• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Medication Error pada Resep Pasien Kanker Payudara yang Mendapatkan Tindakan Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Medication Error pada Resep Pasien Kanker Payudara yang Mendapatkan Tindakan Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi tingkat pencapaian patient safety, khususnya terhadap tujuan tercapainya medikasi yang aman. Menurut Standar Akreditasi Rumah Sakit, kejadian medication error

dapat dibagi atas tiga kriteria yaitu fase prescribing error (kesalahan peresepan), fase dispensing error (kesalahan pencampuran) dan fase administration error

(kesalahan pemberian) (Kemenkes, 2011). Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat

dicegah (Cohen, dkk., 1991).

Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pengertian medication error adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Medication error

yang terjadi tentunya merugikan pasien dan dapat menyebabkan kegagalan terapi, bahkan dapat timbul efek obat yang tidak diharapkan (Hartayu dan Aris, 2005).

Dalam penelitiannya, Dwiprahasto (2006), menyatakan bahwa 11% medication error di rumah sakit berkaitan dengan kesalahan saat menyerahkan

obat ke pasien dalam bentuk dosis atau obat yang keliru.

(2)

tercantumnya berat badan dan umur pasien merupakan hal yang menjadi pokok permasalahan dalam medication error (Hartayu dan Aris, 2005).

Dalam penelitiannya, Aiken, dkk., (2002) menyatakan bahwa kesalahan pengobatan dan efek samping obat terjadi rata-rata 6,7% pasien yang masuk ke rumah sakit. Di antara kesalahan tersebut, 25 hingga 50% adalah berasal dari

kesalahan peresepan yang seharusnya dapat dicegah.

Studi yang dilakukan Bagian Farmakologi Universitas Gajah Mada antara

2001-2003 menunjukkan bahwa medication error terjadi pada 97% pasien Intensive Care Unit (ICU) antara lain dalam bentuk dosis berlebihan atau kurang,

frekuensi pemberian keliru dan cara pemberian yang tidak tepat. Berdasarkan

Laporan Peta Nasional Keselamatan Pasien (Kongres PERSI 2007) kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan (Depkes RI, 2008).

Data analisis kajian resep Instalasi Farmasi RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng tahun 2012, menunjukkan bahwa resep yang berpotensi menyebabkan

terjadinya medication error karena resep tidak lengkap yaitu sebesar 36,75%. Dengan melihat data tersebut, menandakan bahwa peluang akan terjadinya medication error di rumah sakit sangat besar (Andi, 2012)

Insiden medication error yang dilaporkan di RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng yaitu sebanyak 18 kasus (0,038 % dari total 46.660 lembar resep yang

dilayani) pada tahun 2010 dan 16 kasus (0,031 % dari total 51.513 lembar resep yang dilayani) pada tahun 2011, kejadian ini antara lain disebabkan karena pemberian obat yang salah, dosis yang tidak rasional, kesalahan rute pemakaian,

(3)

dengan dispenser (pencampur resep/farmasis) dalam "mengartikan resep" yang disebabkan oleh tulisan tangan prescriber yang tidak jelas terutama bila ada nama

obat yang hampir sama serta keduanya mempunyai rute pemberian obat yang sama pula, dan penulisan aturan pakai yang tidak lengkap. Tahun 2012 angka kejadian medication error di RSUD Prof Dr. H.M. Anwar Makkatutu Kabupaten

Bantaeng mengalami peningkatan menjadi 21 kasus (0,027 % dari total 77.571 lembar resep yang dilayani) (Andi, 2012).

Kanker payudara adalah kanker yang paling umum terjadi pada wanita baik di negara maju dan berkembang. Diperkirakan bahwa di seluruh dunia lebih dari 508.000 wanita meninggal pada tahun 2011 akibat kanker payudara.

Meskipun kanker payudara dianggap penyakit negara maju, hampir 50% dari kasus kanker payudara dan 58% kematian terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2013).

Berdasarkan Data dari RS Kanker Dharmais dalam 5 tahun terakhir menemukan angka insiden kanker payudara menempati urutan pertama yaitu

sebesar 32%, diikuti oleh kanker serviks sebesar 17%. Dari angka tersebut, 40% diantaranya adalah penderita stadium awal, 30% penderita kanker stadium lanjut lokal, dan stadium lanjut (metastase) sebesar 30% (Samuel, 2011).

Pengobatan kanker dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi dari beberapa terapi, antara lain pembedahan atau operasi, penyinaran atau radioterapi,

pemakaian obat-obatan sitotoksik atau kemoterapi, peningkatan daya tahan tubuh atau imunoterapi, dan terapi dengan hormon. Hasil pengobatan kanker payudara bergantung pada stadium atau tingkatan kanker pada waktu pengobatan dilakukan

(4)

Terapi kanker dengan cara kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan atau hormon. Kemoterapi dapat digunakan dengan

efektif pada penyakit-penyakit baik yang diseminata (infeksi yang disebar di seluruh tubuh) maupun yang masih terlokalisasi (Agustria, 2006).

Telah ditemukan kemajuan dalam penemuan senyawa-senyawa baru yang

efektif pada tiga dekade terakhir. Pada awal penemuannya, kemoterapi dianggap sebagai terapi paliatif, tetapi akhir-akhir ini dapat diketahui bahwa beberapa jenis

kanker dapat disembuhkan dengan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi kombinasi telah menunjukkan keberhasilan yang substansial, terutama kombinasi obat-obat yang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda. Kemajuan

pengobatan pada beberapa jenis kanker tertentu dengan menggunakan beberapa jenis obat secara simultan, ataupun dengan pemberian kemoterapi secara sekuensial. Beberapa kanker diseminata dapat disembuhkan dengan kemoterapi

saja. Hal ini membuktikan adanya toksisitas yang selektif dari kemoterapi (Agustria, 2006).

Penanganan kanker payudara membutuhkan komitmen jangka panjang baik dari pasien maupun dokter. Penanganan awal seperti kemoterapi dan radiasi memerlukan komitmen pasien untuk secara rutin kembali ke rumah sakit/dokter

dalam beberapa bulan. Lalu pengobatan masih perlu dilakukan hingga 5-10 tahun kemudian untuk menurunkan risiko kanker muncul kembali (Samuel, 2011).

Kepatuhan pasien terhadap pengobatan kanker meliputi ketaatan mengikuti jadwal terapi yang sudah ditetapkan sesuai dengan protokol pengobatan yang dipilih dalam bentuk beberapa siklus yang harus diikuti. Siklus pengobatan

(5)

yang sangat cepat mengalami perkembangan jauh melebihi sel-sel tubuh yang normal. Jika proses pengobatannya tidak tuntas, sel-sel tersebut dapat berkembang

lagi menjadi lebih banyak. Selain dari kepatuhan, kualitas dari pengobatan yang diberikan sesuai dengan tingkat atau derajat beratnya penyakit juga turut berperan dalam upaya penanganan kanker payudara (Samuel, 2011).

Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan identifikasi terjadinya medication error pada obat-obat kemoterapi yang digunakan pasien kanker

payudara di ruang pencampuran obat kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2014. Penelitian ini diharapkan menjadi informasi tentang hal-hal apa saja yang menjadi medication error dalam

penggunaan obat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan. Selain itu menjadi bahan kajian bagi pihak rumah sakit, khususnya profesional kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada

pasien.

1.2 Kerangka Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang kejadian medication error di ruang pencampuran kemoterapi RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014. Dalam penelitian ini resep tidak terbaca, resep/KOP tidak lengkap,

salah penulisan resep, salah dosis, salah nama obat, salah bentuk sediaan, salah kuantitas, salah rute, duplikasi, interaksi obat, tidak sesuai kebijakan, salah pasien,

salah obat, salah formulasi/bentuk sediaan, salah dosis/kekuatan, salah kuantitas/jumlah, salah etiket, obat tidak dikemas, obat kadaluarsa/rusak/stabilitas, pemberian infuse tanpa label, salah pasien, salah obat, salah rute, salah waktu

(6)

(independent variable) dan prescribing error, dispensing error, administration

error sebagai variabel terikat (dependent variable). Hubungan kedua variabel

tersebut digambarkan dalam kerangka pikir penelitian seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 1 Skema hubungan variabel bebas dan variabel terikat - Salah pasien

- Salah obat - Salah formulasi - Salah dosis/kekuatan - Salah kuantitas/jumlah - Salah etiket

- Obat tidak dikemas - Obat kadaluarsa

Dispensing Error

Administration Error - Pemberian infus tanpa label

- Salah pasien - Salah obat - Salah rute

- Salah waktu pemberian - Obat tidak diberi

- Reaksi efek samping obat Resep/ KOP M e d i c a t i o n E r r o r Telaah dan analisis Prescribing Error - Resep tidak terbaca

- Resep/KOP tidak lengkap - Salah penulisan resep - Salah dosis

- Salah nama obat - Salah bentuk sediaan - Salah kuantitas - Salah rute - Duplikasi - Interaksi obat

(7)

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah

penelitian adalah:

a. Apakah terjadi medication error kategori prescription error pada obat-obat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan

pada bulan Maret 2014-Mei 2014?

b. Apakah terjadi medication error kategori dispensing error pada obat-obat

kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014?

c. Apakah terjadi medication error kategori administration error pada obat-obat

kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014?

1.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian ini adalah:

a. Terjadi medication error kategori prescription error pada obat-obat

kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014.

b. Terjadi medication error kategori dispensing error pada obat-obat kemoterapi

pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan

Maret 2014-Mei 2014.

c. Terjadi medication error kategori administration error pada obat-obat

kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan

(8)

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui persentase kejadian medication error kategori prescription

error pada pasien penyakit kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan

pada bulan Maret 2014-Mei 2014.

b. Untuk mengetahui persentase kejadian medication error kategori dispensing

error pada pasien penyakit kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan

pada bulan Maret 2014-Mei 2014.

c. Untuk mengetahui persentase kejadian medication error kategori

administration error pada pasien penyakit kanker payudara di RSUP H.

Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014. 1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat ditindak lanjuti untuk menurunkan

Gambar

Gambar 1.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Figure 8 Segment centres classified as collapsed buildings for rule based classification (green star), MaxEnt approach (red circle) and reference data (blue box).. For both

[r]

Arsitektur eropa pada abad itu bersifat Ekletik dengan banyak bangunan elitnya yang terjebak dalam gaya dari masa lalu atau disebut Neo-Klasikisme.. Arsitektur pada era

Inilah salah satu alasan dan prinsip penulis untuk mengkreasikan sebuah karya Penulisan Ilmiah yang sederhanaSuatu Penulisan Ilmiah akan dianggap interaktif apabila memiliki

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Dimana browser ini mempunyai kemampuan untuk dapat mengakses protocol HTTP atau Hyper-Text Transfer Protocol yaitu suatu protokol yang dapat membantu Web Browser membaca data-data

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen