PENGARUH KONSENTRASI JUS SEMANGKA (Citrullus vulgaris) TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA
MENCIT (Mus muscullus) DIABETES MELITUS
(Sebagai Alternatif Sumber Belajar Biologi SMA Kelas XII pada Materi Pembelajaran Sistem Sirkulasi pada Manusia)
Oleh : Dias Alvioriki
12008116
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran biologi sebagai salah satu pelajaran di sekolah dianggap sulit untuk dipahami. Sebagian orang menganggap biologi adalah mata pelajaran yang membutuhkan daya ingat tinggi karena berisi materi yang harus dihafal. Padahal pada hakikatnya biologi tidak hanya membutuhkan hafalan, tetapi membutuhkan pemahaman yang mendalam trerhadap biologi sangat ditrntukan oleh jalannya pembelajaran.
Proses pembelajaran di kelas umumnya dilakukan dengan metode ceramah. Metode ceramah yang kerap kali digunakan menimbulkan kesan bahwa biologi merupakan pelajaran yang penuh dengan teori-teori tanpa mengetahui bahwa sesungguhnya objek dan materi biologi telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukan pentingnya peran guru sebagai pendidik yang tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran dari buku ke siswa tetapi juga harus menunjukan bukti-bukti konkret dari materi yang relah ia sampaikan. Sehingga selain buku sebagai bahan ajar dapat juga digunakan bahan ajar lain yang dapat membantu pemahaman siswa.
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 1995, jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 5 juta Pada tahun 2000 jumlah penderita 8.400.000 jiwa, pada tahun 2003 jumlah penderita 13.797 juta pada tahun 2005 sekitar 24 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat pada tahun yang akan datang (Soegondo, 2008). Beberapa diantara penderita diabetes baru mengetahui sakit yang diderita ketika sudah mengalami komplikasi. Ketidaktahuan ini disebabkan karena kebanyakan penyakit diabetes terus berlangsung tanpa keluhan sampai beberapa tahun dan disebabkan karena minimnya informasi yang diperoleh masyarakat tentang penyakit diabetes itu sendiri (Tandra, 2008).
Diabetes merupakan penyakit dimana tubuh penderita sudah tidak mampu mengendalikan kadar gula dalam darah. Penderita mengalami gangguan metabolisme pada proses penyerapan gula oleh tubuh, karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara normal. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah. Penurunan hormon insulin mengakibatkan seluruh glukosa dalam darah yang dikonsumsi di dalam tubuh akan meningkat. Peningkatan kadar glukosa darah disebabkan oleh kerusakan pankreas yang tidak dapat menghasilkan insulin. Kerusakan pankreas ini dapat disebabkan oleh senyawa radikal bebas yang merusak sel-sel pada pankreas sehingga tidak dapat berfungsi (Studiawan, 2004).
Semangka (Citrullus vulgaris) termasuk salah satu tanaman buah-buahan yang tumbuh merambat dan termasuk dalam family buah labu-labuan (Cucurbitaceae). Daging buah semangka berwarna kuning sampai merah dan mengandung biji yang bentuknya memanjang. Warna daging buah disebabkan oleh adanya kandungan pigmen terutama pigmen dari kelompok karotenoid, yakni likopen (Mohr, 2005).
rangkap terkonjugasi yang tersusun linier. Keberadaan ikatan rangkap terkonjugasi, menjadikan likopen sebagai antioksidan yang baik. Kekuatan antioksidan likopen sebagai penangkap singlet oksigen adalah dua kali lipat dari â-karoten (Bohm et al., 2002) dan sepuluh kali lipat dari á-tokoferol (Shi dan Maguer, 2000). Kandungan likopen banyak terdapat pada bagian daging buah yang memiliki pigmen warna merah. Berdasarkan biosintesisnya, likopen terbentuk melalui siklus asam mevalonat yang terjadi di dalam sitosol dan deoksisilolusa phosfat yang yang terjadi di dalam kloroplas dan kromoplas (Di Mascio, P, S. Kaiser and H. Sies, 1989).
Menurut Sutarya, (2009) buah semangka mengandung likopen relatif lebih tinggi dibandingkan dengan buah tomat, bahkan terindikasi merupakan buah penghasil likopen tertinggi. Semangka mengandung likopen 6 ppm, sedangkan tomat mengandung likopen antara 3–5ppm. Meskipun buah semangka manis, namun ternyata mengandung gula yang relatif rendah. Selain itu, manfaat buah Semangka bagi penderita diabetes yaitu kandungan yang terdapat dalam buah semangka mampu merangsang produksi insulin sehingga menurunkan kadar gula dalam darah. (Wenli et al., 2001;Sutaryaa, G. Grubben dan H. Sutarno, 2009).
Likopen dalam industri pangan digunakan sebagai pewarna alami yang selain berfungsi sebagai pewarna, juga berfungsi sebagai antioksidan. Dengan fungsi tersebut, likopen digunakan untuk mencegah kerusakan pangan yang disebabkan oleh oksidasi (Boham dan Bitsch, 1999; Koski et al., 2002; Montesano et al., 2006 dalam Israwati, 2009). Likopen dalam industri kosmetik digunakan sebagai pencegah kerusakan kulit yang disebabkan oleh pengaruh oksigen dan cahaya yang bersifat toksik (Di Mascio et al., 1989).
Penelitian ini diberi perlakuan jus semangka 54 ml, 62 ml, 69 ml, dan 77 ml. Upritchard, (2000) menyatakan bahwa mengkonsumsi jus semangka 500 ml/hari dengan jumlah likopen 35 mg dapat menurunkan kerusakan oksidatif pada penderita diabetes. Penelitian ini bertujuan menentukan konsentrasi likopen dari jus semangka terhadap penurunan kadar gula dalam darah pada mencit diabetes dan mengetahui konsentrasi jus semangka tebaik terhadap penurunan kadar gula darah pada mencit diabetes.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Indonesia menjadi Negara terbesar ke-4 terbesar dalam jumlah penderita penyakit diabetes militus di dunia.
2. Penderita diabetes sudah tidak mampu mengendalikan kadar gula dalam darah.
3. Buah semangka merupakan salah satu buah yang memiliki kandungan likopen yang tinggi.
4. Likopen adalah antioksidan yang baik bagi tubuh.
5. Likopen mampu mengurangi kerusakan oksidatif pada DNA seluler dan mengurangi lemak peroksidasi yang disebabkan oleh penyakit diabetes.
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit diabetes?
2. Berapakah kadar gula darah normal pada mencit?
3. Berapakah konsentrasi optimal jus semangka yang diberikan untuk menurunkan kadar gula darah pada mencit diabetes?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diperoleh tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit diabetes.
2. Untuk mengetahui kadar gula darah normal pada mencit.
3. Untuk mengetahui konsentrasi optimal jus semangka yang diberikan untuk menurunkan kadar gula darah pada mencit diabetes.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
Untuk memberikan informasi bahwa kandungan likopen dalam buah semangka (Citrullus vulgaris) dapat digunakan untuk menurunkan kadar gula dalam darah pada penderita diabetes.
2. Manfaat Teoritis
G. Definisi Operasional
Agar dapat lebih mempermudah memahami judul penelitian ini maka ditampilkan definisi operasional sebagai berikut:
1. Pengaruh
Menurut Kurniasih (2002) pengaruh adalah suatu keadaan ada hubungan timbal balik, atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang di pengaruhi.
2. Konsentrasi
Konsentrasi adalah perbandingan kadar murni suatu zat dengan kandungan pelarut yang digunakan pada penelitian.
3. Semangka
Semangka (Citrullus vulgaris) merupakan salah satu varietas buah buahan yang berbentuk bulat besar seperti buah melon, dimana bagian kulitnya berwarna hijau dan bagian daging buahnya berwarna merah dengan kandungan air yang banyak.
4. Kadar
Kadar adalah kandungan yang terdapat pada suatu media tertentu dengan jumlah yang sedikit.
5. Gula Darah
Gula darah merupakan salah satu kandungan dalam bentuk glukosa yang terdapat dalam darah hewan dan manusia.
6. Mencit
Mencit (Mus musculus L) merupakan hewan uji yang bentuknya seperti tikus dan berwarna putih yang sering digunakan dalam penelitian karena memiliki daya tahan tubuh yang baik disbanding hewan uji lain.
7. Diabetes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian yang Relevan
1.
Menurut Preedy, V.R. and Ronald, R.W (2008), kandungan vitamin C dan vitamin A pada semangka termasuk dalam kategori excellent. Kombinasi dua vitamin tersebut membuat semangka dapat menjadi sumber antioksidan yang sangat baik.2. Percobaan yang dilakukan oleh Upritchard (2000), menyatakan bahwa likopen mampu mengurangi kerusakan oksidatif pada DNA seluler dan mengurangi lemak peroksidasi yang disebabkan oleh penyakit diabetes. Kemudian berdasarkan penelitian Agha (2009), yang di lakukan di Kairo bahwa likopen dapat meningkatkan konsentrasi insulin dan penurunan kadar H202 dalam tubuh.
3.
Giovannucci (1999) melaporkan bahwa efektivitas likopen, baik pada semangka maupun buah-buahan lain yang berwarna merah, jauh lebih baik daripada suplemen likopen. Hal itu disebabkan adanya mekanisme sinergi dengan komponen-komponen lain pada buah-buahan, seperti vitamin A dan vitamin C. Omega-3 pada seafood juga akan meningkatkan efektivitas dari likopen itu sendiri.B. Tinjauan Keilmuan 1. Kajian Keilmuan
a. Semangka (Citrullus vulgaris) 1) Klasifikasi tanaman semangka
Klasifikasi ilmiah dari semangka (Citrullus Lanatus Tunb) Menurut Backer dan Brink (1965) :
Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Sub-kelas : Sympetalae Ordo : Cucurbitales Famili : Cucurbitaceae Genus : Citrullus
Spesies : Citrullus lanatus (Thunberg) Matsum & Nakai
2) Deskripsi tanaman semangka
Dalam bahasa Inggris, semangka disebut watermelon. Prancis: pasteque. Indonesia: semangka, cimangko (Minahasa). Malaysia: tembikai, medikai. Papua Nugini: melon. Filipina: pakwan (Tagalog), sandiya (Bicol), dagita (Marinduque). Kamboja: „oow llok. Laos: moo, teeng moo. Thailand: taengmo (central), tang-chin (peninsular), matao (nothen) (Sunarjono, 2000).
pada bunga lainnya. Buahnya berbentuk bulat sampai bulat telur (oval). Kulit buahnya berwarna hijau atau kuning, blurik putih atau hijau. Daging buahnya lunak, berair dan rasanya manis. Warna daging buah merah atau kuning (Sunarjono, 2000).
3) Jenis dan varietas buah semangka
Di Indonesia, varietas yang dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: Semangka lokal yang terdiri dari semangka hitam dari Pasuruan, semangka Batu Sengkaling, Bajul Mati dan Semangka Bojonegoro. Sedangkan Semangka impor diantaranya: Round Dragon, New Dragon, Yellow Baby, Golden Crown, Quality, Mindful, Orchid Sweet, Superior, Top Quality, Diana Bangkok Dragon, Cream Suika, Grand Baby, Glory, Sugar Baby (Prajnanta F, 2004).
4) Manfaat dan Kegunaan
Tanaman semangka dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai buah segar, tetapi ada yang memanfaatkan daun dan buah semangka muda untuk bahan sayur-mayur. Biji semangka bisa diolah menjadi makanan ringan yang disebut "kuwaci" (disukai masyarakat sebagai makanan ringan). Kulit semangka juga dibuat asinan/acar seperti buah mentimun atau jenis labu-labuan lainnya (Paje, M.M. & H.A.M. van der Vossen, 1994).
5) Syarat Tumbuh Tanaman Semangka
asalkan daerah itu tidak berkabut dan air tanah tidak menggenang (mengandung pasir). Derajat keasaman tanah optimum antara pH 5,5-6,5. Meskipun demikian, tanaman semangka toleran terhadap lahan masam (pH kurang dari 5) sehingga tanaman ini dapat dikembangkan di lahan gambut. Tanaman semangka menghendaki tempat yang tidak ternaungi atau mendapat sinar matahari penuh. Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang terus-menerus. Tanaman menghendaki penyiraman 80% lebih (berada di tempat terbuka). Tujuannya agar matahari menyinari penuh (tidak ada naungan) (Paje, M.M. & H.A.M. van der Vossen, 1994).
b. Mencit (Mus musculus L) 1) Klasifikasi
Kedudukan taksonomi mencit (Mus musculus L) menurut Vaughan (1985) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub phylum : Vertebrata Classis : Mamalia Ordo : Rodentia Sub ordo : Myomorpha Familia : Muridae Sub family : Murinae Genus : Mus
Spesies : Mus musculus L.
2) Karakteristik dan Morfologi Mencit (Mus musculus L)
relative murah. Selain itu mencit juga memiliki daya tahan terhadap penyakit lebih baik dari pada hewan uji lainnya. Perubahan bentuk (morfologi), anatomi dan tingkah laku pada mencit lebih mudah diamati, sehingga apabila ada kecacatan maka kecacatan tersebut mudah dikenali dan diamati (Mankoewidjojo,1988).
Ada dua sifat yang membedakan mencit dari hewan percobaan lain, yaitu hewan mencit tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim ditempati esophagus bermuara kedalam lambung, dan mencit tidak mempunyai kandung empedu. Mencit sering digunakan dalam penelitian karena mencit mewakili hewan dari kelas mamalia, yang mana manusia juga merupakan golongan mamalia. Sehingga sistem reproduksi, pernapasan, dan peredaran darah, ekskresi dan organ lainnya sudah menyerupai manusia. Karena bentuk yang kecil sehingga mudah dibius dan ketika dibedah tidak terlalu banyak mengeluarkan darah (Mankoewidjojo,1988).
3) Kandang
mudah dibongkar untuk dibersihkan, disterilkan dan mudah disusun kembali. Alas yang digunakan di dalam kandang adalah serbuk gergaji atau sekam padi dengan ketebalan sekitar 2 cm (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
4) Makan dan Minum
Beberapa bahan makanan yang dapat dipakai untuk makanan mencit, yaitu makanan standar misalnya nasi, kangkung. Tiap hari seekor mencit dewasa makan 3 gram sampai 5 gram makanan. Kalau sedang bunting atau menyusui, nafsu makan bertambah. Mencit dewasa minum 4-5 ml air tiap harinya (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
c. Diabetes
1) Definisi Diabetes Melitus
penduduk usia >15 tahun, bahkan di daerah Manado prevalensi DM sebesar 6,1% (Rachmawati, A.M., Bahrun, U., Rusli, B., Hardjoeno, 2007).
2) Klasifikasi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah kelainan endokrin yang ditandai dengan Tingginya kadar glukosa darah. Secara etiologi DM dapat dibagi menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, DM dalam kehamilan, dan diabetes tipe lain.
a) Diabetes Melitus tipe I atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel β pankreas (reaksi autoimun). Sel β pankreas merupakan satu-satunya sel tubuh yang menghasilkan insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam tubuh. Bila kerusakan sel β pankreas telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai muncul. Perusakan sel ini lebih cepat terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe I sebagian besar oleh karena proses autoimun dan sebagian kecil non autoimun. DM tipe I yang tidak diketahui penyebabnya juga disebut sebagai type 1 idiopathic, pada mereka ini ditemukan insulin openia tanpa adanya petanda imun dan mudah sekali mengalami ketoasidosis. DM tipe I sebagian besar (75% kasus) terjadi sebelum usia 30 tahun dan DM Tipe ini diperkirakan terjadi sekitar 5-10 % dari seluruh kasus DM yang ada ( John M.F, 2006).
b) Diabetes Melitus tipe II merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal sebagai Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM). Bentuk DM ini bervariasi mulai yang
kemampuan insulin bekerja dijaringan perifer (insulin resistance) dan disfungsi sel β. Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistance. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. Kegemukan sering berhubungan dengan kondisi ini. DM tipe II umumnya terjadi pada usia > 40 tahun. Pada DM tipe II terjadi gangguan pengikatan glukosa oleh reseptornya tetapi produksi insulin masih dalam batas normal sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian insulin. Walaupun demikian pada kelompok diabetes melitus tipe II sering ditemukan komplikasi Mikrovaskuler dan makrovaskuler ( John M.F, 2006).
c) Diabetes Melitus dalam kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus-GDM) adalah kehamilan yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada umumnya mulai ditemukan pada kehamilan trimester kedua atau ketiga. Faktor risiko GDM yakni riwayat keluarga DM, kegemukan dan glikosuria ( John M.F, 2006).
d. Krotenoid
petroleum eter, dan xantofil ( senyawa turunan oksigen dari karoten) yang larut didalam etanol (Bruice P.Y, 2004).
e. Likopen
Likopen adalah hidrokarbon alifatik yang mengandung 13 ikatan rangkap dengan rumus mulekul C40H56. Terdapat 11 ikatan
rangkap terkonjugasi yang tersusun linier sehingga membuat likopen lebih panjang dibandingkan karotenoid lainnya. Struktur asiklik dari likopen menyebabkan simetri planar dan bagaimanapun likopen bukan provitamin A. Likopen lebih larut di dalam kloroform, benzene, dan pelarut organik lainnya daripada di dalam air. Kelarutan likopen di dalam minyak sekitar 0.2 g/L pada temperatur ruang (Preedy et al, 2008).
Likopen merupakan pigmen merah alami pada tomat, guava, dan semangka. Menurut George et al. (2004) kandungan likopen di dalam buah bervariasi (umumnya akibat pengaruh genetik), kematangan buah saat di panen, juga pengaruh agronomis dan kondisi lingkungan selama penanaman. Peningkatan jumlah karotenoid dapat dilihat dari perubahan pigmennya. Begitu juga peningkatan pigmen merah terjadi karena peningkatan konsentrasi likopen.
2. Kajian Kependidikan
a. Hakekat Pembelajaran Biologi
Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Mata pelajaran biologi di harapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.
Biologi sebagai rumpun sains, melakukan karakteristik dalam objek sarta permasalahnnya. Objek biologi adalah makhluk hidup dan permasalahannya adalah fenomena kehidupan yang terjadi pada objek tersebut. Fenomena kehidupan meliputi fenomena struktural dan fungsional. Secara alami sains dibangun dari pola pikir deduktif, sehingga antara deduktif dan induktif dapat merupakan proses yang tidak berujung pangkal namin terjadi perkembangan pada setiap putaran (Sudjoko, 2000).
Nurohman (2006), mengungkapkan bahwa nilai intelektualitas IPA menuntut kecerdasan dan ketekunan dalam mencari jawaban suatu persoalan didasarkan atas pertimbangan rasional dan objektifitas melalui observasi atau kegiatan eksperimen untuk memperoleh data yang dipertanggungjawabkan. Jelasnya, pendidikan IPA dengan segala isi dan karakternya, memberikan sumbangan yang lebih real terhadap peserta didik agar ia lebih memiliki bekal yang memadai sehingga dapat bertahan hidup dimasyarakat. Pendidikan IPA Biologi senantiasa berdekatan dengan realitas alam yang menjadi tempat hidup peserta didik.
b. Sumber Belajar
apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru (Majid, 2012 : 170).
Sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik sebagai proses perubahan tingkah laku. Sumber belajar harus digunakan secara efektif sehingga melakukan kontak pada pelajar secara ketat. Untuk memperoleh kegiatan seperti itu personalia yang terlibat didalamnya harus melalukan fungsinya (Majid, 2012 : 1070-171).
Menurut Mulyasa (2004) sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam mengajar. Sumber belajar dapat dibedakan menjadi 5 jenis yaitu :
1. Manusia yaitu orang yang menyampaikan pesan secara langsung, seperti guru, konselor, administrator, yang dinilai secara khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar (By Design).
2. Bahan, yaitu suatu yang mengandung kesan pembelajaran baik yang diminati secara khusus seperti film pendidikan, peta grafik, buku paket dan sebagainya yang biasa disebut sebagai media pengajar atau instruktur media, maupun bahan yang bersifat umum seperti film keluarga berencana bisa dimanfaatkan untuk kepentingan belajar.
3. Lingkungan yaitu ruang yang tepat dimana sumber-sumber dapat berinteraksi dengan peserta didik, baik secara khusus dinilai untuk kepentingan belajar seperti perpustakaan, ruang kelas, laboratorium dan sebagainya.
produksi foto dan tape recorder untuk rekaman atau untuk memainkan sumber-sumber lain seperti proyektor film, pesawat tv dan radio.
5. Aktivitas, yaitu sumber belajar yang biasanya merupakan kombinasi antara teknik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar misalnya pengajaran berprogram merupakan antara teknik penyajian bahan dengan bahan baku.
c. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yaitu terdiri dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi kelulusan (SKL), kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar (KD) pada standar isi yang harus dipelajari oleh siswa dalam rangka dalam mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Isi materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip,prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai (Rahman dan Sofan, 2013 : 77-79). Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajekan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).
1. Relevansi artinya kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi daasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan adalah berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain.
2. Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (Depdiknas, 2008 : 5).
Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan penyampaian materi pembelajaran penting diperhatikan. Ketepatan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran (Rahman dan Sofan, 2013 : 80).
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran perlu memperhatikan beberapa aspek, yaitu :
1. Aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) 2. Aspek afektif
3. Aspek psikomotorik
Selain memperhatikan jenis materi pembelajaran juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut :
1. Kelulusan materi, yaitu menggambarkan beberapa banyak materi-materi yang dimaksukkan kedalam suatu materi pembelajaran.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui 2 pendekatan pokok, yaitu pendekatan procedural dan pendekatan hierarkis.
1. Pendekatan procedural : menggambarkan langkah-langkah secara urut.
2. Pendekatan hierarkis : menggambarkan urutan yang berjenjang (Rahman dan Sofan, 2013 : 81-82).
d. Strategi Pembelajaran
Startegi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp, 1995 (Sanjaya, 2008). Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Sanjaya (2008) menggelompokan strategi pembelajaran sebagai berikut:
1) Strategi exposition-discovery learning
Dalam strategi eksposition, bahan pembelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Dalam strategi ini guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Berbeda dengan strategi discovery, dimana siswa mencari sendiri bahan pembelajaran melalui berbagai aktivitas, sehingga guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa.
2) Strategi pembelajaran individu
individual siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaiman mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri.
3) Strategi pembelajaran kelompok
Dilakukan secara berkelompok. Sekelompok siswa diajar oleh sekelompok ini tidak memperhatikan kecepatan individual. Setiap individu dianggap sama. Belajar dalam kelompok dapat terjadi, siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja dan sebaliknya.
e. Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar
Sadiman dkk (2006), mengatakan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian seswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Lebih lanjut Sadiman dkk (2006), mengatakan secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaa sebagai berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbialitas 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, seperti
objek yang terlalu besar, objek yang terlalu kecil, gerak yang terlalu lambat atau cepat dan konsep yang terlalu luas.
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan berfariasi dapat mengatasi sifat pasif pada anak didik.
f. Macam-macam Media Pengajaran
Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Menurut Ibrahim (2003), berbagai jenis media pembelajaran dapat dikelompokan sebagai berikut:
1) Media cetak, diartikan sebagai bahan yang diproduksi melalui percetakan profesional seperti tulisan, bagan atau gambar.
2) Perangkat slide, media ini menuntut keterampilan dan perlengkapan tertentu, obyek-obyek yang diperlihatkan dapat ditampilkan dalam bentuk warna yang lebih realistik.
3) Overhead transparancies, merupakan media elektronik yang
disajikan dengan bantuan overhead projektor (OHP) dalam kegiatan pengajaran.
4) Vidio Tape/ vidio Cassete, yaitu sumber informasi yang dapat
disajikan melalui film vidio.
5) Real, yaitu mempelajari sesuatu dalam obyek dan situasi yang
nyata.
C. Kerangka Berfikir
Salah satu solusi atau cara mengantisipasi dari penyebar luasan penyakit diabetes adalah dengan menerapkan pola hidup yang sehat, salah satunya adalah dengan mengkonsumsi buah-buahan. Buah-buahan yang dapat dikonsumsi untuk mengurangi resiko terkena diabetes adalah dengan mengkonsumsi buah-buahan yang tinggi akan kandungan antioksidan. Selain itu peneliti juga menemukan bahwa kandungan likopen yang terdapat pada buah-buahan yang memiliki pigmen warna merah pada kulit dan daging buahnya ternyata dapat menurunkan kadar gula dalam darah.
Namun demikian ilmu yang bermanfaat ini belum banyak dikembangkan, khususnya di Indonesia. Keterbatasan Sumber Daya Manusia dan alat juga menjadi penghambat pengembangan ilmu tersebut. Dunia pendidikan menjadi sorotan dalam mempersiapkan generasi muda yang aktif dan kreatif, namun kenyataan dilapangan menunjukan bahwa sampai sekarang Indonesia selalu berpangku tangan dalam kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Generasi muda kita harus diberi fasilitas penunjang agar mereka dapat berfikir kreatif tentang keadaan nyata di Negara kita serta diharapkan dapat melakukan hal yang inovatif dimana hal tersebut sangat dibutuhkan pengembangannya di Indonesia. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan adanya pelopor yang memulai aksi kreatif dan inovatif dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia melalui apa yang telah anak bangsa lakukan, salah satunya adalah dalam pengembangan ilmu kesehatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ekpperimen merupakan penelitian untuk mengukur pengaruh suatu atau beberapa variabel terhadap variabel lain. Penelitian ini menggunakan kelompok control dan kelompok eksperimen (Sukmadinata, 2012 : 212).
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian
a. Pemeliharaan dan perlakuan hewan uji mencit dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Jalan Prof. Dr. Soepomo, SH, Janturan, Warungboto, Umbulharjo.
b. Pembuatan preparat perlakuan jus semnagka dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Jalan Prof. Dr. Soepomo, SH, Janturan, Warungboto, Umbulharjo.
c. Pengamatan preparat mencit dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
d. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2016.
C. Variable Penelitia
Variabel penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat, yaitu :
1. Variabel Bebas
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gambaran penurunan kadar gula darah pada mencit yang terkena diabetes akibat pemberian jus semangka (Citrullus vulgaris).
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, berat badan, umur, pakan, dan kondisi lingkungan.
D. Alat dan Bahan 1. Alat
a. Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan jus semangka (Citrullus
vulgaris) adalah pisau, blender, alat saring, botol jam, timbangan
digital, gelas arloji, inkubator, erlenmeyer, sendok, labu ukur, kain kasa, petridish, corong dan botol flakon.
b. Alat-alat yang digunakan untuk aklimasi hewan uji adalah kandang pemeliharan.
c. Alat-alat yang digunakan untuk menginduksikan diabetes pada mencit adalah kandang, suntikan, cawan plastik.
d. Alat-alat yang digunakan untuk uji likopen adalah timbangan digital, erlernmeyer, vortex, tabung reaksi, labu ukur, dan spektrofotomrter. e. Alat-alat yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah
mencit adalah pisau, papan strip test, adventage glucosemeter (Roche) dan alat tulis.
2. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : a. Bahan Uji
b. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan sebanyak 25 ekor dengan umur sekitar 10 minggu dan berat antara 25-40 gram.
c. Bahan kimia
Bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk dalam percobaan adalah aquades, larutan kanji 1%, tepung mayzena, larutan, iod 0,01N , asam sitrat, Na asetat, asam askorbat, heksana, aseton, etanol, aloksan, dan larutan glukosa 10%.
E. Cara Kerja
1. Pembuatan Ekstrak Jus Semangka
Proses pembuatan ekstrak jus semangka berpedoman pada (Agustinisari dan Sunarmani, 2006).adalah sebagai berikut :
a. Buah semangka dipilih yang masak dan masih keras, kemudian dicuci hingga bersih,
b. Semangka diblansir pada suhu 80oC selama 15 menit.
c. Semangka dipotong kecil-kecil kemudian diblender dan diasring, d. Pure semangka di campur dengan asam sitrat 0,1 gr dan tepung
meyzena 1 gr,
e. Adonan semangka yang sudah dihancurkan, kemudian dimixing sampai homogen selama 15 menit,
f. Selanjutnya, adonan dipanaskan dengan menggunakan, evaporator dengan 80oC,
g. Tahap terakhir, jus semangka dikemas dalam botol kaca.
Perlakuan A : Kontrol (tanpa diberi ekstrak jus semangka)
Perlakuan B : Perlakuan jus semangka dengan dosis 270 mg/KgBB. Perlakuan C : Perlakuan jus semangka dengan dosis 312 mg/KgBB Perlakuan D : Perlakuan jus semangka dengan dosis 347 mg/KgBB Perlakuan E : Perlakuan jus semangka dengan dosis 388 mg/KgBB
3. Persiapan Hewan Percobaan Diabetes
a. Sebelum digunakan hewan diaklimatisasi selama satu minggu dengan diberi makan dan minum yang cukup. Hewan dinyatakan sehat jika tidak mengalami perubahan berat badan lebih dari 10 % dan secara visual menunjukkan perilaku normal (Anonymous, 1979).
b. Mencit yang akan diinduksikan diabetes dipuasakan selama 16 jam (air minum tetap diberikan).
c. Kemudian mencit didiabetkan dengan cara menginjeksikan larutan dingin aloksan secara intraperitonial dengan dosis 150 mg/kg BB. d. Mencit diberi makan pellet dan minum yang mengandung glukosa
10% selama dua hari setelah pemberian aloksan. Pada hari ke-2 dan seterusnya glukosa 10% diganti dengan air minum biasa, setelah 5 hari diukur glukosa darahnya.
e. Mencit dipindahkan ke kandang metabolit yang berisi satu ekor mencit tiap kandang. Mencit yang akan digunakan untuk uji antidiabetes adalah mencit yang telah dinyatakan diabetes dengan kadar glukosa darah puasanya besar dari 150 mg/dl.
4. Penentuan Besar Dosis Perlakuan
a. Percobaan tidak melebihi jumlah tertentu, batas volume maksimal (ml) yang diberikan pada mencit adalah 1 ml/bb mencit.
c. Dosis pemakaian untuk mencit dapat dihitung dengan mengkalikan dosis pemakaian pada manusia tersebut dengan faktor konversi manuasia ke tikus yaitu 0.0026, sehingga didapat dosis pemakaian untuk mencit dengan berat 20 g adalah (A) 54, (B) 62, (C) 69, (D) 77.
5. Tahap Perlakuan
a. Mencit yang telah diinduksikan diabetes kemudian diberi jus semangka dengan dosis masing-masing sebanyak satu kali sehari selama 7 hari secara oral.
b. Selama penelitian, semua kelompok mencit diberikan makanan standar mencit dan minum setiap hari kecuali pada hari pengukuran kadar glukosa darah.
6. Pengukuran Kadar Gula Darah
a. Penentuan kadar glukosa darah mencit dilakukan setelah 5 hari diinduksi dengan aloksan dan satu hari setelah pemberian terakhir ekstrak uji.
b. Pengambilan darah ekor mencit dilakukan dengan cara:
1) Kapas yang telah diberi alkohol digosokan disekitar ekor mencit, 2) Ujung ekor mencit kemudian dipotong dengan menggunakan
gunting,
3) Pangkal ekor diurut secara perlahan agar memudahkan darah keluar. Tetesan darah pertama dibuang.
DAFTAR PUSTAKA
Bruice, P.Y. 2004. Organic Chemistry, Fourth Edition. Prentice Hall: Upper Saddle River, NJ.
Di Mascio, P., S. Kaiser and H. Sies.1989. Lycopene as the Most Efficient biological carotenoid singlet oxygen quencher. Arch. Biochem.
Biophys. 274:532-538.
Hardjono. Tes Diabetes Melitus. Dalam Hardjono dkk. Interpretasi Hasil
Diagnostik Tes Laboratorium Diagnostik. Cetakan 3. Lembaga
Pendidikan Universitas Hasanudin. Makasar. 2006. p. 201-06. John. MF Adam. Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus yang
Baru. Cermin Dunia Kedokteran. 2006; 127:37-40.
Mohr, H.C. 2005. Watermelon breeding. In M.J. Bassett (ed). Breeding
Vegetable Crops. Avi Publishing Company, Inc. Westport,
Connecticut : Amerika.
Mulyasa. 2004. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nurohman, S. 2006. “Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran IPA sebagai Upaya Peningkatan Life Skills Peserta Didik”. Jurnal Pendidikan. Majalah Ilmiah Pembelajaran. Vol. 2. No. 1.
Paje, M.M. & H.A.M. van der Vossen. 1994. Citrullus lanatus (Thunb) Matsum & Nakai. In J.S. Siemonsma and K. Piluek (eds).
Vegetables, Plant Resources of South-East Asia (Prosea) 8. Prosea
Foundation, Bogor, Indonesia. & Pudoc-DLO, Wageningen, the Netherlands.
Preedy, V.R. and Ronald, R.W. 2008. Lycopene: Nutritional, Medicinal and
Therapeutic Properties. USA : Science Publishers, Enfield, NH.
Sadiman, Arif. 2006. Media Pendidikan. Yogyakarta : Grafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Shi, J and M.L. Maguer. 2000. Lycopene in Tomatoes: Chemical and Physical properties affected by food processing. Crit. Rev. Food Sci. Nutr.40:1.
Soegondo, Sidartawan dan Sukardji, Kartini. 2008. Hidup Secara Mandiri
dengan Diabetes Melitus; Kencing Manis; Sakit Gula. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Studiawan H, Santosa M,H,. 2005. Uji Aktivitas Penurunan Kadar Glukosa Darah Ekstrak Daun Eugenia polyantha Pada Mencit yang Diinduksi Aloksan.Media Kedokteran Hewan. 21(5). No 2
Sudjoko. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : IKIP UNY. Sunarjono, H. 2000. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya: Jakarta. Sutarya, R., G. Grubben dan H. Sutarno. 2009. Pedoman Bertanam Sayuran
Dataran Rendah. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Tandra, H. 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang
Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Upritchard JE, Sutherland WHF, Mann JI (2000). Effect of supplementation with tomato juice, vitamin E, and vitamin C on LDL oxidation and
products of inflammatory activity in Type 2 diabetes. Diabetes
Care 23, 733–738.