BAB III
METODOLOGI
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam perancangan “Mall Ekspresionis Deli Serdang” adalah penelitian deskritif, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena/ peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya. Alat pengumpul data atau instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti sendiri. Metoda penelitian ini digunakan sebagai metoda untuk menggambarkan apa adanya berkaitan dengan variabel-variabel atau kondisi-kondisi dalam sebuah situasi (Dantes, 2012:51). Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dimana data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisi dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformsikan dalam bentuk angka). Hasil analisi berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. (Gunawan, 2013:87)
3.2. Posisi Penelitian dalam Metoda Perancangan
Penelitian ini digunakan untuk mencapai sebuah tujuan yaitu untuk memahami karakteristik perilaku pengunjung perbelanjaan di Kab. Deli Serdang dan penumpang pesawat di Bandar Udara Kualanamu. Kesimpulan penelitian ini
akan digunakan dalam proses perancangan “Mall Ekspresionis Deli Serdang”
47 Audrey 120406041
3.3. Tahapan Analisa Data
Tahapan analisa data merupakan suatu alat yang digunakan dalam pembahasan dan penyelesaian rumusan masalah yang bertujuan untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang menjadi dasar bagi penyelesaian suatu keputusan. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun, 1995).
Tahapan analisa data yang akan dilakukan untuk menyelesaikan rancangan penelitian ini adalah :
1. Pengumpulan data
Pada tahap ini, dilakukan penetapan latar penelitian dan penentuan strategi dan teknik pengumpulan data.
2. Pengolahan dan pemaknaan data
Pada tahap ini, dilakukan pengolahan data dengan analisis data kualitatif yang dilakukan sampai tidak diperoleh informasi baru.
3. Pemunculan konsep
Tahap ini menggunakan hasil analisis tahap sebelumnya dan hasil tersebut akan memunculkan teori/landasan yang dapat menyelesaikan permasalahan perancangan dan menyediakan keterangan terhadap fenomena yang ditemui.
4. Pelaporan hasil penelitian
Laporan hasil penelitian merupakan kelengkapan proses penelitian yang harus dipenuhi oleh para peneliti dalam kegiatan penelitian.
3.4.Teknik Pengumpulan Data
3.4.1. Metoda Pengumpulan Data
Dalam rangka mengumpulkan data yang diperlukan, beberapa metoda pengumpulan data digunakan, yaitu :
a. Survey lapangan (observasi visual)
Dilakukan dengan mengumpulkan data-data tapak lokasi perancangan berupa foto-foto eksisting keadaan tapak yang bertujuan untuk mendapatkan data otentik pada lokasi
perancangan dimana lokasi perancangan berada di Jl. Bandara Udara Kualanamu, Kab. Deli Serdang.
b. Observasi
Dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang berlangsung dalam sebuah pusat perbelanjaan dan perilaku pengguna, yaitu pengunjung lokal pusat perbelanjaan dan turis untuk suatu periode dan mencatatkan hal-hal yang diamati, sehingga diperoleh data yang akurat. Kegiatan observasi ini dilakukan pada dua lokasi yaitu Bandara Udara Kualanamu untuk mengobservasi perilaku dan kegiatan turis dan penduduk lokal yang berkunjung; dan Suzuya Plaza yang berada di Tanjung Morawa untuk mengobservasi kegiatan dan perilaku penduduk yang berkunjung ke pusat perbelanjaan.
c. Studi literatur
Dilakukan dengan cara mencari informasi dan data aktual dalam bentuk buku, arsip, dokumen atau jurnal mengenai kawasan perancangan, bangunan mall serta tema (ekspresionisme).
d. Studi kasus
Dilakukan dengan cara meneliti atau menyelidiki kasus yang sama, dalam konteks ini adalah kasus bangunan mall dan kasus tema ekspresionisme, secara mendalam sehingga diperoleh informasi lengkap mengenai kasus guna memecahkan persoalan yang dihadapi dalam perancangan.
3.5. Lokasi dan Objek Penelitian Observasi
Lokasi survey lapangan (observasi visual) dilakukan pada tiga lokasi alternatif yang berada di Jl. Bandar Kualanamu dengan objek penelitian adalah kondisi ketiga tapak tersebut dan lingkungan sekitarnya.
Lokasi penelitian observasi pengguna dilakukan pada dua lokasi dengan objek penelitian yang berbeda yaitu :
a. Bandar Udara Kualanamu
49 Audrey 120406041
dan penduduk. Yang diamati pada lokasi ini adalah perilaku dan kegiatan yang dilakukan oleh para pengunjung dan penumpang. b. Suzuya Plaza
Objek penelitian pada lokasi ini adalah para pengunjung Suzuya Plaza yang merupakan penduduk sekitar. Yang diamati pada lokasi ini adalah perilaku dan kegiatan yang dilakukan oleh para pengunjung.
3.6. Hasil Observasi
3.6.1. Hasil observasi Lokasi Bandar Kualanamu
Berdasarkan hasil observasi, terdapat beberapa kelompok pengunjung, yaitu :
a. Penumpang pesawat, terdiri dari penumpang yang akan berangkat dan yang datang
b. Penduduk yang datang berkunjung c. Penduduk yang menjemput
Gambar 3.1 Pengunjung bandara
Berdasarkan observasi yang dilakukan, beberapa perilaku pengunjung yang dapat dilihat adalah:
- Penumpang pesawat pada hari kerja (bukan hari libur) kebanyakan berpergian sendiri atau berkelompok kecil (2-3 orang), ada sebagian kecil yang berpegian dalam kelompok besar (keluarga, teman);
- Setelah check-in pesawat, untuk menghabiskan waktu sebelum broading, ada penumpang yang memilih untuk duduk di tempat duduk yang disediakan di beberapa area dan berbincang dengan teman/keluarganya atau memakai gadget, ada yang berjalan-jalan melihat retail dan makan di restoran/cafe, dan ada yang memilih untuk langsung masuk ke ruang tunggu;
Gambar 3.2 Aktivitas pengunjung bandara
- Penduduk yang datang ke bandara ini umumnya datang bersama keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya. Anak-anak ini berumur 5-13tahun. Kelompok ini datang untuk berjalan-jalan, melihat fasilitas yang disediakan bandara atau untuk memperlihatkan Bandar Udara Kualanamu kepada anak-anak ;
- Terdapat beberapa penduduk yang datang untuk menjemput penumpang kenalannya di bandara. Penduduk ini ada yang datang secara berkelompok (2-3 orang), ada yang datang sendiri. Penduduk ini biasanya langsung menunggu di pintu kedatangan. Saat menunggu, ada yang duduk sambil memakai gadget, ada yang mengajak orang lain yang menunggu berbicara sambil berdiri;
Gambar 3.3 Aktivitas penduduk yang menjemput
51 Audrey 120406041
Gambar 3.4 Aktivitas berfoto
- Pengunjung bandara ini umumnya datang dengan mobil, ada juga yang datang dengan kereta api.
3.6.2. Hasil observasi Lokasi Suzuya Plaza
Pada Suzuya plaza, pengunjung dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :
a. Kelompok remaja
b. Kelompok ibu rumah tangga c. Kelompok karyawan kantor
Berdasarkan observasi yang dilakukan, beberapa perilaku pengunjung yang dapat dilihat adalah:
- Kelompok remaja berjalan-jalan secara berkelompok 3-6 orang dan datang dengan kendaraan umum atau dengan sepeda motor. Kelompok ini umumnya adalah siswa SMP dan mayoritasnya adalah siswa SMA;
- Beberapa aktivitas kelompok remaja adalah berjalan-jalan, melihat barang jualan, berbelanja, makan dan duduk berbincang. Dimana urutan aktivitas mereka bervariasi, ada yang datang berjalan-jalan dulu, setelahnya makan dan berbincang di restoran, dan ada yang sebaliknya;
- Kelompok remaja ini biasanya berjalan bersamping-sampingan jika tidak orang lain di koridor / area jalan. Mereka masih membawa tas sekolah sehingga bisa diasumsi mereka datang ke Suzuya Plaza setelah selesai sekolah atau ekstrakulikuler;
- Kelompok ibu rumah tangga ada yang datang datang sendiri hanya untuk membeli keperluan sehari-hari, ada yang datang bersama anak-anak untuk makan, berjalan-jalan dan berbelanja;
- Kelompok ibu rumah tangga memiliki beberapa aktivitas yang dapat dilakukan di plaza ini yaitu, aktivitas berbelanja di
supermarket dan toko pakaian, dan mengajak anaknya untuk bermain di game center di lantai atas atau mengajak makan di restoran. Kelompok ini datang dengan kendaraan umum atau sepeda motor;
- Anak-anak yang datang bersama ibunya umumnya berumur 5-12 tahun. Saat anak-anak bermain dengan game, sang ibu menunggu dan duduk di dekat anak-anak;
- Kelompok karyawan kantor biasanya datang bersama teman sekantornya untuk makan siang di restoran/ tempat makan dimana mereka makan sambil berbincang-bincang dan berjumlah 3-5 orang. Ada yang datang untuk membeli beberapa kebutuhan di supermarket. Kendaraan yang digunakan adalah sepeda motor atau mobil;
- Terdapat beberapa pengunjung yang datang ke Suzuya Plaza untuk menggunakan fasilitas bank cabang untuk melakukan transaksi;
- Terdapat juga kelompok karyawan wanita yang datang berkelompok untuk membeli beberapa keperluan , ada juga yang datang dengan anaknya ;
- Barang belanjaan para pengunjung Suzuya Plaza ini umumnya tidak banyak;
53 Audrey 120406041
3.7. Kesimpulan
Metode penelitian yang digunakan dalam perancangan “Mall Ekspresionis Deli Serdang” adalah penelitian deskritif, dimana alat pengumpul data adalah peneliti sendiri. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memahami karakteristik perilaku pengunjung perbelanjaan di Kab. Deli Serdang dan penumpang pesawat di Bandar Udara Kualanamu. Terdapat beberapa lokasi dan objek penelitian, yaitu :
- Tiga lokasi alternatif tapak di Jl. Bandar Kualanamu, dimana objek penelitian adalah kondisi ketiga tapak tersebut dan lingkungan sekitarnya, - Bandar Udara Kualanamu, dimana objek penelitian adalah para
pengunjung dan penumpang Bandar Udara Kualanamu,
- Suzuya Plaza, dimana objek penelitian adalah para pengunjung Suzuya Plaza.
Tahapan analisa data yang akan dilakukan untuk menyelesaikan rancangan penelitian ini adalah pengumpulan data, pengolahan dan pemaknaan data, pemunculan konsep, dan pelaporan hasil penelitian. Metoda pengumpulan data yang digunakan adalah survey lapangan (observasi visual), observasi, studi literatur, dan studi kasus.
Terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil observasi, yaitu :
- Pengunjung bandara terdiri dari penduduk yang berkunjung, menjemput dan penumpang pesawat;
- Pengunjung datang secara berkelompok (2-5 orang) dan kebanyakan datang dengan mobil;
- Aktivitas pengunjung di bandara adalah menghabiskan waktu dengan duduk berbincang atau menggunakan gadget, berjalan-jalan melihat retail, makan di restoran/cafe, dan berfoto;
- Pengunjung Suzuya Plaza terdiri dari kelompok remaja, kelompok ibu rumah tangga, dan kelompok karyawan kantor;
- Kelompok remaja datang secara berkelompok 3-6 orang dengan kendaraan umum atau sepeda motor. Aktivitas yang dilakukan adalah melihat barang jualan, berbelanja, makan dan duduk berbincang;
- Kelompok ibu rumah tangga datang sendiri atau bersama anak-anaknya (5-12 tahun). Aktivitas yang dilakukan adalah berbelanja di supermarket dan toko pakaian, dan mengajak anaknya untuk bermain di game center atau mengajak makan di restoran;
- Kelompok karyawan kantor ada yang datang secara berkelompok (3-5 orang), ada yang datang sendiri dengan kendaraan sepeda motor atau mobil. Aktivitas yang dilakukan adalah makan sambil berbincang-bincang, membeli beberapa kebutuhan di supermarket, dan menggunakan fasilitas bank cabang untuk melakukan transaksi.
Dari hasil kesimpulan observasi diatas, terdapat beberapa perilaku pengunjung yang perlu diperhatikan dan dapat diaplikasikan dalam proses perancangan, yaitu
- Perilaku pengunjung untuk berfoto untuk mendapat atau menyimpan kenangan tempat-tempat yang telah dikunjungi. Perilaku ini dapat diaplikasikan untuk merancang sebuah area atraktif atau iconic.
- Perilaku pengunjung untuk makan dan berbincang. Dengan adanya perilaku ini, area kuliner dapat diperbanyak.
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN
4.1. Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan 4.1.1. Analisa Lokasi
Gambar 4.1. Lokasi tapak
Lokasi site : Jl. Bandara Kualanamu, Kec. Batang Kuis Eksisting site : Lahan kosong yang ditumbuhi semak belukar Luas Lahan : ±30.000 m2
Luas bangunan : ±15.000 m2
Lebar jalan : - Jl. Bandara Kualanamu = 24m - Jl. Batang Kuis = 11m GSB : - Jl. Bandara Kualanamu = 13 m
- Jl. Batang Kuis = 6.5 m KDB maks. : 70%
Ketinggian bangunan : 145m
KDH : 100 % - (KDB + 20% KDB)= 100% - (70% + 20% x 70%) = 16% luas lahan
56 Gambar 4.2. Ukuran tapak
Keterangan: Batas site = ___________ Garis GSB = ___________
Menurut RTRW Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Batang Kuis merupakan kawasan yang diperuntukkan sebagai perdagangan dan jasa lokal, pengolahan pertanian dan perkebunan, TOD (Transit Orisented Development),
serta perumahan dan permukiman. Dengan peruntukan kawasan adalah sebagai kawasan perdagangan dan jasa juga sebagai TOD, maka fungsi pusat perbelanjaan sangatlah cocok untuk mendukung fasilitas kawasan.
Adapun potensi utama tapak perancangan adalah : - Letak tapak sangat strategis, berada di hook jalan - Memiliki fasilitas transportasi yang memadai
- Berjarak cukup dekat dengan bandara udara dan pemukiman warga
4.1.2. Batas Tapak
Gambar 4.3. Batasan tapak Batas utara : perkebunan
Batas selatan : Perkebunan, rumah penduduk, warung, dan Jl. Bandara Kuala Namu
Batas timur : Perkebunan , Jl. bandara kualanamu
Batas barat : Rumah penduduk, warung , Jl. Batang Kuis 4.1.3. Analisa Iklim
58
Jatuhan bayangan pagi Jatuhan bayangan sore
Gambar 4.5. Jatuhan bayangan pada tapak
Menurut data Laporan Katalog BPS : 1102001.1212270 Batang Kuis dalam angka 2015, Tertera mengenai kondisi geografis Kec. Batang Kuis :
a. Letak : 3˚35-3 ˚41 LU; 41˚-46 ˚ BT b. Iklim rata-rata max. : 32 ˚ C
c. Iklim rata-rata min. : 22,4 ˚C d. Kontur : relatif datar
e. Curah hujan kec. Batang kuis : 1.821 mm/tahun f. Kec. Angin : 1,33mm/dt
g. Arah angin pagi dan siang berasal dari arah timur laut h. Arah angin sore dan malam berasal dari arah barat daya
Tabel 4.1. Tabel analisa iklim
Permasalahan Solusi
Pada pagi hari, bangunan dalam tapak akan membayangi rumah penduduk di belakang tapak
Pendesainan bangunan yang tidak terlalu tinggi/ tidak berorientasi menutupi rumah penduduk Permukaan fasad bangunan gampang
terekspos panas matahari
Pembuatan orientasi yang tidak / minim mengarah ke timur dan ke barat
4.1.4. Tata Guna Lahan
Gambar 4.6.Tata guna lahan sekitar tapak Keterangan :
POTENSI :
4.1.7. Pencapaian
Untuk sarana pencapaian, bisa menggunakan kendaraan umum seperti bus ALS, taxi, dan kendaraan pribadi seperti mobil/motor.
Pencapaian dari Medan ke Site, bisa melalui 3 jalur yaitu:
Gambar 4.9. Pencapaian dari Kota Medan menuju tapak Jalan tercepat adalah Tol Belmera dan Batang Kuis sepanjang ± 28.2km
yang dapat ditempuh dalam 44 menit (non traffic);
Jalan dari Letda Sujono lalu ke Gg. Pendidikan sepanjang ±17km yang dapat ditempuh dalam 43 menit (non traffic);
Dari area denai ke jalan Gg. Pendidikan sepanjang ±20km yang dapat ditempuh dalam 51 menit (non traffic).
Pencapaian dari Bandara Kuala Namu ke site, bisa melalui 2 jalur yaitu:
62 Jalan tercepat adalah: Jl. Bandara Kuala Namu ke Jl. Batang Kuis
sepanjang ± 17.3 km (harus melalui ‘U turn’ di jalan batang kuis) yang
dapat ditempuh dalam 19 menit (non traffic)
Lubuk Pakam sepanjang ±14.3km yang dapat ditempuh dalam 24 menit (non traffic)
Pencapaian dari site ke Bandara Kualanamu, bisa melalui Jl. Bandara Kuala Namu sepanjang ± 10 km yang dapat ditempuh dalam 10 menit (non traffic).
Gambar 4.11. Pencapaian dari tapak menuju Bandar Udara Kualanamu
4.1.8. Analisa Pemandangan View ke dalam
Gambar 4.12. Analisa view ke dalam
Tabel 4.2. Analisa view ke dalam
no view analisa
1
View dari simpang tiga menuju Jl. Batang Kuis dan Kualanamu
(+) Menimbulkan suasana yang modern, lapang, dan megah, seperti berada di luar kota (perbatasan)
(+) Cocok sebagai magnet pemberi kesan landmark bangunan (+) Memberikan jarak pandang ke
dalam site yang pas sehingga menambah daya jual
2
View dari Jl. Bandara Kualanamu menuju Kualanamu
(+) Masih rindang dan hijau (+) Kesan fokus dan cepat (-) Sayang tidak terlalu terawat
3
View dari Jl. Bandara Kualanamu meninggalkan Kualanamu
(+) Rindang dan Hijau (+) Kesan fokus dan cepat (-) Tidak terlalu terawat
4
View dari Jl. Bandara Kualanamu meninggalkan Kualanamu
64 5
View dari Jl. Batang Kuis dengan perbatasan site
(+) Cukup baik untuk diolah karena dekat dengan jalan perantara sehingga magnet lebih kuat (+) Suasana modern
6
View dari Jl. Batang kuis, letak tapak berada di balik perumahan ini
(+) Perlu pengolahan lagi karena adanya keberadaan pemukiman (-) Jalan yang kecil membuat jarak
pandang kurang menarik
View ke luar
Gambar 4.13. Analisa view ke luar Tabel 4.3. Analisa view ke luar
no view analisa
1
Terdapat sebuah toko panglong/kayu
(+) Perlu pengolahan view (+) Keberadaan pedangang kayu
dan bambu memberikan nuansa Deli Serdang dan nuansa daerah
2
View menuju simpang tiga
(+) Magnet yang kuat dan view yang paling baik
(+) Bisa menjadi landmark dan ciri khas serta poin dari dalam site.
(+) Menimbulkan suasana yang modern, lapang, dan megah, seperti berada di luar kota (perbatasan)
3
View di depan tapak berupa lahan perkebunan
(+) Rindang Hijau dan cukup bagus
4
View menuju jalan dan perkebunan seberang
(+) Nuansa fokus dan cepat (+) Rindang dan Hijau (+) Kesan yang lapang (tidak
terkekang karena bangunan sekitar masih memiliki ketinggian rendah)
4.1.9. Analisa Lalu Lintas dan Sirkulasi
66 Jalan Batang Kuis :
Lebar jalan : 35 m lalu mengecil ke arah desa menjadi 11 m
Sirkulasi : Jalan 2 Arah (ke desa dan ke Tanjung Morawa), untuk ke Kualanamu tersedia jalan peralihan (warna ungu)
Parkir : Tidak tersedia lahan parkir.
Pedestrian : Tersedia pedestrian pada satu sisi di Jl. Batang kuis GSB : 6.5 m
Jumlah kendaraan: 24 kendaraan/menit
Jalan Bandara Kualanamu : Lebar jalan : 24 m
Sirkulasi : Jalan 2 Arah (ke Bandara Kuala Namu dan ke Batang Kuis-Tajung Morawa)
Parkir : Tidak tersedia lahan parkir, off street parking di tempat umum yang dirasakan perlu (tidak terdapat rambu dilarang parkir).
Pedestrian : Tidak tersedia pedestrian. GSB : 13m
Jumlah Kendaraan : 68 kendaraan/ menit.
Solusi untuk Sirkulasi, Jalan, Parkir, dan entrance :
Gambar 4.15. Analisa sirkulasi site
Analisa Entrance masuk lebih berpotensi dari arah jalan Bandara Kuala Namu, karena merupakan jalan utama dan dengan adanya jalan
perantara yang menghubungkan Jl. Batang Kuis ke Jl. Bandara Kuala Namu (jalan bundar) dapat dimanfaatkan untuk memudahkan pengunjung drop off berputar. Dan jalan keluar lebih berpotensi pada Jl. Batang Kuis, karena dapat langusng ke Tanjung Morawa dan ke Kuala Namu.
Untuk parkir, solusinya adalah dengan membuat lahan parkir atau gedung parkir sendiri di dalam site, agar tidak menimbulkan kemacetan.
4.1.10.Analisa Kebisingan dan Polusi
Tingkat kebisingan di Jl. Bandara Dikarenakan lalu lintas yang tidak terlalu banyak, tingkat polusi sedang.
Gambar 4.16. Sumber kebisingan pada tapak
Tingkat kebisingan perkebunan sekitar rendah. Sekitar 10-30 dB. Tingkat polusi rendah karena hanya ada perkebunan di sekitarnya. Solusi :
Adanya filter kebisingan seperti penanaman vegetasi untuk menyaring kebisingan yang ditimbulkan dari jalan, dan membangun bangunan sesuai dengan peraturan GSB untuk memberi jarak agar frekuensi suara bisa lebih tersaring.
Masalah : Tanaman yang ada di sekitar site berupa tanaman yang biasa ditanam di sekitar jalan. Jumlah tanaman tergolong sedikit karena di sekitar site masih berfungsi sebagai perkebunan. Apabila ada bangunan di sekitar site ini kemungkinan besar akan terjadi genangan air.
Solusi : Memperbanyak jumlah tanaman sehingga penyerapan air meningkat walaupun site ini memiliki bangunan, air tidak akan tergenang dalam waktu yang lama.
Potensi : Tanaman dengan jumlah daun yang banyak dapat mengurangi intensitas cahaya dan panas yang akan mengenai bangunan. Tanaman yang memiliki bunga dapat digunakan dalam merancang landscape bangunan.
4.2. Analisa Fungsional
4.2.1. Analisa Jumlah Pengunjung
Asumsi pengunjung yang berasal dari Kec. Batang Kuis dan sekitar, dan juga berasal dari turis yang berkunjung ke Medan.
Berikut merupakan jumlah penduduk sekitar dari data BPS 2014: Jumlah penduduk Kec. Batang Kuis = 62348 jiwa Jumlah penduduk Kec. Beringin = 55276 jiwa Jumlah penduduk Kec. Tanjung Morawa = 89873 jiwa Jumlah penduduk Kec. Lubuk Pakam = 213372 jiwa Total penduduk sekitar = 420869 jiwa Asumsi pengunjung dari Kab. Deli Serdang yang datang dari luar adalah 10.000 orang.
72 Tabel 4.4. Tabel penumpang pesawat
Tahun Internasional Domestik
Datang Berangkat Transit Datang Berangkat Transit
2003 287.693 294.657 - 1.506.888 1.065.908 31.186
Sumber : Data PT Angkasa Pura II
Jumlah penumpang domestik rata-rata = 3.378.760 penumpang/tahun Jumlah penumpang domestik transit rata-rata = 89605 penumpang/tahun %penumpang transit= (89605/3.378.760)*100% = 2.65%
Perkiraan transit pada Bandara kualanamu : 3-4%
Jumlah penumpang transit/hari = 3-4%*8054 penumpang /hari = 241.62
– 322.16 penumpang/hari
Asumsi jumlah pengunjung pusat perbelanjaan :
o %pengunjung dari penduduk = 1-2% dari jumlah penduduk =1-2% *430.869 jiwa
= 4308 – 8617 jiwa o %pengunjung dari turis transit = 20% dari turis transit
= 20% * 322.16 jiwa = 64 jiwa
o %pengunjung dari turis = 3-5% dari jumlah turis = 3-5% * 8054 jiwa = 242-403jiwa
Total asumsi pengunjung dalam satu hari yang berkunjung ke pusat perbelanjaan adalah 4614-9084 jiwa
4.2.2. Analisa Perhitungan Parkir
Perhitungan kebutuhan tempat parkir didasarkan dari jumlah pengunjung, dengan asumsi waktu kunjungan tiap orang ke mall tiga jam dan waktu operasi pusat perbelanjaan adalah 9 pagi-11 malam (15 jam).
Terdapat 5 shift waktu dalam sehari = 9084/5
= 1816.8 orang ≈1818orang Asumsi %persentase kendaraan = 45% mobil, 55% motor
Parkir mobil = 45% *1818 = 818 orang:4 orang/mobil =204.5 mobil Parkir motor = 55% *1818 = 1000orang : 2 orang/motor = 500 motor Asumsi penambahan parkir mobil 30%, parkir motor 10%, maka, Total parkir mobil = 264mobil (pembulatan ke atas)
Total parkir motor = 550 motor (pembulatan ke atas) 4.2.3. Analisa Ruang
Fasilitas Mall
Tabel 4.5. Program ruang fasilitas umum Mall Jenis Fungsi Jenis Ruang Standar Jumlah
(Unit)
Total fasilitas umum 1333.45 sirkulasi 20% 266.69
74 Tabel 4.6. Program ruang fasilitas pengelola Mall
Jenis
Fungsi Jenis ruang Standar
Jumlah
total fasilitas pengelola 908.6 sirkulasi 20% 181.72
total 1090.32
Tabel 4.7. Program ruang fasilitas rekreasi Mall
Jenis Fungsi Jenis Ruang Standar Jumlah (Unit)
Total fasilitas rekreasi 337.2 sirkulasi 20% 67.44
total 404.64
Tabel 4.8. Program ruang fasilitas perbelanjaan Mall
Jenis Fungsi Jenis Ruang Standar Jumlah
(Unit)
Total fasilitas perbelanjaan 6750.6 sirkulasi 25% 1687.65
76 Tabel 4.9. Program ruang fasilitas kuliner Mall
Jenis Fungsi Jenis ruang Standar Jumlah (unit)
Total fasilitas rekreasi 2430.6 sirkulasi 25% 607.65
Fasilitas Galeri
Tabel 4.10. Program ruang fasilitas umum Galeri Jenis Fungsi Jenis
Ruang Standar
Total fasilitas umum 247.534 sirkulasi 20% 49.5068
total 297.041
Tabel 4.11. Program ruang fasilitas berbelanja Galeri
Tabel 4.12. Program ruang fasilitas pengelola Galeri Jenis Fungsi Jenis ruang Standar Jumlah
(unit)
78 Fasilitas Arcade
Tabel 4.13. Program ruang fasilitas berbelanja Arcade Jenis Fungsi Jenis ruang Standar Jumlah
(unit) Tabel 4.14. Program ruang fasilitas kuliner Arcade Jenis Fungsi Jenis ruang Standar Jumlah
(unit)
Tabel 4.15. Program ruang fasilitas umum basement Jenis Fungsi Jenis ruang Standar Jumlah
(unit)
Total fasilitas umum 209.804 sirkulasi 20% 41.9608
total 251.765
Tabel 4.16. Program ruang fasilitas pengelola basement Jenis
Fungsi Jenis ruang Standar
Jumlah
total fasilitas pengelola 812.925 sirkulasi 25% 203.231
total 1016.16
Tabel 4.17. Program ruang fasilitas parkir basement Jenis Fungsi Jenis ruang Standar Jumlah
80 Fasilitas Musholla
Tabel 4.18. Program ruang fasilitas musholla Jenis Fungsi Jenis ruang Standar Jumlah
(unit)
Tabel 4.19. Program ruang fasilitas taman
Taman publik 3025 m2
Taman entrance 1070m2
Taman arcade 450m2
Tabel 4.20. Program ruang fasilitas parkir servis Jenis Fungsi Jenis ruang Standar Jumlah
(unit)
Tabel 4.21. Rekapitulasi luas bangunan Bangunan Luas total
Mall 14571.60
Galeri Kerajinan 1487.41
Arcade 400.5
Musholla 291
Total luas 16750.50 4.2.4. Analisa Suasana Ruang
Menurut Nimpoeno (1983) suasana ruang yang terbentuk akan mempengaruhi persepsi, kognisi dan proses motivasi yang menyatu dalam sistem kepribadian individu, kemudian membentuk respons-respons terhadap suasana ruang tersebut yang diwujudkan oleh perilaku atau kegiatan.
Tabel 4.22. Analisa suasana ruang
Fungsi Ruang Suasana ruang
Fasilitas untuk berjalan-jalan, tidak terlalu sempit, plafon tidak terlalu rendah. Area depan sebaiknya transparan dan sebagai display area untuk menarik pengunjung, pintu masuk lebar agar nyaman untuk keluar masuk, area sirkulasi tidak membingungkan, terdapat area kosong
untuk mempermudah pergantian dekor untuk seasonal
sales.
Retail Lux standar 500 lux dan temperatur 18˚C, tinggi bersih
3.3-3.8m, area depan toko transparan sehingga para pengunjung dapat melihat-lihat barang, interior toko memiliki area sirkulasi yang nyaman dan tidak terlalu dekat dengan rak.
Minimarket Lux standar 500 lux dan temperatur 18˚C, interior toko
memiliki area sirkulasi yang nyaman dan tidak terlalu dekat dengan rak. Lighting yang digunakan sebaiknya putih agar lebih mudah melihat produk-produk. Plafon tinggi atau rakyang digunakan tidak melewati 2m agar tidak terasa terkekang.
Toko buku Lux standar 500 lux dan temperatur 18˚C, penyusunan
buku teratur dan area jalan cukup luas untuk satu orang berdiri dan berjalan, plafon tidak terlalu rendah agar tidak merasa sempit. Warna lampu penerangan sebaiknya putih agar terlihat bersih dan terang.
Pusat oleh-oleh
Lux standar 500 lux dan temperatur 18˚C, area kasir tidak sempit aagar lebih nyaman dalam mengantri. Area depan toko bisa terbuka agar tidak terasa sempit dan lebih mengudang pengunjung untuk melihat-lihat. Rak-rak ada yang tersusun menghadap ke koridor agar dapat diperhatikan oleh pengunjung.
Apotek Area depan toko sederhana, dan tembus pandang
82 Galeri
kerajinan tangan
Lux standar 200 lux, penempatan kerajinan yang sesuai dengan jarak pandang. Area jalan cukup luas untuk pengunjung dapat melihat sambil berjalan berkeliling. Pencahayaan terang/ambien, untuk area pameran, warna dinding/ lantai/ perabot warna netral untuk menghindari konflik warna. Terdapat setting seperti taman/ panjangan sebagai titik pandang utama. Memberi pencerahan bagi karyawan dan pengunjung Tempat pijat
refleksi
Nyaman, tenang, tidak terganggu keributan dari luar/ lingkungan sekitar, penerangan dapat menggunakan warna yang hangat, warna dinding, lantai dan plafon menggunakan warna hangat. Area masuk sebisa mungkin tidak tertutup tapi tidak terlalu terbuka agar tidak terasa asing.
Fasilitas plafon tinggi, dapat saja terbuka ke lobby.
Lobby Luas, lux standar 100-200 lux , pencahayaan
terintegrasi dengan r. Informasi, terdapat cahaya alami yang masuk, tembus pandang ke lingkungan luar, selaras dengan area sekitar, suhu dingin.
R. atm; Money changer
terbuka ke sirkulasi utama sehingga mudah diakses tapi tidak terlalu jauh dari keramaian, plafon tidak tinggi agar tidak terkesan kosong, penerangan terang/ambien, cukup luas, warna interior terang agar terlihat bersih dan natural.
Toilet Terang/ambien, tidak terlalu sempit, warna yang
digunakan hangat dan terang, lantai toiletmudah kering agar tidak terkesan kotor, sistem utilitas tidak terlihat.
Musholla Nyaman dan tenang, jauh tapi mudah diakses dari area
perbelanjaan
Parkir Mudah dicapai dari area perbelanjaan dan pintu masuk,
pencahayaan sedang, bersifat terbuka Fasilitas terang, dan terdapat lapu meja, ruanagan memberi citra profesionalisme, rapi, dan khusus
Keamanan Mudah dicapai dan dapat mengawasi pintu masuk dan
area perbelanjaan, pos satpam terbuka ke area sirkulasi utama
Utilitas Warna ruangan terang, pencahayaan sedang, ruang
genset memerlukan peredam agar tidak mengganggu, interior ruangan bersifat formal dan rapi.
4.2.5. Analisa Bentuk
Bentukan massa dipengaruhi oleh orientasi lahan terhadap matahari dan bentuk site dan bentukan dasar yang diambil. Analisa bentuk dasar bangunan dapat melalui bentuk dasar, yaitu :
Tabel 4.23. Analisa bentuk Kriteria Bentuk dasar bangunan
Kesesuaian bentuk site baik baik Kurang Orientasi bangunan Baik, orientasi
jelas
Baik, orientasi ke segala arah
Tidak jelas
Efisiensi ruang efisien Kurang efisien Tidak efisien Efisiensi Struktur dan
konstruksi Bangunan
Lebih mudah Cukup sulit Mudah
Ekonomi Bangunan Lebih hemat Hemat Kurang baik Kesan yang ingin
dicapai
Baik Baik Baik
Bentukan yang akan diambil untuk desain adalah bentukan persegi yang memiliki efisiensi yang bagus dipadukan dengan bentuk segitiga untuk menambah kesan. Dengan bentukan dasar ini, maka bentukan massa bangunan yang akan digunakan seperti pada gambar 4.24. (bentuk warna kuning) dimana bentuk yang diambil sesuai dengan penerapan tema.
84 4.3.Analisa Teknologi
4.3.1. Analisa Struktur
Dalam analisa struktur, terdapat beberapa desain struktural yang harus diperhatikan, yaitu letak inti bangunan.
Tabel 4.24. Analisa inti bangunan
Pemilihan letak inti bangunan pada perencanaan pusat perbelanjaan ini adalah beberapa kriteria yaitu, pemanfaatan luas lantai yang efisien, fleksibilitas ruang, kejelasan pola sirkulasi, dan kekakuan struktur. Dari tabel diatas, terdapat beberapa letak inti bangunan yang dapat dipilih, yaitu inti bangunan di ujung, di tengah, dan di sudut. Dapat disimpulkan bahwa inti bangunan di ujung memiliki keunggulan dalam fleksibiltas ruang dan cocok dalam desain bentuk rancangan yang memanjang.
4.3.2. Analisa Konstruksi
Analisa konstruksi bangunan berkaitan dengan material yang akan digunakan, yaitu :
Tabel 4.25. Analisa konstruksi
Material Keuntungan Kelemahan
Beton Memiliki kekuatan yang tinggi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
Tahan terhadap temperatur tinggi
Dapat dibentuk
Termasuk bahan bangunan yang berat
Memiliki kuat tarik yang kecil Menuntut ketelitian dalam pelaksanaan dan termasuk lama dalam pengerjaan
Baja Memiliki kekuatan yang tinggi
Mudah dan cepat dalam pemasangan
Tidak tahan api
Perlu perawatan untuk mencegah korosi
Tidak dapat mencegah pergeseran horizontal
Baja komposit
Dapat mereduksi berat profil baja yang digunakan
Meningkatkan kekakuan plat lantai
Cepat dalam pemasangan strutkur utama
Jika beton mengalami rangkak, akan terjadi defleksi yang cukup besar dalam struktur
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa material yang cocok sebagai material bangunan perancangan ini adalah material baja komposit karena beban mati dari bangunan akan berkurang tapi masih memiliki kekakuan struktur yang bagus, juga termasuk cepat dalam pemasangan struktur utama.
4.3.3. Analisa Utilitas
Terdapat beberapa analisa utilitas yang harus dilakukan, yaitu pemilihan :
a. Sistem utilitas listrik
Terdapat beberapa sistem utilitas listrik yang dapat digunakan berdasarkan sumber energi yaitu sumber energi PLN, sumber energi Genset, dan sumber energi panel solar
Tabel 4.26. Analisa utilitas listrik
Sumber energi Keuntungan Kelemahan
PLN Biaya operasional murah,
dan tidak diperlukan supply bahan bakar
Memiliki batasan daya
Genset Daya yang dikeluarkan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan
Membutuhkan ruang operasional, dan biaya bahan bakar
Panel solar Daya yang digunakan
bersifat ramah lingkungan
86 b. Sistem utilitas air
Untuk pemasokan air bersih, terdapat beberapa sistem yang dapat digunakan yaitu :
- Up feed system; pengaliran air dengan tekanan pompa dari bawah
kekurangan : membutuhkan mesin bertekanan pompa yang cukup besar
- Down feed system; mengalirkan air ke penampung air di atap dan disalurkan ke bawah menggunakan gaya gravitasi. Kekurangan : memerlukan penampung air di atap yang menyebabkan penambahan beban bangunan yang berdampak pada biaya struktur bangunan.
Dapat disimpulkan bahwa sistem utilitas air bersih yang digunakan adalah sistem down feed dengan alasan untuk mempermudah penyalurakan air dengan pemanfaatan gaya gravitasi.
c. Sistem tata udara
Terdapat beberapa jenis sistem tata udara, yaitu : - Sistem tata udara langsung
Pada sistem ini, udara diturunkan suhunya oleh refrigeran dan disalurkan ke dalam ruangan tanpa saluran udara (ducting) dan menggunakan freon sebagai pendingin
- Sistem tata udara tidak langsung
Sistem ini dikenal sebagai sistem tata udara terpusat dimana udara disalurkan ke dalam ruangan melalui saluran udara (ducting) dari sebuah mesin AHU yang didukung oleh perangkat lainnya.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem tata udara yang efisien untuk perancangan ini adalah sistem tata udara tidak langsung dimana penyaluran udara bersifat terpusat dan tidak perlu menyediakan mesin AC untuk tiap retail.
d. Sistem transportasi vertikal
Terdapat beberapa jenis transportasi vertikal yang dapat digunakan yaitu:
Tabel 4.27. Analisa transportasi vertikal Transportasi Keuntungan Kelemahan Lift Membutuhkan ruang
sedikit dan dapat Eskalator Dapat langsung
menghubungkan antar lantai
Membutuhkan ruang yang banyak untuk
menghubungkan antar lantai Tangga Tidak membutuhkan
sumber energi dan biaya maintenance yang kecil
Tidak cocok sebagai akses utama untuk naik ke lantai selanjutnya jika total lantai bangunan banyak.
Pada perancangan ini, sistem transportasi lift, eskalator dan tangga akan digunakan dalam desain dengan alasan memberikan pilihan pada pengunjung bagaimana mengakses tiap lantai, apakah perlu langsung naik ke lantai atas atau mau berjalan-jalan di tiap lantai tanpa menunggu lift.
e. Sistem utilitas kebakaran
Dalam utilitas kebakaran, terdapat tiga macam automatic sprinkler system yaitu :
- Wet pipe sprinkler system
Pipa utama dan pipa distribusi sampai outlet selalu terisi penuh air dengan tekanan tertentu, yang siap sewaktu-waktu menyembur bila nozzle kena reaksi panas
Keuntungan : cepat bereaksi
Kelemahan : sering terjadi kebocoran pada pipa-pipa distribusi horisontal
- Dry pipe sprinkler system
88 akan membuka sehingga pipa horisontal penuh air dan menyembur keluar melalui nozzle.
Keuntungan: kemungkinan bocor sangat kecil
Kelemahan : kemungkinan reaksi penyemburan air terhadap suhu panas kurang cepat.
- Special sprinkler system
Merupakan sistem sprinkler yang menggunakan kabut air atau bahan kimia unutk memadamkan api
Dari tiga macam sprinkler ini, sistem sprinkler yang akan digunakan dalam desain adalah sistem dry sprinkler dimana sistem tidak membutuhkan maintenance yang terlalu sering. f. Letak shaft dalam bangunan
Letak shaft dalam bangunan berpengaruh terhadap letak inti bangunan. Telah disebut sebelumnya, letak inti bangunan yang digunakan adalah letak inti bangunan di tengah, maka letak shaft juga berada ditengah bangunan untuk menghemat area sistem utilitas. Dikarenakan fungsi bangunan adalah pusat perbelanjaan, maka sistem distribusi horizontal pada seluruh permukaan dibawah lantai memiliki efisiensi yang bagus
Tabel 4.28. Analisa distribusi shaft horizontal
4.3.4. Analisa Tata Lingkungan
Gambar 4.25. Analisa tata lingkungan
90 4.4. Analisa dan Penerapan Tema
Dalam perancangan pusat perbelanjaan ini, terdapat beberapa pilihan dalam penggunaan tema, dan tema yang diangkat pada perancangan ini adalah Tema Ekspresionisme.
4.4.1. Penerapan Tema dalam Perancangan Bangunan
Penerapan tema dalam perancangan terdapat pada struktural bangunan dan program ruang yang lahir dari keinginan mengekspresikan diri.
a. Struktural bangunan
Ekspresi yang digunakan dalam penerapan tema kedalam bentukan bangunan adalah penggunaan makna yang tersirat dalam lambang Kab. Deli Serdang.
Gambar 4.26. Lambang Kab Deli Serdang
Makna yang tersirat dalam lambang ini terletak pada lambang matahari terbit yang sedang naik yang melambangkan masa depan yang gemilang cita-cita yang tinggi serta kegairahan bekerja yang penuh semangat dan keyakinan. Dan ditambah dengan salah satu makna dari motto daerah yaitu PERKASA : Menggambarkan / mengartikan bahwa Kabupaten Deli Serdang masyarakatnya yang beraneka ragam tapi mempunyai semangat perjuangan dan kesatuan telah menjadi daerah kuat dan kokoh baik dimasa perjuangan kemerdekaan maupun dalam mengisi kemerdekaan dengan pembangunan.
Persepsi struktural dari ekspresi tersebut berupa perasaan ketika melihat matahari terbit yang muncul dari balik gunung.
Gambar 4.27. Persepsi struktural bangunan
b. Program ruang
Tema mengekspresikan daerah ini dapat diterapkan ke dalam program ruang yaitu dengan menyediakan area pameran dimana pada kasus ini pameran dipusatkan pada kerajinan tangan untuk meningkatkan perekonomian daerah dengan investor yang tertarik terhadap kerajinan tangan daerah ini. Untuk menarik pengunjung agar datang ke pameran ini juga dapat disediakan workshop untuk menunjang aktivitas pembuatan kerajinan tangan dan memperlihatkan proses tersebut kepada masyarakat atau pengunjung.
4.5. Kesimpulan
92 Iklim rata-rata kawasan ini adalah 22,4 ˚C -32 ˚ C dan tapak berorientasi selatan barat. Jatuhan bayangan pagi akan menutup pemukiman sehingga ketinggian bangunan harus diperhatikan atau orientasi bangunan tidak boleh menutupi pemukiman. Skyline pada kawasan ini pun termasuk rendah dimana bangunan sekitar hanya satu atau dua lantai, sehingga menambah potensi lahan yaitu sebagai point of view/ landmark. View dari tapak memiliki beberapa kelebihan seperti memiliki view ke jalan simpang tiga yang bagus, dan lebar, tetapi view sekitar site masih berupa rupa lahan perkebunan. View menuju dalam site memiliki potensi yang berada di Jl. Bandara Kualanamu dimana view dari titik tersebut memiliki jarak pandang yang luas.
Kebisingan tapak dapat diselesaikan dengan penanaman pohon sebagai
buffer dimana terdapat beberapa jenis pohon yang dapat ditanam yang sesuai dengan vegetasi disekitar site. Beberapa utilitas seperti listrik, air, telepon, saluran pembuangan telah terdapat disekitar site.
Berdasarkan perhitungan, asumsi jumlah pengunjung yang datang dalam satu hari adalah 4614-9084 jiwa dengan penyediaan tempat parkir adalah 260 mobil dan 572 motor. Waktu operasi pusat perbelanjaan ditetapkan 9 pagi-11 malam. Luas fasilitas mall adalah 14571.60m2, luas fasilitas galeri adalah 1487.41m2, luas fasilitas arcade adalah 400.5m2, luas fasilitas musholla adalah 291m2, dan luas total adalah 16750.50 m2.
Bentukan dasar dari bangunan adalah persegi yang dipadukan dengan segitiga. Letak inti bangunan yang dipilih adalah letak di ujung bangunan, dengan material bangunan adalah baja komposit. Terdapat beberapa sistem utilitas yang dipilih dari analisa ini, yaitu :
- Sistem utilitas listrik yang bersumber utama dari PLN, dan pendukungnya adalah sistem genset;
- Sistem utilitas air yang menggunakan sistem down feed;
- Sistem tata udara yang dipilih adalah sistem tata udara langsung; - Sistem transportasi vertikal dalam perancangan adalah lift, eskalator,
dan tangga;
- Sistem sprinkler yang diterapkan adalah sistem dry sprinkler.
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1. Konsep Dasar
Konsep perancangan Mall Ekspresionis Deli Serdang menggunakan tema arsitektur ekspresionisme dimana ekspresi yang ingin diterapkan adalah ekspresi dari makna yang terkandung dalam lambang dan motto Kabupaten Deli Serdang. Pengambilan tema didasari dengan keinginan untuk memperkenalkan atau menonjolkan Kabupaten Deli Serdang. Makna dari lambang Kabupaten Deli
Serdang yang akan digunakan adalah “masa depan yang gemilang” dan makna
dari motto Kabupaten Deli Serdang yang berarti “semangat perjuangan daerah yang kuat dan kokoh”. Penerapan tema ekspresi ini akan diterapkan pada pengolahan bentukan massa dan tata ruang luar.
Gambar 5.1. Lambang Kabupaten Deli Serdang
95 5.2. Proses Perancangan
Gambar 5.3. Proses Perubahan Rancangan
Pada proses perancangan Mall Ekspresionis Deli Serdang, terdapat beberapa proses perubahan terjadi dalam desain. Pada gambar 5.1. dapat dilihat bahwa terdapat tiga proses desain yang telah dilalui untuk mencapai desain akhir.
Pada desain awal, bangunan berbentuk satu massa memanjang dimana
area “2” adalah area galeri kerajinan
pemerintahan dan bagian bangunan lainnya adalah mall milik swasta dengan musholla berada di belakang bangunan mall dan berhadapan dengan sebuah taman. Akses servis juga merupakan akses utama bangunan dan area servis berada di samping bangunan.
Permasalahan yang ditemui pada desain awal ini adalah
- area “1” yang berpotensial sebagai area penarik perhatian atau area
landmark, masih belum terlihat penggunaan potensi terhadap bangunan;
- area “2” juga yang merupakan area pusat oleh-oleh dan pintu masuk terlalu jauh dari area parkir outdoor sehingga area ini akan sulit dijangkau dari parkiran. ;
- Bentukan bangunan masih belum memperlihatkan tema arsitektur yang diangkat.
Gambar 5.4. Desain Awal
Pada desain kedua, bentukan bangunan telah dirubah untuk memperlihatkan tema pada denah dimana denah mengambil bentukan gunung. Area galeri
kerajinan pemerintahan, “3”, juga
didesain memiliki bangunan sendiri agar pihak pemerintahan memiliki bangunan tersendiri dan dekat dengan parkir outdoor. Galeri kerajinan ini juga berada pada area strategis sehingga dapat menjadi
landmark dan langsung dilihat orang. Bangunan mall dan galeri ini dihubungkan oleh sebuah pedestrian.
Permasalahan yang muncul pada desain kedua ini adalah :
- Pintu masuk basement terletak terlalu dekat dengan dengan area drop off, “4”, sehingga akan menyebabkan area tersebut crossing dan akan menyebabkan kemacetan pada saat ramai;
- Area pedestrian untuk menuju galeri kerajinan dapat dimanfaatkan sebagai area komersil.
Pada desain ketiga, terdapat beberapa perubahan yang terjadi yaitu :
- Area drop off ,”6”, telah
dirubah letaknya dan dengan berubahnya letak
drop off, maka jalur menuju basement tidak memiliki banyak crossing dan tidak akan macet walaupun ramai;
Gambar 5.5. Desain ke-dua
97 - Pada bagian depan bangunan terdapat sebuah taman sebuah area penyambut
dari tangga basement;
- Letak bangunan yang berubah untuk menyesuaikan dengan area drop off; - Akses servis telah didesain terpisah dari akses utama bangunan dan area
servis bangunan berada di belakang bangunan;
- Pada area belakang bangunan juga terdapat parkir untuk pegawai; - Parkir galeri diletakkan tepat disamping bangunan galeri;
- Area pedestrian menuju galeri didesain menjadi sebuah arcade dan terdapat sebuah taman dengan area fastfood di dekatnya;
- Musholla memiliki bangunan sendiri pada bagian belakang mall;
- Pada bagian belakang bangunan juga terdapat sebuah taman bermain outdoor yang diperuntukkan untuk anak-anak.
Permasalahan yang muncul pada desain ini adalah :
- Perbedaan letak bangunan galeri dan mall sehingga dapat menyebabkan perbedaan pengunjung dan sedikitnya pengunjung yang akan berkunjung pada bangunan galeri kecuali diperlukan;
- Bentukan bangunan yang kurang memperlihatkan suasana mall dimana sirkulasi tidak mengelilingi void bangunan ;
- Penerapan tema dalam bangunan lebih tepat diterapkan secara ekspresi berdasarkan struktural untuk mendapatkan bentukan bangunan yang sesuai dengan tema yang diangkat.
Perubahan untuk menanggapi permasalahan sebelumnya telah diterapkan yaitu :
- Perubahan bentukan mall untuk memperlihatkan kesan mall yang lebih luas;
- Bangunan galeri dipindahkan lebih dekat dengan bangunan utama agar memiliki pengunjung yang sama dan dapat dengan gampang diakses; Gambar 5.7. Desain akhir
- Desain jalan yang disesuaikan agar memiliki dua jalan keluar yaitu jalan keluar menuju Jl. Bandar Kualanamu, dan jalan keluar menuju Jl. Batang Kuis;
- Desain taman di dekat area foodcourt luar untuk menunjang aktivitas
outdoor;
- Peletakan fasilitas utilitas pada bagian belakang bangunan untuk mempermudah maintenance.
5.3. Konsep Perancangan Tapak 5.3.1. Konsep Pencapaian Tapak
Gambar 5.8. Sirkulasi Pencapaian Tapak
Tapak perancangan dapat diakses melalui Jl. Bandar Kuala Namu untuk menuju entrance utama, drop-off, basement dan sebuah jalan servis juga didesain untuk memiliki entrance yang berbeda. Area exit tapak memiliki dua pilihan yaitu dapat menuju ke Jl. Batang Kuis atau langsung keluar menuju ke Jl. Bandar Kualanamu sedangkan exit untuk area servis menuju ke Jl. Bandar Kualanamu .
dropoff
99 5.3.2. Konsep Perancangan Tata Ruang Luar
Pada tapak, diberi beberapa zoning, sperti yang terlihat pada gambar
Gambar 5.9. Penzoningan Tapak
Bangunan terletak memanjang pada tapak dan memiliki setback yang jauh dari jalan sehingga bangunan dapat dilihat dari jalan secara keseluruhan. Area sirkulasi terdapat pada bagian depan bangunan dan bagian belakang sebagai area servis. Terdapat area taman pada bagian depan bangunan yang berfungsi sebagai area penyambut dan area taman pada bagian belakang bangunan sebagai area buffer dan pembatas dari sirkulasi servis dan area bermain outdoor.
5.3.3. Konsep Peletakan dan Gubahan Massa
Mall Ekspresionis Deli Serdang dirancang memiliki beberapa massa dengan konsep memanjang pada tapak dimana konsep yang digunakan pada tapak adalah konsep konfigurasi gunung. Jumlah massa adalah tiga, dimana terdapat sebuah massa utama (mall yang menyatu dengan galeri kerajinan) yang bersifat tertutup dan dua massa pendukung (arcade dan mushola) yang berbaur dengan taman. Peletakan bangunan juga mempertimbangkan kenyamanan pengunjung dalam berjalan-jalan dan keinginan untuk berbaur dengan lingkungan.
Gambar 5.10. Bangunan pada Tapak
Gambar 5.11. Konsep Konfigurasi Gunung pada Bangunan 5.3.4. Konsep Sirkulasi Tapak dan Parkir
Sirkulasi pada tapak dikelompokkan menjadi dua yaitu sirkulasi kendaraan dan pedestrian. Sirkulasi kendaraan juga terbagi menjadi dua yaitu sirkulasi pengunjung dan servis. Kedua sirkulasi ini dipisah agar sirkulasi pengunjung tidak terganggu oleh sirkulasi servis. Area masuk sirkulasi servis berada setelah entrance pengunjung agar pengunjung tidak salah memasuki
101 Sirkulasi pedestrian terpusat pada area bangunan galeri dan arcade dimana area ini bersifat terbuka dan menjadi penghubung dari bangunan galeri dan mall. Juga terdapat pedestrian pada seberang drop-off sebagai penunjang area tangga naik dari basement.
Gambar 5.12. Sirkulasi Kendaraan dalam Tapak
Gambar 5.13. Sirkulasi Pejalan Kaki
dropoff
basement
Area parkir terbagi menjadi dua bagian yaitu basement dan parkir servis. Parkir servis terletak pada bagian belakang tapak dan pada dua sisi bangunan dimana dari tempat parkir tersebut memiliki akses langsung menuju ke lift servis. Pada rancangan ini, basement memiliki dua lantai dimana tempat parkir ini diperuntukkan untuk pengunjung mall. Parkir motor terletak pada basement 1 dan parkir mobil terletak pada basement 1 dan 2.
Gambar 5.14. Area Parkir dalam Tapak
Gambar 5.15. Basement 1 dan 2 Bangunan
103 5.3.5. Konsep Utilitas
Gambar 5.16. Letak Utilitas Bangunan pada Tapak
Letak sistem utilitas tangki dapat dilihat pada gambar 5.15. dimana tangki air bersih (ground water tank) dan rain harvesting tank berada di belakang dan tangki IPAL berada agak depan agar lebih mudah untuk menyalurkan limbah cair bersih ke pembuangan kota.
5.4. Konsep Perancangan Bangunan 5.4.1. Konsep Sirkulasi
Pada desain bangunan area perbelanjaan, sirkulasi horizontal yang digunakan adalah sistem sirkulasi linear lurus dengan konsep bahwa di kedua ujung terdapat sebuah magnet anchor.
Untuk sirkulasi vertikal mall, pada desain tersedia beberapa transportasi yaitu :
- Eskalator, sebagai transportasi vertikal yang tidak memerlukan waktu tunggu;
- Lift, terbagi dua, lift servis dan lift pengunjung, sebagai transportasi vertikal untuk langsung menuju lantai-lantai tertentu;
- Tangga kebakaran, sebagai transportasi vertikal darurat jikalau terjadi bencana.
Gambar 5.17. Sirkulasi Mall
Sistem sirkulasi horizontal linear juga diterapkan pada bangunan arcade.
Gambar 5.18. Sirkulasi Bangunan Arcade 5.4.2. Konsep Perancangan Tata Ruang
Dengan konsep sirkulasi linear pada mall, maka tata ruang juga bersifat linear, dengan skema penyusunan ruang tiap lantai dapat dilihat pada gambar dibawah. Tata ruang horizontal linear ini juga diterapkan pada bangunan Arcade dan Galeri
Magnet
anchor
Menuju mall
105 Gambar 5.19. Tata Letak Ruang Mall
Gambar 5.20. Tata Letak Ruang Arcade 5.4.3. Konsep Bentuk dan Estetika Bangunan
Dalam menentukan bentukan bangunan, terdapat beberapa ekspresi yang dapat dilakukan, yaitu ekspresi arsitektural melalui pola atau pattern
seperti ornamen dan ekspresi struktural seperti memperlihatkan struktural bangunan. Makna ekspresionisme yang diangkat dapat secara abstrak dianggap sebagai sebuah gambaran gunung, dan dengan dasar itu, maka ekspresi bentukan yang diambil adalah ekspresi struktural yaitu struktur atap tenda.
Gambar 5.21. Konsep Bentukan Bangunan
Gambar 5.22. 3D mall
Bangunan arcade sebagai bagian dari tapak yang memiliki konsep konfigurasi gunung juga mengambil bentukan bangunan tenda
Gambar 5.23. 3D Arcade
Bangunan musholla pada desain ini memiliki konsep bentukan yang lebih fungsional dan dengan konsep ekspresionisme alam, memiliki bentukan yang menyerupai gunung dengan kolom yang mengambil bentukan pohon dan adanya kolam di samping bangunan.
107 5.5. Konsep Perancangan Struktur Bangunan
5.5.1. Konsep Dasar Struktur dan Konstruksi
Konsep struktur yang akan digunakan dalam Mall Ekspresionis Deli Serdang adalah struktur beton komposit sebagai struktur utama dan terdapat penggunaan kaca pada bagian atap sebagai penyatu dengan ruang luar dimana struktur kaca tersebut menggunakan struktur baja space truss dan struktur atap lainnya merupakan struktur tenda. Pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang yang diikat dengan sloof.
Gambar 5.25. Potongan mall
Bangunan arcade juga menggunakan struktur atap tenda dengan struktur kolom beton komposit. Konsep struktur yang digunakan pada mushola adalah struktur beton komposit sebagai kolom dan balok dan struktur baja pada bagian atap. Kedua bangunan ini menggunakan pondasi telapak yang diikat dengan sloof.
Gambar 5.26. Potongan arcade Gambar 5.27. Potongan musholla Konstruksi yang akan digunakan adalah konstruksi dimana baja akan diolah di pabrik dan pemasangan baja dilakukan on-site dan pengecoran beton akan dilakukan dengan bantuan alat berat.
5.5.2. Konsep Pemilihan Jenis Struktur, Bahan, dan Sistem Konstruksi Jenis struktur yang digunakan sebagai struktur utama bangunan-bangunan desain adalah sistem struktur rigid frame. Alasan pemilihan struktur ini karena struktur pada bangunan ini tidak ditonjolkan dan konsep desain bangunan memiliki konfigurasi struktural yang umum sehingga tidak perlu menggunakan struktur bentang lebar atau bangunan bertingkat tinggi, juga struktur ini dipilih untuk menyederhanakan area interior bangunan dimana jikalau struktur ditonjolkan, maka utilitas juga akan terlihat dan akan terlihat padat.
Bahan struktur yang dipilih sebagai struktur utama bangunan adalah struktur baja komposit. Struktur ini dipilih dengan beberapa pertimbangan yaitu :
- Cepat dalam pemasangan struktur utama
- Beban struktural dapat dikurangi
- Kekakuan bangunan meningkat
Struktur kaca dengan penopang struktur baja rangka bidang dipilih unutk memunculkan kesan lapang dan struktur yang tidak terlalu rumit. Pondasi pancang digunakan pada bangunan mall dengan pertimbangan jumlah lantai yaitu empat lantai dan kondisi tanah yang tidak dapat ditentukan.
Pondasi yang dipilih untuk bangunan galeri, musholla dan arcade adalah pondasi telapak dengan pertimbangan bahwa beban bangunan masih dapat ditahan dengan pondasi telapak (bangunan galeri dua lantai, arcade dan musholla satu lantai) dan diikat dengan sloof.
109 o Penggalian tanah untuk pembuatan basement diikuti dengan
dewatering
o Pemasangan sheet pile sementara
o Pengeboran dan pemasangan pondasi tiang pancang
o Pembuatan rangka basement dan pengecoran sloof dan plat lantai o Pengecoran basement secara bertahap
o Pemasangan kolom dan balok baja basement
o Pemasangan floordeck dan pengecoran beton pada kolom, balok, dan floordeck
o Instalasi Ground Water Tank dan IPAL o Penimbunan tanah dan pengolahan tapak
o Pemasangan kolom dan balok baja bangunan lantai 1 dan seterusnya
o Pengecoran selimut beton pada struktur baja o Pemasangan dinding batako eksterior
o Pemasangan struktur atap dan pengecoran rooftop
o Instalasi beberapa utilitas ke dalam bangunan (lift, chiller, ahu) o Pemasangan struktur fasad
o Pemasangan mekanikal elektrikal o Pemasangan plafon
o Finishing
5.5.4. Perhitungan Umum Dimensi Struktur dan Konstruksi
Dalam perancangan struktur bangunan, terdapat perhitungan dimensi umum struktur, yaitu perhitungan dimensi balok. Perhitungan dimensi balok dapat dilakukan setelah mengetahui bentang antar kolom. Bentang antar kolom pada bangunan mall dan galeri adalah 8m, sehingga dimensi tinggi dan lebar balok secara berturut-turut dapat dihitung dengan 1/12 dari bentangan dan 1/2 dari tinggi balok.
Maka, perhitungan dimensi balok adalah sebagai berikut : Tinggi balok = 1/12 dari bentang = 1*8m/12 = 0.667m Lebar balok = ½ dari tinggi balok = 1*0.667m/2= 0.335m
Struktur yang digunakan adalah struktur beton komposit sehingga ukuran balok disesuaikan dengan ukuran baja WF. Maka ukuran balok utama yang diambil adalah baja WF dengan ukuran 0.533*0.209 m dan dimensi balok adalah 0.63*0.3 m dengan ketebalan selimut beton adalah 0.05m.
Ukuran balok anak dapat dihitung dengan 2/3 dari tinggi balok induk dan lebar anak balok ½ dari tinggi balok anak.
Maka, perhitungan dimensi balok anak adalah sebagai berikut: Tinggi balok = 2*0.63m/3 = 0.42m
Lebar balok = ½ dari tinggi balok anak = ½ *0.42m=0.21m
Ukuran balok anak juga disesuaikan dengan ukuran baja WF, sehingga ukuran balok anak yang digunakan adalah 0.45 *0.27 m dengan ukuran baja WF 0.352*0.171m.
Dengan diketahuinya besar balok utama, maka, ukuran kolom dapat diasumsi tidak lebih kecil dari ukuran balok utama, sehingga ukuran kolom yang digunakan adalah 0.7*0.7m
5.6.Konsep Perancangan Utilitas Bangunan 5.6.1. Konsep Penyediaan Air Bersih
Untuk sistem utilitas air bersih, sistem yang digunakan adalah sistem
down feed dimana pengaliran air dengan tekanan pompa dari bawah dengan sumber air bersal dari PDAM.
Gambar 5.28. Konsep Sistem Air Bersih
111 Maka, volume kebutuhan air bersih maksimum adalah
= 9084 orang x 50 L/orang = 454200 L/ hari
Diperkirakan perlu adanya penambahan sebesar 20% untuk kebocoran dan lain-lain = 545040L
Untuk kebutuhan air kantor, kebutuhan rata-rata per orang per liter adalah 100 liter. Maka perhitungan kebutuhan air kantor adalah
= 45 orang x 100 L/orang =4500 L/hari
Untuk kebutuhan air toilet dapat dihitung, sebagai berikut :
o Kloset dalam sekali penggunaan memerlukan 13.5 – 16.5 liter. Penggunaan kloset per jam 6-12 kali. Waktu operasi mall 15 jam, maka kebutuhan volume maksimum =
16.5 liter/ penggunaan x 12 penggunaan/jam x 15 jam = 2970 liter/hari untuk satu kloset.
o Wastafel dalam sekali penggunaan memerlukan 10 liter. Penggunaan wastafel per jam 6-12 kali. Waktu operasi mall 15 jam, maka kebutuhan volume maksimum =
10 liter/ penggunaan x 12 penggunaan/jam x 15 jam = 1800liter/hari.
Maka kebutuhan air untuk toilet = 4770 L/hari
Dari perhitungan diatas, maka total volume kebutuhan air bersih adalah 545040L +4500 L + 4770 L =554310 L = 554.31 m3.
Dalam desain, GWT dibagi menjadi dua, maka volume masing-masing GWT = 554.31 m3 /2 = 277.155 m3.
5.6.2. Konsep Sistem Pengelolaan Limbah
Sistem pengelolaan limbah dibagi menjadi beberapa bagian yaitu, grease trap sebagai penyaring limbah yang berasal dari dapur, septic tank sebagai penyaring limbah cair dan padat (toilet, dan hasil saringan grease trap), dan bak kontrol sebagai penyaring limbah cair dan bahan kimia (sabun).
Gambar 5.29. Konsep Sistem Air Limbah
Dimensi IPAL yang digunakan dapat dihitung berdasarkan luas lantai bangunan, yaitu untuk fungsi perbelanjaan memiliki rasio 0.016-0.020. Maka dimensi IPAL = 0.020 x 15000 = 300 m3.
5.6.3. Konsep Sistem Air Hujan dan Drainase
Konsep sistem air hujan yang digunakan adalah sistem rain harvesting
untuk pemanfaatan air hujan dan sistem bioswale sebagai area penyerapan pada tapak.
Gambar 5.30. Konsep Sistem Air Hujan
Kapasitas rain water tank dapat dihitung dengan luas atap dimana jika luas atap 1500-3000 m2, maka kapasitas tangki 120 m3.
5.6.4. Konsep Sistem Penanggulan Kebakaran
Pada sistem penanggulan kebakaran terdapat beberapa komponen yang dapat ditentukan yaitu :
o Sitem sprinkler yang digunakan adalah sistem dry sprinkler dimana pipa sprinkler pada kondisi biasa berisi udara dan membutuhkan tekanan tinggi dalam penyemburan air;
113 Gambar 5.31. Konsep Sistem Kebakaran
Jumlah kebutuhan hidran dan sprinkler dalam bangunan dapat dihitung berdasarkan luasan bangunan dengan menggunakan rumus :
∑
∑
Tabel 5.1. Perhitungan jumlah hidran dan sprinkler Luas Jumlah hidran Jumlah sprinkler
Lt1 4010.89 10 160
Lt2 4553.27 11 182
Lt3 4427.86 11 177
Lt4 3479.88 9 139
jumlah 41 659
Volume tangki air yang dibutuhkan dapat dihitung yaitu : o Volume tangki air sprinkler = jumlah sprinkler x 18x 30
= 355793.04liter
o Volume tangki air hidran = jumlah hidran x 400 x 30 = 494157liter
5.6.5. Konsep Sistem Elektrikal
Sumber utama pada sistem elektrikal bangunan berasal dari PLN dengan genset sebagai sumber cadangan.
Gambar 5.32. Konsep Sistem Elektrikal
5.6.6. Konsep Sistem Transportasi Vertikal
Terdapat beberapa trans portasi vertikal yang digunakan dalam desain yaitu lift, eskalator dan tangga kabakaran.
Gambar 5.33. Konsep Sistem Transportasi Vertikal Terdapat beberapa transportasi vertikal yang digunakan dalam desain yaitu lift, eskalator dan tangga kabakaran.
Gambar 5.34. Tabel perhitungan kapasitas lift
Dari tabel diatas, maka dapat ditentukan ukuran lift , dimana ukuran lift untuk kapasitas 20 orang adalah 2.7 x 2.6 m2. Jumlah lift penumpang dalam satu lantai terdapat 4 buah; 2 buah pada bagian timur mall dan 2 buah pada bagian barat mall; dan jumlah lift barang juga sama dengan lift penumpang. Maka, ruang mesin lift yang dibutuhkan adalah 72m2.
5.6.7. Konsep Sistem Tata Udara
Konsep sistem tata udara yang digunakan sebagai sistem pengudaraan mall dan galeri adalah sistem tata udara tidak langsung dimana penyaluran udara bersifat terpusat dan tidak perlu menyediakan mesin AC compact untuk tiap retail.
115 Untuk basement, sistem tata udara yang disediakan adalah sistem blower untuk memasukkan udara segar dan exhaust udara sebagai penarik udara basement
Gambar 5.36. Konsep Sistem Tata Udara Basement
Besar ruangan AHU dapat dihitung dengan rumus, yaitu 0.5 m2 per TR. TR dapat dihitung dengan :
Dimana :
BP = BSB +BSO+ BLO+BSL +CFM
BSB (Beban sensibel bangunan)= luas bidang x beban kalor
BSO (Beban sensibel orang)= okupansi x 200
BLO (Beban laten orang)= okupansi x250
BSL (Beban sensibel lampu) diasumsikan 100000
CFM (Beban infiltrasi/ventilasi) diasumsikan 150000
Maka,
Tabel 5.2. Perhitungan BSB lebar
bidang beban kalor lt1
Tabel 5.3. Perhitungan okupansi, BSO, dan BLO
Tabel 5.4. Perhitungan BP, TR, dan ruang ahu BP TR Ruang ahu (m2)
Lt1 786585 65.5487 32.774 Lt2 591660 49.305 24.652 Lt3 837898 69.8248 34.9124 Lt4 453111 37.7593 18.879
Dari perhitungan, dapat disimpulkan bahwa jika terdapat dua ruang AHU, maka, besar ruang ahu berkisar dari 10-17m2, maka besar ruang AHU yang diambil adalah 20 m2.
5.6.8. Konsep Sistem Penangkal Petir
Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem penangkal petir yang umum, yang terdiri dari beberapa komponen yaitu :
o Tiang penangkap petir / lightning rod
Berupa penghantar elektroda logam yang dipasang tegak sebagai penangkap petir
o Pemotong arus petir / lightning arrester
Sebagai pencegah kerusakan pada peralatan listrik o Penghantar penyalur arus petir / lightning conductors
Terdapat dua bagian yaitu penghantar penyalur utama (penghantar dari logam), penghantar penghubung (menghubungkan masing-masing penangkap petir dengan penghantar di atas tanah dan penghantar penyalur pembantu (pipa air hujan/ konstruksi logam lain yang dapat berfungsi sebagai pembantu penyalur arus petir) o Terminal hubung
Berfungsi sebagai titik hubung elektroda pengebumian o Sistem pengebumian
117 Gambar 5.37. Konsep Sistem Penangkal Petir
118 BAB VI
PERANCANGAN ARSITEKTUR
Gambar 6.1. Eksterior dan Interior Massa
120 Gambar 6.3. Groundplan
122 Gambar 6.5. Denah Basement 1
124 Gambar 6.7. Denah Lantai 2