• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interferensi Bahasa Jawa Dalam Pembacaan Al-Qur`An Juz 30 Oleh Anak-Anak Di Kel.Sentang, Kec.Kisaran Timur, Asahan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Interferensi Bahasa Jawa Dalam Pembacaan Al-Qur`An Juz 30 Oleh Anak-Anak Di Kel.Sentang, Kec.Kisaran Timur, Asahan Chapter III V"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 2.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

2.7.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Kel.Sentang, Kec.Kisaran Timur, Kab.Asahan. Bertempat di Masjid Amaliyah lk. IV, di kediaman bapak Syamsul lk.IV, dan di kediaman ibu Lia lk.IV, dikediaman ibu Rumini lk.IV, dan dikediaman ibu Suliani lk. V.

3.1.2 Waktu Penelitian

No Nama Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6

1 Persiapan xxxx

2 Pengumpulan Data

xxxx

3 Pengolahan Data xxxx xxxx

4 Perumusan Awal xxxx xxxx

4 Penyusunan Laporan Akhir

xxxx

2.8 Jenis Penelitian

(2)

masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.

Adapun data penelitian ini berupa bahasa Arab lisan yang diucapkan oleh anak-anak suku Jawa dalam pembelajaran Iqra` dan al qur`an di Sentang, Kec.Kisaran Timur, Asahan

2.9 Papulasi dan Sample

Populasi didefenisikan sebagai keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan sample bermakna sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sample apabila kita bermaksud untuk menggenerealisasikan hasil penelitian sample (Arikunto,2006: 115-117)

Menurut Arikunto (2006: 120) apabila subjeknya kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi subjeknya besar, dapat diambil 10-15% atau 20-25%.

Anak-anak dalam pembelajaran Iqra` dan al-Qur`an di Kel.Sentang, Asahan berusia 6-12 tahun berjumlah 300 orang. Dari jumlah ini peneliti mengambil subjeknya sebanyak 30 orang.

Oleh sebab itu, karena subjek berjumlah 30 orang serta kurang dari 100 orang maka diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian sample. Sedangkan populasinya adalah anak-anak dalam pembelajaran Iqra` dan al-Qur`an berusia 6-12 tahun penutur bahasa Jawa sebagai bahasa Ibu.

2.10Teknik Pengumpulan Data 2.10.2 Metode Lapangan

(3)

a. Teknik Rekam

Dalam memperoleh data berupa bahasa Arab lisan yang diucapkan oleh anak-anak suku jawa di Kel.Sentang, Kec.Kisaran Timur, Asahan dalam pembacaan surah-surah pendek Juz 30, peneliti memberikan bacaan berupa kata-kata yang ada dalam ayat-ayat surah pendek Juz `30 yang mengandung bunyi-bunyi konsonan ﺙ[θ], ﺫ [ð], ﺡ [ħ], ﺥ [x], ﺵ [ʃ], ﺹ [ʂ], ﺽ [ɖ], ﻉ [ʕ], ,ﻍ [ɤ], ﻅ [ʑ], , ﻁ [ʈ],ﻕ [q] dan ﻑ[f]. Dalam hal ini peneliti melakukan rekaman dengan menggunakan alat rekam (tape recording).

b. Teknik Simak

Disebut metode simak karena dilakukan dengan menyimak pengguna bahasa. Setelah diperoleh data rekaman, peneliti menyimak hasil rekaman bacaan dari potongan kata-kata dalam Juz 30 informan secara berulang-ulang.

2.11Analisis Data

Metode yang peneliti gunakan dalam menganalisis data adalah metode deskriptif analisis. Menurut Arikunto (2007:234) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Tujuan metode deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematik dan fakta yang akurat dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu (Azwar,2010: 6-7)

Langkah-langkah kerja dalam penelitian:

1. Mengumpulkan data referensi yang berkaitan dengan judul

2. Membaca dan memahami referensi berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul

(4)

5. Observasi kembali untuk mengambil data 6. Mengklasifikasikan data

7. Menganalisis data

(5)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan inventori bunyi konsonan BA dan BJ, peneliti memperoleh adanya bunyi-bunyi konsonan BA yang tidak ada dalam inventori bunyi konsonan BJ. Adapun bunyi-bunyi konsonan tersebut adalah:

1. Bunyi konsonan hambat atau stop (ﺔﻴﻔﻗﻭ) /waqfiyah/ : ﻕ, ﻁ, ﺽ,[q, ʈ, ɖ] 2. Bunyi konsonan frikatif atau geseran (ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) /iḥtikākiy/ : ﺙ, ﺫ, ﺡ, ﺥ, ﺵ,

ﺹ, ﻉ, ,ﻍﻅ, ﻑ[θ, ð, ħ, x, ʃ, ʂ, ʕ, ɤ, ʑ, f]

Oleh karena itu, dalam melaksanakan perekaman, peneliti merekam informan melalui bacaan berupa potongan-potongan kata dari ayat Al Qur`an dalam Juz 30yang mengandung bunyi konsonan ﺙ[θ], ﺫ [ð], ﺡ [ħ], ﺥ [x], ﺵ [ʃ], ﺹ [ʂ], ﺽ [ɖ], ﻉ [ʕ], ,ﻍ [ɤ], ﻅ [ʑ], , ﻁ [ʈ],ﻕ [q].

Berdasarkan hasil rekaman dari pengucapan kata-kata BA pada ayat-ayat yang terdapat dalam Juz `amma oleh anak-anak penutur BJ, peneliti menemukan adanya interferensi fonologi BJ dalam pengucapan berupa potongan-potongan kata dalam ayat-ayat Juz `amma.

Adapun bunyi-bunyi konsonan yang mengalami interferensi adalah: 1. Bunyi konsonan ﺽ [ɖ] ,(ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻔﻗﻭ) waqfiy`asnāniy

mufakhkham majhūr atau stop dental velar bersuara yang berdistribusi di awal kata, tengah kata, dan akhir kata .

(6)

3. Bunyi konsonan ﻁ [ʈ],( ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻔﻗﻭ ) waqfi `asnaniy mufakhkham mahmūs atau stop dental velar tak bersuara yang berdistribusi yang berdistribusi di awal kata, tengah kata, dan akhir kata . 4. Bunyi konsonan ﺙ [θ] ,(ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) iḥtikākiy bayna `asnāniy

mahmūs atau frikatif interdental tak bersuara yang berdistribusi di awal kata, tengah kata, dan akhir kata .

5. Bunyi konsonan ﺡ[ħ],(ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) iḥtikākiy ḥalqiy mahmūs atau frikatif faringal tak bersuara yang berdistribusi di awal kata, tengah kata dan akhir kata .

6. Bunyi konsonan ﺫ [ð] , (ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) iḥtikākiy bayna `asnāniy majhūr atau frikatif interdental bersuara yang berdistribusi di awal kata, tengah kata dan akhir kata .

7. Bunyi konsonan ﺥ [x] , (ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) iḥtikākiy ṭabaqiy mahmūs atau frikatif velar tidak bersuara yang berdistribusi di awal kata, dan tengah kata.

8. Bunyi konsonan ﺵ [ʃ] ,(ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻱﻮﺜﻟ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ) iḥtikākiy lișșawiy mahmūs atau frikatif alveo palatal tidak bersuara yang berdistribusi di awal kata, tengah kata, dan akhir kata.

9. Bunyi konsonan ﺹ [ʂ] , (ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) iḥtikākiy mufakhkham mahmūs atau frikatif velar tidak bersuara yang berdistribusi di awal kata, dan tengah kata.

10.Bunyi konsonan ﻉ[ʕ] ,(ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) iḥtikākiy halqiy majhūr atau frikatif faringal bersuarayang berdistribusi di awal kata, tengah kata dan akhir kata.

11.Bunyi konsonan ﻍ[ɤ] , (ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻘﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) iḥtikakiy tabaqiy majhūr atau frikatif velar bersuara yang berdistribusi di awal kata, tengah kata, dan akhir kata.

(7)

13.Bunyi konsonanﻑ [ f ] , (ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻱﻮﻔﺷ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) iḥtikakiy syafawiy asnaniy mahmūs atau frikatif labio dental tidak bersuara.

4.2 Pembahasan

Untuk melihat bagaimana terjadinya proses interferensi fonologi BJ dalam BAQ yang dibaca oleh anak-anak pembelajar Iqra` dan Al Qur`an di Kel.Sentang, Asahan melalui kata-kata dalam ayat-ayat yang terdapat dalam Juz `amma serta di mana saja distribusi bunyi-bunyi konsonan BA yang mengalami interferensi fonologi BJ dalam BAQ yang dibaca oleh anak-anak pembelajar Iqra` dan Al Qur`an di Kel.Sentang, Asahan. Dapat dijelaskan dilihat dalam pembahasan berikut ini.

4.2.1 Interferensi fonologi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan hambat atau stop (ﺔﻴﻔﻗﻭ) /waqfiyah/

4.2.1.1 Interferensi BJ dalam pengucapan konsonan ﺽ [ɖ] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻔﻗﻭ

ﻢﺨﻔﻣ /waqfiy`asnāniy mufakhkham majhūr/ (stop dental velarized

bersuara) sebagai berikut :

BAQ BJ Arti Q.S

(8)

Di akhir ﺾﻘﻳ [yaqɖi]

ﺪﻘﻳ [yaqḍi]

‘melaksanakan’ (Q.S : 80) ﻩﺮﻣﺃ ﺎﻣ ﺾﻘﻳ ﺎﻤﻟ ﻼﻛ ﺾﺤﻳ

[yaħuɖɖu]

ﺪﺤﻳ [yaħuḍḍu]

‘menganjurkan’ (Q.S :107) ...ﻰﻠﻋ ﺾﺤﻳ ﻻﻭ ﻰﺿﺮﻳ

[yarɖa:]

ﻯﺩﺮﻳ [yarḍa:]

‘mendapat kepuasan’

(Q.S : 92) ﻰﺿﺮﻳ ﻑﻮﺴﻟﻭ

Pada data di atas terlihat adanya interferensi fonologi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﺽ [ɖ] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻔﻗﻭ /waqfiy`asnāniy mufakhkham majhūr/ (stop dental velar bersuara) yang berdistribusi di awal kata, di tengah kata dan di akhir kata diucapkan menjadi bunyi konsonan [ḍ] apiko dental oleh penutur BJ.

Dalam BA bunyi konsonan ﺽ [ɖ] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻔﻗﻭ /waqfiy`asnāniy mufakhkham majhūr/ (stop dental velar bersuara) adalah bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah yang bersentuhan dengan lengkung kaki gigi depan atas, dan belakang lidah juga dinaikkan hampir menyentuh langit-langit lunak, sedangkan pita suara pada saat itu terbuka sedikit sehingga udara mengalami getaran.

Sedangkan bunyi [ḍ] apiko dental tidak bersuara dalam BJ yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan gigi atas, diucapkan dengan cara menghambat arus udara dari paru-paru secara penuh, kemudian dilepaskan secara tiba-tiba dengan disertai aspirasi, tetapi pita suara tidak ikut bergetar.

Dalam proses interferensi ini terlihat adanya perubahan artikulasi bunyi konsonan ﺽ [ɖ] yang berada pada ujung lidah bersentuhan dengan lengkung kaki gigi depan atas dan belakang lidah hampir menyentuh langit-langit lunak berubah menjadi hambatan ujung lidah menyentuh gigi atas, terlihat adanya perbedaan letak artikulasi.

(9)

BA yang berdistribusi di awal kata ﺔﻜﺣﺎﺿ[ɖa:ħikatun] ‘tertawa’ menjadi ﺔﻜﺣﺍﺩ [ḍa:ħikatun], demikian juga dengan konsonan ﺽ [ɖ] yang berdistribusi di tengah kata ﻞﻴﻠﻀﺗ [taɖli:l] `sia-sia` menjadi ﻞﻴﻟﺪﺗ [taḍli:lin] ‘kesenangan’ , ﺔﻴﺿﺍﺭ [ra:ɖiyah] `memuaskan` menjadi ﺔﻳﺩﺍﺭ [ra:ḍiyatun] , dan bunyi konsonan ﺽ [ɖ] yang berdistribusi di akhir kata ﺾﺤﻳ [yaħuɖɖu] `mendorong` menjadi ﺪﺤﻳ [yaħuḍḍu] ‘batas’ , dalam hal ini terlihat bahwa interferensi fonologi BJ ke dalam BA mengalami perubahan makna dan hilangnya makna.

Bunyi konsonan ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻔﻗﻭ /waqfiy`asnāniy mufakhkham majhūr/ (stop dental velar bersuara) : ﺽ [ɖ] merupakan bunyi konsonan yang tidak ada dalam struktur bunyi BJ sehingga informan menggantinya dengan bunyi konsonan dalam BJ yang memiliki artikulasi berdekatan dengan bunyi konsonan ﺽ [ɖ] dalam BA. Selain itu, hal ini terjadi karena tidak ada pengetahuan informan tentang titik artikulasi dalam pengucapan bunyi konsonan hambat atau stop (ﺔﻴﻔﻗﻭ) /waqfiyah/ ﺽ [ɖ]. Kurangnya latihan bagi informan dikarenakan pengajar atau pendidik yang kurang melatih informan dan dikarenakan informan malas mengulang di rumah dalam mengucapkan bunyi konsonan BA ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻔﻗﻭ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ /waqfiy`asnāniy mufakhkham majhūr/ (stop dental velar bersuara) : ﺽ [ɖ]

4.2.1.2 Interferensi fonologi BJ dalam pengucapan konsonan ﻕ [q] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ /waqfiy halqiy mahmūs/ (stop uvular tak bersuara) sebagai berikut:

BAQ BJ Arti Q.S

Di awal ﺩﻮﻌﻗ [qu ʕu:dun]

ﺩﻮﻌﻛ [ku ʕu:dun]

‘duduk’ ( Q.S : 85) ﺩﻮﻌﻗ ﺎﻬﻴﻠﻋ ﻢﻫﺫﺇ ﺉﺮﻗ

[quriʔa]

ﺉﺮﻛ [kuriʔa]

‘dibacakan’ (Q.S : 84) ....ﻢﻬﻴﻠﻋ ﺉﺮﻗ ﺍﺫﺇﻭ ﻞﺘﻗ

[qutila]

ﻞﺘﻛ [kutila]

‘celakalah’ (Q.S : 80) ﻩﺮﻔﻛﺃ ﺎﻣ ﻥﺎﺴﻧﻹﺍ ﻞﺘﻗ

(10)

[laqa:dirun] [laka:dirun] ﺭﺩﺎﻘﻟ ﻪﻌﺟﺭ ﻰﻠﻋ...

Pada data di atas terlihat adanya interferensi fonologi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﻕ [q] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ /waqfiy halqiy mahmūs/ (stop uvular tak bersuara) yang berdistribusi di awal kata, tengah kata dan akhir kata diucapkan menjadi bunyi konsonan [k] dorso velar oleh penutur BJ.

Dalam BA bunyi konsonan ﻕ [q] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ /waqfiy halqiy mahmūs/ (stop uvular tak bersuara) adalah bunyi konsonan ini dihasilkan oleh akar lidah yang bersetuhan dengan langit-langit lunak dan anak tekak, ketika itu udara yang keluar dari paru-paru terhambat pada titik artikulasinya, kemudian akar lidah dilepas dari titik sentuhnya maka udara keluar lalu diikuti oleh pita suara yang terbuka dan tidak bergetar.

(11)

Dalam proses interferensi ini terlihat adanya perubahan artikulasi dari akar lidah yang bersentuhan dengan langit-langit lunak dan anak tekak berubah menjadi pangkal idah dan langit-langit lunak.

Dengan adanya interferensi BJ pada bunyi konsonan ﻕ [q] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ /waqfiy halqiy mahmūs/ (stop uvular tak bersuara) yang berdistribusi di awal ﺉﺮﻗ [quriʔa] ‘dibacakan’ menjadi ﺉﺮﻛ [kuriʔa], demikian juga bunyi konsonan ﻕ [q] yang berdistribusi di tengah kata ﻰﻀﻘﻳ [yaqɖi:] ‘melaksanakan` menjadi ﻰﻀﻜﻳ [yakɖi:] , dan bunyi konsonan ﻕ [q] yang berdistribusi di akhir kata ﻖﻴﺣﺭ [raħi:qin] ‘khamar tidak memabukkan’ menjadi ﻚﻴﺣﺭ[raħi:kin] , dalam hal ini terlihat bahwa interferensi fonologi BJ ke dalam BA mengalami hilangnya makna. Bunyi konsonan ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ /waqfiy halqiy mahmūs/ (stop uvular tak bersuara) ﻕ [q] merupakan bunyi konsonan yang tidak ada dalam struktur bunyi BJ sehingga informan menggantinya dengan bunyi konsonan dalam BJ sebagai bunyi yang memiliki artikulasi berdekatan dengan bunyi konsonan ﻕ [q] dalam BA. Selain itu, hal ini terjadi karena tidak ada pengetahuan informan tentang titik artikulasi dalam pengucapan bunyi konsonan hambat atau stop (ﺔﻴﻔﻗﻭ) /waqfiyah/ ﻕ [q]. Kurangnya latihan bagi informan dikarenakan pengajar atau pendidik yang kurang melatih informan dan dikarenakan informan malas mengulang di rumah dalam mengucapkan bunyi konsonan BAﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ /waqfiy halqiy mahmūs/ (stop uvular tak bersuara) ﻕ [q].

4.2.1.3 Interferensi BJ dalam pengucapan konsonan ﻁ [ʈ] ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻔﻗﻭ ﺱﻮﻤﻬﻣ /waqfi `asnaniy mufakhkham mahmūs/ (stop dental velarized tak bersuara) sebagai berikut :

BAQ BJ Arti Q.S

Di awal ﺭﻮﻁ

[ʈu:ri]

ﺭﻮﺗ [tu:ri]

‘bukit’ (Q.S : 95) ﻦﻴﻨﻴﺳ ﺭﻮﻁﻭ ﺍﺮﻴﻁ

[ʈaira:n]

ﺍﺮﻴﺗ [taira:n]

‘burung’ (Q.S : 105) ﻞﻴﺑﺎﺑﺃ ﺍﺮﻴﻁ ﻢﻬﻴﻠﻋ...

(12)

[suʈiħat] [sutiħat] ﺖﺤﻄﺳ ﻒﻴﻛ....

Pada data di atas terlibat adanya interferensi fonologi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﻁ [ʈ] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻔﻗﻭ /waqfi `asnaniy mufakhkham mahmūs/ (stop dental velarized tak bersuara) yang berdistribusi di awal kata, tengah kata dan akhir kata yang diucapkan menjadi bunyi konsonan [ṭ] apiko palatal dan [t] apiko dental oleh penutur BJ.

Dalam BA bunyi konsonan ﻁ [ʈ] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻔﻗﻭ /waqfi `asnaniy mufakhkham mahmūs/ (stop dental velar tak bersuara) adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara menghambat udara pada ujung lidah yang bersentuhan dengan lengkung kaki gigi depan atas secara bersamaan lidah bagian belakang dinaikkan hampir mencapai langit-langit lunak, udara mengalir dari paru-paru dan terdesak pada titik artikulasi sehingga pita suara mengalami alur sempit dan bergetar, ketika itu ujung lidah diturunkan maka udara mengaalir keluar dari mulut .

Sedangkan bunyi konsonan [ṭ] apiko palatal dalam BJ adalah bunyi yang diucapkan dengan menghambat udara pada ujung lidah dan langit-langit keras. Diucapkan dengan cara menghambat secara penuh arus udara dari paru-paru, kemudian dilepaskan secara tiba-tiba, tetapi pita suara tidak ikut bergetar.

(13)

lidah bagian belakang dinaikkan hampir mencapai langit-langit lunak berubah menjadi bunyi yang diucapkan dengan hambatan ujung lidah dan langit-langit keras yang bersentuhan, sedangkan udara terhambat pada artikulasi tersebut.

Dengan adanya interferensi BJ pada bunyi konsonan ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻔﻗﻭ /waqfi `asnaniy mufakhkham mahmūs/ (stop dental velar tak bersuara) ﻁ[ʈ] dalam BA yang berdistribusi di awal kata ﺭﻮﻁ [ʈu:ri] ‘bukit’ menjadi ﺭﻮﺗ [tu:ri], demikian juga bunyi konsonan ﻁ[ʈ] yang berdistribusi di tengah kata ﻚﻴﻄﻌﻳ [yuʕʈi:ka] ‘memberikan’ menjadi ﻚﻴﺘﻌﻳ [yuʕti:ka], dan bunyi konsonan ﻁ[ʈ] yang berdistribusi di akhir kata ﻂﻴﺤﻣ [muħi:ʈun] ‘mengepung’ menjadi ﺖﻴﺤﻣ [muħi:tun] , dalam hal ini interferensi fonologi BJ ke dalam BA mengakibatkan hilangnya makna.

Bunyi konsonan ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻔﻗﻭ /waqfi `asnaniy mufakhkham mahmūs/ (stop dental velar tak bersuara) ﻁ [ʈ] merupakan bunyi konsonan yang tidak ada dalam struktur bunyi BJ sehingga informan menggantinya dengan bunyi konsonan dalam BJ sebagai bunyi yang memiliki artikulasi berdekatan dengan bunyi konsonan ﻁ [ʈ] dalam BA. Selain itu, hal ini terjadi karena tidak ada pengetahuan informan tentang titik artikulasi dalam pengucapan bunyi konsonan hambat atau stop (ﺔﻴﻔﻗﻭ) /waqfiyah/ ﻁ [ʈ]. Kurangnya latihan bagi informan dikarenakan pengajar atau pendidik yang kurang melatih informan dan dikarenakan informan malas mengulang di rumah dalam mengucapkan bunyi konsonan BA ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻔﻗﻭ /waqfi `asnaniy mufakhkham mahmūs/ (stop dental velar tak bersuara) ﻁ [ʈ].

4.2.2 Interferensi foonologi BJ dalam pengucapan Bunyi konsonan frikatif atau geseran (ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) /iḥtikākiy/

4.2.2.1 Interferensi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﺙ[θ] ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy bayna `asnāniy mahmūs/ (frikatif interdental tak bersuara) sebagai berikut:

(14)

Di awal ﺎﺟﺎﺠﺛ

‘dibangkitkkan’ (Q.S : 100) ﺭﻮﺒﻘﻟﺍ ﻰﻓﺎﻣ ﺮﺜﻌﺑ ﺍﺫﺇ....

Pada data di atas terlihat adanya interferensi fonologi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﺙ[θ] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy bayna `asnāniy mahmūs/ (frikatif interdental tak bersuara) yang berdistribusi di awal, tengah dan akhir kata diucapkan menjadi bunyi konsonan [s] lamino alveolar oleh penutur BJ.

(15)

Sedangkan bunyi konsonan [s] lamino alveolar tidak bersuara dalam BJ adalah bunyi yang dihasilkan oleh daun lidah dan gusi dalam atas. Diucapkan dengan menaikkan lidah ke gigi dalam atas sehingga udara yang keluar dari paru-paru mengalami penyempitan pada daerah artikulasi, tetapi pita suara tidak ikut bergetar.

Dalam proses interferensi ini terlihat adanya perubahan artikulasi dari ujung lidah yang bersentuhan di antara gigi depan atas dan bawah berubah menjadi bunyi yang diucapkan daun lidah yang bersentuhan dengan gusi dalam atas.

Dengan adanya interferensi bunyi konsonan ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy bayna `asnāniy mahmūs/ (frikatif interdental tak bersuara) ﺙ[θ] yang berdistribusi di awal kata ﺖﻠﻘﺛ [θaqulat] `yang berat` menjadi ﺖﻠﻘﺳ [saqulat], demikian juga bunyi konsonan ﺙ[θ] yang berdistribusi di tengah kata ﺮﺜﻌﺑ [buʕθira] ‘dibangkitkan’ menjadi ﺮﺴﻌﺑ [buʕsira] , dan bunyi konsonan ﺙ[θ] ﺙﺪﺤﺗ[tuħaddiθu] ‘menceritakan’ menjadi ﺱﺪﺤﺗ [tuħaddisu], dalam hal ini interferensi fonologi BJ ke dalam BA mengakibatkan hilangnya makna.

Bunyi konsonan ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy bayna `asnāniy mahmūs/ (frikatif interdental tak bersuara) ﺙ[θ] merupakan bunyi konsonan yang tidak ada dalam struktur bunyi BJ sehingga informan menggantinya dengan bunyi konsonan dalam BJ sebagai bunyi yang memiliki artikulasi berdekatan dengan bunyi konsonan ﺙ[θ] dalam BA. Selain itu, hal ini terjadi karena tidak ada pengetahuan informan tentang titik artikulasi dalam pengucapan bunyi konsonan frikatif atau geseran (ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) /iḥtikākiy/ : ﺙ[θ] . Kurangnya latihan bagi informan dikarenakan pengajar atau pendidik yang kurang melatih informan dan dikarenakan informan malas mengulang di rumah dalam mengucapkan bunyi konsonan BAﺱﻮﻤﻬﻣ

ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy bayna `asnāniy mahmūs/ (frikatif interdental tak bersuara) ﺙ[θ].

(16)

BAQ BJ Arti Q.S

Pada data di atas terlihat adanya interferensi fonologi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﺡ[ħ] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy ḥalqiy mahmūs/ [frikatif faringal tak bersuara] yang berdistribusi d awal kata, di tengah kata, dan akhir kata diucapkan menjadi bunyi konsonan [h] laringal oleh penutur BJ.

(17)

pada alat ucap bersamaan dengan itu pita suara terbuka lebar, bunyi ini adalah bunyi tidak bersuara.

Sedangkan bunyi konsonan [h] laringal dalam BJ adalah bunyi konsonan yang hambatan berupa pangkal tenggorok atau rongga laring, khususnya di tempat sepasang pita suara. Diucapkan dengan hambatan berupa pangkal tenggorok atau rongga laring, khususnya di tempat sepasang pita suara, menyempitkan glottis pada sepasang pita suara sehingga arus udara dari paru-paru terhalang dan keluar dengan bergeser.

Dalam proses interferensi ini terlihat aanya perubahan artikulasi dari keterlibatan dinding belakang kerongkongan dan akar lidah berubah menjadi bunyi konsonan yang hambatan berupa pangkal tenggorok atau rongga laring.

Dengan adanya interferensi BJ pada bunyi konsonan ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ /iḥtikākiy bayna `asnāniy mahmūs/ (frikatif interdental tak bersuara) ﺡ[ħ] dalam BA yang berdistribusi di awal kata ﺎﺒﺣ[ħabba:n] ‘biji-bijian’ menjadi ﺎﺒﻫ [habba:n] ‘oleh’, demikian juga bunyi konsonan ﺡ[ħ] yang berdistribusi di tengah kata ﺭﺎﺤﺑ[biħa:ru] ‘lautan’ menjadi ﺭﺎﻬﺑ [biha:ru] , dan bunyi konsonan ﺡ[ħ] yang berdistribusi di akhir kata ﺡﺩﺎﻛ [ka:diħun] ‘sungguh-sungguh’ menjadi ﻩﺩﺎﻛ [ka:dihun], ﺎﺣﺪﻛ [kadħa:n] ‘pasti’ menjadi ﺎﻫﺪﻛ [kadha:n] , dalam hal ini terlihat adanya interferensi fonologi BJ ke dalam BA mengakibatkan perubahan dan hilangnya makna.

(18)

konsonan BAﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy bayna `asnāniy mahmūs/ (frikatif interdental tak bersuara) ﺡ [ħ].

4.2.2.3Interferensi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﺫ[ð] ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ

ﺭﻮﻬﺠﻣ /iḥtikākiy bayna `asnāniy majhūr/ (frikatif interdental bersuara) sebagai berikut:

(19)

menjadi bunyi konsonan [z] lamino alveolar dan [j] medio palatal oleh penutur BJ.

Dalam BA bunyi konsonan ﺫ[ð] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy bayna `asnāniy majhūr/ (frikatif interdental bersuara) yaitu bunyi konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah berada di antara gigi depan atas dan bawah, kemudian udara mengalir dari paru-paru dan bergeser di antara celah-celah ujung lidah serta gigi depan atas dan bawah sekaligus pada waktu pita suara mengalami penyempitan.

Sedangkan bunyi konsonan [z] lamino alveolar bersuara dalam BJ yaitu bunyi yang diucapkan dengan hambatan daun lidah dan gusi dalam atas. Diucapkan dengan menyempitkan jalan arus udara terhambat dan keluar dengan bergeser dan pita suara ikut bergetar dan [j] medio palatal dalam BJ adalah bunyi yang dihasilkan oleh hambatan berupa tengah lidah dan langit-langit keras, bunyi ini diucapkan dengan menghambat arus udara dari paru-paru secara penuh kemudian melepaskannya secara tiba-tiba dengan disertai aspirasi dan pita suara ikut bergetar.

Dalam proses interferensi ini terlihat adanya perubahan artikulasi dari ujung lidah berada di antara gigi depan atas dan bawah berubah menjadi bunyi yang dihasilkan oleh hambatan berupa tengah lidah dan langit-langit keras.

Dengan adanya interferensi bunyi konsonan ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy bayna `asnāniy majhūr/ (frikatif interdental bersuara) ﺫ[ð] yang berdistribusi di awal kata ﺎﻫﺍﺮﻛﺫ [ðikra:ha] ‘menyebutkan’ menjadi ﺎﻫﺍﺮﻜﺟ [jikra:ha] , demikian juga bunyi konsonan ﺫ[ð] yang berdistribusi di tengah kata ﺎﺑﺍﺬﻛ [kiðða:ba:n] ‘mendustakan’ menjadi ﺎﺑﺎﺠﻛ [kijja:ba:n], dan bumyi konsonan ﺫ[ð] yang berdistribusi di akhir kata ﺬﺌﻣﻮﻳ[yaumaʔiðin] ‘pada hari itu’ menjadi ﺞﺌﻣﻮﻳ [yaumaʔijin] ,dalam hal ini terlihat adanya interferensi BJ ke dalam BA yang mengakibatkan hilangnya makna .

(20)

dalam struktur bunyi BJ sehingga informan menggantinya dengan bunyi konsonan dalam BJ sebagai bunyi yang memiliki artikulasi berdekatan dengan bunyi konsonan ﺫ[ð] dalam BA. Selain itu, hal ini terjadi karena tidak ada pengetahuan informan tentang titik artikulasi dalam pengucapan bunyi konsonan frikatif atau geseran (ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) /iḥtikākiy/ : ﺫ[ð] .Kurangnya latihan bagi informan dikarenakan pengajar atau pendidik yang kurang melatih informan dan dikarenakan informan malas mengulang di rumah dalam mengucapkan bunyi konsonan BA ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ /iḥtikākiy bayna `asnāniy majhūr/ (frikatif interdental bersuara) ﺫ[ð]. 4.2.2.4 Interferensi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﺥ [x] ﻲﻘﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ

ﺱﻮﻤﻬﻣ /iḥtikākiy ṭabaqiy mahmūs/ [frikatif velar tidak bersuara]

(21)

[frikatif velar tidak bersuara] yang berdistribusi di awal kata dan tengah kata diucapkan menjadi [h] laringal oleh penutur BJ.

Dalam BA bunyi konsonan ﺥ [x] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy ṭabaqiy mahmūs/ [frikatif velar tidak bersuara] adalah bunyi yang dihasilkan dengan menaikkan belakang lidah ke arah langit-langit lunak, kemudian udara mengalir dari paru-paru dan terdesak di celah-celah belakang lidah dan langit-langit keras, bersamaan dengan itu pita suara terbuka lebar, bunyi ini adalah bunyi tidak bersuara.

Sedangkan bunyi konsonan [h] laringal tidak bersuara dalam BJ adalah bunyi yang dihasilkan oleh hambatan berupa pangkal tenggorok atau rongga laring, khususnya di tempat sepasang pita suara. Diucapkan dengan hambatan berupa pangkal tenggorok atau rongga laring, khususnya di tempat sepasang pita suara, menyempitkan glottis pada sepasang pita suara sehingga arus udara dari paru-paru terhalang dan keluar dengan bergeser.

Dalam proses interferensi ini terihat adanya perubahan artikulasi dari menaikkan belakang lidah ke arah langit-langit lunak berubah menjadi bunyi yang dihasilkan oleh hambatan berupa pangkal tenggorok atau rongga laring, khususnya di tempat sepasang pita suara.

Dengan adanya interferensiﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy ṭabaqiy mahmūs/ [frikatif velar tidak bersuara] ﺥ[x] dalam BA yang berdistribusi di awal kata ﻖﻠﺧ[xuliqa] ‘diciptakan’ menjadi ﻖﻠﻫ [huliqa], demikian juga bunyi konsonan ﺥ[x] yang berdistribusi di tengah kata ﺕﺮﺧﺃ[ʔaxxarat] ‘dilalaikan’ menjadi ﺕﺮﻫﺃ [ʔahharat] , dalam hal ini terlihat adanya interferensi BJ ke dalam BA yang mengakibatkan hilangnya makna.

(22)

tentang titik artikulasi dalam pengucapan bunyi konsonan frikatif atau geseran (ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) /iḥtikākiy/ : ﺥ[x] . Kurangnya latihan bagi informan dikarenakan pengajar atau pendidik yang kurang melatih informan dan dikarenakan informan malas mengulang di rumah dalam mengucapkan bunyi konsonan BAﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy ṭabaqiy mahmūs/ [frikatif velar tidak bersuara] ﺥ[x].

4.2.2.5 Interferensi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﺵ [ ʃ ] , ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ

(23)

Pada data di atas terlihat adanya interferensi fonologi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﺵ[ ʃ ] ,ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻱﻮﺜﻟ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy lișșawiy mahmūs/ [frikatif alveo palatal tidak bersuara] yang berdistribusi di awal kata, tengah kata, dan akhir kata diucapkan menjadi bunyi konsonan [s] lamino alveolar oleh penutur BJ.

Dalam BA bunyi konsonan ﺵ[ ʃ ] ,ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻱﻮﺜﻟ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy lișșawiy mahmūs/ [frikatif alveo palatal tidak bersuara] adalah bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan daun lidah yang dinaikkan ke belakang pangkal gigi depan atas dan langit-langit keras sehingga bersentuhan, gigi depan atas dan bawah dalam keadaan rapat, kemudian keluar dari paru-paru dan terdesak di celah-celah alat ucap dan keluar dengan mengalami geseran, pada saat itu pita suara dalam keadaan terbuka lebar, bunyi adalah bunyi tidak bersuara.

Sedangkan bunyi konsonan [s] lamino alveolar tidak bersuara dalam BJ yaitu bunyi yang diucapkan dengan hambatan daun lidah dan gusi dalam atas. Diucapkan dengan cara menyempitkan jalannya arus udara dari paru-paru sehingga arus udara terhalang dan keluar dengan bergeser, tetapi pita suara tidak ikut bergetar.

Dalam proses interferensi ini terlihat adanya perubahan artikulasi dari ujung lidah dan daun lidah yang dinaikkan ke belakang pangkal gigi depan atas dan langit-langit keras sehingga bersentuhan berubah menjadi bunyi yang diucapkan dengan hambatan daun lidah dan gusi dalam atas.

(24)

Bunyi konsonan ,ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻱﻮﺜﻟ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy lișșawiy mahmūs/ [frikatif alveo palatal tidak bersuara]ﺵ[ ʃ ] merupakan bunyi konsonan yang tidak ada dalam struktur bunyi BJ sehingga informan menggantinya dengan bunyi konsonan dalam BJ sebagai bunyi yang memiliki artikulasi berdekatan dengan bunyi konsonan ﺵ[ ʃ ] dalam BA. Selain itu, hal ini terjadi karena tidak ada pengetahuan informan tentang titik artikulasi dalam pengucapan bunyi konsonan frikatif atau geseran (ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) /iḥtikākiy/ : ﺵ[ ʃ ] . Kurangnya latihan bagi informan dikarenakan pengajar atau pendidik yang kurang melatih informan dan dikarenakan informan malas mengulang di rumah dalam mengucapkan bunyi konsonan BA,ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻱﻮﺜﻟ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy lișșawiy mahmūs/ [frikatif alveo palatal tidak bersuara]ﺵ[ ʃ ].

(25)

ﻰﻠﺼﻴﺳ [sayaʂla:]

ﻰﻠﺴﻴﺳ [sayasla:]

‘akan masuk’ (Q.S : 111) ...ﺍﺭﺎﻧ ﻰﻠﺼﻴﺳ

Di akhir - - - -

Pada data diatas terlihat adanya interferensi fonologi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﺹ [ʂ] , ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻢﺨﻔﻣ /iḥtikākiy mufakhkham mahmūs/ (frikatif velarized tidak bersuara) yang berdistribusi di awal kata dan tengah kata diucapkan menjadi [s] lamino alveolar oleh penutur BJ.

Dalam BA bunyi konsonan ﺹ [ʂ] , ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻢﺨﻔﻣ /iḥtikākiy mufakhkham mahmūs/ (frikatif velarized tidak bersuara) adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara mengangkat depan lidah ke langit-langit lunak disertai dengan tengah lidah sekaligus bersentuhan dengan gigi geraham atas, sedangkan gigi depan atas dan bawah dalam keadaan rapat, kemudian udara dikeluarkan dari paru-paru dan terdesak pada celah-celah alat ucap yang bersentuhan sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran udara dan bersamaan dengan itu pita sura terbuka lebar, bunyi adalah bunyi tidak bersuara.

Sedangkan bunyi konsonan [s] lamino alveolar tidak bersuara dalam BJ adalah bunyi yang dihasilkan oleh diucapkan dengan hambatan daun lidah dan gusi dalam atas. Diucapkan dengan cara menyempitkan jalannya arus udara dari paru-paru sehingga arus udara terhalang dan keluar dengan bergeser, tetapi pita suara tidak ikut bergetar.

Dalam proses interferensi ini terihat adanya perubahan artikulasi dari mengangkat depan lidah ke langit-langit lunak disertai dengan tengah lidah sekaligus bersentuhan dengan gigi geraham atas berubah menjadi bunyi yang dihasilkan oleh diucapkan dengan hambatan daun lidah dan gusi dalam atas. Jadi bunyi yang dihasilkan berdekatan.

(26)

BA yang berdistribusi di awal ﻒﺤﺻ [ʂuħufin] ‘dalam kitab-kitab’ menjadi ﻒﺤﺳ [suħufin], demikian juga bunyi konsonan ﺹ[ʂ] yang berdistribusi di tengah kata ﻰﻠﺼﻴﺳ [sayaʂla:] `kelak dia akan masuk` menjadi ﻰﻠﺴﻴﺳ [sayasla:], dalam hal ini terlihat interferensi BJ ke dalam BA mengakibatkan hilangnya makna.

(27)

[al qa:riʕatu] [al qa:riʔatu] ﺔﻋﺭﺎﻘﻟﺍ

Di akhir ﻉﺪﻳ

[yadiʕʕu]

ﺉﺪﻳ [yadiʔʔu]

‘menghardik’ (Q.S : 107) ﻢﻴﺘﻴﻟﺍ ﻉﺪﻳ ﻱﺬﻟﺍ.... ﻊﻓﺭ

[rafaʕa]

ﺊﻓﺭ [rafaʔa]

‘dia meninggikan’

(Q.S : 79) ﺎﻫﺍﻮﺴﻓ ﺎﻬﻜﻤﺳ ﻊﻓﺭ ﺎﻌﺘﻣ

[mataʕa:n]

ﺎﺌﺘﻣ [mataʔa:n]

‘kesenangan’ (Q.S : 79) ﻢﻜﻣﺎﻌﻧﻷﻭ ﻢﻜﻟﺎﻌﺘﻣ

Pada data di atas terlihat adanya interferensi fonologi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﻉ [ ʕ ] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy halqiy majhūr/ [frikatif faringal bersuara] yang berdistribusi di awal kata, tengah kata, dan akhir kata diucapkan menjadi bunyi konsonan [ʔ] glotal stop dan bunyi konsonan [k] dorso velar oleh penutur BJ.

Dalam BA bunyi konsonan ﻉ [ ʕ ] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy halqiy majhūr/ [frikatif faringal bersuara] yaitu bunyi konsonan yang dihasilkan adanya sentuhan akar lidah dengan dinding tenggorokkan, kemudian udara yang keluar dari paru-paru terdesak pada celah-celah alat ucap yang bersentuhan tersebut sehingga udara bergeser, pada saat proses ini berlangsung pita suara mengalami penyempitan, sehingga posisi mulut agak terbuka, bunyi ini adalah bunyi bersuara.

(28)

rapat kemudian melepaskannya secara tiba-tiba sehingga terjadi letupan, tetapi pita suara tidak ikut bergetar.

Dalam proses interferensi ini terlihat adanya perubahan artikulasi dari sentuhan akar lidah dengan dinding tenggorokkan berubah menjadi bunyi konsonan yang diucapkan diucapkan dengan hambatan pada pangkal lidah dan langit-langit lunak.

Dengan adanya interferensi BJ pada bunyi konsonan ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy halqiy majhūr/ [frikatif faringal bersuara] ﻉ[ʕ] dalam BA yang berdistribusi di awal kata ﺔﻴﻟﺎﻋ [ʕa:liyatan] ‘tinggi’ menjadi ﺔﻴﻟﺎﺋ [ʔa:liyatan], demikian juga bunyi konsonan ﻉ[ʕ] yang berdistribusi di tengah kata ﺔﻋﺭﺎﻘﻟﺍ[al qa:riʕatu]‘ hari kiamat’ menjadi ﺔﺋﺭﺎﻘﻟﺍ [al qa:riʔatu] ‘pembaca’ , dan bunyi konsonan ﻉ[ʕ] yang berdistribusi di akhir kata ﻉﺪﻳ [yadiʕʕu] ‘menghardik’ menjadi ﺉﺪﻳ [yadiʔʔu] , dalam hal ini terlihat adanya interferensi fonologi BJ dalam BA mengalami perubahan makna dan hilangnya makna.

Bunyi konsonan ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy halqiy majhūr/ [frikatif faringal bersuara] ﻉ[ʕ] merupakan bunyi konsonan yang tidak ada dalam struktur bunyi BJ sehingga informan menggantinya dengan bunyi konsonan dalam BJ sebagai bunyi yang memiliki artikulasi berdekatan dengan bunyi konsonan ﻉ[ʕ] dalam BA. Selain itu, hal ini terjadi karena tidak ada pengetahuan informan tentang titik artikulasi dalam pengucapan bunyi konsonan frikatif atau geseran (ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) /iḥtikākiy/ : ﻉ[ʕ] . Kurangnya latihan bagi informan dikarenakan pengajar atau pendidik yang kurang melatih informan dan dikarenakan informan malas mengulang di rumah dalam mengucapkan bunyi konsonan BAﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy halqiy majhūr/ [frikatif faringal bersuara] ﻉ[ʕ].

(29)

BAQ BJ Arti Q.S

Pada data di atas terlihat adanya interferensi fonologi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﻍ [ɤ] , ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻘﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikakiy tabaqiy majhūr/ [afrikatif velar bersuara] yang berdistribusi di awal kata, tengah kata dan akhir kata yang diucapkan menjadi [g] dorso velar oleh penutur BJ.

(30)

Sedangkan bunyi konsonan [g] dorso velar tidak bersuara dalam BJ adalah bunyi yang diucapkan dengan hambatan pada pangkal lidah dan langit-langit lunak. Diucapkan dengan hambatan tanpa letupan, tetapi pita suara tidak ikut bergetar.

Dalam proses interferensi ini terlihat adanya perubahan artikulasi dari adanya keterlibatan sentuhan belakang lidah dengan langit-langit lunak berubah menjadi bunyi yang diucapkan dengan hambatan pada pangkal lidah dal langit-langit lunak. Jadi bunyi yang dihasilkan berdekatan.

Dengan adanya interferensi ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻘﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikakiy tabaqiy majhūr/ [afrikatif velar bersuara] ﻍ [ɤ] dalam BA yang berdistribusi di awal kata ﻙﺮﻏ [ɤarraka] ‘memperdayakan’ menjadi ﻙﺮﻏ[garraka], demikian juga bunyi konsonan ﻍ [ɤ] yang berdistribusi di tengah kata ﺐﻏﺭﺎﻓ [farɤab] ‘kamu berharap’ menadi ﺐﻏﺭﺎﻓ [fargab], dan bunyi konsonan ﻍ [ɤ] yang berdistribusi di akhir kata ﻰﻐﻁ[ʈaɤa:] ‘melampaui batas’ menjadi ﻰﻐﻁ [ʈaga:] , dalam hal ini terlihat adanya interferensi BJ ke dalam BA makna yang tidak berubah.

Bunyi konsonan ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻘﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikakiy tabaqiy majhūr/ [afrikatif velar bersuara] ﻍ [ɤ] merupakan bunyi konsonan yang tidak ada dalam struktur bunyi BJ sehingga informan menggantinya dengan bunyi konsonan dalam BJ sebagai bunyi yang memiliki artikulasi berdekatan dengan bunyi konsonan ﻍ [ɤ] dalam BA. Selain itu, hal ini terjadi karena tidak ada pengetahuan informan tentang titik artikulasi dalam pengucapan bunyi konsonan frikatif atau geseran (ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) /iḥtikākiy/ : ﻍ [ɤ] . Kurangnya latihan bagi informan dikarenakan pengajar atau pendidik yang kurang melatih informan dan dikarenakan informan malas mengulang di rumah dalam mengucapkan bunyi konsonan BAﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻘﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikakiy tabaqiy majhūr/ [afrikatif velar bersuara] ﻍ [ɤ].

(31)

BAQ BJ Arti Q.S

Pada data di atas terlihat adanya interferensi fonologi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﻅ [ ʑ ] , ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy mufakhkham majhūr/ (frikatif velarized bersuara) yang berdistribusi di awal kata, tengah kata dan akhir kata diucapkan menjadi [z] lamino alveolar oleh penutur BJ.

Dalam BA ﻅ [ ʑ ] , ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy mufakhkham majhūr/ (frikatif velarized bersuara) adalah bunyi yang dihasilkan oleh depan lidah berada di pangkal gigi depan atas sekaligus tengah lidah berada pada langit-langit lunak, udara kemudian dikeluarkan dari paru-paru dan terdesak di celah-celah alat ucap yang bersentuhan sehingga menimbulkan pergeseran udara, dan pada keadaan yang demikian pita suara mengalami penyempitan sehingga bergetar.

(32)

menyempitkan jalan arus udara terhambat dan keluar dengan bergeser dan pita suara ikut bergetar dan [j] medio palatal bersuara dalam BJ adalah bunyi yang dihasilkan oleh hambatan berupa tengah lidah dan langit-langit keras, bunyi ini diucapkan dengan menghambat arus udara dari paru-paru secara penuh kemudian melepaskannya secara tiba-tiba dengan disertai aspirasi dan pita suara ikut bergetar.

Dalam proses interferensi ini terlihat adanya perubahan artikulasi dari depan lidah berada di pangkal gigi depan atas sekaligus tengah lidah berada pada langit-langit lunak berubah menjadi bunyi yang diucapkan dengan hambatan daun lidah dan gusi dalam atas.

Dengan adanya interferensi BJ pada bunyi konsonan, ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy mufakhkham majhūr/ (frikatif velarized bersuara) ﻅ [ʑ] dalam BA yang berdistribusi di awal kata ﻦﻅ [ʑanna] ‘mengira’ menjadi ﻦﻅ [zanna], demikian juga bunyi konsonan ﻅ [ʑ] yang berdistribusi di tengah kata ,ﺮﻈﻨﻳ [yanʑuru] ‘melihat’ menjadi ﺮﺠﻨﻳ[yanjuru] ‘menebang’, dan bunyi konsonan ﻅ [ʑ] yang berdistribusi di akhir kata ﻰﻈﻠﺗ [talaʑʑa:]`yang menyala-nyala` menjadi ﻰﻈﻠﺗ [talazza:], ﻆﻓﺎﺣ [ħa:fiʑ] `penjaga` menjadi ﺞﻓﺎﺣ [ħa:fiju] dalam hal ini terlihat adanya interferensi BJ ke dalam BA mengakibatkan hilangnya makna, berubahnya makna, dan makna tidak berubah.

(33)

4.2.2.10 Interferensi BJ bunyi konsonanﻑ [ f ] , ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻱﻮﻔﺷ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ (ﺱﻮﻤﻬﻣ) iḥtikakiy syafawiy asnaniy mahmūs atau frikatif labio dental tidak bersuara sebagai berikut:

BAQ BJ Arti Q.S

Pada data di atas terlihat adanya interferensi fonologi BJ bunyi konsonanﻑ [ f ] , (ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻱﻮﻔﺷ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) iḥtikakiy syafawiy asnaniy mahmūs yang berdistribusi di awal, dan tengah kata yang diucapkan menjadi bunyi konsonan [p] bilabial oleh penutur BJ.

Dalam BA bunyi konsonanﻑ [ f ] tidak bersuara , ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻱﻮﻔﺷ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ (ﺱﻮﻤﻬﻣ) iḥtikakiy syafawiy asnaniy mahmūs adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara bibir bawah bersentuhan dengan gigi depan atas, kemudian udara mengalir dari paru-paru dan terdesak pada alat ucap yang bersentuhan tersebut sehingga udara keluar melalui celah-celah alat ucap yang mengakibatkan terjadinya pergeseran udara ketika keluar dari mulut dan pada saat yang sama pita suara terbuka lebar.

Sedangkan bunyi konsonan [p] tidak bersuara adalah bunyi yang diucapkan dengan menghambat arus udara dari paru-paru secara rapat kemudian dilepaskan secara tiba-tiba sehingga terjadi letupan, tetapi pita suara tidak ikut bergetar.

(34)

berubah menjadi bunyi yang dihasilkan oleh bibir atas dan bibir bawah, maka dari itu terlihat adanya perbedaan.

Dengan adanya Interferensi BJ pada bunyi konsonan ﻑ [ f ] tidak bersuara , (ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻱﻮﻔﺷ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) iḥtikakiy syafawiy asnaniy mahmūs yang berdistribusi di awal kata ﻚﻟﺬﻓ [faða:lika] ‘maka dari itu’ menjadi ﻚﻟﺬﻓ [paða:lika], demikian juga bunyi konsonan ﻑ [ f ] yang berdistribusi di tengah kata ﻆﻓﺎﺣ [ħa:fiʑu] ‘penjaga’ menjadi ﻆﻓﺎﺣ [ħa:piʑu], dalam hal ini terlihat adanya interferensi fonologi BJ ke dalam BA tidak mengalami perubahan makna, makna tetap namun artikulasi berbeda.

(35)

BAB V

Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

Dalam bab terakhir skripsi ini, peneliti membuat kesimpulan dari pembahasan tersebut sesuai dengan hasil analisa yang telah peneliti lakukan.

Adapun kesimpulan yang peneliti peroleh adalah:

5.1.1 Interferensi fonologi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan hambat atau stop (ﺔﻴﻔﻗﻭ) /waqfiyah/

Interferensi BJ dalam pengucapan konsonan ﺽ [ɖ] ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻔﻗﻭ

ﻢﺨﻔﻣ /waqfiy`asnāniy mufakhkham majhūr/ (stop dental velarized

bersuara) sebagai berikut :

Dengan adanya interferensi BJ pada bunyi konsonan ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻔﻗﻭ ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ /waqfiy`asnāniy mufakhkham majhūr/ (stop dental velar bersuara) : ﺽ [ɖ] dalam BA yang berdistribusi di awal kata ﺔﻜﺣﺎﺿ[ɖa:ħikatun] ‘tertawa’ menjadi ﺔﻜﺣﺍﺩ [ḍa:ħikatun], demikian juga dengan konsonan ﺽ [ɖ] yang berdistribusi di tengah kata ﻞﻴﻠﻀﺗ [taɖli:l] `sia-sia` menjadi ﻞﻴﻟﺪﺗ [taḍli:lin] ‘kesenangan’ , ﺔﻴﺿﺍﺭ [ra:ɖiyah] `memuaskan` menjadi ﺔﻳﺩﺍﺭ [ra:ḍiyatun] , dan bunyi konsonan ﺽ [ɖ] yang berdistribusi di akhir kata ﺾﺤﻳ [yaħuɖɖu] `mendorong` menjadi ﺪﺤﻳ [yaħuḍḍu] ‘batas’ , dalam hal ini terlihat bahwa interferensi fonologi BA ke dalam BJ mengalami perubahan makna dan hilangnya makna.

Interferensi BJ dalam pengucapan konsonan ﻕ [q] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻔﻗﻭ /waqfiy halqiy mahmūs/ (stop uvular tak bersuara) sebagai berikut:

(36)

ﻰﻀﻘﻳ [yaqɖi:] ‘melaksanakan` menjadi ﻰﻀﻜﻳ [yakɖi:] , dan bunyi konsonan ﻕ [q] yang berdistribusi di akhir kata ﻖﻴﺣﺭ [raħi:qin] ‘khamar tidak memabukkan’ menjadi ﻚﻴﺣﺭ[raħi:kin] , dalam hal ini terlihat bahwa interferensi fonologi BA ke dalam BJ mengalami hilangnya makna.

Interferensi BJ dalam pengucapan konsonan ﻁ [ʈ] ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻔﻗﻭ ﺱﻮﻤﻬﻣ /waqfi `asnaniy mufakhkham mahmūs/ (stop dental velarized tak bersuara) sebagai berikut :

Dengan adanya interferensi BJ pada bunyi konsonan ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻔﻗﻭ ﺱﻮﻤﻬﻣ /waqfi `asnaniy mufakhkham mahmūs/ (stop dental velar tak bersuara) ﻁ[ʈ] dalam BA yang berdistribusi di awal kata ﺭﻮﻁ [ʈu:ri] ‘bukit’ menjadi ﺭﻮﺗ [tu:ri], demikian juga bunyi konsonan ﻁ[ʈ] yang berdistribusi di tengah kata ﻚﻴﻄﻌﻳ [yuʕʈi:ka] ‘memberikan’ menjadi ﻚﻴﺘﻌﻳ [yuʕti:ka], dan bunyi konsonan ﻁ[ʈ] yang berdistribusi di akhir kata ﻂﻴﺤﻣ [muħi:ʈun] ‘mengepung’ menjadi ﺖﻴﺤﻣ [muħi:tun] , dalam hal ini interferensi fonologi BA ke dalam BJ mengakibatkan hilangnya makna.

Interferensi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﺙ[θ] ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy bayna `asnāniy mahmūs/ (frikatif interdental tak bersuara) sebagai berikut:

(37)

Interferensi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﺡ[ħ] ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy ḥalqiy mahmūs/ [frikatif faringal tak bersuara] sebagai berikut:

Dengan adanya interferensi BJ pada bunyi konsonan ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ /iḥtikākiy bayna `asnāniy mahmūs/ (frikatif interdental tak bersuara) ﺡ[ħ] dalam BA yang berdistribusi di awal kata ﺎﺒﺣ[ħabba:n] ‘biji -bijian’ menjadi ﺎﺒﻫ [habba:n] ‘oleh’, demikian juga bunyi konsonan ﺡ[ħ] yang berdistribusi di tengah kata ﺭﺎﺤﺑ [biħa:ru] ‘lautan’ menjadi ﺭﺎﻬﺑ [biha:ru] , dan bunyi konsonan ﺡ[ħ] yang berdistribusi di akhir kata ﺡﺩﺎﻛ [ka:diħun] ‘sungguh-sungguh’ menjadi ﻩﺩﺎﻛ [ka:dihun], ﺎﺣﺪﻛ [kadħa:n] ‘pasti’ menjadi ﺎﻫﺪﻛ [kadha:n] , dalam hal ini terlihat adanya interferensi fonologi BA ke dalam BJ mengakibatkan perubahan dan hilangnya makna.

Interferensi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﺫ[ð] ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ

ﺭﻮﻬﺠﻣ /iḥtikākiy bayna `asnāniy majhūr/ (frikatif interdental bersuara) sebagai berikut:

Dengan adanya interferensi bunyi konsonan ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikākiy bayna `asnāniy majhūr/ (frikatif interdental bersuara) ﺫ[ð] yang berdistribusi di awal kata ﺎﻫﺍﺮﻛﺫ [ðikra:ha] ‘menyebutkan’ menjadi ﺎﻫﺍﺮﻜﺟ [jikra:ha] , demikian juga bunyi konsonan ﺫ[ð] yang berdistribusi di tengah kata ﺎﺑﺍﺬﻛ [kiðða:ba:n] ‘mendustakan’ menjadi ﺎﺑﺎﺠﻛ [kijja:ba:n], dan bumyi konsonan ﺫ[ð] yang berdistribusi di akhir kata ﺬﺌﻣﻮﻳ[yaumaʔiðin] ‘pada hari itu’ menjadi ﺞﺌﻣﻮﻳ [yaumaʔijin] ,dalam hal ini terlihat adanya interferensi BA ke dalam BJ yang mengakibatkan hilangnya makna .

Interferensi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﺥ [x] ﻲﻘﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺱﻮﻤﻬﻣ /iḥtikākiy ṭabaqiy mahmūs/ [frikatif velar tidak bersuara] sebagai berikut:

(38)

bunyi konsonan ﺥ[x] yang berdistribusi di tengah kata ﺕﺮﺧﺃ[ʔaxxarat] ‘dilalaikan’ menjadi ﺕﺮﻫﺃ [ʔahharat] , dalam hal ini terlihat adanya interferensi BA ke dalam BJ yang mengakibatkan hilangnya makna.

Interferensi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﺵ [ ʃ ] , ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻱﻮﺜﻟ /iḥtikākiy lișșawiy mahmūs/ [frikatif alveo palatal tidak bersuara] sebagai berikut:

Dengan adanya interferensi BJ pada bunyi konsonan ﺵ[ ʃ ] , ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻱﻮﺜﻟ /iḥtikākiy lișșawiy mahmūs/ [frikatif alveo palatal tidak bersuara] dalam BA yang berdistribusi di awal kata ﻚﺌﻧﺎﺷ [ʃa:niʔaka] `orang-orang yang membencimu` menjadi ﻚﺌﻧﺎﺳ [sa:niʔaka], demikian juga bunyi konsonan ﺵ[ ʃ ] yang berdistribusi di tengah kata ﺖﻄﺸﻛ [kuʃiʈat] ‘dilenyapkan’ menjadi ﺖﻄﺴﻛ [kusiʈat], dan bunyi konsonan ﺵ[ ʃ ] yang berdistribusi di akhir kata ﺵﺍﺮﻔﻟﺎﻛ [kalfara:ʃi] `seperti laron` menjadi ﺱﺍﺮﻔﻟﺎﻛ [kalfara:si], dalam hal ini terlihat adanya interferensi fonologi BA ke dalam BJ yang mengakibatkan hilangnya makna.

Interferensi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﺹ [ʂ] , ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﻢﺨﻔﻣ ﺱﻮﻤﻬﻣ /iḥtikākiy mufakhkham mahmūs/ (frikatif velarized tidak bersuara) sebagai berikut:

Dengan adanya interferensi BJ pada bunyi konsonan ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﻢﺨﻔﻣ ﺱﻮﻤﻬﻣ /iḥtikākiy mufakhkham mahmūs/ (frikatif velarized tidak bersuara) ﺹ[ʂ] dalam BA yang berdistribusi di awal ﻒﺤﺻ [ʂuħufin] ‘dalam kitab -kitab’ menjadi ﻒﺤﺳ [suħufin], demikian juga bunyi konsonan ﺹ[ʂ] yang berdistribusi di tengah kata ﻰﻠﺼﻴﺳ [sayaʂla:] `kelak dia akan masuk` menjadi ﻰﻠﺴﻴﺳ [sayasla:], dalam hal ini terlihat interferensi BA ke dalam BJ mengakibatkan hilangnya makna.

(39)

Dengan adanya interferensi BJ pada bunyi konsonan ﻲﻘﻠﺣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺭﻮﻬﺠﻣ /iḥtikākiy halqiy majhūr/ [frikatif faringal bersuara] ﻉ[ʕ] dalam BA yang berdistribusi di awal kata ﺔﻴﻟﺎﻋ [ʕa:liyatan] ‘tinggi’ menjadi ﺔﻴﻟﺎﺋ [ʔa:liyatan], demikian juga bunyi konsonan ﻉ[ʕ] yang berdistribusi di tengah kata ﺔﻋﺭﺎﻘﻟﺍ [al qa:riʕatu]‘ hari kiamat’ menjadi ﺔﺋﺭﺎﻘﻟﺍ [al qa:riʔatu] ‘pembaca’ , dan bunyi konsonan ﻉ[ʕ] yang berdistribusi di akhir kata ﻉﺪﻳ [yadiʕʕu] ‘menghardik’ menjadi ﺉﺪﻳ [yadiʔʔu] , dalam hal ini terlihat adanya interferensi fonologi BA dalam BJ mengalami perubahan makna dan hilangnya makna.

Interferensi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﻍ [ɤ] , ﻲﻘﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺭﻮﻬﺠﻣ /iḥtikakiy tabaqiy majhūr/ [afrikatif velar bersuara] sebagai berikut:

Dengan adanya interferensi ﺭﻮﻬﺠﻣ ﻲﻘﺒﻁ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ /iḥtikakiy tabaqiy majhūr/ [afrikatif velar bersuara] ﻍ [ɤ] dalam BA yang berdistribusi di awal kata ﻙﺮﻏ [ɤarraka] ‘memperdayakan’ menjadi ﻙﺮﻏ[garraka], demikian juga bunyi konsonan ﻍ [ɤ] yang berdistribusi di tengah kata ﺐﻏﺭﺎﻓ [farɤab] ‘kamu berharap’ menadi ﺐﻏﺭﺎﻓ [fargab], dan bunyi konsonan ﻍ [ɤ] yang berdistribusi di akhir kata ﻰﻐﻁ [ʈaɤa:] ‘melampaui batas’ menjadi ﻰﻐﻁ [ʈaga:] , dalam hal ini terlihat adanya interferensi BA ke dalam BJ makna yang tidak berubah.

Interferensi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﻅ [ ʑ ] , ﻢﺨﻔﻣ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺭﻮﻬﺠﻣ /iḥtikākiy mufakhkham majhūr/ (frikatif velarized bersuara) sebagai berikut:

(40)

[talaʑʑa:]`yang menyala-nyala` menjadi ﻰﻈﻠﺗ [talazza:], ﻆﻓﺎﺣ [ħa:fiʑ] `penjaga` menjadi ﺞﻓﺎﺣ [ħa:fiju] dalam hal ini terlihat adanya interferensi BA ke dalam BJ mengakibatkan hilangnya makna, berubahnya makna, dan makna tidak berubah.

Interferensi BJ dalam pengucapan bunyi konsonan ﻑ [ f ] , ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ (ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻱﻮﻔﺷ) itikakiy syafawiy asnaniy mahmūs atau frikatif labio dental tidak bersuara sebagai berikut:

Dengan adanya Interferensi BJ pada bunyi konsonan ﻑ [ f ] tidak bersuara , (ﺱﻮﻤﻬﻣ ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ ﻱﻮﻔﺷ ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) iḥtikakiy syafawiy asnaniy mahmūs yang berdistribusi di awal kata ﻚﻟﺬﻓ [faða:lika] ‘maka dari itu’ menjadi ﻚﻟﺬﻓ [paða:lika], demikian juga bunyi konsonan ﻑ [ f ] yang berdistribusi di tengah kata ﻆﻓﺎﺣ [ħa:fiʑu] ‘penjaga’ menjadi ﻆﻓﺎﺣ [ħa:piʑu], dalam hal ini terlihat adanya interferensi fonologi BJ ke dalam BA tidak mengalami perubahan makna, makna tetap namun artikulasi berbeda.

5.1.3 Faktor-faktor penyebab terjadinya interferensi BJ dalam pengucapan BA yang terdapat pada bunyi konsonan bunyi konsonan hambat atau stop (ﺔﻴﻔﻗﻭ) /waqfiyah/ : ﻕ, ﻁ, ﺽ [q, ʈ, ɖ], bunyi konsonan frikatif atau geseran (ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) /iḥtikākiy/ : ﺙ, ﺫ, ﺡ, ﺥ, ﺵ, ﺹ, ﻉ, ,ﻍ, ,ﻅ [θ, ð, ħ, x, ʃ, ʂ, ʕ, ɤ, ʑ,f] oleh anak-anak dalam pembelajaran Iqra` dan al-Qur`an di Kel.Sentang, Asahan :

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan informan mengganti bunyi-bunyi konsonan dalam BA dengan bunyi konsonan BJ adalah:

(41)

struktur bunyi BJ sehingga informan menggantinya dengan bunyi konsonan dalam BJ sebagai bunyi yang memiliki artikulasi berdekatan dengan bunyi BA.

b. Tidak ada pengetahuan informan tentang titik artikulasi dalam pengucapan bunyi konsonan hambat atau stop (ﺔﻴﻔﻗﻭ) /waqfiyah/ : ﻕ, ﻁ, ﺽ [q, ʈ, ɖ,], bunyi konsonan frikatif atau geseran (ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) /iḥtikākiy/ : ﺙ, ﺫ, ﺡ, ﺥ, ﺵ, ﺹ, ﻉ, ,ﻍ ,ﻅ, ﻑ [θ, ð, ħ, x, ʃ, ʂ, ʕ, ɤ, ʑ,f].

c. Kurangnya latihan bagi informan dalam mengucapkan bunyi konsonan BA hambat atau stop (ﺔﻴﻔﻗﻭ) /waqfiyah/ : ﻕ, ﻁ, ﺽ,[q, ʈ, ɖ,], bunyi konsonan frikatif atau geseran (ﻲﻛﺎﻜﺘﺣﺍ) /iḥtikākiy/ : ﺙ, ﺫ, ﺡ, ﺥ, ﺵ, ﺹ, ﻉ, ,ﻍ ,ﻅﻑ [θ, ð, ħ, x, ʃ, ʂ, ʕ, ɤ, ʑ,f].

5.2 Saran

Dalam usaha agar anak-anak dalam pembelajaran Iqra` dan al-Qur`an di Kel.Sentang, Kec. Kisaran Timur, Asahan dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat mengajarkan kepada anak-anak yang lain, peneliti ingin memberi saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada pengajar dalam pembelajaran Iqra` dan al-Qur`an agar memberi pembelajaran awal untuk mengenalkan bunyi konsonan BA beserta titik artikulasinya. Maka dari itu peneliti akan memberi pembekalan berupa buku fonologi dari Program Studi Bahasa Arab FIB USU.

(42)

Referensi

Dokumen terkait

Apabila Kepala KUA Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhalangan atau tidak ada, maka Kepala Seksi yang membidangi tugas Urusan Agama Islam atas nama

Saragih beserta tim sukses dimulai dengan melakukan pemantauan terhadap lawan politiknya untuk mengetahui kekurangan strategi yang dikembangkan oleh lawan politiknya, untuk

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji in vivo dan terhadap obat yang mempunyai dosis pemakaian lebih kecil dari teofilin agar dihasilkan formula

Saragih beserta tim sukses dimulai dengan melakukan pemantauan terhadap lawan politiknya untuk mengetahui kekurangan strategi yang dikembangkan oleh lawan politiknya, untuk

Dengan diterapkannya Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 maka bagi pemegang hak atas tanah wajib menguasai secara fisik tanahnya dan melakukan

ability in telling their experience in front of the class. In the second and the third meeting, the teacher taught the students about some expression and the way to tell

Dari beberapa informan dapat ditunjuk informan lain yang dapat memenuhi informasi-informasi berkaitan dengan strategi penyelesaian konflik pada pasangan suami istri tentang

Yayun Maryun (2007) Melakukan penelitian tentang Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petugas Program TB Paru Terhadap Cakupan Penemuan Kasus Baru BTA (+) di