaratan dipenuhi.46

d. Perseroan memperoleh status badan hukum diatur dalam pasal 7 ayat

(4) UUPT, pada tanggal diterbitkannya keputusan Menkumham

mengenai pengesahan badan hukum perseroan.

3. Berkenaan dengan legalitas perubahan anggaran dasar, antara lain diatur

sebagai berikut:

a. Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh dan merupakan wewenang

darri RUPS. Acara RUPS mengenai perubahan anggaran dasar tersebut

wajib dicantumkan dengan jelas dalam panggilan RUPS.

44 Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

45

Pasal 10 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(16)

b. Perubahan tertentu (pokok) sebagaimana telah diatur pada pasal 21

ayat (2) UUPT, yang menyangkut 6 aspek. Dalam perubahan anggaran

dasar tertentu, “pokok” tersebut wajib mendapatkan persetujuan dari

Menkumham.47

c. Perubahan anggaran dasar lainnya (di luar perubahan anggaran dasar

tertentu/pokok) cukup diberitahukan kepada Menkumham.

d. Dalam hal perubahan anggaran dasar perseroan tersebut tidak dibuat

atau dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat notaris, maka

perubahan anggaran dasar tersebut selanjutnya tetap wajib dinyatakan

dalam akta notaris, paling lambat 30 hari, terhitung sejak dalam akta

notaris sejak tanggal keputusan RUPS yang tidak dibuat akta berita

acara rapat yang dibuat notaris.48

e. Permohonan persetujuan perubahan anggaran dasarmenyangkut

perubahan pokok atau perubahan lainnya diajukan kepada

Menkumham paling lambat 30 hari, terhitung sejak tanggal akta

notaris yang memuat anggaran dasar tersebutj dibuat49

f. Setelah lewat batas waktu 30 hari sejak akta notaris tersebut dibuat,

permohonan persetujuan atau pemberitahuan perubahan anggaran

dasar tidak dapat diajukan atau disampaikan kepada Menkumham.

Dengan demikian, pada saat lewatnya waktu 30 hari sejak akta notaris

47 Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

48

Pasal 21 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(17)

dibuat atau sejak perubahan anggaran dasar, tidak diajukan kepada

Menkumham maka terhadap perubahan anggaran dasar tersebut tidak

berlaku dan wajib dilakukan perubahan anggaran dasar baru, melalui

prosedur dan tahapan serta waktu baru, sekalipun materi perubahan

tersebut masih tetap sama.

4. Kewajiban direksi untuk mendaftarkan pada daftar perseroan yang diatur

pada pasal 4 ayat (7) sampai (9) UUPT. Kewajiban direksi ini berlaku

dalam hal terjadi pengangkatan penggantian dan pemberitahuan anggota

direksi. Doreksi wajib memberitahukan perubahan anggota direksi kepada

Menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan dalam jangka waktu paling

lambat 30 hari, terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut.

5. Tugas untuk memastikan bahwa pembelian kembali saham yang telah

dikeluarkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yahng berlaku.

6. Direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar pemegang

saham. Selain daftar pemegang saham tersebut, direksi perseroan wajib

mengadakan dan menyimpan daftar khusus yang memuat mengenai saham

anggota direksi dan dewan komisaris beserta keluarganya dalam perseroan

dan/atau pada perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh.50

7. Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal dan hari

pemindahan hak tersebut dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus

dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri

(18)

untuk dicatat dalam daftar perseroan, paling lambat 30 hari, terhitung sejak

tanggal pencatatan pemindahan hak.

8. Direksi menyusun rencana kerja tahunan sebelum dimulainya tahun buku

yang akan datang. Rencana kerja tersebut memuat juga anggaran tahunan

perseroan untuk tahun buku yan g akan datang.51

9. Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaaholeh

dewan komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 bulan setelah tahun

buku perseroan berakhir.52 Kewajiban direksi ini sebagai bagian dari

tanggung jawab direksi perseroan kepada shareholder yang juga mendasar

pada prinsip fiduciary duty.

10.Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan perseroan kepada akuntan

publik untuk diaudit.53

11.Direksi mempunyai tugas juga, antara lain untuk menyelenggarakan RUPS

sebagaimana diatur dalam padal 79 ayat (10) UUPT. Direksi wajib

melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu paling lambat 15 hari,

terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima.54

Direksi melakukan pemanggilan kepada pemegang saham sebelum

menyelenggarakan RUPS.55

51 Pasal 63 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

52 Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

53

Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

54 Pasal 79 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(19)

12.Kewajiban direksi untuk memberitahukan keputusan RUPS mengenai

pengurangan modal perseroan kepada semua kreditur dengan

mengumumkan dalam satu atau lebih surat kabar dalam jangka waktu

paling lambat 7 hari, terhitung sejak tanggal keputusan RUPS.56

13.Direksi mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

Dalam hal anggota direksi terdiri lebih dari satu orang, yang berwenang

mewakili perseroan adalah setiap anggota direksi, kecuali ditentukan lain

anggaran dasar.57

14.Pasal 100 ayat (1) UUPT memberikan tugas kepada direksi, yaitu direksi

wajib:

a. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS, dan

risalah rapat direksi;

b. Membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 dan

dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksud dalam

undang-undang tentang dokumen perusahaan; serta

c. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan perseroan

sebagaimana dimaksud serta dokumen perseroan lainnya.

15.Anggota direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham

yang dimiliki anggota direksi yang bersangkutan dan/atau keluarganya

56 Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(20)

dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar

khusus.58

16.Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk:59 a. Mengalihkan kekayaan perseroan; atau

b. Menjadikan jaminan utang kekayaanperseroan; yang merupakan lebih

dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau

lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.

17.Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada satu orang karyawan

perseroaan atau lebih kepada orang lain untuk dan atas nama melakukan

perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat

kuasa.60

18.Direksi perseroan yang akan menggabungkan diri dan menerima

penggabungan menyusun rancangan penggabungan.61

19.Direksi perseroan yang akan diambil alih dan perseroan yang akan

mengambil alih dengan persetujuan dewan komisaris masing-masing

menyusun rancangan pengambilalihan.62

20.Direksi, dewan komisaris atau satu pemegang saham atau lebih yang

mewakili paling sedikit satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham

58 Pasal 100 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

59 Pasal 102 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

60

Pasal 103 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

61 Pasal 123 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(21)

dengan hak suara, dapat mengajukan usul pembubaran perseroan kepada

RUPS.63

21.Tugas direksi yang utama adalah mengurus perseroan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yang dimaksud dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya

adalah semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

keberadaan jalannya perseroan, termasuk peraturan pelaksanannya, antara

lain peraturan perbankan, peraturan perasuransian, peraturan lembaga

keuangan, dalam hal terdapat pertentangan antara anggaran dasar dan

UUPT, yang berlaku adalh UUPT.64

Pada prinsipnya, suatu Perseroan Terbatas dapat mempunyai hanya satu

orang direktur, tetapi dalam hal-hal tertentu sebuah Perseroan Terbatas haruslah

mempunyai paling sedikit dua orang direktur, yaitu dalam hal-hal sebagai

berikut:65

a. Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat.

b. Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang.

c. Perseroan berbentuk Perseroan Terbuka.

Dalam menjalankan tugas dan kepengurusannya, direksi harus senantiasa :66

a. Bertindak dengan itikad baik;

63 Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

64 Try Widyono, Op.cit., hlm. 59

65

Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 51.

(22)

b. Senantiasa memperhatikan kepentingan perseroan dan bukan kepentingan

dari pemegang saham semata-mata;

c. Kepengurusan perseroan harus dilakukan dengan baik, sesuai dengan tugas

dan kewenangan yang diberikan kepadanya, dengan tingkat kecermatan

yang wajar, dengan ketentuan bahwa direksi tidak diperkenankan untuk

memperluas maupun mempersempit ruang lingkup geraknya sendiri;

d. Tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan

benturan kepentingan antara kepentingan perseroan dengan kepentingan

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dibahas adalah penjabaran prinsip kehati-hatian dalam peraturan pengadaan barang dan jasa di PT.Perkebunan Nusantara III (Persero), sistem pengendalian internal

Dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab direksi sebagai suatu organ perseroan untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance, direksi tidak secara

Forum Corporate Governance on Indonesia (FCGI), Corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan anatara pemegang saham, pengurus (pengelola)

Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus,

Oleh Forum to Corporate governance in Indonesia (FCGI) diartikan, sebagai berikut: “seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus

Permasalahan yang dibahas adalah penjabaran prinsip kehati-hatian dalam peraturan pengadaan barang dan jasa di PT.Perkebunan Nusantara III (Persero), sistem pengendalian internal

Seperti yang tertuang pada annual report perusahaan di tahun 2019, dalam hal menyampaikan informasi kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) serta para pemegang

Pendahuluan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris merupakan perwakilan kepentingan setiap pemegang saham dan memegang tanggung jawab dalam tugas tertentu, termasuk menentukan strategi dan