• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI PERAN KPU DALAM PENGAWASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "OPTIMALISASI PERAN KPU DALAM PENGAWASAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

ABSTRAK... vi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 2

C. Tujuan Penulisan... 2

D. Manfaat Penulisan... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 3

A. Pemilihan Umum... 3

1. Definisi Pemilihan Umum... 3

2. Tujuan Pemilihan Umum... 3

3. Fungsi Pemilihan Umum... 3

4. Asas Pemilihan Umum... 4

B. Komisi Pemilihan Umum... 4

1. Definisi Komisi Pemilihan Umum... 4

2. Sejarah Komisi Pemilihan Umum... 5

3. Tugas dan Wewenang dalam Komisi Pemilihan Umum... 5

C. Money Politic... 6

1. Definisi Money Politic... 6

2. Sejarah Money Politic di Indonesia... 7

BAB III METODE PENELITIAN... 8

A. Pendekatan Penelitian... 8

B. Jenis Bahan Hukum... 9

C. Teknik Penelusuran Bahan Hukum... 9

D. Teknik Analisis Bahan Hukum... 9

(2)

A. Kondisi Money Politic di Indonesia... 11

B. Optimalisasi Pengawasan KPU Terhadap Money Politic... 12 BAB V PENUTUP... 15

A. Kondisi Money Politic di Indonesia... 15

(3)

ABSTRAK

Menurut Ali Murtopo, pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya, dan merupakan lembaga demokrasi. Pemilu menjadi sebuah manifestasi dari UUD 1945 pasal 1 ayat (2), bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat. Namun kondisi kontemporer yang berada di masyarakat berbanding terbalik dengan apa yang menjadi harapan UUD 1945 pasal 22E ayat (1), bahwa pemilu diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (luber jurdil). Tetapi pelaksanaan dari amanat UUD ini semakin memprihatinkan. Indonesia sejak tahun 1955 telah melaksanakan Pemilu. Indonesia telah melaksanakan Pemilu sebanyak 10 kali, sehingga seharusnya Indonesia telah matang dalam berdemokrasi. Namun hal ini tidak menjamin kedewasaan masyarakat dalam melaksanakan pesta demokrasinya sendiri. Adapun metode penulisan yang kami gunakan adalah Yuridis Normatif atau disebut juga penelitian hukum doktrinal, yaitu peneliti menelaah bahan hukum sekunder. Adanya fenomena money politic yang telah menjadi rahasia umum merupakan

money politic sebagai instrumen penting untuk mendapatkan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat. Pelaku money politic biasanya merupakan oknum politik yang memiliki kemampuan keuangan yang banyak. Keuangan ini didapatkan dari sumbangan dalam jumlah yang besar. Dengan adanya fenomena tersebut, KPU perlu mengambil peran untuk melakukan pengawasan money politic terhadap pelaksanaan pemilu di Indonesia. KPU perlu membentuk sebuah badan satuan tugas yang tugasnya khusus untuk mengawasi praktik money politic

yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, tingkat praktik money politic

dapat berkurang sehingga dapat terciptanya pemilu yang berlandaskan keadilan.

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekuasaan tidak dapat diperoleh atas dasar kekuasaan atau karena di tunjuk, namun harus melalui pemilu. Ketentuan pemilu di Indonesia diatur dalam pasal 22E UUD NRI 1945 ayat (1) dan ayat (5). Pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, DPD, presiden dan wakil presiden, dan DPRD. Menindaklanjuti dasar pemilu tersebut maka untuk memilih DPR, DPD, dan DPRD diatur dalam UU No. 8 tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Di dalam dasar menimbang ditegaskan bahwa pemilihan anggotanya diselenggarakan melalui pemilu sebagai sarana perwujudan aspiratif, berkualitas, dan bertanggung jawab berdasarkan Pancasila, dan UUD NRI 1945. Kemudian di dalam pasal 1 ayat (6) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 bahwa lembaga penyelenggara pemilu adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU). KPU sebagai lembaga yang mandiri dalam melaksanakan tugasnya tidak dapat diintervensi atau dipengaruhi oleh pihak luar.

Menurut Ali Murtopo, pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya, dan merupakan lembaga demokrasi.1 Pemilu menjadi sebuah manifestasi dari UUD 1945 pasal 1 ayat (2), bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat. Namun kondisi kontemporer yang berada di masyarakat berbanding terbalik dengan apa yang menjadi harapan UUD 1945 pasal 22E ayat (1), yaitu pemilu diselenggarakan secara Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil (LUBER JURDIL). Tetapi pelaksanaan dari amanat UUD ini semakin memprihatinkan. Indonesia sejak tahun 1955 telah melaksanakan pemilu dan telah terlaksana sebanyak 10 kali hingga sekarang, sehingga seharusnya Indonesia

(5)

sudah matang dalam berdemokrasi.2 Namun hal ini tidak menjamin kedewasaan masyarakat dalam melaksanakan pesta demokrasinya sendiri. Di dalam pelaksanaan pemilu, terdapat tahap yang harus dilalui oleh calon, misalnya tahap kampanye yang seringkali terjadi kecurangan. Kampanye baik terbuka hingga terselubung seolah membodohi masyarakat.

Money politic didefinisikan sebagai tindakan mempengaruhi massa pemilu dengan imbalan materi.3 Kejahatan moral ini menjadi tawaran pembodohan untuk masyarakat. Kehidupan politik yang sejatinya mewujudkan idealisme bagi masyarakat dan negara, namun dalam prakteknya politik menjadi sebuah pertarungan untuk mempengaruhi dan menggiring opini masyarakat. KPU sebagai penyelenggara pemilu harus melakukan tindakan tegas terhadap berbagai kecurangan. Money politic termasuk dalam delik aduan, artinya hanya dapat ditindaklanjuti apabila ada pihak yang dirugikan. Dalam pelaksanaannya, pihak

money politic menyembunyikan diri, sehingga sulit melacak kejahatan ini. Berdasarkan asas hukum lex spesialis derogat lex generalis, bahwa peraturan khusus menyampingkan peraturan umum, maka yang akan diterapkan adalah undang-undang pemilu.4 Berdasarkan paparan latar belakang di atas, penulis menggagas suatu tim yang menangani permasalahan pengawasan pelanggaran pemilu dibawah KPU.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan money politic dalam pemilu di Indonesia?

2. Bagaimana peran KPU dalam pengawasan pelaksanaan Pemilu?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui perkembangan money politic di Indonesia.

2. Untuk mengetahui peran KPU dalam pengawasan pelaksanaan pemilu.

2Ibid.

3 Istianahi, Money Politik Menurut Hukum, hal. 1, http://library.walisongo.ac.id diakses pada tanggal 13 Januari 2016 pukul 20.31 WIB.

(6)

D. Manfaat Penulisan

1. Dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan pemikiran yang bermanfaat.

2. Dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap perkembangan money politic.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemilihan Umum 1. Definisi Pemilu

Pemilu adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat atau presiden dan wakilnya yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat, serta salah satu bentuk pemenuhan hak asasi warga negara di bidang politik.5

2. Tujuan Pemilu

Pemilu bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat karena rakyat tidak mungkin memerintah secara langsung. Oleh karena itu, diperlukan cara untuk memilih wakil rakyat dalam memerintah suatu negara dalam kurun waktu tertentu.6

3. Fungsi Pemilu

Fungsi Pemilu antara lain:

a. Prosedur rakyat dalam memilih wakil rakyat

Melalui pemilu, rakyat akan memilih wakil-wakilnya yang akan duduk di lembaga legislatif. Wakil-wakil rakyat akan menjalankan kebijakan-kebijakan legislatif yang didelegasikan kepada mereka. Pemilu juga berfungsi sebagai sarana demokratis untuk menyeleksi anggota perwakilan rakyat.

5 Dilihatya.com, Pengertian Pemilu Menurut Para Ahli, hal. 1, http://dilihatya.com/762/pengertian-pemilu-menurut-para-ahli, diakses pada tanggal 8 Desember 2016 pukul 19.43 WIB.

(7)

b. Pemilu sebagai legitimasi politik

Melalui pemilu, akan terbentuk sebuah pemerintahan yang memiliki keabsahan. Pemerintahan yang absah akan merumuskan program dan kebijakan yang akan ditaati oleh rakyat. Oleh karena itu, rakyat akan tunduk dan taat sebagai sebuah konsekuensi atas pilihan dan partisipasi politik yang telah dilakukan sebelumnya. Di dalam sistem demokrasi, kehendak rakyat merupakan dasar bagi keabsahan pemerintah.

c. Pemilu sebagai mekanisme pergantian elite politik

Dengan pemilu, rakyat bisa mengganti elit politik dengan yang lainnya berdasarkan pilihannya dalam waktu tertentu. Putusan tersebut bergantung pada penilaian rakyat terhadap kinerja elit politik sebelumnya. Jika elit politik yang dipilih sebelumnya dianggap tidak mampu memenuhi harapan rakyat dan kinerja tidak baik, maka orang tersebut tidak akan dipilih kembali.

d. Sebagai sarana pendidikan politik

Pemilu sebagai sarana pendidikan politik merupakan suatu pendidikan yang bersifat langsung, terbuka, dan massal karena dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang demokrasi. Melalui fungsi pendidikan politik inilah pemilu berperan sebagai sarana pengembangan budaya politik dan demokratis.7

4. Asas Pemilu.

Asas Pemilu terdiri dari 6 asas. Hal ini sesuai dengan pasal 22E Ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 2 UU No 12 Tahun 2003. Keenam asas tersebut sering disingkat menjadi “LUBER JURDIL” yaitu Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil.8

B. Komisi Pemilihan Umum

1. Definisi Komisi Pemilihan Umum

7 www.kitapunya.net, Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Asas Pemilu, hal. 1-2, http://www.kitapunya.net/2016/02/pengertian-pemilu-tujuan-dan-asas-pemilu.html, diakses pada tanggal 9 Desember 2016 pukul 17.52 WIB.

(8)

Komisi Pemilihan Umum adalah sebuah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi Pemilihan Umum Anggota DPR/DPD/DPRD, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, serta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.9

2. Sejarah Komisi Pemilihan Umum

Setelah Presiden Soeharto dilengserkan dari kekuasaannya pada tanggal 21 Mei 1998, jabatan presiden diwakilkan oleh Bacharuddin Jusuf Habibie. Atas desakan masyarakat, pemilu selanjutnya harus segera diselenggarakan. pemilu ini dilanjutkan dengan penyelenggaraan sidang umum MPR. Sebelum menyelenggarakan pemilu yang dipercepat itu, pemerintah mengajukan RUU tentang pemilu dan RUU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. Ketiga draf UU ini disiapkan oleh sebuah tim Depdagri, yang disebut Tim 7 yang diketuai oleh Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid (Rektor IIP Depdagri, Jakarta). Setelah RUU ini disetujui DPR dan disahkan menjadi UU, presiden membentuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang anggotanya adalah wakil-wakil dari partai politik dan pemerintah.10

3. Tugas dan Wewenang Komisi Pemilihan Umum.

Dalam pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum, dijelaskan bahwa untuk melaksanakan Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas kewenangan sebagai berikut:

1. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum. 2. Menerima, meneliti, dan menetapkan partai-partai politik yang

berhak sebagai peserta Pemilihan Umum.

9 www.kpu.go.id, Sejarah Lembaga Penyelenggara Pemilihan Umum, hal. 1-2, http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/11/Pemilu-1999, diakses pada tanggal 9 Desember 2016 pukul 17.45 WIB.

(9)

3. Membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat sampai di Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS;

4. Menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk setiap daerah pemilihan;

5. Menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah pemilihan untuk DPR, DPRD I dan DPRD II;

6. Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil Pemilihan Umum;

7. Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.

Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 terdapat tambahan huruf:

1. Tugas dan kewenangan lainnya yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.

Sedangkan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tersebut juga ditambahkan, bahwa selain tugas dan kewenangan KPU sebagai dimaksud dalam Pasal 10, selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun setelah Pemilihan Umum dilaksanakan, KPU mengevaluasi sistem Pemilihan Umum.11

C. Money Politic

1. Definisi Money Politic

Money Politic atau politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang, dengan tujuan agar orang tersebut tidak menjalankan haknya untuk memilih atau agar ia menjalankan haknya dengan cara tertentu dalam pemilihan umum. Penyuapan bisa dilakukan dengan uang atau barang. Politik uang biasanya dilakukan oleh simpatisan, kader, bahkan pengurus partai politik menjelang pemilihan umum.

11 www.kpu.go.id, Tugas dan Kewenangan, hal. 1,

(10)

2. Sejarah Money Politic di Indonesia

Jika dirunut secara sejarah, politik uang sudah dikenal masyarakat kita sejak lama. Dalam Babad Tanah Jawi, ada sebuah bab yang menceritakan tentang politik uang yang dilakukan oleh Ratu Pandansari, adik dari penguasa Mataram, yaitu Sultan Agung. Alkisah sang Pangeran Pekik Muda, suami dari Ratu Pandansari mengalami kekalahan sewaktu berusaha menaklukkan kerajaan Giri. Ratu Pandansari yang mengetahui kekalahan suaminya, mengumpulkan para prajurit yang baru saja mengalami kekalahan. Ratu Pandansari tidak serta merta menghukum mereka atas kekalahan mereka, tetapi malah memberikan banyak hadiah kepada para prajuritnya, dan menjanjikan hadiah yang lebih besar lagi sepulang mereka dari medan perang jika membawa kemenangan. Hasilnya para prajurit menjadi lebih semangat dengan hasil sebuah kemenangan atas ditaklukannya Kerajaan Giri. Kemenangan ini merupakan kemenangan yang ironis, karena sang Pekik Tua yaitu ayah dari Pekik Muda adalah murid kesayangan Sunan Giri Prapen, kakek Sunan Giri Muda, raja kerajaan Giri yang ditaklukkan.12

(11)

BAB III

METODE PENULISAN

A. Pendekatan Penulisan

Jenis penelitian ini adalah Yuridis Normatif atau disebut juga penelitian hukum doktrinal13, yaitu peneliti menelaah bahan hukum sekunder14 kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan untuk menjawab permasalahan yang menjadi fokus penelitian yang mengkonsepkan hukum sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan Perundang-undangan15 (statue-approach), yaitu dengan meneelaah perundang-undangan yang berkaitan dengan Komisi Pemilihan Umum, Pemilihan Umum, dan Money Politics.

2. Pendekatan Konseptual (conceptual-approach), yaitu dengan menelaah dan memahami konsep-konsep16 demokrasi di Indonesia, Komisi Pemilihan Umum, dan Pemilihan Umum.

3. Pendekatan Sejarah (historical-approach), yaitu dengan menelaah rekonstruksi masa latihan secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, dan memverifikasi, serta mensistensikan bukti-bukti mendukung fakta untuk memperoleh kesimpulan.17

B. Jenis Bahan Hukum

13Sukisno B., Karakter Penelitian Hukum Normatif dan Sosiologis, Yogyakarta: PUSKUMBANGSIH LEPPA UGM, tanpa tahun, hal. 8.

14Roni Haritijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Graha, 1998, hal. 10.

15Peter Mahmud Murzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2007, hal. 96.

16Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: BayuMedia, 2007, hal. 391.

(12)

Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder sebagai data utama, yang terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer yakni Peraturan perundang-undangan meliputi: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

b. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 2011 tentang Partai Politik.

c. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu.

d. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 2011 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD dan Lampiran Peta Daerah Pemilihan dan Jumlah Kursi. e. Pasal 4 UU No. 22 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi

Penyelenggara Pemilu.

b. Bahan Hukum Sekunder, meliputi literatur-literatur yang terkait dengan permasalahan yang dikaji berasal dari buku-buku, pendapat ahli hukum, segi kepustakaan, dan artikel internet.

c. Bahan Hukum Tersier berupa kamus, yang terdiri dari kamus Bahasa Indonesia, kamus Hukum, dan berbagai kamus lain yang dibutuhkan.

C. Teknik Penelusuran Bahan Hukum

Teknik penelusuran bahan hukum dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi dan studi pustaka, serta dari internet. Untuk mendapatkan badan hukum yang dibutuhkan maka peneliti akan melakukan penulusuran bahan hukum di berbagai artikel di internet.

D. Teknik Analisis Bahan Hukum

Seluruh bahan hukum yang dikumpulkan, selanjutnya diinventaris, diklarifikasi, dan dianalisi dengan menggunakan analisi deskriptif, yang bertujuan untuk menguraikan berbagai permasalahan hukum yang ada, sehingga didapatkan solusi yang tepat, guna memberikan formulasi baru dalam konsep peran KPU dalam pengawasan money politics dalam pemilu di Indonesia.

(13)

yang berlaku dalam masyarakat sehari-hari serta situasi-situasi tertentu18. Tujuan dari penulisan deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, hubungan yang antar fenomena yang diteliti untuk mendapatkan suatu pemecahan. Setelah proses analisis, dilakukan proses sintesis dengan menarik dan menghilangkan rumusan masalah, tujuan penulisan serta pembahasan yang dilakukan. Berikutnya ditarik simpulan yang bersifat umum kemudian direkomendasikan beberapa hal sebagai upaya transfer gagasan.

BAB IV PEMBAHASAN

A. Kondisi Money Politic di Indonesia

(14)

Politik Uang atau Money Politic adalah bentuk penyuapan atau pemberian terhadap seseorang, dengan tujuan agar orang yang diberi tersebut diarahkan untuk memilih orang yang memberinya. Perilaku money politic dalam konteks politik sekarang, seringkali diatasnamakan sebagai bantuan, infaq, shadaqah, dan lain-lain.19 Realita yang terjadi saat ini adalah pemilihan umum (pemilu) di Indonesia sebagai pesta demokrasi dinilai tidak menerapkan dan menjalankan sistem demokrasi yang sebenarnya. Proses pelaksanaan pemilu di Indonesia saat ini telah mengalami kecurangan, yaitu dengan adanya “serangan fajar” atau yang biasa kita ketahui istilahnya sebagai money politic.

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya money politic di Indonesia. Kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang dibawah rata-rata menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya money politic. Angka kemiskinan di Indonesia cukup tinggi yang menyebabkan masyarakat kurang mampu membutuhkan cara cepat untuk mendapat uang. Kondisi tersebut menjadikan pemilu sebagai tempat mereka berlomba-lomba mencari uang. Para calon wakil rakyat pun ikut berlomba-lomba memberikan uang. Uang dalam money politic hanyalah sebagai media pemikat agar masyarakat memilih calon wakil rakyat yang memberi “sumbangan” kepada mereka. Dalam prakteknya, semakin besar jumlah uang yang diberi, semakin besar pula kemungkinan yang terpilih.20 Dengan demikian, diharapkan ada timbal balik yang terjadi, yaitu pemilih memilih calon wakil rakyat dalam ajang pemilu.

Faktor berikutnya yang menjadi penyebab terjadinya money politic dalam pemilu adalah rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai politik. Bagi masyarakat, siapapun calonnya atau diusung dari partai manakah mereka tidak menjadi masalah. Jika mereka mengetahui siapa saja calonnya, dari partai politik mana saja para calon tersebut berasal, bagaimana visi dan misi mereka, dan lain-lain,21 tidak ada pengaruhnya. Masyarakat tidak peduli dengan semua hal itu, karena yang terpenting adalah mereka mendapat uang. Jika kita melihat realita

19 Sabilal Rosyad, Praktik Money Politics Dalam Pemilu Legislatif di Kabupaten Pekalongan Tahun 2009 (Studi Sosio-Legal-Normatif), Semarang: UIN Walisongo, 2010, hal. 2.

20 Ismail, S. E., M. M., Pengaruh Money Politic Terhadap Daya Pilih Masyarakat di Kabupaten Tabalong, Tabalong: KPUD Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan, 2015, hal. 1.

(15)

yang terjadi saat ini, banyak wakil rakyat yang hanya menerima gaji buta dan merugikan masyarakat. Uang rakyat mereka korupsi Tindakan para wakil rakyat lakukan ini justru menurunkan ekonomi masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu, money politic harus diatasi dengan cara memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai betapa pentingnya kelangsungan hidup Indonesia beserta penduduknya berdasarkan apa yang mereka pilih. Selain itu, membantu perekonomian masyarakat kelas menengah ke bawah merupakan cara yang efektif agar kampanye pemilu tidak menjadi sebuah jalan pintas untuk mencari rezeki. Contohnya adalah dengan membuka lapangan pekerjaan, memberi pinjaman agar mereka bisa membuat usaha, dan lain sebagainya. Indonesia merupakan negara yang penduduknya banyak, namun kesejahteraan penduduknya rendah.

B. Optimalisasi Pengawasan KPU terhadap Money Politic

Sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 pasal 22E ayat (5) “Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.”. Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga yang menyelenggarakan pemilu, mempunyai kewajiban menjaga dan mengawasi marwah demokrasi di dalam masyarakat. Sejatinya fungsi dan kewenangan KPU dari sisi undang-undang dan implementasinya sudah baik, namun di dalam lingkungan masyarakat KPU menjadi sebuah lembaga yang sekedar mensosialisasi dan mengawasi pemilihan umum dan untuk pelaksaannya dikuasai oleh masyarakat.

(16)

politic biasanya merupakan oknum politik yang memiliki kemampuan keuangan yang banyak. Keuangan ini didapatkan dari sumbangan dalam jumlah yang besar.

Terbatasnya pengetahuan masyarakat mengenai profil calon menyebabkan pemilih sulit untuk menentukan pilihan calon yang tepat. Padahal masih banyak calon-calon yang memiliki track record dan kemampuan yang berkompeten. Namun demikian, para calon tersebut tidak dipilih oleh masyarakat karena elektabilitas mereka yang tidak sebanding dengan calon-calon yang melakukan

money politic. Gambaran umum tersebut menunjukkan fenomena money politic

yang telah menjadi rahasia umum di masyarakat. Eksistensi money politic dinilai sebagai suatu hal yang wajar karena persepsi masyarakat menganggap bahwa

money politic merupakan sebuah hubungan timbal balik yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Artinya pihak calon membutuhkan suara masyarakat untuk memenangkan pemilu dan mendapat kekuasaan, dan masyarakat membutuhkan uang. Sepanjang tanpa adanya pemaksaan, intimidasi, dan kekerasan politik lainnya, praktik money politic semacam ini biasanya sulit ditindak atau dikenai hukuman kecuali tertangkap basah dan/atau ada laporan dari masyarakat setempat.

(17)

sebuah upaya untuk mewujudkan optimalisasi KPU dalam pengawasan money politic terhadap pelaksanaan pemilu di Indonesia.

Pada hakikatnya, money politic telah menjadi sebuah kebiasaaan di dalam masyarakat, dan jika sebuah kebiasaaan telah melekat pada masyarakat akan sangat sulit untuk menghilangkannya. Tetapi kebiasaan tersebut dapat dikurangi, untuk itu KPU harus melakukan tindakan tegas dalam mengurangi dan mencegah

money politic di Indonesia. Tindakan KPU tersebut dapat diwujudkan melalui dibentuknya suatu satuan tugas yang khusus mengawasi money politic. Satuan tugas tersebut diberi wewenang untuk mengawasi dan menindak apabila terjadi

money politic di sebuah daerah. Satuan tugas ini ditempatkan di masing-masing wilayah pemilihan. Selain membentuk satuan tugas, KPU perlu membentuk aturan tersendiri yang mengatur sanksi tegas yang dapat membuat efek jera bagi calon yang melakukan money politic dan massa yang menerima money politic

tersebut.

BAB V PENUTUP

(18)

1. Money Politic dalam proses pelaksanaan pemilu di Indonesia merupakan suatu bentuk penyuapan di masa kampanye calon wakil rakyat terhadap masyarakat pemilih dengan tujuan uang atau barang yang diberikan dapat mengarahkan pemilih agar memilih calon wakil rakyat yang memberinya. Faktor-faktor penyebab terjadinya money politic adalah tingginya angka kemiskinan masyarakat Indonesia yang membutuhkan uang secara cepat dan rendahnya kepedulian masyarakat mengenai politik.

2. Dengan adanya money politic, perlu adanya suatu solusi optimalisasi peran KPU dalam pengawasan money politic terhadap perkembangan pemilu di Indonesia.

B. Saran

1. KPU perlu membuat aturan yang lebih tegas sehingga dapat memberikan efek jera bagi pelaku money politic. Selain itu, KPU dapat membentuk satuan tugas yang berwenang untuk mengawasi masyarakat di sebuah wilayah pemilihan, sehingga tindakan money politic dapat dihindari. 2. Masyarakat perlu memperhatikan track record dari masing-masing calon

wakil rakyat sehingga mereka bisa memilih calon yang berkompeten dan sesuai bagi kelangsungan pemerintahan di Indonesia. Selain itu, masyarakat perlu memahami hukum dan kehidupan politik agar mereka menyadari bahwa tindakan money politic merupakan tindakan yang merugikan dan melahirkan wakil rakyat yang hanya makan gaji buta serta tidak memikirkan nasib rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

Bismar Ariyanto, Perbandingan Penyelenggaraan Pemilu, hal. 1,

(19)

Dilihatya.com, Pengertian Pemilu Menurut Para Ahli, hal. 1,

http://dilihatya.com/762/pengertian-pemilu-menurut-para-ahli, diakses pada

tanggal 8 Desember 2016 pukul 19.43 WIB

Hasna Wahida Yunastri, Sebab-Akibat Politik Uang Dalam Pemilu, hal. 1,

http://www.hukumpedia.com/hasunachan/sebab-akibat-politik-uang-pada-pemilu,

diakses pada tanggal 12 Desember 2016 pukul 18.00 WIB

Husaini Usman dan Purnama Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial Cetakan Keempat, Jakarta: Bumi Aksara, 2003

Indonesiana.tempo.co, Money Politic, Revolusi Mental?, hal. 1, http://indonesiana.tempo.co/read/17092/2014/06/12/etha_kereta/money-politic-revolusi-mental, diakses pada tanggal 12 Desember 2016 pukul 17.46 WIB

Ismail, S. E., M. M., Pengaruh Money Politic Terhadap Daya Pilih Masyarakat di Kabupaten Tabalong, Tabalong: KPUD Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan, 2015

Istianahi, Money Politik Menurut Hukum, hal. 1, http://library.walisongo.ac.id diakses pada tanggal 13 Januari 2016 pukul 20.31 WIB

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: BayuMedia, 2007

Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005 Peter Mahmud Murzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2007

Roni Haritijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Graha, 1998

Sabilal Rosyad, Praktik Money Politics Dalam Pemilu Legislatif di Kabupaten Pekalongan Tahun 2009 (Studi Sosio-Legal-Normatif), Semarang: UIN Walisongo, 2010

Sukisno B., Karakter Penelitian Hukum Normatif dan Sosiologis, Yogyakarta: PUSKUMBANGSIH LEPPA UGM, 2015

www.kitapunya.net, Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Asas Pemilu, hal. 1-2,

(20)

www.kpu.go.id, Sejarah Lembaga Penyelenggara Pemilihan Umum, hal. 1-2,

http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/11/Pemilu-1999, diakses pada

tanggal 9 Desember 2016 pukul 17.45 WIB www.kpu.go.id, Tugas dan Kewenangan, hal. 1,

http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/5/Tugas-dan-Kewenangan,

Referensi

Dokumen terkait

Karakter biometrik dari 10 ekor induk dan 45 ekor benih berupa panjang standar dan bobot badan ikan digunakan untuk analisis koefisien variasi, pola pertumbuhan, dan faktor

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Kandungan nitrat pada stasiun yang terletak di sekitar muara sungai yaitu 1, 2 dan 3 mempunyai konsentrasi yang relatif lebih tinggi dari pada stasiun lainnya

172 Terry Penner.. arrive at a belief as to precisely what particular action actually available to the agent in the agent’s circumstances would be the really best means in question,

Maurice’s Self-Realization of Being a Homosexual after his Conflicts Seen in E.M Forster’s Maurice .Yogyakarta:.. Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Sanata

Hipotesis tindakan yang diajukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD 1

Mengembangkan program pendidikan dan peningkatan kapasitas kepada setiap kelompok pemangku kepentingan untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan dan mempertahankan nilai- nilai

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa untuk karakteristik persampahan pada perkantoran di Kecamatan Rappocini, jenis sampah yang paling banyak adalah sampah kering,