• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media Pembelajaran Bahasa Inggris HW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Media Pembelajaran Bahasa Inggris HW"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Dalam makalah ini akan membahas bagaimana perbedaan antara media pembelajaran, media pendidikan serta media massa dalam pembelajaran Bahasa Inggris.

Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan medis pendidikan sebagai alat bantú mengajar. Sedangkan penilaian adalah untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai tidaknya tujuan pengajaran. Kedudukan media pendidikan sebagi alat bantú mengajar ada dalam komponen metodologi, sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru.

Di sini juga akan dibahas penggunaan media pembelajaran. Seperti yang kita ketahui media pembelajaran itu banyak macamnya. Untuk proses belajar mengajar yang baik kita harus menggunakan media pembelajaran yang tepat.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian Media Pembelajaran? 2. Apa kriteria pemilihan media?

3. Apa saja metode dalam pembelajaran?

(2)

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Media Pembelajaran 2. Mengetahui kriteria pemilihan media pembelajaran

3. Mengetahui macam-macam metode dalam pembelajaran

4. Mengetahui macam-macam media yang digunakan dalam 4 skill (listening, speaking, reading dan writing)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara () atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Menurut Gerlach dan Ely (1971), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sehingga guru, buku teks dan lingkungan sekolah marupakan media. Fleming (1987: 234) menyatakan media berfungsi untuk mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak yaitu siswa dan isi pelajaran. Hainich dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah media sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.

(3)

Sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

2.2 Kriteria pemilihan media pelajaran

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pendidikan adalah sebagai berikut:

- Relevansi pengadaan media pendidikan edukatif - Kelayakan pengadaan media pendidikan edukatif - Kemudahan pengadaan media pendidikan edukatif

Harus disadari bahwa setiap media memiliki kelemahan dan kelebihan. Pengetahuan tentang keunggulan dan keterbatasan media menjadi penting bagi guru dapat memperkecil kelemahan atas media yang dipilih oleh guru sekaligus dapat langsung memilih berdasarkan kriteria yang dikehendaki.

Kriteria pemilihan media pembelajaran yaitu:

• Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.

• Keterpaduan (validitas).Media harus tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi. • Media harus praktis, luwes dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu yang lama bukanlah jaminan. Sebagai media yang terbaik. Sehingga guru dapat memilih media yang ada, mudah diperoleh dan mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang ada di lingkungan sekitarnya, dan mudah dibawa dan dipindahkan ke mana-mana.

(4)

Apapun medianya, guru harus mampu menggunakan dalam proses pembelajaran. Komputer, proyektor transparansi (OHP), proyektor slide, dan film, dan peralatan canggih lainnya tidak akan berarti apa-apa jika guru belum dapat menggunakannya dalam proses belajar mengajar di kelas.

• Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang.

• Media yang digunakan harus sesuai dengan taraf berfikir siswa. Media yang digunakan harus dapat menunjang dan membantu pemahaman siswa terhadap pelajaran tersebut sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2.3 Macam-macam metode dalam pembelajaran

1. Metode Langsung (Direct Method)

Direct artinya langsung. Direct method atau model langsung yaitu suatu cara mengajikan materi pelajaran bahasa asing di mana guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu kata-kata yang sulit dimengerti oleh anak didik, maka guru dapat mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemontstrasikan, menggambarkan dan lain-lain.

(5)

Misalnya ibunya mengajar “Ayah” maka anak tersebut menyebut “Aah” dan seterusnya. Namun lama kelamaan si anak mengenali kata-kata itu dan akhirnya ia mengerti pula maksudnya Ciri-ciri metode ini adalah :

Materi pelajaran pertama-tama diberikan kata demi kata, kemudian struktur kalimat. Gramatika diajarkan hanya bersifat sambil lalu, dan siswa tidak dituntut menghafal rumus-rumus gramatika, tapi yang utam adalah siswa mampu mengucapkan bahasa secara baik Dalam proses pengajaran senantiasa menggunakan alat bantu Method) yang selalu digunakan di sekolah-sekolah Berlitz sebagai metode utama. Semua sekolah-sekolah Berlitz menggunakan metode langsung (direct Method) ini dalam pengajaran bahasa-bahasa asing di sekolahnya dan bnyak lagi sekolah-sekolah lain di Amerika dan Eropa yang secara rutin menerapkan metode ini. 3. Metode Alami (Natural Method)

(6)

benda-benda mulai dari benda-benda yang ada di dalam kelas, dirumah dan luar kelas, bahkan mengenal luar negeri atau negara-negara asing terutama Timur Tengah. Alat peraga dan kamus yang dapat digunakan sewaktu-waktu sangat diperlukan, misalnya untuk menjelaskan dan mengartikan kata-kata sulit dalam bahasa asing, dan memperbanyak perbendaharaan kata-kata atau memperkaya Vocabulary sebagai syarat utama menguasai bahasa asing.

4. Metode Percakapan (Conversation Method)

Yaitu mengajarkan bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Arab atau bahasa-bahasa lainnya yang cara langsung mengajak murid-murid bercakap-cakap/berbicara di dalam bahasa asing yang sedang diajarkan ini. Tentunya dimulai dengan kata-kata atau kalimat-kalimat atau ungkapan-ungkapan yang biasa berlaku pada kegiatan-kegiatan sehari-hari, seperti : Good Morning, How are you? What are you doing? Can you speak English? Dan sebagainya; atau kalimat-kalimat, percakapan di dalam kelas di sekitar sekolah, dirumah di kantor dan sebagainya; semakin lama semakin meluas dan beragam.

5. Metode Phonetic (Mendengar dan Mengucapkan)

(7)

memperhatikan betul langgam dan intonasi, serta gerak-gerik bentuk mimik tertentu dalam bacaan

6. Metode Practice – Theory

Metode ini sesuai dengan namanya, lebih menekankan pada kemampuan praktis dari teori. Perbandingan dapat berupa 7 unit materi praktis dan 3 unit materi yang bersifat teoritis. Belajar bahasa asing lebih dulu dan mengutamakan praktek, lalu diiringi dengan teori (tata bahasa).

7. Metode Membaca (Reading Method)

Metode membaca (Reading Method) yaitu menyajikan materi pelajaran dengan cara lebih dulu mengutamakan membaca, yakni guru mula-mula membacakan topik-topik bacaan, kemudian diikuti oleh siswa anak didik. Tapi kadang-kadang guru dapat menunjuk langsung anak didik untuk membacakan pelajaran tertentu lebih dulu, dan tentu siswa lain memperhatikan dan mengikutinya. Teknik metode membaca (Reading Method) ini dapat dilakukan dengan cara guru langsung membacakan materi pelajaran dan siswa disuruh memperhatikan/ mendengarkan bacaan-bacaan gurunya dengan baik, setelah itu guru menunjuk salah satu di antara siswa untuk membacakannya, dengan jalan berganti-ganti (bergiliran).

8. Metode Bicara Lisan (Oral Method)

Metode ini adalah hampir sama dengan metode phonetic dan reform method, tetapi pada orak method adalah menitikberatkan pada latihan-latihan lisan atau penuturan-penutuan dengan mulut. Melatih untuk bisa lancar berbicara (fluently), keserasian dan spontanitas

(8)

Latihan-latihan menyusun kata-kata membuat kalimat sendiri dan sebagainya, semua dilakukan dengan mengaktifkan bicara lisan, oral, speaking Target yang hendak dicapai melalui metode ini ialah keammpuan dan kelancaran berbahasa lisan atau berbicara lisan atau berkomunikasi langsung sebagai fungsi utama bahasa. Prinsip metode ini ialah : Teach the language, don’t teach only about the language.

9. Metode Praktek Pola-pola Kalimat (Pattern-Practice Method) Penerapan terpenting metode ini ialah dengan melatih murid-murid secara praktek langsung mengucapkan pola-pola kalimat yang sudah tersusun baik betul, atau mengerjakan sebagaimana yang dimaksud oleh pola kalimat tersebut. Jenis (Permainan)

Games

Pembelajaran bahasa Inggris atau Games untuk mengajar agar proses belajar lebih menyenangkan. Berikut ini adalah kumpulan game atau permainan pembelajaran yang bisa di berikan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Inggris agar anak lebih fun dan belajar jadi lebih interaktif.

1. Action Game

Anak-anak menirukan gerakan yang disebutkan dalam cerita. Misalnya untuk cerita The Very Hungry Caterpillar (lihat lampiran untuk teks lengkap dan saksikan dalam seminar bentuk fisik bukunya) karangan Eric Carle (bisa di-download dari website pribadi Eric Carle), kita bisa mereviu kembali siklus metamorfosis kupu-kupu dengan melakukan hal berikut ini:

Telur: suruh anak-anak memegang lutut mereka dan jongkok serta melingkarkan tubuh mereka seakan-akan mereka adalah telur.

(9)

Kepompong: merangkak menuju sleeping bag (atau kalau tidak ada bisa diganti dengan sarung) dilengkapi dengan berbagai macam kain berwarna-warni. Kupu-kupu: anak-anak muncul dari dalam sarung tersebut dengan mengibas-ngibaskan kain-kain berwarna-warni tersebut seakan-akan mereka adalah kupu-kupu yang baru saja menetas dari kepompong.

2. What’s missing?

Permainan ini dapat digunakan untuk menghapalkan kosakata yang baru saja dipelajari/disebutkan dalam cerita

namun tidak dengan „menghapal tradisional‟. Caranya adalah dengan menggunakan gambar yang ditempelkan pada papan tulis. Jumlah gambarnya bisa disesuaikan dengan jumlah siswa tapi sebaiknya batasi sampai dengan 10 gambar. Mintalah anak-anak untuk melihat gambar-gambar tersebut dan berusaha mengingatnya kemudian minta mereka menutup mata sementara itu ambillah beberapa gambar di papan. Kemudian minta mereka untuk membuka mata kembali dan menyebutkan apa yang hilang. Tanyakan “What‟s missing?” pada salah satu anakkemudian ajukan pertanyaan lanjutan dengan “Is he or she right?” Apabila jumlah siswa dalam kelas banyak maka mereka bisa dibagi dalam dua kelompok dan lakukan prosedur seperti di atas secara bergantian oleh tim-tim tersebut. Setiap kali seorang anak dari sebuah tim menjawab dengan benar maka tim tersebut mendapat poin.

3. Simon says

(10)

“Simon says show me a plum!” “Simon says put the plum

down‟” “Simon says put the oranges in the basket”

4. Hide and Seek

Seorang anak diminta untuk meninggalkan kelas sementara yang lainnya menyembunyikan sebuah barang. Kemudian anak tersebut diminta kembali dan menerka di mana barang tersebut disembunyikan. Contoh: “Is it under the table?” Kegiatan ini bisa digunakan untuk melatih penggunaan preposition dan kata benda (noun).

5. Miming

Seorang anak dapat memperagakan seekor binatang, pekerjaan, atau apa saja yang dia pilih, teman-teman lain harus menerka apa yang sedang mereka peragakan tersebut. Contoh: “Is it …..?” “Are you a ….?

6. Bingo

(11)

7. Whisper race

Anak-anak dibagi ke dalam beberapa tim. Salah satu anak dari setiap tim diberi daftar kata-kata yang harus mereka hapalkan kemudian whisper (berbisik) pada teman di belakangnya kata-kata tersebut. Kemudian anak berikutnya harus melakukan hal yang sama sampai pada anak terakhir dalam tim. Kemudian anak yang terakhir tadi harus melihat daftar aslinya dan membandingkan apa saja yang hilang atau berubah.

8. Market game

(12)

2.4 Macam-macam media yang digunakan dalam 4 skill (listening, speaking, reading dan writing)

1. Listening

Teknik Mengajar Listening di Kelas

Written By: Cianly Harmer (1983) menyatakan bahwa listening (mendengarkan) sebagai suatu keterampilan berbeda dengan writing. Dalam listening, pendengar tidak dapat melihat apa yang dia dengarkan, tetapi hanya bisa mendengarkannya.

Kemampuan Mendengarkan merupakan salah satu ketrampilan dalam pelajaran bahasa Inggris yang harus dikuasai siswa bersama 3 ketrampilan lainnya yaitu membaca, menulis, dan mendengar. Dari pengalaman dan diskusi dengan beberapa siswa, banyak yang merasa kesulitan untuk bisa mencapai kompetensi yang diharapkan dalam ketrampilan ini. Seringkali, guru dalam prakteknya kurang mampu untuk mengajarkan listening yang mudah dimengerti oleh siswa. Hal ini mengakibatkan banyak siswa yang gagal dalam ujian listening dan harus mengulang.

Oleh karena itu, seorang guru yang merupakan fasilitator hendaknya memiliki keahlian untuk mampu membuat siswa merasa mudah dalam mempelajari listening. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan oleh guru ketika mengajarkan listening di dalam kelas, diantaranya:

a. Filling Gap

(13)

b. Guessing Picture

Teknik ini bisa dilakukan dengan menebak gambar sesuai teks lisan yang dibacakan atau didengarkan.

c. Finding Mistakes

Teknik ini dilakukan dengan cara meminta mendengarkan teks lisan dan menggaris bawahi kata-kata yang tidak sesuai dengan teks lisan tersebut.

d. Choosing Menu

Teknik ini dilakukan dengan meminta siswa untuk memilih menu yang sesuai dengan teks lisan.

e. Rearranging Sentences/Paragraph

Teknik ini dilakukan dengan memberikan kalimat atau paragraf rumpang kepada siswa. Siswa diminta mendengarkan teks lisan dan menyusun kalimat/paragraf tersebut menjadi benar.

f. Matching

(14)

2. Speaking

9 Teknik Mengajar Speaking (Technique for Teaching Speaking)

Kalau melihat model pembelajaran Speaking, selama ini masih mengandalkan model menghapalkan dialog kemudian maju ke depan kelas untuk mempraktekannya. Kegiatan ini dilakukan biasanya karena guru ingin agar kegiatan belajar mengajar cepat selesai tanpa repot-repot, atau tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam mengajar Speaking. Anggapan sementara, pembelajaran Speaking itu rumit dan butuh keberanian siswa untuk memproduksi ucapan. Inilah yang sering ditakutkan para guru. Mereka mengira Speaking itu butuh waktu lama dan sulit bagi siswa untuk mengadaptasinya. Okelah, mari kita telaah 9 teknik mengajar Speaking berikut ini. Dengan teknik-teknik ini anggapan bahwa Speaking bagi siswa itu sulit, bisa dihilangkan.

1. ASK AND ANSWER.

(15)

2. DESCRIBE AND DRAW.

Siswa dibuat berpasangan. Siswa A mempunyai gambar yang tak diketahui oleh siswa B, begitu pula sebaliknya. Siswa A menerangkan gambar yang ia punyai dan siswa B menggambar sesuai keterangan siswa A. Setelah siswa A selesai, ganti siswa B menerangkan gambarnya. Mintalah mereka membandingkan gambarnya dan memberi nilai sesuai selera mereka.

3. DISCUSSION.

Tentukan sebuah topik dan mintalah siswa secara berkelompok mendiskusikan topik sesuai gambar. Tehnik ini cocok diterapkan bagi intermediate dan advance learners.

4. GUESSING.

Guru atau beberapa murid mempunyai sebuah informasi yang harus ditebak oleh siswa atau kelompok lain dengan menanyakan dalam Bahasa Inggris.

5. REMEMBERRING

Siswa menutup mata dan mengingat gambar misalnya benda di dalam kelas atau letak tempat-tempat. Tehnik ini efektif untuk mengasah daya ingat dan meminimalisir lupa terhadap kosakata.

6. MIMING.

(16)

7. ORDERING.

Siswa diminta mengurutkan sesuatu dengan menanyakan dimana letaknya sampai menemukan tempat yang sesuai.

8. COMPLETING A FORM/QUESTIONNAIRE.

Siswa bertanya jawab, atau menyediakan informasi tertentu untuk menyempurnakan sebuah formulir atau kuis. Tehnik ini efektif diterapkan pada pelajaran berhubungan dengan identitas, semisal formulir lowongan kerja, pengisian paspor dan lainnya.

9. ROLE PLAY.

Tehnik ini cocok untuk pembelajar yang telah mencapai level intermediate dan di atasnya. Siswa mempraktekkan sebuah situasi semisal di kantor polisi, pengadilan, drama, dan lain-lain. Siswa hanya diminta menggunakan ungkapan-ungkapan yang pernah dipelajari atau menggunakan bantuan kartu. Guru bertindak memberi arahan dan memonitoring kegiatan.

3. Reading

Cara Mengajar Reading dengan Teknik Jigsaw

(17)

1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang.

2. Berilah kelompok 1 teks bacaan. Minta ketua kelompok membagi tugas: 1 orang membaca 1 paragraf.

3. Berilah waktu 10 menit agar siswa memahami bacaan dalam paragraf yang mereka dapat.

4. Setelah selesai, mintalah siswa menceritakan isi paragraf kepada teman 1 kelompok. Siswa yang lain mendengar dan mencatat apa yang teman mereka sampaikan.

5. Jika waktu menyampaikan dan mencatat sudah selesai, mintalah ketua kelompok membaca hasilnya dan disampaikan kepada seluruh siswa di kelas.

Langkah mengajar di atas cocok jika diberikan kepada pelajar yang sudah dalam level tinggi. Dalam pelajaran bahasa Inggris untuk pemula dan menengah, cara tersebut terlalu sulit. Untuk mengatasi kesulitan tersebut kita perlu melakukan adaptasi dan modifikasi. Salah satu contoh modifikasi adalah dengan menghilangkan beberapa kata dalam teks bacaan. Simak langkah-langkah mengajar dengan teknik jigsaw untuk skills reading berikut ini:

1. Persiapkan 4 teks bacaan yang isinya sama, namun berbeda kata yang dihilangkan. Perhatikan contoh:

Teks

1__________________________________________________ _________

(18)

are Mr. Suparno and Mrs. Yani. Everyday there ara a lot of students coming to the library. They usually go there when they have no classes or during the breaks. many of them read the magazines or the newspaper in the reading room. Some of them borrow books to read at home.

Teks

2__________________________________________________ _________

SMP Nusa Indah has a library building at the back. It is small, but it has a lot of books, magazines and newspaper. Some of the books are ____ and some others are _____. Most of the books are in Indonesian. Only a few of them are in ___________ and in Javanese. There are two librarians working in the library. They are Mr. Suparno and Mrs. Yani. Everyday there ara a lot of students coming to the library. They usually go there when they have no classes or during the breaks. many of them read the magazines or the newspaper in the reading room. Some of them borrow books to read at home.

Teks

3__________________________________________________ _________

(19)

magazines or the newspaper in the reading room. Some of them borrow books to read at home.

Teks

4__________________________________________________ _________

SMP Nusa Indah has a library building at the back. It is small, but it has a lot of books, magazines and newspaper. Some of the books are new and some others are old. Most of the books are in Indonesian. Only a few of them are in English and in Javanese. There are two librarians working in the library. They are Mr. Suparno and Mrs. Yani. Everyday there ara a lot of students coming to the library. They usually go there when they have no classes or during the breaks. many of them read the ________ or the newspaper in the _______ room. Some of them borrow books to read at ________.

2. Buatlah siswa berkelompok. Setiap kelompok 4 orang.

3. Berilah siswa dalam satu kelompok satu teks bacaan yang sudah dipersiapkan (lihat no 1).

4. Berilah waktu masing-masing siswa dalam kelompok untuk membaca secara bergantian. Mintalah siswa yang tidak mendapat giliran membaca, untuk menyimak dan menulis kata yang dikosongkan sesuai yang mereka dengar.

5. Setelah anggota kelompok mendapat giliran membaca, tunjuk 1 orang yang percaya diri untuk membacakan hasilnya di depan kelas.

(20)

Collaborative strategic reading merupakan sebuah strategi atau teknik mengajar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam reading comprehension. Basisnya adalah diskusi. Jadi, siswa akan dibagi ke dalam kelompok beranggotakan lima orang, kemudian setiap siswa mempunyai peran yang berbeda di dalam diskusi tersebut.

Langkah-langkah Diskusi

Langkah 1: Previewing

Siswa berdikusi untuk menentukan topik serta pokok pembahasan dengan membaca paragraf pertama, membaca judul, mengidentifikasi kalimat dan kata kunci, dan melihat gambar yang tertera di teks tersebut. Mereka kemudian sama-sama menyimpulkan apa yang akan dipelajari di sebuah teks reading, kemudian memprediksikan apa saja yang akan dijelaskan oleh teks tersebut.

Langkah 2: Click and Clunk

(21)

dari suffix dan prefix untuk mendapatkan arti dari clunk yang sebenarnya

Langkah 3: Getting the gist

Ini sama dengan mencari main idea atau ide pokok dari suatu teks. Caranya bisa dengan berdiskusi untuk menentukan ide-ide penting dari setiap paragraf terlebih dahulu, kemudian baru menganalisa kombinasi ide terbaik dalam teks tersebut. Ide pokok yang dihasilkan dari getting the gist ini merupakan ide ditulis dengan hanya 10 kata atau bahkan kurang.

Langkah 4: Wrapping up

Siswa kembali berdiskusi untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan teks yang telah mereka pelajari. Juga, mereka harus mengetahui jawaban yang ada sehingga tidak hanya asal membuat pertanyaan. Apa tujuan dari wrapping up, ini merupakan cara untuk menguji apakah mereka paham dengan ide-ide atau informasi detail pada teks.

Di wrapping up, juga didakan review mengenai hal-hal apa saja yang telah mereka pelajari hari ini. Review dipimpin oleh guru.

4. Writing

(22)

pengetahuan tercatat, budaya tersebar, dan ilmu pengetahuan bisa berpindah dari generasi ke generasi yang lain. Menulis adalah ukuran keberhasilan pembelajaran bahasa setelah ketrampilan-ketrampilan yang lain, karena tidak hanya terbatas pada penulisan indah beberapa kata atau kalimat melainkan termasuk proses kreatifitas pemikiran yang terstruktur.

Contoh Cara Mengajar Procedure Text Writing Skills Cara mengajar Text Procedure untuk melatih kemampuan menulis (writing skills).

Langkah mengajarnya adalah sebagai berikut:

1. Warmer untuk membuat siswa tertarik mengikuti pelajaran. Misalnya quiz tebak nama makanan dengan guru menyebut inisialnya. Siswa menebak nama makanan tersebut. Bisa juga menyusun puzzle makanan.

2. Tunjukkan gambar makanan dan siswa mengidentifikasi nama makanan tersebut. Kemudian mengidentifikasi bahan-bahan pembuatnya. Setelah itu mengidentifikasi langkah membuatnya. Semua kegiatan dilakukan berkelompok. 3. Memperhatikan video cara membuat makanan. Cari via

youtube dengan kata kunci "cara membuat makanan" misalnya, "Cara Membuat Omelet"

4. Siswa mengidentifikasi bahan-bahan dan cara membuat makanan tersebut.

(23)

6. Mengidentifikasi kalimat perintah: Verb 1 + Objek. Tunjukkan pada siswa kalimat perintah yang digunakan dalam video. Misalnya: Beat the eggs.

(24)

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Media merupakan suatu perantara (alat) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan media yang tepat dapat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran.

2. Adapun kriteria pemilihan media pembelajaran harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor, keterpaduan (validitas).Media harus tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi, Media harus praktis, luwes dan bertahan.

3. Seperti yang kita ketahui media pembelajaran itu banyak macamnya. Untuk proses belajar mengajar yang baik kita harus menggunakan media pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu guru harus dapat memilih media yang sesuai dengan bahan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan lancar.

3.2 Saran

(25)

Daftar Pustaka

http://www.sekolahoke.com/2012/08/cara-mengajar procedure-text-writing.html

A’la, Miftahul. 2010. Quantum Teaching. Jakarta: Diva Press.

Anwar, Chairil. 1993. Deru Campur Debu: Jakarta: Dian Rakyat.

Chaer, Abdul.2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: RinekaCipta

Depdiknas.2005. Bahasa dan Sastra Indonesia: Materi Pelatihan Terintegrasi. Jakarta:Depdiknas

Hikmat, Ade dan Nani Solihati. 2013. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo

Luxemburgh,Jan Van, et.all. 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Diterjemahkan Dick Hartoko Jakarta: Gramedia.

Pradopo, Rachmat Joko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Rusman, Dr. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Grafindo.

Semi, Atar.1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Teew, AT. 1989. Sastra dan Ilmu Sastra. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Referensi

Dokumen terkait

Grafik pada gambar 4 menunjukkan bahwa sudut pantulan cenderung memiliki nilai yang sama dengan kemiringan raket. Hal ini dapat dimengerti karena ketika suatu

ternyata memberikan sumbangan r =1 sedangkan nilai korelasi r 2 = 99,9 artinva variabel x 1 ,x 2 ,x 3 (harga pemasangan, penduduk, pendapatan perkapita) sangat berpengaruh

Data pada tabel 4menunjukkan bahwa responden penelitian para dosen program studi Teknologi Pengolahan Produk Kulit (TPPK) merasakan bahwa kinerja ditinjau dari

Salah satu jenjang pendidikan yang awal bagi anak yaitu di Taman Kanak-kanak (TK). Taman Kanak-Kanak merupakan pendidikan awal bagi anak usia 4-6 tahun sebelum

dari segi aspek pelayanan yang diberikan Waroeng SS masih ada saja konsumen yang mengeluh karena tidak sesuai dengan keinginan konsumen, seperti fasilitas ruang tunggu

Buah kakao dengan warna kulit hijau dan tekstur kulit kasar (C) mempunyai rendemen biji basah dan rendemen biji kering tertinggi dibandingkan dengan jenis kakao lindak lainnya

Dalam program ini tujuan utama yang ingin dicapai adalah memanfaatkan sesuatu yang sering kali tidak mempunyai arti dimasyarakat dan terbuang sia – sia yaitu

Pandangan Dunia : Yang dimaksud adalah pemikiran filsafat sebagai upaya untuk memahami semua realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan (hidup) dunia, termasuk