SISTEM KAMERALISME DALAM PARLEMEN INDONESIA
(Kajian Hukum Normatif Terhadap Kedudukan DPD RI)
TESIS
Oleh:
PERMAI YUDI
107005009/HK
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SISTEM KAMERALISME DALAM PARLEMEN INDONESIA
(Kajian Hukum Normatif Terhadap Kedudukan DPD RI)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum
Dalam Program Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
Oleh:
PERMAI YUDI
107005009/HK
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis
: SISTEM KAMERALISME DALAM
PARLEMEN INDONESIA (Kajian Hukum
Normatif Terhadap Kedudukan DPD RI)
Nama Mahasiswa : Permai Yudi
Nomor Pokok
: 107005009
Program Studi
: Ilmu Hukum
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua
(Dr. Faisal Akbar Nasution, SH, M.Hum)
(Dr. Mirza Nasution, SH,M.Hum)
Anggota
Anggota
(Dr. Jusmadi Sikumbang, SH,MS)
Ketua Program Studi
Dekan
(Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.Hum) (Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum)
Telah diuji pada
Tanggal 18 Juli 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Dr. Faisal Akbar Nasution, SH, M.Hum
Anggota
: 1. Dr. Mirza Nasution, SH, M.Hum
2. Dr. Jusmadi Sikumbang, SH, MS
3. Dr. Agusmidah SH, MS
ABSTRAK
Lahirnya Dewan Perwakilan Daerah dalam sistem ketatanegaraan Indonesia selalu membawa pertanyaan mengapa lembaga tersebut perlu ada, apa dasar filosofisnya atau gagasan apa yang menghendaki dilahirkannya lembaga baru tersebut. Dewan Perwakilan Daerah dibentuk berdasakan pasal 22C, pasal 22D perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan keberadaannya diatur dalam pasal 2 ayat (1) perubahan keempat yang menyatakan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
Pembentukan Dewan Pewakilan Daerah terkait erat dengan sistem perwakilan dalam parlemen Indonesia. Permasalahannya adalah apa yang menjadi latar belakang lahirnya kameralisme dalam parlemen suatu negara, bagaimana pelaksanaan sistem bikameral dalam sejarah ketatanegaraan Republik Indonesia, bagaimana kedudukan dan peranan Dewan Perwalian Daerah dalam pelaksanaan Check and Balances. Permasalahan dibahas dengan mengunakan metodelogi penelitian normatif, sedangkan teori yang digunakan adalah teori yang dikemukakan oleh Mostesquieu dan Jean Jacques Rosseau.
Keberadaan Dewan Perwakilan Daerah sebagai lembaga perwakilan rakyat dalam parlemen Indonesia, mengambarkan bahwa dalam parlemen Indonesia terdiri dua majelis atau dua kamar. Penentuan apakah sistem parlemen satu kamar, dua kamar tidak dapat didasarkan pada landasan negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan, dan bentuk sistem pemerintahan, melainkan oleh sejarah ketatanegaraan negara. Oleh karena itu, parlemen Indonesia harus menempatkan lembaga-lembaga negara dalam legislatif memiliki kewenangan yang sama dan fungsi yang sama kuat, sehingga struktur ketatanegaraan sesuai dengan teori pemisahan kekuasaan (trias politika), teori kedaulatan rakyat (demokrasi), dan terlaksananya prinsip saling mengawasi/saling mengontrol (check and balances), baik secara internal parlemen maupun eksternal parlemen. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus diamandemen lagi.
ABSTRACT
The establishment of Local Representative Council in the Indonesian constitutional system always brings the question of why there (Local Representative Council)is a need for such institution, what its philosophical basis is, or what ideas require the establishment of this new institution. The Local Representative Council was established based on Article 22C, Article 22D of the third amendment of the 1945 Constitution Act of the Republic of Indonesia and its existence is regulated in Article 2 paragraph (1) of the fourth amendment stating that People’s Consultative Assembly consists of the members of People’s Representative Council and Local Representative Council elected through a General Election and shall be further regulated by law.
The establishment of Local Representative Council is closely related to the system of representative in the Indonesian parliament. The problems are the background of the establishment of cameralism in the parliament of a country, how bicameral system was implemented in the history of the constitution of the Republic of Indonesia, and the position and role played by Local Representative Council in implementing Check and Balances. This problem was discussed normative research methodology and theory used was the theory developed by Montesquieu and Jean Jacques Rousseau.
The existence of Local Representative Council as the people’s representative institution in the Indonesian parliament portrays that in the Indonesian parliament there are two assemblies or two rooms. To determine whether we practice one or two room parliamentary system cannot be based on the foundation of a country, the form of state, the form of government, and the form of government system, but the history of state constitution. Therefore, the Indonesia parliament should place the state institutions in the legislative with the same authority and equally strong functions that the structure of constitution is in accordance with theories of trias politica and democracy as well as the implementation of the principle of check and balances internally or externally. That is why the 1945 Constitution Act of the Republic of Indonesia should be amended again.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tepat pada
waktunya dengan judul SISTEM KAMERALISME DALAM PARLEMEN
INDONESIA (Kajian Hukum Normatif Terhadap Kedudukan Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia). Adapun penulisan ini merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Penyelesaian tesis ini tidak akan rampung tanpa bantuan, saran maupun
petunjuk yang diberikan kepada penulis oleh pembimbing maupun penguji, baik pada
saat pengajuan judul sampai penyusunan tesis ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syaril Pasaribu, DTM&H, Msc, Sp.A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Ilmu Hukum
Sekolah Pasca Sarjan Universitas Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.,MH selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH.,MH selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
4. Bapak Dr. Faisal Akbar Nasution, SH.,MH selaku Komisi Pembimbing
Utama penulis yang telah memberikan bimbingan sampai akhirnya penulis
dapat menyelesaikan penulisan ini.
5. Bapak Dr. Mirza Nasution, SH.,MH selaku Komisi Pembimbing Kedua
penulis yang juga banyak memberikan saran dan masukan dalam penulisan
tesis ini.
6. Bapak Dr. Jusmadi Sikumbang, SH.,MS selaku Komisi Pembimbing Ketiga
penulis yang juga banyak memberikan saran dan masukan dalam penulisan
tesis ini.
7. Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH.,MH selaku Komisi Penguji penulis.
8. Ibu Dr. Agusmidah, SH.,MH, selaku Komisi Penguji penulis.
9. Seluruh Guru Besar serta Dosen pada Program Studi Magister Ilmu Hukum
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
10.Seluruh staff/pegawai dilingkungan Fakultas Hukum khusunya Program Studi
Magister Ilmu Hukum Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
11.Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum
Universitas Sumatera Utara.
12.Khsusnya kepada Ayahanda R. Panjaitan, S.Sos dan Ibunda Ida M. Sitompul,
juga kepada Abang saya Hotmen Tegas Panjaitan, SH.,MH dan Agus
Perdamaian Panjaitan, serta kepada adik saya Mestika Riauli dan Intan
Ucapan terimaksih kepada Bapak Dr. Budiman Sianaga, SH.,MH yang telah
banyak memberikan dukungan, motivasi kepada penulis, dan kepada rekan-rekan
seperjuangan Hermasyah Hutagalung, Iman Pasu Purba, Cakra Arbas, Joko, dan
lainnya yang telah memberikan perhatian, waktu, dan bantuan kepada penulis selama
mengikuti proses kegiatan belajar di bangku kuliah. Kepada Muris Roger, Sri Falmen
Siregar, David Immanuel Ginting, Ramli Siagian, Heri Hutabarat, dan lainya yang
telah memberikan perhatian dan waktu kepada penulis.
Penulis berharap bahwa tesis ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi
semua pihak yang berkepentingan, namun penulis menyadari bahwa penulisan ini
masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan masukan yang
sifatnya membangunan guna penyempurnaan tulisan ini.
Akhir kata penulis mohon maaf kepada semua pihak apabila ada tutur kata
dan sikap penulis tidak berkenan di hati bapak, ibu dan rekan-rekan sekalian.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah, karunia dan kekuatan
lahir dan batin kepada kita semua. Amin
Medan, 18 Juli 2012 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Nama : Permai Yudi
Tempat/Tgl Lahir : Bangkinang, 01 Pebruari 1986
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : - SD Negeri 01 Bangkinang, Kampar-Riau
- SMP Negeri 01 Bangkiang, Kampar-Riau
- SMA Negeri 02 Bangkinang, Kampar-Riau
- Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen, Medan
- Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pasca
DAFTAR ISI
F. Kerangka Teori dan Konseptual ………. 12
1. Kerangka Teori ………. 12
2. Kerangka Konseptual ……… 21
G. Metode Penelitian ………... 27
1. Jenis Penelitian ………. 27
2. Sumber Data ………. 28
3. Tekni Pengumpulan Data ………. 29
4. Analisis Data ………. 30
BAB II. LATAR BELAKANG LAHIRNYA KAMERALISME DALAM PARLEMEN SUATU NEGARA ………. 32
A. Parlemen Sebagai Lembaga Perwakilan Rakyat ……… 32
1. Istilah Parlemen ……… 33
2. Fungsi dan Peranan Parlemen ……….. 35
B. Sistem Kameralisme dalam Parlemen ……… 37
1. Sistem Parlemen Satu Kamar (Unikameral) ………. 37
2. Sistem Parlemen Dua Kamar (Bikameral) ………... 39
3. Sistem Parlemen Tiga Kamar (Trikameral) ……….. 41
4. Sistem Parlemen Empat Kamar (Tentrakameral) ………. 42
C. Latar Belakang Lahirnya Kameralisme dalam Negara Federal dan Negara Kesatuan ………. 43
BAB III. PELAKSANAAN SISTEM BIKAMERAL DALAM SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA ………. 52
A. Sistem Parlemen dalam Sejarah Konstitusi Indonesia ……… 52
2. Kostitusi RIS 1949 ……… 54
3. UUDS 1950 ……….. 58
4. UUD 1945 (setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959) ………. 59
5. UUD NRI 1945 (pasca amandemen) ……… 59
B. Perbandingan Lembaga Perwakilan Daerah pada saat berlakunya Konstitusi RIS 1949 dan Pasca Amandemen UUD NRI 1945 ……….. 64
1. Lembaga Perwakilan daerah (Senate) menurut Konstitusi RIS 1949 ……….. 64
2. Lembaga Perwakilan Daerah (DPD) menurut UUD NRI 1945 Pasca Amandemen ……… 67
C. Pelaksanaan sistem bikameral terkait keberadaan DPD dalam Parlemen Indonesia ………. 74
BAB IV. KEDUDUKAN DAN PERANAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN CHECK AND BALANCES …. 80 A. Kedudukan Lembaga Perwakilan Rakyat dalam Parlemen... 80
B. Keberadaan DPD dalam Persoalan Ketatanegaraan Indonesia ………... 90
1. Persoalan pembentukan undang-undang (legislature) ……….. 91
2. Persoalan kewenangan dalam pengangkatan dan pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden ……… 95
3. Persoalan kewenangan pemilihan pimpinan lembaga Yudikatif …. 99 C. Peranan Dewan Perwakilan Daerah dalam pelaksanaan Prinsip Check And Balances dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia ………. 101
1. Hubungan Dewan Perwakilan Daerah dengan lembaga perwakilan lainnya dalam Parlemen ……… 104
1.1. Hubungan dengan MPR ………. 104
1.2. Hubungan dengan DPR ………. 106
2. Hubungan Dewan Perwakilan Daerah dengan Eksekutif ………… 109
2.1. Hubungan dengan Presiden ………... 109
2.2. Hubungan dengan Kabinet (menteri-menteri) ………... 111
3. Hubungan dengan Yudikatif ……… 112
3.1. Hubungan dengan MK ………... 112
3.2. Hubungan dengan MA dan KY ………. 113
4. Hubungan dengan BPK ……… 115
5. Hubungan dengan Pemerintahan Daerah ……….. 116
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 125
A. Kesimpulan ………. 125
DAFTAR TABEL
Tablel 1 Perkembangan Sejarah Bentuk Lembaga Perwakilan Rakyat Pada
Parlemen Indonesia ………..………. 64 Table 2 Perkembangan Sejarah Lembaga Perwakilan Daerah pada Parlemen