BAB I
PENDAHULUAN
1.1Konteks Masalah
Keberadaan wartawan, reporter atau jurnalis kini sama menariknya dengan
kalangan selebriti. Performa mereka cukup banyak menyedot perhatian
masyarakat. Perkembangan zaman salah satunya ditandai dengan booming
industri televisi menjadikan banyak orientasi generasi muda pun berubah.
Mahasiswa dari berbagai jurusan studi, terutama studi ilmu komunikasi tidak
hanya melirik peluang kerja di media massa cetak tetapi juga memiliki antusiasme
besar pada dunia kerja televisi. Kebanyakan dari mereka memulai karier pada
bidang jurnalis televisi, walau persaingan sangat ketat dan menyulitkan.
Ada tiga sebutan yang berbeda untuk sebuah profesi yang sama. Yaitu
sebutan wartawan identik dengan mereka yang bekerja di media massa cetak,
reporter cenderung digunakan untuk media massa televisi, radio dan internet,
sementara sebutan jurnalis merujuk pada wartawan asing. Padahal baik wartawan,
reporter maupun jurnalis adalah profesi yang sama, yaitu orang yang memiliki
keahlian dan kewenangan khusus dalam mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan
menyebarluaskan informasi melalui media massa (Yosef, 2008 : 44). Reporter
atau jurnalis bisa dikatakan merupakan posisi awal dalam karier di jurnalistik
televisi. Reporter sering dianggap sebagai ujung tombak produksi berita televisi
(Usman Ks, 2009 : 4).
Undang-Undang No.11 Tahun 1996 Tentang Ketentuan Ketentuan Pokok
Pers pasal 3 menyebutkan, bahwa kewartawanan adalah pekerjaan/kegiatan/usaha
yang berhubungan dengan pengumpulan, pengelolahan, dan penyiaran dalam
bentuk fakta, pendapat, ulasa-ulasan dan lain-lain sebagainya untuk perusahaan,
radio, televisi dan film. Profesi reporter menuntut seseorang memiliki
pengetahuan dan kemampuan khusus dalam menjalani pekerjaannya. Memiliki
Universitas Sumatera Utara sosial kemasyarakatan, memiliki integritas, cerdas, handal, siaga, disiplin, dan
memiliki keterbukaan merupakan pandangan positif profesi kewartawanan
21 Mei 2015 pukul 20:00).
Sebagai salah satu produk media massa televisi merupakan paduan radio
(broadcast) dan film (moving pictures). Masyarakat di rumah tidak mungkin
dapat menangkap gambar siaran televisi kalau tidak ada unsur radio dan tidak
mungkin melihat gambar yang bergerak jika tidak ada unsur film (Effendi, 1993 :
174). Televisi telah menjadi kotak ajaib yang membius masyarakat dengan
tayangan-tayangan yang disajikan. Televisi memang bukanlah satu-satunya media
massa yang menentukan sikap masyarakat. Walaupun televisi memiliki
kemampuan yang tidak dimiliki oleh media massa lain. Kehadiran televisi
menjadi bagian penting sebagai sarana untuk berinteraksi satu dengan lainnya
dalam berbagai hal, menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi tentang suatu
isu yang sedang terjadi di belahan dunia dan massa menjadi objek utama dari
liputan media televisi.
Televisi tidak dapat terlepas dari kehidupan jurnalistik, suatu peristiwa
relatif lebih cepat disampaikan melalui siaran reportase atau siaran langsung di
tempat kejadian. Merujuk pada tokoh pers asing F. Fraser Bond dalam bukunya
An Introduction to Journalism (1961), istilah jurnalistik mencakup semua bentuk
penyebaran berita bersama komentarnya untuk mencapai orang banyak. Semua
kejadian di dunia, asalkan sifatnya penting bagi masyarakat dan semua pikiran,
tindakan, serta ide-ide, yang didorong oleh kejadian-kejadian tersebut, menjadi
bahan pemberitaan bagi wartawan (Baksin, 2006 : 48). Bahkan lahirlah beberapa
stasiun televisi yang memfokuskan tayangn pada berita-berita hingga disebut
sebagai televisi berita.
Jurnalistik televisi memberikan laporan mengenai fakta peristiwa atau
pendapat manusia atau kedua-duanya yang disertai gambar aktual, menarik,
berguna dan disiarkan secara periodik. Televisi membutuhkan reporter untuk
melakukan liputan terhadap suatu kasus yang akan diberitakan. liputan yang
bekerja sama dengan seorang camera person (campers) di lapangan. Fungsi
campers membantu reporter dalam menangkap gambar dan merekam kejadian di
lapangan. Reporter tidak hanya melaporkan kejadian, namun juga sebagai
pemimpin liputan yang mengarahkan campers untuk mengambil gambar apa saja
yang berguna melengkapi laporan berita yang akan disajikan.
Berbagai macam peristiwa hadir ditengah-tengah kehidupan masyarakat
yang dapat menjadi bahan pemberitaan oleh karenanya berita yang dibuat dapat
berkaitan dengan kasus politik, hukum, ekonomi, kriminalitas, urusan sosial atau
isu-isu nasional, maupun internasional dan lain-lain. Berita apapun itu tentunya
diharapkan menjadi informasi bagi masyarakat. Sehingga masyarakat dapat
mengetahui berbagai persoalan yang ada di dunia lalu bertindak tepat dalam
menjalani kehidupan. Jika memungkinkan untuk saling menolong, berbagi dan
lebih waspada.
November 2014 lalu stasiun televisi SBS (Seoul Broadcasting System)
menayangkan serial drama berjudul “Pinocchio”, yang disutradarai oleh Jo So
Won dengan penulis naskah Park Hye Ryun. Drama seri ini berjumlah 20 episode,
tayang setiap Rabu dan Kamis pukul 21:55 waktu Korea Selatan. Judul serial
drama diambil dari sindrom Pinocchio namun bukan gejala yang sebenarnya,
sindrom ini diceritakan menyebbakan seseorang cegukan setiap kali berbohong
atau melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nuraninya. Serial drama ini
menggambarkan semangat mengejar kebenaran dan keadilan para reporter muda
yang salah satunya penderita Pinocchio dalam memecahkan kasus-kasus urusan
sosial layaknya reporter sungguhan dalam menjalankan tugas.
Serial drama memiliki kualitas dan keunikan tersendiri hingga banyak
digemari masyarakat. Alur cerita yang tersusun apik, tidak mudah ditebak, penuh
dengan kejutan disanding dengan penggambaran kehidupan keseharian maupun
budaya asli yang berkembang di negara pembuat serial drama tersebut menjadi
daya tariknya. Kisah menarik mulai dari bidang profesi kedokteran, pengacara dan
jaksa, polisi, pemadam kebakaran, pasukan pengaman presiden dan lain
sebagainya, termasuk profesi reporter yang disjaikan pada beberapa drama di
Universitas Sumatera Utara menghibur, namun juga memberikan pendidikan dan menyentuh perasaan bagi
para penontonnya.
Pihak stasiun televisi di Korea Selatan, SBS yang menayangkan serial
drama Pinocchio memberikan pernyataan bahwa istilah medis yang dijadikan
judul hanya rekayasa alias tidak ada. Istilah sindrom Pinocchio nyatanya bukan
ditujukan untuk kondisi seseorang yang cegukan ketika berbohong. Sindrom
Pinocchio merupakan sebuah kondisi saat tubuh seseorang merasa kaku bak
boneka kayu. Hal tersebut terjadi disebabkan karena penderita merasa ketakutan
bila ditertawakan orang, kondisi tersebut merupakan fobia yang disebut
gelatophobia.
Fobia tersebut merupakan fobia sosial yang menarik perhatian psikolog,
sosiolog, dan psikiater sejak 2008. Dr Michael Titze menemukan beberapa
pasiennya mengalami fobia tersebut cenderung selalu menganalisis lingkungan
yang akan mereka masuki. Apakah banyak orang yang suka menertawakan orang
lain. Bahkan, tidak sedikit yang merasa diri mereka merupakan pribadi yang
bodoh lalu menutup diri dari lingkungan sosialnya
juga sebab terinspirasi dari cerita dogeng anak-anak tentang boneka kayu yang
menjadi manusia, saat berbohong hidungnya akan tumbuh panjang. Kemudian
kebohongannya tersebut dapat diketahui oleh orang lain.
Serial drama Pinocchio menarik perhatian peneliti karena menceritakan
bagaimana pemberitaan media dan profesi reporter yang sesungguhnya.
Dikisahkan media televisi GYN menjalankan tugasnya dengan penuh kepatuhan
kode etik sehingga disebut sebagai media televisi yang menyajikan berita organik,
mereka selalu fokus pada pemberitaan dan tidak mudah terprovokasi pihak
manapun. Sementara disisi lain stasiun televisi MSC menyajikan berita yang lebih
agresif dan memiliki kepentingan tertentu. Diceritakan bagaimana sebuah
pemberitaan di media, dengan pembingkaian bisa saja membuat orang yang tidak
bersalah mendapat hukuman begitu sebaliknya. Masing-masing media tersebut
menghasilkan rating tinggi. Namun persaingan tersebut tidak terlalu menjadi
acuan utama kisah drama Pinocchio, sehingga peneliti tidak akan menyinggung
terkait hal tersebut.
Serial drama Pinocchio menggambarkan semangat mengejar kebenaran
dan keadilan para reporter muda pada urusan sosial atau isu-isu nasional seperti
kematian seseorang, perubahan cuaca, penculikan, kebakaran, pembunuhan dan
lain sebagainya. Berita yang berkaitan dengan urusan sosial biasanya lebih
mengundang rasa ingin tahu masyarakat sebab itulah keadaan yang tengah terjadi
di masyarakat. Sehingga pemberitaannya selalu dinanti dan diminati untuk tayang
di layar televisi. Berita ini merupakan current affair jadi harus segera
disampaikan.
Reporter dilarang menutupi fakta besar dibelakang fakta kecil yang
dimunculkan. Seorang reporter harus tetap menggali segala kebenaran yang
tersedia di lapangan, walau kebenaran ibarat potongan teka-teki yang berserakan
dan tak pernah terungkap secara keseluruhan. Reporter harus terus curiga untuk
mengumpulkan informasi yang masih tersembunyi. Setelah itu media harus
memberitakan fakta-fakta yang ditemui tersebut. Drama ini mengisahkan
bagaimana seorang reporter harus bisa meredam segala egonya, pribadinya, dan
benar-benar menjadi seorang reporter yang berintegritas. Tidak, terpengaruh
masalah keluarga, kisah masa lalu, bahkan keinginan pemilik media.
Reporter yang bekerja pada stasiun televisi diharapkan mampu mematuhi
kode etik yang ada, memiliki pemikiran jernih, berdedikasi menyampaikan
kebenaran yang secara Laksikal dalam KBBI (Putra, 2010 : 122) diartikan sesuai
sebagaimana adanya, seharusnya, adil, lurus, dapat dipercaya, sah. Berita
berdasarkan fakta yang secara etimolohi berasal dari kata benda latin “factum”
jamaknya facta dan kata kerjanya facere yang berarti peristiwa atau kejadian,
membuat agar terjadi sesuatu, berhasil.
Kegiatan utama insan media mengkonstruksikan berbagai realitas atas
kejadian yang dilaporkan. Pembuatan berita dimedia pada dasarnya penyusunan
Universitas Sumatera Utara Temtu saja penggunaan bahasa yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Bahkan
keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk menggunakan realitas,
melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas.
Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan
dalam subjek tertentu, tema-tema, wacana tertentu mapun strategi-strategi
didalamnya (Eriyanto, 2001 : 6).
Media televisi tidak mudah terlepas dari kosntruksi realitas sosial media.
Realitas kekuatan media mengkonstruksikan realitas sosial, dimana melalui
kekuatan itu media memindahkan realitas sosial ke dalam pesan media dengan
atau setelah berubah citranya. Kemudian media memindahkannya melalui
replikasi citra ke dalam realitas sosial yang baru di masyarakat, seakan realitas itu
sedang hidup di masyarakat. Keberadaan media merupakan saringan yang
menentukan apakah peristiwa yang sudah memiliki nilai berita pantas disiarkan
atau tidak. Dengan kata lain, tidak semua peristiwa yang memiliki nilai berita bisa
diberitakan (Abrar, 1993 : 89).
Serial drama Pinocchio memiliki 4 pemeran utama yaitu Lee Jong Suk
sebagai Ki Ha Myung/ Choi Dal Po, reporter YGN yang sebelumnya pekerja
sebagai supir taksi. Ia lahir dengan nama Ki Ha Myung yang tenggelam di lautan
dan diselamatkan oleh seorang kakek bernama Choi Gong Pil. Dia kemudian
diadopsi dalam keluarga tersebut dan diberi nama Choi Dal Po, karena Gong Pil
percaya bahwa Ha Myung anaknya yang telah meninggal tenggelam dilaut 30
tahun silam kembali dengan selamat. Melalui keluarga barunya ini Dal Po
memiliki seorang ayah, adik dan keponakan. Dia memutuskan untuk
menyembunyikan masa lalunya yang kelam. Demi membalas ketulusan orang tua
yang menyelamatkannya, dia rela menjadi sosok Dal Po yang dikenal tidak
memiliki kepandaian apapun. Akibatnya selama bersekolah nilainya selalu nol,
walau sebenarnya ia pria tampan yang pintar.
Sadar keluarganya sulit dalam keuangan, ia memberikan kesempatan
kepada keponakan yang seumuran dengannya untuk melanjutkan pendidikan ke
Universitas. Sementara Dal Po menjadi supir taksi untuk memenuhi kebutuhan
korban pemberitaan seorang reporter bernama Sung Cha Ok yang menjatuhkan
seluruh kesalahan pada ayahnya atas insiden tewasnya sembilan anggota
pemadam kebakaran saat bertugas. Ia tidak pernah melupakan rasa sakit hati dan
ingin membalas dendam pada reporter tersebut dengan menunjukkan bagaimana
reporter sebenarnya bekerja. Dal Po menjadi reporter untuk membersihan nama
ayahnya dan mengembalikan nama aslinya Ki Ha Myung.
Park Shin Hye sebagai Choi In Ha, seorang gadis yang selalu menyatakan
apapun yang ada dalam hati dan pikirannya sebab iya mengidap Sindrom
Pinocchio yang akan menyebabkan dirinya cegukan ketika berbohong. Hal ini
sekaligus menjadi motivasi tersendiri baginya untuk menjadi reporter, sebab
menurutnya reporter akan selalu memberitakan kebenaran. Dengan menjadi
reporter In Ha juga bisa bertemu dengan ibunya yang telah berpisah semenjak
bercerai dengan ayahnya. Ibu In Ha adalah reporter Sung Cha Ok yang melakukan
pemanggilan khusus agar In Ha bekerja di MSC. Sebelumnya In Ha pernah
melamar sebagai reporter di MSC namun gagal saat seleksi interview dan ibunya
salah satu penginterview pada saat itu. Sebagai penderita sindrom Pinocchio
memang sulit melamar pekerjaan sebagai reporter namun In Ha tetap berusaha
dan ketika ada peluang ia memutuskan mengambil peluang tersebut. Banyak
masalah yang ia hadapi selama menjalani pekerjaannya dan itu memberikannya
motivasi lebih untuk mencari kebenaran daripada reporter lainnya di luar sana.
Kim Young Kwang sebagai Seo Beom Jo, berasal dari keluarga kaya raya
malah menjadikannya sebagai pribadi yang lembut dan perhatian pada
orang-orang disekelilingnya. Perhatiannya yang lebih pada In Ha yang menuntunnya
mengikuti jejak In Ha. Orang-orang tidak bisa mengalihkan pandangan mata
mereka padanya karena memiliki penampilan dan perawakan seperti seorang
model, bahkan gaya berpakaiannya sangat bagus. Ia bergabung di MSC dengan
pengangkatan khusus setelah gagal pada test sebagai reporter di YGN. Sebenarnya
secara kebetulan Beom Jo menemukan ponsel ibu In Ha yang tertinggal
dirumahnya dan menyimpannya, dia selalu membaca pesan yang dikirim In Ha
pada ibunya. Sejak saat itu ia tertarik pada dunia yang In Ha jalani dan
Universitas Sumatera Utara menjadi lebih dinamis dibandingkan menjadi anak kesayangan ibunya
membuatnya menjadi reporter yang mengurusi masalah-masalah sosial.
Lee Yoo Bi sebagai Yoon Yeo Rae mantan sesaeng fans atau fans yang
berlebihan yang suka mengikuti idolanya. Kemauan yang kuat dan bakat
memata-matai menjadikan Yoe Rae memilih menjadi reporter. Kebiasaan masa lalunya
sempat menyebabkan dia dipandang rendah, namun pengalamannya tersebut
menjadi keunggulan baginya. Yoo Rae gagal pada saat mengikuti test menjadi
reporter di MSC, lalu mencoba di YGN dan berhasil masuk. Dia suka
menggunakan stetoskop untuk menguping percakapan orang-orang yang
mengetahui suatu kasus yang memungkinkan dia menulis laporan tentang topik
apa pun yang ditugaskan padanya. Selain itu dia juga dapat dengan mudah
mendapatkan informasi melalui omongan orang dan pemberitaan yang beredar di
sosial media.
Keempat pemeran utama merupakan reporter junior yang sedang
menjalani masa traning. Reporter baru biasanya ditugaskan untuk mencari berita
di beberapa tempat umum, salah satunya kantor polisi. Mereka di tempatkan
bertugas di Kantor Polisi Wilayah Sungai Han. Dal Po dan Yeo Rae tim traner
Divisi Investigasi stasiun televisi YGN, sedangkan In Ha dan Beom Jo tim traner
Divisi Investigasi stasiun televisi MSC. Mereka harus mendapatkan laporan
berupa kasus besar maupun kecil untuk dilaporkan pada atasan agar menjadi
bahan pemberitaan. Mereka dilatih untuk benar-benar mengerti dan paham pada
profesi yang mereka jalani.
Serial atau sinetron dengan mengambil latar belakang profesi jurnalis,
reporter atau wartawan memang belum banyak dibuat. Kemunculan serial ini
seperti menjadi pemenuhan tayangan praktik nyata dunia jurnalistik. Muncul
drama lain di Korea yang juga mengisahkan karier jurnalistik televisi dengan
judul Healer, drama ini mengisahkan reporter yang mencari kebenaran dari kasus
masa lalu dan berhasil mengungkapkannya. Drama ini lebih banyak mengisahkan
badan mata-mata dibandingkan dengan profesi reporternya, serta hanya
menyajikan satu kasus tidak seperti Pinocchio yang menyajikan posisi reporter
Sinetron dengan tema cerita profesi reporter belum dijumpai hingga kini di
produksi stasiun televisi Indonesia. Stasiun televisi RCTI sebelumnya pernah
menayangkan serial drama Pinocchio, namun baru beberapa episode
penayangannya dihentikan tanpa sebab yang jelas. Kemudian pada 3 Juni 2015
drama Pinocchio kembali ditayangkan setiap Senin hingga Jumat pukul
14:00WIB – 16:00WIB. Sementara itu Tiongkok dan Jepang juga menayangkan
drama tersebut di negaranya, serta beberapa negara lain di Eropa dan Amerika.
Drama Pinocchio juga meraih penghargaan sebagai drama terbaik dalam ajang
Seoul International Drama Awards, serta masuk dalam beberapa ajang
penghargaan lainnya di Korea Selatan.
Drama memanglah hasil karya cipta sutradara, penulis naskah, crew serta
artis yang teraktualisasikan dalam bentuk tayangan berseri. Seorang penulis
naskah dalam membuat jalan cerita tentulah melakukan observasi terlebih dahulu
hingga kisah yang dihadirkan bukan hanya terkesan fantasi. Namun juga
mengandung pesan kehidupan keseharian yang nyata. Sehingga diterima begitu
banyak orang yang menontonnya di seluruh belahan dunia.
Peneliti memilih serial drama Pinocchio karena ceritanya berhubungan
dengan profesi reporter yang banyak menjadi cita-cita generasi muda sekarang ini.
Banyak orang yang memutuskan bekerja di dunia jurnalistik televisi karena
mereka melihat adanya tantangan, kepuasan, kemungkinan menjadi terkenal
dengan muncul di layar kaca serta gaji yang relatif lebih baik. Seorang reporter
memiliki kemampuan bertemu dengan banyak orang penting dan berpengaruh di
masyarakat. Serta adanya rasa bangga dari setiap informasi yang berhasil
ditayangkan dalam diri reporter.
Drama Pinocchio mengisahkan bagaimana reporter dalam menjalani
pekerjaannya tersebut saat masih junior atau baru hingga terus belajar dan
berkembang menjadi reporter yang sesungguhnya. Tidak boleh menyepelekan
masalah kecil atau menutupi masalah besar serta paham akan setiap dampak dari
pemberitaan yang telah ditayangkan media tempatnya bekerja. Setiap pemberitaan
yang disebarluaskan dilihat oleh masyarakat dan akan menimbulkan reaksi.
Universitas Sumatera Utara kewenangan redaksi, namun reporter tidak boleh terpengaruh dan tetap fokus
bekerja sesuai dengan tuntutan profesi, uraian kerja yang sesungguhnya dan
prinsip-prinsip yang melekat secara teoritis atapun ikrar.
Penelitian ini juga tentunya akan menyinggung Kode Etik Jurnalistik
sebagai acuan moral yang mengatur tindak-tanduk wartawan, reporter atau
jurnalis. Kode Etik Jurnalistik bisa berbeda dari satu negara ke negara lain, dari
satu organisasi ke organisasi lain, dari satu media ke media lainnya. Karena drama
ini merupakan drama yang tayang dibeberapa negara di belahan dunia tentulah
sang penulis naskah menggunakan Kode Etik Jurnalistik secara universal yang
dipahami oleh setiap penontonnya. Maka dari itu peneliti akan mengganalisis
pedoman kerja reporter menggunakan Kode Etik Jurnalistik secara umum, yang
menjadi titik kesamaan dari Kode Etik Jurnalistik yang ada.
Penelitian akan berfokus pada profesi reporter dalam mencari,
mengumpulkan, mengelola atau menyeleksi dan menyebarluaskan informasi yang
dilakukan empat reporter pemeran utama dalam serial drama Pinocchio. Choi Dal
Po, Choi In Ha, Seo Beom Jo dan Yoon Yeo Rae, dalam mengemban tugas
menyelesaikan setiap kasus yang berhasil ditemukan. Terlepas dari nama judul
dan Sindrom Pinocchio yang diderita salah seorang reporter. Peneliti akan
menganalisis setiap kasus dengan Kode Etik Jurnalistik secara umum berisi
beberapa hal yang bisa menjamin terpenuhnya tanggung jawab seorang wartawan,
reporter atau jurnalis pada masyarakat. Hal tersebut adalah tanggungjawab,
kebebasan, independensi, kebenaran, tidak memihak dan adil.
Berdasarkan konteks masalah yang diuraikan peneliti di atas maka
penelitian menggunakan metode Analisis Isi Kualitatif terhadap Profesi Reporter
dalam Serial Drama Pinocchio dirasa baik untuk mengetahui penggambaran nyata
dari pekerjaan seorang reporter. Peneliti menjadikan serial drama Pinocchio
sebagai subjek penelitian dengan mengambil beberapa adegan yang dianggap
mampu memberika penggambaran nyata dari objek penelitian yang akan
dilakukan. Reporter yang profesional akan menyajikan berita yang bermanfaat
bagi masyarakat dan mampu mengontrol kepentingan pihak-pihak tertentu tanpa
1.2Fokus Masalah
Tujuan dari fokus masalah adalah untuk menghindari ruang lingkup
penelitian yang terlalu luas. Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, maka
dapat dirumuskan fokus masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana reporter menjalankan tugasnya dalam serial drama
Pinocchio?
b. Bagaimana Kode Etik Jurnalistik secara universal menjadi acuan
reporter dalam menyelesaikan tugas pada serial drama Pinocchio?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:
a. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tugas reporter dalam serial
drama Pinocchio.
b. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Kode Etik Jurnalistik secara
universal yang digunakan sebagai acuan reporter dalam menyelesaikan
tugas pada serial drama Pinocchio.
1.4Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memperluas
pengetahuan peneliti dalam bidang jurnalistik.
b. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat menambah dan
memperkaya pengetahuan pada penelitian dalam bidang komunikasi,
terutama berkaitan dengan Analisis Isi di Departemen Ilmu
Komunikasi, FISIP USU.
c. Secara praktis, dapat menjadi sumber bacaan dan refrensi dalam