• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN PERANTI KOHESI DALAM WACANA P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGGUNAAN PERANTI KOHESI DALAM WACANA P"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN PERANTI KOHESI

DALAM WACANA PERCAKAPAN DOKTER DAN PASIEN

1

Oleh Agung Pramujiono

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Email: pram4014@yahoo.com

ABSTRAK

Percakapan dokter dan pasien merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti. Penelitian kualitatif deskriptif ini difokuskan pada penggunaan piranti kohesi dalam wacana percakapan dokter dan pasien. Data penelitian diambil menggunakan metode simak dengan teknik rekam dari radio FM di Surabaya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif dengan mengikuti tahapan analisis percakapan model Tannen.Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa kohesi wacana percakapan dokter dan pasien dibangun dengan penanda formal yang meliputi referensi anafora dan katafora, elipsis frasa dan klausa, reiterasi kata, frasa, dan klausa, dan penggunaan berbagai jenis konjungsi.

Kata kunci: piranti kohesi, wacana percakapan, dokter dan pasien

ABSTRACT

Conversational discourse between doctor and patients conveyed interesting phenomena to be researches. This descriptive qualitative research focus was cohesion in the discourse. The data was taken from FM radio in Surabaya which broadcast programs of sex consultation. The method of data collection was listening-recording technique. The data analysis is done by using descriptive method by steps in analyzing conversation of Tannen’s model. The result of data analysis showed the following findings. The cohesion of doctor and patients conversational discourse was formed by specifics formal linkers. The cohesion formal linkers included anaphoric and cataphoric references, pronoun substitutions, eliptical phrases and clauses, reiterations of words, phrases, and clauses as well as conjunctions.

Keywords: cohesion, conversational discourse, doctor-patient

1. Pendahuluan

1 Telah dimuat dalam Jurnal METALINGUA Jurnal Penelitian Bahasa Balai Bahasa Bandung Volume

(2)

Brown dan Yule (1996:1) membedakan fungsi bahasa menjadi dua, yaitu fungsi transaksional dan fungsi interaksional. Fungsi transaksional berhubungan dengan upaya untuk menyampaikan informasi faktual atau proporsional, sedangkan fungsi interaksional berkaitan dengan upaya memantapkan dan memelihara hubungan-hubungan sosial. Ketika kedua fungsi tersebut diterapkan dalam suatu komunikasi akan menghasilkan sebuah wacana.

Interaksi secara verbal antara dokter dan pasien merupakan sebuah wacana. Sebagai sebuah wacana, dalam interaksi tersebut dapat ditemukan penggunaan piranti kohesi untuk menjaga kepaduan wacana.

Kohesi wacana percakapan dokter dan pasien merupakan suatu fenomena yang menarik untuk diteliti. Hal ini berkaitan dengan sering tidak seimbangnya komunikasi dokter dan pasien. Penelitian Tannen dan Wallat (1986) yang mengkaji percakapan antara petugas medis dengan lima keluarga yang anaknya menderita sakit dan penelitian Robert (1996) yang mengkaji interaksi antara dokter dengan pasien penderita kanker payudara menemukan adanya ketidakseimbangan pertukaran informasi antara dokter dan pasien. Dalam konteks wacana percakapan yang tidak berimbang tersebut, fenomena penggunaan piranti kohesi dalam percakapan dokter dan pasien menarik untuk dikaji.

Berdasarkan hasil observasi awal terhadap kohesi wacana percakapan dokter dan pasien ditemukan fenomena-fenomena menarik yang perlu dikaji lebih lanjut dalam suatu penelitian. 1.2 Masalah

Masalah penelitian ini adalah penggunaan piranti kohesi dalam wacana percakapan dokter dan pasien.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan secara objektif penggunaan piranti kohesi dalam wacana percakapan dokter dan pasien.

1.4 Metode

(3)

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif difokuskan pada latar dan individu tersebut secara holistik. Data penelitian ini adalah interaksi verbal dokter-pasien dalam program konsultasi seks, sedangkan sumber data penelitian adalah dokter dan pasien yang berkonsultasi dalam program konsultasi seks di Kosmonita FM dan Mercury FM Surabaya.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak dengan teknik rekam (Sudaryanto, 1993:139; Soekemi, dkk., 2000:114). Data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif dan mengikuti alur analisis data interaktif, simultan, dan berkelanjutan yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:15-20). Kegiatan analisis tersebut meliputi (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan simpulan. Kegiatan reduksi data meliputi pentranskripsian data, pengidentifikasian data, pendeskripsian data, pengodean data, dan trianggulasi data. Penyajian data meliputi pengklasifikasian dan penyusunan bagan atau tabel. Penarikan simpulan dilakukan secara heuristik seperti disarankan oleh Leech (1993:62).

Adapun langkah analisis data tersebut secara rinci dapat dipaparkan sebagai berikut. (1) Mendengarkan secara teliti dan berulang-ulang rekaman komunikasi dokter-pasien kemudian ditranskripsikan, (2) Melakukan identifikasi dan klasifikasi terhadap fenomena-fenomena yang ditemukan berdasarkan fokus penelitian, (3) Melakukan pengodean data, (4) Membandingkan fenomena-fenomena yang ditemukan dalam segmen yang telah diidentifikasi tersebut dengan segmen-segmen lain yang terdapat dalam percakapan, (5) Melakukan interpretasi terhadap hasil temuan, (6) Melakukan trianggulasi kepada kolega yang berlatar keilmuan linguistik, dan kolega yang berlatar keilmuan nonlinguistik, (7) Melakukan penarikan simpulan (dimodifikasi dari tahapan analisis yang dilakukan oleh Tannen, 1986: 160-161).

2. Kerangka Teori

(4)

Djajasudarma (1994:46), secara singkat menyatakan bahwa kohesi merujuk pada perpautan bentuk, sedangkan koherensi pada perpautan makna. Pendapat Djajasudarma tersebut merujuk pada buku “Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia” edisi pertama. Pada edisi tersebut

pembahasan tentang wacana memang disajikan secara singkat. Pada edisi ketiga secara lebih jelas dikemukakan bahwa kohesi merupakan hubungan perkaitan antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unusr gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana (Alwi, dkk., 2000:427), sedangkan koherensi merupakan hubungan perkaitan antarproposisi, tetapi perkaitan tersebut tidak secara eksplisit atau nyata (Alwi, dkk., 2000:428).

Berkaitan dengan kohesi wacana, Halliday dan Hasan (1976:6) membedakan kohesi suatu wacana menjadi dua, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal dibedakan atas referensi, substitusi, dan elipsis, sedangkan kohesi leksikal meliputi reiterasi dan kolokasi. Di samping kedua tipe tersebut, kohesi suatu wacana juga dibentuk dengan menggunakan konjungsi. Dalam suatu ujaran bisa saja kepaduannya dibentuk melalui penggabungan dari berbagai tipe kohesi. Misalnya penggunaan elipsis dan konjungsi secara bersamaan. Pandangan kedua tokoh tersebut banyak dijadikan rujukan oleh para penulis dalam membahas kohesi wacana.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

3.1 Hasil Penelitian 3.1.1 Referensi

Penggunaan referensi dalam percakapan dokter dan pasien dapat dilihat dalam paparan berikut.

(01) Ps: Terus kok intensitas kencing saya kok sekarang tambah sering. Dr: Heh… iya.

Ps: Kadang-kadang semalam bisa delapan kali. Dr: He….iya…ya.

Ps:Itukenapa ya Dok? (M.1.4.025-029)

(02) Ps: He… eh. Apakah setelah orang itu mengalamikiret [kuret]. Mesti, ini…apa tidak mengalamimenslagi. Kalau setelahkiret. Nggak bisamenslagi.Ini yang saya tanyakan. (M.1.5.020)

(03) Dr: Biasanya, faktor infeksi ini bisa jadi karena Mbak Diah kurang minum…. Ps: Iya, kurang minum memang.

(5)

Dr: Nanti malah sakit. Air matang yang dingin yang kita minum itu. Bahkan ekstremnya kalau bisa yang dengan air putih botolan itu. Jadi nggak menyebut merek lo ya.

Pm:BegituMbak Diah. (M.3.6.013-018)

Pada data di atas, kata-kata yang menunjukkan referensi adalah pronominaitupada data (01),inipada (02), danbegitupada (03). Referensi pada data di atas merupakan referensi anafora karena kata-kata tersebut merujuk pada ujaran sebelumnya. Kata itu pada (01) merujuk pada ujaran pasien yang menyatakan intensitas kencingnya semakin meningkat dan dalam semalam bisa sampai delapan kali.

Pada (02), pronomina ini merujuk pada ujaran sebelumnya yaitu tentang pertanyaan pasien apakah setelah dikuret tidak bisa mens lagi. Sedangkan pada (03) katabegitumerujuk pada uraian dokter pada ujaran sebelumnya yang menjelaskan beberapa faktor yang dapat menyebabkan infeksi.

Selain menggunakan referensi anafora, dalam percakapan dokter dengan pasien juga ditemukan referensi katafora. Referensi katafora merupakan referensi yang rujukannya mengacu pada ujaran sesudahnya. Pengggunaan referensi katafora dapat dilihat pada data berikut.

(04) Ps: Eh… saya mau tanya Dok. Dr: He…eh.

Ps: Tapiinimenyimpang lo Dok. Dr: Oh…ya, silakan.

3.1.2. Substitusi

Penggunaan substitusi sebagai piranti kohesi dalam percakapan dokter dan pasien dapat dilihat pada data berikut.

(08) Ps: He… eh. Apakah setelah orang itu mengalamikiret [kuret]. Mesti, ini…apa tidak mengalamimenslagi. Kalau setelahkiret. Nggak bisamenslagi.Ini yang saya tanyakan. (M.1.5.020)

(09) Ps: Soalnya itu saya punya pacar. Dia itu … apa, akhir-akhir ini memasukkan jari telunjuknya kevaginasaya.

Dr: He…eh.

(6)

Pada (08) dan (09), substitusi menggunakan pronomina penunjukinidanitu. Kataini pada (08) menggantikan pertanyaan pasien, Apakah setelah orang itu mengalami kiret [kuret]. Mesti, ini…apa tidak mengalamimenslagi. Kalau setelahkiret. Nggak bisamens

lagi. Sedangkan kataitupada (09) pertama menggantikan pernyataan pasien, Dia itu … apa,

akhir-akhir ini memasukkan jari telunjuknya ke vagina saya. Sedangkan yang kedua menggantikan pernyataan pasien, dia pernah meremas payudara saya atau bahkan meminumnya seperti layaknya anak bayi.

Pada (10) dan (11), subsitusi dilakukan dengan pronomina persona dia. Pada (10), pronomina tersebut menggantikan frasakakak saya, sedangkan pada (11) menggantikan frasa saudara saya.

(10) Ps: Terus pertanyaan saya kedua, kakak saya itu eh…dia sudah umurtiga puluh enam tahun.

Dr: He…eh. Perempuan apa laki? Ps: Laki, anu perempuan.

Dr: Perempuan tiga puluh enam tahun ya?

Ps: Ho…oh.Diabaru-baru ini KB itu apa namanyasteril. (M.5.3.035-039)

(11) Ps: Iya, saudara saya. Tapidiabilang waktu keluarrugeinya waktu dia hamil. Dr: Eh….

Ps: Waktu dia hamil, dia keluar rugeinya gitu. Tapi saya kan masih gadis. Saya jadi bingung. Trus, di situ tu saya juga ngalamin gatal gitu lo. Karena keputihan itu.

(K.6.6.032-035)

3.1.3 Elipsis

Elipsis merupakan penghilangan sebagian ujaran pada ujaran berikutnya. Biasanya yang dihilangkan adalah informasi lama. Penggunaan elipsis dalam percakapan dokter dengan pasien dapat dilihat pada data berikut.

(12) Dr: Sudah mengurangi senam?

Ps: Sudah. Biasanya frekuensinya bisa dua sampek dua jam setengah. Sampai dua jam setengah gitu ya.

(K.6.2.047-048)

(13) Dr: Suami sudah periksa sperma belum? Ps: Oh, sudah…. (K.6.2.053-054)

(14) Ps: Waktu saya berhubungan sama suami saya itu Dok ya. Suami saya itu waktu, waktu masih berhubungan itu keluar itu bisa empat kali Dok.

Dr: He…eh. Suami?(M.7.4.038-039)

(7)

jawaban: Oh, sudah… yang diujarkan oleh pasien menghilangkan frasa periksa sperma. Pada (14), keterkejutan dokter atas apa yang dikemukakan oleh pasien dengan ujaranSuami?Terdapat bagian ujaran pasien yang dihilangkan yaitubisa keluar empat kali waktu berhubungan. 3.1.4 Reiterasi

Selain menggunakan referensi, kohesi wacana juga ditandai dengan penggunaan reiterasi. Tipe reiterasi yang ditemukan dalam percakapan dokter dengan pasien mencakup (1) reiterasi kata, (2) reiterasi frasa, reiterasi klausa. Penggunaan setiap tipe dapat dilihat pada data berikut.

(15) Ps: Terus rasanya di sekitarvaginasaya itu licet. Dr:Vagina-nya kenapa?

Ps:Licet.

Dr:Licetya, he…eh. (K.4.1.029-030) (16) Ps: Tadi kandisinggungmasalah air ya?

Dr: Oh, ya.

Ps: Eh… air, menyinggung air.Begitumenyinggungair saya tertarik dokter. (M.5.2.008-010)

(17) Dr: Terus… terusnggak bisa berdiri? Ps: Iya.Lemas, lemas kan.

Dr: Habis dibuang,lemaskan? (M.5.2.026-028)

Pada data di atas digunakan reiterasi kata. Pada (15), terjadi pengulangan kata secara penuh atau utuh. Katavaginadanlicetdiulang secara penuh. Pada (16) reitarasi dilakukan dengan mengubah bentuk kata kata disinggung sebagai bentuk pasif diulang kembali dengan menggunakan bentuk aktif menyinggung. Sedangkan pada data (17), frasa nggak bisa berdiri diulang dengan menggunakan sinonimnya yaitulemas.

Selain reiterasi kata, penggunaan reiterasi frasa dan klausa juga ditemukan dalam percakapan dokter dengan pasien. Penggunaan kedua tipe reiterasi tersebut dapat dilihat pada data berikut.

(18) Ps: Enggak,waktu saya berhubungandengan suami saya rasanya kok ingin kencingaeDok.

Dr: He…eh.Waktu berhubungannyaitu. Ps: Iya, he…eh.

Dr: Setelahbeberapa menitatau baru, baru….senggama langsung kepingin kencing.

Ps:Beberapa menit.

Dr: Setelahbeberapa menit.

(8)

(19) Ps: Iya, saya kanhabis melahirkan. Dr/Pm: #He…eh.#

Ps: Gairah seks saya kok menurun, gitu lo. Dr:Habis melahirkan berapa hari Bu? Ps: Udahtiga bulan.

Dr:Tiga bulan, kemudian…inianak pertamaBu? Ps: Iya,anak pertama. (K.2.4.012-018)

Pada (18) dan (19), terdapat pengulangan beberapa frasa untuk membangun kepaduan wacana. Frasawaktu berhubungan danbeberapa menitpada (18) yang terdapat dalam ujaran pasien diulang pada ujaran dokter. Sedangkan pada (19) terdapat tiga frasa yang diulang yaitu habis melahirkan,tiga bulan, dananak pertama.

Reiterasi klausa terdapat dalam data (20) dan (21). Pada (20) yang diulang adalah cara mengetahui istri hamil, sedangkan pada (21) klausa yang diulang adalah ujaran pasien, Bisa empat kali selama tiga jam diulang pada ujaran dokter, Suami bisa empat kali selama tiga jam.

(20) Ps: Ini Dok, saya mau tanya. Dr: He…eh.

Ps:Cara mengetahui istri hamilitu bagaimana, Dok? Dr:Cara mengetahui istri hamil? (M.7.2.012-013)

(21) Ps: Waktu saya berhubungan sama suami saya itu Dok ya. Suami saya itu waktu, waktu masih berhubungan itu keluar itu bisa empat kali Dok.

Dr: He…eh. Suami?

Ps: Iya.Bisa empat kali selama tiga jam. Dr:Suami bisa empat kali selama tiga jam, ya. (M.7.4.0380-041)

3.1.5 Konjungsi

(9)

a. Simpulan: jadi

Penggunaan konjungsi yang menyatakan simpulan dapat dilihat pada data berikut. (22) Dr: Oh…ya…ya. Eh… putranya umur berapa Buk?

Ps: Satu…. Dr: Usia?

Ps: Usianya empat tahun setengah.

Dr:Jadi, Ibuk kepingin yang kedua ini? (M.1.3.069-073)

(23) Dr: Ya… dulu itu gimana sama waria, sempat beraktivitas sampai… Ps: Ya, sempat juga beraktivitas.

Dr:Jadi,itu pengalaman pertamanya justru lebih dengan waria ini dan… (K.8.9.033-035)

Pada (22), dokter menanyakan umur anak pasien, tetapi pasien mengira yang ditanyakan jumlah anaknya. Ketika pasien menjawab,satu, dokter menanyakan kembali berapa usia putera pasien. Kemudian dijawab, empat setengah tahun. Dari jawaban yang salah itu dokter dapat menarik simpulan bahwa pasien menginginkan putera yang kedua. Katajadi,diawal ujaran dokter merupakan penanda simpulan. Demikian pula dengan (23), katajadiyang terdapat di awal ujaran dokter menandakan simpulan. Dari keterangan yang diberikan pasien, dokter menyimpulkan pasien melakukan aktivitas seksual pertama dengan waria. Dokter menyatakan, Jadi, itu pengalaman pertamanya justru lebih dengan waria.

b. Urutan: pertama, kedua, ketiga

Konjungsi urutan digunakan ketika pasien menanyakan lebih dari satu problem yang sedang dihadapinya. Konjungsi penanda urutan yang digunakan pada (24) adalahyang pertama, yang kedua, danketiga. Di sini pasien menanyakan tiga persoalan. Pada (25), konjungsi penanda urutan yang dipakai adalah pertamadan yang kedua. Di sini pasien menanyakan dua masalah. Hal ini dapat dilihat pada data berikut.

(24) Ps: Apakahonaniitu tidak mengganggu kejiwaan? Dr: Heh….

Ps: dan saraf daripada seseorang tersebut. Dr: Heh…

Ps: Ituyang pertama.Yang kedua, apakah kalau orang laki sudah seusia empat puluh itu sudah ndak bisa, yah seperti yang dikatakan ibu tadi hanya sekali gitu ndak bisa dua kali atau sampai tiga kali dalam hubungan.

Dr: He… eh.

(10)

Ps: He… eh. Apakah setelah orang itu mengalamikiret [kuret]. Mesti, ini…apa tidak mengalamimenslagi. Kalau setelahkiret. Nggak bisamenslagi. Ini yang saya tanyakan. (M.1.5.012-020)

(25) Ps: Lha itu pertanyaanpertamasaya Dok. Pm: Iya.

Ps: Kemudian, yang keduaapabila kira-kira sudah usia enam puluh ke atas, katanya ituvaginamenjadi kering atau apa kering yang bagimana, gitu. (K.4.6.025-027)

c. Waktu: ketika, waktu, dulu sewaktu

Konjungsi waktu digunakan untuk menandakan kapan suatu peristiwa terjadi. Hal ini dapat dilihat pada (26), (27), dan (28) berikut.

(26) Ps: Lha,ketikaTK itu kan ada pelajaran renang. Dr: He…eh.

Ps: Setelah itu kokvagina-nya itu kok seperti mengeluarkan keputihan gitu. (K.2.11.020-022)

(27) Ps: Terus sepupu saya bilang, kan saya bilang ada benjolan gitu. Dr: He…eh.

Ps: Waktu saya periksa ke dokter kandungan katanya dia itu tulang. Dia bilang gitu. (K.6.6.026-028)

(28) Ps: Gini, saya kan punya pacar.Baru sewaktu…ini saya kerja ya Dok ya…. Dr: He…eh.

Ps:Dulu sewaktubelum masak sendiri itu, masih sering makan sayur-sayuran itu lumayan bisa sampai agak lama Dok. Tapi sekarang sering makan itu Indomie gitu lo.

Pada data di atas, konjungsi penanda waktu yang digunakan adalahketikapada (26), waktupada (27), dandulu sewaktupada (28). Konjungsi waktu tersebut kemudian diikuti oleh informasi kapan peristiwa atau keadaan itu terjadi.

d. Pertentangan: sedangkan, tapi

Konjungsi pertentangan digunakan untuk menyatakan dua hal yang bertentangan. Penggunaan konjungsi ini dalam percapakan dokter dan pasien dapat dilihat pada data berikut.

(29) Ps: Alat kelamin saya itu kalauereksihanya sepuluh senti. Dr: Iya.

Ps:Sedangkankalau nggakereksihanya tiga setengah senti atau empat sentilah. (K.4.14.042-044)

(11)

Ps:Tapibesok paginya gitu Dok, apa… dibuat kencing itu di perut sebelah kanan kok sakit gitu lo Dok. (K.8.3.012-014)

Pada (29), konjungsi yang digunakan adalah sedangkan. Konjungsi ini digunakan untuk mempertentangkan ukuran alat kelamin pasien ketika ereksi dan tidak ereksi. Pada (30), konjungsi yang digunakan adalah tapi. Konjungsi ini digunakan untuk mempertentangkan kondisi pasien yang merasakan enak ketika berhubungan dengan suami, tetapi keesokan harinya dia merasakan sakit di perut sebelah kanan.

e. tambahan: dan

Penggunaan konjungsi tambahandandalam percakapan dokter dan pasien dapat dilihat pada data berikut.

(31) Ps: Lapan belas sudah seneng senam ya. Dr: He…eh.

Ps: Dan saya itu rajin banget gitu lo. Dalam seminggu pernah tiap hari, paling sedikit minim tiga kali, gitu ya.

(K.6.1.018-020)

(32) Ps: Lebihenjoygitu, lebihenjoy, lebih bisa dinikmati sampaiklimaksitu lebih kalau jari yang masuk, gitu.

Dr: Iya. He…eh. Pm: He…eh.

Ps:Danini satu lagi Dokter. (K.8.6.051-054)

Konjungsi tambahan digunakan untuk menambahkan informasi atau keterangan kepada lawan tutur. Pada (31), sebelumnya pasien menyatakan kalau dia usia delapan belas sudah senang senam. Informasi tersebut ditambah dengan informasi baru bahwa pasien itu rajin banget. Bahkan pernah dalam sehari minim tiga kali senam. Pada (32), pasien sudah menjelaskan persoalan yang dihadapinya. Kemudian, dia menambahkan kalau masih ada lagi yang mau ditanyakan. Pada (31) dan (32) tersebut keduanya menggunakan konjungsi tambahandan.

f. Andaian: kalau, misalnya, kalau misalnya

Konjungsi andaian merupakan konjungsi yang menandakan suatu hal yang belum dilakukan tetapi masih diangan-angankan oleh penuturnya. Penggunaan konjungsi ini dalam percakapan dokter dan pasien dapat dilihat pada data berikut.

(33) Ps: Peniskalaudipasang… apa itu istilahnya… Jawanya,nekeritu bahaya apa endak ggak Pak?

(12)

Ps: Dan lagi untuk perempuan apa bahaya? Dr: Perempuan mau dipasang apa Pak? Ps: Endak, maksudnya….

Dr:Kalaudigunakan pada perempuan. (K.4.13.008-013)

(34) Ps: Yang saya tanyakan bagaimana caranya yang agak lama sedikit gitu. Dr: Oh, ya….

Ps:Misalnyapakai obat-obat itu gimana efeknya, gitu Dok. (K.4.15.016-018)

(35) Dr:Kalau misalnyandakonanilalu apa Mas? Misalnya nggak bisa tidur atau apa gitu.

Ps: Iya, nggak bisa tidur. Rasanya resah gitu. Kalau habis gitu, rasanya wah tidur itu pules, bangun itu bisa enak. (K.2.13.023-024)

Pada (33), pasien menanyakan dua hal yang semuanya masih diangan-angankan. Pertama, penisnya diberi asesoris kelereng dan yang kedua, setelah dipasang asesoris kemudian digunakan pada lawan jenisnya. Tapi kedua hal tersebut masih seandainya. Di sini dalam diri pasien ada kekhawatiran sehingga sebelum melakukan itu dia perlu berkonsultasi dengan dokter. Konjungsi andaian yang digunakan pada (33) adalahkalau.

Pada (34), konjungsi andaian yang digunakan adalahmisalnya. Sedangkan pada (35), yang digunakan adalahkalau misalnya. Pada (34), pasien adalah seorang laki-laki penderita ejakulasi dini. Untuk mengatasi itu dia perlu bertanya seandainya minum obat-obatan efeknya bagaimana. Sedangkan pada (35), pasien adalah seorang laki-laki yang mempunyai kebiasaan beronani meskipun sudah mempunyai isteri dan anak. Kemudian dokter menanyakan, kalau misalnya tidak onani akibatnya apa. Pertanyaan dokter ini juga merupakan suatu andaian.

g. urutan waktu: terus, lalu, kemudian, setelah itu, akhirnya

Konjungsi urutan waktu menunjukkan urutan suatu keadaan atau peristiwa. Dalam percakapan dokter dan pasien ditemukan konjungsi urutan waktu:teruspada (36),lalupada (37), kemudianpada (38),setelah itupada (39), danakhirnyapada (40). Penggunaan masing-masing konjungsi dapat dilihat dalam data di bawah ini.

(36) Ps: Itu kok keluar air yang bening. Dr: Iya.

Ps: Itu apa sebabnya? Dr: Iya.

Ps:Lalugimana cara… Soalnya kalau sudah keluar itunya. Dr: He…eh.

Ps: Eh…tegangnya itu kurang gitu lo. (K.4.6.022-028) (37) Ps: Saya SMS, SMS-an sama dia.

(13)

Ps:Terus, kata dia kalau lihat gejalanya itu katanya eh…apa, tempat bertemunya, itu ya. (K.6.1.024-026)

(38) Ps: Lha itu pertanyaan pertama saya Dok. Pm: Iya.

Ps:Kemudian, yang kedua apabila kira-kira sudah usia enam puluh ke atas, katanya ituvaginamenjadi kering atau apa kering yang bagimana, gitu. (K.4.6.025-027)

(39) Ps: Lha, ketika TK itu kan ada pelajaran renang. Dr: He…eh.

Ps:Setelah itukokvagina-nya itu kok seperti mengeluarkan keputihan gitu. (K.2.11.020-022)

(40) Ps: Eh…terus mengalami kayak apa ya… pendarahan dikit. Dr: He…eh.

Ps:Akhirnya,diputuskan untuk di-kuret. (M.5.3.025-027)

h. Sebab-akibat: karena, sebab

Penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan sebab-akibat dapat percakapan dokter dan pasien dapat dilihat pada data berikut.

(41) Ps: Ya, kalau laki-laki itu melakukanonaniitu biasa. Dr: Heh….

Ps:Sebabkalau seorang laki-laki melihat sesuatu saja kan udah terangsang Dokter. (K.2.10.011-013)

(42) Ps: Itu sudah terdeteksi yang pertama itu satu, yang kedua itu kebetulan kembar, itu ada kembar kemudian jatuh. Yang ini anak ketiga. Anak ketiga ini pun…jadi kandungannnya lemah. Terus…apa eh… itu lahir pun kemarin dicaesar.

Pm: He…eh.

Ps:Karenaplasentanya di bawah. Terus sampai sekarang ini kami pakai KB itu pakai kondom Buk ya. (K.8.5.024-026)

Pada (41), konjungsi sebab digunakan untuk menyatakan hubungan sebab akibat antara kebiasaan laki-laki melakukan onani dan kondisi laki-laki yang melihat sesuatu saja gampang terangsang. Pada (42), konjungsi karena digunakan untuk menyatakan hubungan sebab akibat antara kondisi plasenta yang di bawah dan melahirkan caesar yang harus dialami oleh pasien. i. Jelasan: maksudnya, artinya

Penggunaan konjungsi jelasan menyiratkan bahwa penutur ingin memperjelas ujaran yang sudah disampaikan sebelumnya. Penggunaan konjungsi ini dalam interaksi dokter dan pasien dapat dilihat pada data berikut.

(14)

(44) Dr: Tapi pingin anu ya, pingin tidak dengan waria.Maksudnyapingin menghilangkan kebiasaan ini gitu ya

Ps: Iya gitu. ? (K.6.9.041-042)

(45) Ps: Dokter mengatakan acara ini baik untuk pasangan suami isteri kan. Dr: #Iya….#

Pm: #He…eh.#

Ps: Lalu bagi mereka yang masih…artinyaitusingle… Dr: He…eh. (K.4.6.012-014)

Pada (43) dan (44), konjungsi jelasan yang digunakan adalahmaksudnya. Pada (43), dokter ingin memperjelas yang dimaksud dengan kerjanya apa itu adalahaktivitas kerja; pekerjaannya apa?; dilakukan mulai jam berapa sampai jam berapa? Pada (44), dokter memperjelas maksud pertanyaannya bahwa pasien ingin menghilangkan kebiasaannya berhubungan dengan waria.

Konjungsi yang digunakan pada (45) adalahartinya. Pada data tersebut pasien menanyakan apakah acara konsultasi seks itu baik untuk mereka yang… Di sini pasien

kebingungan mencari diksi yang tepat. Kemudian dia menjelaskan yang dimaksud itu adalah mereka yangsingle, belum mempunyai pasangan hidup.

j. Alasan: karena, soalnya

Penggunaan konjungsi alasan dapat dilihat pada (46) dan (47). Pada (46), pasien menyatakan tertarik ketika dokter menyinggung masalah air. Kemudian dia menyatakan alasannya tertarik dengan masalah tersebut. Pasien mengatakan,Karena saat sekarang ini, saya kok sering buang air besar atau kencing. Konjungsi yang digunakan pada (46) adalahkarena. Pada (47), konjungsi yang digunakan adalah soalnya. Pada (47), pasien ingin menanyakan manfaat sunat secara medis. Dia kemudian memberikan alasan mengapa ingin menanyakan masalah tersebut. Kemudian pasien meminta agar dokter menjelaskan masalah tersebut secara rinci. Pasien memberikan alasan,Soalnya terus terang ini bakal saya rekam lo Dok. Penggunaan konjungsi alasan tersebut dapat dilihat pada data berikut.

(46) Ps: Eh… air, menyinggung air.Begitu menyinggung air saya tertarik dokter. Dr: He…eh.

Ps:Karenasaat sekarang ini saya kok sering buang air besar atau kencing. Dr: Buang air kecil lo!

Ps: Oh, oh, iya….maaf,sorry, sorry. Dr: Iya. (M.5.2.010-015)

(15)

Ps:Soalnya, selama ini kalau saya nganjurin sama calon saya, dia selalu bilang: “Lah itu kan untuk agama.” Gitu kan?

Dr/Pm: #He…eh.#

Ps: Kita kan ndak…ndak… tapi menurut saya penting sekali, gitu. Jadi saya mohon apa sih…

Pm: Penjelasan.

Ps: Penjelasan yang agak rinci.Soalnyaterus terang ini bakal saya rekam lo Dok. (K.2.1.015-021)

k. Tegasan: bahkan

Konjungsi tegasan digunakan untuk memberi penekanan atas informasi yang diberikan oleh penutur kepada lawan tuturnya. Penggunaan konjungsi ini dapat dilihat pada (48) dan (49) berikut.

(48) Ps: Heh…heh…. Sering sekali Dokter,bahkanmelihat apa itu sedikit terbuka orang itu saya sudah terangsang juga.

Dr: He…eh.

Ps:Bahkanberlanjut-berlanjut sampai sekarang, sampai punya anak satu mau menjelang anak dua, kelakuan itu nggak bisa dihilangkan Dok. (K.2.13.019-020)

(49) Ps: Terus, waktu apa ini melakukan hubungan ini saya tiap kali melakukan hubungan itu, klimaksnya itu sampai lima kali, enam kali.

Dr: He…eh.

Ps:Bahkanpernah tujuh kali. Lha itu apa nggak mengganggu kesehatan saya, gitu Dok? (M.5.9.014-015)

Pada (48), pasien adalah seorang laki-laki yang mempunyai kebiasaan beronani sejak SMP. Pasien gampang sekali terangsang. Dia menegaskan melihat yang sedikit terbuka saja sudah terangsang, dan dia menyatakan pula bahwa kebiasaannya beronani itu bahkan terus berlangsung ketika pasien sudah beristri dan mempunyai anak. Konjungsi yang digunakan pada (48) adalah bahkan. Sama halnya dengan (48), pada (49) pasien juga menggunakan konjungsi bahkan untuk memberikan penekanan pada informasi yang diberikan. Pada (49), pasien adalah seorang wanita yang bisa mengalami multiorgasme. Dia menyatakan bahwa setiap kali berhubungan bisa klimaks sampai lima, enam kali. Kemudian dia menegaskan bahkan sampai tujuh kali.

l. Contoh: contohnya, misalnya

(16)

(50) Ps: Kedua, kalau sering berhubungan intim. Apakah membuat kita bagus, buat diri kita?

Dr: Seberapa sering?

Ps: Iya, buat diri saya, buat diri istri saya. Dr: Endak,contohnyaseberapa sering? Ps: Hampir tiap hari. (K.2.3.092-096)

(51) Dr: Pernah… bayangan Pak Saiful disambung dengan apa sih Pak? Ps: Disambung samamisalnyakondom silikon gitu. (K.4.13.031-032)

Pada (50), dokter menanyakan kepada pasien sering berhubungan itu contohnya seberapa sering. Kemudian pasien menjawab setiap hari. Di sini konjungsi yang digunakan adalah contohnya. Sedangkan pada (51), dokter menanyakan dalam bayangan pasien disambung dengan apa penisnya. Kemudian pasien memberi contoh, misalnyakondom silikon. Pada (51), konjungsi contoh yang digunakan adalahmisalnya.

3.2 Pembahasan

Kohesi merupakan hubungan perkaitan antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana (Alwi, dkk., 2000: 427). Piranti kohesi yang digunakan dalam percakapan dokter dan pasien meliputi penggunaanreferensi, substitusi, elipsis, reiterasi, dankonjungsi. Referensi yang ditemukan dapat bersifat anafora dan katafora. Bersifat anafora jika sesuatu yang diacu (anteseden) berada pada kalimat yang lebih dahulu sebelum pronomina, sedangkan referensi katafora merupakan referensi yang antesedennya ditemukan sesudah pronomina (Rani, dkk., 2004: 99-100). Dalam penelitian ini referensi tersebut menggunakan pronomina penunjukini, itu, begini, danbegitu.

Substitusi dilakukan dengan menggunakan pronomina persona dia dan pronomina penunjukinidanitu. Penggunaandiamerujuk pada pasangan pasien atau pada anggota keluarga dan kerabat, sedangkan ini dan itu digunakan untuk menggantikan sesuatu yang telah disampaikan oleh pasien atau dokter.

Elipsis dalam percakapan dokter dan pasien ditemukan pada struktur pasangan ujar. Elipsis tersebut mencakup penghilangan frase dan klausa. Sedangkan reiterasi yang ditemukan dalam percakapan meliputi reiterasi kata baik secara utuh maupun dengan perubahan bentuk, reiterasi frase, dan klausa.

(17)

ketika, dulu sewaktu, (4) pertentangan:tapi, sedangkan, (5) tambahan:dan, (6) andaian:kalau, misalnya, kalau misalnya, (7) urutan waktu: terus, lalu, kemudian, setelah itu, akhirnya, (8) sebaban: karena, sebab, (9) jelasan: maksudnya, artinya, (10) alasan: karena, soalnya, (11) tegasan: bahkan, (12) contoh:misalnya, contohnya.

Temuan tentang kohesi tersebut berbeda dengan temuan dalam penelitian Suparno (2000). Dalam wacana jual-beli, Suparno hanya menemukan dua piranti kohesi yaitu referensi dan elipsis. Rani (1992) menemukan bahwa dalam percakapan anak antarteman sebaya, anak-anak cenderung menggunakan repetisi di samping menggunakan substitusi dan kolokasi. Kecenderungan menggunakan repetisi dianggap sebagai karakteristik percakapan anak-anak. Penggunaan konjungsi tidak ditemukan dalam penelitian Rani.

Temuan tentang kohesi dalam percakapan dokter dan pasien pada penelitian ini dan temuan Suparno (2000) dalam wacana jual-beli berbahasa Indonesia dapat dijadikan dasar untuk mempertanyakan kembali kebenaran pernyataan Rani dkk. (2004: 46) yang menyatakan bahwa wacana lisan jarang menggunakan piranti kohesi. Dari penelitian ini dan, (6) andaian: kalau, misalnya, kalau misalnya, (7) urutan waktu: terus, lalu, kemudian, setelah itu, akhirnya, (8) sebaban: karena, sebab, (9) jelasan: maksudnya, artinya, (10) alasan: karena, soalnya, (11) tegasan: bahkan, (12) contoh:misalnya, contohnya.

Temuan tentang kohesi tersebut berbeda dengan temuan dalam penelitian Suparno (2000). Dalam wacana jual-beli, Suparno hanya menemukan dua piranti kohesi yaitu referensi dan elipsis. Rani (1992) menemukan bahwa dalam percakapan anak antarteman sebaya, anak-anak cenderung menggunakan repetisi di samping menggunakan substitusi dan kolokasi. Kecenderungan menggunakan repetisi dianggap sebagai karakteristik percakapan anak-anak. Penggunaan konjungsi tidak ditemukan dalam penelitian Rani.

(18)

4. Penutup

4.1 Simpulan

Piranti kohesi merupakan alat yang digunakan oleh pemakai bahasa untuk membangun kepaduan wacana. Piranti kohesi wacana yang digunakan dalam percakapan dokter dan pasien meliputi referensi anafora dan katafora, substitusi dengan menggunakan pronomina, elipsis frase dan klausa, reiterasi kata, frase, dan klausa, dan konjungsi. Macam-macam konjungsi yang digunakan dalam percakapan dokter dan pasien adalah konjungsi yang menyatakan (1) simpulan: jadi, (2) urutan: pertama, kedua, ketiga, (3) waktu: waktu, ketika, dulu sewaktu, (4) pertentangan: tapi, sedangkan, (5) tambahan: dan, (6) andaian: kalau, misalnya, kalau misalnya, (7) urutan waktu: terus, lalu, kemudian, setelah itu, akhirnya, (8) sebaban: karena, sebab, (9) jelasan: maksudnya, artinya, (10) alasan: karena, soalnya, (11) tegasan: bahkan, (12) contoh: misalnya, contohnya.

4.2 Saran

Untuk pemakai bahasa Indonesia, khususnya dokter dan pasien disarankan menggunakan piranti kohesi dalam melakukan interaksi verbal sehingga wacana percakapannya memiliki kepaduan. Dengan demikian komunikasi yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.

Untuk penelitian lanjutan disarankan perlu dilakukan penelitian dengan objek yang sama yaitu komunikasi dokter dan pasien dengan memfokuskan pada faktor-faktor sosiokultural yang memengaruhi komunikasi dokter dan pasien. Misalnya yang berhubungan dengan jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan latar etnis dalam kaitannya dengan pemilihan diksi dan struktur kalimat yang digunakan dalam komunkasi dokter dan pasien. Penelitian lain juga dapat dilakukan dengan mencermati satu fenomena kecil, misalnya memfokuskan pada pemakaian kata “anu” dalam komunikasi dokter dan pasien .

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2000.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

(19)

Djajasudarma, T. Fatimah. 1994. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Eresco.

Halliday dan Ruqaiya Hasan. 1976.Cohesion in English. New York: Longman Group Ltd.

Hie, Bayu Prawira. 2004.Second Opinion(http://www.midi.or.id, diakses 24 Februari 2004)

Kartomihardjo, Soeseno. 1993. “Analisis Wacana dengan Penerapannya pada beberapa Wacana” dalamPellba 6(Bambang Kaswanti Purwo Ed.). Yogyakarta: Kanisius.

Leech, Geoffrey. 1993.Prinsip-Prinsip Pragmatik. Penerjemah M.D.D. Oka. Jakarta: UI Press

Miles, B.M. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber tentang Metode-Metode baru.Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Moleong, Lexy. 1995.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Roberts, Felicia D. 1996.The Linguistic and Social Structure of Recommendations for Breast Cancer Treatment, (Online), (http: //www.linguistlist.org/cgi-bin/dissfly.cgi/roberts, diakses 27 Mei 2002).

Soekemi, Kem., Soewono, dan Lis Amin Lestari. 1996.Metodologi Penelitian Bahasa. Surabaya: Unesa University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Tannen, Deborah. 1986.Conversational Style: Analyzing Talk Among Friends.New Jersey: Ablex Pub Co.

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun himpunan tidak didefinisikan namun harus diketahui dengan jelas bahwa yang dibicarakan adalah kumpulan objek-objek atau simbol-simbol yang mempunyai sifat yang

Pasangkan dengan tepat rasa yang anda cicip pada sampel larutan di sebelah kanan dengan salah satu larutan yang ada di sebelah kiri Anda dan identifikasi rasa yang Anda cicipi..

This research aimed to study the teacher‟s opinion on administration of health promoting schools under Office of Songkhla Primary Educational Service Area 2 and to compare

[r]

Dalam perencanaan pengembangan bandar udara Wamena, yang direncanakan yaitu Runway, taxiway, Apron dengan menggunakan pesawat standar Boeing 737-400 dan mengacu pada

Sebuah Cut dimana karakter / object berpindah tempat, yang disebabkan karena kedua shot sangat mirip (ukuran, angle).. JUMP CUT dianggap sebagai kesalahan

Dapat disimpulkan bahwa dominan jawaban responden berada pada kategori sangat setuju, yang artinya responden setuju bahwa mereka berminat untuk mengambil kembali