• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Krisis Eropa di Yunani terhadap P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dampak Krisis Eropa di Yunani terhadap P"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Dampak Krisis Eropa di Yunani terhadap

Perekonomian Swedia (Periode 2011-2012)

1.1 Latar Belakang

Swedia berdasarkan letak geografis berada di Semenanjung Skandinavia di Eropa Utara. Dengan luas wilayah sebesar 449.964 km2 dan jumlah penduduk sebesar 9.088.728 pada tahun 2011. Sejak masa pemerintahan Raja Gustav Vasa (1523-1560), Swedia menjalankan politik ekspansi ke wilayah Republik Baltik, Jerman Utara, Finlandia, dan Denmark. Pada tahun 1946 Swedia menjadi anggota PBB, tahun 1949 berperan sebagai pendiri Dewan Eropa, tahun 1952 Dewan Nordik, dan 1 Januari 1955 menjadi anggota Uni Eropa.1

Uni Eropa terbentuk pada tahun 1967 dengan keinginan untuk mewujudkan tatanan Eropa yang lebih stabil dan damai melalui kerja sama kawasan. Kemudian, keinginan tersebut sangat didukung oleh Amerika Serikat melalui suntikan dana ke Marshall Plan.2 Dan sejak tahun 1955 masuknya keanggotaan Swedia sangat mendukung dan mempromosikan pentingnya kerjasama kawasan. Dalam perluasan keanggotaan, pemerintah Swedia sangat mendukung perluasan keanggotaan Uni Eropa bagi negara Eropa Tengah dan Eropa Timur, negara-negara Baltik dan Turki. Perluasan keanggotaan Uni Eropa akan membuka peluang perdagangan dan investasi yang besar bagi Swedia. Swedia pernah menjadi presidensi Uni Eropa Juli-Desember 2009 dan berhasil menjalankan tugasnya dnegan baik.3

Sejak tahun 1970-an sistem ekonomi Swedia dianggap berhasil karena bisa menggabungkan antara sektor swasta yang kompetitif, bebas dan tumbuh pesat, dengan welfare state economy yang sangat egaliter. Sistem

welfare state berhasil diterapkan di Swedia dan dibuktikan dengan kuatnya perekonomian Swedia, rendahnya angka pengangguran, meningkatnya kesejahteraan. Di sektor industri, swedia sangat menekankan pentingnya

1 https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/sw.html, diakses 20 Oktober 2012

2 Chandrawati, Nuraini (2004). Jurnal Politik Internasional,” Kedaulatan Kontemporer: Terkikisnya Control Negara, Tantangan Dalam Perluasan Uni Eropa Ke Negara-Negara Eropa Tengah Dan Eropa Timur”. Depok, Departemen Ilmu HI FISIP UI, Vol. 6 No. 2: hlm.66-68

(2)

Research dan Development dan menjadikan Swedia sebagai salah satu negara yang mempunyai tingkat inovasi tertinggi di dunia. Pada dasarnya perekonomian Swedia menganut sistem kapitalis berteknologi tinggi dan sistem sosialis.4 Swedia merupakan sebuah negara dengan perekonomian yang kuat dan terbuka namun tergantung pada perdagangan luar negeri.

Industri-industri besar Swedia berorientasi internasional dan banyak berproduksi di luar negeri, terutama di negara-negara Uni Eropa. Mitra danga utama Swedia adalah negara industri maju lainnya, terutama negara-negara anggota Uni Eropa. Swedia juga tercatat sebagai salah satu negara-negara investor utama di dunia dan Uni Eropa merupakan kawasan tujuan utama investasi langsung Swedia. Akibat ketergantungan pada perdagangan luar negeri, ketika krisis Yunani terjadi perekonomian Swedia jadi ikut terganggu. Krisis Yunani terjadi pada tahun 2008, akibat hutang Yunani hasil dari banyaknya modal asing ke negara Yunani. Keadaan tambah memburuk pada tahun 2010 bahwa pemerintah Yunani membayar beberapa bank untuk mengatur transaksi yang dapat menyembunyikan jumlah hutang pemerintah.

Dan keuangan Yunani mengalami deficit akibat banyaknya kasus penggelapan pajak yang telah merugikan negara hingga US$ 20 milyar per tahun. Krisis Yunani tersebut otomatis merupakan krisis hutang pada zona euro dan mendesak pemerintah Eropa untuk mengambil kebijakan penghematan dan reformasi ekonomi. Krisis Eropa di Yunani ini menyebar kepada negara-negara Eropa bahkan seluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan adanya arus perdagangan internasional yang kuat di kawasan Eropa. Dan sekarang krisis Eropa tersebut tidak hanya terjadi di Yunani, namun sudah meluas ke negara Spanyol, Italia, dll.5 Itulah titik lemah dari adanya sebuah integrasi sebuah kawasan, meskipun Uni Eropa sering dinilai sebagai suatu kerja sama ekonomi berbasis kawasan yang paling sukses di dunia.6 Faktanya bahwa dengan adanya integrasi Eropa justru malah membuat perekonomian negara anggota Uni eropa melemah akibat resesi krisis di Yunani.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan terkait pada latar belakang, penulis melihat bahwa krisis Eropa di Yunani ini meluas dampaknya terhadap perekonomian 4 Ibid, profil negara arsip Kementerian Luar Negeri RI

5 Smith, Ian (2008). Bitter Harvest: Zimbabwe and the Aftermath of Its Independence. London: John Blake Publishing. Hlm.280.

(3)

negara-negara di Eropa terutama negara-negara anggota Uni Eropa seperti Swedia. Negara-negara Uni Eropa menjadi salah satu tujuan ekspor terbesar industri Swedia. Ketika terjadi krisis di salah satu negara anggota Uni Eropa akan berakibat pada perekonomian Swedia. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik sebuah pertanyaan utama mengenai “Seberapa besar dampak Krisis Eropa di Yunani terhadap perekonomian Swedia pada tahun 2011-2012?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk membahas hal-hal antara lain :

1. Mendeskripsikan kondisi perekonomian Swedia sebelum terjadinya krisis Eropa pada tahun 2008

2. Menjelaskan awal terjadinya krisis Eropa di Yunani pada tahun 2008. 3. Menganalisa dampak terjadinya krisis Eropa di Yunani pada tahun 2008

terhadap perekonomian Swedia periode 2011-2012

1.4 Kerangka Pemikiran

Sejak Perang Dingin berakhir telah mempengaruhi isu-isu Hubungan Internasional yang sebelumnya terfokus pada high-politics (politik dan keamanan) kemudian beralih kepada isu low-politics (HAM, ekonomi, lingkungan hidup dan terorisme).7 Isu low-politics ini seperti pada fenomena ketika krisis Yunani melanda Eropa yang mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi, politik, dan sosial. Dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan dampak krisis Eropa di Yunani sebagai variable independen dan perekonomian Swedia sebagai variable dependen. Kemudian penulis menggunakan teori interdependensi untuk mendeskripsikan kerjasama ekonomi antar negara-negara di Eropa terutama negara-negara-negara-negara anggota Uni Eropa. Karena ketergantungan satu sama lain, teori krisis ekonomi akan menjelaskan ketika terjadi krisis pada salah satu negara, maka krisis ekonomi tersebut juga akan dirasakan oleh negara-negara yang saling ketergantungan. Ketika krisis tersebut terus meluas, maka kekuatan ekonomi di negara yang juga bergantung pada negara krisis akan mengalami penurunan ekonomi.

Dalam studi Hubungan Internasional perspektif liberalisme melihat bahwa sistem perekonomian Uni Eropa yang menjadi single market sangat memperkuat Uni Eropa sebagai kesatuan regional yang mengatur perekonomian negara anggota. Namun jika dilihat dari teori interdependensi, hubungan antara negara-negara kawasan Uni eropa sangat menunjukkan

(4)

suatu hubungan yang saling ketergantungan satu sama lain. Teori ini lahir dari paham liberalis yang mengartikan bahwa ketergantungan suatu negara dengan negara lainnya merupakan hal yang positif, karena dibukanya kerjasama, pasar bebas, dan sebagainya. Menurut Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye, interdependensi merupakan sikap saling ketergantungan yang mempertemukan kekurangan masing-masing negara dengan keunggulan komparatif masyarakatnya. Dari hal tersebut akan menimbulkan sikap saling membutuhkan satu sama lain.8

Sedangkan menurut Robert Jackson dan George Sorenson, interdependensi adalah hubungan timbal-balik antar negara denga negara lainnya. Semakin erat hubungan suatu negara dengan negara lainnya maka semakin besar pengaruh dari luar.9 Oleh karena itu, berawal dari sebuah integrasi kawasan yang bertujuan untuk membuka jalur kerjasama antar kawasan di Eropa memang sangat menguntungkan bagi negara-negara anggota. Namun, keterbukaan tersebut akan membuat suatu negara menjadi ketergantungan dengan negara tetangganya. Ketika terjadi krisis di salah satu negara anggota, maka semua negara anggota lainnya juga terkena dampak dari krisis tersebut. Jadi, fenomena krisis Eropa di Yunani akan membuat negara-negara anggota yang bergantung pada Yunani (misalnya dalam ekspor-impor) mengalami penurunan yang signifikan dan akan berdampak pada perekonomian negara yang bergantung seperti Swedia.

Krisis keuangan global di kawasan Eropa yaitu Yunani, merupakan krisis

Second Generation Model (SGM). SGM disebut oleh banyak pengamat sebagai

endogeneous policy model atau self fullfiling process. Munculnya SGM berawal ketika fenomena krisis terjadi di Eropa tahun 1992 dengan pembentukan

European Exchange Rate Mechanism (ERM).10 Namun sekarang krisis di Eropa kembali terjadi akibat tidak sehatnya perekonomian di Yunani yang menyebabkan krisis besar-besaran yang berdampak pada negara-negara Eropa khususnya negara anggota Uni Eropa. Hal inilah yang sering disebut para ekonom Domino effect Theory, artinya penyebaran suatu perubahan yang dapat menjalar secara terus-menerus dalam bentuk reaksi berantai sampai masalah tersebut dapat dihentikan.

8 Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye, Power And Interdependence World Politics In Transition, Boston: Little Brown Company, hlm. 24-25.

9 Robert Jackson dan George Sorenson, 1999, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Jakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 148.

(5)

Teori Efek Domino pertama kali dicetuskan oleh Presiden Amerika Serikat, Dwight Eisenhower (1979), menyatakan bahwa teori efek domino adalah sebagai fenomena perubahan berantai berdasarkan prinsip geo-politik dan geo-strategis. Karena teori ini lahir dari konsideran geografis, maka obyeknya adalah negara-negara yang secara geografis berdekatan, misalnya terletak dalam satu kawasan.11 Pola perubahan dianalogikan seperti domino China (Mahyong) yang berdiri tegak, dimana jika keping domino paling awal dijatuhkan, ia akan menimpa keping domino terdekat, dan proses ini akan berlanjut hingga ke keping domino terakhir. Oleh karena itu, fenomena krisis Eropa di Yunani yang terjadi pada tahun 2008 sudah menyebar luas dampaknya terhadap negara-negara Eropa bahkan negara-negara kawasan lainnya.

Menurut Bretton Woods, 1944 mengenai sistem moneter dunia. Munculnya Uni Eropa sebagai kekuatan integrasi baru dalam sistem perdagangan dunia dan sejak 1987 membentuk European Monetary System

(EMS). Dengan ditandai pemberlakuan sistem European Exchange Rate Mechanism (ERM) yang menetapkan mata uang bersama yaitu euro, transaksi internasional bukan lagi dengan Dollar AS saja, melainkan sudah ada pola pola campuran dalam sistem nilai tukar. Karena adanya sistem bipolar dalam keuangan internaisonal yang berpusat pada Dollar AS dan Euro, maka nilai tukar mata uang dengan sistem mengambang sangat bergantung pada mekanisme pasar.12

Namun menurut Thygesen, 1994 melihat adanya kegagalan EMS sebagai akibat dari upaya untuk memaksakan sebuah subsistem yang kaku ke dalam suatu system yang pada dasarnya liberal. Ketika single market yang mengintegrasikan perdagangan komoditi, jasa dan uang mulai diberlakukan di Eropa, maka pematokan mata uang menjadi tidak relevan. Oleh karena itu, masyarakat Swedia menanggapi penerapan mata uang tunggal euro ragu-ragu dan berdasarkan rasa nasionalisme mereka, Swedia tetap mempertahankan mata uang nasionalnya yaitu krona. Ketika krisis Eropa terjadi di Yunani, Swedia terpaksa menaikkan tingkat bunga agar mendapat keuntungan dari devaluasi yang dilakukan Swedia sehingga mata uang nasional nilainya tetap bertahan dan stabil

11 Eisenhower. 1979. The First Domino: International Decision Making During the Hungarian Crisis of 1956. Journal of American History, Vol. 66 Issue 2

(6)

1.5 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis metode kualitatif dalam menjelaskan pembahasan dari permasalahan penelitian. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya berupa kata-kata atau kalimat, data disajikan dalam bentuk uraian naratif, sehingga dapat menjawab permasalahan penelitian secara sistematis dan logis.13 Dan metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analitis, metode ini bertujuan untuk menggambarkan, menelaah, menganalisa, dan mengklarifikasi gejala atau fenomena yang didasarkan atas hasil pengamatan dari beberapa kejadian dan masalah yang akurat.14 Metode ini dipakai untuk menggambarkan seberapa besar dampak krisis Eropa di Yunani tersebut terhadap perekonomian Swedia. Dalam penelitian ini, penulis mengamati perekonomian swedia sebelum terjadi krisis Eropa, menggambarkan awal mula terjadinya krisis Eropa, dan menganalisis dampak krisis tersebut terhadap perekonomian Swedia.

Berdasarkan indikator-indikator seperti pengukur pembangunan di suatu negara salah satu contohnya yaitu GDP per kapita, serta indikator yang membuat perekonomian suatu negara maju yaitu ekspor-impor yang mampu menjawab dari permasalahan krisis Eropa terhadap perekonomian Swedia. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka (data sekunder). Oleh karena itu, analisa mengenai krisis Eropa ini juga menggunakan data sekunder. Data yang digunakan didapatkan dari dokumen-dokumen resmi pemerintah seperti data-data perekonomian Swedia. Penelitian ini juga menggunakan data-data-data-data lain termasuk fenomena krisis eropa di Yunani yang masih berlangsung hingga saat ini yang didapatkan dari buku, jurnal, skripsi dan laporan penelitian baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Krisis Eropa di Yunani ini yang dilaporkan oleh media massa juga menjadi salah satu sumber penelitian ini.

Dan terakhir selain dari koleksi pribadi, studi pustaka akan dilakukan di beberapa perpustakaan akademik. Perpustakaan Kementerian Luar Negeri RI (KEMLU), Perpustakaan Kedutaan Besar (KEDUBES) Swedia di Jakarta, Perpustakaan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Perpustakaan Universitas Indonesia (UI). Perpustakaan KEMLU dipilih dengan tujuan menemui kelengkapan referensi, dokumen ataupun jurnal-jurnal berbentuk cetak

13 Irawan, Prasetya, Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, UI, Jakarta, 2006

(7)

terutama data-data mengenai perekonomian Swedia sebelum terjadinya krisis hingga terjadi krisis Eropa di Yunani yang berlangsung hingga saat ini. Perpustakaan KEDUBES Swedia dipilih karena merupakan salah satu perwakilan dari negara Swedia yang berada di Indonesia dan memiliki kelengkapan referensi yang banyak dan akurat mengenai Swedia. Perpustakaan UGM menjadi pilihan ketiga karena memiliki koleksi rujukan yang focus kepada kajian Eropa. Selain itu, Perpustakaan UI dipilih karena memiliki pusat kajian pustaka semua teori-teori Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Sehingga perpustakaan ini mampu mendukung dari analisa-analisa fenomena krisis terhadap perekonomian Swedia karena diperkuat dengan penjabaran teori-teori.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam menjabarkan penelitian ini, penulis menjabarkan dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjabarkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II PEREKONOMIAN SWEDIA SEBELUM KRISIS EROPA

Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan bagaimana perekonomian Swedia sebelum terjadinya krisis Eropa di Yunani dengan melihat data statistik berdasarkan GDP per kapita dan persentase ekspor-impor.

BAB III KRISIS EROPA DI YUNANI PADA TAHUN 2008-2012

Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan awal mula terjadinya krisis Eropa di Yunani pada tahun 2008 hingga 2012. Dimana krisis tersebut telah menyebar ke seluruh negara-negara Eropa terutama negara-negara anggota Uni eropa.

(8)

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan seberapa besar dampak krisis Eropa di Yunani terhadap Perekonomian Swedia yang merupakan salah satu anggota Uni Eropa. Dari dampak krisis tersebut, sehingga banyak upaya-upaya yang dilakukan pemerintah Swedia untuk mengatasi krisis tersebut dan menyelamatkan mata uang nasionalnya yaitu krona.

BAB V PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik keefektifan sekolah menurut Ornstein dan Levine adalah : (1) lingkungan yang aman dan teratur yang mendukung proses belajar mengajar, (2) misi dan

Sebagai baku emas nilai kesesuaiannya peneliti menggunakan tensimeter pegas, peneliti memakai tensimeter pegas sebagai baku emas dalam membandingkannya dengan

Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan dan dari beberapa literatur, terdapat tumbuhan yang berpotensi untuk bahan obat dan pangan (buah dan sayuran) sebanyak 36 jenis,

Daerah yang menjadi objek perancangan adalah sepanjang jalan Slamet Riyadi, dimana merupakan jalur pusat kota dalam aktivitas keseharian masyarakat Solo.. Dikarenakan di

Wardhaugh (1986:46) mengatakan, bahwa istilah dialek dapat digunakan untuk mendeskripsikan perbedaan bahasa yang berhubungan dengan variasi kelompok sosial atau kelas

Contoh pada Persamaan (2.8) adalah formula yang digunakan dengan patokan tenaga propulsi/penggerak utama yang terpasang untuk menentukan kebutuhan tenaga listrik pada

2.06 2.06.01 15 03 Implementasi Sistem Administrasi kependudukan (membangun, updating dan pemeliharaan) Terwujudnya peningkatan pelayanan masyarakat dan kelancaran

dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau untuk menyempurnakan produk yang telah ada dan dapat