• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (3)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM

MEMILIH JASA PERBANKAN SYARIAH

(Studi Pada Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang

Malang)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Toni Prasetyo Utomo

105020107111023

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)
(3)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH JASA PERBANK SYARIAH

(Studi Pada Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Malang)

Toni Prasetyo Utomo

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, University Brawijaya Email: [email protected]

Pembimbing:

Prof. M. Umar Burhan, SE., MS.

ABSTRAK

This study aimed to analyze influencing factors of the decision in choosing Bank Syariah Mandiri Malang Branch. 100 customers surveyed to asses which fa ctors that influencing their decision to do transactions with banks. Based on the estimation using logistic regression resulted in finding that the service of the bank itself, the knowledge of sharia banking, and cost factors are significant factors in influencing the decision of the customers. And the factors of sharia banking characteristics, its location and promotion are insignificant to the decision making of the customers on choosing sharia bank.

Aside of that, based on the logistic regression coefficients, the knowledge factor of sharia banking characteristic has the biggest beta values. This indicates that the knowledge of sharia bank is a dominant factor that influence the preference of customers on choosing sharia banking. Thus, in order to increase and attract new customers, sharia banking must be focused on socializing sharia banking to the community, so that the community will understand more about the stuffs and matters regarding sharia banking.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor -faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah dalam memilih bank syariah di Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Malang. 100 nasabah disurvei untuk menilai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mereka untuk melakukan transaksi dengan bank. Berdasarkan hasil estima si Regresi Logistik, ditemukan bahwa faktor pelayanan bank syariah, faktor pengetahuan tentang konsep bank syariah, dan faktor harga/biaya berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah dalam memilih bank syariah. Sedangkan faktor karakteristik bank syariah, faktor lokasi/aksesibilitas dan faktor promosi tidak berpengaruh secara signifikan. Selain itu, berdasarkan pada koefisiensi regresi logistik, faktor pengetahuan tentang konsep bank syariah mempunyai nilai beta yang paling besar. Hal ini menunjukan bahwa faktor pengetahuan tentang bank syariah adalah faktor yang dominan terhadap keputusan nasabah dalam memilih bank syariah. Dengan demikian, dalam rangka meningkatkan dan menarik nasabah baru, bank syariah harus fokus pada sosialisasi tentang bank syariah kepada masyarakat, agar masyarakat lebih memahami bagaimana seluk-beluk tentang bank syariah.

Keywords : Bank selection criteria, Islamic bank, logistic model

A. PENDAHULUAN

(4)

memberikan inisiatif kepada umat Islam untuk bertransaksi dalam suatu sistem keuangan yang sejalan dengan keyakinan agama mereka, yaitu bank Islam atau bank syariah (Selamat dan Abdul-Khadir, 2012:87).

Dari perspektif teoritis, perbankan syariah berbeda dengan bank konvensional karena bank syariah menerapkan prinsip-prinsip Syariah (hukum Islam). Dua sumber utama dari hukum Islam adalah Al Quran dan Hadis, sedangkan sumber hukum kedua hukum Islam adalah Ijma (kesepakatan para ulama) dan Qiyas (analogi). Perbankan Islam memberikan layanan bebas bunga pada nasabahnya. Bunga (riba) dilarang dalam Islam, yaitu bank tidak diperbolehkan melakukan pembayaran maupun penarikan bunga dalam semua bentuk transaksi. Sebuah fitur unik ditawarkan oleh bank syariah yakni sistem profit-and-loss-sharing (bagi-untung-dan-rugi). Meskipun banyak sekali kontrak dalam Islam, namun ada beberapa jenis transaksi yang penting: mudharabah (kontrak permodalan); musyarakah (kontrak kemitraan atau partnership) (Lewis dan Latifa, 2005:11-14).

Tonggak sejarah penting dari kerangka regulasi perbankan syariah di Indonesia dimulai pada tahu Tonggak sejarah penting dari kerangka regulasi perbankan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1990 dengan diselenggarakannya simposium MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang menyepakati pendirian bank syariah di Indonesia. Simposium MUI ini mendorong lahirnya UU No. 7/1992 tentang

perbankan yang memperkenalkan “sistem bagi hasil”. Dengan aturan pelaksanaan PP No. 72/1992 tentang Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil, maka lahirlah bank syariah pertama yaitu Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992. Kemudian pada tahun 1998 mulai diterapkan dual banking system atau sistem perbankan ganda yaitu terselenggaranya dua sistem perbankan (konvensional dan syariah), yang diatur dalam UU No. 10/1998 sebagai perubahan UU No. 7/1992. Dalam regulasi tersebut perbankan konvensional diizinkan untuk membuka unit usaha syariah. Regulasi baru ini memicu ekspansi industri perbankan nasional secara signifikan setelah mengalami stagnasi selama lebih dari 7 tahun dan sekaligus secara resmi menandai penerimaan Bank Indonesia terhadap eksistensi bank syariah dalam mekanisme dual banking system (PEBS-FEUI, 2011:2).

Saat ini, jumlah Bank Umum Syariah (BUS) telah mencapai 11 unit dan Unit Usaha Syariah (UUS) mencapai 23 unit. Memang jumlah ini tidak ada perubahan sejak 2010. Namun, jumlah jaringan kantor mengalami peningkatan yang signifikan. Jika pada bulan Desember 2012 jumlah kantor mencapai 1.780 unit, pada bulan Oktober 2013 jumlah ini bertambah menjadi 1.950 unit. Adanya penambahan jumlah jaringan kantor tentu saja menjadikan jumlah pengguna bank syariah juga meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan jumlah total rekening pembiayaan, tahun lalu, jumlah rekening tercatat 13.360.157 rekening, sedangkan pada tahun ini meningkat menjadi 15.578.578 rekening (Statistik Perbankan Syariah, 2013).

Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia mencatat bahwa aset bank syariah per April 2013 telah menembus angka Rp. 207,800 triliun. Dibandingkan periode satu tahun sebelumnya, aset perbankan syariah telah mengalami pertumbuhan sebesar 44 persen. Angka pembiayaan telah mencapai Rp.163,407 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga telah mencapai Rp.158,519 triliun. Fungsi intermediasi perbankan syariah pun semakin meningkat. FDR per April 2013 mencapai 103,08 persen. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 95,39 persen. Secara total, pangsa pasar perbankan syariah telah mencapai 4.86 persen. (Priantina, 2013).

Setelah dua dekade lebih bank syariah berjalan, ternyata bank syariah masih belum menjadi pilihan utama masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan. Meskipun pertumbuhan aset perbankan syariah mengalami peningkatan signifikan tiap tahun, tetapi pangsa pasar (market share) perbankan syariah terhadap industri perbankan nasional sampai bulan April 2013 belum mencapai angka 5 persen. Fenomena ini jelas bertentangan dengan ekspektasi yang tertulis dalam Blueprint of Islamic Banking Development in Indonesia yang di publikasikan Bank Indonesia pada tahun 2002.1

Dalam jangka pendek, tantangan yang musti dihadapi oleh bank syariah adalah (1) penyediaan sumber

1 Dalam Blueprint tersebut, industri perbankan syariah di Indonesia ditargetkan bisa mencapai 5

(5)

daya insani (SDI); secara kuantitas maupun kualitas; (2) inovasi pengembangan produk dan layanan perbankan syariah yang kompetitif dan berbasis kekhususan kebutuhan masyarakat; dan (3) kontinuitas program sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.

Dalam percaturan global, baik bank konvensional maupun bank syariah dituntut untuk bisa bersaing secara sehat di pasar yang semakin kompetitif. Keberhasilan sejumlah bank mengusung merek produk masuk dalam top brand Indonesia adalah karena keberhasilan pemasaran mereka memenangkan mind share, market share, dan heart/commitment share. Mind share adalah kekuatan merek di dalam benak konsumen kategori produk bersangkutan. Market share menunjukan kekuatan merek di dalam pasar tertentu dalam hal perilaku pembelian aktual dari konsumen. Kemudian commitment share menjelaskan kekuatan merek dalam mendorong konsumen untuk membeli merek terkait di masa mendatang (Hasan, 2010:205).

Salah satu bank syariah yang mempunyai kinerja baik di Indonesia adalah Bank Syariah Mandiri (BSM). Hal tersebut ditunjukan dari diraihnya beberapa penghargaan kepada BMS, seperti The Best Islamic Bank in Indonesia 2014 dalam pertemuan tahunan Islamic Finance Summit ke-13 di London. Kemudian The Best of Indonesian Bank Loyalty Champion 2014 Category: Saving Account, Islamic Bank dari Infobank bekerjasama dengan Markplus Insight (Bank Syariah Mandiri, 2014).

Kota Malang dengan mayoritas penduduknya adalah muslim, memiliki keunikan tersendiri terhadap perilaku mengonsumsi suatu produk. Struktur dan persepsi masyarakat Kota Malang yang sudah terbangun dengan mayoritas masyarakat yang beragama Islam yaitu sejumlah 722.680 atau 86,55 persen (Badan Pusat Statistik, 2013) dari total penduduk sangat memungkinkan terdapat bebagai macam persepsi yang mempengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih bank. Berdasarkan data yang dipublikasikan Bank Indonesia, perkembangan perbankan syariah di wilayah kerja KBI Malang dinilai relatif cukup pesat. Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti et. al., (2009:32), menyatakan bahwa perkembangan tersebut disebabkan antara lain karena: (1) potensi ekonomi makro regional dan perbankan yang mendukung, dimana pertumbuhan ekonomi tahun 2010 dan 2011 cendrung meningkat masing-masing 6.52 persen, dan 6.65 persen; (2) terdapat beberapa perguruan tinggi yang berbasis Islam yaitu Universitas Islam Negeri Malang (UIN), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Universitas Islam Malang (Unisma) serta beberapa perguruan tinggi lain yang membuka jurusan atau prodi ekonomi islam; (3) penyelenggaraan sosialisasi dan TOT yang sering dilakukan baik kepada pesantren maupun perguruan tinggi; (4) adanya kepedulian yang tinggi dari akademisi dan praktisi syariah dalam mengembangkan ekonomi Islam yang antara lain dengan terbentuknya AKKSI (Asosiasi Konsultan Keuangan Syariah Indonesia) sebagai wadah KKMB yang berbasis syariah, ABESINDO (Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia) wilayah Malang serta terbentuknya Masyarakat Ekonomi Syariah wilayah Malang Raya; (5) adanya kemudahan perizinan, antara lain dalam aspek permodalan BPRS yang lebih rendah dari BPR konvensional; (6) aspek demografis dan sosiologis, dimana Kota Malang termasuk daerah tapal kuda dengan tradisi pesantren yang kuat dan banyak yang beranggapan bahwa bunga bank adalah haram; dan (7) produk-produk perbankan syariah yang lebih bervariasi dari jual-beli sampai penyediaan jasa sehingga lebih cepat berkembang.

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah dalam memilih jasa perbankan syariah?

2. Apakah faktor yang dominan terhadap keputusan nasabah dalam memilih jasa perbankan syariah?

B. KAJIAN PUSTAKA

Konsep Bank Syariah

(6)

disebutkan bahwa Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Kemudian dalam Pasal 1 ayat (12) menyebutkan bahwa Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah (Sumitro, 2004).

Perbankan syariah memberikan layanan bebas-bunga kepada para nasabahnya. Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Islam melarang kaum muslim menarik atau membayar bunga (riba). Pelarangan inilah yang membedakan sistem perbankan syariah dengan sistem perbankan konvensional. Meskipun sebelumnya terjadi perdebatan mengenai apakah riba ada kaitannya dengan bunga (interest) atau tidak, namun sekarang nampaknya ada konsensus di kalangan ulama bahwa istilah riba meliputi segala bentuk bunga.

Penolakan atas bunga ini memunculkan pertanyaan tentang apa yang dapat menggantikan mekanisme penerapan suku bunga dalam sebuah kerangka kerja Islam. Jika pembayaran dan penarikan bunga dilarang, bagaimana bank-bank syariah beroprasi? Di sinilah sistem profit-and-loss-sharing (bagi-untung-dan-rugi) digunakan sebagai metode alokasi sumberdaya. Meskipun banyak sekali bentuk kontrak dalam permodalan Islam, namun ada beberapa jenis transaksi yang penting: mudharabah (kontrak permodalan); musyarakah (kontrak kemitraan atau partnership); dan metode mark-up (penaikan harga). Mudharabah merupakan kontrak profit-and-loss-sharing dimana satu pihak memercayakan sejumlah modal kepada seorang investor dengam imbalan memperoleh suatu bagian yang telah ditentukan dari keuntungan atau kerugian bisnis yang di modali. Sedangkan dalam musyarakah, biasanya terdapat lebih dari satu penyandang dana; semua pihak menginvestasikan dananya dengan proporsi yang beragam, dan keuntungan atau kerugiannya ditanggung bersama sesuai dengan kontribusi mereka dalam bisnis itu. Musyarakah membutuhkan kemitraan yang lebih aktif dari pihak-pihak yang menggabungkan modalnya dan mengelola serta mengontrol perusahaan bersama-sama. Sementara keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai dengan rasio yang ditetapkan

sebelumnya. Apabila kita tambahkan kepada dua model ini ide ‘mark-up’, yang memiliki banyak sekali varian, dimana aset-aset dan barang-barang yang diperoleh kemudian dijual kembali atau disewa-belikan dengan harga yang di-mark-up, maka kita mempunyai ramuan utama dari alternatif islami untuk bank yang menjalankan operasi sistem bunga (Lewis dan Latifa, 2005:11-14).

Berikut ini adalah perbandingan antara bank syariah dengan bank konvensional: Tabel 1 : Perbandingan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank Syariah Bank Konvensional

1. Melakukan investasi-investasi yang halal saja.

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli atau sewa.

3. Profit dan falah oriented.

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.

5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.

Investasi yang halal dan haram.

Memakai perangkat bunga.

Profit oriented.

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor-debitor.

Tidak terdapat dewan sejenis.

Sumber: Antonio, 2010

Dasar Perbankan Syariah

a. Larangan Riba

Riba secara literal berarti tambahan, berkembang, atau tumbuh. Akan tetapi tidak setiap tambahan atau pertumbuhan itu dilarang oleh Islam. Dalam syariah, riba secara teknis mengacu kepada

pembayaran “premi” yang harus dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman di samping

(7)

istilah usurypada umumnya sekarang dipakai untuk menyebut bunga yang ‘terlalu tinggi’ atau

‘berlebih-lebihan’. Tetapi dalil Alquran menyatakan bahwa semua bentuk bunga harus dikutuk: Tetapi jika kamu bertobat, maka bagi kamu jumlah pokoknya [yakni modal] (Q.S. al-Baqarah: 279). Atas dasar hal tersebut, para ulama berpendapat bahwa riba meliputi tidak hanya usury, tetapi semua jenis bunga. Ini mengingatkan kepada argumen-argumen dari para sarjana Barat abad pertengahan yang menyatakan bahwa semua bunga itu berlebihan.

Dalam pengertian syariah, riba memiliki dua kategori: riba an-nasi`ah dan riba al-fadl (Chapra, 2000: 22-23).

a. Riba An-Nasi`ah

Istilah nasi`ah berarti menunda, menangguhkan atau menunggu dan mengacu kepada waktu yang diberikan bagi pengutang untuk membayar kembali utang dengan memberikan “tambahan” atau

“premi”. Intinya larangan riba nasi`ah memengandung implikasi bahwa penetapan suatu keuntungan positif di depan pada suatu pinjaman sebagai imbalan karena menunggu, menurut syariah tidak diperbolahkan.

b. Riba Al-Fadl

Yaitu riba yang dilibatkan pada transaksi pembelian dari tangan ke tangan dan penjualan komodtas. Pembahasan riba al-fadl mucul dari hadits-hadits yang menuntut bahwa jika emas, perak, gandum, jelai, kurma dan garam dipertukarkan dengan barang yang sama, mereka harus ditukar di tempat dan dengan (takaran, timbangan) yang sama dan serupa. Berdasarkan karakteristik emas dan perak sebagai komoditas uang (commondity money), secara umum disimpulkan bajwa semua komoditas yang dipergunakan sebagai uang masuk ke dalam cakupan riba fadl, sedangkan terhadap komoditas empat lainnya banyak perbedaan di kalangan para fuqaha.

Larangan tentang praktik riba setidaknya disebutkan empat kali dalam Alquran, yang pertama adalah Surat ar-Ruuum: 39, menegaskan bahwa bunga akan menjauhkan keberkahan Allah dalam kekayaan, sedangkan zakat akan melipat gandakan pahala yang diterima. Kedua, adalah Surat an-Nisa` Ayat 166 yang juga mengutuk dengan keras praktik riba, bahkan hal ini sudah dinyatakan dalam kitab-kitab terdahulu sebelum Alquran. Seseorang yang mengambil riba disamakan dengan mereka yang mengambil harta orang lain dengan cara yang batil, dan Allah akan memberikan siksa yang amat pedih. Ketiga, adalah Surat Ali Imran Ayat 130-132, yang menyerukan kaum muslimin untuk menjauhi riba jika mereka menghendaki kesejahteraan yang diinginkan (dalam pengertian Islam yang sebenarnya). Keempat, Surat Al-Baqarah Ayat 275-281 yang memaparkan larangan pengambilan riba, menegaskan perbedaan yang jelas antara perniagaan dan riba, dan menuntut kaum muslimin agar menghapuskan utang piutang yang mengandung riba, menyerukan mereka hanya mengambil pokoknya saja, dan mengikhlaskan kepada peminjam yang mengalami kesulitan.

Sampai saat ini, Islam adalah satu-satunya agama besar yang mempertahankan pelarangan riba. Di India kuno, hukum yang berdasarkan Weda, kitab suci tertua agama Hindu, mengutuk riba sebagai dosa besar dan melarang operasi bunga (Gopal, 1935; Rangaswani, 1927; Lewis, 2005:264). Dalam agama Yahudi, Kitab Taurat (bahasa Yahudi untuk Hukum Musa atau Pentaeuch, lima kitab Perjanjian Lama) melarang riba di kalangan bangsa Yahudi, sementara paling tidak satu orang ahli melihat dalam Talmud (Hukum Lisan yang melengkapi Kitab Tertulis untuk kaum Yahudi ortodoks) suatu bias yang

konsisten terhadap ‘kemunculan riba atau laba’.

Prinsip Bank Syariah

Bank syariah dituntut untuk menjalankan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip syariah (hukum Islam). Berikut ini beberapa prinsip-prinsip yang ada dalam bank syariah (Antonio, 2001):

1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikankapan saja si penitip menghendaki. Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:

a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository)

(8)

b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository)

Merupakan akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.

2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:

a. Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis:

1). Mudharabah Muthlaqah, yaitu bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. 2). Mudharabah Muqayyadahm, yaitu bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana

mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara dan obyek investasi. b. Al-Musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dua jenis al-musyarakah:

1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.

2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.

3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya berupa:

a. Al-Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

b. Salam

Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.

c. Istishna’

(9)

4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) Ijarah al munta hiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.

5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:

a. Al-Wakalah

Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.

b. Al-Kafalah

Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

c. Al-Hawalah

Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.

d. Ar-Rahn

Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.

e. Al-Qardh

Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.

Teori Pengambilan Keputusan a. Pengertian Keputusan Pembelian

Konsep keputusan, menurut James A.F. Stoner keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif (Hasan, 2002:9). Definisi ini mengandung tiga pengertian. Pertama, ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan. Kedua, ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik. Ketiga, ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut. Sedangkan Prajudi Atmosudirjo mendefinisikan keputusan sebagai suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.

Dari pengertian-pengertian keputusan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keputusan merupakan suatu pemecah masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif. Pengambilan keputusan oleh nasabah dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang ada secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan sebagai pedoman untuk memilih bank), oleh karena itu informasi yang lengkap, terpercaya dan aktual sangat diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah setidaknya memiliki dua fungsi pokok. Pertama, pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional. Kedua, sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang, dimana efek atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.

(10)

b. Proses Keputusan Pembelian

Proses keputusan pembelian suatu produk mengikuti Gambar 1 Peran seseorang (bukan pembeli utama) dalam proses pengambilan keputusan pembelian produk perlu diketahui oleh pemasar karena di antara mereka terkadang menjadi faktor pendorong yang sangat kuat bagi pengambilan keputusan pembelian (Hasan, 2010:64-65).

Gambar 1 : Proses Keputusan Pembelian Jasa Bank Syariah

Sumber: Ali Hasan, 2010

Menurut Philip Kotler (2004:204-211), dalam sebuah pembelian, konsumen melewati lima tahapan yaitu:

a. Pengenalan Produk

Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Sebuah perusahaan perlu mengidentifikasikan keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, perusahaan dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen.

Pengenalan Masalah

Pengenalan Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Purna Beli

Pengenalan Masalah

Mengumpulkan Data

Kriteria Seleksi

Keputusan

Jenis Produk

Waktu

Keputusan Menguat

Tingkat Kepuasan

Ya/Tidak

1. Teman, keluarga, tetangga, kenalan

2. Iklan, pedagang, pameran 3. Lembaga, expert

4. Fatwa MUI 1. Tangibility

2. Accesability

3. Reliability 4. Responsibility 5. Empathy

6. Jaminan kualitas produk

Ya/Tidak

Jasa, Jual Beli, Bagi Hasil

Sekarang atau nanti

Agama

Kemudahan

(11)

b. Pencarian Informasi

Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Situasi pencarian informasi ini terbagi menjadi dua tingkat. (1) perhatian yang menguat, pada tingkat ini seseorang hanya peka terhadap ingormasi tentang produk. (2) pencarian aktif informasi, pada tingkat ini seseorang akan mencari bahan bacaan, menelpon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk. Sumber informasi konsumen digolongkan menjadi empat yaitu sumber pribadi, sumber komersial, sumber publik, dan sumber pengalaman.

c. Evaluasi Alternatif

Dalam tahap evaluasi, konsumen akan memproses informasi produk yang bersaing dan membuat penilaian. Beberapa konsep dasar dalam proses evaluasi konsumen dapat di paparkan menjadi tiga

bagian. Pertama, konsumen berusaha untuk memenuhi suatu ‘kebutuhan’. Kedua, konsumen mencari

‘manfaat’ tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai

‘sekumpulan atribut’ dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan.

d. Keputusan Pembelian

Keputusan konsumen untuk menunda atau menghindari suatu keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko yang dirasakan (perceived risk). Besarnya risiko yang dirasakan berbeda menurut uang yang dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut, dan besarnya kepercaya dirian konsumen.

e. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami tahap berikutnya yaitu kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian produk pasca pembelian. Para pelanggan yang puas akan terus melakukan pembelian; para pelanggan yang tidak puas akan menghentikan pembelian produk yang bersangkutan dan kemungkinan akan menyebarkan berita buruk tersebut ke teman-teman mereka. Oleh karena itu, perusahaan harus berusaha memastikan tercapainya kepuasan konsumen pada semua tingkat dalam proses pembelian.

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mengangkat tema tentang keputusan nasabah dalam memilih bank Islam atau bank syariah telah banyak dilakukan. Selamat dan Abdul-Khadir (2012), meneliti kriteria pemilihan bank yang digunakan oleh nasabah Muslim dan non-Muslim di Klang Valley, Malaysia. Studi ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam kriteria pemilihan bank, baik Muslim maupun non-Muslim memiliki persepsi umum dalam memilih bank-bank mereka. Motivasi agama bukanlah faktor utama dalam kriteria seleksi bank, namun nasabah menempatkan penekanan yang tinggi pada penyediaan layanan yang cepat dan efisien, kerahasiaan bank, dan reputasi serta citra Bank. Data dikumpulkan dari beragam usia, 84 persen responden berumur 20-39 tahun. Berdasarkan latar belakang pendidikan, menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan yang baik, yaitu lebih dari 84 persen adalah sarjana dimana 10,7 persen adalah para profesional. Mayoritas responden bekerja di sektor swasta dan dikategorikan sebagai kalangan yang berpenghasilan menengah. Sejalan dengan temuan Zarehan, penelitian yang dilakukan Maski (2010) di Malang, Jawa Timur, Indonesia menemukan bahwa keputusan nasabah dalam memilih atau tidak memilih bank syariah dalam menabung dipengaruhi oleh variabel karakteristik syariah, pelayanan dan kepercayaan pada bank, pengetahuan dan obyek fisik bank. Dan pengaruh yang paling dominan terhadap keputusan nasabah adalah variabel pelayanan dan kepercayaan.

Hidayat dan Nouf K. (2012) meneliti tentang persepsi non-Muslim terhadap layanan perbankan Islam di Arab Saudi. Studi ini menyimpulkan bahwa alasan utama nasabah non-Muslim di Arab Saudi menggunakan jasa perbankan syariah karena biaya yang lebih murah dan kualitas layanan yang lebih baik. Prinsip perbankan syariah yang bebas bunga bukanlah faktor pendorong utama bagi nasabah non-Muslim untuk menggunakan layanan perbankan syariah. Mayoritas responden non-non-Muslim merasakan layanan perbankan syariah sangat memuaskan. Responden berpendapat bahwa layanan perbankan syariah dapat memenuhi kebutuhan perbankan mereka.

(12)

biasa, beberapa bank melaporkan bahwa lebih dari setengah produk keuangan Islam mereka digunakan oleh nasabah non-Muslim. Berdasarkan kajian komprehensif dari literatur, ditemukan enam alasan mengapa nasabah memilih bank syariah, yaitu pemahaman konsep perbankan syariah, pemenuhan aturan syariah, kontradiksi agama, kualitas dan daya tarik yang ditawarkan, kesediaan berhubungan dengan bank syariah, prospek dan potensi perbankan syariah. Namun karakteristik dan preferensi ini akan terus berubah karena industri perbankan bersifat dinamis. Dalam rangka bersaing dengan bank konvensional, bank syariah harus mampu memahami persepsi masyarakat bahwa sistem bank syariah lebih baik daripada sistem konvensional. Oleh karena itu, dalam lingkungan yang kompetitif, bank syariah perlu sebuah studi mengenai preferensi nasabah dalam pemilihan perbankan untuk membantu memasarkan produk mereka secara efektif.

Abdullah et. al., (2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa layanan dan produk syariah diterima dengan baik oleh penduduk non-Muslim terutama di Klang Valley (wilayah Kota), Malaysia. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki dua rekening bank, baik perbankan syariah maupun konvensional. Sementara itu responden tidak yakin jika pembentukan perbankan Islam akan meningkatkan keseluruhan fasilitas dan produk-produk perbankan. Mereka juga tidak yakin tentang persepsi nasabah dan potensi produk bank syariah di masa depan. Hal ini mungkin karena kurangnya informasi yang diberikan pihak bank ke masyarakat. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa non-Muslim dari kelompok usia antara 19-35 tahun dan dengan pendidikan tinggi memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang produk dan layanan perbankan syariah. Hasil penelitian ini sejalan dengan Haron (1994) bahwa responden non-Muslim akan mempertimbangkan untuk berhubungan dengan bank syariah jika mereka memiliki informasi yang cukup tentang operasional bank syariah.

Abduh et. al., (2012), meneliti tentang kepuasan nasabah dan perilaku berpindah ke bank syariah di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa kepuasan nasabah ditentukan oleh 5 faktor utama yaitu; staf bank, keuntungan, penampilan fisik bank, aksesibilitas dan biaya transaksi. Selain itu, karakteristik dari sampel yang diambil dalam penelitian nasabah bank syariah di Jakarta-Bogor-Depok yaitu sejumlah 75,4 persen nasabah adalah laki-laki, kebanyakan usia nasabah bank syariah antara 26-35 tahun, tingkat pendidikan rata-rata adalah perguruan tinggi (S1), bidang pekerjaan mereka didominasi oleh pegawai swasta. Berdasarkan penelitian ini, dapat dipaparkan bahwa nasabah yang mempunyai pendidikan dan mempunyai pengetahuan tentang bank syariah lebih memilih untuk menggunakan jasa perbankan syariah..

C. METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2008:8) metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sedangkan metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir, 2003:54).

Lokasi dan Waktu Penelitan

Penelitian ini akan mengambil sampel di Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Mandiri kantor cabang Malang. Fokus penelitian adalah pada persepsi yang mempengaruhi keputusan nasabah dalam memilih bank syariah. Sedangkan jangka waktu penelitian yang digunakan adalah selama bulan Juli tahun 2014.

Pengukuran Variabel Penelitian

Pengkukuran variabel akan menggunakan skala likert dengan rentang pengukutan dari “sanat

(13)

seseorang atau sekelompok orang tetang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur akan dijabarkan menjadi indikator variabel.

Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi adalah sebuah kumpulan dari semua kemungkinan orang–orang, benda–benda atau ukuran ketertarikan dari hal menjadi perhatian. Untuk menyimpulkan sesuatu dari sebuah populasi, biasanya diambil sampel dari populasi. Sampel diartikan sebagai porsi atau bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian (Mason dan Lind, 1999). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah di Kota Malang, sedangkan sampelnya adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Mandiri kantor cabang Malang.

Teknik pengambilan sampel akan menggunakan Sampling Purposive dan Sampling Insidental, teknik sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:85). Sampling purposive dipilih karena kendala memperoleh daftar nasabah bank syariah sehingga pengambilan secara acak tidak dimungkinkan. Meskipun pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-random, generalisasi hasil masih dimungkinkan bila didukung dengan jumlah sampel yang besar. Sedangkan sampling insidental merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber.

Gudono (2012) menegaskan bahwa jumlah observasi dalam regresi logistik minimal adalah 100. Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100, dimana 50 berasal dari nasabah Bank Syariah Mandiri (BSM) dan 50 adalah nasabah Bank Mandiri kantor cabang Malang.

Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder (Hasan, 2002):

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan sebanyak 100 kuesioner yang akan di bagikan secara acak kepada nasabah Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Mandiri kantor cabang Malang. Kuesioner akan dibagi menjadi dua bagian, yang pertama terkait dengan karakteristik nasabah berdasarkan segmentasi demografi, seperti jenis kelamin, usia, agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Bagian kedua berisi daftar variabel faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah memilih bank syariah.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh dari sumbernya langsung, melainkan sudah dikumpulkan oleh pihak lain. Data ini diambil melalui kajian pustaka dari buku, jurnal ataupun dari penelitian lain yang terkait dengan tema penelitian ini.

Metode Analisis

Metode analisis statistik yang digunakan adalah metode Logistic Regression atau Analisis Model Logistik (LOGIT). Menurut Gudono (2012:173) analisis logit dipilih karena dalam penelitian ini variabel dependen dan independen bersifat kategorikal (non mentrik). Setelah mengumpulkan data dari kuesioner, input data terakhit akan diolah menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS 17).

Bentuk model Logit dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

ln[ − �] = � + � � + � � + � � + � � + � � + � � + �[�]

Keterangan:

P = Probabilitas keputusan nasabah memilih jasa perbankan syariah atau tidak

� = Konstanta

(14)

� = Faktor Pelayanan Bank Syariah

� = Faktor Pengetahuan Tentang Konsep Bank Syariah

� = Faktor Karakteristik Bank Syariah

� = Faktor Harga/Biaya dimana terdapat data tentang gambaran responden berdasarkan umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jumlah dana yang ditabung, lama menjadi nasabah, dan kepemilikan rekening di bank lain.

Data dikumpulkan dari berbagai kelompok umur yang berbeda. Mayoritas responden baik bank konvensional maupun bank syariah berumur 20-29 tahun yaitu 28 orang (56 persen) dan 23 orang (46 persen). Berdasarkan jenis kelamin mayoritas responden bank konvensional dan bank syariah adalah laki-laki yaitu sejumlah 27 orang (54 persen) dan 34 orang (68 persen). Agama responden mayoritas adalah Islam, pada bank konvensional 44 orang (88 persen) dan pada bank syariah 34 orang (68 persen). Rata-rata tingkat pendidikan nasabah adalah S1, S2, S3 pada bank syariah 44 orang (88 persen) dan pada bank syariah 32 orang (64 persen). Sebanyak 41 orang (82 persen) responden bank konvensional adalah pelajar/mahasiswa. Sedangkan pekerjaan mayoritas responden bank syariah adalah pegawai swasta yaitu 22 orang (44 persen). Mayoritas pendapatan respodnen bank konvensional perbulan adalah kurang dari 1 juta yaitu sebanyak 25 orang (50 persen). Responden bank syariah pendapatan adalah antara 1-2 juta perbulan yaitu sejumlah 22 orang (44 persen). Dana yang ditabung nasabah bank konvensional dan nasabah bank syariah adalah sama yaitu kurang dari 500 ribu perbulan yaitu 28 orang (56 persen) dan 24 orang (48 persen). Kurun waktu menjadi nasabah bank konvensional mayoritas adalah antara 1-2 tahun sebanyak 25 orang (50 persen). Sedangkan responden bank syariah mayoritas kurang dari satu tahun menjadi nasabah, yakni 21 orang (27 persen). Gambaran responden yang terakhir adalah kepemilikan rekenig atau tabungan di bank lain, sebanyak 31 orang (62 persen) nasabah bank konvensional menyatakan mempunyai rekening di bank lain. Sedangkan responden bank syariah sejumlah 28 orang (56 persen) menyatakan mempunyai rekening di bank lain Tabel 2 : Gambaran Umum Responden

(15)

Item Bank Konvensional Bank Syariah

Hasil perhitungan regresi logistik terhadap keputusan nasabah dalam memilih bank syariah adalah sebagai berikut:

Tabel 3 : Hasil Koefisien Regresi Logistik

(16)

Berdasarkan nilai koefisien regresi pada tabel di atas, maka dapat dibuat persamaan regresi logistik sebagai berikut:

ln ( − �) = − .� + . � + . � + . � − . � + . � + . �

Nilai signifikansi yang digunakan yaitu α = 0.05. Berdasarkan Tabel 4.9 pada kolom signifikansi, nilai yang lebih kecil α = 0.05 adalah Faktor Pelayanan Bank Syariah (�) dengan nilai 0.020, Faktor Pengetahuan Tentang Konsep Bank Syariah (�) dengan nilai 0.001, dan Faktor Harga/Biaya (� ) dengan nilai 0.018 sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95 persen variabel �, � , dan � berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah dalam memilih bank syariah. Sedangkan Faktor Karakteristik Bank Syariah (� ) dengan nilai 0.917, Faktor Lokasi (� ) dengan nilai 0.135 dan Faktor Promosi (� ) dengan nilai 0.456 lebih dari nilai signifikansi α = 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95 persen variabel �, � dan � tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah dalam memilih bank syariah.

Hasil penelitian bahwa faktor pelayanan bank syariah signifikan terhadap keputusan nasabah memilih bank syariah sesuai dengan hasil penelitan yang dilakukan Selamat dan Abdul-Khadir (2012), Hidayat dan Nouf K. (2012), dan Maski (2010). Pentingnya pelayanan yang baik terhadap nasabah merupakan salah satu strategi untuk memenangkan persaingan dengan bank yang lain. Pelayanan yang baik akan menumbuhkan kepuasan dan kepercayaan pada diri tiap pelaanggan atau nasabah. Jika melihat pernyataan responden mayoritas menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan bank syariah sudah baik, 65 orang menyatakan setuju bahwa bank syariah memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan dan akuran (reability), 65 orang menyatakan bank syariah memberikan pelayanan yang cepat dan tepat (responsiveness), 73 orang menyatakan bank syariah menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada para nasabah (assurance) dan 71 orang menyatakan bank syariah memberikan kemudahan dalam mengubungi bank, pelayanan yang ramah dan bersahabat (emphaty).

Kemudian faktor signifikan yang kedua adalah pengetahuan tentang konsep bank syariah. Hal ini selaras dengan temuan Nawi et. al., (2013), Abdullah et. al. (2012), dan Haron (1994) bahwa nasabah yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang produk dan layanan perbankan syariah akan lebih mempertimbangkan untuk berhubungan dengan baik syariah. Responden yang menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa responden mengetahui produk dan jasa yang ditawarkan bank syariah ada 45 orang, 56 orang menyatakan mengetahui prinsip-prinsip bank syariah (mudharabab, musyarakah dll), dan 30 orang menyatakan mengetahui bagaimana perhitungan bagi hasil di bank syariah.

Faktor signifikan ketiga adalah harga/biaya. Hasil temuan ini serupa dengan Hidayat dan Nouf K. (2012), dan Abduh et. al. (2012) bahwa penetapan biaya dari pihak bank menjadi salah satu alasan nasabah memilih menggunakan bank syariah. Menurut (Sukirno, 2008:78) dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang atau jasa dengan tingkat harganya. Hukum permintaan menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang atau jasa maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang atau jasa maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Sebanyak 54 orang responden dalam penelitian ini menyatakan penerapan bagi hasil lebih adil dan menguntungkan, 50 orang responden menyatakan biaya simpan-pinjam dibank syariah lebih rendah, dan 53 orang menyatakan biaya administrasi bulanan bank syariah yang rendah.

(17)

dengan Hidayat dan Nouf K. (2012) yang meneliti persepsi nasabah non-muslim terhadap bank syariah di Arab Saudi. Bahwa prinsip utama bank syariah yang melarang praktik riba atau bungan bukan alasan utama masyarakat non-muslim untuk menggunakan jasa bank syariah.

Faktor kedua yang tidak signifikan adalah faktor lokasi/aksesibilitas. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebalumnya dari Maski (2010) dan Abduh et. al., (2012) yang menyatakan bahwa penampilan fisik dan aksesibilitas menjadi salah satu pertimbangan nasabah berpindah ke bank lain. Hal ini disebabkan karena hanya 55 responden yang menyatakan setuju bahwa lokasi bank syariah strategis (dekat dengan rumah atau tempat kerja), 61 orang menyatakan bank syariah mempunyai jaringan kantor cabang di berbagai kota, 62 orang menyatakan kantor bank syariah menarik dan nyaman, 36 orang menyatakan bank syariah menyediakan atm yang banyak dan 59 orang menyatakan bahwa bank syariah memberian pelayanan 24 jam (internet banking, sms banking dll).

Faktor yang tidak signifikan ketiga adalah promosi bank syariah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan yang ditemukan oleh Nawi et. al., (2013) bahwa daya tarik (promosi) yang ditawarkan oleh bank syariah mempengaruhi keputusan masyarakat memilih bank syariah. Begitu pula dengan Selamat dan Abdul-Khadir (2012) yang menyatakan bahwa reputasi serta citra bank menjadi daya tarik masyarakat memilih bank syariah. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian terdahulu disebabkan karena responden yang menyatakan setuju bahwa bank syariah mempunyai reputasi dan citra yang baik sebanyak 75 orang responden, 51 orang menyatakan bank syariah menayangkan iklan di berbagai media massa (tetevisi, radio atau internet), 45 orang menyatakan keluarga atau teman memberikan saran atau rekomendasi untuk menabung di bank syariah, dan hanya 27 orang yang menyatakan bank syariah memberikan penawaran hadiah atau bonus yang menarik.

Uji Goodness Of Fit (R2)

Uji goodness of fit digunakan untuk mengetahui ukuran ketepatan model yang dipakai, yang dinyatakan dengan beberapa persen variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen yang dimasukan kedalam model regresi logit. Pada program SPSS, besarnya R2 dapat dilihat pada nilai “Cox & Snell” dan “Negelkerke”.

Tabel 4 : Hasil Uji Goodness Of Fit (R2) Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square 1 94.656a .356 .474

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

Sumber: Data primer diolah, 2014

Berdasarkan output di atas, dapat dilihat bahwa nilai Nagelkerke R Square 0.474. Angka tersebut menunjukan total kontribusi variabel independen dalam menjelaskan keragaman variabel dependen. Sehingga total variasi yang dapat dijelaskan melalui model yang terpakai adalah 47.4 persen atau dengan kata lain, variabel pelayanan, pengatahuan, karakteristik, biaya/harga, lokasi dan promosi bank mampu menjelaskan sebesar 47.4 persen dari total variabel yang ikut menjelaskan variabel dependen. Sedangkan sisanya yaitu 52.6 persen dijelaskan oleh variabel yang lain. Namun perlu diingat, nilai ini hanya pendekatan saja, karena pada regresi logistik koefisien determinasi tidak dapat dihitung seperti regresi linear. Sehinggga yang perlu lebih diperhatikan adalah seberapa banyak variabel dependen dapat diprediksi dengan benar yang tercermin dari nilai Classification Table.

(18)

Tabel 5 : Hasil Classification Table

Classification Tablea

Observed

Predicted

Y Percentage Correct Bank Mandiri Bank Syariah

Mandiri

Step 1 Y Bank Mandiri 37 13 74.0 Bank Syariah Mandiri 11 39 78.0 Overall Percentage 76.0 a. The cut value is ,500

Sumber: Data primer diolah, 2014

Pada Classification Table (tabel 5), pada bagian kolom adalah dua nilai prediksi dari variabel dependen, sedangkan pada bagian baris adalah hasil observasi (aktual) dari variabel dependen. Dalam model yang sempurna, semua kasus dalam bagian diagonal dan presentase keseluruhan akan 100 persen. Dalam penelitian ini, 78 persen dapat diklasifikasikan sebagai nasabah bank syariah mandiri dan 74 persen diklasifikasikan sebagai nasabah bank mandiri. Secara keseluruhan 76 persen dapat diklasifikasikan dengan benar. Hal ini berarti ada peningkatan klasifikasi yang benar dari 50 persen pada model konstan (lihat Lampiran Classification Table Block 0). Sehingga dapat diketahui bahwa model dengan prediktor secara signifikan lebih baik.

Uji Model dan Parameter

Sebelum menginterpretasikan model dan parameter, pengujian model dan parameter digunakan untuk mengetahui apakah model signifikan dan parameter mempunyai pengaruh yang nyata. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow. Hosmer and Lemeshow digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai hosmer and lemeshow lebih dari alpha = 0.05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti ada perbedaan model yang mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Berikut ini adalah hasil uji Hosmer and Lemeshow:

Tabel 6 : Hasil Uji Hosmer and Lemeshow

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig. 1 4.455 8 .814

Sumber: Data primer diolah, 2014

Pada output dapat disimpulkan bahwa model yang diajukan adalah baik atau model telah cukup mampu menjelaskan data karena nilai statistic Hosmer and Lemeshow Goodnes-of-fit sig=0.814 yang berarti lebih dari 0.05 sehingga hipotesis nol (H0) diterima dan berarti model telah mampu memprediksi nilai observasinya atau model telah mampu menjelaskan data.

Uji Wald adalah uji yang dilakukan untuk menguji tiap-tiap parameter. Uji ini dilakukan dengan membandingkan statistik Wald yang berdistribusi chi-square pada df=1 dengan chi-square

tabel pada α. Jika statistik Wald lebih besar dari chi-square tabel pada df=1 dengan tingkat signifikansi

α maka parameter signifikan. Selain itu, signifikansi parameter dapat dilihat dengan membandingkan P-value dengan α. Jika P-value lebih kecil dari alpha maka parameter dapat dikatakan signifikan. Berikut ini adalah hasil uji Wald:

Tabel 7 : Hasil Uji Wald

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1a X1 .302 .130 5.410 1 .020 1.353

(19)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) X6 .097 .130 .556 1 .456 1.101 Constant -9.999 2.533 15.581 1 .000 .000 a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5, X6.

Sumber: Data primer diolah, 2014

Pada Tabel di atas, diperoleh nilai dari masing-masing variabel pada keputusan pembelian. Faktor � sebesar 5.410, � sebesar 10.416, � sebesar 0.011, � sebesar 5.584, � sebesar 2.229 dan

� sebesar 0.556. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa ada tiga variabel yang signifikan terhadap

α atau lebih besar dari 3,481 yaitu �, � , dan � . Sedangkan variabel � , � dan � tidak signifikan

terhadap α karena nilai uji wald lebih kecil dari nilai α. Sehingga dapat disimpulkan bahwa � , � , dan � berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah memilih bank syariah.

Interpretasi Model dan Parameter

ln ( − �) = − .� + . � + . � + . � − . � + . � + . �

1. Variabel Pelayanan

Slope untuk variabel pelayanan pada bank mempunyai parameter = 0.302. Artinya proporsi responden yang puas terhadap pelayanan bank dan percaya untuk menyimpan dananya di bank syariah lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang tidak puas terhadap pelayanan bank syariah dan tidak mau menyimpan dananya di bank syariah. Besaran ln �

−� = . ; perbandingan risiko

sebesar e0,302=1.353. Artinya: kecenderungan responden yang puas terhadap pelayanan bank syariah

dan percaya untuk menyimpan dananya di bank syariah 1.353 kali bila dibandingkan responden yang tidak puas terhadap pelayanan bank syariah dan tidak percaya untuk menyimpan dananya di bank syariah.

Menurut Selamat (2012:4) nasabah akan memperhatikan pada pelayanan yang diberikan oleh bank, karena antara satu bank dengan bank yang lain menawarkan produk dan jasa yang hampir serupa, seperti tabungan maupun pinjaman. Kunci perbedaan antara satu bank dengan yang lain adalah bagaimana kecepatan dan efisiensi pelayanan yang diberikan sebagai salah satu keunggulan kompetitif. Pelayanan yang diberikan oleh suatu bank sangat berpengaruh terhadap preferensi nasabah dalam memilih suatu bank. Salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas perusahaan adalah kemampuan bank untuk memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan. pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan dan akurat (reliability), pelayanan yang cepat dan tepat (responsiveness), pelayanan yang menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada para nasabah (assurance), dan pelayanan yang ramah dan bersahabat (emphaty) akan memuaskan nasabah untuk menggunakan produk maupun jasa yang ditawarkan.

2. Variabel Pengetahuan

Slope untuk variabel pengetahuan mempunyai parameter = 0,637. Artinya proporsi responden yang mengetahui informasi bank syariah dengan baik lebih besar daripada responden yang tidak mengetahui informasi bank syariah dengan baik. Besaran ln �

−� = . ; perbandingan risiko

sebesar e0.637=1.891. Artinya: kecenderungan responden yang mengetahui informasi bank syariah

dengan baik untuk menabung di bank syariah adalah 1.891 kali bila dibandingkan responden yang tidak mengetahui bank syariah dengan baik.

(20)

ataskeadaan masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang. Kelompok anutan juga mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku konsumen. Pengaruh kelompok anutan terhadap perilaku konsumen antara lain dalam menentukan produk dan merk yang akan digunakan (Maski, 2010:54)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana operasional maupun sistem bank syariah kepada masyarakat sangatlah penting, karena bila masyarakat mengetahui dengan baik tentang bank syariah maka kecenderungan untuk bergabung menjadi nasabah bank syariah lebih besar.

3. Variabel Karakteristik Bank Syariah

Slope untuk variabel karakteristik mempunyai parameter = 0.014. Artinya proporsi responden yang menyetujui bahwa bank syariah diterapkan berlandaskan syariat Islam, pembagian laba menggunakan bagi hasil, pendanaan dan pembiayaan layanan bank syariah hanya untuk bisnis yang halal dan hubungan nasabah dan bank bersifat kemitraan, keadilan, transparansi dan universal lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang tidak menyetujuikarakteristik bank syariah tersebut.Besaran ln �

−� = . ; perbandingan risiko sebesar e0.014=1.014. Artinya: kecenderungan

respondenyang menyetujui bahwa bank syariah diterapkan berlandaskan syariat Islam, pembagian laba menggunakan bagi hasil, pendanaan dan pembiayaan layanan bank syariah hanya untuk bisnis yang halal dan hubungan nasabah dan bank bersifat kemitraan, keadilan, transparansi dan universal adalah 1.014 kali bila dibandingkan responden yang tidak menyetujuikarakteristik bank syariah.

Responden yang berpendapat bahwa bank syariah dilaksanakan berlandaskan syariat Islam akan cenderung memilih bank syariah, responden yang yakin akan penerapan sistem bagi hasil akan cenderung menjadi nasabah bank syariah. Pendanaan dan pembiayaan layanan bank syariah yang hanya digunakan untuk bisnis yang halal dan baik akan meningkatkan kecenderungan untuk bergabung dengan bank syariah, kemudian adanya hubungan antara pihak bank dengan nasabah yang bersifat kemitraan, keadilan, transparansi dan universal akan menjadi salah satu pendorong kecenderungan untuk menggunakan jasa bank syariah.

4. Variabel Harga atau Biaya

Slope untuk variabel harga/biaya mempunyai parameter = -0.481. Artinya proporsi responden yang mempertimbangkan harga atau biaya di bank syariah seperti penerapan sistem bagi hasil yang lebih adil dan menguntungkan, biaya simpan-pinjam yang rendah dan biaya administrasi bulanan yang rendah lebih kecil bila dibandingkan dengan nasabah yang tidak mempertimbangkan harga atau biaya di bank syariah.Besaran ln �

−� = − . ; perbandingan risiko sebesar e-0.481=0.618. Artinya:

kecenderungan responden yang mempertimbangkan harga atau biaya sebelum menggunakan jasa bank syariah adalah 0.618 kali bila dibandingkan responden yang tidak mempertimbangan harga atau biaya dari bank syariah.

Variabel harga atau biaya ini berpengaruh negatif terhadap keputusan nasabah memilih bank syariah. Hal ini mungkin disebabkan karena harga atau biaya di bank syariah di anggap relatif sama dengan bank konvensional. Bisa juga disebabkan karena kurangnya informasi yang dimiliki oleh nasabah tentang seberapa besar harga atau biaya di bank syariah.

5. Variabel Lokasi/Aksesibilitas Bank Syariah

Slope untuk variabel lokasi/aksesibilitas bank syariah mempunyai parameter = 0.164. Artinya proporsi responden yang memperhatikan lokasi/aksesibilitas seperti lokasi yang strategis, jaringan kantor diberbagai kota, kantor yang menarik dan nyaman, atm, serta fasilitas pendukung lainnya lebih besar bila dibandingkan dengan nasabah yang tidak memperhatikan lokasi/aksesibilitas bank syariah. Besaran ln �

−� = . ; perbandingan risiko sebesar e0,164=1.178. Artinya: kecenderungan

responden yang memperhatikan lokasi/aksesibilitas bank syariah sebelum menggunakan jasa bank syariah adalah 1.178 kali bila dibandingkan responden yang tidak memperhatikan lokasi/aksesibilitas bank syariah bank syariah.

(21)

Pada uji regresi logistik variabel lokasi/aksesibilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah menggunakan bank syariah. Lokasi/aksesibilitas ini sangat penting bagi sebuah bank untuk menarik nasabah yang akan menggunakan jasa perbankan. Menurut Umar dalam Maski (2010, 54) penentuan lokasi fasilitas jasa perlu mempertimbangkan banyak hal antara lain mudah dan dapat diakses oleh konsumen, lalu lintas orang-orang, tempat parkir yang memadai, lingkungan yang mendukung usaha, kesesuaian dengan lokasi pesaing dan izin lokasi dari pihak berwenang.

6. Variabel Promosi

Slope untuk variabel promosi mempunyai parameter = 0.097. Artinya, proporsi keputusan nasabah memilih bank syariah berdasarkan reputasi dan citra bank syariah yang baik, iklan di berbagai media masa (televisi, radio atau internet), keluarga, kerabat atau teman yang memberikan saran atau rekomendasi untuk menabung di bank syariah, penawaran hadiah atau bonus yang menarik, lebih besar bila dibandingkan dengan proporsi keputusan nasabah yang tidak mempertimbangkan faktor promosi di atas. Hal ini dapat dilihat dariln �

−� = . ; perbandingan risiko sebesar e0.097=1.102. Artinya:

kecenderungan responden yang memperhatikan faktor promosi bank syariah sebelum menggunakan jasa bank syariah adalah 1.102 kali bila dibandingkan responden yang tidak memperhatikan faktor promosi dari bank syariah.

Promosi merupakan salah satu dari stimulus pemasaran, dengan adanya promosi bank syariah dapat mengkomunikasikan suatu produk kepada calon nasabah agar dapat lebih mengenal produk dan tertarik, kemudian membeli dan selanjutnya fanatik terhadap produk tersebut. Selain itu, dengan adanya promosi diharapkan bank syariah bisa mendapatkan kenaikan penjualan dan profit, mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan, membedakan dan mengunggulkan produk dibandingkan produk pesaing serta membantu mengubah tingkah laku dan pendapat konsumen.

Faktor Dominan

Berdasarkan hasil regresi logistik, faktor pengetahuan tentang konsep bank syariah memiliki

koefisien β yang paling besar, yaitu . . Sehingga faktor pengetahuan tentang konsep bank syariah mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap keputusan nasabah dalam memilih jasa perbankan syariah.

Pengetahuan nasabah adalah semua informasi yang dimiliki oleh nasabah mengenai berbagai macam produk dan jasa serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk jasa bank syariah. Pengetahuan ini meliputi kategori produk, atribut atau fitur produk, harga produk dan kepercayaan mengenai produk (Daiwan, 2013).

Nasabah memiliki tingkatan pengetahuan tentang produk bank syariah (levels of product knowledge) yang berbeda, yang dapat digunakan untuk menerjemahkan informasi baru dan membuat pilihan pembelian. Kotler (2004:183-199) mendeskripsikan perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Pada faktor psikologis ada empat hal yang mempengaruhi perilaku pengetahuan konsumen yaitu motivasi: kebutuhan seseorang yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak; persepsi: proses yang digunakan seorang individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti; pembelajaran: meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman; keyakinan dan sikap: melalui perbuatan dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya kemudian mempengaruhi perilaku pembelian.

(22)

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan pemaparan dalam bab hasil dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor pelayanan bank syariah, faktor pengetahuan tentang konsep bank syariah, dan faktor harga/biaya berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah dalam memilih bank syariah. Sedangkan faktor karakteristik bank syariah, faktor lokasi dan faktor promosi tidak berpengaruh secara signifikan.

2. Faktor yang dominan terhadap keputusan nasabah dalam memilih jasa perbankan syariah adalah adalah faktor pengetahuan tentang konsep bank syariah. Adanya pengetahuan yang mumpuni tentang bagaimana konsep bank syariah akan meningkatkan kecenderungan untuk menggunakan jasa perbankan syariah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan serta kesimpulan, maka dapat diajukan beberapa saran untuk perbaikan bank syariah:

1. Meskipun faktor yang dominan mempengaruhi keputusan nasabah dalam memilih bank syariah adalah pengetahuan tentang konsep bank syariah, faktor-faktor lain seperti pelayanan, karakteristik bank syariah, biaya/harga, lokasi/aksesibilitas, dan promosi juga perlu diperbaiki dan ditingkatkan agar jumlah nasabah dibank syariah bisa bertambah serta dapat bersaing dengan bank konvensional.

2. Sampai saat ini sosialisasi dan edukasi tentang bank syariah masih minim, dampaknya masyarakat luas masih banyak yang belum mengerti dan memahami tentang sistem, konsep, produk, keuntungan dan keunggulan bank syariah. Sehingga kedepan perlu adanya peningkatan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat baik melalui media masa seperti koran, internet, buku, majalah maupun dialog atau seminar. Sosialisasi dan edukasi ini tentu saja bukan hanya masalah halal haram tentang riba atau label syariah saja, tetapi juga mengedepankan aspek rasional dan obyektif.

3. Dalam usaha meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bank syariah diperlukan adanya kerjasama oleh semua pihak, baik pemerintah, bank Indonesia, bank syariah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan lain-lain.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Abduh Muhamad, Salina Kassim, dan Zainurin Dahari. 2012. Customer Satisfaction and Switching Behavior in Islamic Banking: Evidence from Indonesia. School of Doctoral Studies (European Union) Journal. 209-215.

Abdullah, Abdul Aziz, Rokiah Sidek, dan Ahmad Azrin Adnan. 2012. Perseption of Non-Muslims Customers towards Islamic Banks in Malaysia. International Journal of Business and Social Science, Vol.3, (No.11) : 151-163.

Antonio, M. Syafi`i. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.

Anonim. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

Bank Indonesia. 2013. Statistik Perbankan Syariah 2012.

Bank Syairah Mandiri. 2014. Penghargaan. http://www.syariahmandiri.co.id/ category/penghargaan/. Diakses pada 27 Maret 2014.

Beng, Soon Chong dan Ming-Hua Liu. 2009. How Islamic Banking: Interest-Free or Interest-Based?. Pacific-Basin Finance Journal, Vol. 17, 125-144.

Burns, Robert P dan Richard Burn. 2009. Business Research Metods and Statistics Using SPSS. New York: SAGE Publications.

Chapra, M. Umer. 2000. Sistem Moneter Islam. Terjemahan Ikhwan Abidin B. Jakarta: Gema Insani Press.

Chudhry, M. Sharif. 2012. Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar. Terjemahan Suherman Rosyidi. Jakarta: Kencana.

Dahlan, Muhamad Sopiyudin. 2013. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi dengan Menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika.

Daiwan. 2013. Pengetahuan Konsumen Tentang Produk. http://daiwanalbantani-daiwan.blogspot.com/2013/10/pengetahuan-konsumen-tentang-produk.html?m=1. Diakses pada 27 Juli 2014.

Douglas A. Lind, Robert D. Mason, William G. Marchal. 1999. Basic Statistics for Business and Economics. McGraw-Hill Higher Education.

Global Finance. 2013. World’s Best Islamic Financial Institutions 2013: Country Winners.

http://www.gfmag.com/archives/176-june-2013/12509-worlds-best-islamic-financial-institutions -2013-country-winners.html#axzz2vCWUFfSi. Diakses pada 27 Februari 2014.

Gudono. 2012. Analisis Multivariat. Yogyakarta: BPFE

(24)

Haque, Ahasanul. 2010. Islamic Banking in Malaysia: A Study of Attitudinal Differences of Malaysian Customers. Europan Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, Vol. 18, (No.1) : 7-18.

Hidayat, Sutan Emir dan Nouf K. Al-Bawardi. 2012. Non-Muslims’ Perceptions Towards Islamic Banking Secvices in Saudi Arabia. Journal of US-China Public Administration, Vol.9, (No.6) : 654-670.

Iqbal, Hasan. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya , Jakarta: Ghalia Indonesia.

Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kurniati. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah Muslim dan Non Muslim Da lam Memilih Jasa Perbankan Syariah (Di Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Yogyakarta dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) DIY Syariah). Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Gajahmada.

Lewis, Mervyn K. dan Latifa M. Algaoud. 2005. Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik dan Prospek. Terjemahan Burhan Wirasubrata. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Nawi, Farah Amalina Md, Yazid, Ahmad Shukri, dan Mohammed, Mustafa Omar. A Critical Literature Review for Islamic Banks Selection Criteria in Malaysia. International Business Research, Vol. 6, (No.6): 143-151.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Priantina, Anita. 2013. Perjalanan Perbankan Syariah di Indonesia. http://ramadan.detik.com/read/2013/08/18/075234/2333137/1522/perjalanan-perbankan-syariah-di-indonesia--habis-?r992203625. Diakses pada 14 Maret 2014.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). 2011. Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Selamat, Zarehan dan Abdul-Khadir Hazlina. 2012. Attitude and Patronage Factors of Bank Customers in Malaysia: Muslim and non-Muslim Views. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Vol.8, (No.4) : 87-100.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumitro, Warkum. 2004. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga -Lembaga Terkait (Bamui, Takaful dan Pasar Modal Syariah) di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Supardi. 2005. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII Press.

Usman, Hardius. 2013. Aplikasi Teknik Multivariate untuk Riset Pemasaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Gambar

Gambaran Umum Responden Berdasarkan data yang terkumpul dari penyebaran kuesioner, dapat di ringkas dalam Tabel 2,
tabel pada α. Jika statistik Wald lebih besar dari chi-square tabel pada df=1 dengan tingkat signifikansi P-α maka parameter signifikan

Referensi

Dokumen terkait

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

[r]

Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan tingkat kecemasan dan depresi dengan kejadian komplikasi intradialisis pada pasien yang menjalani hemodialisa di RSUD Prof.. Margono

Melakukan pelayanan kefarmasian ( pharmaceutical care ) di apotek untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sediaan farmasi. dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan

Perlunya perencanaan dan pelaksanaan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai mengenai apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji material, yang

Provinsi-provinsi yang PDRB per kapita tahun 2005 di bawah rata-rata nasional namun mengalami tingkat pertumbuhan di atas rata-rata nasional adalah Sumatera Utara,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penurunan kandungan P tersedia yang mendapat suplementasi fitase dalam ransum puyuh petelur terhadap

Redaksi ini menurut Al-Maraghi (J.XXVII : 243) ditujukan kepada” Uulul Albaab dimaksudkan untuk menjelaskan kepada mereka nilai tuntutan dan petunjuk yang