xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal mulanya, hubungan manusia dilaksanakan dalam pola-pola yang
sederhana dan dengan luas wilayah yang sangat terbatas.Namun, seiring
berkembangnya peradaban manusia, perkembangan hubungan itu mulai berkembang
hingga mencapai kepada wilayah yang sangat luas.Bahkan dalam kehidupan modern
ini hubungan manusia tidak lagi dilakukan dalam suatu wilayah, tetapi juga sudah
dapat dilakukan antar wilayah negara.Hal ini semakin luas lagi ketika diimbangi
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan
pesat.
Alvin Toffler membagi era di dunia ini dalam tiga gelombang, gelombang
pertama manusia cenderung mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologinya
pada bidang pertanian, kemudian pada gelombang kedua manusia pada era ini sudah
dapat memisahkan antara kegiatan produksi dan konsumsi, dan gelombang ketiga
ditandai dengan lahirnya revolusi digital. Revolusi ini adalah hasil
penemuan-penemuan di bidang teknologi komunikasi dan informasi.Awal dari globalisasi itu
bermula pada abad ke-20, yakni pada saat revolusi transportasi dan elektronika yang
menyebar dan mempercepat informasi antar negara dan memudahkan berbagai
xii
informatika atau disingkat dengan telematika serta meluasnya perkembangan
infrastruktur informasi global dan dunia internet telah merubah pola pikir kegiatan
bisnis dilaksanakan di industri perdagangan.Perkembangan Internet sekarang ini
merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi orang masa sekarang.Internet ini telah
membuat dunia menjadi tanpa batas.Sekalipun demikian banyak orang yang belum
benar memahami apa dan bagaimana sebenarnya yang dimaksud dengan Internet.
Tidak ada satupun orangpun atau kelompok maupun organisasi yang
bertanggungjawab untuk menjalankan internet.Mekanisme kerja internet tidak
didasarkan pada manusia tetapi merupakan mekanisme kerja elektronik.
Masing-masing jaringan yang terhubung satu sama lainnya berkomunikasi dengan protocol
protocol tertentu, seperti Transmission Control Protocool (TCP) dan Internet
Protocool (IP). Kemampuan ini bisa menjangkau seluruh dunia yang terhubung
melalui sebuah jaringan online yang saling terhubung satu sama lain.1 Perkembangan teknologi informasi2
1
Wira Sakti,Nufransa, Buku Pinter Pajak E-Commerce dari mendaftar sampai membayar (Jakarta: Penerbit VisiMedia, 2014), hlm. 2.
2Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi.
yang juga melanda dunia dewasa ini,
tidak dapat dihindarkan.Perkembangan tersebut juga mempengaruhi tatanan tersebut.
Menurut Didik J. Rachibini, teknologi informasi dan media elektronika dinilai
sebagai pelopor, yang mengintergrasikan seluruh sistem dunia, baik dalam aspek
sosial, budaya, ekonomi dan keuangan. Dari sistem sistem kecil lokal dan nasional,
xiii
menuju suatu sistem global. Dunia akan menjadi “global village” yang menyatu,
saling tahu dan terbuka serta saling bergantung satu sama lain.3
Perkembangan teknologi informasi ini juga secara signifikan telah
mempengaruhi dan mengubah cara bisnis yang sedang dikelola dan dipantau saat ini. Tetapi teknologi
informasi ini masih kurang dipahami oleh banyak orang dan tidak diimbangi dengan
pemahaman yang baik dan memadai mengenai teknologi khususnya dalam perspektif
hukum. Hal ini dikarenakan penekenan pemahaman dewasa ini sangat “technology
minded” padahal idealnya kita harus melihat dari berbagai sudut pandang baik sudut
pandang hukum, sosial, dan bisnis.
Pemerintah melalui perkembangan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dan
masyarakat informasi telah menjadi paradigma global yang dominan. Ini terlihat dari
pemanfaatan teknologi dan informasi yang dilaksanakan dengan tujuan antara lain
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi
dunia, mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat; meningkatkan efektifitas dan efesiensi
pelayanan publik; membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk
memajukan dan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab dan memberikan rasa
aman, keadilan dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggaraan teknologi
informasi.
3Didik J. Rachibini, Mitos dan Implikasi Globalisasi: Catatan Untuk Bidang Ekonomi dan
xiv
Dulu cara berbisnis hanya sebatas dengan tatap muka, melakukan perdagangan
tradisional dengan cara menukar barang dengan uang tetapi kini menjadi perdagangan
elektronik (e-commerce) yang melibatkan teknologi internet seperti online shopping
antar Business to business (B2B), Business to Consumer (B2C), Consumer to
Consumer (C2C).
E-commerce merupakan penemuan baru dalam bentuk perdagangan yang
dinilai lebih dari perdagangan pada umumnya.Prinsip perdagangan dengan sistem
pembayaran tradisional kini berubah menjadi suatu konsep telemarketing yakni
perdagangan jarak jauh dengan menggunakan media internet di mana suatu
perdagangan tidak lagi membutuhkan pertemuan antar para pelaku bisnis.
Di Indonesia, perdagangan elektronik (E-commerce) ini termasuk dalam
ruang lingkup transaksi elektronik. Transaksi elektronik ini semakin berkembang
pesat. Perkembangan yang pesat ini membuat kehidupan semakin serba instan dan
efisien dalam melakukan berbagai aktivitas seperti pembayaran listrik, telepon, dan
bahkan pajak dapat dilakukan melalui internet banking dan moda elektronik lain
sebagai bentuk pemanfaatan teknologi informasi yang ada saat ini.
Adapun berbagai implikasi dari pengembangan ini dirasa memiliki sisi positif
dan negatif.Aspek positifnya bahwa dengan perdagangan di internet melalui jaringan
online, telah meningkatkan peranan dan fungsi perdagangan serta memberikan
kemudahan dan efisiensi.Aspek negatif dari pengembangan ini adalah berkaitan
xv
media e-commerce secara yuridis terkait pula dengan jaminan kepastian hukum (legal
certainty).4
Saat sekarang ini bertransaksi secara elektronik banyak ditemui masalah
masalah yang terjadi dalam e-commerce.Masalah keamanan masih menjadi masalah
dalam internet. Aspek-aspek yang dipermasalahkan itu antara lain 5
Perdagangan ini juga melahirkan resiko negatif yang sering kali muncul
dalam bentuk penyelewengan-penyelewengan yang cenderung merugikan konsumen
dalam melakukan e-commerce atau perdagangan elektronik.Diantaranya adalah
ketidaksesuaian produk yang ditampilkan dan produk yang dikirimkan pada
konsumen, kesalahan pembayaran, ketidaktepatan waktu pengiriman, dan hal-hal lain
yang tidak sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Keberadaan konsumen yang
melakukan bisnis e-commerce ini tidak tervisualisasi secara jelas mengingat transaksi
yang dilakukan itu adalah transaksi di dunia maya, sehingga terdapat banyak
kemungkinan seperti pihak-pihak yang melakukan transaksi berusia dibawah
ketentuan yang tercantum dalam syarat syarat dalam melakukan transaksi, atau
apabila ingin ditelusuri transaksi tersebut ternyata pihak konsumen tersebut fiktif. adalah
kerahasiaan (confidentality) pesan, masalah bagaimana cara agar pesan yang
dikirim-kan itu keutuhannya (intergrity) sampai ke tangan penerima, masalah keabsahan
(authenticity) pelaku transaksi, masalah keaslian pesan agar dijadikan barang bukti.
6
4
Abdul Halim dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-commerce: Studi Sistem Keamanan dan Hukum
di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 1.
xvi
Bagaimana para pihak melakukan transaksi lewat internet dapat merasa yakin
akan keaslian dan kesempurnaan suatu pesan yang diterima atau dikirimnya lewat
internet, dan bagaimana caranya suatu pihak dapat menandatangani dokumen yang
dikirim lewat internet sepertikontrak jual-beli lewat internet.Bila mengirim pesan
lewat internet, baik melalui e-mail maupun File Transfer Protocol (FTP7
Semuanya dapat terjadi di dalam internet, media memang sangat cepat dan
murah tetapi bila ada orang bertanya mengenai keamanannya maka tiada orang
seorangpun yang dapat menjamin.Dengan demikian, para penyelenggara internet
selalu mencantumkan disclaimer setiap anda mengirimkan pesan yang anda kirim
lewat media yang disediakannya.Disclaimer ini biasanya menyatakan bahwa pesan
yang anda kirim akan melewati media yang rawan dan bahwa provider tidak
bertanggungjawab akan keaslian pesan tersebut sampai ke tujuan.
) atau cara
lainnya, apakah yakin bahwa tidak ada orang lain yang akan membaca pesan anda
tersebut atau apakah yakin bahwa pesan tersebut sampai ketujuan sesuai dengan
orang yang dituju?
8
Awaldiperkenalkannya internet, ada semacam perjanjian tidak tertulis antara
para penyedia jasa internet, yaitu bahwa mereka akan meneruskan setiap lalu lintas
data dan informasi yang diterimanya. Jadi, waktu itu tidak dikenal adanya
pengecekan data, tidak dikenal sensor dan penyaringan informasi.Namun sekarang
7 Yusran Inanini, Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2009), FTP adalah standar bahasa komputer yang memungkinkan komputer satu dengan yang lain saling tukar-menukar dokumen secara mudah dan cepat, termasuk melakukan uploading dan downloading program software.
xvii
penggunaan internet ini telah berkembang pesat sehingga informasi dan data yang
ditransfer itu harus melalui berbagai tahapan penyaringan, sensor dan pengecekan.Ini
tidak bermaksud untuk menghambat perkembangan informasi tetapi ini untuk
melindungi informasi dan atau pemilik informasi itu sendiri.
Terkait masalah keamanan ini berbagai upaya telah dilakukan.Di Amerika
Serikat misalnya, diperkenalkan Digital Signature (tanda tangan digital) dan Public
Key Cryptography (kunci pengacakan umum), dan Certification
Authority(CA).9Bagaimanapun masalah keamanan ini merupakan masalah penting dalam pemanfaatan media internet untuk kepentingan pribadi, pendidikan maupun
untuk kepentingan bisnisyang sedang digalakkan di seluruh dunia, yaitu melalui
Electronic Commerce (e-commerce) atau perdagangan elektronik. Tanpa adanya
jaminan keamanan, bagaimanapun canggihnya media yang disediakan tidak akan
berarti bagi para pelaku usaha, karena tanpa jaminan keamanan mereka tidak akan
berani untuk memasuki media tersebut.10
Suatu tatanan sistem elektronik yang memadai dan bisa diandalkan serta
aman dari berbagai kerusakan sistem baik kerusakan yang berasal dari internal
maupun eksternal dalam sistem elektronik. Untuk itu diperlukan berbagai pihak untuk
turut membantu untuk melaksanakan sistem elektronik yang aman tersebut dan salah
satunya adalah diperlukannya pihak ketiga seperti Penyelenggara Sertifikasi
xviii
Elektronik untuk mendukung keamanan dalam penyelenggaraan sistem elektronik
tersebut dan memberikan kenyamanan dalam bertransaksi elektronik.
Fungsi penyelenggaraan sertifikasi elektronik menurut Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya
disebut UUITE) adalah badan hukum yang berfungsi sebagai pihak yang layak
dipercaya, yang memberikan dan mengaudit Sertifikat Elektronik. Dengan adanya
penyelenggaraan sertifikasi elektronik ini diharapkan dapat menunjang
penyelenggaraan sistem elektronik untuk melaksanakan kegiatan - kegiatan yang
bersifat elektronik yang memiliki nilai ekonomis. Tetapi ada masalah lain muncul
dari uraian latar sebelumnya diatas dimana penulis tertarik untuk membahas lebih
lanjut tentang bagaimana pertanggungjawaban penyelenggara sertifikasi elektronik
terhadap penyelenggara sistem elektronik dalam hal jaminan keamanannya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakahpenyelenggaraan sistem elektronik berdasarkan
perundang-undangan di Indonesia?
2. Bagaimanakah penyelenggaraan sertifikasi elektronik berdasarkan
xix
3. Bagaimanakah pertanggungjawaban penyelenggara sertifikasi elektronik terhadap
penyelenggaraan sistem elektronik pada hal penjaminan keamanan?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penyelenggaraan sistem elektronik berdasarkan
perundang-undangan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui penyelenggaraan sertifikasi elektronik berdasarkan
perundang-undangan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pertanggungjawaban penyelenggaraan sertifikasi elektronik
terhadap penyelenggaraan sistem elektronik pada hal penjaminan keamanan.
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk menambah bahan penelitian bagi literatur yang berkenaan dengan masalah
pertanggungjawaban penyelenggarasertifikasi elektronik terhadap keamanan
sertifikasi elektronikpada penyelenggaraan sistem elektronik
2. Sebagai dasar penelitian selanjutnya pada bidang yang sama.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang sertifikasi elektronik bagi masyarakat
terutama pemegang sertifikat elektronik.
xx
Untuk mengetahui keaslian penelitian, sebelumnyamelakukan
penelusuranterhadapberbagaijudulskripsi yang tercatatpada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
Pusatdokumentasidaninformasihukum/perpustakaanUniversitascabangfakultashukum
USU melaluisurattertanggal 21 Oktober 2014 yang menyatakanbahwa “tidakadajudul
yang sama” dantidakterlihatadanyaketerkaitan.
SurattersebutdijadikandasarbagiBapakRamliSiregar
(sekretaris)DepartemenHukumEkonomiFakultasHukumUneversitas Sumatera
Utarauntukmenerimajudul yang diajukan, karenasubstansi yang
terdapatdalamskripsiinidinilaiberbedadenganjudul-judul skripsi lain yang terdapat di
lingkunganperpustakaanFakultasHukumUniversitas Sumatera
Utara.Apabiladikemudianhariterdapatjudul yang samaatautelahtertulis orang lain
dalamberbagaitingkatkesarjanaansebelumskripsiinidibuat,
makahaltersebutdapatdimintapertanggungjawaban.
E. Tinjauan Kepustakaan
Penelitian ini memperoleh bahan tulisannya dari buku-buku, laporan-laporan,
dan informasi dari internet.Untuk itu, diberikan penegasan dan pengertian dari judul
penelitian, yang diambil dari sumber-sumber buku yang memberikan pengertian
pengertian-xxi
pengertian lainnya dari sudut ilmu hukum maupun pendapat dari para sarjana
sehingga mempunyai arti yang lebih tegas.
Definisi Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (Selanjutnya disebut PSE)
menurut UU ITE Pasal 1 angka 10 adalah badan hukum yang berfungsi sebagai pihak
yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit Sertifikat
Elektronik.Sertifikasi Elektronik menurut UU ITE Pasal 1 angka 9 adalah sertifikat
yang bersifat elektronik yang memuat tanda tangan elektronik dan identitas yang
menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam transaksi elektronik yang
dikeluarkan oleh PSE. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas
informasi elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan informasi
elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi.
Definisi Penyelenggara Sistem Elektronik menurut UU ITE Pasal 1 angka 6
adalah setiap orang, penyelenggara negara, badan usaha, dan masyarakat yang
menyediakan, mengelola, dan/atau mengoperasikan sistem elektronik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama kepada pengguna sistem elektronik untuk keperluan
dirinya dan/atau keperluan pihak lain. Definisi Sistem Elektronik menurut Pasal 1
angka 5 UU ITE adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang
berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan,
menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan informasi
xxii
Sistem Elektronik disebut sebagai sistem elektronik jika telah memenuhi
beberapa persyaratan minimal yaitu:11
1. Dapat menampilkan kembali informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik
secara utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kerahasiaan, dan
keteraksesan informasi elektronik dalam penyelenggaraan sistem elektronik
tersebut.
3. Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam penyelenggaraan
sistem elektronik.
4. Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan bahasan,
informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan
dengan penyelenggaraan sistem elektronik.
5. Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan, kejelasan, dan
ke-bertanggungjawab-an prosedur atau petunjuk.
Dokumen Elektronik 12
11
Pasal 16 Undang – Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008.
12Pasal 1 angka (4) Undang-Undang tentang Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik
Nomor 11 Tahun 2008.
adalah setiap informasi elektronik yang dibuat,
diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital,
elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau
xxiii
tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka,
kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami
oleh orang yang mampu memahaminya. Informasi Elektronik13
Definisi transaksi elektronik menurut Pasal 1 angka 2 UU ITE adalah
perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan
komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Pada dasarnya, perdagangan atau
transaksi e-commerce dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu :
transaksi Business to Business (B2B), dan Business to Consumer (B2C).
adalah satu atau
sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara,
gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik
(electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode
akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami
oleh orang yang mampu memahaminya.
Penyelenggara sistem elektornik untuk pelayanan publik wajib memiliki
sertifikasi elektronik, Penyelenggara sistem elektronik untuk non pelayanan publik
harus memiliki Sertifikat Elektronik.Penyelenggara sistem elektronik dapat memiliki
sertifikat elektronik dengan mengajukannya kepada penyelenggara sertifikasi
elektronik.
14
13
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang tentang Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008.
14 Dikdik M.Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law : Aspek Hukum Teknologi
Informasi (Bandung: Refika Aditama, 2005), hlm.12.
Namun ada
xxiv
perdagangan elektronik yang dilakukan antara dua buah perusahaan, B2C adalah
antara perusahaan kepada perseorangan, sementara C2C adalah perdagangan
elektronik yang dilakukan antara dua orang melalui sarana internet.15
F. Metode Penelitian
Untuk melengkapi penelitian ini agar tujuan dapat lebih terarah dan
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang digunakan
sebagai berikut :
1. Spesifikasi penelitian
Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian hukum normatif, yaitu
penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan.Perundang-undangan
yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini antara lain Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Republik Indonesia (selanjutnya disebut KUH Perdata),
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Teknologi Informasi,
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik serta peraturan terkait lainnya yang dikeluarkan oleh lembaga berwenang
misalnya Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi.
Penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat penulisan
deskriptif yaitu penelitian yang memberikan sebuah gambaran pada objek penelitian
15 Nufransa Wira Sakti, Buku Pintar Pajak E-Commerce dari mendaftar sampai membayar
xxv
yaitu upaya untuk mengetahui pertanggungjawaban apa saja yang dikenakan pada
PSE dalam hal jaminan keamanan pada penyelenggara sistem elektronik. Penulisan
skripsi ini juga menggunakan pendekatan yuridis yaitu penelitian hukum yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka dan data sekunder.16
2. Data penelitian
Penelitianyuridis
digunakan dalam penelitian ini untuk meneliti norma hukum Indonesia yang berlaku
seperti peraturan perundang-undangan dan literatur hukum yang mengatur mengenai
pertanggungjawaban penyelenggaraan sertifikasi elektronik pada penyelenggaraan
sistem elektronik dalam hal jaminan keamanannya.
Data dalam penelitian ini mempergunakan data sekunder yang terdiri dari :
a. Bahan hukum primer17
b. Bahan hukum sekunder
, yaitu bahan hukum yang mengikat secara umum,
termasuk di dalamnya Konvensi-Konvensi Internasional dan Perjanjian
Internasional yang berkaitan dengan Sertifikasi Elektronik, Sistem Elektronik
dan Transaksi Elektronik.
18
16 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat
(Jakarta: P.T. Rajagrafindo Persada, 2001), hlm. 13.
17 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2005), hlm. 52.
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri dari (untuk Indonesia): a. Norma atau kaedah dasar; b. Peraturan dasar; c. Peraturan perundang-undangan; d. Bahan hukum yang tidak dikodifikasi; e. Yurisprudensi; f. Traktat; g. Bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku.
18Ibid., Bahan hukum sekunder ialah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.
, yaitu tulisan-tulisan atau karya-karya para ahli
hukum dalam buku-buku teks, surat kabar, internet, dan lain-lain yang relevan
xxvi
c. Bahan hukum tersier19
3. Teknik pengumpulan data
, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, diantaranya
kamus-kamus bahasa.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan
(Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka
atau dapat disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan
dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku koleksi pribadi maupun
pinjaman dari perpustakaan dan dosen pembimbing, artikel-artikel yang berasal dari
media elektronik, dokumen-dokumen internasional yang resmi dikeluarkan oleh
instansi yang berwenang.
Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut :
a. Melakukan inventarisasi hukum internasional dan bahan-bahan hukum
lainnya yang relevan dengan objek penelitian.
b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui artikel-artikel media elektronik,
dokumen-dokumen internasional yang resmi dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.
c. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan.
d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah
yang menjadi objek penelitian.
19 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Suatu Pengantar (Jakarta:
xxvii
4. Analisa data
Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa secara
kualitatif20
G. Sistematika Penulisan
.Analisis secara kualitatif berarti analisis yang memfokuskan perhatiannya
pada makna-makna yang terkandung di dalam suatu pernyataan, bukan analisis yang
memfokuskan perhatiannya pada figur-figur kuantitatif semata.Analisa data
dilakukan sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek kualitatif lebih daripada
aspek kuantitatif dengan maksud agar diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan
tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
Sebagai gambaran umum untuk memudahkan pemahamanan materi penelitian
ini, maka dibagi dalam 5 (lima) Bab yang berhubungan erat satu sama lain yakni :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri atas latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN PENYELENGGARAAN
SISTEM ELEKTRONIK
20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi Cetakan ke-22(Bandung:
xxviii
Bab ini mendeskripsikan mengenai pengaturan transaksi elektronik
menurut UU ITE, penyelenggaraan sistem elektronik secara umum
berdasarkan UU ITE dan hambatan dalam penyelenggaraan sistem
elektronik.
BAB III PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI ELEKTRONIK
BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN DI
INDONESIA
Bab ini mengurai tentang sertifikasi elektronik dalam penyelenggaraan
sistem elektronik, penyelenggaraan sertifikasi elektronik secara umum,
serta pengaturan pembatasan lingkup sertifikasi elektronik dengan
sertifikasi keandalan.
BAB IV TANGGUNG JAWAB HUKUM PENYELEGGARAAN
SERTIFIKASI ELEKTRONIK
Bab ini membahas mengenaibentuk pertanggungjawaban PSE
terhadap konsumen ditinjau dari UU PK, pertanggungjawaban PSE
ditinjau dari UU ITE, serta upaya hukum pemegang sertifikat
elektronik dalam hal upaya penjaminan keamanan.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup dari penelitian yang berisi kesimpulan
dari keseluruhan uraian materi pembahasan dan disertai dengan saran