• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHA MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA DENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "USAHA MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA DENG"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

USAHA MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA

DENGAN BUDIDAYA AYAM BURAS

Disusun Oleh :

Masjoko (1815145757)

Tugas Makalah Sebagai Tugas Individu Dikumpukan Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Keterampilan Bahasa Indonesia

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan sukur penulishaturkan kepada tuhan yang maha kuasa, karena kasih dan rahmat-nyalah dapat disusun makalah dengan judul

Usaha Meningkatkan Ekonomi Keluarga Dengan Budidaya Ayam Buras

Penulis ucapkan terimakasih kepada Dra. Sehati Kaban, M. Pd. Selaku dosen matakuliah Keterampilan Bahasa Indonesia yang telah membimbing Penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini. Penulis juga berterimakasih kepada orang tua, kakak, dan adik, serta teman-teman yang telah memotivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, semoga kita semua mendapat berkat dan rahmat Tuhan dengan berlimpah-limpah.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas perkuliahan Keterampilan Bahasa Indonesia. Secara umum makalah ini membahas bagaimana membudidayakan ayam buras dengan baik sehingga dapat meningkatkan ekonomi keluarga.

Dalam menyusun makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari segi pembahasan maupun sistematika penulisan. Untuk perbaikan dan pengembangan makalah ini kedepannya, keritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini memberi manfaat bagi kita semua, terimakasih.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI... 2

BAB I: PENDAHULUAN...3

A. Latar belakang Penulisan...3

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Penulisan...4

BAB II: PEMBAHASAN...5

A. Apa itu ayam Buras...5

B. Cara Membudidayakan Ayam Buras...8

C. Gambaran Ekonomi Masyarakat Pedesaan...12

D. Dampak Budidaya Ayam Buras Terhasap Ekonomi Keluarga...13

BAB III: PENUTUP... 15

A. Kesimpulan... 15

(4)

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Penulisan

Ayam Buras (bukan ras) yang dikenal sebagaiayam kampung sering kita jumpai baik di kota maupun di desa. Ayam buras yang kita jumpai merupakan salah satu penghasil telur dengan protein yang sangat tinggi. Selain itu, ayam buras juga merupakan sumber menu paforit masyarakat pedesaan. Namun, belum banyak orang mengetahuinya, banyak dari masyarakat kota membeli ayam potong dari pada ayam buras. Padahal ayam buras memiliki kandungan yang sangat tinggi dari pada ayam potong.

Ayam buras pada umumnya banyak dibudidayakan oleh masyarakat pedesaan. Hampir semua elemen masyarakat pribumi di Indonesia membudidayakan ayam buras. Tetapi, pembudidayakan ayam buras belum dilaksanakan secara baik dan benar. Padahal, pembudidayaan ayam Buras secara intensif dapat memberi peningkatan besar bagi perekonomian keluarga.

Masyarakat desa yang pada umumnya berlatar belakang ekonomi kelas bawah bersusah payah bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kebenyakan dari mereka belum begitu menyadari jika mereka memiliki peluang yang besar dalam berusaha dan bekerja.

(5)

Melihat beberapa masalah tersebut maka penulis tertarik membahas makalah dengan judul meningkatkan ekonomi keluarga dengan membudidayakan ayam buras. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

B. Rumusan Masalah

Dari masalah yang telah dipaparkan di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu ayam Buras?

2. Bagaimana cara membudidayakan ayam buras secara intensif? 3. Bagaimana gambaran ekonomi masyarakat pedesaan?

4. Apa dampak pembudidayaan ayam buras terhadap perekonomian keluarga?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui apa itu ayam Buras.

2. Untuk mengetahui pembudidayaan ayam Buras secara baik dan benar.

3. Untuk mengetahui gambaran perekonomian masyarakat pedesaan.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Apa itu ayam Buras

Ayam Buras adalah ayam bukan ras. Ayam buras juga sering disebut ayam kampung. Ayam kampung merupakan sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan budidaya massal komersial serta tidak berasal usul dari galur atau ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut.1Ini

artinya ayam Buras bukan merupakan ayam yang diimpor dari luar negeri tetapi ayam yang dibudidayakan oleh masyarakat pribumi sendiri khususnya masyarakat pedesaan. Defnisi lain bahwa ayam buras merupakan ungags hasil demostifkasi dari jenis ayam hutan merah.2 Jadi dapat disimpulkan bahwa ayam buras adalah ayam

peliharaan yang oleh masyarakat pribumi tidak ditangani secara budidaya massal kmersial.

Ayam Buras mempunyai banyak varietas dan spesies. Rukmana (2003: 17-25) menjelaskan beberapa varietas ayam buras yaitu: 1. Ayam Kedu

Ayam kedu merupakan ayam lokal yang berkembang di Kabupaten Magelang dan Temanggung atau eks. Kersidenan Kedu (Jawa Tengah). Berdasarkan penampilan warnanya, ayam kedu dapat dibedakan menjadi empat jenis sebagai berikut:

a. Ayam Kedu Hitam

(7)

Ayam kedu hitam mempunyai penampilan fsik hampir hitam semua, tetapi kalau diamati secara teliti warnanya tidak terlalu hitam. Penampilan kulit pantat dan jengger masih mengandung warna kemerah-merahan. Bobot ayam kedu hitam jantan dewasa antara 2 kg–2,5 kg, sedangkan yang betinanya hanya 1,5 kg. Ayam ini sering disamakan dengan ayam cemani karena tampak serba hitam.

b. Ayam Kedu Cemani

Ayam kedu cemani memiliki penampilan sosok tubuh hitam mulus, termasuk paruh, kuku, telapak kaki, lidah, telak (langit-langit mulut), bahkan daging dan tulangnya juga hitam. Sosok tubuh ayam kedu jantan dewasa tinggi besar dan bobotnya antara 3 kg-3,5 kg, sedangkan yang betina dewasa berbobot antara 2 kg-2,5 kg.

c. Ayam Kedu Putih

Ayam kedu putih ditandai dengan warna bulu putih mulus, jengger dan kulit mukanya berwarna merah, sedangkan kakinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Jenggernya tegak berbentuk wilah. Bobot ayam jantan kedu putih dewasa mencapai 2,5 kg. Sedangkan bobot ayam kedu putih betina 1,2 kg–1,5 kg.

d. Ayam Kedu Merah

Ayam kedu merah ditandai dengan warna bulu hitam mulus, tetapi kulit muka dan jengger berwarna merah, sedangkan kulit badannya berwarna putih. Sosok tubuh ayam kedu merah tinggi besar dengan bobot ayam jantan dewasa 3 kg-3,5 kg, Sedangkan bobot ayam betina 2 kg-2,5 kg.

(8)

Ayam nunukan disebut juga ayam Tawao. Ayam ini merupakan ayam lokal yang berkembang di Pulau Tarakan, Kalimantan Timur. Ayam nunukan diperkirakan berasal dari Cina. Karakteristik ayam nunukan adalah warna bulunya merah cerah atau merah kekuning-kuningan, bulu sayap dan ekor tidak berkembang sempurna. Sementara paruh dan kakinya berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan dengan jengger dan pial berwarna merah cerah. Jenggernya berbentuk wilah dan bergerigi delapan.Stadium anak ayam sampai umur 45 hari cenderung berbulu kapas. Berat badan ayam nunukan jantan dewasa 3,4 kg–4,2 kg, sedangkan yang betina 1,6 kg–1,9 kg.

3. Ayam Pelung

Ayam pelung merupakan ayam lokal yang berkembang di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi (Jawa Barat). Ayam pelung memiliki sosok tubuh besar dan tegap, temboloknya tampak menonjol. Kakinya panjang, kuat, dan pahanya berdaging tebal. Ayam pelung jantan memiliki Jengger berbentuk wilah yang besar, tegak, bergerigi nyata dan berwarna merah cerah. Ayam pelung betina mempunyai jengger, tetapi jengger terseebut tidak berkembang dengan baik. Ayam pelung jantan dewasa mempunyai bobot badan berkisar antara 3,5 Kg – 5,5 Kg, sedangkan yang betina 2,5 Kg – 3,5 Kg.

4. Ayam Sumatra

(9)

kukuh berwarna hitam, dengan cuping kecil dan berwarna hitam. Ayam Sumatra memiliki jengger berbentuk wilah dan berwarna merah. Kulit muka juga berwarna merah atau hitam, ditumbuhi bulu halus yang jarang. Bobot ayam Sumatra jantan dewasa 2 Kg, sedangkan yang betina 1,5 Kg.

5. Ayam Belenggek

Ayam belenggek berasal dari Sumatera Barat, tepatnya dipedalaman Kabupaten Solok. Ayam ini pandai berkokok dengan suara yang merdu dan iramanya bersusun-susun, panjang sampai terdiri atas 6-12 suku kata. Semakin panjang suku katanya, semakin panjang kokoknya.

6. Ayam Gaok

Ayam gaok bersal dari madura dan Pulau Puteran, Kabupaten Sumenep. Keistimewaan ayam gaok yaitu kokoknya memiliki suara panjang yang hampir sama dengan ayam pelung yang terdapat di Cianjur (Jawa Barat). Ayam Gaok jantan dewasa memiliki bobot badan mencapai 4 Kg, sedangkan yang betina 2 - 2,5 Kg. Ayam Gaok jantan memiliki tampilan tubuh besar, tegap dan gagah. Jenggernya besar berbentuk wilah dan berwarna merah, dengan pial yang besar dan warnanya merah. Kakinya berwarna kuning. Bulunya didominasi oleh warna kuning kehijau-hijauan (wido), namun ada juga yang berwarna lain seperti merah dan hitam.

7. Ayam Samba

(10)

asal daerah tersebut akibat domestikasi alami akibat sistem pemeliharaan umbar/diliarkan dengan jenis ayam lain. Namun kini beberapa praktisi sedang mengembang munikan ayam ras ini.

B. Cara Membudidayakan Ayam Buras

Perkembangan ayam buras sudah sangat pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak maupun masyarakat umum sebagai usaha untuk pemanfaatan pekarangan, pemenuhan gizi keluarga serta meningkatkan pendapatan.

Dikarenakan dengan pemeliharaan sistem tradisional, produksi telur ayam buras sangat rendah, ± 60 butir/tahun/ekor. Berat badan pejantan tak lebih dari 1,9 kg dan betina ± 1,2 ~ 1,5 kg, maka perlu diintensifkan.3 Pemeliharaan yang intensif pada ayam buras, dapat

meningkatkan produksi telur dan daging, dapat mencegah wabah penyakit dan memudahkan tata laksana. Supaya produksi telur dan daging ayam buras meningkat maka perlu dipahami secara baik cara membudidayakan ayam buras.

Sistem pembudidayaan ayam buras meliputi: bibit, pemeliharaan, perkandangan, pakan dan pencegahan penyakit.

1. Bibit

Murtidjo BA. (1994: 15) menjelaskan ciri-ciri bibit ayam buras yang baik sebagai berikut:

a. Ayam jantan:

1) Badan kuat dan panjang. 2) Tulang supit rapat.

3) Sayap kuat dan bulu-bulunya teratur rapih. 4) Paruh bersih.

5) Mata jernih.

(11)

6) Kaki dan kuku bersih, sisik-sisik teratur. 7) Terdapat taji.

b. Ayam betina (petelur) yang baik 1) Kepala halus.

2) Matanya terang/jernih.

3) Mukanya sedang (tidak terlalu lebar). 4) Paruh pendek dan kuat.

5) Jengger dan pial halus.

6) Badannya cukup besar dan perutnya luas.

7) Jarak antara tulang dada dan tulang belakang ± 4 jari. 8) Jarak antara tulang pubis ± 3 jari.

2. Pemeliharaan

Murtidjo BA. (1994: 16) menjelaskan ada 3 (tiga) sistem pemeliharaan :

a. Ekstensif yaitu pemeliharaan secara tradisional dimana ayam dilepas dan mencari pakan sendiri.

b. Semi intensif yaitu ayam kadang-kadang diberi pakan tambahan.

c. Intensif yaitu ayam dikandangkan dan diberi pakan.

Apabila dibedakan dari umurnya, ada beberapa macam pemeliharaan, yaitu:

a. Pemeliharaan anak ayam (starter) : 0 - 6 minggu, dimana anak ayam sepenuhnya diserahkan kepada induk atau induk buatan. b. Pemeliharaan ayam dara (grower) : 6 - 20 minggu.

(12)

Untuk memperoleh telur tetas yang baik, diperlukan 1 (satu) ekor pejantan melayani 9 (sembilan) ekor betina, sedangkan untuk menghasilkan telur konsumsi, pejantan tidak diperlukan. 3. Perkandangan

Fungsi kandang yaitu :

a. Untuk tempat berteduh dari panas dan hujan. b. Sebagai tempat bermalam.

c. Untuk memudahkan tata laksana. Syarat kandang yang baik, yaitu : a. Cukup mendapat sinar matahari.

b. Cukup mendapat angin atau udara segar. c. Jauh dari kediaman rumah sendiri.

d. Bersih.

e. Sesuai kebutuhan (umur dan keadannya). f. Kepadatan yang sesuai.

g. Kandang dibuat dari bahan yang murah, mudah didapat dan tahan lama.

Kepadatan kandang :

a. Anak ayam beserta induk : 1 - 2 m 2 untuk 20 - 25 ekor anak ayam dan 1 - 2 induk.

b. Ayam dara 1 m 2 untuk 14 - 16 ekor.

c. Ayam masa bertelur, 1 - 2 m 2 untuk 6 ekor dan pejantan 1 ekor.

(13)

Zat-zat makanan yang dibutuhkan terdiri dari : protein, energi, vitamin, mineral dan air. Adapun konsumsi pakan adalah sebagai berikut :

a. Anak ayam dara 15 gram/hari b. Minggu I-III 30 gram/hari c. Minggu III-V 60 gram/hari

d. Minggu VI sampai menjelang bertelur 80 gram/hari e. Induk 100 gram/hari

f. Pemberian pakan adalah sehari dua kali, yaitu pagi dan sore, sedangkan air minum diberikan setiap saat.

5. Penyakit Dan Pencegahan

a. ND (Necastle Desease/ Tetelo)

Cara pencegahannya yaitu lakukan vaksinasi ND secara teratur pada umur 4 hari, 4 minggu dan 4 bulan diulangi lagi setiap 4 bulan sekali.

b. Cacingan

Cara pencegahannya yaitu hindarkan pemeliharaan tradisional.

c. CRD (pernafasan)

Pengobatannya memerlukan Chlortetacyclin (dosis 100-200 gr/ton ransum) atau tylosin (dosis 800 -1000 gr/ton ransum). d. Berak Darah

e. Pengobatannya memerlukan Prepara Sulfa atau anyrolium dilarutkan dalam air minum, dosis 0,012 -0,024% untuk 3 - 5 hari.

f. Pilek

(14)

g. Cacar

Pencegahannya perlu vaksinasi 1 kali setelah lepas induk

C. Gambaran Ekonomi Masyarakat Pedesaan

Masyarakat desa pada umumnya berlatar belakang ekonomi kelas bawah.Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai petani, nelayan, berternak. Pekerjaan demikian tidaklah memberikan hasil yang menjanjikan. Mungkin saja diwaktu keberuntungannya mereka mendapatkan banyak rezeki dari hasil keringatnya namun pada kenyataannya tidak selamanya rezeki itu datang setiap saat. Nelayan yang pergi melaut tiap malam tidak selamanya mendapatkan ikan yang banyak karena kita ketahui ikan dapat punah, apalagi jika habitatnya rusak tentu perkembangan biakan ikan tidak seiring dengan waktu yang diharapkan nelayan untuk mencari nafkahnya. Petani padi misalnya, tidak selamanya musim di Indonesia ini mendukung pertumbuhan tanaman padi, terkadang kemarau panjang dan terkadang hujan sampai kebanjiran. Pekerjaan masyarakat yang demikian tentunya berimbas pada perekonomian keluarga. Jika hasil kerja menurun maka tidak ada lagi yang dapat diharapkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Dengan situasi yang demikian, para masyarakat desa membutuhkan kerja sampingan guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan hal seperti inilah peranan kerja sampingan menjadi pendongkrak bagi perekonomi keluarga.

(15)

untuk mencari pakan peternakan ayam buras seperti jagung, padi atau ubi dan lain-lain. Selain hal itu, masyarakat desa juga bisa memilih kerja sampingan lainnya. Kerja sampingan ini sangatlah menunjang perekonomian keluarga. Sebagai contoh keluarga penulis yang sedang membudidayakan ayam buras dikampung dengan penghasilan 1.500.000,- per bulan ( diluar penghasilan ayam buras) dengan menafkahi 3 orang anak yang masih bersekolah belumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ditambah lagi harga bahan pokok meningkat tentulah hal itu menjadi keluhan bagi keluarga penulis. Tetapi di sisi lain, ayam buras dapat meminimalisasikan pengeluaran keluarga penulis per bulannya. Dengan membudidayakan ayam buras keluarga penulis tidak perlu lagi bersusah payah membeli daging karena ayam buras dapat dijadikan solusinya, telur ayam buras dapat dijualkan 1500/ butir dan juga dapat dikonsumsi untuk kebutuhan makan keluarga penulis sehari-hari.

Berdasarkan contoh realitas kehidupankeluarga penulis maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat pedesaan yang berpenghasilan kurang dari 2400.000,- (Standar UMR) sangatlah sukar untuk menjalankan kehidupan. Tuntutan kebutuhan setiap waktu semakin meningkat sementara usaha untuk memenuhi kebutuhan belum maksimal maka diperlukanlah solusi pengembangan potensi sumber daya manusia agar bisa mengelola sumber daya yang ada untuk meningkatktan taraf ekonomi masyarakat pedesaan.

D. Dampak Budidaya Ayam Buras Terhasap Ekonomi Keluarga

(16)

mereka. Seperti yang dijelaskan sebelumnya pembudidayaan ayam buras dapat dijadikan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Dengan membudidayakan ayam buras bagi keluarga yang tergolong pada posisi ekonomi kelas bahwa tentulah sangat membantu kondisi fnansial dan kebutuhan rumah tangga mereka. Dengan membudidayakan ayam buras maka mereka tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk membeli daging di pasar karena mereka bisa memenuhinya kebutuhannya dengan ayam buras yang mereka pilihara. Selain itu telur ayam buras juga bisa dijadikan sumber pengganti lauk-pauk untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Ayam buras jika dibudidayakan secara intensif maka dapat menghasilkan telur yang cukup banyak untuk dijual. misalkan dalam sekala kecil, jika mereka memilihara 20 ekor ayam buras betina dan tiap ekor ayam betina menghasilkan 6 butir telur maka sudah dapat dipastikan tiap bulannya bahwa mereka dapat meraup uang sebesar 6 x 20 x 1500, yaitu 180. 000,- tetapi mungkinkah 1 ekor ayam hanya menghasilkan telur hanya 6 butir saja? Hal ini jelas menjadi surplus bagi pembudidaya. Selain itu ayam buras juga bisa dijual per kilogram . Jika saja tiap 6 bulan peternak ayam buras berhasil menjual 50 ekor ayam dikali harga perkiloan yaitu 50. 000,- maka hasil yang diperoleh adalah 2.500. 000,-/6 bulan. Dengan hasil yang demikian pembudidayaan ayam buras sangatlah berdampak pada peningkatan pemasuklan fnansial keluarga.

(17)

ayam selain bisa dijual juga bisa dipakai untuk keperluan sendiri. Seperti untuk memupuk sayur di kebun, memupuk padi di sawah, dan lain-lain. Dengan deikian dapat disimpulkan bahwa pembudidayaan ayam buras sangat berperan dalam upaya memenuhi kebutuhan dan meningkatkan perekonomian keluarga.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ayam buras adalah ayam peliharaan yang oleh masyarakat pribumi tidak ditangani secara budidaya massal kmersial. Ayam buras memiliki beberapa varietas seperti: ayam Kedu, ayam Nunukan, Ayam pelung, ayam Sumatra Belenggek, ayam Goak dan ayam Samba.

(18)

pembudidayaan itu meliputi pembibitan, pemeliharaan, perkandangan, pakan dan pencegahan penyakit.

Masyarakat pedesaan yang pada umumnya tergolong dalam ekonomi kelas bawah dengan penghasilan dibawah 2.400.000,-/ bulan sangat sukar untuk menjalankan kehidupan. Dalam situasi ini, pembudidayaan ayam buras berperan penting dalam usaha mememenuhi kebutuhan keluarga dan memperbaiki kondisi fnansial keluarga. Dengan demikian pembudidayaan ayam buras memiliki dampak yang besar terhadap peningkatan pertumbuhan perekonomian keluaraga masyarakat pedesaan yang membudidayakannya.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, koordinasi, pemantauan, pelaksanaan penataan pemanfaatan kawasan, melaksanakan inventarisasi,

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak kenikmatan yang telah dan selalu penulis terima, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Konsep Buddhisme sebagai representasi dalam gerak tari Gending Sriwijaya sangat terkait dengan sejarah Kerajaan Sriwijaya dan perkembang agama budhha sebagai konsep

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang mempunyai bayi umur 7-12 bulan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Bantul II yang berjumlah 407 orang berdasarkan

Setelah melihat hasil dari pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ke enam variabel bebas yaitu ukuran perusahaan,

Secara parsial diketahui bahwa ketidakpastian lingkungan tidak secara signifikan memoderasi hubungan antara SAM Broad Scope, SAM Timeliness, SAM Aggregated dan SAM

Data awal yang berwujud kata-kata dan tingkah laku perbuatan yang telah dikemukakan dalam penelitian yang terkait dengan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi promosi PT Fujifilm Indonesia melalui media Instagram dalam meningkatkan penjualan tahun 2015. 1.4