• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2 752015020 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T2 752015020 BAB III"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO

Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral, taboo, imajinasi, simbolisme pusat dan perilaku sosial maka pada bab ini penulis akan menjelaskan: Pertama; gambaran umum letak geografi Gunung Mutis, Kedua; Asal mula kedatangan nenek moyang masyarakat dawan ke pulau Timor, khususnya di Gunung Mutis, ketiga; menjelaskan kesakralan dan kesucian Gunung Mutis, Keempat penulis akan menjelaskan imajinasi dari masyarakat Mollo mengenai Gunung Mutis.

3.1Gambaran Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan

Telah dijelaskan pada bagian awal bahwa Gunung Mutis merupakan salah satu gunung tertinggi di pulau Timor. Gunung Mutis berada tepatnya di wilayah Swapraja Mollo. Mollo itu sendiri berada wilayah kabupaten Timor Tengan Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timor. Oleh Karena itu untuk mendapatkan gambaran secarah utuh tentang bagaimana Gunung Mutis berada dalam mitologi msayarakat Timor maka penulis akan memulai dengan memaparkan wilayah Timor secara umum terutama Wilayah Timor Tengah Selatan.

Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan satu dari 21 Kabupaten / Kota di Provinsi

Nusa Tenggara Timur yang secara geografis terletak pada koordinat 120º 4‟ 00” BT - 124º

49‟ 01” BT dan 9º 28‟ 13” LS - 10º 10‟ 26” LS. Kabupaten Timor Tengah Selatan berbatasan

(2)

yaitu 51 % berada pada ketinggian diatas 500 m dari permukaan laut. Wilayah Administratif Kabupaten Timor Tengah Selatan terdiri dari 32 Kecamatan, 266 Desa dan 12 Kelurahan.1

Kondisi topografi Kabupaten Timor Tengah Selatan yang menentukan posisi wilayah berdasarkan ketinggian di atas permukaan laut (dpl) secara umum menunjukkan kondisi yaitu; ketinggian 0 – 500 m dpl seluas 49,0 %, ketinggian >500 – 1.000 m dpl seluas 48,2 % dan ketinggan > 1.000 seluas 2,8 %. Berdasarkan topografi wilayah, maka Kabupaten Timor Tengah Selatan terbagi dalam dua kategori yaitu wilayah dataran rendah yang dominan berada di wilayah bagian selatan dan wilayah dataran tinggi yang dominan di wilayah tengah dan utara. Perbedaan topografi menuntut adanya perbedaan pendekatan pembangunan khususnya kegiatan pembangunan pertanian. Untuk wilayah dataran rendah maka dikembangkan kegiatan ekonomi berbasis pertanian yang memiliki kesesuaian dengan ketinggian < 500 mdpl, dan kegiatan ekonomi berbasis pertanian di wilayah dataran tinggi untuk usaha pertanian yang memiliki kesesuaian dengan ketinggian > 500 mdpl atau usaha yang sesuai diantara dataran rendah dan dataran tinggi. Berdasarkan ketinggian wilayah mengindikasikan adanya tiga tipologi wilayah yang masing-masing membutuhkan pendekatan spesifik khususnya dalam pembangunan ekonomi, prasarana dan pembangunan sosial berbasis topografi wilayah.2 Penduduk Kabupaten Timor Tengah Selatan terdiri dari 3 swapraja atau suku bangsa yaitu: Amanatun, Amanuban dan, Mollo. Gunung Mutis sendiri berada di wilayah swapraja Mollo sehingga penting untuk membahas sedikit sejarah masyarakat Mollo yang tinggal dan menjaga Gunung Mutis.

1

Lakip Pemkab Timot Tengah Selatan Tauhun 2013

2

(3)

3.2Sejarah Kerajaan Mollo

Suku asli yang tinggal di sekitara Gunung Mutis adalah Suku bangsa Dawan ini seringkali disebut dengan nama yang berbeda-beda. Istilah “Dawan” sebenarnya merupakan sebuah istilah yang diberikan oleh orang Belu di sebelah timur.3 Menurut Parera, istilah Dawan ini kemungkinan besar ada kaitannya dengan Liurai Sonbai yang pertama, yang bernama Nai Laban. Jadi orang Dawan adalah rakyat dari Nai Laban. Para pedagang dan kaum pendatang dari luar menyebut orang Dawan ini dengan nama “Atoni”. Istilah ini sebenarnya kurang disukai orang Dawan,4 karena didasarkan pada kebiasaan memanggil orang lain dengan ucapan “Hoi Atoni” yang berarti “Hai orang/teman”.Sekalipun demikian, penyebutan suku Atoni ini diterima pula oleh sebagian penduduknya. Dikatakan bahwa orang Dawan menyebut diri mereka orang Atoni Meto, artinya orang yang berdiam di daratan atau di tempat kering (Atoni = orang, Meto = darat atau kering). Ada pula yang menyebut mereka

adalah “orang gunung”, sebab menurut sejarah, orang Atoni merupakan penduduk

pegunungan yang terpencar. Terpencarnya orang Dawan ini diperkirakan belum lama terjadi, terlihat dari bukti bahwa variasi dialek bahasa Dawan sangat sedikit.

Parera menyebutkan bahwa pada umunya orang-orang Dawan mempunyai peradaban yang lebih rendah sehingga tidak bisa menyaingi para pendatang yang memiliki kebudayaan yang sudah lebih maju. Kenyataan ini dibuktikan dengan adanya “pengungsian politik” yang

terjadi sekitar abad ke-15, ketika kelompok pendatang yakni orang Belu memenuhi daerah sekitar Gunung Mutis.5 Kepastian tentang sejarah asal-usul terbentuknya suku Dawan tidak diketahui dengan pasti.6 Dari berbagai tradisi lisan, diperoleh keterangan bahwa kebanyakan penduduk di daerah NTT mengaku nenek moyang mereka berasal dari seberang lautan. Di Pulau Timor, Van Wouden, menyebutkan tentang luasnya penyebaran mitos tentang Sina

3

ADM Parera, Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994. Hal 44

4

ADM Parera, Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor,,, 44

5

ADM Parera, Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor,,, 47

6

(4)

Mutin Malakkan. Dikisahkan bahwa beberapa ratus tahun yang lalu, empat suku (hutun rai hat) meninggalkan negerinya Sina Mutin Malakkan menuju ke timur.7

Di Larantuka-Bauboin yakni suatu tempat di Flores Timur, sebagian dari mereka tinggal. Mereka inilah yang menurunkan raja dan penduduk Pantai Larantuka.8 Sebagian lainnya meneruskan perjalanannya ke Pulau Timor dan menetap serta membentuk empat kerajaan kecil, yakni: (1) Ai Hale atau Wehali; (2) Sanaleo di gunung Sanaleo; (3) Ai Meku

atau Waiwiku; dan (3) Katimu atau Haitimu. Kerajaan-kerajaan ini taat kepada pemimpinnya

di Wehali.Konon, wilayah Dawan kemudian dipimpin oleh seorang raja yang disebut Liurai Sonbai. Liurai Sonbai merupakan adik dari Maromak Oan, raja Wewiku Wehale yang berasal dari Sina Mutin Malakkan.9

Masyarakat Dawan yang tinggal di wilayah Gunung Mutis yaitu masyarakat Mollo. Istilah Mollo berasal dari istilah yang dikenakan pada Gunung Mollo, yang berari kuning emas/emas. Kerajaan Mollo merupakan salah satu bagian dari wilayah bekas Kerajaan Oenam. Adapun yang menjadi raja pertamanya adalah To Oematan (To Luke'mtasa). Pada saat itu To Oematan merupakan fetor Mollo, tapi ketika kerajaan Mollo dibentuk, maka ia langsung diangkat sebagai raja dan menandatangani Korte Verklaring pada 10 Mei 1916. Tetapi sebelumnya To Oematan bersama-sama dengan Usif Nunbena Bait Oematan (Bait Kaunan) dan Moeb Baki Fobia telah menandatangani ikrar kesetiaan pada Ratu Welhelmina dan dipertuan Gubernur Jenderal Belanda di Batavia pada tanggal 19 April 1907 bertempat di Kapan.10

Akan tetapi, bilamana sampai kapan Raja To Oematan memerintah di Kerajaan Mollo belum dikatahui dengan pasti. Namun, diperkirakan ia mulai berkuasa sesudah Perang Nefo

7

Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya. Hal 88

8

Yoseph Yapi Taun, Kisah Wato Wele-Lia Nurat dalam dalam tradisi puisi lisan Flores Timur, Inonedia; Yayasan Obar Indonesia. 1997. Hal 4-6

9

Yoseph Yapi Taun, Kisah Wato Wele-Lia Nurat dalam dalam tradisi puisi lisan Flores Timur,,,Hal 6

10

(5)

Besak sekitar tahun 1906. Salah satu hal penting dan sangat bermanfaat bagi rakyat Mollo yang dilakukan oleh Raja To Oematan selama masa pemerintahannya adalah didirikannya Sekolah Rakyat (Volks School) pada tahun 1908 di Nefokoko yang kemudian dipindahkan ke Kapan tahun 1910. Setelah beberapa lama Raja To Oematan memerintah, ia menyerahkan jabatannya kepada juru bahasanya yaitu Lay A Koen (Tabelak Oematan) atau Wellem Fredik Hendrik Oematan untuk menjalankan tugas sebagai Raja Mollo.

Jauh Sebelum itu Pemerintahan Swapraja Mollo berkembang melalui keluarga laki-laki, dan melalui keluraga wanita Oematan yaitu saudara-saudara perempuan dari Oematan Nunbana-Netpala-Tabu Besana. Keluarga Pitay (FU AI/ PIN AI “nyala api”) bergelar

Tusalakh (lutu mutisalak). Keluarga Pitay berkedudukan di Nenas; sudah menjadi masyarakat wilayah Gunung Muits berdasarkan amaf-amafnya Tsun Tun muni yaitu adik bungsu dan saudara perempuan dari pahlawan Noebesi Bnani yang menurunkan Beunsila-Afosila dari Belotan laka fafi tui lala, sebagai penganti kerugian perang, Sonbay menghadiahkan Gunung Mutis kepada Noebesi Banani pahlawan utama dari Oematan. Sama seperti tanah Lupu dimiliki oleh Banani Tunis adik Noebesi Banani bernama Hona Banani dan saudara perempuan iserti Tunis Tunis. Demikian Gunung Mutis dijagai oleh adik bungsu Noibesi Banani bernama Tun Muni.11

Struktur pemerintahan dalam pemerintahan kerajaan Mollo dapat dilihat susunanya sebagai berikut

- Afinit = pendahulu; leluhur

- Pah Tuaf = penguasa/ pemilik wilayah

- Mafefa = juru bicara raja atau jubir adat. Adalah penghubung Pah Tuaf dengan amaf,

meob, dan ana‟a tobe (karena merupakan hubungan tidak langsung).

11

(6)

- Amaf-amaf = marga-marga pendukung utama Pah Tuaf (Raja). Dalam satu kelompok amaf terdiri dari delapan marga pendukung, dimana dari delapan marga pendukung terdapat empat marga pendukung yang bertanggungjawab atas kesejahteraan dan kehidupan raja; empat marga pendukung lainnya bertanggungjawab untuk melayani kebutuhan raja.12

- Meob = pahlawan yang bertanggungjawab atas keamanan dan ketentraman wilayah kerajaan

- Ana’ A tobe = yang berwenang dan bertanggungjawab atas kelestarian alam/wilayah

- Mnais Kuan = tua kampung/ pemangku adat yang keberadaanya telah disepakati oleh

para amaf

- Tob (To Ana) = rakyat biasa atau rakyat pada umumnya yang mendiami wilayah

kerajaan Mollo

3.3 Sistem Kepercayaan

Masyarakat Dawan khususnya di TTS, mayoritas beragama Kristen (Katolik maupun Protestan). Sekalipun mayoritas masyarakat Dawan sudah memeluk agama Kristiani sebagai sebuah agama monotheis modern dan universal, kepercayaan lokalnya masih dihayati dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-harinya. Hal itu karena sebelum kedatangan dan kehadiran agama Kristen, masyarakat Dawan sudah memiliki kepercayaan dan pemujaan terhadap wujud tertinggi dan leluhurnya.13

Seperti mitos yang ada maka masyarakat Mollo yang masih sangat percaya akan adanya kekuatan supranatural, mitos, dan tabu (pantangan). Kepercayaan demikian didasari sistem kepercayaan animisme dan dinamisme yang selalu dijumpai pada sistem kepercayaan masyarakat. Pola-pola kepercayaan demikian tetap berkembang di alam pikiran masyarakat

12

Bapak Dominggua Oematan, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA

13

(7)

menjadi warisan budaya mereka. Masyarakat Mollo masih mempercayai kekuatan supranatural. Masyarakat Mollo memuja Uis Neno yang berarti Tuhan Langit. Uis Neno ini digambarkan sebagai apinat-aklabat atau “yang bernyala dan membara”, dan

afinit-amnanutyang artinya “yang tertinggi dan mengatasi segala sesuatu”. Uis Neno juga dipercaya

sebagai pemberi manikin-Oetene atau “kesejukan dan kedinginan”.14

Dialah pemberi tetus ma nit “keadilan dan kebenaran”. Di samping itu dia dianggap

sebagai dewa kesuburan yang mengatur musim, memberi padi dan jagung serta mengatur alam. Uis Neno berperan pula sebagai ahaot-afetis artinya “yang memberi makan dan

mengasuh kita”, amo’et-apaketartinya “yang membuat dan yang mengukir”. Akan tetapi Uis

Neno juga dipercaya dapat mendatangkan kemarau panjang yang mengakibatkan tanaman mati dan dapat juga mendatangkan hama penyakit atas tanaman dan ternak serta atas diri manusia. Ilustrasi ini memperlihatkan bahwa Uis Neno merupakan sang pencipta, sang penyelenggara, dan Maha Kuasa Uis Neno dipercaya memiliki dua wujud, yakni Uis Neno

Mnanu artinya “Tuhan Yang Tinggi” dan Uis Neno Pala atau “Tuhan Yang Dekat atau

Pendek”. Akan tetapi, keduanya masih diklasifikasikan sebagai Tuhan Langit.15 Selain Tuhan

Langit, masyarakat Dawan juga mengakui adanya Tuhan Bumi atau Penguasa Alam Semesta. Tuhan Bumi ini disebut Pah Tuaf atau Uis Pah (Pah artinya bumi, dunia, atau alam). Uis Neno dan Uis Pah diakui membentuk kekuatan Ilahi, namun superioritas Uis Neno tetap nyata. Keduanya memang berbeda, dan mempunyai eksistensinya masing-masing akan tetapi satu sama lain tidak dapat dipisahkan.16

Uis Pah dianggap sebagai pembawa ketidakberuntungan dan malapetaka bagi manusia.

Oleh karena itu manusia harus berusaha mengambil hati mereka dengan upacara-upacara ritual. Bersama Pah Nitu (roh atau dunia orang mati) Uis Pah diyakini meraja di dunia dan

14

Bapak Dominggua Oematan, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA

15

Valens Boydalam Mubyarto,Agricultural Rite and Myth of Dawanese of Timor Island,1991: 152-153

16

(8)

tinggal di hutan, batu-batu karang, mata air, pohon-pohon besar dan gunung-gunung. Masyarakat Dawan percaya pada Pah Nitu yaitu arwah-arwah orang yang sudah meninggal dunia. Arwah-arwah ini memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena mereka seringkali dijadikan penghubung atau perantara antara manusia dengan Uis Neno. Mereka percaya juga pada Uis Leu yakni raja yang kudus, Tuhan yang haram, yang biasanya dikaitkan dengan Uis Neno. 17

3.4 Pola Hidup Dan Perilaku masyarakat Mollo

Masyarakat Mollo adalah masyakat yang tinggal di sekitar kawasan Gunung Mutis. Masyakat Mollo hidup berkelompok berdasarkan Kanaf (Marga). Setiap marga memiliki adat istiadatnya masing dan setiap marga juga memiliki tempat-tempat sakralnya masing-masing. Orang Mollo biasanya juga sering disebut Atoin Meto (Manusia Timor). Orang Atoni biasanya hidup di daerah pedalaman yang bersifat amat kering. Masyarakat Mollo umumnya bekerja sebagai petani. Oleh karena itu, hidup mereka sangat tergantung dari alam. Alam dapat membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia dan juga bisa mendatangkan malapetaka. Hal ini tergantung bagaimana manusia mengusahakannya.18

Iklim wilayah Timor dipengaruhi oleh letak geografi wilayah timor yang berdekatan dengan benua Australia sehingga mempunyai perbedaan dengan iklim di wilayah Indonesia lainnya, letak geografi ini mempengaruhi iklim di wilayah Timor yang sangat kering. Suhu udara di wilayah Timor pada saat musim kemarau sangat panas sehingga sebagian wilayah Timor mengalami kekeringan. Pada saat, musim penghujan, curah hujan sangat banyak dan mengakibatkan cuaca sangat dingin dan lembab hal ini mengakibatkan gagal panen oleh

17

Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA

18

(9)

karena tanaman terendam air. Curah hujan di pulau Timor tidak merata dan tidak menentu sehingga cuaca dan musim tidak menentu.19

Keadaan tanahnya berupa tanah liat berpori yang mengandung kapur. Tanah jenis ini tidak mendukung vegatasi penutup, pada musim hujan, keadaan tanah banyak mengandung air, dan akan mengembang ketika volume air hujan bertambah besar. Pada saat musim kemarau, tanah menjadi sangat keras. Komposisi tanah dari batu kapur dan tanah liat sangat berpengaruh terhadap adanya sumber air. Masalah sumber air ini yang menimbulkan bentuk pemukiman dan usaha pertanian yang berpusat di daerah pugunungan dan pengembangan usaha tani lahan kering yang didominasi jagung dan palawija. Dataran pulau Timor didominasi oleh lapisan tanah liat yang biasanya kurang cocok untuk digunakan sebagai lahan pertanian. Oleh sebab itu, masyarakat setempat memanfaatkan tanah kawasan dataran tinggi yang komposisi tanahnya lebih sesuai untuk kegiatan tani, yaitu campuran antara batu kapur dan tanah liat. Secara historis, penduduk mempraktekan sistem usaha tani perladangan berpindah dengan teknologi tebas dan bakar. Dengan demikian pemukiman berpusat pada lereng-lereng pegunungan, di lereng-lereng bukit batu dan Gunung Mutis inilah masyarakat Mollo membuka lahan pertanian, sehingga masyarakat sangat bergantung pada alam Gunung Mutis dan gunung-gunung batu yang berada di wilayah Mollo.20

Selain itu salah satu penghasilan terbesar dari Gunung Mutis adalah lebah madu. Penghasilan lebah madu ini merupakan sumber ekonomi yang juga sangat menonjol bagi sebagian besar penduduk masyarakat Mollo. Bagi masyarakat Mollo panen madu tidak hanya merupakan rutinitas mata pencarian saja akan tetapi panen madu bagi sebagian masyarakat setempat merupakan tradisi leluhur yang terus mereka jaga. Bagi masyarakat Olin-fobia,

panen madu hutan adalah kegiatan sakral yang melibatkan kombinasi dari ritual adat dan

19

H. G Schuler Nordholt, The Political System of The Atoni of Timor, (For Distributor And Circulation In Indonesia Only, 1971), hal 28

20

(10)

agama. Kedua marga besar ini merupakan penduduk asli Mollo yang mendiami wilayah tersebut dan menjaga alam Gunung Mutis. Dalam pemanfaatan lebah madu oleh masyarakat setempat, dibagi kepemilikannya melalui marga yang ada, sehingga setiap marga yang ada mempunyai wilayal-wilayah tersendiri untuk mengambil madu hutan, hal ini dilakukan untuk tidak terjadi konflik dalam mengambil hasil lebah madu. Dikatakan demikian karena untuk melakukan panen madu hutan mereka harus melakukan prosesi ritual karena mereka mengambil madu dari tempat yang dianggap sakral pula yakni Gunung Mutis. Gunung Mutis dianggap sakral oleh karena menurut masyarakat Mollo, mutis adalah sumber kehidupan bagi sebagian besar masyarakat Mollo.21

Untuk menjaga keharmonisan dengan alam, masyarakat Mollo memiliki berbagai tradisi lisan. Tradisi-tradisi lisan tersebut umumnya berkaitan erat dengan bahasa-bahasa ritual dan upacara formal dalam masyarakat tersebut. Kehidupan masyarakat Mollo memiliki hubungan yang erat antara ritus dan mitos pertanian, yang juga berhubungan erat dengan keyakinan religius tradisional. Kehidupan masyarakat Mollo selalu diwarnai oleh berbagai ritus primitif dalam setiap kegiatan hidup mereka. Masyarakat Mollo meyakini bahwa ada penguasa tertinggi yang mengatur seluruh kehidupan mereka, baik kehidupan sosial mereka maupun alam dimana mereka tinggal dan hidup didalamnya. Dalam upaya menjaga kawasan Gunung Mutis masyarakat Mollo juga menata kawasannya berdasarkan peranan dan fungsinya serta melakukan kegiatanpengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam, sebagai upaya mempertahankan kelestarian sumberdaya alam yang ada. Kawasan hutan Mutis dibagi menjadi 3 yaitu kawasan hutan larangan, padang penggembalaan, dan perkampungan.22

Kawasan larangan dengan ekosistem hutan alam yang masih alami yang dianggap keramat bagi masyarakat Mollo. Kawasan larangan meliputi kawasan hutan ampupu hingga puncak Gunung Mutis. Seluruh bagian kawasan larangan masuk didalam kawasan Gunung

21

Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA

22

(11)

Mutis. Kawasan larangan merupakan tempat pelaksanaan ritual yang didalamnya terdapat

Faut kanaf-Oe kanaf dari sebagian fam (marga). Fautkanaf-Oekanaf adalah batu yang

dimiliki setiap marga yang digunakan sebagai tempat upacara terhadap leluhur mereka. Kawasan tersebut disakralkan oleh sukunya dan disegani oleh suku-suku lain karena diyakini memiliki kekuatan gaib yang dapat membawa rejeki atau sebaliknya dapat menimbulkan malapetaka. Tempat-tempat sakral yang dimiliki oleh masyarakat Mollo sebagian terletak di dalam dan diperbatasan kawasan larangan. 23

Semua bentuk kehidupan di dalam kawasan larangan tidak boleh diambil dan semua pelaksanaan kegiatan harus melalui persetujuan ketua adat. Larangan menebang pohon di hutan Gunung Muits larangan diberlakukan sangat keras. Sesuai isi peraturan yang dibuat oleh raja dan tokoh adat, masyarakat Mollo tidak diperbolehkan untuk mengeksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan baik dalam hal penebangan pohon, pemanenan hasil hutan maupun perburuan satwa liar, sehingga hutan Gunung Mutis terlindungi dari penebangan liar dan perburuan liar. Larangan akan dicabut, setelah dipandang menurut kriteria obyektif, hasil telah memenuhi syarat panen yang diawali dengan upacara adat. Aturan adat dan pandangan masyarakat mengenai hutan Gunung Mutis menjadikan mereka sebagai pelindung hutan Gunung Mutis. Pada dasarnya makna dari aturan adat adalah menjaga dan melestarikan hutan dan Gunung dan perlindungan sumberdaya alam. Oleh karena itu, dengan adanya peraturan adat mampu memelihara, memanfaatkan sekaligus melestarikan hutan, dan sawah lengkap dengan flora dan fauna yang ada di dalamnya yang dimiliki secara komunal. Disisi lain, masyarakat juga percaya bahwa alamlah yang akan menghukum mereka jika mengeksploitasi sumberdaya secara berlebihan.24 mengatakan

23

Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017

24

(12)

bahwa sanksi mampu menciptakan rasa takut untuk melakukan pelanggaran bagi suatu masyarakat.25

Selain itu ada kawasan padang penggembalaan berada di luar Nais–Tala’ dimana lahan tersebut berupa hutan tanaman. Sebagian dari kawasan ini masuk kedalam kawasan Cagar Alam. Pada lahan ini berdasarkan peraturan adat, masyarakat dapat memanfaatkan kayu bakar, madu, tali hutan, dan lain-lain tanpa merusak alam. Padang penggembalaan sebelumnya merupakan lahan terbuka yang diijinkan oleh pemerintah untuk ditanami tanaman kehutanan seperti kemiri dan cemara di lahan ini juga terdapat tanaman hias seperti anggrek, kaktus dan lainnya. Untuk kawasan perkampungan, Kawasan pemukiman masyarakat Mollo berada di luar kawasan padang penggembalaan yang merupakan kawasan kampung dan ladang masyarakat Mollo. Kawasan kampung memiliki rumah-rumah adat masyarakat Mollo yang diberi nama Lopo serta pekarangan rumah yang ditanami dengan berbagai tanaman hias yang didapat dari hutan. Selain itu kawasan ladang yang berada di sekitar rumah mereka juga ditanami dengan tanaman-tanaman musiman.26

3.5 Gambaran umum Gunung Mutis

Telah dijelaskan pada bagian awal bahwa Gunung Mutis merupakan salah satu gunung tertinggi di pulau Timor. Istilah sebenarnya yang dipergunakan untuk gunung ini yakni istilah Mutis karena gunung ini selalu berlindung muka atau berselubung muka dengan awan putih; kecuali pada saat turun hujan, awan putih itu bercampur dengan awan hitam. Sesudah hujan awan itu akan kembali menjadi putih oleh karena itu istilah mutis Mutiini bermakna putih. Setiap tahun biasanya gunung ini terbakar sampai tiga minggu lamanya. Sementara itu, agin

25

Bapak Yakobus Toi, tanggal 5 januari 2017 26

(13)

bertiup kencang sehingga tempat kebakaran itu disapuh bersih. Di sinilah istilah Muti

berubah arti menjadi bersih.27

Pada musim hujan terdapat air terjun dari puncak gunung itu ke kakinya. Air terjun ini berasal dari mata air yang keluar dari lubang batu, dan mengalir sepanjang ribuan meter. Batang air terjun itu, dipandang dari jauh, bagaikan kain putih karena jernih airnya. Di sini istilah Muit berarti jernih. Selain apa yang dilihat di atas atau di kulit gunung itu seperti awan-awan, batang air terjun Muti sebenarnya menunjuk kepada harta benda yang ada di dalam gunung itu, Muti berarti harta perak atau emas muda. Sungai yang mengalir dari puncak gunung ini terbagi dua; sebatang menuju timur, sebatang lagi menuju utara yang dinamakan Noe Noni artinya Sungai Perak. Orang-orang yang bermata jeli boleh melihat dan memilih butir-butir perak atau emas muda, setelah banjir-banjir dari sungai-sungai tersebut ini. Benda ini dinamai Noin Oe artinya perak air. Istilah Muti di sini berarti putih perak. Gunung Mutis dirangkaikan dengan Gunung Mollo. Mollo adalah kuning emas atau emas. Biasanya disebut Muti ma Mnatu yaitu gunung perak dan gunung mas. Huruf “S” pada suku

„”ti” menjadi suku ”tia” seperti pada segala istilah misalnya Mollomenjadi Mollos, Banam

menjadi Banama: Timau menjadi Timaubas dsb.28

Mutis mempunyai ketinggian 2.427 meter di atas permukaan laut. Secara geografis Gunung Mutis berada di pulau Timor, tepatnya wilayah kecamatan Fatumnasi dan kecamatan Tobu, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) serta kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Ada beberapa pintu masuk menuju Gunung Mutis yaitu yang Pertama: Melewati Desa Fatumnasi, kecamatan Fatumnasi, kabupaten TTS. Desa ini jaraknya sekitar 143 km dari ibu kota propinsi Nusa Tenggara Timur, Kupang dan 33 km dari kota Soe, ibu kota Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kedua: Melewati Kecamatan Tobu, Kabupaten Timor Tengah Selatan

27

Dinas pendidikan dan kebudayaan , sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya,Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur, Kupang 2007. Hal 1

28

(14)

(TTS). Ketiga: Melewati kecamatan Miomafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), namun jalur yang paling mudah dan dekat yakni desa Fatumnasi.29

Fatumnasi sendiri yang merupakan kecamatan di mana Gunung Mutis berada yang adalah sebuah desa adat. Kata Fatumnasi terdiri dari dua suku kata yaitu Fatu yang arinya batu dan mnasi yang artinya tua, jadi Fatumnasi yang berati; Batu Tua. Dituturkan bahwa desa ini merupakan tempat salah satu leluhur suku dawan tinggal sekaligus leluhur penjaga alam gunung paling tinggi di pulau Timor yaitu Gunung Mutis. Gunung Mutis adalah sumber kehidupan bagi masyarakat Timor oleh karena di Gunung Mutis terdapat sumber mata airbesar yang mengalir dan memberi kehidupan kepada sebagian besar masyarakat Timor seperti yang telah dipaparkan di awal. Air ini juga yang membuat tanah di Fatumnasi menjadi sangat subur. Wilayah sekitar Gunung Mutis merupakan daerah resapan air dan menjadi sumber mata air utama di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Hal ini yang menjadi alasan raja Mollo pada waktu itu menganjurkan untuk semua masyakata Mollo untuk menjaga alam Gunung Mutis.30

Gunung Mutis tidak hanya mempunyai panorama alam yang sangat indah dan eksotis akan tetapi juga sangat kaya akan keragaman hayati alam seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan yang masih terlindungi dan banyak di jumpai di kawasan Gunung Mutis. Gunung Mutis terkenal dengan gunung-gunung batu yang kokoh berdiri yang juga mengandung unsur marmer. Oleh masyrakat disebut Faut Kanaf yang apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah batu nama. Wilayah Gunung Mutis relatif subur dan udara sejuk. Wilayah kaki Gunung Mutis merupakan wilayah bagian utara yang masih sangat asri, dengan hamparan pandang rumput yang luas diselingi tonjolan bukit-bukit marmer putih, hijau, dan kelabu. Rumput-rumput yang tumbuh terutama rumput alang-alang dan rumput janggut tumbuh subur di musim hujan dan mati pada musim kering. Di sela-sela padang rumput

29

Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2007

30

(15)

tumbuh berbagai tanaman keras, semacam jenis ampupu (Eucalputus Urophylla) dan Cendana (Santalumalbum). Selain kedua jenis tumbuhan itu, masih ada beragam jenis lain seperti paku-pakuan, berbagai jenis tanaman anggrek liar dan lumut-lumutan. Selain itu Fauna kawasan ini juga sama kayanya. Di kawasan ini masih menjumpai rusa Timor (Cervus

timorensis), kuskus, biawak Timor (Varanus timorensis), ular sanca Timor (Phyton

timorensis). Kawasan Mutis memiliki tipe vegetasi yang merupakan perwakilan hutan

homogen dataran tinggi.31 Hal lain yang menarik untuk dilihat adalah bagaimana suku-suku asli kawasan ini memanfaatkan dahan dan ranting pohon-pohon besar untuk membuatkan rumah bagi lebah hutan penghasil madu. Bagi masyarakat setempat, lebah hutan membantu mereka menopang kehidupan ekonomi dari hasil ternak dan pertanian. Sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bertani (aneka sayuran, padi, jagung, umbi-umbian, kopi) dan berternak (kambing, sapi, kuda, kerbau). Mereka juga pencari madu hutan, sementara ibu-ibunya penghasil tenun berkualitas.32

Gambar 1

Gambar Peta letak Gunung Mutis

31

H. G Schuler Nordholt, The Political System of The Atoni of Timor, (For Distributor And Circulation In Indonesia

32

(16)

Gambar 2 Lereng Gunung Mutis

Gambar 3

Gunung Batu disekitar Gunung Mutis dan Hewan peliharaan Warga yang berkeliaran Bebas di padang ramput

3.6 Tentang nama-nama dari bentuk Gunung Mutis

Dari ujung Gunung Mutis sebelah Utara sampai Kaisliu sampai ke sebela Timur dari puncak ke puncaknya dihubungkan dengan bentuk tanah yang curam di sebelah menyeblah; begitu curamnya jalan dari puncak ke puncak bagaikan isi pedang sehingga binatang besar tidak dapat melewati lereng-lereng puncak ini, kecuali babi hutan yang tahu benar jalan ini, atau kera yang boleh meloncat kian kemari dari puncak kepuncak Gunung Mutis ini. Sebab itu dari ujung utara ke ujung timur disebut Belo Tan Lakan Ma Fafi Tui Lala. Belo atau Kelo

artinya kera. Tanlakanloncatan/ lompatan. Kera-kera meloncat dari puncak ke puncak gunung ini. Fafi ”Babi /Babi hutan”. Babi jinak atau, anjing tidak bisa berjalan di tempat ini karena

(17)

puncak yang tertinggi sampai di ujung sebelah Timur, terdapat beberapa tempat yaitu Lalu

unu, oe ana bi kuis, nafu matafetin fetim ma lelo fu.33

1. Lalinu adalah bunga api yang berhamburan atau bara api kecil yang berhamburan,

yang sebenarnya adalah bunga air yang terkena cahaya api pada waktu malam saat gunung ini terbakar, berminggu-minggu lamanya. Percikan butir-butir air yang kena cahaya api waktu malam bagaikan bunga api yang berhamburan atau berterbangan sepanjang batang air terjun itu.34

2. Oeana adalah mata air kecil pada akhir musim panas. Air kecil ini menjadi mata air

yang besar sekali pada musim hujan, yang meluap dari danau dalam hati batu gunung yang menyemburkan air dari sumber batu juga. Mulut sumber itu sangat besar sehingga di mulut sumber ini, air terbagi menjadi tiga batang air terjun. Satu batang air terjun menuju ke sebelah Utara Gunung Mutis yang mengalir melalui Desa Bonleu, Keluar di Batu Peke, melalui Haekto terus ke Maurius masuk ke tanolo (Belu) melalui Besikama, lalu bermuara di Noe Faru. Tempat ini menjadi pelabuhan termasyur dari abad I sampai abad XII. Batang air terjun yang menuju ke sebelah barat melalui desa Nenas, tempat Noetoko, Eno Matanin, Matpunu, menembus Batu Malete, sungai besar, yang lebarnya ¾ km melaui Basniti Nuat, Susi, Tfome, Hau Fenu, Noelmina Batu putih (jembatan) hine bena (dataran berumput) lalu bermuara di pantai laut Selatan Pulau Timor. Di muara sungai terjadi suatu pulau kecil bernama Meni Fon Meni Beton- Bai Feon. Banyak buaya atau; Pulau Buaya. Demikian nama delta ini Sungai yang mengarah ke sebelah Timur juga mempunyai delta bernama La Ken Kun- La Kenu tempat penyebrangan jiwa-jiwa waktu meninggal dunia. Di sini mereka berkumpul dan menyebrang terus ke

33

Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya, hal 3

34

(18)

Malaka. Dari sana mereka meyebrang lagi melalui beberapa tempat, lalu akhirnya tiba di tempat masing-masing asal usul kedatangan neneknya misalnya neneknya datang dari Hindia Betaking; tandanya adalah suatu benda yang masih disimpan atau masih diingat yakni Suni Betaking yaitu pedang dari Hindia Belanda; Suni Oa

Manaspedang dari Hindia Muka. Batang air terjun yang menghadap kesebelah utara

melalui desa Kaesliu, melalui suatu tempat berakhir perbatasan Mollo dan Amfoang. Dari tempatnya mengalir ke laut sebelah Utara berhadapan dengan pulau Alor. Sepanjang sungai ini dari Sutual sampai ke muaranya merupakan perbatasan Amfoang dan Ambenu. Di sini dua nama dirangkaikan yaitu Noe Binonis Noe

Bitimos.35

3. Bi Kuis/ Bi Kus“Kumbang atau guci besar”. Puncak Gunung yang tertinggi dari

bukit-bukit lain yang juga merupakan puncak-puncak Gunung Mutis dari jauh tampaknya seperti sebuah guci besar. Karena itu disebut Bi Kusi. Awalan Bi dipakai untuk nama wanita atau juga hewan; tetapi disini di pakai untuk wanita atau putri yakni Putri Gunung Mutis. Inilah yang menjadi pokok penyembahan pada putri ini berabad-abad lamanya. Yang pertama kali datang mendapatkan Gunung Mutis a. Keluarga Kune Uf/Kune I/Kune yang mula-mula bertempat di Netfoni. b. Keluarga Bai Uf/ Bai I Penukar / Bay I perubahan di Koén.

c. Keluarga Lasa/ Las Tuaf/ Lasa penguasa di Oe Letunan antara Fatu Naususu dan Gunung Mollo.

d. Beberapa keluarga menyusul lagi.

e. Kemudian datang Kono-Oematan yang dapat menghubungkan keluarga-keluarga ini (Temukung/Desa masa sekarang), menjadi satu bahagian atau satu wilyah pimpinan.

35

(19)

f. Yang terakhir datang adalah Sonbay dengan rombongannya; lalu terbentuk wilayah kekaisaran yang tak ada tandingnya di dataran Timor ini dan pulau-pulaunya. Penyembahan kepada Putri Gunung Mutis menghebat karena waktu itu diutus seekor Garuda mengukur pulau-pulau Maluku (yang sudah diukur) 36

4. Naufun/ Nan Fon artinya “terurai rambut hingga menutup mukanya atau tubuhnya

hingga jarang kelihatan”. Dengan itu menjadi terang bahwa, rambut yang terurai

adalah kiasan dari awan yang selalu menudungi puncak yang tertinggi yang berbentuk sebagai guci itu.

5. Tafetin“Melepaskan/bercerai”.

6. Fet In “mereka bercerai/mereka berpisah”. Perceraian terjadi antara Putri dan

penyembah-penyambahnya.

7. Lelo“limau hitam / limau asam / limau tanaman alam”. Limau yang tumbuh sendiri,

tidak dipelihara oleh manusia, hanya oleh alam sendiri sesuai perubahan musim atau iklim. Sebenarnya suatu pohon yang bertumbuh sendiri dan berbiak sendiri. Seluruh penduduk dataran Timor dan pulau-pulaunya mengenal tanaman ini dalam masa modern ini bidang pertanian memeliharanya untuk pencangkokan atau okulasi. Hasilnya terlihat lebih bagus di sekitar Gunung Mutis. Istilah yang dipakai untuk ini

adalah “Merdeka –Tumbuh, Merdeka Berbiak, Merdeka Beralih”.

8. Fuy“bebas/merdeka, berdiri sendiri, mengatur diri sendiri”. Fuy/Folu misalnya: Sul

Folu Oe Folu tongkat kemerdekaan; diberikan oleh Pemerintah Belanda kepada

semua Raja-raja didaratan Pulau Timor dan pulau-pulau sekitarnya sesudah perang Pen Fuy yaitu sesudah mengambil kota Konkordia di Kupang pada permulaan abad ke XVIII sejalan dengan permulaan perang Aceh.37

36

Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya. Hal 2-7

37

(20)

3.7 MitosAsal mula kedatangan nenek moyang masyarakat Mollo ke Gunung Mutis

Dalam penelusuran pengumpulan informasi tentang mitos yang beredar dalam masyarakat Mollo mengenai Gunung Mutis, tidak ada sumber tertulis yang faktual yang ditinggalkan oleh para leluhur masyarakat Mollo. Tetapi berdasarakan penuturan tua-tua adat,

masyarakat Mollo serta cerita-cerita rakyat yang ada, diperoleh keterangan bahwa pada awalnya nenek moyang masyarakat Dawan dalam hal ini orang Mollo berasal dari Hindia Belakang, mereka awalnya datang ke pulau Timor dari wilayah bagian utara pulau Timor yaitu Timor Tengah Utara tepatnya Betun Besikama tepatnya di desa Sikun, saat itu semua belum mempunyai marga, ketika tiba, mereka mempunyai pandangan tertuju pada puncak tertinggi pulau Timor yaitu Gunung Mutis, oleh karena di puncak Gunung Mutis terlihat api yang menyala. Mereka lalu menuju ke wilayah Gunung Mutis untuk menemukan api yang sedang menyala tersebut dan siapa pemilik api. Dalam perjalanan menuju Gunung Mutis untuk menemukan api tersebut barulah nenek moyang orang Mollo mendapatkan marga-marga mereka, marga-marga yang mereka dapatkan dari setiap perilaku yang mereka lakukan.38

Ada beberapa marga besar yang muncul ketika nenek moyang orang Timor menuju ke Gunung Mutis yaitu misalnya marga Oematan yang artinya mata Air, karena ketika mereka tiba di sebuah mata air yang bernama Oemat hitu yang artinya tujuh mata air mereka mengambil air dari sumber mata air itu sehingga mereka disebut Oematan. Ada juga yang melewati mata air tersebut akan tetapi tidak mengambil air hanya melewati saja, mereka disebut Uiskono yang artinya Melewati. Setelah itu ketika mereka tiba di Gunung Mutis dan menemukan api lalu mereka melempari api terbeut, mereka disebut Polli yang artinya melempari. Ada juga yang mengambil api yang menyala itu lalu mereka disebut Luli, yang artinya mengambil. Setelah itu mereka yang bertemu dengan pemilik api disebut Tefa yang

38

(21)

artinya Bertemu. Ketika mereka ada yang dapat membujuk pemilik api untuk berbicara, mereka disebut Bai yang artinya membujuk. Masih banyak marga yang diperoleh nenek moyang masyarakat Dawan dalam perjalanan mereka menuju ke Gunung Mutis, marga-marga itu yang menjadi marga-marga besar yang mendiami sebagian wilayah Timor. 39

Ketika mereka berada di Gunung Mutis mereka tiba di sebuah hamparan yang diberi nama Lelofui, disana mereka membuat sebuah rumah adat yang biasa disebut Lopo. Mereka membuat Lopo dengan menggunakan bahan-bahan lokal seperti kayu-kayu hutan, kulit-kulit pohon dan rumput alang-alang, lopo itu dibuat dengan 8 tiang. Menurut penuturan ada 8 suku yang datang dan tinggal di Gunung Mutis, yaitu Suku Mollo, Amanuban, Amanatun, Ambenu,

Miomafo, Amfoang, Amarasi, Amkase. Kedelapan suku ini awalnya tinggal bersama-sama di

Gunung Mutis tetapi oleh karena diatas Gunung Mutis banyak sekali binatang buas serta iklim yang buruk sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk berpencar ke semua penjuru pulau Timor, dan yang tetap tinggal di wilayah sekitar Gunung Mutis yaitu suku Mollo. Ada sebuah hamparan yang diberi nama Lelofui dan Tafein yang artinya melepaskan, karena disitulah tempat kedelapan suku itu berpisah.40

Gunung Mutis adalah puncak tertinggi pulau Timor yang memberi kehidupan bagi sebagian besar masyarakat Pulau Timor dan juga sebagai tempat yang disakralkan dan disucikan oleh karena merupakan tempat tinggal para Leluhur masyarakat Dawan. Disana terdapat banyak tempat sakral yang sering digunakan untuk ritual-ritual pemujaan sekaligus ritual untuk meminta kesuburan, baik meminta hujan maupun memintah panas. Ada juga sumber-sumber mata air di Gunung Mutis yang menjadi tempat berdoa bagi masyarakat Mollo. Telah dipaparkan bahwa di atas Gunung Mutis muncul beberapa marga besar di wilayah Timor dan juga ada tempat-tempat sakral untuk marga-marga tersebut seperti

39

Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA

40

(22)

misalnya ada lubang-lubang angin yang dari sana muncul marga Anin artinya Angin. Tempat itu menjadi tempat yang disakralkan oleh marga Anin.41

Di Gunung Mutis juga terdapat sebuah Gua yang bernama Nualulatyaitu gua bertulis yang diyakini oleh masyarakat Mollo bahwa di dinding Gua tersebut terdapat coretan-coretan nama, dan nama orang yang meninggal itu akan muncul pada dinding Gua tersebut, sehingga mereka meyakini bahwa Mutis merupakan tempat roh leluhur mereka berada dan juga tempat di mana mereka akan kembali ketika mereka meninggal. Tidak hanya itu, Gunung Mutis juga bagi masyarakat Timor merupakan sorga yang mana ketika mereka meninggal arwah mereka akan kembali ke atas Gunung Mutis bersama Penguasa tertinggi Uis Neno dan para leluhur mereka, untuk menunggu waktu mereka kembali ke gunung, maka mereka tinggal sementara di pepohonan, batu-batu. Oleh karena itu, setiap marga di Timor mempunyai gunung batu tersendiri misalnya Faut kanaf ayang artinya batu marga tempat mereka transit untuk menuju ke Gunung Mutis. ada juga sebuah padang yang bernama Nitum Mbone yaitu padang tempat pesta, di sana ada lingkaran bulat seperti orang yang sedang menari Bonet. di tuturkan bahwa itu adalah tempat leluhur masyarakat Mollo melakukan pesta, dan ketika ada orang yang akan meninggal maka jejak kaki melingkar seperti orang sedang menari bonet akan muncul.42

Mulai dari keluarga-keluarga yang pertama datang mendapatkan Gunung Mutis selalu ada kenyataan sampai hari ini, bahwa di jalan gunung seolah-olah ada suatu kampung arwah-arwah yang senantiasa kelihatan sebagai manusia-manusai kerdil. Sering mereka tidak kelihatan tetapi kedengaran suaranya, bagaikan suara manusia, yang berbahasa Timor dan dapat diartikan kata-katanya atau kalimat-kalimatnya. Mereka bisa membuang luda pada orang baru, binatang-binatang buruan di Gunung Mutis itu, lebih lagi bagi para pemburu yang baru menangkap babi hutan; pemburu itu diserang dengan kata-kata hinaan yang

41

Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari

42

(23)

terdengar dekat sekali. Ada bunyi jejak kaki, bunyi hentakan kaki, tanda orang marah, bunyi pijakan dahan atau ranting kering yang patah. Ada pemburu yang kadang-kadang tak tahan mendengar kata-kata hinaan tersebut dan akhirnya pulang kembali dengan tidak membawa hasil buruannya.43 Ada orang-orang tertentu yang mempunyai kemampuan untuk dapat melihat arwah-arwah. Mereka dapat melihat arwah-arwah dengan terang, lalu lalang pada pemandangannya, bukan saja di Gunung Mutis atau di kubur, sudut-sudut jalan tetapi juga dalam rumah tempat tinggalnya. Mereka ini di sebut mat nitu (mata arwah) ada orang yang penyembahannya pada dewa dan dewi hingga tiba-tiba mereka tahu apa yang akan terjadi – hujan – panas – angin ribut. Orang yang sedemikian disebut Ma na ku / Ma’nak Pah (kalau dewa atau dewi itu atau mata air dan gunung-gunung batu, berarti arwah itu dari tanah gunung).44

Tetapi ada juga ma nak nitu(arwah nenek-nenek), yang paling berbahaya bukan saja melihat arwah-arwah entah nenek-nenek atau tanah bumi tetapi ada yang melakukan hubungan perkawinan selaku suami dan istri. Orang-orang yang sedemikian jangan digugat nanti suami atau istri arwah itu akan membalas gugatan itu.45

Kalau ada kematian pemuka masyarakat, dalam ratapan akan disebut atau dituturkan perjalanannya yang berakhir di Gunung Mutis; terlebih yang mengadakan onen

(sembahyang) atau pidato akan disebut secara jelas misalnya ia akan singgah dan menuliskan capnya di gua Kok La, Nualulat“gua cap” atau gua yang mempunyai tulisan cap kudanya.

Ia singgah menggosokkan kaki (Fou Ha’e) dekat batu Naususu, batu cabut susunya (seorang ibu dalam perjalanan mencabut susu atau buah dadanya). Ia sampai di Tailkoti tidak

43

Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya, hal 99

44

Bapa Dominggus Oematan tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA

45

(24)

menoleh tetapi langsung melihat, tempat kampung halamannya, sampai Fatumnasi (batu

tua)Babnai Batu Nay/ Bubu nay (semacam tumbuhan berwarna kuning), kalau menyengat

sakit sekali melebihi tumbuhan biasa. Tumbuhan ini hanya hidup di sekitar Gunung Mutis – Babnay.46

Bi Kek Neno / bi kek ke lan (nama wanita, juga gunung dewi) Gunung Mollo dan

sekitarnya di mana tumbuh pohon-pohon ampupu. Bibit pohon ini di bawa dari Australia oleh kawanan lebah ke pulau Timor seperti kalong-kalong yang mengambil bibit buah pinang dari Alor ke tanah Amfoang. Bila si mati tiba di Mutis dan ada tanda guntur, itu berarti pintu sudah ditutup. Kalau musim panas dikatakan Ma u an putun natau lalan, oni antai – m –

natau lalan berarti rumput angus menutup jalan, lebah bersarang menutup jalan. Kalau

musim hujan dikatakan awan turun menutup jalan atau ulan sanu hatau lalan yaitu hujan turun menutup jalan. Ini berarti arwah-arwah tinggal selamanya, tidak akan kembali lagi.47

46

Bapak Dominggus Oematan, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA

47

Gambar

Gambar 1 Gambar Peta letak Gunung Mutis
Gambar 2 Lereng Gunung Mutis

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Nilai probabilitas pengujian &lt; 0,05 menunjukkan bahwa variabel Good Corporate Governance (GCG), Ukuran (Size) perusahaan, Pertumbuhan (Growth) perusahaan dan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat relasi kuasa antara Civitas sekolah dan siswa melaui penggunaan CCTV di lingkungan

[r]

Adapun yang menjadi informan pelengkap dalam penelitian ini adalah guru-guru SD Negeri 003 Pulau Padang, baik yang telah sertifikasi maupun yang belum sertifikasi,

BMN serta laporan manajerial lainnya sesuai ketentuan yang berlaku. Pada Universitas Islam Negeri Sumatera Utara bentuk sistem informasi akuntansi yang digunakan adalah

Demikian orasi yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga kita senantiasa berada dalam bimbingan dan lindungan Allah SWT, sekali lagi saya ucapkan selamat dan terima

Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) yang berjudul Analisis Pengaruh Variabel NPF, FDR, dan CAR Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada Bank Umum

Wiwik Nurul Hayati dalam naskah publikasi “pengelolaan pembelajaran tematik di SD Djama’atul Ichwan Surakarta” mengungkapkan hasil penelitianya antara lain (1) dalam