• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH POSITIVE REINFORCEMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN BUTUH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN AJARAN 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH POSITIVE REINFORCEMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN BUTUH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN AJARAN 2015/2016."

Copied!
225
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH POSITIVE REINFORCEMENT TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN BUTUH KABUPATEN PURWOREJO

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nastiti Linda Fatmawati NIM 12108244102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Pembelajaran tidak didapat dengan kebetulan. Ia harus dicari dengan semangat dan disimak dengan tekun”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini merupakan sebuah karya sebagai ungkapan pengabdian cinta yang tulus dan kasih untuk:

1. Kedua orang tua, Bapak H. Sunarto dan Ibu Hj. Batiyah Budiyani tercinta. 2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

vii

PENGARUH POSITIVE REINFORCEMENT TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN BUTUH KABUPATEN PURWOREJO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh positive reinforcement terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V dan (2) mengetahui seberapa besar pengaruh positive reinforcement terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif desain ex-postfacto. Sampel dalam penelitian sebanyak 235 siswa dengan teknik pengambilan sampel

proportional random sampling. Instrumen yang digunakan berupa skala psikologi jenis skala sikap untuk mengukur variabel positive reinforcement dan motivasi belajar IPS. Uji coba skala sikap positive reinforcement diperoleh 33 item pernyataan valid dengan reliabilitas sebesar 0,906 sedangkan untuk variabel motivasi belajar IPS diperoleh 27 item pernyataan valid dengan reliabilitas sebesar 0,897. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa positive reinforcement berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo. Analisis yang digunakan adalah regresi sederhana, dengan diperoleh hasil korelasi thitung sebesar 5,301, ttabel sebesar 1,980 pada taraf signifikansi 5%, nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti kurang dari 0,05 dan R2 sebesar 10,8%. Jadi dapat disimpulkan bahwa

positive reinforcement berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo sebesar 10,8%.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir

skripsi yang berjudul “Pengaruh Positive Reinforcement terhadap Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Butuh

Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016”.

Penulis menyadari dengan segenap hati bahwa skripsi ini tersusun atas bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu berikut ini. 1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. selaku Rektor Universitas

Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu. 2. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengungkap gagasan dalam bentuk skripsi.

4. Ibu Mujinem, M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing peneliti sampai penyusunan skripsi ini selesai.

5. Bapak H. Surip, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala UPT Dikbudpora Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo.

6. Bapak dan Ibu Kepala SD N Wonorejokulon, SD N Mangunjayan, dan SD N Andong yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan uji coba instrumen penelitian.

(9)

ix

8. Bapak dan Ibu guru kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo yang telah memberikan bantuan saat penelitian.

9. Siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

10. Kakak-kakakku Mbak Tutik, Mas Wahid, Mbak Nining, Mas Anif, dan Mas Eka yang telah memberikan doa, semangat, dan bantuan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku yang telah menemani dalam suka dan duka serta memberikan semangat dan bantuan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.

12. Teman-teman Kelas H PGSD 2012 teman seperjuangan kuliah yang telah memberikan warna kehidupan bagi penulis.

Penulis berharap Allah SWT selalu senantiasa melindungi dan membalas segala kebaikan dan semoga Tugas Akhir Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

(10)

x A. Tinjauan tentang Positive Reinforcement ... 11

1. Pengertian Positive Reinforcement ... 11

2. Tujuan Positive Reinforcement ... 13

3. Prinsip Penggunaan Positive Reinforcement ... 14

4. Komponen Positive Reinforcement ... 18

5. Model Penggunaan Positive Reinforcement ... 23

(11)

xi

7. Aplikasi Positive Reinforcement... 28

B. Tinjauan tentang Motivasi Belajar IPS ... 30

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 30

2. Bentuk Motivasi Belajar ... 32

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 34

4. Fungsi Motivasi Belajar ... 37

5. Upaya Menumbuhkan Motivasi dalam Kegiatan Belajar di Sekolah ... 39

6. Indikator-indikator Motivasi Belajar ... 42

7. Tinjauan Mengenai IPS di Sekolah Dasar ... 44

a. Pengertian IPS ... 44

b. Tujuan IPS Sekolah Dasar ... 46

c. Ruang Lingkup IPS Kelas V Sekolah Dasar ... 49

8. Pengertian Motivasi Belajar IPS ... 50

C. Karakteristik Anak Kelas V ... 50

D. Penelitian yang Relevan ... 53

E. Kerangka Pikir ... 54

F. Hipotesis Penelitian ... 56

G. Definisi Operasional Variabel ... 56

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 58

B. Variabel Penelitian ... 58

C. Desain dan Paradigma Penelitian ... 59

1. Desain Penelitian ... 59

2. Paradigma Penelitian ... 60

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 61

1. Waktu Penelitian ... 61

2. Tempat Penelitian ... 62

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 63

1. Populasi ... 63

(12)

xii

F. Teknik Pengumpulan Data ... 66

G. Instrumen Penelitian ... 66

1. Pengertian Instrumen Penelitian ... 66

2. Langkah-langkah Menyusun Instrumen Penelitian ... 67

a. Perencanaan... 67

b. Penulisan Butir Soal ... 69

c. Penyuntingan ... 72

d. Uji Coba ... 72

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 72

a. Validitas Instrumen ... 73

1) Kategori Skor Positive Reinforcement ... 85

b. Motivasi Belajar IPS ... 87

1) Kategori Skor Motivasi Belajar IPS ... 89

2. Analisis Inferensial Data... 91

a. Uji Prasyarat Analisis ... 91

1) Uji Normalitas ... 91

2) Uji Linieritas ... 92

(13)

xiii

a. Analisis Regresi Sederhana ... 93

B. Pembahasan ... 95

C. Keterbatasan Penelitian ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS ... 49

Tabel 2. Daftar Nama dan Alamat Sekolah ... 62

Tabel 3. Jumlah Populasi ... 63

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Variabel Positive Reinforcement ... 69

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Belajar IPS ... 70

Tabel 6. Tabel Penentuan Kategori ... 78

Tabel 7. Hasil Analisis Deskriptif Data Variabel Positive Reinforcement 84 Tabel 8. Distribusi Frekuensi Positive Reinforcement ... 84

Tabel 9. Kategori Skor Positive Reinforcement ... 86

Tabel 10. Hasil Analisis Deskriptif Data Variabel Motivasi Belajar IPS ... 87

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar IPS... 88

Tabel 12. Kategori Skor Motivasi Belajar IPS... 90

Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Data Positive Reinforcement dan Motivasi Belajar IPS ... 92

Tabel 14. Hasil Uji Linieritas Data Positive Reinforcement dan Motivasi Belajar IPS ... 93

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Paradigma Penelitian Sederhana ... 61

Gambar 2. Diagram Batang Positive Reinforcement ... 85

Gambar 3. Diagram Lingkaran Positive Reinforcement ... 87

Gambar 4. Diagram Batang Motivasi Belajar IPS ... 89

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 108

Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen Variabel Positive Reinforcement Sebelum Uji Validitas Konstrak dan Isi ... 109

Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Belajar IPS Sebelum Validitas Konstrak dan Isi ... 110

Lampiran 4. Skala Sikap Positive Reinforcement Sebelum Validitas Konstrak dan Isi ... 111

Lampiran 5. Skala Sikap Motivasi Belajar IPS Sebelum Validitas Konstrak dan Isi ... 116

Lampiran 6. Kisi-kisi Instrumen Variabel Positive Reinforcement Setelah Uji Validitas Konstrak dan Isi ... 120

Lampiran 7. Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Belajar IPS Setelah Uji Validitas Konstrak dan Isi ... 121

Lampiran 8. Skala Sikap Positive Reinforcement Setelah Uji Validitas Konstrak dan Isi ... 122

Lampiran 9. Skala Sikap Motivasi Belajar IPSSetelah Uji Validitas Konstrak dan Isi ... 126

Lampiran 10. Jumlah Sampel Tiap Sekolah Dasar ... 129

Lampiran 11. Data Uji Instrumen Positive Reinforcement ... 130

Lampiran 12. Data Uji Instrumen Motivasi Belajar IPS ... 132

Lampiran 13. Hasil Uji Validitas Positive Reinforcement ... 134

Lampiran 14. Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar IPS ... 135

Lampiran 15. Uji Reliabilitas Positive Reinforcement ... 136

Lampiran 16. Uji Reliabilitas Motivasi Belajar IPS ... 137

Lampiran 17. Kisi-kisi Instrumen Variabel Positive Reinforcement Setelah Uji Coba Instrumen ... 138

Lampiran 18. Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Belajar IPS Setelah Uji Coba Instrumen ... 139

Lampiran 19. Skala Sikap Positive Reinforcement Setelah Uji Coba Instrumen . ... 140

(17)

xvii

Lampiran 21. Skala Sikap Penelitian ... 147

Lampiran 22. Data Penelitian Variabel Positive Reinforcement ... 162

Lampiran 23. Data Penelitian Variabel Motivasi Belajar IPS ... 171

Lampiran 24. Uji Deskriptif ... 180

Lampiran 25. Perhitungan Interval Variabel Positive Reinforcement ... 181

Lampiran 26. Perhitungan Interval Variabel Motivasi Belajar IPS ... 182

Lampiran 27. Rumus Kategorisasi ... 183

Lampiran 35. Surat Ijin Observasi dari UPT Dikbudpora Kecamatan Butuh... ... 195

Lampiran 36. Surat Permohonan Validasi Instrumen Penelitian ... 196

Lampiran 37. Surat Pernyataan Validator Instrumen ... 197

Lampiran 38. Surat Uji Coba Instrumen ... 198

Lampiran 39. Surat Perijinan Penelitian dari FIP UNY ... 199

Lampiran 40. Surat Perijinan Penelitian dari Kesbangpol DIY ... 200

Lampiran 41. Surat Perijinan Penelitian dari BPMD Prov. Jateng ... 201

Lampiran 42. Surat Perijinan Penelitian dari KPMPT Kab. Purworejo ... 202

Lampiran 43. Surat Keterangan Penelitian ... 203

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(19)

2

(2010: 93) belajar merupakan key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat kaitan antara pendidikan dengan belajar. Dengan adanya proses belajar dapat terjadi perkembangan jasmani dan rohani siswa. Pengembangan diri siswa meliputi pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadi siswa ke arah yang positif. Proses pendidikan menekankan pada peningkatan penguasaan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.

Pendidikan harus diberikan sejak dini, mulai dari tingkat SD sampai jenjang perguruan tinggi. Pendidikan di tingkat SD ditanamkan dasar-dasar ilmu pengetahuan, kepribadian, moral, etika, dan lain-lain yang merupakan bekal untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pendidikan di SD terbagi dalam beberapa mata pelajaran tertentu. Mata pelajaran yang pokok diberikan di SD diantaranya yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, PKn, IPA, dan IPS. Dari kelima mata pelajaran tersebut yang erat kaitannya dengan bekal hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah mata pelajaran IPS. Melalui mata pelajaran IPS, siswa dilatih untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupan sehari-hari di masyarakat, bangsa, dan negara.

(20)

3

bahwa pembelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial, yang berguna bagi kemajuan dirinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Selain itu, Etin Solihatin & Raharjo (2007: 15) mengemukakan bahwa pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

(21)

4

Setiap siswa memiliki motivasi belajar yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Biggs dan Telfer (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 32) berpendapat bahwa siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar.Hal tersebut dikarenakan siswa merupakan individu yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, setiap siswa pasti memiliki karakteristik masing-masing. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Motivasi siswa untuk belajar khususnya pada mata pelajaran IPS tentu saja dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain keadaan di dalam diri individu, cita-cita, kemauan, dll sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain faktor guru, orang tua, lingkungan, dan sebagainya.

(22)

5

diberikan selama proses pembelajaran berlangsung atau biasa disebut penguatan.

Skinner (Dalyono, 2009: 32) menganggap bahwa reward dan

reinforcement sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Di dalam sebuah pengelolaan kelas, terdapat 2 istilah yaitu penguatan positif (positive reinforcement) dan penguatan negatif (negative reinforcement). Dalyono (2009: 33) mengartikan bahwa positive reinforcement adalah penyajian stimulus yang meningkatkan probabilitas suatu respon. Positive reinforcement dapat diberikan secara lisan, tertulis, individual ataupun kelompok. Edi Purwanta (2012: 34) mengatakan bahwa positive reinforcement merupakan stimulus yang dihadirkan/ terjadi mengikuti/ menjadi konsekuensi perilaku, dan menyebabkan perilaku berulang atau terpelihara. Oleh karena itu pemberian penguatan positif harus diberikan sesuai dengan perilaku yang dimunculkan oleh siswa.

(23)

6

kepada siswa. Positive reinforcement yang biasa digunakan masih kurang bervariasi, yaitu sebatas penguatan verbal berupa kata-kata pintar, bagus, baik, benar dan penguatan nonverbal berupa acungan jempol dan tepuk tangan.

Pemberian penguatan apabila dilakukan dengan cara dan prinsip yang tepat dapat mengefektifkan pencapaian tujuan penggunaannya. Marno & Idris (2014: 131) menyebutkan beberapa tujuan dari penggunaan penguatan positif (positive reinforcement) diantaranya yaitu meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar, membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar siswa, mengarahkan pengembangan berpikir siswa ke arah berpikir divergen, mengatur dan mengembangkan diri anak sendiri dalam proses belajar, mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif. Dengan diberikannya positive reinforcement secara optimal kepada siswa, memungkinkan siswa akan lebih termotivasi untuk belajar khususnya pada mata pelajaran IPS karena siswa merasa diberikan dukungan dan perlakuan yang baik oleh guru selama kegiatan pembelajaran.

Dari kelima SD tersebut, guru telah memberikan positive reinforcement

(24)

7

Minimal). Untuk SD N 2 Butuh dan SD N Mangunjayan dengan diberikannya

positive reinforcement, 50% siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar IPS tetapi 50% siswa masih kurang tertarik untuk belajar IPS sehingga berdampak pula pada nilai mata pelajaran IPS yaitu masih banyak siswa yang belum mencapai KKM sehingga perlu diberi perbaikan. Akan tetapi pencapaian nilai tersebut juga tergantung pada materi IPS yang sedang dipelajari.

Melihat fakta yang ditemukan tersebut, perlu untuk memperhatikan masalah ini karena IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Sekolah dan penting dalam menyiapkan siswa hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan belum diketahui seberapa kuat positive reinforcement yang diberikan oleh guru, seberapa tinggi motivasi belajar IPS siswa, dan pengaruh positive reinforcement terhadap motivasi belajar IPS siswa, peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut dengan mengambil judul “Pengaruh Positive Reinforcement terhadap Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan

Butuh Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

(25)

8

reinforcement namun menunjukkan hasil yang berbeda pada tingkat motivasi belajar IPS siswa kelas V.

2. Belum diketahuinya tingkat penggunaan positive reinforcement dalam interaksi pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016.

3. Belum diketahuinya tingkat motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016.

4. Belum diketahuinya pengaruh positive reinforcement terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016.

5. Belum diketahuinya seberapa besar pengaruh positive reinforcement

terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dengan melihat kondisi serta permasalahan yang kompleks, maka penelitian ini akan dibatasi pada pengaruh positive reinforcement terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

(26)

9

1. Adakah pengaruh positive reinforcement terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016?

2. Seberapa besar pengaruh positive reinforcement terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positive reinforcement terhadap

motivasi belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh positive reinforcement

terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian

Dari tujuan tersebut di atas, penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis

(27)

10 2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru

1) Memberikan motivasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, khususnya dalam pemberian positive reinforcement pada mata pelajaran IPS kelas V SD.

2) Sebagai sumber pengetahuan dan bahan evaluasi diri terkait dengan pengaruh positive reinforcement terhadap motivasi belajar IPS kelas V SD.

b. Bagi siswa

(28)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan tentang Positive Reinforcement 1. Pengertian Positive Reinforcement

Martin dan Pear (Edi Purwanta, 2012: 32) berpendapat bahwa kata

“penguatan positif” (positive reinforcement) sering disamaartikan dengan

kata “hadiah” (reward). Sama halnya dengan pendapat tersebut, Dalyono (2009: 33) mendefinisikan positive reinforcement sebagai penyajian stimulus yang meningkatkan probabilitas suatu respon. Soetarlinah (Edi Purwanta, 2012: 33) menyatakan bahwa penguatan positif (positive reinforcement) merupakan suatu peristiwa bila suatu stimulus (benda atau kejadian) dihadirkan/ terjadi sebagai akibat/ konsekuensi suatu perilaku, dan bila karenanya keseringan munculnya perilaku tersebut meningkat/ terpelihara.

(29)

12

merumuskan bahwa penguatan positif adalah sesuatu dapat berupa benda, atau peristiwa yang dihadirkan dengan segera sebagai akibat dari suatu perilaku, dan dengannya perilaku tersebut meningkat frekuensi kemunculannya.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa positive reinforcement adalah suatu stimulus atau rangsangan yang dihadirkan atau terjadi dengan segera terhadap suatu perilaku, dan dengan adanya perilaku tersebut dapat meningkatkan frekuensi munculnya perilaku tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari ada atau tidaknya pengaruh

positive reinforcement terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo dan seberapa besar pengaruh tersebut. Hal ini didasari belum diketahuinya tingkat penggunaan

positive reinforcement dalam interaksi pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo dan belum diketahuinya pengaruh positive reinforcement terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara telah ditemukan 5 SD Negeri di Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo yang telah menerapkan positive reinforcement namun menunjukkan hasil yang berbeda-beda pada tingkat motivasi belajar IPS siswa kelas V. Oleh karena itu, positive reinforcement

(30)

13

suatu perilaku positif yang dicapai siswa dalam proses belajar, dengan tujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

2. Tujuan Positive Reinforcement

Syaiful Bahri Djamarah (2005: 118) mengemukakan lima tujuan

positive reinforcement dalam interaksi edukatif sebagai berikut.

a. Meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar apabila pemberian penguatan digunakan secara selektif.

b. Memberi motivasi pada siswa dalam proses pembelajaran.

c. Dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu, dan meningkatkan cara belajar produktif.

d. Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar.

e. Mengarahkan terhadap pengembangan berfikir yang divergen (berbeda) dalam pengambilan inisiatif yang bebas.

Marno & Idris (2014: 131) mengemukakan tujuan penggunaan

positive reinforcement adalah.

a. Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar.

b. Membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

(31)

14

e. Mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa guru memberikan penguatan positif atau positive reinforcement kepada siswa memiliki tujuan antara lain, yaitu untuk mengembangkan rasa percaya diri siswa, meningkatkan perhatian siswa, mengurangi tingkah laku siswa yang kurang baik, mempertahankan sekaligus meningkatkan tingkah laku siswa yang sudah baik, dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

Pemberian positive reinforcement oleh guru dalam interaksi pembelajaran di kelas memiliki suatu tujuan. Pada penelitian ini, arah tujuan positive reinforcement yang dimaksud yaitu meningkatkan perhatian siswa terhadap mata pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru serta membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Maka dari itu, motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dapat meningkat karena siswa akan merasa diperhatikan dan dihargai oleh guru di dalam suatu proses pembelajaran. Point tersebut yang menjadi landasan dari penelitian ini, sehingga penelitian ini akan mencari seberapa besar pengaruh positive reinforcement terhadap motivasi belajar siswa kelas V khususnya pada mata pelajaran IPS.

3. Prinsip Penggunaan Positive Reinforcement

(32)

15 a. Hangat dan Antusias

Kehangatan dan keantusiasan guru dalam memberikan penguatan kepada siswa memiliki aspek penting dalam tingkah laku dan hasil belajar siswa. Kehangatan dan keantusiasan adalah bagian yang tampak dari interaksi guru dan siswa.

b. Hindari Penggunaan Penguatan Negatif

Pemberian hukuman atau kritik efektif untuk mengubah motivasi, penampilan, dan tingkah laku siswa. Akan tetapi pemberian itu membawa dampak yang sangat kompleks dan secara psikologis agak kontroversial. Oleh karena itu, sebaiknya hal tersebut dihindari.

c. Penggunaan Bervariasi

Pemberian penguatan sebaiknya bervariasi baik komponen maupun caranya. Penggunaan komponen dan cara penguatan yang sama dan berulang-ulang akan mengurangi efektivitas pemberian penguatan. Pemberian penguatan juga bermanfaat apabila arah pemberiannya bervariasi atau sebaiknya tidak berurutan.

d. Bermakna

Pemberian penguatan dilakukan pada situasi di mana siswa mengetahui adanya hubungan antara pemberian penguatan terhadap tingkah lakunya dan melihat itu sangat bermanfaat bagi siswa. Hal tersebut dilakukan agar pemberian penguatan menjadi efektif.

(33)

16 a. Kehangatan

Seperti halnya penggunaan variasi mengajar, prinsip pemberian penguatan pun dilakukan secara hangat. Kehangatan sikap guru dapat ditunjukkan dengan suara, mimik, atau gerakan badan (gestural). Kehangatan sikap guru akan menjadikan penguatan yang diberikan menjadi lebih efektif. Jangan sampai siswa mendapat kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan penguatan.

b. Antusiasme

Sikap antusias dalam memberi penguatan dapat menstimulasi siswa untuk meningkatkan motivasinya. Antusiasme guru dalam memberikan penguatan dapat membawa kesan pada siswa akan kesungguhan dan ketulusan guru. Antusiasme dalam memberikan penguatan akan mendorong munculnya kebanggaan dan percaya diri pada siswa.

c. Bermakna

Inti dari kebermaknaan adalah bahwa siswa mengerti dan yakin bahwa dirinya memang layak diberikan penguatan, karena hal itu memang sesuai dengan tingkah laku dan penampilannya. Oleh karena itu, kebermaknaan dalam pemberian penguatan hanya mungkin apabila diberikan dalam konteks yang relevan.

d. Menghindari Respon Negatif

(34)

17

ejekan patut atau perlu dihindari, karena hal itu akan mematahkan semangat siswa dalam mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, jika jawaban siswa salah maka guru tidak boleh merespon negatif. Hal ini dapat mematikan motivasi siswa.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan penguatan atau positive reinforcement, seorang guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip penggunaannya antara lain hangat dan antusias yakni guru menciptakan iklim belajar di kelas yang hangat antara guru dan siswa, guru secara antusias dalam memberikan penguatan dapat membawa kesan pada siswa akan kesungguhan dan ketulusan guru, diusahakan menghindari penggunaan penguatan negatif sebab penguatan negatif dapat mematahkan motivasi anak, memberikan penguatan positif secara bervariasi artinya tidak monoton dengan cara berurutan agar dapat memberikan manfaat bagi siswa dan siswa tidak bosan, bermakna yang berarti guru memberikan penguatan positif di saat yang tepat sehingga siswa dapat memahami makna dari penguatan yang ia dapatkan memang sesuai dengan tingkah laku dan penampilannya.

Prinsip penggunaan positive reinforcement ini menjadi dasar pembuatan indikator variabel instrumen untuk meneliti positive reinforcement. Mengacu pada pendapat Syaiful Bahri Djamarah dan Marno Idris seperti yang telah dijelaskan di atas, prinsip penggunaan

(35)

18

bervariasi, dan bermakna. Masing-masing prinsip terdapat dalam beberapa pernyataan dalam instrumen yang bernilai positif dan negatif.

4. Komponen Positive Reinforcement

Syaiful Bahri Djamarah (2005: 120-122), menguraikan bahwa dalam

positive reinforcement terdapat enam komponen sebagai berikut. a. Penguatan Verbal

Penguatan verbal berupa pujian dan dorongan yang diucapkan guru untuk respon atau tingkah laku siswa. Ucapan tersebut dapat berupa kata-kata bagus, baik, betul, benar, tepat, dan lain-lain.

b. Penguatan Gestural

Penguatan gestural sangat erat hubungannya dengan penguatan verbal. Ucapan atau komentar yang diberikan guru terhadap respon, tingkah laku, atau pikiran siswa dapat dilakukan dengan mimik yang cerah, senyum, anggukan, acungan jempol, atau tepuk tangan. Semua gerakan tubuh tersebut merupakan bentuk pemberian penguatan gestural. Dalam hal ini guru dapat mengembangkan sendiri gerakan tersebut sesuai dengan kebiasaan yang berlaku sehingga dapat tercipta interaksi antara guru dan siswa yang menguntungkan.

c. Penguatan Kegiatan

(36)

19

dipilih yang memiliki relevansi dengan tujuan pelajaran yang dibutuhkan dan digunakan oleh siswa.

d. Penguatan Mendekati

Perhatian guru terhadap siswa menunjukkan bahwa guru tertarik. Secara fisik guru mendekati siswa, dapat dikatakan sebagai penguatan mendekati. Penguatan mendekati digunakan untuk memperkuat penguatan verbal, penguatan tanda, dan penguatan sentuhan.

e. Penguatan Sentuhan

Penguatan sentuhan erat sekali hubungannya dengan penguatan mendekati. Penguatan sentuhan merupakan penguatan yang terjadi apabila guru secara fisik menyentuh siswa yang bertujuan untuk memberikan penghargaan atas penampilan, tingkah laku, atau kerja siswa.

f. Penguatan Tanda

Ketika guru menggunakan berbagai macam simbol berupa benda atau tulisan yang ditujukan pada siswa untuk penghargaan terhadap suatu penampilan, tingkah laku, atau kerja siswa, disebut sebagai penguatan tanda.

(37)

20 a. Penguatan Verbal

Komentar guru berupa kata-kata pujian, dukungan, dan pengakuan dapat digunakan untuk penguatan tingkah laku dan kinerja siswa. Komentar demikian merupakan balikan yang diberikan guru atas kinerja ataupun perilaku siswa. Penguatan verbal dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yakni:

1) Kata-kata, seperti: bagus, ya, tepat, betul, bagus sekali, dan sebagainya.

2) Kalimat, seperti: pekerjaanmu bagus sekali, caramu memberi penjelasan baik, dan sebagainya.

b. Penguatan Berupa Mimik Muka dan Gerakan Badan (Gestural)

Penguatan berupa gerakan badan dan mimik muka antara lain seperti senyuman, anggukan kepala, acungan ibu jari, tepuk tangan, dan sebagainya. Sering kali digunakan bersamaan dengan penguatan verbal. Sebagai contoh, ketika guru memberi penguatan verbal “Pekerjaanmu

baik sekali,” pada saat itu guru menganggukkan kepalanya.

c. Penguatan dengan Cara Mendekati Anak

(38)

21

adalah berdiri di samping siswa, berjalan menuju siswa, duduk dekat dengan seorang siswa atau kelompok siswa, berjalan di sisi siswa, dan sebagainya.

d. Penguatan dengan Sentuhan

Teknik ini penggunaannya perlu mempertimbangkan latar belakang siswa, umur, jenis kelamin, serta latar belakang kebudayaan setempat. Dalam memberikan penguatan ini, beberapa perilaku yang dapat dilakukan guru antara lain menepuk pundak atau bahu siswa, menjabat tangan siswa, mengelus rambut siswa, atau mengangkat tangan siswa yang menang dalm pertandingan.

e. Penguatan dengan Kegiatan yang Menyenangkan

(39)

22

berprestasi dalam hasil belajarnya ditunjuk sebagai pimpinan kelompok belajar.

f. Penguatan Berupa Simbol atau Benda

Jenis simbol atau benda yang diberikan diselaraskan dengan usia perkembangan siswa. Untuk anak tingkat sekolah dasar, berbeda dengan anak usia sekolah lanjutan. Penguatan berupa simbol atau benda ini dapat berupa piagam penghargaan, benda-benda berupa alat-alat tulis dan buku, dan dapat pula berupa komentar tertulis pada buku siswa. Perlu diperhatikan dalam hal penggunaan penguatan yang berupa benda yaitu hendaknya tujuan belajar siswa tidak mengarah pada benda tersebut. Oleh karena itu, perlu dibatasi frekuensi penggunaannya.

(40)

23

tempat duduk siswa. Penguatan ini digunakan untuk memperkuat penguatan verbal, penguatan sentuhan, dan penguatan tanda. Penguatan sentuhan berkaitan dengan penguatan mendekati, guru dapat secara fisik menyentuh siswa dengan tujuan memberikan penguatan atas penampilan, tingkah laku, maupun unjuk kerja siswa. Penguatan tanda yaitu memberikan penguatan berupa tulisan, simbol sebagai penghargaan atas penampilan, tingkah laku, maupun unjuk kerja siswa.

Komponen positive reinforcement ini menjadi dasar pembuatan sub indikator variabel pada kisi-kisi instrumen variabel positive reinforcement. Mengacu pada pendapat Syaiful Bahri Djamarah dan Marno Idris seperti yang telah dijelaskan di atas maka komponen positive reinforcement yang digunakan sebagai sub indikator pada kisi-kisi instrumen variabel antara lain yaitu verbal, gestural, kegiatan, mendekati, sentuhan, dan tanda. Masing-masing komponen terdapat dalam beberapa pernyataan dalam instrumen yang bernilai positif dan negatif.

5. Model Penggunaan Positive Reinforcement

Marno & Idris (2014: 135-136) mengemukakan beberapa model penggunaan positive reinforcement yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut.

a. Penguatan pada Pribadi Tertentu

(41)

24

Oleh karena itu, penguatan harus jelas ditujukan kepada siapa dan usahakan menyebut namanya serta memandang kepadanya.

b. Penguatan kepada Kelompok

Penguatan dapat juga diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya jika satu tugas telah dilaksanakan dengan baik oleh satu kelas, guru dapat mengijinkan kelas tersebut untuk bermain sesuai dengan kegemaran mereka. Jika ada satu atau sebagian kelompok kelas yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka guru dapat mengatakan senang sekali, kelompok A telah menunjukkan kemajuan yang pesat.

c. Penguatan Tidak Penuh

Sering didapat jawaban yang diberikan anak atas pertanyaan guru sedikit mengandung kebenaran. Untuk itu, penguatan yang digunakan tentu penguatan tidak penuh. Prinsip dalam penguatan tidak penuh adalah pengakuan guru atas jawaban yang sebagian jawaban salah. d. Variasi Penggunaan

(42)

25

Syaiful Bahri Djamarah (2005: 122-123) mengemukakan empat model penggunaan penguatan positive reinforcement yaitu sebagai berikut.

a. Penguatan Seluruh Kelompok

Pemberian penguatan kepada seluruh anggota kelompok dalam kelas dapat dilakukan secara terus menerus seperti halnya pemberian penguatan pada perorangan. Penguatan gestural, verbal, tanda, dan kegiatan merupakan komponen penguatan yang dapat diperuntukkan pada seluruh anggota kelompok.

b. Penguatan yang Ditunda

Penundaan pemberian penguatan dinilai kurang efektif, namun penundaan tersebut dapat dilakukan dengan memberi isyarat verbal bahwa penghargaan akan diberikan kemudian setelah perilaku dimunculkan.

c. Penguatan Partial (sebagian)

Penguatan partial sama dengan penguatan sebagian-sebagian atau penguatan tidak berkesinambungan, diberikan kepada siswa untuk sebagian responnya.

d. Penguatan Perorangan

(43)

26

Positive reinforcement dapat diberikan oleh guru melalui berbagai macam model, antara lain penguatan pada pribadi tertentu, penguatan kepada kelompok, penguatan yang tidak penuh, dan variasi penggunaan. Penguatan pada pribadi tertentu merupakan penguatan yang paling khusus karena guru harus memberikan penguatan dengan menyebutkan nama, perilaku yang bersangkutan secara perorangan, langsung, dan memandang siswa. Penguatan kepada kelompok di dalam kelas dapat dilaksanakan secara terus menerus. Penguatan yang tidak penuh memiliki prinsip yaitu pengakuan guru atas jawaban yang sebagian jawaban salah. Variasi penggunaan dilakukan agar penggunaan penguatan tidak monoton serta untuk menghindari lunturnya makna penguatan.

Pada dasarnya pendapat Syaiful Bahri Djamarah dan Marno & Idris tentang model penggunaan positive reinforcement adalah hampir sama. Namun, penelitian ini mengacu pada pendapat Marno & Idris karena lebih sederhana dan relevan. Model penggunaan positive reinforcement yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu penguatan pada pribadi tertentu, penguatan kepada kelompok, penguatan yang tidak penuh, dan variasi penggunaan. Teori ini digunakan sebagai acuan dalam penulisan pernyataan instrumen penelitian yang berarti termuat dalam pernyataan instrumen.

6. Penjadwalan Positive Reinforcement

(44)

27

menentukan di antara sekian kali suatu perilaku timbul, kapan atau yang mana yang akan mendapat penguat. Edi Purwanta (2012: 25-26) menyebutkan kelompok waktu pemberian positive reinforcement adalah sebagai berikut.

a. Continous schedule yang artinya setiap ada 2 respons ada hadiah, jika putus habis.

b. Partial yang artinya stimulus diikuti respon, berseling-seling, kadang-kadang ada hadiah, kadang-kadang tanpa hadiah, antaranya (selang-selingnya) dapat interval dapat rasio.

c. Fixed interval yang artinya setiap interval waktu tertentu secara fix diberi hadiah. Interval waktu: 3 menit, 7 menit, 9 menit, dan seterusnya. d. Variable interval yang artinya setiap waktu bermacam-macam diberi

hadiah.

e. Fixed ratio yang artinya setiap perbandingan yang fix diberi hadiah: misalnya setiap lima kali diberi satu hadiah, setiap sepuluh kali diberi dua hadiah, dan seterusnya.

f. Variable ratio yang artinya setiap beberapa kali tidak tentu, diberi hadiah, misalnya suatu ketika dua kali diberi hadiah, waktu lain lagi 1 kali baru diberi hadiah.

Dalyono (2009: 34) menuliskan penjadwalan positive reinforcement

sebagai berikut.

a. Fixed Ratio Schedule

(45)

28

mana pemberi reinforcement baru memberikan penguatan respon setelah terjadi jumlah tertentu dari respon.

b. Variable Ratio Schedule

Penjadwalan yang didasarkan atas penyajian bahan pelajaran dengan penguat setelah sejumlah rata-rata respon.

c. Fixed Interval Schedule

Penjadwalan yang didasarkan atas satuan waktu tetap diantara

reinforcement.

d. Variable Interval Schedule

Pemberian reinforcement menurut respon betul yang pertama setelah terjadi kesalahan-kesalahan respons.

Mengacu pada pendapat Edi Purwanta dan Dalyono mengenai penjadwalan positive reinforement seperti yang telah dijelaskan di atas, telah ditarik kesimpulan bahwa penguatan positif dapat diberikan dalam beberapa waktu diantara yaitu langsung dalam satu waktu saja ketika suatu perilaku yang baik muncul dan diberikan ketika sudah muncul jumlah tertentu dari respons, dilihat rata-rata kemunculan respon, diantara respon yang berbeda atau setiap ada respons yang baik langsung diberikan penguatan. Dalam penelitian ini, teori penjadwalan positive reinforcement

digunakan sebagai acuan dalam penulisan pernyataan instrumen penelitian. 7. Aplikasi Positive Reinforcement

(46)

29

satu tingkat sekolah tertentu saja, baik anak yang sudah dewasa maupun yang belum dewasa. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian penguatan ialah guru harus yakin, bahwa siswa akan menghargainya dan menyadari akan respon yang diberikan guru. Syaiful Bahri Djamarah (2005: 119) menuliskan beberapa situasi yang efektif dalam positive reinforcement adalah sebagai berikut.

a. Siswa memperhatikan guru, kawan lainnya, dan benda yang menjadi tujuan diskusi.

b. Siswa sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku, membaca, dan bekerja di papan tulis.

c. Menyelesaikan hasil kerja baik selesai penuh atau menyelesaikan format.

d. Bekerja dengan kualitas baik (kerapian, ketelitian, keindahan, dan mutu materi).

e. Perbaikan pekerjaan (dalam kualitas, hasil, atau penampilan).

f. Ada kategori tingkah laku (tepat, tidak tepat, verbal, fisik, dan tertulis). g. Tugas mandiri (perkembangan pada pengarahan diri sendiri, mengelola

tingkah laku sendiri, dan mengambil inisiatif kegiatan sendiri).

(47)

30

menyelesaikan hasil kerja, siswa bekerja dengan kualitas yang baik, siswa berkonsentrasi mengerjakan tugas mandiri, siswa mengerjakan di papan tulis dan lain-lain.

Dalam latar belakang masalah pada penelitian ini dipaparkan bahwa pemberian positive reinforcement dalam pembelajaran IPS, masih kurang optimal dan kurang bermakna sehingga siswa kurang menyadari respon yang diberikan oleh guru tersebut. Hal ini dikarenakan salah satunya yaitu guru kurang memahami waktu yang tepat dalam memberikan positive reinforcement. Syaiful Bahri Djamarah menuliskan beberapa situasi yang efektif dalam memberikan positive reinforcement seperti yang telah dijelaskan di atas antara lain yaitu pada saat siswa memperhatikan guru, siswa sedang belajar, siswa menyelesaikan hasil kerja, siswa bekerja dengan kualitas yang baik, siswa berkonsentrasi mengerjakan tugas mandiri, siswa mengerjakan di papan tulis dan lain-lain. Paparan situasi yang efektif dalam pemberian positive reinforcement digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan pernyataan instrumen positive reinforcement

yang dikombinasikan dengan prinsip penggunaan dan komponen positive reinforcement.

B. Tinjauan tentang Motivasi Belajar IPS

1. Pengertian Motivasi Belajar

(48)

31

Kekuatan mental tersebut berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Menurut Sardiman (2007: 75) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang ada di dalam di diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai. Selain itu, Hamzah B. Uno (2007: 23) juga berpendapat bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

Berdasarkan beberapa pengertian motivasi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah sebagai suatu dorongan yang ada di dalam diri siswa yang ditandai dengan timbulnya keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita dan yang berasal dari luar diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari ada atau tidaknya pengaruh

positive reinforcement terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo dan seberapa besar pengaruh tersebut. Hal ini didasari belum diketahuinya tingkat motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo dan belum diketahuinya pengaruh positive reinforcement

(49)

32

ditemukan 5 SD Negeri di Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo yang telah menerapkan positive reinforcement namun menunjukkan hasil yang berbeda-beda pada tingkat motivasi belajar IPS siswa kelas V. Oleh karena itu, motivasi belajar yang menjadi pedoman dalam penelitian ini adalah sebagai suatu dorongan yang ada di dalam diri siswa yang ditandai dengan timbulnya keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita dan yang berasal dari luar diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki.

2. Bentuk Motivasi Belajar

Bentuk motivasi belajar di sekolah dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar diri individu disebut motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

(50)

33

intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyukai suatu materi, dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa untuk melakukan tindakan belajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, motivasi intrinsik sangat penting karena menjadi penggerak dan pengarah bagi seluruh aktivitas belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik kuat maka akan melaksanakan kegiatan belajar dengan semaksimal mungkin.

b. Motivasi Ekstrinsik

Menurut Sardiman (2007: 90-91) motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sementara menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 91) motivasi ekstrinsik merupakan dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar perbuatannya. Muhibbinsyah (2010: 134) mengartikan motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.

(51)

34

dalam suatu kegiatan belajar, motivasi ekstrinsik juga memiliki peran yang sangat penting. Meskipun siswa telah memiliki motivasi yang berasal dari dalam dirinya, namun motivasi ekstrinsik tidak kalah penting. Hal tersebut dikarenakan kemungkinan sebagian besar keadaan siswa itu berubah-ubah, dinamis, serta komponen lainnya kurang menarik bagi siswa sehingga dibutuhkan motivasi yang berasal dari luar diri siswa.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar siswa baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik tidak selamanya stabil. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, yaitu terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Motivasi belajar siswa dipengaruhi berbagai faktor. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 97-100) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar sebagai berikut.

a. Cita-cita atau Aspirasi Siswa

(52)

35

memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik sebab tercapainya cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.

b. Kemampuan Siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Apabila anak memiliki keinginan dapat membaca, maka anak diharuskan mengenal dan mengucapkan semua huruf terlebih dahulu. Keberhasilan membaca akan memuaskan hati anak tersebut dan menyebabkan anak gemar membaca. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa baik jasmani maupun rohani sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Seseorang yang sedang sakit atau marah akan enggan belajar dan susah untuk memusatkan perhatiannya sedangkan siswa yang sedang sehat akan mengejar ketinggalan pelajarannya dengan rajin membaca buku supaya nilai raportnya baik.

d. Kondisi Lingkungan Siswa

(53)

36

e. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran

Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam. Lingkungan tempat tinggal, lingkungan pergaulan siswa dapat mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa koran, majalah, film semakin menjangkau siswa. Ke semua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Pembelajar yang masih berkembang jiwa raganya, lingkungan yang semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis bagi pembelajaran. Selain itu guru diharapkan mampu memanfaatkan koran, majalah, televisi, dan sumber belajar yang lain untuk memotivasi belajar siswa.

f. Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa

Peran guru sangatlah penting di sekolah. Rata-rata hampir lima jam perhari guru berinteraksi dengan siswa-siswanya. Upaya guru dalam membelajarkan siswa dapat terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah dapat berupa menyelenggarakan tertib belajar di sekolah, membina disiplin belajar dalam setiap kesempatan, seperti pemeliharaan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah, pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman tepat guna. Upaya pembelajaran guru di sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka dan lain-lain. Guru diharapkan dapat menjalin kerja sama dengan pusat-pusat pendidikan tersebut.

(54)

37 a. Cita-cita dan minat siswa.

b. Kemampuan yang dimiliki oleh siswa. c. Kondisi siswa baik jasmani maupun rohani. d. Lingkungan belajar siswa.

e. Kemampuan guru dalam proses pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti ada tidaknya dan seberapa besar pengaruh positive reinforcement terhadap motivasi belajar siswa, sehingga teori faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa yang ditekankan dalam penelitian ini yaitu faktor kemampuan guru dalam proses pembelajaran khususnya pada pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman tepat guna.

4. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi memiliki peranan dalam kegiatan belajar. Semakin tinggi motivasi siswa, maka dia akan tekun dan mencapai keberhasilan dalam belajarnya. Semakin tepat motivasi yang diberikan oleh guru kepada siswa, maka semakin berhasil pula kegiatan pembelajaran itu.

Sardiman (2007: 85) menyebutkan tiga fungsi motivasi yaitu sebagai berikut.

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

(55)

38

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Oemar Hamalik (2003: 161) juga menyebutkan tiga fungsi motivasi adalah sebagai berikut.

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan, tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya menggerakkan perbuatan ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi berfungsi penggerak. Motivasi ini berfungsi sebagai mesin, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan atau perbuatan. Jadi fungsi motivasi secara umum adalah sebagai daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Sementara itu, menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 85) fungsi motivasi bagi siswa yaitu sebagai berikut.

a. Menyadarkan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya.

c. Mengarahkan kegiatan belajar. d. Membesarkan semangat belajar.

(56)

39

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai fungsi motivasi belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar memiliki fungsi yang sangat penting bagi siswa. Motivasi dapat menggerakkan siswa untuk mau belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, menyeleksi perbuatan yang harus dilakukan guna mencapai tujuan dan perbuatan yang tidak perlu dilakukan yang dapat mengganggu proses belajar, serta membesarkan semangat belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Motivasi belajar memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan siswa. Teori fungsi motivasi belajar dalam penelitian ini digunakan sebagai acuan dalam penulisan butir pernyataan instrumen. Fungsi motivasi belajar yang dimaksud antara lain yaitu menggerakkan siswa untuk mau belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, menyeleksi perbuatan yang harus dilakukan guna mencapai tujuan dan perbuatan yang tidak perlu dilakukan yang dapat mengganggu proses belajar, serta membesarkan semangat belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

5. Upaya Menumbuhkan Motivasi dalam Kegiatan Belajar di Sekolah

(57)

40

Sardiman A. M. (2007: 92-95) menjelaskan bentuk dan cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah sebagai berikut. a. Memberikan Angka kepada Siswa

Banyak siswa melakukan kegiatan belajar dengan tujuan mendapatkan angka yang baik yaitu berupa nilai. Nilai-nilai yang baik ini bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.

b. Memberikan Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai salah satu bentuk motivasi, namun perlu dihindari intensitasnya. Pemberian hadiah juga harus sesuai dengan minat dan kesenangan dari pihak yang diberi hadiah.

c. Menciptakan Situasi Kompetisi di Kelas

Persaingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong aktivitas belajar. Dengan menciptakan suasana persaingan yang kompetitif baik secara kelompok maupun individu, akan menumbuhkan motivasi siswa, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

d. Melibatkan Ego Siswa

(58)

41 e. Memberikan Ulangan

Memberi ulangan juga merupakan salah satu sarana motivasi. Para siswa akan belajar dengan giat jika mengetahui akan ada ulangan. f. Mengetahui Hasil

Siswa akan semakin termotivasi dalam belajar jika mereka mengetahui hasil belajar yang diperoleh, apalagi jika hasilnya menunjukkan adanya kemajuan.

g. Memberikan Pujian

Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta membangkitkan harga diri siswa.

h. Memberikan Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi jika diberikan secara tepat dan bijak, dapat menjadi alat motivasi.

i. Menumbuhkan Hasrat untuk Belajar kepada Siswa

Hasrat untuk belajar, berarti ada kesenjangan, ada maksud untuk belajar. Hal ini penting dibandingkan dengan kegiatan yang dilakukan tanpa ada maksud tertentu.

j. Menumbuhkan Minat

(59)

42 k. Tujuan yang Diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan alat motivasi yang penting sebab dengan memahami tujuan yang ingin dicapai, maka akan timbul gairah untuk terus belajar karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan.

Menurut pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak cara yang dapat dipakai untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa di sekolah. Guru menumbuhkan suasana belajar yang menimbulkan kompetisi sehat dan pembelajaran yang menyenangkan. Tidak lupa guru memberikan angka dan hasil kerja siswa. Guru juga dapat memberikan hadiah pada siswa atau kelompok yang berprestasi. Selain itu, guru juga dapat melakukan reinforcement baik positif maupun negatif.

Berdasarkan kesimpulan di atas, teori cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yang ditekankan pada penelitian ini antara lain yaitu memberikan angka, memberikan hadiah, dan memberikan pujian. Tiga cara tersebut merupakan komponen positive reinforcement

atau penguatan positif.

6. Indikator-indikator Motivasi Belajar

(60)

43

dan Mudjiono, 2002: 93) mengemukakan pendapat bahwa setiap individu memiliki motivasi penuh dengan ciri-ciri sebagai berikut.

a. Terbuka terhadap segala pengalaman hidup.

b. Menjalani kehidupan secara berkepribadian, tidak berpaku pada masa lampau atau masa yang akan datang.

c. Percaya pada diri sendiri

d. Memiliki rasa kebebasan dan suka beraktivitas.

Menurut Sardiman (2007: 83) ciri-ciri siswa memiliki motivasi belajar yang kuat yaitu.

a. Tekun menghadapi tugas.

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa. d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin. f. Dapat mempertahankan pendapatnya.

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Dari uraian pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator motivasi belajar dalam penelitian ini adalah.

a. Tekun dalam belajar

b. Ulet menghadapi kesulitan belajar (tidak cepat putus asa) c. Menunjukkan minat terhadap mata pelajaran

(61)

44 e. Bosan pada tugas monoton f. Dapat mempertahankan pendapat

g. Senang mencari dan memecahkan masalah

Teori indikator-indikator motivasi belajar ini menjadi dasar pembuatan indikator variabel instrumen untuk meneliti motivasi belajar. Mengacu pada pendapat Sardiman seperti yang telah dijelaskan di atas, indikator-indikator motivasi belajar yang digunakan sebagai indikator variabel instrumen antara lain yaitu tekun dalam belajar, ulet menghadapi kesulitan belajar (tidak mudah putus asa), menunjukkan minat terhadap mata pelajaran, belajar mandiri, bosan pada tugas monoton, dapat mempertahankan pendapat, dan senang mencari serta memecahkan masalah. Masing-masing indikator terdapat dalam beberapa butir pernyataan dalam instrumen yang bernilai positif dan negatif.

7. Tinjauan Mengenai IPS di Sekolah Dasar

a. Pengertian IPS

(62)

45

memiliki ciri-ciri yang sama, oleh karena itu dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial.

Pendapat Trianto (2010: 171) mengatakan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu metode interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya).

Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006: 159), Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Maksudnya adalah mata pelajaran IPS SD tesusun keterpaduan ilmu sosial geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.

(63)

46

sosial. Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial ataupun pengetahuan sosial bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial, yang berguna bagi kemajuan dirinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Dalam penelitian ini, IPS yang dimaksud yaitu mata pelajaran IPS untuk kelas V SD. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dalam upaya mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial, yang berguna bagi kemajuan dirinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian IPS memiliki peranan yang sangat penting yaitu untuk mendidik siswa guna mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat berpartisipasi aktif sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.

b. Tujuan IPS sekolah dasar

BSNP (2006: 159) menjelaskan mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

(64)

47

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Tujuan mata pelajaran IPS menurut Fenton (Hidayati, 2002: 22) yaitu untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik, mempunyai kemampuan berfikir, dan dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya. Dalam hal ini siswa diharapkan menjadi anggota masyarakat yang produktif, berpartisipasi dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa tanggung jawab, tolong menolong dengan sesamanya, serta dapat mengembangkan nilai-nilai dan ide-ide masyarakatnya. Hidayati (2002: 22) menyebutkan bahwa tujuan utama IPS adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik.

Selain itu, Hidayati (2002: 24-25) ada pula tujuan kurikuler IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut.

(65)

48

2) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

3) Membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.

4) Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupannya yang tidak terpisahkan.

5) Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan teknologi.

(66)

49

c. Ruang lingkup IPS kelas V sekolah dasar

Berdasarkan kurikulum standar isi KTSP mata pelajaran IPS kelas V memiliki Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut.

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS

(67)

50

Penelitian ini meneliti IPS untuk kelas V. Pada dasarnya, penelitian pengaruh positive reinforcement terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V ini meneliti fakta berdasarkan gejala yang telah terjadi sehingga mengambil IPS kelas V secara keseluruhan yang pernah dialami oleh siswa.

8. Pengertian Motivasi Belajar IPS

Dari pengertian motivasi belajar dan IPS di atas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar IPS adalah sebagai suatu dorongan yang ada di dalam dan yang berasal dari luar diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar IPS dalam upaya mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial yang ditandai dengan timbulnya keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS dalam bentuk tekun belajar, ulet menghadapi kesulitan belajar, menunjukkan minat terhadap mata pelajaran IPS, belajar secara mandiri, bosan pada tugas IPS yang monoton, dapat mempertahankan pendapat, senang mencari dan memecahkan masalah yang digunakan untuk mencapai hasil belajar IPS. Dalam instrumen variabel motivasi belajar dikhususkan pada mata pelajaran IPS untuk kelas V SD.

C. Karakteristik Anak Kelas V

(68)

51

1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

2. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar,

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.

4. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.

5. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan permainan tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.

Sejalan dengan pendapat ahli di atas, Usman Samatowa (2006: 10) mengemukakan pendapat bahwa siswa kelas V masuk ke dalam fase kelas tinggi yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret. 2. Amat realistis, ingin tahu, dan ingin belajar.

3. Menjelang akhir masa ini ada minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus.

(69)

52

5. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya mengenai prestasi sekolah).

6. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak terikat kepada aturan permainan tradisional: mereka membuat peraturan sendiri.

7. Peran manusia idola sangat penting. Pada umumnya orang tua dan kakaknya dianggap sebagai manusia idola yang sempurna karena itu guru acapkali dianggap manusia yang serba tahu.

Berdasarkan uraian dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan beberapa karakteristik siswa Sekolah Dasar kelas tinggi khususnya kelas V yaitu sebagai berikut.

1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret. 2. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

3. Senang belajar dalam kelompok-kelompok.

4. Minat terhadap hal-hal ataupun mata pelajaran khusus. 5. Nilai sebagai ukuran yang tepat.

6. Membutuhkan guru ataupun orang dewasa lain. 7. Mereka cenderung membuat peraturan sendiri.

Gambar

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS
Gambar 1 Paradigma Penelitian Sederhana
Tabel 2. Daftar Nama dan Alamat Sekolah
Tabel 3. Jumlah Populasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Paket 1 Selanjutnya menetapkan Penyedia pada pekerj aan tersebut di atas, yaitu :.. PENYEDI A

[r]

Stand: Juni 2011 • Anhang A enthält die im Anhang I des WA aufgeführten Arten (von der Ausrottung bedrohte Arten, die durch den Handel beeinträchtigt werden könnten) sowie Arten,

Hasil histokimia pada jaringan daun P.crocatum menunjukkan bahwa trikoma biseluler dan sel idioblas epidermis mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid (Tabel 9),

Instrumensoal penguasaan konsep yang telah di- judgement oleh dosen ahli kemudian direvisi dan dilakukan uji coba pada kelas lain yang bukan kelas penelitian,

Diharapkan dari hasil penelitian ini para konseli dapat meninggalkan kebiasaan-kebiasaannya berperilaku tidak baik (akhlak tercela/ akhlak madzmumah ), yaitu: ikut

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk

Dalam upaya menyelesaikan masalah tersebut, penulis membuat program aplikasi seperti program Pascal 7.0 untuk membantu menyelesaikan persamaan linier dengan menggunakan 2